PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asupan gizi yang kurang dalam makanan dapat menyebabkan kekurangan gizi,
permasalahan status kurang gizi pada balita dalam pembangunan manusia masih dianggap
masalah dalam tatanan masyarakat dunia.
World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukan bahwa 49% dari 10,4
juta kematian di Negara berkembang berkaitan dengan kekurangan gizi. Tercatat sekitar 50%
balita di Asia, 30% di Afrika dan 20% di Amerika Latin menderita gizi buruk dan dari jumlah
tersebut 17,9% atau 4,7 juta balita menderita kurang gizi (Aziz dan Muzakkir, 2014).
Menurut data surveilans gizi Indonesia pada tahun 2017 kasus gizi kurang di
Indonesia sebesar 17,8% , dan menurut hasil dari Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas di
Indonesia pada tahun 2018 presentase gizi kurang sebesar 17,7%. Secara nasional, gizi
kurang pada anak balita di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
mendekati prevelensi tertinggi(Riskesdas, 2018).
Terdapat 4 provinsi dengan prevelensi status kurang gizi pada balita tertinggi pada
pada tahun 2016-2018, yaitu NTT dengan prevelensi 28,25%-29,50, Kalimantan Barat
dengan prevelensi 27,48-23,80, dan Provinsi Kalimantan Tengah dengan Prevelensi 24,74-
21,80. Provinsi NTT merupakan provinsi dengan prevelensi kurang gizi pada balita tertinggi
diantara 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2018.
Prevelensi status kurang gizi pada balita di Kota Kupang adalah…..
Masalah kuranng gizi dapat disebabkan oleh banyak factor yang saling berkaitan,
sehingga di butuhkan penanganan masalah gizi yang serius sejak dini bahkan dalam masa
periode 1000 hari pertama kehidupan. Kerangka kebijakan gerakan 1000 hari kehidupan
menegaskan peran dalam perbaikan gizi dari darii sector kesehatan 30% dan 70% dari sector
lainnya, seperti pertanian, pendidikan, kesejahteraan social. Oleh karena itu penanganan
masalah gizi harus dilakukan secara holistik dan terintegrasi antar sektor.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang
dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009. Bahwa upaya perbaikan gizi perorangan dan
masyarakat. Dalam rangka perbaikan gizi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden
nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang focus pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).