Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinganya.Pengetahuan/ kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010
dalam Wahyuny, 2019)
Sedangkan menuut Notoatmojo (2003) dalam (wahyuny, 2019)
karena dengan pengalaman seseorang sudah melakukan proses belajar
(learning) dapat diartikan sebagai proses untuk menambah
pengeahuan, pemahaman keterampilan yang diperoleh melalui
pengalaman atau melakukan studi (Proses belajar mengajar).

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (dalam Wahyuny, 2019:439) menyatakan
bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif terbagi
menjadi enam tingkat, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dar seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterimma.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebut, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.
b. Memahami (comprehention)
Memahami merupakan kemampuan seseorang pada suatu
pengetahuan untuk memaparkan dan menginterprestasikan apa
yang telah dipelajari dengan tepat. Misalnya pemahaman ibu
hamil dapat diukur ketika ia mampu menyebutkan,
menyimpulkan mengenai faktor resiko dan patofisiologi
preeklamsi.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus,
metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat
menggambarkan (menurut bagian), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk
keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya :
dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi
dengan anakanak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi
terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan
sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Untuk memperoleh pengetahuan terdapat dua cara yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan informasi (Novela, 2021), diantaranya :
a. Cara Tradisional
1) Trial and eror
Cara ini dilakukan dengan memecahkan sebuah permasalahan
secara coba-coba, jika cara yang telah dicoba tidak berhasil
maka akan beralih pada cara selanjutnya
2) Otoritas
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara mewariskan atau
mempelajari hal yang sama seperti yang telah dipelajari oleh
orang terdahulu.
3) Experience
Pembelajaran berdasarkan pengalaman yang telah dialami di
masa lalu. Kemudian digunakan dalam mencari kebenaran,
menganalisis dan menilai untuk dapat memecahkan sebuah
masalah.
4) Idea
Pengetahuan yang muncul dari beberapa pertanyaan, kemudian
seseorang akan berupaya untuk mencari keterkaitan dari
beberapa masalah yang ada. Hal ini digunakan untuk
menghasilkan kesimpulan dari pemikiran tersebut.
b. Cara Modern
Digunakan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis,
logis dan ilmiah yang biasa disebut dengan penelitian ilmiah atau
metodologi penelitian.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terkait
pengetahuan, diantaranya (Novela, 2021) :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi proses pembelajaran pada
setiap individu. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada
saat pemberian respon pada sebuah objek maupun subjek. Tingkat
perbedaan pengetahuan antara ibu hamil dengan pendidikan tinggi
sebesar 8 kali lebih baik daripada dan ibu hamil yang memiliki tingkat
pendidikan rendah.
b. Usia
Semakin bertambah usia seseorang maka proses perkembangan
mentalnya juga akan semakin baik. Selain itu usia juga berpengaruh
pada daya ingat seseorang. Semakin cukup umur ,tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih baik. Pada ibu hamil usia 20-35
tahun dapat lebih baik dalam memahami suatu informasi daripada ibu
hamil usia 18 tahun. Hal ini diakibatkan oleh pengalaman dan
kematangan jiwa seseorang. Namun apabila informasi yang
disampaikan dengan metode dan porsi yang sama pada rentang usia
18-36 tahun maka tidak menghalangi seorang ibu hamil untuk
memahami sebuah informasi.
c. Media Informasi
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun
informal. Pada masa modern pendidikan informal dapat diperoleh dari
media masa seperti internet ,televisi, radio dan media cetak.
Pemaparan media dengan metode yang baik dan efektif akan
berpeluang dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
d. Budaya
Kebiasaan dan tradisi telah diterapkan pada kehidupan sehari- hari
tanpa memperdulikan baik dan buruk. Hal ini dapat menjadikan
seseorang mengetahui bagaimana cara untuk memenuhi
kebutuhannya. Salaih satu hal terkait budaya adalah mitos kehamilan
yang merupakan sebuah anggapan tentang larangan maupun anjuran
yang belum tentu benar adanya. Terdapat berbagai macam mitos
kehamilan seperti minum es membuat janin besar, ibu hamil tidak
boleh makan dua kali lipat serta buah-buahan tertentu. Hal ini
menyebabkan ibu hamil cukup sulit untuk menerima informasi baru
terkait kehamilan yang mungkin dapat bermanfaat bagi ibu maupun
janin.
e. Lingkungan
Adanya interaksi timbal balik antar individu pada lingkungan sekitar
dapat mempengaruhi pengetahuan. Lingkungan memberikan pengaruh
pertama bagi seseorang, dimana seseorang akan mengetahui baik dan
buruk sesuatu dengan cara yang bervariasi. Lingkungan akan
memberikan pengalaman tentang cara berfikir seseorang.
B. Preeklampsia
1. Pengertian
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang muncul pada
ibu hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan
protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
(Nanda, 2012 dalam Retningtyas, Erma 2021)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo,
2008). Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera
setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2010) dalam (Retningtyas, Erma
2021).
Preeklampsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi
pada kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan
edema, serta dapat disertai proteinuria, biasanya terjadi pada usia
kehamilan 20 minggu ke atas atau dalam triwulan ketiga dari
kehamilan, tersering pada kehamilan 37 minggu, ataupun dapat
terjadi segera sesudah persalinan. Preeklampsia merupakan
sindroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan dengan
berkurangnya perfusi organ akibat vasospame dan aktivasi endotel,
yang bermanifestasi dengan adanya peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Preeklampsia dapat berkembang dari ringan, sedang,
sampai dengan berat, yang dapat berlanjut menjadi eklampsia
(Lalenoh, Diana Christine, 2018:7).
2. Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum di ketahui
secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena
preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi
kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer
penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan
berbagai gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi
belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hypertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus
4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun (Retningtyas, Erma, 2021: 2-3)
3. Patofisiologi
Menurut Cunningham, dkk (2009) semua teori yang memuat
tentang preeklamsi harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa
hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar, wanita yang
kemungkinan terkena hipertensi:
a. Terpapar virus korion untuk pertama kali
b. Terpapar virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidosa.
c. Sudah mengidap penyakit vascular.
d. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
Walaupun esensial, virus korion tidak harus menunjang janin atau
terletak di dalam uterus. Pada pre eklampsia terdapat penurunan
plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit.
Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk
ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses preeklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.
Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat
dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardatio
4. Faktor Predisposisi
Penyebab preeklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai “mal adaptation syndrome” akibat penyempitan
pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia
plasenta sehingga berakibat kekurangan pasokan darah yang
membawa nutrisi ke janin (Anwar Indra, 2010). Penyebab pasti
dari kehamilan ini masih belum diketahui, namun beberapa
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia. Faktor-factor tersebut antara lain, gizi
buruk , kegemukan, dan gangguan aliran darah ke rahim (Ummi,
2009 dalam Retnigtyas, 2021).
Ada empat fakor berperan penting dalam terjadinya pre eklampsia,
antara lain :
a. Iskemia plasenta ( plasenta kekurangan oksigen ).
b. Kekurangan protein.
c. Maladaptasi imunologi, ketidakmampuan (maladaptasi) sistem
imunitas terhadap perubahan yang terjadi akibat proses kehamilan.
d. Kelainan genetik.
Kejadian pre – klampsia bervariasi, dijumpai berbagai faktor yang
mempengaruhi diantaranya :
a. Distensi rahim yang berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa.
b. Penyakit yang menyertai hamil : diabetes militus, kegemukan.
c. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun (Ummi, 2009).
5. Klasifikasi
Preeklampsia digolongkan menjadi dua yaitu :
a. Preeklampsia ringan.
1) TD sebesar 140/90 mmHg atau +30 / +15 di atas nilai dasar,
pada dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam.
2) Edema: Edema lokal tidak dimasukkan kedalam kriteria
preeklamsi kecuali edema pada lengan, muka dan perit, edema
generalisata.
3) Protein urine: ≥ 300mg/24 jam atau ≥1 +dipstik (Sarwono,
2013)
b. Preeklampsia berat
1) TD sebesar 160 / 110 mmHg pada dua kesempatan terpisah
sekitar 6 jam, yang didapat saat ibu dalam keadaan berbaring.
2) Proteinuria > 5 g dalam 24 jam ( 3+ sampai 4+ pada dipstick ).
3) Oliguria ( pengeluaran urine < 400 mL / 24 jam ).
4) Kenaikan kadar kreatin plasma
5) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma dan pandangan kabur
6) Nyeri episgatrum atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(Akibat terengganggnya kapsula glisson)
7) Edema paru dan sianosis.
8) Hemolisis mikroangiopatik.
9) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trobosit dengan cepat
10) Gangguan funsi hepar : peningkatan kadar alanin dan asparte
aminotransferase
6. Penatalaksanaan
1) Preeklampsia Ringan.
1) Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda
perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
a) Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
b) Lebih banyak istirahat.
c) Diet biasa.
d) Tidak perlu diberi obat-obatan
2) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
a) Diet biasa
b) Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari.
c) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.
3) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan :
a) Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat \
b) Kontrol 2 kali seminggu.
c) Jika tekanan diastolik naik lagi → rawat kembali.
d) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → rawat kembali.
e) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → tetap dirawat
f) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan.
• Jika protenuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
• Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
• Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 iu dalam
500 ml dektrose IV 10 tetes / menit atau dengan prostaglandin
• Jika serviks belum matang, berikan prostagladin, misoprostol atau
kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea. (Ladewig
Patricia W. 2010)
2) Preeklampsia Berat Dan Eklampsia
1) Penanganan Umum
a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antipertensi, sampai
tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
b) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau
>)
c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteunuria.
e) Jika jumlah urin < 30 ml per jam : • Infus cairan dipertahankan 1
1/8 jam • Pantau kemungkinan edema paru
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
g) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin
setiap jam.
h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop
pemberian cairan, dan berikan diuretik mislanya furosemide 40 mg
IV.
i) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati.
2) Perawatan Aktif (Agresif) Adalah perawatan dimana sambil
memberi pengobatan kehamilan diakhiri. Indikasi perawatan aktif
adalah :
a) Ibu - Umur kehamilan ≥ 37 minggu - Adanya tanda-tanda gejala
impending eklamsia - Kegagalan terapi pada perawatan konservatif
- Diduga terjadi solusio plasenta - Timbul onset persalinan,
ketuban pecah atau perdarahan
b) Janin - Adanya tanda-tanda fetal distress - Adanya tanda tanda
IUGR - NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal -
Terjadinya Oligohidroamnion - Laboratorik - Adanya tanda
sindrome HELLP (Sarwono, 2013)
c) Pengobatan medicinal - Segera rawat di ruangan yang terang dan
tenang, - Terpasang infuse D5/RL, - Total bed rest dalam posisi
lateral decubitus - Dianjurkan tirah baring ke satu sisi (kiri) - Diet
cukup protein, rendah KH- lemak, dan garam - Dipasang foley
cateter untuk mengukur pengeluaran urine. - Antasida - Anti
kejang
3) Perawatan Konservatif Perawatan konservatif kehamilan pre
term < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia,
dengan keadaan janin baik. Perawatan tersebut terdiri dari:
a) Loading dose, IM saja
b) Maintenance dose, diberikan 6 jam setelah loading dose secara
IM 4gr/MgSO4 40% 6 jam, bergiliran pada gluteus kanan dan kiri.
- MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda PER,
selambatlambatnya dalam waktu 24 jam - Dianggap gagal jika > 24
jam tidak ada perbaikan, harus dilakukan terminasi - Px boleh
pulang, jika dalam 3 hari perwatan setelah penderita menunjukkan
tanda-tanda PER keadaan penderita tetap baik dan stabil (Sarwono,
2013)
7. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsi
a. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklamsia Umur
merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh
sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang.Umur yang
paling aman dan baik untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35
tahun. Sedangkan wanita usia remaja yang hamil untuk pertama
kali dan wanita yang hamil pada usia > 35 tahun akan mempunyai
resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia. Wanita
hamil tanpa hipertensi yang beresiko mengalami preeklamsi adalah
wanita yang berumur > 35 tahun. Kelompok umur > 35 tahun
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian preeklamsi.
Demikian pula variabel umur terhadap kejadian hipertensi
(Situmorang, 2016).
b. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklamsia Ibu yang
memiliki paritas >3 beresiko mengalami preeklampsia
dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3. Pada multi paritas
lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang
sempurna dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga
pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang
sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan
terganggu sehingga dapat menambah resiko terjadinya
preeklampsia (Novita, 2015 dalam Retningtyas 2021).
c. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Preeklams Ibu hamil
mengatakan bahwa pengetahuan tentang kehamilan dan masalah
kehamilan sangat penting, karena dengan memiliki pengetahuan
tentang kesehatan merika dapat mengetahui dan mengatasi tanda
dan gejala serta cara mengatasi masalah kesehatan yang menyertai
kehamilannya, sehingga mereka tidak cemas dalam menghadapi
kehamilan dan segera melaporkan ke petugas kesehatan jika ada
masalah kesehatan yang menyertai kehamilannya. Menurut
Manuaba (2010), pengetahuan ibu tentang preeklampsia dan
eklampsia sangatlah penting karena hampir 50% kematian ibu dan
janin disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia, sehingga
merupakan hal yang penting bagi ibu hamil untuk mengetahui
tentang preeklampsia sedini mungkin (Situmorang, 2016). Bahwa
pengetahuan sangat penting bagi kehidupan kita, dan pengetahuan
tentang kesehatan dan masalah kesehatan sangat berpengaruh bagi
ibu hamil terutama masalah preeklampsia karna preeklampsia
dapat mempengaruhi ibu dan janin sehingga dibutuhkan sosialisasi
dan informasi mengenai tanda dan gejala preeklampsia agar ibu
hami dapat mendeteksi sedini mungkin.
d. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklamsi
Preeklampsia pada hipertensi kronik yaitu preeklampsia yang
terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi
sebelum hamil. Selain itu diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas
juga dapat menyebabkan preeklampsia. Kenaikan berat badan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam (Novita, 2015 dalam Retningtyas,
2021)
e. Hubungan ANC dengan Kejadian Preeklamsi Perawatan
antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk
meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program
perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian
bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan
perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Situmorang, 2016
dalam Retningtyas, 2021).

C. Media Leaflet
1. Pengertian
Leaflet adalah selebaran kertas cetak yang berlipat 2-3 halaman.
Leaflet merupakan media penyampai informasi dan himbauan.
Penggunaan gambar, warna, layout, dan informasi yang
disampaikan merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
leaflet (Fitriah, 2018 dalam Safitri, 2019). Leaflet merupakan
bentuk media komunikasi yang termasuk salah satu publikasi
singkat berupa selebaran. Leaflet berisi keterangan atau informasi
tentang perusahaan, produk, organisasi dan jasa yang bertujuan
untuk informasi umum. Leaflet juga merupakan suatu informasi
yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang
(Kawuriansari, Fajarsari, & Mulidah, 2010 dalam Safitri, 2019).
Leaflet juga dapat menjadi sebuah media pembelajaran didalam
dunia pendidikan dan kesehatan
2. Kelebihan
Kelebihan Leaflet menurut Notoatmojo yaitu tahan lama,
menjangkau banyak orang, dalam segi biaya terbilang rendah,
mudah dibawa kemanamana, menampilkan estetika keindahan,
mempermudah pemahaman dengan bahasa yang singkat, dan juga
dapat meningkatkan minat (Kawuriansari et al., 2010dalam Safitri,
2019). Kelebihan lain dalam dunia pendidikan, leaflet merupakan
salah satu bahan ajar yang lebih menarik dari buku paket, karena
bahan ajar leaflet sangatlah sederhana dan lebih menarik dalam
segi tampilan (Septiani et al., 2014). Selain itu, menurut Purnomo
leaflet juga memberikan pemahaman yang lebih mudah bagi siswa
bahwa matematika tidak serumit buku cetak yang tebal, tetapi
matematika dapat diringkas menjadi hal yang indah dan menarik
(Winarso & Yuliyanti, 2017).
3. Syarat Pembuatan Leaflet
Syarat pembuatan leaflet menurut Agustiansyah dalam (Safiti,
2019) antara lain:
(1) leaflet harus dibuat menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti pembaca,
(2) pemberian judul harus dibuat semenarik mungkin untuk
menarik minat pemabaca,
(3) tidak banyak tulisan yang nantinya akan membuat bosan
pembaca,
(4) mengkombinasikan anatara tulisan, gambar, dan tampilan agar
menimbulkan kesan menarik bagi pembaca, dan
(5) materi harus sesuai dengan target sasaran yang dituju
(Kawuriansari et al., 2010). Supaya materi leaflet sesuai dengan
target sasaran yang dituju, dalam hal ini leaflet tidak berdiri
sendiri, namun dengan memasukkan investigasi matematis dalam
pertanyaan yang akan dicantumkan.
D. Hubungan Variabel dependen dan independen
Pendidikan kesehatan pada umumnya tidak secara langsung
disampaikan, tetapi menggunakan bantuan media. Media pendidikan
kesehatan adalah alat-alat untuk mempermudah penerimaan informasi
kesehatan bagi masyarakat (Pakpahan, et al., 2021). Salah satunya adalah
media leaflet yang banyak digunakan oleh instansi pelayanan publik.
Media pendidikan kesehatan jenis ini memiliki kelebihan, yakni proses
pengembangannya yang relatif cepat, efektif untuk menyampaikan pesan
yang singkat dan padat, serta mudah untuk dibawa (Mulyati & Cahyati,
2020). Hasil penelitian dari Fyrda, et al. (2022) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pemberian leaflet terhadap peningkatan pengetahuan ibu
hamil tentang preeklampsia.
Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya preeklampsia
akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program
pencegahan preeklampsia. Ibu hamil yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik tentang preeklampsia berarti pemahaman baik
tentang pengertian preeklampsia, hal hal yang menyebabkan preeklampsia,
tanda dan gejala preeklampsia, hal-hal yang diakibatkan apabila terjadi
preeklampsia, maupun tentang perilaku kesehatan untuk mencegah
terjadinya preeklampsia untuk dapat menghindari terjadinya preeklampsia
dalam masa kehamilan (Sintarini dkk, 2018 dalam Setiyorini, Dheny,
Wijayanti, 2023).
E. Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada hakikatnya adalah suatu uraian dan
visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur dan
diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Gambar 2
Kerangka konsep

Pengetahuan Ibu Penggunaan Pengetahuan Ibu


Hamil tentang Media Leaflet Hamil tentang
Preeklampsia Preeklampsia

Pretest Intervensi
Posttest
G. Variabel penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian kebidanan,
terdapat beberapa jenis variabel diantaranya :
1. Variabel independen Variabel independen ini merupakan variabel yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam
memengaruhi variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel
prediktor, risiko, atau kausa. Variabel independen pada penelitian ini yaitu
pemberian media booklet preeklamsi.
2. Variabel dependen Variabel dependen ini merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini
tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga
disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event. Variabel
dependen pada penelitian ini yaitu pengetahuan ibu hamil tentang
preeklamsi.
H. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas penelitian,
yang harus diuji validalitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai
benar atau salah. Melainkan diuji apakah sahih (valid) atau tidak
(Siswanto, 2017). Ha : ada pengaruh penggunaan media leaflet
preeklamsia terhadap pengetahuan ibu hamil tentang preeklamsia.
I. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
diamati/diteliti perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau
“definisi operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabelvariabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2018).

Anda mungkin juga menyukai