KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah ranah hasil yang terjadi karena seseorang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu, melalui panca indra manusia. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia. yaitu penglihatan, penciuman,
pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata
dan telinga (Rompis, dkk. 2016)
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi
dalam enam tingkatan pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang diperlajari sebelumnya.
Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2) Memahami (comprehension)
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untu
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan. Kemudian mencari hubungan antara bagian-bagian yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5) Sintesis (synthesis)
sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (evaluation)
evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadapa suatu objek tertentu.
Pengetahuan orangtua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung terhadap kesehatan gigi dan mulut anak.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alamiah maupun terencana, yaitu melalui
proses pendidikan. Orangtua dengan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang
rendah merupakan factor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan
gigi dan mulut anak (Yulianti & Muhlisin. 2017)
2. Karies
a. Pengertian karies
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau
biofilm, dan diet, khususnya komponen karbohidrat yang difermentasikan oleh
bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat sehingga terjadi
demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk
kejadiaannya(putri, dkk, 2015). Menurut Tarigan (2013), karies gigi adalah
penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari
permukaan gigi (ceruk, fissure, dan daerah interproksimal) dan meluas ke arah
pulpa.
Gambar 2.1. Karies gigi
Sumber : Prasko, 2012
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.Tandanya adalah
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa
serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan
nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya terjadi remineralisasi,
pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan (Kidd &
Bechal, 2013)
Sumber .Selwitz,.dkk.2007
Karies terjadi bukan disebabkan karna satu kejadian saja tetapi disebabkan
serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Terjadinya
proses karies disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Host atau tuan rumah, mikroorganisme, substrat, dan waktu merupakan
faktor internal, sedangkan usia, jenis kelamin, perilaku, pengetahuan dan
sosial ekonomi merupakan faktor eksternal.(Pintauli, 2010)
1) Faktor internal
a. Host atau tuan rumah
ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi(ukuran dan
bentuk gigi), struktur email, faktor kimia dan kristolografis pit dan
fissure pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-
sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan
fissure yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga
dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu
perkembangan karies.
b. Agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peran penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan, jika plak tersebut dibiarkan semakin tebal maka hal ini
akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut
sehingga proses karies pun dimulai
c. Substrat atau diet
Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu kembang biak dan kolonisasi mikroorganisme yang ada
pada perrmukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolism bakteri dalam plak, dengan menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang
aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian
menunjukan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi,
sebaiknya pada orang diet yang banyak mengandung lemak dan
protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.
Hal ini penting menunjukan bahwa karbohidrat memegang peranan
penting dalam terjadinya karies
d. Waktu
Secara umum karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavita cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
2) Faktor eksternal
a. Usia
Penelitian epdemiologi menunjukan terjadinya peningkatan
prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur, gigi yang
paling terakhir erupsi lebih rentan terkena karies,kerentanan ini
meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi
sampai mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih beresiko terhadap
karies akar.
b. Jenis kelamin
Dari hasil penelitian oleh milhahn-turkeheim pada gigi terlihat
bahwa persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding
dengan pria(Tarigan,2013), selama masa anak-anak dan remaja
wanita menunjukan nilai DMF yang tinggi dari pada pria.
Walaupun demikian oral hygiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan pria.
c. Sosial ekonomi
Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi
dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat
hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Pendidikan
adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi status kesehatan, seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap
yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat. Sebaliknya mereka yang kurang
pengetahuan tentang pentingnya akan hidup sehat dapat
mempengaruhi dalam menjaga kesehatan. Sehingga hal inilah yang
memicu status kesehatan masyarakat golongan tersebut menjadi
rendah(Pintauli. 2010)
c. Proses terjadinya karies
Menurut (prasuda,dkk.2017) pengetahuan orangtua sangat penting
dalam mendasari terbentuknya perilaku mendukung atau tidak mendukung
kebersihan gigi dan mulut anak. Terutama dalam menjaga kebersihan gigi
dan mulut, karies gigi yang terjadi pada anak dapat bermula dari
pengetahuan orangtua yang menentukan sikap dan tindakan mereka
sehingga akan dicontoh oleh anak apa yang dilakukan orangtuanya.
a b
sumber : natureworldreport.com
2) Kurang terampil menyikat gigi, ada orang-orang yang memiliki
keterbatasan motorik dalam menyikat gigi. Orang-orang seperti ini
biasanya rentan terkena karies gigi apabila tidak dibantu untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya. Dianjurkan bagi orang-orang seperti ini
untuk melakukan perwatan dengan fluoride. Selain itu, anak-anak yang
agak sulit untuk menyikat gigi dengan bersih juga dianjurkan untuk
melakukan perawatan fluoride juga.
Gambar 2.4. Teknik menyikat gigi yang baik
Sumber : pakargigi.com
Fissure sealent atau celah-celah yang ada di daerah pengunyahan
dengan keadaan yang cukup dalam maka adalah tempat unntuk sisa
makanan menempel kerena celah yang dalam maka akan sulit untuk
dibersihkan dengan menyikat gigi saja, jika plak yang terdapat didalam
celah yang sulit dibersihkan maka lama kelamaan akan membentuk lubang
gigi.Untuk mencegahnya, biasanya dokter akan mengajukan untuk
melakukan fissure sealent yaitu suatu perawatan untuk menutup celah-
celah yang ada pada daerah pengunyahan dengan bahan
tambalan(Ramadhan.2010)
Gambaran 2.5. sebelum dan sesudah fissure sealent
Sumber : moderndentistry.com
Program pencegahan karies merupakan proses yang kompleks dan
melibatkan faktor-faktor yang tidak berkaitan. Tujuan utama pencegahan
adalah untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik. Pencegahan harus
dimulai denngan mempertimbangkan keseluruhan daya tahan paasien akan
infeksi yang akan disebabkan oleh bakteri kariogenik meskipun kesehatan
umum pasien, riwayat pemankaian fluoride, dan fungsi system imun serta
kelenjar saliva memiliki suatu dam pak yang signifikan pada risiko pasien
akan karies, namun pasien sendiri dapat memiliki sedikit kontrol atas
faktor-faktor ini. Pasien umumnya mampu mengendalikan faktor-faktor
lainnya, seperti pola makan kebersihan oral, penggunaan antimikroba, serta
perawatan gigi (Putri, dkk.2015)
B. Kerangka Konsep
C. Pertanyaan penelitian
Bagaimana Pengaruh pengetahuan orangtua tentang karies gigi pada anak. ?