Anda di halaman 1dari 3

A.

Kejadian ini dimulai oleh gempa tektonik berkekuatan 9,1 skala Ritcher pada pukul
07.59 WIB, 26 Desember 2004. Gempa ini mengingarkan dasar laut di Sumatera
bagian barat daya, sekitar 20 sampai 25 kilometer dari pantai. Tidak lama setelah
itu, tsunami menghempas Banda Aceh. Tercatat tinggi ombak mencapai 20 sampai
30 meter dan kecepatan rambat gelombang tsunami mencapai 800 kilometer per
jam. Tsunami Aceh memberikan dampak ke wilayah Aceh dan sebagian wilayah
Sumatera Utara.
Pada 27 Desember 2004, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa
tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar yang pernah ada. Tsunami
Aceh memberikan dampak ke berbagai tempat di Asia Tenggara dan Selatan.
Wilayah yang terdampak paling parah adalah Aceh, Khaolak di Thailand,dan
sebagian dari Sri Langka dan India.
Tsunami Aceh menyibukkan satu dunia untuk mengerahkan bala bantuan, serta
melakukan riset lanjutan untuk memitigasi bencana tsunami.
B. Tahun 2005 tahapan rehabilitasi dan rekontruksi pemerintah telah mendapat
persetujuan dana dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebesar Rp 8,4 triliun agar
di anggarkan untuk proses rehabilitasi dan rekontruksi Aceh. Dana Rp 8,4 triliun
tersebut dibagi-bagi pengelolaannya, Rp 3,9 triliun di kerjakan oleh Badan
Pelaksana Rekontruksi dan Rehabilitasi NAD dan Nias (BRR Aceh-Nias) yang telah
menetapkan 101 satuan kerja untuk pelaksanaan proyek rehabilitasi dan rekontruksi.
Dana sebesar Rp 3,9 triliun di serahkan BRR ke pemerintah daerah yang wilayahnya
terkena dampak tsunami. Keseluruhan dana yang diserahkan oleh BRR di fokuskan
kebeberapa bidang seperti bidang kesehatan dan pendidikan Rp 480 miliar, bidang
pemberdayaan ekonomi dan usah Rp 546,104 miliar, bidang agama, sosial, dan
kebudayaan Rp 270,809 miliar, bidang sekretariat dan komunikasi Rp190,529
miliar, bidang perencanaan dan program Rp90,5 miliar, bidang kelembagaan
Rp769,753 miliar, bidang perumahan, infrastruktur dan tata guna lahan Rp1,619
triliun. Sisa dana sebesar Rp 4,4 triliun dikelola oleh pemerintah dengan tettap
melakukan koordinasi dengan Badan Pelaksana Rekontruksi dan Rehabilitasi NAD
dan Nias (BRR).
C. Analisis kebencanaan
1. Pra bencana
Tanggal 27 Desember 2004 presiden RI mengekuarkan keputusan bahwan
bencana alam gempa dan tsunami Aceh sebagai bencana nasional. Presiden
juga mengeluarkan arahan agar Gubernur Aceh untuk melakukan tindakan
yang kompherensif dalam penanganan tanggap darurat tersebut. Presiden juga
menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2005 tentang kegiatan tanggap
darurat dan perencanaan serta persiapan rehabilitasi dan rekontruksi pasca
gempa dan tsunami di Aceh
2. Bencana
Tahapan ini dilakukan untuk menyelamatkan korban yang masih hidup,
termasuk memberikan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar pada korban.
Tahapan ini hanya dilakukan selama 3 bulan, selama proses berlansung respon
dari masyarakat, unsur-unsur dari pemerintah dan LSM sangat baik. Tahapan
ini juga di dukung oleh pendanaan yang sangat baik, setidaknya untuk upaya
tangga darurat dana yang di janjikan oleh beberapa pendonor mencapai 80 juta
dollar.
3. Pasca bencana
Tahapan ini merupakan tindakan lanjutan dari tahan tanggap darurat. Tujuaan
tahapan rehabilitasi adalah memulihkan dan mengembalikan fungsi-fungsi
bangunan dan infrastruktur dasar yang di anggap menjadi keperluan
mendesak, seperti rehabilitasi sarana kesehatan, sekolah, tempat ibadah, serta
sarana dan prasarana perekonomian. Proses rehalibitasi ini mempunyai target
sampai fasilitas pelayanan publik dapat berfungsi pada tingkat yang memadai
dalam pelayanannya. Pada tahapan ini juga difokuskan pada penyelesaian
permasalahan terkait pada aspek hukum seperti penyelesaian hak atas tanah
dan juga pemulihan non struktural berupa pemulihan trauma pada korban-
korban tsunami.
Tahap ini merukapan tahapan lanjutan setelah selesai tahap rehabilitasi. Tahap
rekontruksi bertujuan melakukan pembangunan kembali fasilitas-fasilitad
umum dan hunian masyarakat sehingga terbentuknya kembali kawasan kota
dan desa. Pada tahapan ini semua kegiatan melibatkan pemerintah, para pakar,
LSM dan masyarakat yang terkena bencana. Pembangunan sarana dan
prasarana ini harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah di susun oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembangunan bangunan penting
baru juga dilaksanakan pada tahapan ini, seperti pembangunan tower sirine
tsunami yang berfungsi memberi peringatan dini jika terjadi kembali bencana
tsunami. Diharapkan keberadaan tower tersebut mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan masyarakat ketikan bencana terjadi.

Anda mungkin juga menyukai