Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pada anak–anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare
walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh
menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan
1
yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak
menanggapinya secara sungguh–sungguh karena sifat diarenya ringan.
Padahal penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya
bagi kesehatan anak.4
2
persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh
melalui indra pendengaran dan indra penglihatan.6
1.2. Rumusah Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada bayi/balita di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Duren Sawit?
1. Bidang Peneliti
2. Bidang Pendidikan
3
3. Bidang pelayanan Masyarakat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman tentang teori dan praktis (know-how)
yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan sangatlah penting karena
mempengaruhi intelegensi/kecerdasan seseorang. Pengetahuan dapat kita
simpan dalam bentuk buku, teknologi, praktik, dan tradisi dan
pengetahuan yang disimpan tersebut dapat mengalami transformasi jika
digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan sangat berpengaruh dan
memainkan peran penting dalam kehidupan dan perkembangan individu,
masyarakat, atau organisasi.7
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dari pengindraan
manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang7
5
yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi
meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini
misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan,
menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.
3. Menerapkan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang
sudah di pahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
4. Analisa (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi
rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang
berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk
susunan berarti.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali
bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan
yang mengandung arti tertentu.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal
yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya,
sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang
hal yang sedang dinilainya.
6
dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba)
and error (gagal atau salah) atau metode cobasalah (coba-coba).
2. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan
enzim urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summers
sedang bekerja dengan ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin
bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam
kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,
ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam kulkas tersebut timbul
kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.
3. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa
yang dikemukakannya adalah benar.
4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
7
5. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
6. Cara Akal Sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang
tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,
atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah
merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan
anak.
7. Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”
atau lebih popular disebut metodologi penelitian.
a. Usia
Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang, dimana seiring bertambahnya usia maka semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang. Setelah
melewati usia madya (40-60 tahun), daya tangkap dan pola pikir
seseorang akan semakin menurun.
b. Pendidikan
Tingkat kemampuan seseorang dalam memahami dan menyerap
8
pengetahuan yang telah diperolehnya dapat ditentukan dengan
tingkat pendidikan seseorang. Umumnya, pendidikan
mempengaruhi suatu proses pembelajaran, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik tingkat
pengetahuannya.
c. Pengalaman
d. Informasi
Seseorang yang berpendidikan rendah dapat meningkatkan
pengetahuannya dengan cara mendapatkan informasi yang baik
dan benar dari berbagai media seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain.
f. Lingkungan
9
2.1.5 Pengukuran Pengetahuan8
Menurut (Arikunto, 2013), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang akan diukur dari subjek atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatnya, adapun jenis
pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara
umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan esai
digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai,
sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda, betul salah dan
pertanyaan menjodohkan dapat di nilai secara pas oleh penilai.
Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat
dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
• Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
• Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75%
dengan benar dari total jawaban pertanyaan.
• Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari
total jawaban pertanyaan.
10
2.2 Diare
2.2.1 Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.9
Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai
dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air
besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan
atau tanpa lendir darah. Jenis diare ada dua, yaitu diare akut dan diare kronik.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sementara diare
kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.10
Etiologi diare akut dapat dihubungkan dengan bakteri, viral atau parasit
adalah sebagai berikut :
a. Bakteri
Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
perfringens, Clostridium difficile, Escherichia coli, Plesiomonas
shigelloides, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio
cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Yersinia enterocolitica.
b. Virus
Astroviruses, Caliciviruses, Norovirus, Enteric adenoviruses, Rotavirus,
Cytomegalovirus, Herpes simplex viruses.
11
c. Parasit
Balantidium coli, Blastocystis hominis, Cryptosporidium parvum,
Cyclospora cayetanensis, Encephalitozoon intestinalis, Entamoeba
histolytica, Enterocytozoon bieneusi, Giardia lamblia, Isospora belli,
Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura.
Diare juga dapat disebabkan oleh proses noninfeksi yaitu sebagai berikut :1
a. Defek Anatomik
Malrotasi, penyakit Hirschsprung, Short Bowel Syndrome, atrofi
microvillus, striktur.
b. Malabsorpsi
Defisiensi disakaridase, malabsorsi glukosa-galaktosa, insuffisiensi
pancreas, fibrosis kistik, Sindrom Shwachman, cholestasis, Penyakit
Hartnup, Penyakit Celiac.
c. Endokrinopati
Thyrotoxicosis, Penyakit Addison, Sindrom Adrenogenital.
d. Keracunan
Logam berat, jamur.
e. Neoplasma
Neuroblastomas, feokromositomas, Sindrom Zollinger-Ellison,
f. Lain-Lain
Infeksi Nongastrointestinal, Alergi susu, Penyakit Crohn (regional
enteritis), Familial Dysautonomia, Penyakit defisiensi imun, Protein-
Losing Enteropati, Kolitis Ulseratif , Enteropatika Acrodermatitis,
Penyalahgunaan Laxative, Gangguan Motilitas, Pellagra (kekurangan
vitamin B kompleks).
12
(2) Intoleransi Laktosa,
(3) Setiap enteropatogen yang menginfeksi pejamu yang
immunocompromised ; atau
(4) Gejala residual setelah kerusakan intestinal setelah infeksi akut.11,12
13
Gambar 2.1 Cakupan Pelayanan Diare Balita Menurut Provinsi Tahun 2020
Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar
44,4% dan pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan. Cakupan
Pelayanan Penderita Diare di Provinsi DKI Jakarta menduduki urutan ke 3
sebesar 42,7 %.13
a. Diare Sekretorik
Diare yang terjadi akibat aktifnya enzim ademil siklase yang akan
mengubah adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic adenoise
monophosphate (cAMP). Akumulasi cAMP intraseluler menyebabkan
14
seksresi aktif air, ion klorida, natrium, kalium, dan bikarbonat ke
dalam lumen usus. Adenil siklase ini diaktifkan oleh toksin yang
dihasilkan dari miroorganisme, antara lain Vibrio Cholera,
Enterotoxigenic Eschericia Coli (ETEC), Shigella, Clostridium,
Salmonella, dan Campylobacter.
b. Diare Invasif
Diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam mukosa
usus sehingga terjadi kerusakkan mukosa usus. Diare invasif
disebabkan oleh virus (rotavirus), bakteri (shigella, salmonella,
campylobacter, Enter Invasive Eschericia Coli dan yersinia) atau
parasit (Amoeba). Diare invasif terdapat dalam 2 bentuk :
1. Diare non-dysentriform berupa diare yang tidak berdarah, biasa
nya disebabkan oleh rotavirus.
Pada diare yang disebabkan oleh rotavirus, sesudah masuk ke
dalam saluran cerna, virus akan berkembang biak dan masuk ke
dalam apikal usus halus menyebabkan kerusakkan pada bagian
apikal dari vili yang selanjutnya diganti oleh bagian kripta yang
belum matang (imatur, berbentuk kuboid atau gepeng). Sel yang
masih imatur ini tidak dapat berfungsi normal karena tidak dapat
menghasilkan enzim laktase. Diare yang disebabkan oleh
rotavirus paling sering terjadi pada anak usia <2th berupa diare
cair, muntah, disertai batuk dan pilek.
2. Diare dysentiform berupa diare berdarah yang biasanya
disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, dan EIEC. Pada
diare karena Shigella sesudah bakteri melewati barier asam
lambung, selanjutnya masuk kedalam usus halus dan toksin ini
merangsang enzim adenil siklase mengubah ATP menjadi cAMP
sehingga terjadi diare sekretorik. Bakteri ini akan sampai di kolon
karena peristaltik usu dan melakukan invasi membentuk
mikroulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan
menimbulkan BAB yang berlendir dan berdarah.
15
c. Diare Osmotik
Diare yang disebabkan oleh tekanan osmotik yang tinggi di dalam
lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen
usus yang menimbulkan watery diarrhea. Diare osmotik paling sering
disebabkan oleh malabsorbsi karbohidrat. Laktosa akan diubah
menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase, kemudian
diabsorbsi di usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim laktase maka
akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan osmotic
pressure yang tinggi sehingga terjadi diare.
16
d. Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin.
Tabel 2.1 Bentuk klinis Diare
17
h) Jumlah cairan yang masuk selama diare
i) Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan,
obat,oralit)
j) Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
2) Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan
makanan yang tidak biasa.15
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan
cara objektif maupun subjektif: cara objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan saat diare. Subjektif dengan
menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan lainnya.
Penilaian derajat dehidrasi menurut IDAI (2004) dilakukan sesuai
dengan kriteria berikut :
2.2.6.1 Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
a) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
b) Keadaan umum baik dan sadar
c) Tanda vital dalam batas normal
d) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
e) Turgor abdomen baik, bising usus normal
f) Akral hangat
2.2.6.2 Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
18
b) Keadaan umum gelisah dan cengeng
c) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir kering
d) Turgor kurang
e) Akral hangat
2.2.6.3 Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
b) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
d) Turgor buruk
e) Akral dingin
f) Pasien harus rawat inap. 15
Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO 10
19
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja
1) makroskopis : bau, warna, lendir, darah, konsistensi
2) mikroskopis : eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
3) kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
4) biakan dan uji sensitivitas 15
2.2.7 Tatalaksana
A. Terapi Cairan
Departemen Kesehatan menetapkan Lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare pada anak balita baik yang dirawat d rumah maupun di
rumah sakit :10
20
1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan
muntah
Berikut ini adalah komposisi dari Oralit Baru yang direkomendasikan oleh
WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak : 10,14
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
21
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturur-turut10,14
Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc yang
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa
pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi
dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Dalam jumlah yang sangat kecil
zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, kekebalan
seluler, serta nafsu makan, zinc juga memiliki peranan dalam system
kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh
terhadap infeksi.
22
karena akan megganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile
yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Pemberian
antibiotic yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap
antibiotic, resistensi terhadap antibiotic terjadi melalui mekanisme :
inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur
bakteri yang menjadi target antibiotic.
23
1. Dehidrasi Tanpa Dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT
diberikan 5-10mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu
umur <1th sebanyak 50-100mL, umur 1-5 th sebanyak 100-200 mL, dan
umur 5th keatas semaunya.
Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anak
lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak
mendapat ASI eksklusif, beri larutan orait atau air matang sebagai
tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanutkan kembali ASI eksklusif pada anak, sesuai dengan umur anak. 10,14
2. Dehidrasi Ringan - Sedang
3. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk
bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh
(somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi)
memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan
parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut 14 :
1. Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
2. Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2½ jam
24
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetessan IV
dapat dipercepat, setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar,
lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai.1,8,10,11
Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
: biasanya sesudah 3-4jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak Tablet
Zinc ssuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.
RENCANA TERAPI A
(Pencegahan Dehidrasi)
25
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :
- Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat.
- Beri makanan kaya kalium seperti sari buah, pisang, air kelapa hijau
- Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi kecil (setiap 3 – 4 jam)
- Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama
2 minggu.
26
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI.
RENCANA TERAPI B
27
➢ Berikan minum sedikit demi sedikit.
➢ Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi
oral pelan-pelan.
➢ Lanjutkan ASI kapanpun anak meminta.
- Setelah 4 jam :
➢ Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
➢ Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi.
➢ Mulai beri makan anak sedikit demi sedikit.
- Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
➢ Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di
rumah.
➢ Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan
dalam Rencana Terapi A.
➢ Jelaskan 5 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di
rumah.
28
3. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Berat 14
29
B. Terapi Medikamentosa
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, karena sebagian
besar diare infeksi disebabkan oleh rotavirus yang bersifat self limited dan
tidak dapat dibunuh oleh antibiotik.10 Pemberian antibiotik dilakukan atas
indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera.14
30
Antibiotika pada diare 10
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat)
Giardiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
2.2.8 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
31
2.2.9 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.15
2.2.10 Pencegahan
a. Upayakan ASI tetap diberikan.
b. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan.
c. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban.
d. Imunisasi campak.
e. Memberikan makanan penyapihan yang benar.
f. Penyediaan air minum yang bersih
g. Selalu memasak makanan.
h. Pemberian Probiotik (mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya
keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Mekanisme
probiotik dalam pencegahan diare melalui : perubahan lingkungan
mikrolumen usus, kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen
pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin terhadap mukosa
usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.
i. Pemberian prebiotic (bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi
bahan makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi
dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan
kesehatan. 10,15
32
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
3.2. Visi
Menjadi Puskesmas yang mengutamakan kepuasan pelanggan dengan
pelayanan standard Mutu Internasional menuju tercapainya Duren Sawit
sebagai kota sehat.
3.3. Misi
i. Meningkatkan mutu pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan.
ii. Mengembangkan profesional SDM
iii. Mengembangkan sarana kesehatan puskesmas.
iv. Mewujudkan manajemen puskesmas kompak dan solid.
v. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
33
Dokter Gigi : 1 orang
Bidan : 4 orang
Perawat : 4 orang
Ahli Gizi : 1 orang
Tata usaha : 2 orang
Apoteker : 1 orang
Kebersihan : 2 orang
Kesehatan Lingkungan : 1 orang
Keamanan : 2 orang
34
3.6. Sarana Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Duren Sawit
RS Pemerintah :1
Puskesmas :2
Rumah Bersalin :0
Posyandu : 19
Posbindu : 17
Poslansia :2
Dokter Praktek : 10
Bidan Praktek :8
Apotek :4
Shinse :1
Akupunktur :1
Taman Gizi :1
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada
bayi/balita.
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki
Bayi/Balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Duren Sawit dan populasi
terjangkau adalah Ibu yang memiliki Bayi/Balita yang datang ke Poli
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit.
36
4.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Kuesioner data diri yang tidak lengkap
2. Ibu yang memiliki bayi/balita yang pernah mengalami diare yang
datang berobat ke sarana pelayanan Kesehatan Puskesmas Kelurahan
Duren Sawit namun tidak tinggal di wilayah setempat
3. Ibu tidak bersedia menjadi responden
37
2 Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang Pengisian Kuesio 1 = SD Ordinal
dicapai responden kuesioner ner
2 = SMP
3 = SMA
4 = S1/D3
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari hasil pengisian lembar kusioner yang diberikan langsung
kepada responden saat penelitian.
38
Tabel 4.2 Uraian Kuesioner Penelitian
5 15,16,17,18,19,20
Total 19
1. Editing
39
2. Coding
40
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden di hasil data yang
akan disajikan nanti.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden terjamin hanya
akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing.
4. Beneficence dan Maleficence
Penelitian yang dilakukan mengupayakan manfaat yang maksimal
dengan kerugian yang minimal. Peneliti mampu melaksanakan
penelitian yang memenuhi persyaratan ilmiah dan sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan responden penelitian serta tidak mencelakakan
atau melakukan hal-hal yang merugikan.
5. Justice (Keadilan)
Semua responden akan diperlakukan secara adil dan baik selama
keikutseraan dalam penelitian tanpa ada diskriminasi.
Persiapan Penelitian
Pemilihan Sampel
Memenuhi Kriteria
Pengolahan Data
Hasil
41
BAB V
b. Berdasarkan Pendidikan
42
c. Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Kejadian ini dapat terjadi karena pada kelompok bayi dan balita
merupakan yang lebih rentan terhadap penyakit infeksi, bahkan dapat
menderita sakit yang lebih berat. Pada kelompok ini juga mudah
mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya akibat terjadinya
malnutrisi dan juga dapat mengakibatkan kematian.16
43
Saat usia 1 - 3 tahun anak-anak masih sebagai konsumen pasif,
artinya mereka tinggal menerima apa saja yang disediakan orang
tuanya. Walau gigi-geligi sudah mulai tumbuh, namun belum dapat
digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras. Sehingga
makanan yang disajikan harus benar-benar lunak dan dimasak sampai
matang. Pada periode ini pemberian ASI tetap diteruskan sampai anak
berusia dua tahun. Meskipun jumlah ASI yang diproduksi sudah mulai
berkurang, ASI masih merupakan makanan sumber zat gizi berkualitas
tinggi.17
44
b. Jenis Kelamin Balita
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Balita yang Mengalami Diare
Berdasarkan Jenis Kelamin
Usia Balita Frekuensi Presentase (%)
Perempuan 42 58,3
Laki-laki 30 41,7
Total 72 100
orang (41,7%).
45
orang (76%), pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (22%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (2%) dari total 100 responden.
46
menunjukkan tidak sejalan dengan teori di atas karena ibu memiliki
pengetahuan baik dan usia 20-35 tahun, akan tetapi masih banyak
memiliki balita yang mengalami diare, hal ini dapat di sebabkan oleh
faktor-faktor lain, seperti adanya budaya yang tidak sesuai dengan
cara penanganan diare, dapat disebabkan oleh factor yang mengasuh
balita yang mengalami diare tersebut bukan dari ibu nya sendiri, tapi
nenek nya atau pembantu nya dan dapat di sebabkan oleh pengalaman
ibu dalam menangani penyakit diare masih kurang.18
Pengetahuan baik dipengaruhi oleh informasi yang diterima atau
faktor pengalaman. faktor pengalaman merupakan salah satu cara pokok
manusia untuk mendapatkan pengetahuan. seseorang yang telah lama
hidup tentunya mengalami banyak hal dan memperoleh berbagai
informasi yang akan menambah pengetahuannya. Oleh sebab itu apabila
pengalaman seseorang masih kurang maka pengetahuan yang
didapatkanya pun akan kurang.18
47
rata memiliki tingkat pengetahuan yang baik, yaitu pada tingkat
pendidikan sarjana sebanyak 7 orang (9,7%), pada tingkat SMA sebanyak
21 orang (55,4%), pada tingkat SMP sebanyak 12 (16,7%) dan pada
tingkat SD sebanyak 2 orang (2,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Motto,dkk (2012) tentang Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Diare pada Anak di Puskesmas Bahu Manado bahwa distribusi
responden berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan menengah
(SMA atau sederajat) yaitu sebanyak 49 orang (63,6%).21
Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut rendah, maka
akan menghambat perkembangan sikap seseorang. Namun dalam
penelitian ini tingkat pendidikan sudah cukup tinggi akan tetapi kejadian
diare pada balita yang di miliki oleh responden masih banyak, hal ini
menujukkan tingkat pendidikan ibu bukan satu-satunya faktor yang
menyebabkan diare akan tetapi dapat di sebabkan faktor lain seperti
pencegahan atau penanganan diare yang masih salah atau kebiasaan ibu
yang masih memberi jajanan sembarangan pada anak nya. hal ini sejalan
dengan penelitian Hartini, dkk (2016), bahwa hasil penelitian
menunjukkan hubungan positif dan secara statistik signifikan antara
kebiasaan menyuapi anak di luar rumah dengan kejadian diare pada anak
balita. anak balita yang biasa disuapi diluar rumah memiliki resiko untuk
mengalami diare 10,26 kali lebih tinggi dari anak yang disuapi di dalam
rumah. hal ini dikarenakan makanan yang di luar rumah belum tentu
bersih karena dapat terkontaminasi sehingga tidak hygenis. Untuk
menghindari diare penyajian makanan harus memenuhi persyaratan
sanitasi, yaitu bebas dari kontaminasi, bersih dan tertutup serta dapat
memenuhi selera makan.22
48
d. Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Pekerjaan Ibu
49
signifikan antara lingkungan dengan kejadian diare pada balita dengan
niali p = 0,009 < 0,05. hal ini membuktikan bahwa lingkungan sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan dan termasuk timbulnya
gangguan terhadap kehidupan manusia seperti penyakit diare. oleh karena
itu lingkungan harus selalu dalam keadaan sehat artinya kebersihan
lingkungan harus tetap dijaga.
50
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang diare
pada bayi/balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Duren Sawit Tahun 2022,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik ibu dari segi usia yaitu mayoritas
usia 20-35 tahun sebanyak 49 responden (68,1%), sedangkan dari segi
pendidikan responden dengan Pendidikan SMA atau sederajat yaitu sebanyak
33 orang (45,8%) dan dari segi pekerjaan ibu mayoritas ibu tidak bekerja
yaitu sebanyak 50 orang (69,4%).
2. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik bayi/balita yang pernah mengalami
diare dari segi usia yaitu mayoritas usia 12-36 bulan sebanyak orang (79,4%)
dan dari segi jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 56 orang (52,3%).
3. Hasil penelitian berdasarkan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang diare
pada balita adalah mayoritas ibu berpengetahuan baik yaitu sebanyak 42
orang (58,3%).
4. Hasil penelitian berdasarkan tabulasi silang responden yang berpengetahuan
baik berdasarkan umur mayoritas pada umur ibu 20-35 tahun yaitu sebanyak
27 (37,5%) dari 72 responden, sedangkan responden terbanyak yang
berpengetahuan baik berdasarkan pendidikan yaitu pada ibu yang
berpendidikan SMA sebanyak 21 (29,2%) dan responden terbanyakk yang
berpengetahuan baik berdasarkna pekerjaan ibu yaitu ibu yang tidak bekerja
sebanyak 32 orang (44,4%)
51
6.2 Saran
a. Bagi Puskesmas
b. Bagi Masyarakat
c. Bagi peneliti
52
DAFTAR PUSTAKA
53
11. Subagyo B., Santoso NB. 2015. Diare Akut dalam buku ajar
Gastroenterologi Hepatologi, Jilid 1, edisi 1. Badan Penerbit IDAI.
Jakarta, Hal 87 - 119.
12. Rusepno H dan Husein A. (1988). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.
Infomedika. Jakarta.
13. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2020.
14. Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta Hal.13 -32.
15. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.
16. Fitri, Shinta Milanda. 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota
Tangerang Selatan. Jakarta; FKIK UIN Syarif Hidayatullah
17. Husaeni, Hermin. 2017. Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Penanganan Diare Pada Anak Di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar.
Media Neliti
18. Sukardi, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
Diare pada Balita Umur 6-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Tahun 2016. Poasia: FKM Universita Halu Oleo
19. Thanniel, Malvin. 2021. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Diare Pada Balita Di Kota Medan Tahun 2020. Medan: FK Universitas
Sumatera Utara
20. Baekah, Ismu Ayu Rohisul, 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Diare pada Balita di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo
Yogyakarta , Yogyakarta : Stikes Jendral A.Yani Yogyakarta.
21. Motto, Stephany Y, dkk. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang DIare
paada Anak di Puskesmas Bahu Manado. Manado: FK Universitas Sam
Ratulangi
22. Hartini, dkk. 2016. Hubungan Aantara Umur Anak Balita, Kebiasaan
Menyuapi Anak di Luar Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di
54
Kawasan Padat Penduduk Kalicode Kota Yogyakarta. Surakarta: FKM
Universitas Sebelas Maret Surakarta
23. Palancoi, Najmuddin Andi. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan dan
Lingkungan dengan Kejadian Diare Akut pada Anak di Kelurahan
Pabbundukang Kecamamtan Pangkajene Kabupaten Pangkep Vol. II no.2
Makassar: FIK UIN Alauddin Makassar
55
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
Jakarta, 2022
Yang menyatakan
( )
56
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk pengisian
57
B. Kuesioner tingkat pengetahuan
58
13 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah makan dapat mencegah diare.
59
Lampiran 3 – Analisis Data menggunakan SPSS
60
61
62