Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL METEDOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN KEMANDIRIAN PERONAL HYGIENE PADA ANAK USIA


PRASEKOLAH DI TK PUSPITA GEBOG KUDUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Metedologi Penelitian

Dosen Pengampu : Ns. Hirza Aininnur,S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :

Hildha Dwi Astuti (2019012176)

PSIK 6A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN 2022

Jl. Lingkar Timur Jl. Raya Pati-Kudus No.Km. 5, Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah 59381
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak usia prasekolah adalah anak berusia tiga sampai dengan lima tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan kognitif, biologis, spiritual dan psikososial terjadi pesat
pada usia ini. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
usia pra sekolah yakni faktor gizi, penyakit, kesehatan gigi, masalah tidur, serta cara
orang tua dalam merawat anak yang sakit (Wong,2009).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan (kebersihan diri) adalah
suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Personal hygiene adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjaga
kebersihan pribadinya agar terhindar dari penyakit. Pemenuhan personal hygiene
dipengaruhi bebagai faktor seperti faktor budaya, nilai sosial individu atau keluarga,
pengetahuan tentang personal hygiene serta persepsi terhadap perawatan diri (Alimul
dikutip dari Putri, dkk, 2016).
Dikaitkan dengan anak usia pra sekolah, personal hygine memegang peranan
penting. Masih rendahnya daya tahan tubuh anak di usia ini memungkinkan banyaknya
penyakit yang akan diderita jika personal hygine anak tidak diperhatikan. Orang tua
memegang peranan penting dalam membantu personal hygiene anak usia pra sekolah
Kebersihan diri atau personal hygiene bertujuan untuk mempertahankan
perawatan diri, membuat rasa aman dan relaksasi, menghilangkan kelelahan, mencegah
infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan
dan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Namun dalam pemenuhan personal hygiene
tersebut, setiap individu berbeda-beda( (Alimul, 2006).
Dalam melakukan personal hygiene harus dilakukan secara baik dan benar agar
terwujud kebersihan yang seutuhnya. Salah satunya adalah kebersihan gigi dan mulut
pada umumnya. Dalam personal hygiene gigi dan mulut perlu mendapat perhatian yang
khusus dan baik sesuai prosedur yang telah ditentukan. Gigi dan mulut sangat perlu
diperhatikan kebersihanya, apabila tidak maka akan terjadi infeksi dan kerusakan pada
gigi. Kerusakan gigi pada anak juga merupakan masalah gigi nomor satu yang terjadi
diantara anak prasekolah. Kerusakan gigi seperti karies pada gigi anak dapat dicegah
dengan melakukan gosok gigi secara benar (setelah makan dan sebelum tidur), karena
gosok gigi secara benar merupakan dasar program higiene mulut yang efektif (Susanto
dan Fitriana, 2015).
Menggosok gigi adalah tindakan yang perlu diajarkan kepada anak-anak sehingga
dapat menjadi suatu kebiasaan yang baik dan sehat. Menggosok gigi merupakan cara
makanan. Menyikat gigi harus dilakukan dengan baik dan benar agar debris atau sisa
makanan benar-benar dapat dihilangkan dari permukaan gigi yang paling mudah dan
efektif untuk menjaga kebersihan gigi dan gusi dari plak dan sisa makanan benar-benar
dapat dihilangkan dari permukaan gigi.
Selain menggosok gigi, mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu dari
personal hygiene yang perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Mencuci tangan pakai
sabun adalah salah satu tindakan kebersihan dengan cara membersihkan tangan dan jari
jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan
mata rantai mikroorganisme sebagai sumber penyakit.
Bentuk kemandirian personal hygiene pada anak usia prasekolah ini adalah anak
sudah bisa menggosok gigi sendiri meskipun belum sempurna, mandi sendiri dengan
arahan, buang air kecil di toilet, dan mencuci tangan tanpa bantuan. Sebagian besar anak
usia prasekolah sudah mampu melakukan toilet traning dengan mandiri pada akhir
periode prasekolah meskipun beberapa anak mungkin masih mengompol di celana
bahkan ada yang lupa untuk mencuci tanganya dan membilas ( cebok ). Perubahan dalam
kemandirian ini dapat mempengaruhi perasaan merreka mengenai kesehatan mereka
sendiri (Hany, 2005; Potter & Perry,2005).
Kemandirian personal hygiene pada anak prasekolah karena pada usia tersebut,
adalah waktu yang tepat untuk melatih kemandirian anak dimana anak sudah bisa
menangkap keinginan orang tua, namun pada kenyataanya, orang tua tidak melatih
anaknya melakukan kemandirian. Mereka masih selalu ikut campurtangan dalam
menghadapi masalah keseharian anak
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Bagaimana gambaran kemandirian personal hygiene pada anak usia prasekolah di
TK Puspita Gebog Kudus ?

1.3. Tujuan Penelitian


 Tujuan Umum
Memaparkan kemandirian personal hygine pada anak usia
prasekolah di TK Puspita Gebog Kudus
 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pemahaman anak usia prasekolah di TK Puspita
Gebog Kudus tentang kemandirian personal hygiene
b. Memaparkan sikap anak usia prasekolah di TK Puspita Gebog Kudus
tentang kemandirian personal hygine
c. Mengidentifikasi Tindakan anak usia prasekolah di TK Puspita Gebog
Kudus dalam kemandirian personal hygiene
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
acuan referensi dalam menambah wawasan tentang personal hygiene pada
anak usia prasekolah
1.4.2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak usia
prasekolah, hasil penelitian ini bisa di jadikan sebagai masukan dalam
menangani kemandirian pada anak tentang personal hygiene (kebersihan
diri)
1.4.3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bagi penulis adalah dapat memperoleh
pengetahuan tentang kemandirian anak pada usia prasekolah untuk
melakukan perawatan dirinya sendiri tanpa bantuan orangtuanya.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Kemandirian
2.2. Personal Hygiene
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam
kehidupan sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Hal yang sangat berpengaruh itu diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan
dan persepsi orang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.
2

2.1.1. Pengertian Kemandirian


Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke”
dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda.
Kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian
tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam
konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari
kemandirian. Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan kemandirian
adalah autonomy (Desmita, 2017).
Menurut Monks, dkk (dalam Astuti, 2013) mengatakan bahwa orang yang
mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan,
percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, mampu menerima realita
serta dapat memanipulasi lingkungan, berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada
tujuan dan mampu mengendalikan diri.
Definisi di atas dapat di simpulakan bahwa kemandirian adalah kegiatan yang
telah dapat dilakukan oleh seorang anak sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak sudah
mampu melakukan pekerjaanya sendiri dengan baik sesuai dengan tahap
perkembanganya.

2.1.2. Bentuk Kemandirian Berdasarkan Usia


Orang tua sudah saatnya mengetahui tentang standart kompetensi ana, yaitu
kompetensi anak sesuai tahapan usia dari berbagai aspek perkembangan, hal ini perlu
diketahui agar para orang tua mengetahui kompetensi apa yang sepatutnya dimiliki oleh
anaknya, salah satu manfaatnya adalah untuk menghindari orang tua menetapkan standart
di atas kemampuan anak sebenarnya.
 Usia 3 – 4 Tahun
Bentuk kemandirian pada anak usia prasekolah ini adalah sikat gigi sendiri
meski belum sempurna, membuka dan memakai pakaian kaos dan celana
berkaret, memakai sepatu berperekat, mandi sendiri dengan arahan, pipis di toilet,
mencuci tangan tanpa bantuan, menuang air tanpa tumpah dan minum sendiri
dengan gelas tanpa gagang maupun cangkir bergagang, membereskan mainan usai
bermain, buka tutup pintu baik dengan pegangan yang di putar maupun di tekan
ke bawah, anak juga dapat memutar anak kursi.
 Usia 4 – 6 Tahun
Bentuk kemandirian pada usia ini adalah menggunakan pisau untuk
memotong makanan, membuka dan memakai baju berkancing depan, membuka
dan menutup celana beresleting, menalikan sepatu, mandi sendiri tanpa arahan,
crbok setelah buang air kecil / besar, menyisir rambut.

2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian ( Ali, 2006)


 Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian
tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki sifat mandiri juga.
Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena adanya
pendapat bahwa sesungguhnya bukan karena sifat kemandirian orang
tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan karena sifat orang tuanya
muncul berdasarkan cara orang tuanya mendidik anaknya.
 System pendidikan disekolah. Proses pendidikan disekolah yang tidak
mengembangkan demikratisasi pendidikan dan cenderung menekankan
indoktrinasi tanpa ragu mentasi akan menghambat kemandirian anak.
Demikian juga dengan, proses pendidikan yang menekankan pentingnya
pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat perkembangan
kemandirian anak. Sebaliknya proses pendidikan yang lebih menekankan
pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan
penciptaan kompetisi positif akan memperlancar kemandirian anak.
 System kehidupan dimasyarakat. System kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur social kurang menghargai
menifestasi potensi anak dalam kegiatan produktif dapat menghambat
perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, lingkungan masyarakat
yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai
kegiatan, dan tidak terlalu hirarkis akan merangsang dan mendorong
perkembangan kemandirian anak.

https://www.universitaspsikologi.com/2020/02/teori-kemandirian-
menurut-para-ahli.html
https://www.psychologymania.com/2013/02/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html

Anda mungkin juga menyukai