Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Saat seseorang memasuki usia remaja terjadi berbagai

perubahan baik fisik maupun mental. Pada remaja putri khususnya

ditandai dengan dimulainya siklus menstruasi. Pada masa ini mereka

seharusnya mendapat informasi yang akurat tentang menstruasi.

Informasi tersebut misalnya proses terjadinya menstruasi, gangguan

menstruasi yang mungkin terjadi, mitos atau kebiasaan yang ada di

masyarakat yang berkaitan dengan menstruasi dan sebagainya.

Informasi ini dapat diberikan oleh tenaga kesehatan, guru ataupun

konselor (Nelwati, 2006).

Beberapa gangguan menstruasi diantaranya adalah sindroma

premenstruasi, amenore, dysmenorrhea, hipermenore, dan hipomenore.

Namun yang paling sering ditemukan diantara gangguan tersebut adalah

dysmenorrhea (Nelwati, 2006).

Dysmenorrhea adalah nyeri haid yang merupakan suatu gejala

dan bukan suatu penyakit timbul akibat kontraksi disritmik miometrium

yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan sampai

berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik pada sisi

1
2

medial paha. Dikenal dua jenis dismenore primer dan dismenore

sekunder (Ritaherlina, 2008).

Angka kejadian dysmenorhea di dunia sangat besar rata-rata dari

50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri haid. Sementara di

Indonesia diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh

rasa nyeri selama haid (Anonim, 2008).

Angka kejadian dysmenorrhea tipe primer di Indonesia adalah

sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe

sekunder. Dysmenorrhea menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan

kesulitan berkonsentrasi, yang dapat membatasi wanita untuk

melakukan aktivitas sehari-hari (Nurmasitoh, 2008).

Salah satu penyebab dismenore adalah faktor psikis. Faktor psikis

ini dapat ditimbulkan oleh stres karena kurangnya pengetahuan remaja

tentang menstruasi. Kurangnya pengetahuan remaja ini adalah akibat

kurangnya informasi kesehatan yang benar dan kurangnya akses remaja

terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Padahal mitos dan informasi

yang salah tentang menstruasi akan mempengaruhi emosi dan gagap

dalam mengahapi menstruasi (Nelwati, 2006).

Berdasarkan uraian mengenai dysmenorhea tersebut, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat pengetahuan

siswi tentang dysmenorhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009.


3

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pengetahuan siswi tentang pengertian

dysmenorhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan siswi tentang penyebab

dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009?

3. Bagaimana tingkat pengetahuan siswi tentang pencegahan

dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya tingkat pengetahuan siswi tentang

dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswi tentang pengertian

dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009.


4

2. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswi tentang penyebab

dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009.

3. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswi tentang pencegahan

dan dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene periode April 2009.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Ilmiah

Merupakan sumber informasi ilmiah dari para tenaga

kesehatan dalam memberikan informasi yang akurat tentang

dysmenorrhea dan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan.

I.4.2 Manfaat Tempat Penelitian

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu

kebijakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene

dalam menyusun perencanaan dan program yang berhubungan

dengan tingkat pengetahuan siswi tentang dysmenorrhea.

I.4.3 Manfaat Institusi

Sebagai bahan bacaan tentang masalah dyemenorrhea di

Akademi Kebidanan Salewangang Maros.


5

I.4.4 Manfaat bagi Peneliti

1. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti,

yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti

tentang dysmenorrhea.

2. Sebagai salah satu persyaratan yang diajukan untuk

menyelesaikan Diploma III (DIII) Kebidanan di Akademi

Kebidanan Salewangang Maros.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengetahuan

II.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk

tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,

prinsip, prosedur yang secara probabilitas bayesian adalah benar

dan berguna (Meliono, 2007).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan

diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya

untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah

dilakukan atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan yang lebih

menekankan pada pengamatan dan pengalaman inderawi

dikenal sebagai pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa

didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang

dikakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris

tersebut dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila

seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri,

sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.

6
7

Pengetahuan empiris dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

manusia (Meliono, 2007).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yang tercakup dalam

(Notoatmodjo, 2003), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu

yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan

dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya.


8

3. Menerapkan (application)

Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

3. Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

berada dalam suatu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

4. Sintesa (syntesis)

Sintesa menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-

formulasi yang ada.


9

5. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

II.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat

memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan

lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya

lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa


10

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu

sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya: radio,

televisi, majalah, koran, dan buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang

berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk

menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.

II.1.3 Kategori Pengetahuan

Cara pemberian skor pada suatu penelitian terpancang

suatu pengertian bahwa angka 100 adalah angka tertinggi yang

mungkin dicapai. Adanya angka 100 tertinggi karena pada

penilaian peneliti menggunakan skala 1-100. Pada pemberian

skor tertinggi adalah 100 dan terendah adalah 0. Jika responden

mampu menjawab benar 76-100% dari jumlah seluruh pertanyaan


11

maka tingkat pengetahuan responden dikategorikan “baik”. Jika

responden mampu menjawab 60-75% dari jumlah seluruh

pertanyaan maka tingkat pengetahuan responden dikategorikan

“cukup”. Jika responden mampu menjawab kurang dari 60% dari

jumlah seluruh pertanyaan maka tingkat pengetahuan responden

dikategorikan “kurang” (Arikunto, 2006).

II.1.4 Kategori Kuesioner

Kuesioner merupakan yang berupa angket denagan

beberapa pertanyaan. Alat ukur digunakan bila responden

jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat

mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan

kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh

peneliti terhadap penelitian yang akan dilakuakan (Hidayat, 2007).

Pada jenis pengukuran ini penulis mengumpulkan data

secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara

tertulis. Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi

pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti (Hidayat,

2007).

II.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui

wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Tes yang


12

digunakan adalah tes pilihan ganda (multiple choise test)

(Widianty, 2007).

Terdiri dari suatu keterangan atau pemberitahuan

tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk

melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan

jawaban atau alternative (options) yang telah disediakan. Options

ini terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban benar dan

beberapa pengecoh (distractor) (Widianty, 2008).

II.2 Siswi

Siswi adalah murid atau peserta didik perempuan yang

merupakan bagian dalam mengikuti pelajaran di sekolah sama dengan

murid laki-laki atau siswa. Peserta didik (siswa-siswi) adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu (Rauf, 2003).

II.3 Dysmenorrhea

II.3.1 Pengertian Dysmenorrhea

Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani, dys yang

berarti sulit, nyeri, abnormal. Meno berarti bulan dan Rrhea yang

berarti aliran atau arus. Dysmenorrhea didefenisikan sebagai


13

aliran menstruasi yang sulit (difficult menstrual glow) atau

menstruasi yang nyeri (painful menstruation) (Anurogo, 2008).

Dysmenorrhea adalah nyeri haid menjelang atau selama

haid sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan

harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit

kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah (Mansjoer, 2001).

Dysmenorrhea adalah menstruasi yang disertai dengan

rasa sakit yang hebat dan kram. Dysmenorrhea dibagi menjadi 2

yaitu dysmenorrhea primer dan sekunder. Dysmenorrhea primer

timbul sejak hari pertama dan akan menghilang dengan

sendirinya. Nyeri haid ini tidak perlu bantuan medis untuk

mengatasinya. Dysmenorrhea sekunder adalah nyeri haid yang

disertai kelainan anatomis genetalis. Biasanya muncul jika ada

penyakit tertentu yang datang kemudian (Anonim, 2009).

II.3.2 Penyebab Dysmenorrhea

Faktor penyebab timbulnya nyeri pada saat menstruasi

sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Berdasarkan

pendekatan teori hormonal, dysmenorrhea dihubungkan dengan

perubahan hormon yang cukup signifikan pada periode

menstruasi (Nurmasitoh, 2008).

Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar

prostaglandin. Wanita yang mengalami dysmenorrhea memiliki


14

kadar prostgalandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita yang tidak mengalami dysmenorrhea.

Dysmenorrhea sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh

wanita hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk

merangsang persalinan (Azzahra, 2009).

Bila dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri haid terbagi 2

kategori yaitu:

1. Dysmenorrhea Primer

Nyeri haid atau dysmenorrhea primer. Ini merupakan

nyeri haid yang disebabkan oleh faktor hormon lokal dalam

rahim yang berkombinasi faktor psikologis serta

keturunan/genetik. Hormon lokal tersebut menyebabkan

terjadinya pengerutan atau kontraksi otot-otot rahim yang

menyebabkan tertekannya aliran dalam pembuluh darah otot

rahim berdampak pada kekurangan suplai oksigen pada

serabut-serabut saraf yang menimbulkan nyeri. Nyeri haid

primer ini biasanya terjadi 2-3 tahun setelah perempuan

mengalami haid awal atau menarse. Ada teori yang

menyebutkan bahwa dengan persalinan, nyeri haid primer ini

akan berkurang intensitasnya dibandingkan saat perempuan

belum pernah melahirkan. Disebutkan pula salah satu

penyebabnya karena saat persalinan terjadi peregangan rahim


15

yang besar sehingga beberapa serabut saraf mengalami

kerusakan. Setelah masa nifas berakhir, serabut-serabut saraf

tersebut tersusun tidak sempurna seperti awalnya, sehingga

reaksi nyeri haid menjadi berkurang (Biben, 2009).

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk

menerangkan penyebab dysmenorrhea primer, tetapi

patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa

faktor memegang peranan sebagai penyebab dysmenorrhea

primer antara lain:

a. Faktor kejiwaan

Gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang

proses haid, mudah timbul dysmenorrhea.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas,

dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.

Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan

sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan

terjadinya dysmenorrhea primer adalah stenosis kanalis

servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam


16

hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis

servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap

sebagai faktor yang penting, sebagai penyebab

dysmenorrhea.

d. Faktor endokrin

Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dysmenorrhea primer disebabkan oleh kontraksi uterus

yang berlebihan. Faktor endoktrin mempunyai hubungan

dengan tonus dan kontraktilitas otot usus.

e. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya

asosiasi antara dysmenorrhea dengan urtikaria, migraine

atau asma bronkiale. Smith menduga bahwa sebab alergi

adalah toksin haid (Wiknjosastro, 2005).

1. Dysmenorrhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder dimulai pada usia dewasa dan

menyerang wanita yang semula bebas dari dysmenorrhea.

Bilamana ditemukan nyeri haid tiba-tiba setelah masa tanpa

nyeri sebelumnya, maka seringkali penyebabnya adalah

kelainan organik (Ritaherlina, 2008).

Penyebab dari dysmenorrhea sekunder adalah kelainan

organik, seperti:
17

a. Endometrium pelvis dan adenomiosis

b. Uterus miomatesus, terutama mioma submukosum

c. Kelainan letak uterus, seperti retrofleksi, hiperantefleksi,

dan retrofleksi terfiksasi

d. Penyakit radang pada panggul kronik

e. Tumor ovarium, polip endometrium

f. Anomali kongenital traktus genetalia

g. Stenosis atau striklura kanalis servikalis, varitosis pelvik

dan adanya Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

h. Faktor psikis seperti takut punya anak, konflik dengan

pasangan. (Anonim, 2009).

Penyakit rongga panggul yang menahun juga

menimbulkan dysmenorrhea dengan rasa sakit menyeluruh di

daerah bawah perut, tidak bisa ditentukan lokasinya secara

cepat, dan terus menerus. Keluhan sakit pada wanita yang

mengidap penyakit peradangan rongga panggul yang akut

maupun yang menahun, pada waktu haid akan bertambah

berat. Rasa sakit yang timbul tiba-tiba disertai demam,

biasanya berkaitan dengan peradangan rongga panggul yang

akut. Pada keadaan ini rasa sakit menyerang di seluruh perut

dan berlangsung baik selama darah menstruasi sudah bersih.


18

II.3.3 Patofisiologi Dysmenorrhea

1. Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang dijumpai

tanpa kelainan pada otot-otot genitalia yang nyata.

Dysmenorrhea primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya 12 bulan atau lebih (Wiknjosastro, 2005).

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan

mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan labilisasi

membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan

enzim senyawa fosfolipase A 2. Fosfolipase A2 akan

menghidrolisis fosfolipid yang ada di membran sel

endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam

arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan

merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan

menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa

(Qittun, 2008).

Penyebab utama dysmenorrhea primer adalah adanya

prostaglandin F2 (PGF2), yang dihasilkan di endometrium.

PGF2 merupakan hormon yang diperlukan untuk

menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi. Pada

remaja yang mengalami dysmenorrhea, jumlah produksi


19

PGF2 lebih di atas nilai normal. Tindakan mengurangi jumlah

PGF2 yang tersedia dalam tubuh merupakan metode utama

dalam mengurangi dysmenorrhea. Karena kontrasepsi

kombinasi hormon dapat menurunkan sintesis prostaglandin

dan memberi manfaat dalam pengendalian kehamilan, obat ini

seringkali dijadikan lini pertama penanganan dysmenorrhea

pada remaja (Varney, 2006).

Apabila hormon prostaglandin pada rahim makin

bertambah menyebabkan kontraksi dan pengencangan otot

rahim. Jika otot rahim sangat kencang, prostaglandin akan

menghalangi tersedianya oksigen rahim yang disuplai melalui

pembuluh darah. Kontraksi yang terlalu kuat menyebabkan

suplai darah ke uterus berhenti untuk sementara, sehingga

otot uterus kekurangan oksigen dan mengalami suatu iskemia

dan menimbulkan nyeri (Nurmasitoh, 2008).

Respon tubuh terhadap nyeri merupakan proses yang

sangat kompleks dan melibatkan berbagai aspek. Perbedaan

persepsi nyeri yang terjadi, dikarenakan perbedaan tiap

individu dalam merespons dan mempersepsikan nyeri.

Kemampuan merespon dan mempersepsikan nyeri ini

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain:


20

a. Faktor lingkungan

b. Faktor usia

c. Faktor budaya

d. Faktor kecemasan dan stres individu

e. Faktor kepercayaan/agama

f. Pengalaman nyeri sebelumnya (Nurmasitoh, 2008).

2. Dysmenorrhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder ialah nyeri haid yang

berhubungan dengan kelainan anatomis ini kemungkinan

adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip

endometrial, polip serviks, pemakaian IUD (Intra Uterine

Devices) atau AKDR (Alat Kontrasepi dalam Rahim)

(Manuaba, 1999).

Dysmenorrhea sekunder diduga disebabkan oleh

peningkatan prostaglandin yang merupakan mediator dalam

reaksi radang yang jumlahnya akan tinggi pada keadaan

adanya penyakit radang panggul seperti endometriosis,

fibromioma, serta kelainan ginekologis lainnya. Namun,

pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid, dan kontrasepsi oral

untuk mengatasi dysmenorrhea sekunder kurang memberi

respon yang memuaskan. Seperti namanya, rasa sakit hanya

sekunder terhadap penyebab-penyebab yang telah ada.


21

Kadang-kadang rasa sakit ini berhubungan dengan penyakit

yang sebenarnya menyerang pinggul. Keadaan paling buruk

yang dikenal dengan endometriosis. Ini berarti bahwa ada

sepotong jaringan yang kecil, sangat mirip dengan yang

melapisi kandungan, telah mulai bertumbuh pada organ-organ

pinggul lain mungkin di luar rahim, atau radang telur atau

saluran-saluran falofi (Azzahra, 2009).

Nyeri pada dysmenorrhea sekunder muncul ketika

terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di sekitar

pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah atau karena

iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan

fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan

ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat

menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri

(Debrythaayu, 2009).

II.3.4 Manifestasi Klinik

1. Dysmenorrhea Primer (Mansjoer, 2001)

a. Usia lebih muda

b. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

c. Sering pada multipara

d. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik


22

e. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari

pertama atau hari kedua

f. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik

g. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

h. Sering memberikan respons terhadap pengobatan

medikamentosa

i. Pemeriksaan pelviks normal

j. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri

kepala

2. Dysmenorrhea Sekunder (Mansjoer, 2001)

a. Usia lebih tua

b. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

c. Tidak berhubungan siklus dengan paritas

d. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul

e. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan

keluarnya darah

f. Berhubungan dengan kelainan pelvik

g. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

h. Seringkali memerlukan tindakan operatif

i. Terdapat kelainan pelvik


23

II.3.5 Pemeriksaan Penunjang

Pada dysmenorrhea primer pemeriksaan daerah rongga

panggul biasanya tidak ditemukan kelainan apa-apa.

1. Pemeriksaan laboratorium:

a. Tidak ada tes spesifik untuk diagnosa dysmenorrhea

primer. Diagnosis ditegakkan berdasarkan clininal findings.

b. Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk

menyingkirkan penyebab organik dysmenorrhea:

1) Cervical culture untuk menyingkirkan sexually

transmitted diseases

2) Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi

3) Kadar Human Chorionic Gonadotropin untuk

menyingkirkan kehamilan ektopik.

4) Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai

klinis yang terbesar selama mengevaluasi wanita

dengan dysmenorrhea karena nilai prediktif negatifnya

yang relatif rendah.

2. Prosedur pemeriksaan lainnya:

a. Studi yang lebih invasive lainnya, termasuk laparascopy,

hysteroscopy, dilatation, dan curettage, dapat diperlukan.

b. Pemeriksaan laparaskopi merupakan prosedur tunggal

yang paling bermanfaat. Ini meliputi survei diagnostik yang


24

lengkap pada pelvis dan organ reproduktif untuk

memastikan adanya proses patologi apapun yang

bermakna secara klinis atau menimbulkan gejala-gejala

klinis.

c. Hysteroscopy, dilatation, curettage dapat diindikasikan

untuk mengevaluasi patologi intrauterine yang ditemukan

pada imaging studies.

d. Suatu biopsi endometrium diindikasikan jika ada

pertimbangan disertai endometritis (Anurogo, 2007).

II.3.6 Pencegahan dan Penanganan Dysmenorrhea

1. Pencegahan dysmenorrhea:

a. Selama haid hindari melakukan olahraga berat

b. Hindari mengkonsumsi alkohol, kopi, juga coklat. Karena

hal ini dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh.

c. Lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan serta

makanan yang berkadar lemah rendah.

d. Konsumsi vitamin. Vitamin E sebanyak 400 mg bisa

mencegah peradangan dan meningkatkan respon

kekebalan tubuh. Atau gunakan juga vitamin B6 untuk

mengurangi penerimaan estrogen. Lebih baiknya minum

juga minyak ikan yang bisa mengurangi radang. Selain itu,


25

minyak ikan juga berguna untuk menghambat pertumbuhan

tidak normalnya jaringan endometrial.

e. Menjalani pola hidup sehat, jika sudah waktunya jangan

menunda kehamilan. Lakukan juga pemeriksaan rutin

secara berkala. Seperti menjaga makanan dengan gizi

seimbang, olahraga teratur, cukup istirahat, manajemen

stres, serta pemeriksaan kesehatan (Anonim, 2009).

Dysmenorrhea dapat pula dicegah dengan:

1. Menghentikan kebiasaan merokok (smoking

cessation).

2. Riset secara randomized controlled trial

menunjukkan hubungan yang signifikan anatara diet

vegetarian rendah lemak dan pengurangan (reduction)

gejala.

3. Aktivitas fisik atau berolahraga dapat mengurangi

nyeri haid dengan memperperbaiki aliran darah dan

pelepasan endorfin.

4. Riset secara randomized controlled trial

menunjukkan bahwa akupuntur juga mengurangi gejala

(Anurogo, 2007).

2. Prinsip pengobatan pada dysmenorrhea ada 3 yaitu:

a. Hormonal
26

b. Mengobati keluhan (simptomatis)

c. Mungkin perlu operasi ( Yatim, 2001)

Singkirkan terlebih dahulu kelainan organik. Bila ada, obati

sesuai kelainan yang ada. Pada wanita usia muda dicoba dulu

dengan spasmolitik atau analgetik (Mansjoer, 2001).

Penatalaksanaan pada dysmenorrhea dapat dilakukan

dengan memberikan penjelasan dan informasi tentang

dysmenorrhea, serta menjelaskan bahwa dysmenorrhea. Ini dapat

diatasi dengan pengobatan yang sederhana. Ada beberapa

penanganan antara lain:

1. Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah

gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya

diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,

pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan

salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul

mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai

makanan sehat, istirahat yang cukup dan olahraga mungkin

berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi (Wiknjosastro,

2005).

2. Pemberian obat analgetik


27

Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur

dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi

penderitaan. Obat analgetik yang sering diberikan adalah

preparat kombinasi aspirin, fena setin dan kafein. Obat-obat

paten yang beredar di pasaran adalah antara lain novalgin,

ponstan, acet amnophen, dan sebagainya (Wiknjosastro,

2005).

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini

bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa

gangguan benar-benar dysmenorrhea primer atau

memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting

pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai

dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi

(Wiknjosastro, 2005).

Pil KB atau pemberian progesteron saja (nortestosteron,

medroksi progesteron asetat, didrogesteron) dari 5-25 siklus

haid 5-10 mg/hari. Pengobatan berlansung berbulan-bulan.

Setelah keluhan nyeri berkurang, progesteron cukup diberikan

pada hari ke-16 sampai ke-25 siklus haid (Mansjoer, 2001).

4. Terapi dengan obat nonsteroid anti prostaglandin


28

Terapi ini memegang peranan yang makin penting terhadap

dysmenorrhea primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen,

dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat

disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya

pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1-3 hari sebelum

haid dan pada hari pertama haid (Wiknjosastro, 2005).

5. Dilatasi kanalis servikalis

Hal ini dapat memberi keringanan karena memudahkan

pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.

Neuroktomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara

uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neuroktomi

ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di

ligamentum infundibulum merupakan tindakan terakhir, apabila

usaha-usaha lain gagal (Wiknjosastro, 2005).

Menurut derajatnya, nyeri haid dibagi ke dalam tiga

kelompok yaitu nyeri haid ringan, sedang dan berat. Nyeri haid

ringan dapat hilang tanpa pengobatan. Sembuh hanya dengan

cukup istirahat, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri

tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah perut bawah.

Nyeri haid yang bersifat sedang bilamana perempuan yang

bersangkutan merasa nyeri yang menyebar di bagian perut

bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal


29

nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.

Pada nyeri haid yang hebat selain gejala nyeri di perut bawah,

juga disertai pusing, sakit kepala, bahkan muntah dan diare.

Dianjurkan untuk sedini mungkin memeriksakan diri ketika nyeri

haid terjadi. Jangan sampai mengabaikan gejala-gejala tersebut.

Siapa tahu, gejala yang tadinya ringan merupakan permulaan dari

penyakit yang serius. Misalnya, penyakit endometriosis yang

umumnya berkaitan dengan kesulitan memiliki keturunan atau

infertilitas (Biben, 2009)

Pengobatan umum dari nyeri haid bergantung pada

penyebab kejadian tersebut. Nyeri haid primer biasanya dapat

dikuasai dengan memberikan konseling, istirahat dan obat-obat

antiprostaglandin yang dapat menyebabkan berkurangnya keram

otot rahim. Untuk nyeri haid sekunder perlu diobati sesuai dengan

penyebabnya, apakah pemberian penangkal nyeri, penggunaan

antibiotik, pengangkatan benda asing misalnya (Intra Uterine

Devices) IUD, atau tindakan operatif lainnya. Yang penting,

perempuan tidak menganggap bahwa nyeri haid adalah hal yang

biasa terjadi, bagaimanapun penentuan penyakit yang lebih awal

akan dapat membawa hasil pengobatan yang jauh lebih baik

ketimbang sudah terjadi keterlambatan diagnosis penyakit

tersebut (Biben, 2009).


30

II.4 Sekolah Menengah Atas

SMA singkatan dari Sekolah Menengah Atas merupakan

landasan atau dasar untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi yaitu

Perguruan Tinggi. SMA sangat sering dijadikan lokasi penelitian para

mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi.

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menjadi lokasi penelitian

dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah SMA Neg.1 Pangkajene

terletak di JL. A. Mauraga No. 1 Kecamatan Pangkajene Kabupaten

Pangkep. SMA ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena peneliti

adalah alumnus dari SMA Neg. 1 Pangkajene dan letak sekolah yang

strategis berada di tengah-tengah kota.

Sekolah Menengah Atas(SMA) Negeri 1 Pangkajene memiliki luas

16.217 m2 dengan batas wilayah sebagai berikut

1. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk

2. Sebelah timur berbatasan dengan SMP Neg. 1 Pangkajene

3. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk

4. Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene telah

dilengkapi dengan sarana dan prasarana terdiri dari

1. Ruang teori/kelas 28 buah

2. Laboratorium 5 buah
31

Laboratorium Biologi 1 buah

Laboratorium Fisika 1 buah

Laboratorium Kimia 1 buah

Laboratorium Bahasa 1 buah

Laboratorium Komputer 1 buah

3. Perpustakaan 1 buah

4. Ruang Keterampilan 1 buah

5. Koperasi 1 buah

6. Ruang OSIS 1 buah

7. Mesjid 1 buah

8. Ruang Bimbingan 1 buah

Konseling (BK)

9. Ruang Sanggar Pusat 1 buah

Kegiatan Guru (SPKG)

10. Lapangan Olahraga 4 buah

Lapangan basket 1 buah

Lapangan volly 1 buah

Lapangan takrow 1 buah

Lapangan lompat jauh 1 buah

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene terdiri dari

333 orang siswa dan 558 orang siswi. Jadi jumlah keseluruhan terdapat
32

891 orang pelajar. Jumlah guru tenaga tetap 80 orang dan tenaga tidak

tetap 3 orang.

Jumlah guru berdasarkan Bidang/ Mata Pelajaran yang diajarkan

di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama Islam 2 orang

2. Kewarganegaraan 4 orang

3. Bahasa dan Sastra Indonesia 7 orang

4. Bahasa Inggris 6 orang

5. Bahasa Asing lain (Jerman/Arab) 2 orang

6. Matematika 8 orang

7. Fisika 7 orang

8. Biologi 5 orang

9. Kimia 6 orang

10. Sejarah 4 orang

11. Geografi 3 orang

12. Sosiologi 4 orang

13. Antropologi 1 orang

14. Ekonomi Akuntansi 5 orang

15. Kesenian 3 orang

16. Teknologi Informasi & 2 orang

Komunikasi/Keterampilan
33

17. Pendidikan jasmani 3 orang

18. Pustakawan/wati 3 orang

19. Bimbingan konseling 5 orang

Berdasarkan Ijazah tertinggi jumlah guru di Sekolah Menengah

Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene adalah sebagai berikut:

1. S3/S2 6 orang

2. S1 71 orang

3. D3 5 orang

4. D2/D1/SLTA 1 orang
34

BAB III

KERANGKA KONSEP

III.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

III.1.1 Pengertian

Dysmenorrhea adalah nyeri pada daerah panggul akibat

menstruasi dan produk zat prostatglandin. Seringkali dimulai

segera setelah mengalami haid pertama (menarche). Nyeri

berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita

nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi (Qittun,

2009).

III.1.2 Penyebab

Faktor penyebab timbulnya nyeri sampai saat ini belum

diketahui secara pasti. Berdasarkan pendekatan teori hormonal,

dysmenorrhea dihubungkan dengan perubahan hormon yang

cukup signifikan pada periode menstruasi (Nurmasitoh, 2008).

Dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri haid terbagi 2

kategori yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea

sekunder.
35

III.1.3 Pencegahan 34
Adapun upaya pencegahan terjadinya dysmenorrhea:

1. Selama haid hindari melakukan olahraga berat

2. Hindari mengkonsumsi alkohol, kopi juga coklat

3. Lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan serta

makanan yang berkadar lemak rendah

4. Konsumsi vitamin

5. Menjalani pola hidup sehat (Anonim, 2009)

III.2 Bagan Kerangka Konsep

Pengertian
Dysmenorrhea

Penyebab
Dysmenorrhea

Pencegahan
Dysmenorrhea
Pengetahuan Siswi
tentang Dysmenorrhea
Patofisiologi
Dysmenorrhea

Manifestasi Klinik
Dysmenorrhea

Pemeriksaan Penunjang
36

Keterangan:

: Variabel dependen

: Variabel independen

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

III.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

III.3.1 Pengertian Dysmenorrhea

Dysmenorrhea adalah nyeri perut yang berasal dari kram

rahim dan terjadi selama menstruasi. Gejala dan tanda

dysmenorrhea yaitu nyeri perut bagian bawah, yang bisa

menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri

dirasakan sebagai kram hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul

yang terus menerus ada. Dysmenorrhea juga sering disertai

oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering

berkemih. Kadang sampai terjadi muntah (Anonim, 2009).

Kriteria Objektif:

Baik : Jika siswi menjawab benar 76-100% dari seluruh

pertanyaan tentang pengertian dysmenorrhea.


37

Cukup : Jika siswi menjawab benar 60-75% dari seluruh

pertanyaan tentang pengertian dysmenorrhea.

Kurang : Jika siswi menjawab benar kurang dari 60% dari

seluruh pertanyaan tentang pengertian

dysmenorrhea.

III.3.2 Penyebab Dysmenorrhea

Penyebab dysmenorrhea, yaitu oleh 2 faktor

dysmenorrhea primer adalah dysmenorrhea yang tidak

berhubungan dengan kondisi patologi dan dysmenorrhea

sekunder adalah dysmenorrhea yang dihubungkan dengan

keadaan patologik (Anonim, 2009).

Kriteria Objektif:

Baik : Jika siswi menjawab benar 76-100% dari seluruh

pertanyaan tentang penyebab dysmenorrhea.

Cukup : Jika siswi menjawab benar 60-75% dari seluruh

pertanyaan tentang penyebab dysmenorrhea.

Kurang: Jika siswi menjawab benar kurang dari 60% dari

seluruh pertanyaan tentang penyebab dysmenorrhea.

III.3.3 Pencegahan Dysmenorrhea

Pencegahan dysmenorrhea antara lain dengan olahrag

menjalani pola hidup sehat dengan menghentikan kebiasaan

merokok, diet vegetarian rendah lemak


38

aktivitas fisik atau berolahraga dapat mengurangi nyeri haid

dengan memperbaiki aliran darah dan pelepasan endorphin

(Anurogo, 2008).

Baik: Jika siswi menjawab benar 76-100% dari seluruh

pertanyaan tentang pencegahan dysmenorrhea.

Cukup : Jika siswi menjawab benar 60-75% dari seluruh

pertanyaan tentang pencegahan dysmenorrhea.

Kurang: Jika siswi menjawab benar kurang dari 60% dari

seluruh pertanyaan tentang pencegahan

dysmenorrhea
39

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan

pendekatan analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian non

eksperimental yang bersifat sederhana di mana data berkaitan dengan

variabel dependent dan variabel independent diindentifikasi untuk

mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang tingkat pengetahuan

Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene tentang

Dysmenorrhea.

IV.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 yang

dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene,

Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep.

IV.3 Populasi dan Sampel

IV.3.1 Populasi
40

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

terdaftar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Pangkajene pada bulan April 2009 dengan populasi 558 orang.

IV.3.2 Sampel 39

Sampel yang diambil sebagai responden dalam

penelitian ini adalah siswi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

sebanyak 82 orang siswi.

IV.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cara

purposive sampling yaitu teknik sampling dengan pertimbangan dan

kriteria tertentu (Hidayat, 2007).

IV. 5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yang diberikan kepada siswi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

yang terdaftar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene

Periode April 2009. Kuesioner yang digunakan sudah pernah digunakan

dalam penelitian sebelumnya.

IV. 6 Pengolahan dan Penyajian Data


41

Pengolahan data dilakukan dengan sederhana yakni secara

manual dengan menggunakan kalkulator dan penyajian data dilakukan

dalam bentuk tabel.

IV. 7 Analisis Data

Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis secara deskriptif

untuk mengetahui presentase tingkat pengetahuan siswi Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene tentang dysmenorrhea

dengan rumus distribusi frekuensi:


f
P= x 100%
N

Dimana: P = Presentase yang dicari

f = frekuensi

N = Jumlah sampel (Budiarto, 2001)


42

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Neg. 1 Pangkajene, diperoleh data jumlah

siswi yang terdaftar pada bulan April 2009 sebanyak 558 orang. Yang

diteliti adalah siswi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

terdaftar pada bulan April 2009 sebanyak 82 orang.

Hasil penelitian yang diperoleh selengkapnya disajikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut populasi jumlah

Tabel 1
Gambaran Populasi Jumlah Siswi yang menjadi Responden
di SMA Neg. 1 Pangkajene
Periode April 2009

Siswi Frekuensi %
43

Responden 82 14,70

Bukan responden 476 85,30

Jumlah 558 100

Sumber: Data Primer

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 558 siswi Sekolah Menengah

Atas (SMA) Neg. 1 Pangkajene Periode April 2009 yang menjadi

responden dalam penelitian ini sebanyak 82 orang (14,70%) dan

bukan responden sebanyak 476


42 orang (85,30%).

Tabel 2
Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea
Berdasarkan Pengertian di SMA Neg. 1 Pangkajene
Periode April 2009

Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

Baik 64 78,05

Cukup 16 19,51

Kurang 2 2,44

Jumlah 82 100

Sumber: Data Primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 82 siswi Sekolah

Menengah Atas (SMA) Neg. 1 Pangkajene yang tingkat

pengetahuannya dalam kategori baik tentang pengertian

dysmenorrhea sebanyak 64 orang (78,05%), kategori cukup sebanyak

16 orang (19,51%), dan kategori kurang sebanyak 2 orang (2,44%).


44

Tabel 3
Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea
berdasarkan Penyebab di SMA Neg. 1 Pangkajene
Periode April 20009

Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

Baik 48 58,54

Cukup 16 19,51

Kurang 18 21,95

Jumlah 82 100

Sumber: Data Primer

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 82 siswi Sekolah Menengah

Atas (SMA) Neg. 1 Pangkajene yang tingkat pengetahuannya dalam

kategori baik tentang penyebab dysmenorrhea sebanyak 48 orang

(58,54%), kategori cukup sebanyak 16 orang (19,51%), dan kategori

kurang sebanyak 18 orang (21,95%).


45

Tabel 4
Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea
Berdasarkan Pencegahan di SMA Neg. 1 Pangkajene
Periode April 20009

Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

Baik 71 86,59

Cukup 7 8,53

Kurang 4 4,88

Jumlah 82 100

Sumber: Data Primer

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 82 siswi Sekolah Menengah

Atas (SMA) Neg. 1 Pangkajene yang tingkat pengetahuannya dalam

kategori baik tentang pencegahan dysmenorrhea sebanyak 71 orang

(86,59%), kategori cukup sebanyak 7 orang (8,53%), dan kategori

kurang sebanyak 4 orang (4,88%).


46

V. 2 Pembahasan

Setelah melakukan penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan

Siswi tentang Dysmenorrhea di SMA Neg 1 Pangkajene Periode April

2009, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Dysmenorrhea

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2

diketahui bahwa dari 82 orang siswi yang menjadi responden di

SMA Neg 1 Pangakajene terdapat 64 orang (78,05%) mempunyai

pengetahuan dalam kategori baik tentang pengertian

dysmenorrhea. Sedangkan dalam kategori cukup sebanyak 16

orang (19,51%) dan kategori kurang hanya 2 orang ( 2,44%).

Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan hasil

yaitu sebagian besar responden mempunyai pengetahuan

tergolong baik tentang pengertian dysmenorrhea. Sedangkan

dalam kategori cukup dan kurang hanya sebagian kecil dari

responden. Hal ini sesuai teori tingkat pengetahuan berdasarkan


47

domain kognitif yaitu tahu (know) diartikan sebagai mengingat

suatu materi yamg telah dipelajari sebelumnya. Setelah mendapat

penjelasan salah satunya dalam mata pelajaran Biologi tentang

pengertian dysmenorrhea, siswi mampu menjawab pertanyaan

dengan baik.

2. Penyebab Dysmenorrhea

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3

diketahui bahwa dari 82 orang siswi yang menjadi responden di

SMA Neg 1 Pangakajene terdapat 48 orang (58,54%) mempunyai

pengetahuan dalam kategori baik tentang penyebab

dysmenorrhea. Sedangkan dalam kategori cukup sebanyak 16

orang (19,51%) dan kategori kurang 18 orang (21,95%).

Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan hasil

yaitu sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang

baik tentang penyebab dysmenorrhea. Sedangkan dalam kategori

cukup dan kurang hanya sebagian kecil responden. Sesuai teori

tingkat pengetahuan dalam domain kognitif yaitu analisis yang

merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen. Dalam ini sebagian besar

responden bisa membedakan antara dysmenorrhea primer dan

sekunder berdasarkan penyebab. Selain itu, tingkat pengetahuan


48

yang baik disebabkan oleh Sekolah Menengah Atas (SMA) yang

menjadi lokasi penelitian dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan

dan jaringan internet sehingga memunkingkan siswi memperoleh

banyak informasi tentang nyeri haid.

3. Pencegahan Dysmenorrhea

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.4

diketahui bahwa dari 82 orang siswi yang menjadi responden di

SMA Neg 1 Pangakajene terdapat 71 orang (86,59%) mempunyai

pengetahuan dalam kategori baik tentang pencegahan

dysmenorrhea. Sedangkan dalam kategori cukup sebanyak 7

orang (8,53%) dan kategori kurang sebanyak 4 orang (4,88%).

Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan hasil

yaitu sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang

baik tentang pencegahan dysmenorrhea. Sedangkan dalam

kategori cukup dan kurang hanya sebagian kecil responden. Hal ini

selaras dengan teori bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah pengalaman dan fasilitas.

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang. Salah satunya kebiasaan mengkonsumsi

ramuan tradisional dalam mengatasi nyeri haid. Sedangkan


49

fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi,

majalah, koran, dan buku-buku, Dari media-media tersebut dapat

diperoleh informasi tentang penanggulangan dysmenorrhea yang

efektif bagi remaja.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Neg. 1 Pangkajene mengenai Tingkat

Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea Periode April 2009 maka

dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Tingkat pengetahuan siswi tentang pengertian dysmenorrhea

kategori baik sebanyak 64 orang (78,05%), kategori cukup 16

orang (19,51%) dan kategori kurang 2 orang (2,44%).

2. Tingkat pengetahuan siswi tentang penyebab dysmenorrhea

kategori baik sebanyak 48 orang (58,54%), kategori cukup 16

orang (19,51%), dan kategori kurang sebanyak 18 orang

(21,95%).
50

3. Tingkat pengetahuan siswi tentang pencegahan dysmenorrhea

kategori baik sebanyak 71 orang (86,59%), kategori cukup

sebanyak 7 orang (8,53%), dan kategori kurang 4 orang (4,88%).

VI. 2 Saran 49

1. Penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat memberikan tambahan

informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.

2. Disarankan kepada semua perempuan tidak menganggap bahwa

nyeri haid adalah hal yang biasa terjadi, bagaimanapun

penentuan penyakit yang lebih awal akan dapat membawa hasil

pengobatan yang jauh lebih baik.

3. Mengingat penelitian ini sangat sederhana diharapkan peneliti

berikutnya untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan

menggunakan metode yang berbeda seperti indept interview agar

data yang diperoleh lebih mendalam.


51

ABSTRACT

Painful menstruation or dysmenorrhea is pain that accompanies the


coming period. Figures painful menstruation occurrence in the world is very
big. Average more than 50% of women in each country mengalaminya.
Indonesia is estimated at 55% of women age experience period pain.
This study aims to determine the level of knowledge about student
dysmenorrhea in SMA Neg. 1 Pangkajene Period April 2009. Type of
research that is used is the type of survey research with a descriptive
approach.
Population in this research is that all students enrolled in S of 558
people. The sample in this research is a student majors Natural Sciences
(IPA), which is registered in the SMA Neg. 1 Pangkajene Period April 2009 as
many as 82 people.
Results of research conducted that the level of student SMA Neg. 1
Pangkajene Period April 2009 included in the category of 'good'. Based on
the understanding there are 78.05%, cause there are 58.54%, and the
prevention of dysmenorrhea there is 86.59%. Results of research indicate
that knowledge respondents in both categories indicate the potential of the
SMA Neg. 1 Pangkajene Period April 2009 obtained after explanation of the
Adolescent Reproductive Health in the subject Biology. Stay in the provision
of books need to be especially on health dysmenorrhea in the school library,
and for further research can be conducted more in-depth research with a
different method.

Keywords: Knowledge Dysmenorrhea in SMA NEG. 1 Pangkajene 2009


52

INTISARI

Nyeri haid atau dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai


kedatangan haid. Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata
lebih dari 50% wanita di setiap negara mengalaminya. Di Indonesia
diperkirakan 55% wanita usia produktif mengalami nyeri haid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswi
tentang dysmenorrhea di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Pangkajene Periode April 2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian survey dengan pendekatan deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang terdaftar di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene sebanyak 558 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang terdaftar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene
pada bulan April 2009 sebanyak 82 orang.
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat pengetahuan siswi
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangkajene termasuk dalam
kategori ‘baik’. Berdasarkan pengertian terdapat 78,05%, penyebab terdapat
58,54%, dan pencegahan dysmenorrhea terdapat 86,59%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan responden dalam kategori baik
menunjukkan adanya potensi yang dimiliki siswi SMA Neg.1 Pangkajene
setelah mendapat penjelasan mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja
dalam mata pelajaran Biologi. Tetap perlu diadakan penyediaan buku
kesehatan khususnya tentang dismenorea di perpustakaan sekolah, dan bagi
penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam
dengan metode yang berbeda.
53

Kata Kunci : Pengetahuan Dysmenorrhea di SMA Neg. 1


Pangkajene 2009

DAFTAR PUSTAKA
vii
Anonim. 2008. Mengatasi Sakit Menstruasi secara Alamiah, (http://obat
herbal.wordpress.com/2008/03/14/mengatasi-sakit-menstruasi-
dismenore-secara-alamiah).

Anonim. 2009. Nyeri Haid atau Dysmenorrhea, (http://Gepe 2306.


wordpress.com).

Anonim. 2007. Dismenore atau Nyeri Haid, (http://


www.blogdokter.net/2007/03/09/dismenore-nyeri haid.html)

Anurogo, D. 2007. Segala Sesuatu tentang Nyeri Haid,


(http://www.KabarIndonesia.com/berita.php?
pil3&dn:200806019164804).

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi


Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Azzahra. I. 2009. Dysmenorrhea,


(http://tikiv.blogspot.com/2009/04/dysmenorrhea.html).

Biben, Achamad. 2009. Waspadai Nyeri Haid,


(http://www.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib:berita
detail&id:63127).
54

Budiarto, E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rineka Cipta

Debrythaayu. 2009. Tentang Dysmenorrhea Sekunder,


(http://debrythaayu.blogspot.com/2009/04/tentang-dysmenorrhea-
sekunder.html).

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisa Data. Jakarta:


Salemba Medika

Manuaba, IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi wanita. Jakarta:


Arcan.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selaekta Kedokteran. Jakarta: Media Aes Culapius


FKUI.

Masiah. 2008. Gambaran Umum Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea


di SMA neg.1 Maros. Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Maros:
Program Studi kebidanan Salewangang.

Meliono, I. 2007. MPKT Modul I, (http://id-wikipedia.org/wiki/pengetahuan ).

Nelwati. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Menstruasi dengan Derajat


Dysmenorrhea pada Siswi SMA di Padang, (Jurnal Ilmu
Keperawatan), Vol.10 No.1, (Pemutaran Terakhir Maret 2006).

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurmasitoh. 2008. Pengaruh Cat Strech Exercise terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Menstruasi (Dysmenorrhea) dan Tanda-Tanda Vital
pada Remaja,, (Jurnal Ilmu Keperawatan), Vol.2, No.1 (Pemutaran
Terakhir 24 Januari 2008).

Qittun. 2008. Konsep Dysmenorrhea,


(http://qittun.blogspot.com.2008/11/konsep-dysmenorrhea.html )

Rauf, M. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: B.P Dharma Bakti.

Ritaherlina. 2008. Dismenorea,


(http://italina89.wordpress.com/2008/05/30/Dismenorea ).
55

Varney, H. Krrebs, J. Gregor, C. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:


EGC.

Widianti, E. Sriaty, A. Hermawati. 2007. Pengetahuan Pasien Mengenai


Gangguan Psikomatik dan Pencegahannya di puskesmas Tarogong
Garut, (http://resources.unpad.ac.id./publikasidosen/pengetahuan-
pasien-mengenai-gangguan-psikomatik ).

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP Sarwono

Prawirohardjo

Yatim, F. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

“Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea di SMA Neg. 1

Pangkajene Periode April 2009.

Karya Tulis Ilmiah ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Akademi Kebidanan

Salewangang Maros.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah menerima

bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Samimma, SKM, M. Kes selaku pendiri Yayasan Bina Bahagia

Akademi Kebidanan Salewangang Maros.


56

2. Bapak Syafruddin, SE, MM selaku Ketua Yayasan Bina Bahagia

Akademi Kebidanan Salewangang Maros.

3. Bapak dr. Sardi, M.Kes selaku Direktur. selaku Akademi Kebidanan

Salewangang Maros. Ibu dr. Sardina

4. Ibu dr. Sardina yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

untuk mengarahkan, membimbing dan menyempurnakan Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Bapak Drs. H. Muhammad Yusuf Muntu selaku Kepala Sekolah SMA

Neg. 1 Pangkajene yang telah memeberikan izin untuk pengambilan

data di SMA Neg. 1 Pangkajene.

6. Seluruh dosen dan civitas akademik di Akademi Kebidanan

Salewangang Maros atas segala keihlasan dan kesungguhannya

memberikan motivasi, spirit dan bimbingan selama program

pendidikan.

7. Teristimewa kepada Ayahanda Drs. H. Muh. Dassir dan ibunda

tercinta Hj. Hasinah S.Pd yang tiada hentinya memberikan materi,

semangat dan doa restunya selama mengikuti pendidikan di Akademi

Kebidanan Salewangang Maros.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Akademi Kebidanan Salewangang Maros

yang telah banyak membantu selama program perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

meskipun telah diupayakan penyempurnaanya, masih ditemukan banyak


57

kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan, saran, masukan dan kritik dari

semua pihak demi untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga

semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Maros, Juli 2009

Penulis

DAFTAR TABEL

Nomor
Tabel Halaman
Tabel
1 Gambaran Populasi Jumlah Siswi yang menjadi 42
Responden di SMA Neg. 1 Pangkajene
Periode April 2009
2 Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea 43
berdasarkan Pengertian di SMA Neg. 1 Pangkajene
Periode April 2009
3 Tingkat pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea 44
berdasarkan penyebab di SMA Neg. 1 Pangkajene
periode April 2009
4 Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Dysmenorrhea 45
berdasarkan Pencegahan di SMA Neg. 1
Pangkajene.
58

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar konsul

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Master Tabel

Lampiran 4 : Surat Pengantar Pemberian Bimbingan dan Lembar

Pengajuan Judul

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Akademi Kebidanan Salewangang Maros ditujukan

untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep

Lampiran 6 : Surat Izin Melakukan Penelitian di SMA Neg. 1

Pangkajene dari Dinas Pendidikan, Olahraga dan

Pemuda Kabupaten Pangkep

Lampiran 7 : Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian di

SMA Ne. 1 Pangkajene


59

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Akademi Kebidanan Salewangang Maros ditujukan

untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 9 : Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

BIODATA PENULIS ............................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

ABSTRACT ............................................................................................. viii

INTISARI ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


60

I.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 3

I.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 3

I.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah .............................................................. 4

1.4.2 Manfaat Tempat Penelitian ........................................... 4

1.4.3 Manfaat Institusi ............................................................ 4

1.4.4 Manfaat bagi Peneliti .................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengetahuan

II.1.1 Pengertian Pengetahuan ............................................. 6

II.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ....... 9

II.1.3 Kategori Pengetahuan ................................................. 10

II.1.4 Kategori Kuesioner ...................................................... 11

II.1.5 Pengukuran Pengetahuan ........................................... 11

II.2 Siswi ..................................................................................... 12

II.3 Dysmenorrhea

II.3.1 Pengertian Dysmenorrhea ........................................... 12

II.3.2 Penyebab Dysmenorrhea ............................................ 13

II.3.3 Patofisiologi Dysmenorrhea ........................................ 18


61

II.3.4 Manifestasi Klinik ........................................................ 21

II.3.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................ 23

II.3.6 Pencegahan dan Penanganan Dysmenorrhea .......... 24

II.4 Sekolah Menengah Atas ..................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP

III.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

III.1.1 Pengertian Dysmenorrhea ........................................ 34

III.1.2 Penyebab Dysmenorrhea ......................................... 34

III.1.3 Pencegahan Dysmenorrhea .................................... 35

III.2 Bagan Kerangka Konsep ................................................... 35

III.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

III.3.1 Pengertian Dysmenorrhea ....................................... 36

III.3.2 Penyebab Dysmenorrhea ........................................ 37

III.3.3 Pencegahan Dysmenorrhea .................................... 37

BAB IV METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian ................................................................... 39

IV.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 39

IV.3 Populasi dan Sampel

IV.3.1 Populasi .................................................................. 39

IV.3.2 Sampel .................................................................... 40

IV.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 40


62

IV.5 Pengumpulan Data ............................................................ 40

IV.6 Pengolahan dan Penyajian Data........................................ 40

IV.7 Analisis Data ...................................................................... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil Penelitian ................................................................... 42

V.2 Pembahasan ...................................................................... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


xi
VI.1 Kesimpulan ........................................................................ 49

VI.2 Saran .................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
63

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Nur Amaliah Dassir

Nim : 06088

Program Studi : Diploma III Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya

tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan Karya Tulis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.
64

Maros, Agustus 2009

Yang menyatakan

( Nur Amaliah Dassir)


06088

BIODATA PENULIS

3X4

A. Identitas

1. Nama : Nur Amaliah Dassir

2. Nim : 06088

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Tempat/ Tanggal Lahir : Pangkajene, 28 Juli 1988

5. Suku/ Bangsa : Makassar/ Indonesia

6. Agama : Islam
65

7. Alamat : JL. KH. Muh. Yusuf No.136 Ujung Loe,

Minasatene, Pangkep

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD Negeri 13 Ujung Loe Kec. Minasatene Tahun 2000

2. Tamat SLTP Negeri 1 Pangkajene Tahun 2003

3. Tamat SMA Negeri 1 Pangkajene Tahun 2006

4. Mahasiswa Akademi Kebidanan Salewangang Maros Tahun 2006

sampai sekarang Tahun 2009

PERNYATAAN PERSETUJUAN
iv ILMIAH
KARYA TULIS

TINGKAT PENGETAHUAN SISWI TENTANG DYSMENORRHEA


DI SMA NEG. 1 PANGKAJENE
PERIDE APRIL 2009

Disusun Oleh:

NUR AMALIAH DASSIR

NIM.06088

Periode Bimbingan : Maret-Juli 2009

Program Pendidikan : Reguler B


66

Karya Tulis Ilmiah ini diterima, disetujui untuk diuji serta dipertahankan di

depan penguji Akademi Kebidanan Salewangang Maros.

Maros, Juli 2009

Pembimbing KTI

(dr.SARDINA)

MOTTO & PERSEMBAHAN

ILmu yang bermanfaat menuntut


Kesabaran, pengorbanan, dan keikhlasan.

Niat, usaha, doa dan tawakkal


Merupakan modal utama untuk
Meraih kesuksesan.

Kupersembahkan karya yang


sederhana ini
Kepada ayahanda dan ibunda tercinta
Serta saudara-saudaraku atas doanya,
ketulusan dan
Pengorbanannya demi keberhasilan
penulis….
67

TINGKAT PENGETAHUAN SISWI TENTANG DYSMENORRHEA


DI SMA NEG. 1 PANGKAJENE
PERIODE APRIL 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada Program
Diploma III Akademi Kebidanan Salewanggang Maros

Oleh :

NUR AMALIAH DASSIR


NIM : 06088
68

AKADEMI KEBIDANAN SALEWANGANG


KABUPATEN MAROS
TAHUN 2009
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah

TINGKAT PENGETAHUAN SISWI TENTANG DYSMENORRHEA


DI SMA NEG. 1 PANGKAJENE
PERIODE APRIL 2009

Oleh:
NUR AMALIAH DASSIR
06088

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji KTI Akademi Kebidanan


Salewangang Maros
Hari : Selasa, 07 Juli 2009
Tanggal : 19.00-20.00 WITA

Dan dinyatatakan telah memenuhi syarat:

Tim Penguji
Ketua/ Moderator
dr. Sardina ……………………………………..

Anggota
1. dr. Romy Hefta Mulya ……………………………………..

2. Selvia, SST …………………………………….

Mengetahui
69

Direktur Akademi Kebidanan


Salewangang Maros

dr. S A R D I, M. Kes

SURAT PERSETUJUAN WAKTU UJIAN


Dengan ini menyatakan :

Nama : NUR AMALIAH DASSIR

Nim : 06088

Kelas : Reguler B

Setuju Melakukan Ujian Karya Tulis Dengan Judul :

TINGKAT PENGETAHUAN SISWI TENTANG DYSMENORRHEA DI SMA

NEG. 1 PANGKAJENE PERIODE APRIL 2009

Pada :

Hari / tanggal :

Jam :

Demikian surat persetujuan inu dibuat untuk dipergunakan seperlunya terima

kasih.

Maros, Juni 2009

Pembimbing
70

dr. SARDINA

vii

Anda mungkin juga menyukai