Oleh:
Lidya Christin Sinaga
Peneliti pada Pusat Penelitian Politik LIPI
E-mail: lidyabosua@gmail.com
Abstract
It has been two years since the tsunami hit Mentawai Islands, the western coast of Sumatera,
October 25, 2010. The tsunami killing hundreds, displacing thousands, and destroying villages
of affected communities in North Pagai, South Pagai, Sikakap, and South Sipora. Based on The
Rehabilitation and Reconstruction Action Plan for Post Tsunami Mentawai 2011-2013, recovery
programs was started on 2011 and focus on housing, infrastructure, economy, social, and cross
sector programs. But after two years, none of them has been implemented because it is still
hampered by land use problem, as these programs are completely intertwined. This paper
examines the problems of rehabilitation and reconstruction post tsunami Mentawai 2010.
... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 23
dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat 2.2. Metode Analisis
dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Mentawai pada tanggal 15 Desember 2010 Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
di rumah dinas Gubernur Sumbar, kemudian menggunakan metode deskriptif analitis.
disepakati untuk memperpanjang pelaksanaan Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan
masa tanggap darurat hingga 31 Desember data yang dilakukan adalah studi pustaka dan
2010. Pertimbangan perpanjangan masa penelitian lapangan. Studi pustaka adalah studi
tanggap darurat ini mengingat masih banyak dokumentasi, meliputi seluruh referensi yang
pengungsi yang membutuhkan hunian relevan dengan penelitian, yaitu peraturan
sementara dan guna memastikan distribusi perundang-undangan, Surat Keputusan
bantuan logistik berjalan lancar dan dapat yang dikeluarkan kepala daerah, buku, jurnal
menjangkau seluruh korban bencana. ilmiah, surat kabar, dan data-data dari website.
Sejak 2011, sesuai Rencana Aksi Sementara penelitian lapangan dilakukan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Mentawai dengan dua cara, yaitu pertama, wawancara
seharusnya sudah memasuki masa rehabilitasi mendalam (in-depth interview) menggunakan
dan rekonstruksi. Namun, hingga bulan pedoman wawancara dengan narasumber
Oktober 2012, tepat dua tahun setelah tsunami terkait, baik dari pemerintah maupun non
melanda, belum satu pun program rehabilitasi pemerintah. Kedua, Focus Group Discussion
rekonstruksi yang bisa dilaksanakan. Hal ini (FGD) dengan narasumber, baik di Mentawai
terkait pelaksanaan pembangunan hunian maupun di Jakarta.
tetap dan infrastruktur yang menjadi salah
satu programnya masih mengalami hambatan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Oleh karena itu, tulisan ini menguraikan
problematika pelaksanaan rehabilitasi 3.1. Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
rekonstruksi pasca tsunami Mentawai tahun di Indonesia
2010. Proses ini menarik karena menegaskan
bahwa penyelenggaraan penanggulangan Ketika terjadi bencana alam, respon
bencana tidak dapat dilepaskan dari persoalan terhadap bencana alam terbagi dua, yaitu
kebijakan dan dinamika aktor pembuat dan tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi.
pelaksana kebijakan itu sendiri. Kedua fase ini yang kerap digunakan dalam
penanggulangan bencana alam di Indonesia,
1.2. Tujuan termasuk tsunami Mentawai tahun 2010.
Sebagai sebuah siklus, tahap tanggap
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis darurat bencana diikuti oleh rehabilitasi dan
problematika proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
rekonstruksi pasca tsunami Mentawai tahun Rehabilitasi dan rekonstruksi secara
2010. bersama-sama menuju kepada pemulihan
jangka panjang yang mempertimbangkan
II. METODOLOGI faktor fisik dan nonfisik dari wilayah yang
terpapar bencana. Menurut Alka Dhameja, ada
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian tiga jenis rehabilitasi bencana, yaitu fisik, sosial,
dan psikologis. Rehabilitasi fisik merupakan
Penelitian dilakukan di Kabupaten aspek yang sangat penting dari rehabilitasi.
Kepulauan Mentawai. Penelitian lapangan Termasuk di dalamnya adalah rekonstruksi
dilaksanakan pada 15-24 April 2012, yaitu di infrastruktur fisik, seperti perumahan,
Tuapejat sebagai ibukota kabupaten dan Desa bangunan, jalur kereta api, jalan raya, jaringan
Bosua Kecamatan Sipora Selatan, salah satu komunikasi, persediaan air, listrik, dan lainnya.
daerah terpapar tsunami tahun 2010. Analisis Rehabilitasi fisik dan rekonstruksi juga
difokuskan pada pasca tsunami 2010 hingga harus memasukkan kebijakan untuk subsidi,
dua tahun pasca tsunami, Oktober 2012. peralatan pertanian, akuisisi lahan untuk
... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 25
rehabilitasi rekonstruksi dalam kerangka rekonstruksi serta percepatan pembangunan
pemulihan kehidupan masyarakat yang ini adalah dari anggaran penanggulangan
terdampak bencana tsunami Mentawai adalah: bencana dalam APBN dan APBD sebagaimana
1. Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
pendekatan relokasi permukiman yang No. 22 Tahun 2008. Pasal 5 menyebutkan
dilaksanakan secara bertahap pada tahun dalam anggaran penanggulangan bencana
anggaran 2011 dan 2012, pada daerah yang bersumber dari APBN, pemerintah
terdampak tsunami, yaitu Pulau Pagai menyediakan dana bantuan sosial berpola hibah
Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. untuk kegiatan pada tahap pascabencana.
2. Percepatan pembangunan yang Sesuai dengan Rencana Aksi Rehabilitasi
dilaksanakan secara bertahap pada dan Rekonstruksi, tahapan ini direncanakan
tahun anggaran 2011, 2012, dan 2013 berlangsung selama dua tahun hingga akhir 2012
pada daerah terdampak tsunami dan dengan total kebutuhan mencapai Rp.486,40 M,
terutama dengan pendekatan penyediaan di mana lebih dari 50% merupakan kebutuhan
infrastruktur vital untuk membuka akses untuk relokasi perumahan dan pembangunan
antar pulau termasuk dengan Pulau prasarana lingkungan permukiman, yakni
Siberut. Pembangunan infrastruktur vital sebesar Rp. 250,54 M. Namun, anggaran
berupa jalan poros antarpulau termasuk untuk pelaksanaan program rehabilitasi dan
ke Pulau Siberut, pembangunan sarana rekonstruksi ini diletakkan terpisah di mana
transportasi udara (airstrip) dan transportasi untuk bidang ekonomi dan sosial diletakkan
laut (dermaga pelabuhan antarpulau) dan di BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai,
pembangunan jalan lingkungan dengan sementara anggaran untuk bidang perumahan
fungsi feeder termasuk jalur evakuasi. dan infrastruktur diletakkan di BPBD Provinsi
Sumatera Barat. Pembangunan rumah dan
Prioritas program rehabilitasi dan infrastruktur dilakukan dengan melibatkan
rekonstruksi pasca tsunami Mentawai masyarakat (kelompok masyarakat/pokmas)
ditetapkan pada lima sektor, yaitu: dan pemerintah setempat. Kelompok
1. Perumahan dan infrastruktur permukiman, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat
meliputi pembersihan lahan untuk relokasi setempat, terutama mereka yang akan
dan program cash for work, pembangunan menempati dan memiliki rumah itu. Hal
perumahan dan infrastruktur permukiman. ini dilakukan agar masyarakat ikut serta
2. Infrastruktur publik, seperti jalan, membangun dan merasa memiliki sehingga
jembatan, dermaga, dan energi untuk mengusahakan bangunannya lebih baik.
menjamin bahwa masyarakat yang berada Penetapan prioritas program rehabilitasi
di tiga pulau terdampak tsunami mendapat dan rekonstruksi ini tak lepas dari dampak
manfaat dari rekonstruksi dan percepatan yang ditimbulkan oleh tsunami itu sendiri.
pembangunan. Sebagaimana diketahui tsunami Mentawai
3. Ekonomi, yaitu fasilitasi pembangunan tahun 2010 menimbulkan korban yang tidak
ekonomi melalui pemberdayaan komunitas sedikit. Dalam Keputusan Bupati Mentawai
dan pelatihan kemampuan di bidang agro- No. 188.45-207 Tahun 2010 ditetapkan bahwa
forestry, perikanan, dan program industri jumlah korban meninggal akibat tsunami, yang
kecil. disusun berdasarkan laporan dari kepala dusun
4. Sosial, yaitu revitalisasi pelayanan dan kepala desa serta pendataan langsung ke
dasar, terutama di bidang pendidikan dan lapangan oleh dinas terkait, berjumlah 456 jiwa.
kesehatan, di lokasi permukiman yang baru. Korban jiwa terbesar terdapat di kecamatan
5. Lintas sektor, meliputi pemulihan Pagai Utara dan Pagai Selatan yang memang
lingkungan ekosistem wilayah pesisir dan dekat dengan pusat gempa.
pembangunan kantor pemerintahan di Bencana tsunami ini juga menimbulkan
lokasi permukiman baru. kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 348,92
Sumber pendanaan rehabilitasi dan M sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 di
Tabel 1. Rekapitulasi Kerusakan dan Kerugian Pasca Tsunami 25 Oktober 2010 (Rp. Juta)
Sumber: Penilaian Tim Gabungan BNPB, Bappenas, Pemda Provinsi Sumatera Barat
dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 22 November 2010 dalam Rencana Aksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Serta Percepatan Pembangunan
Wilayah Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2013,
op.cit, hlm. III.6.
laut. Sementara, kerugian terbesar dialami malam hari karena trauma akan gempa susulan
oleh sektor ekonomi produktif dengan nilai dan sudah tidak merasa aman lagi untuk tinggal
kerugian mencapai Rp. 64.397.770.000,- di rumahnya.
yang didominasi oleh subsektor perkebunan Program percepatan pembangunan
(Rp. 49,50 M) dan subsektor perikanan (Rp. merupakan strategi pemulihan wilayah
43,70 M). Sebagaimana diketahui, meskipun pascabencana seperti Mentawai yang
tinggal di pesisir pantai, mata pencaharian merupakan salah satu daerah tertinggal.
masyarakat Mentawai pada umumnya Program ini difokuskan pada peningkatan
bukanlah nelayan, melainkan petani kebun dan pembangunan sarana transportasi, baik
atau ladang, seperti ubi talas, pisang, cokelat, darat, laut, maupun udara untuk mengurangi
nilam, dan rotan. Kebanyakan masyarakat keterisoliran Mentawai sekaligus meningkatkan
Mentawai tidak mempunyai pendapatan tetap. roda perekonomian pulau di ujung barat
Mereka bekerja di kebun atau ladang dan pergi Sumatera ini.
ke laut sementara menunggu waktu panen Berkaca pada peristiwa tsunami 2010
tiba. Pendapatan mereka tergantung pada lalu, penanganan korban tsunami pada saat
musim. Beberapa diantaranya mempunyai itu sangat terkendala dengan kondisi geografis
perahu untuk menangkap ikan, namun hanya Mentawai sebagai kepulauan dengan wilayah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang terputus-putus dan akses darat yang
keluarga dan hanya dijual ketika persediaannya sangat sulit karena sebagian besar wilayahnya
berlebih. merupakan hutan. Satu-satunya akses yang
... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 27
memungkinkan adalah melalui laut, namun 3.3. P r o b l e m a t i k a R e h a b i l i t a s i d a n
itu pun tidak mudah karena waktu dan biaya Rekonstruksi Pasca Tsunami Mentawai
tinggi, di samping cuaca ekstrem yang terjadi
hampir seminggu setelah tsunami terjadi. Tak Sejak 2011, Mentawai seharusnya sudah
pelak, distribusi bantuan dan relawan menjadi memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi
terhambat dan terlambat, serta terkonsentrasi yang direncanakan berakhir pada akhir tahun
di Sikakap (Pagai Utara). 2012 dan dilanjutkan program percepatan
Sulitnya medan dan akses menuju lokasi pembangunan pada tahun 2013. Namun,
bencana masih ditambah dengan minimnya hingga dua tahun pascabencana, belum satu
kebutuhan pendukung, terutama bahan bakar pun program rehabilitasi rekonstruksi yang
minyak (BBM). Hal ini dialami ketika evakuasi bisa dilaksanakan. Hal ini terkait pelaksanaan
korban tsunami di Pagai Utara yang terhambat pembangunan hunian tetap dan infrastruktur
akibat minimnya persediaan BBM. Transportasi yang menjadi salah satu programnya masih
paling efektif untuk menjangkau sekitar 60 mengalami hambatan. Kendala ini terkait
dusun di kecamatan ini hanyalah speed boat, adanya hutan lindung dan hutan produksi di
sementara BBM untuk mengoperasikan speed lokasi yang sedianya untuk relokasi penduduk,
boat pun sulit didapat pada saat itu. terutama di Pagai Utara dan Pagai Selatan,
Terlambatnya penanganan tanggap yang tentu membutuhkan ijin pengalihan lahan
darurat bencana tsunami Mentawai sebenarnya hutan dari Kementerian Kehutanan. Berlarutnya
juga akibat informasi yang terlambat diterima. proses ini karena terganjal ijin dari Kementerian
Hal ini terkait minimnya fasilitas komunikasi, Kehutanan, yang memakan waktu hampir dua
termasuk ketiadaan sinyal telpon seluler di tahun, untuk opsi tukar menukar kawasan
pulau tersebut. Informasi yang diterima menjadi hutan yang disepakati guna mengatasi masalah
simpangsiur. Kepala Badan Penanggulangan relokasi ini.
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Sementara itu, antara satu program dengan
Barat, Harmensyah, misalnya, bahkan program lainnya dalam tahap rehabilitasi dan
menyebutkan tidak ada korban jiwa serta rekonstruksi ini saling terkait, yaitu pembangunan
hanya satu rumah yang rusak, dan gelombang hunian tetap, jalan, dan pembangunan ekonomi,
laut hanya 30 sentimeter, ketika diwawancara yang ketiganya haruslah saling berdekatan agar
wartawan pada 26 Oktober 2010. Staf saling mendukung. Terlebih, anggaran untuk
Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi pelaksanaannya pun dikeluarkan satu paket,
Arif, bahkan mengakui baru mengetahui tidak bisa sebagian.
terjadinya tsunami di Mentawai dari media Pasca tsunami yang melanda Mentawai,
online. Akibatnya, Andi Arif mengakui terjadi relokasi menjadi masalah penting terutama
keterlambatan penanganan tanggap darurat untuk masyarakat di pesisir yang tersapu
di Mentawai sekitar 12 jam, ditambah karena tsunami. Pemda Mentawai mendukung konsep
pesawat helikopter yang tersedia untuk relokasi permukiman dari kawasan pesisir
menjangkau lokasi bencana di Kepulauan terdampak tsunami ke area yang lebih aman
Mentawai sangat terbatas. pada ketinggian minimal 25 dpl, yang saat
Mentawai bagaimanapun juga harus ini merupakan area kehutanan. Dalam Surat
dipahami sebagai wilayah bencana yang Keputusan (SK) Bupati Mentawai No.188.45-
mempunyai karakteristik berbeda dengan 320 Tahun 2010 ditetapkan jumlah Kepala
wilayah lainnya. Mentawai bukan hanya Keluarga (KK) yang direlokasi sebanyak 2.072.
dilihat sebagai wilayah dengan potensi Jumlah ini meningkat dari SK semula yang
gempa dan tsunami, namun juga sebagai menetapkan 1.631 KK, setelah dilakukan survei
wilayah kepulauan yang sejak lama masih ulang lokasi relokasi dan pendataan kembali
tertinggal. Hal ini tentu berdampak pada pola jumlah KK yang akan direlokasi oleh tim terpadu
penanggulangan bencana yang berbeda dari BNPB, UKP4, Pemda Sumbar, dan Pemda
dengan bencana yang terjadi di wilayah Mentawai pada tanggal 27-30 Desember 2010.
daratan. Untuk penyediaan lahan relokasi, Bupati
... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 29
dari APL seluas 1.430 Ha dan HPK seluas 4.105 persoalan yang kompleks, bukan hanya dari
Ha. Surat ini kemudian ditindaklanjuti dengan cakupan isu melainkan juga dari aktor yang
proses penandatanganan Berita Acara Tukar terlibat. Tidak dapat dipungkiri, berlarut-
Menukar Kawasan Hutan pada 11 Oktober 2012 larutnya proses rehabilitasi dan rekonstruksi
melalui mekanisme dua tahap di mana pada di Mentawai disebabkan oleh berbelit-belitnya
tahap I direncanakan seluas 4.105 Ha pada proses izin penggunaan lahan, yang dalam hal
areal HPK dan tahap selanjutnya seluas 2.910 ini merupakan domain Kementerian Kehutanan.
Ha pada APL. Kawasan hutan tahap I yang Sementara dari sisi masyarakatnya, telah siap
dimohon seluas 4.105 Ha merupakan Hutan dengan pembentukan kelompok masyarakat
Produksi Tetap di Kecamatan Sipora Selatan, (pokmas) dan perekrutan fasilitator untuk
Sikakap, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. pembangunan hunian tetap. Fasilitator yang
Sementara, calon lahan pengganti seluas yang direkrut oleh BPBD Provinsi Sumatera Barat
sama merupakan HPK di Kecamatan Sipora telah turun ke lapangan dan melakukan verifikasi
Utara. terhadap data korban gempa dan tsunami yang
Keluarnya persetujuan prinsip tukar telah di-SK-kan Bupati Kabupaten Kepulauan
menukar kawasan hutan ternyata tidak Mentawai. Namun dengan belum jelasnya
sepenuhnya menyelesaikan masalah. waktu pelaksanaan pembangunan hunian tetap,
Pembangunan infrastruktur tetap belum bisa membuat 171 fasilitator yang sudah disebar ke
dilaksanakan karena belum didapatkannya empat kecamatan terdampak terpaksa untuk
dispensasi penebangan hutan atau surat sementara ditarik kembali oleh BPBD Provinsi
ijin pembersihan lahan (land clearing) Sumbar per 1 Oktober 2012 sambil menunggu
dari Kementerian Kehutanan. Pemerintah turunnya dispensasi penebangan hutan.
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada 18 Sementara itu, BNPB telah mengucurkan
September 2012 mengajukan permohonan dana rehabilitasi dan rekonstruksi Mentawai
penebangan hutan kepada Menteri Kehutanan. sebesar Rp. 486 M di mana Rp. 287 M untuk
Izin pemanfaatan kawasan hutan memang telah pembangunan hunian tetap, lingkungan hidup,
ditandatangani oleh Menteri Kehutanan, namun dan sanitasi, dan Rp. 200 M untuk sektor
untuk pembangunannya harus ada dispensasi ekonomi dan sosial budaya. Dana tersebut
penebangan hutan dan ijin pemanfaatan kayu telah ada di BPBD Provinsi Sumatera Barat dan
karena hutan yang ditebang merupakan milik BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai sesuai
negara. dengan peruntukan masing-masing bidang.
Hingga bulan Oktober 2012, tepat dua tahun Sedianya, dana tersebut masuk dalam tahun
setelah tsunami melanda, masyarakat belum anggaran 2012 yang sudah harus terserap pada
mendapat kepastian kapan pembangunan akhir bulan Desember 2012. Dengan kondisi
hunian tetap tersebut akan dimulai. Sesuai yang masih belum pasti hingga Oktober 2012
dengan prosedur normatif dari Kementerian ini, hampir dapat dipastikan pembangunan
Kehutanan, pasca diterbitkannya Persetujuan hunian tetap tidak dapat diselesaikan hingga
Prinsip Tukar Menukar Kawasan Hutan Untuk akhir tahun 2012 ini. Apalagi dengan skema
Relokasi Korban Tsunami, diperlukan 174 hari 174 hari yang harus ditempuh untuk sampai
lagi hingga hunian tetap itu dapat dibangun. pada penebangan hutan tersebut. Sementara,
Banyak proses yang harus dilalui untuk sampai kondisi hunian sementara yang kini didiami
pada tahap pembangunan huntap, sebagaimana korban tsunami kondisinya memprihatinkan,
dapat dilihat pada bagan 1. baik kondisi fisik huntara maupun lingkungan
Rumitnya proses rehabilitasi dan dan sanitasi, sebagaimana penulis amati dalam
rekonstruksi di Kabupaten Kepulauan kunjungan ke Bosua-Sipora Selatan, April 2012.
Mentawai merefleksikan bahwa persoalan Selain itu, meskipun permasalahan utama
penanggulangan bencana sebagai sebuah sebenarnya terletak pada persoalan izin
problematika kebijakan dan institusi (aktor). pembangunan infrastruktur, namun program
Pemulihan pasca bencana merupakan rehabilitasi di bidang lain, yaitu ekonomi dan
... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 31
sosial budaya juga tidak dapat dilakukan akan kembali ke wilayah tempat tinggalnya
karena ketiga program tersebut sejatinya saling semula di pesisir pantai.
berhubungan satu dengan lainnya. Program Hingga kini, proses rehabilitasi rekonstruksi
ekonomi dan sosial tentu harus berada di wilayah pasca tsunami Mentawai masih menyimpan
permukiman penduduk. Bagaimanapun, jika sejumlah masalah. Sementara, dua tahun
letak rumah, jalan, dan kegiatan ekonomi saling bukanlah waktu yang pendek bagi para korban
berjauhan, tentu menjadi masalah baru bagi gempa dan tsunami Mentawai untuk bertahan
masyarakat dan bukan tidak mungkin mereka dalam ketidakpastian di huntara. Satu-satunya
... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 33
Singgalang Press: Padang, 2010).
Natawidjaja, Danny Hilman dkk, “Studi Gempa
Bumi dan Tsunami di Sumatra: Analisis
Gerakan G30S (Gempa 30 September)
di Padang Dan Potensi Gempa Megathrust
Mentawai di Masa Datang”, http://www.
geotek.lipi.go.id/?page_id=4775, diakses 6
Juni 2012.
Pinkowski, Jack, (Ed.), Disaster Management
Handbook (CRC Press Taylor and Francis
Group: London, 2008).
Rencana Aksi Rehabilitasi Rekonstruksi
Pascabencana Serta Percepatan
Pembangunan Wilayah Kepulauan
Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun
2011-2013, BNPB dan Bappenas,
Desember 2010).
The Action Plan for Rehabilitation and
Reconstruction Mentawai Build Back Safer
(IMDFF-DR Bappenas: Jakarta, 2011).
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
WEBSITE