Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi asam urat di Indonesia menduduki urutan kedua setelah


osteoarthritis. Prevalensi asam urat pada populasi USA diperkirakan
13,6/100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya
umur. Penyakit ini dikelompokkan dalamn penyakit khusus yang menduduki
prioritas pertama dengan jumlah terbesar dari 10 penyakit prioritas lainnya. Salah
satu bagian dari penyakit radang sendi ini adalah asam urat berjumlah 72 orang
(8%), terdiri dari 34 (47,2%) wanita berumur 50 tahun, 35 (34,7%) wanita <50
tahun.

Choi. dkk (1986) yang dikutip oleh Andry. dkk (2009) melakukan
penelitian tentang gout pada populasi tenaga kesehatan laki-laki di Amerika
Serikat, yang meliputi dokter gigi, optometris, osteopath, ahli farmasi, podiatrist,
dan dokter hewan. Populasi tersebut berusia antara 40 sampai 75 tahun. Hasil
penelitiannya selama 12 tahun menemukan 730 kasus gout baru. Mereka
menemukan peningkatan risiko gout ketika responden mengonsumsi daging atau
seafood dalam jumlah banyak (Andry. dkk 2009).

Menurut Kramer & Curhan (2002); Wallace et al (2004) yang dikutip


oleh Andry. dkk (2009) bukti yang mendukung bahwa faktor makanan, termasuk
konsumsi alkohol dan makanan tinggi purin seperti seafood dan daging, dapat
meningkatkan risiko gout yang lebih tinggi dalah laki-laki dibandingkan peserta
perempuan (Andry. dkk (2009).

Penelitian yang dilakukan di Selandia Baru Australia Clinical Tr pada


5 juli 2006, tentang tujuan terapi asam urat serum (SUA) yaitu terapi pada
individu dengan gout untuk mempromosikan pelarutan Kristal dan mencegah
pembentukan Kristal dengan mencapai SUA tingkat sebesar 6 mg dL, 1 atau 360
Imol L, 1. Baru-baru ini rekomendai Negara dalam manajemen gout adalah
dengan memberikan pendidikan pasien dan gaya hidup yang tepat, serta saran
mengenai penurunan berat badan jika obesitas, diet dan alkolhol berkurang
(terutama bir) merupakan aspek inti dari manajemen diet pada gout (Shulten..
dkk 2009).

Asam urat merupakan hasil metabolisme didalam tubuh yang kadarnya


tidak boleh berlebih, setiap orang memiliki asam urat didalam tubuhnya, karena
setiap metabolisme normal akan dihasilkan asam urat sedangkan pemicunya
adalah factor makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Purin
ditemukan pada semjua makanan yang mengandung protein. Sangatlah tidak
mungkin untuk menyingkirkan semua makanan yang mengandung protein,
mengingat fungsi protein sebagai zat pembangun untuk tubuh. Oleh karena itu
makanan untuk penderita gout diatur menjadi diet rendah purin. Diet rendah
purin juga membatasi lemak, karena lemak cenderung membatasi pengeluaran
asam urat. Apabila penderita asam urat tidak melakukan diet rendah purin, maka
akan terjadi penumpukan Kristal asam urat pada sendi bahkan bisa pada ginjal
yang dapat menyebabkan batu ginjal (Damayanti 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelian ini adalah “apakah ada hubungan
antara tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan kepatuhan diet rendah
purin?”

1.3 Tujuan Penetilian

1.3.1 Tujuan umum:

Untuk mengetahui apakah adanya hubungan tingkat pengetahuan


dengan kepatuhan diet rendah purin pada penderita asam urat.

1.3.2 Tujuan khusus:


 Mendiskripsikan tingkat pengetahuan penderita asam urat tentang diet
rendah purin.
 Mendiskripsikan tingkat kepatuhan penderita asam urat dalam
melakukan diet rendah purin.
 Menganalisis apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
penderita asam urat terhadap kepatuhan diet rendah purin.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi masyarakat:
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya penderita asam
urat, mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet rendah
purin, yang dapat berpengaruh pada penurunan kadar asam urat di dalam
tubuh. Informasi tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat yang
menderita asam urat agar lebih patuh dalam menjalankan diet rendah purin.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan:
Dengan adanya penelitian ini institusi pendidikan jadi lebih dikenal
oleh masyarakat serta mahasiswa selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian atau dapat digunakan sebagai acuan penelitian.
3. Manfaat bagi peneliti:
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan.
4. Manfaat bagi peneliti lain:
Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini supaya lebih lengkap
lagi dan lebih sempurna serta peneliti lain juga bisa mengembangkan
penelitian ini dengan melakukan penelitian di masa mendatang, sehingga
mengetahui perkembangan dari penyakit gout di masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu domain perilaku kesehatan.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif )
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo 2012).
Beberapa langkah atau proses sebelum mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah kesadaran, dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik. Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation).
Setelah itu, dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh
stimulus. Pada tahap akhir adalah adaptasi, berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya (Notoadmojo 2012).

2.1.1.1 Tujuan Pengetahuan


Menurtu notoadmojo (2012), tujuan peengetahuan terdiri dari
2 yaitu:
1. Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka
akibat ketidak pastian.
2. Lebih mengetahui dan memahami
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), macam-macam tingkat
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Tahu (know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah (recall) terdahap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang telah dipelajari atau diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham dengan objek tersebut harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Apikasi (aplikacation)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi riil. Aplikasi dapat diartikan sebagai pengguaan hokum,
rumus, metode prinsip, dsb.
4. Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat
dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
dan dapat menyesuaikan terhadap teori yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluation berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian berdasarkan suatu Universitas Sumatra
Utara kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu:
1. Cara kuno memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kabudayaan,
bahkan mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah ini
digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba kemungkinan lain sampai percobaan
tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekukasaan atau otoritas
Sumber-sumber pengetahuan inin dapat berupa
pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal,
ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip
orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan
oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan
fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masalalu.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular atau disebut metodologi penelitian. Akhirnya lahir
suatu cata untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita
kenal dengan penelitian ilmiah.
2.1.1.4 Pengukuran pengetahuan
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012),
bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi
sebagai factor predisposisi disamping factor pendukung seperti
lingkungan fisik, prasana atau factor pendorong yaitu sikap dan
prilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya. Pengukuran
pengetahuan dapat dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek
penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di
gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat
kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau
prngukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan
dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah
dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang bersifat
kualitatif.
1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang
diharapkan.
2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang
diharapkan.
3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang
diharapkan.
2.1.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2012) adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalm dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.
2. Media massa atau informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat meberikan pengaruh jangka pendek (immediate
imfact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai