Anda di halaman 1dari 12

PROBLEMATIKA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

STUDI KASUS PASCA BENCANA TSUNAMI MENTAWAI 2010

Oleh:
Lidya Christin Sinaga
Peneliti pada Pusat Penelitian Politik LIPI
E-mail: lidyabosua@gmail.com

Abstract

It has been two years since the tsunami hit Mentawai Islands, the western coast of Sumatera,
October 25, 2010. The tsunami killing hundreds, displacing thousands, and destroying villages
of affected communities in North Pagai, South Pagai, Sikakap, and South Sipora. Based on The
Rehabilitation and Reconstruction Action Plan for Post Tsunami Mentawai 2011-2013, recovery
programs was started on 2011 and focus on housing, infrastructure, economy, social, and cross
sector programs. But after two years, none of them has been implemented because it is still
hampered by land use problem, as these programs are completely intertwined. This paper
examines the problems of rehabilitation and reconstruction post tsunami Mentawai 2010.

Keywords: Rehabilitation and reconstruction, tsunami, Mentawai.

I. PENDAHULUAN yang diawali gempa berkekuatan 7,2 SR


melanda wilayah Kepulauan Mentawai.
1.1. Latar Belakang Gempa pada kedalaman 10 km dengan
lokasi episentrum berjarak 78 kilometer barat
Sumatera Barat merupakan wilayah yang daya Pulau Pagai Selatan, terjadi pada zona
sangat rawan terhadap gempa di Indonesia, subduksi di bawah dasar laut, sehingga tak
baik di darat maupun laut. Gempa di darat pelak memicu gelombang tsunami. Waktu yang
bersumber dari pergerakan sepanjang sesar sangat singkat ditambah terjadi pada malam
besar/patahan yang dinamakan Sesar hari di mana masyarakat telah tertidur lelap,
Sumatera atau Sesar Semangko. Sementara menyebabkan hilangnya nyawa dalam jumlah
gempa di laut bersumber dari dua tempat, yang cukup banyak. Badan Penanggulangan
yaitu daerah sekitar pulau Siberut dan daerah Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan
sekitar Sipora-Pagai, yang keduanya adalah Mentawai mencatat korban meninggal dunia
gugusan kepulauan Mentawai. Mengutip hasil mencapai 456 jiwa, ditambah kerugian harta
studi pakar gempa LIPI, Danny Hilman, wilayah benda dan kerusakan fisik serta sarana dan
barat Sumatera sering terjadi gempa karena prasarana umum.
posisinya di sepanjang jalur tumbukan dua Setelah empat minggu masa tanggap
lempeng bumi, di mana lempeng (Samudera) darurat, melalui Pernyataan Gubernur
Hindia bergerak menunjam ke bawah lempeng Sumatera Barat ditetapkan bahwa masa
(benua) Sumatera. Gempa di laut mempunyai tanggap darurat bencana tsunami Mentawai
periode ulang yang lebih lama dibanding dinyatakan secara resmi berakhir pada Senin,
gempa di darat, namun kekuatan gempanya 22 November 2010. Selanjutnya kewenangan
bisa mencapai lebih dari 8 SR dan berpotensi dan kebijakan sepenuhnya diserahkan
menimbulkan tsunami. kepada Bupati Mentawai. Namun demikian,
Pada 25 Oktober 2010, bencana tsunami berdasarkan rapat koordinasi BPBD Mentawai

... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 23
dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat 2.2. Metode Analisis
dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Mentawai pada tanggal 15 Desember 2010 Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
di rumah dinas Gubernur Sumbar, kemudian menggunakan metode deskriptif analitis.
disepakati untuk memperpanjang pelaksanaan Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan
masa tanggap darurat hingga 31 Desember data yang dilakukan adalah studi pustaka dan
2010. Pertimbangan perpanjangan masa penelitian lapangan. Studi pustaka adalah studi
tanggap darurat ini mengingat masih banyak dokumentasi, meliputi seluruh referensi yang
pengungsi yang membutuhkan hunian relevan dengan penelitian, yaitu peraturan
sementara dan guna memastikan distribusi perundang-undangan, Surat Keputusan
bantuan logistik berjalan lancar dan dapat yang dikeluarkan kepala daerah, buku, jurnal
menjangkau seluruh korban bencana. ilmiah, surat kabar, dan data-data dari website.
Sejak 2011, sesuai Rencana Aksi Sementara penelitian lapangan dilakukan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Mentawai dengan dua cara, yaitu pertama, wawancara
seharusnya sudah memasuki masa rehabilitasi mendalam (in-depth interview) menggunakan
dan rekonstruksi. Namun, hingga bulan pedoman wawancara dengan narasumber
Oktober 2012, tepat dua tahun setelah tsunami terkait, baik dari pemerintah maupun non
melanda, belum satu pun program rehabilitasi pemerintah. Kedua, Focus Group Discussion
rekonstruksi yang bisa dilaksanakan. Hal ini (FGD) dengan narasumber, baik di Mentawai
terkait pelaksanaan pembangunan hunian maupun di Jakarta.
tetap dan infrastruktur yang menjadi salah
satu programnya masih mengalami hambatan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Oleh karena itu, tulisan ini menguraikan
problematika pelaksanaan rehabilitasi 3.1. Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
rekonstruksi pasca tsunami Mentawai tahun di Indonesia
2010. Proses ini menarik karena menegaskan
bahwa penyelenggaraan penanggulangan Ketika terjadi bencana alam, respon
bencana tidak dapat dilepaskan dari persoalan terhadap bencana alam terbagi dua, yaitu
kebijakan dan dinamika aktor pembuat dan tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi.
pelaksana kebijakan itu sendiri. Kedua fase ini yang kerap digunakan dalam
penanggulangan bencana alam di Indonesia,
1.2. Tujuan termasuk tsunami Mentawai tahun 2010.
Sebagai sebuah siklus, tahap tanggap
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis darurat bencana diikuti oleh rehabilitasi dan
problematika proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
rekonstruksi pasca tsunami Mentawai tahun Rehabilitasi dan rekonstruksi secara
2010. bersama-sama menuju kepada pemulihan
jangka panjang yang mempertimbangkan
II. METODOLOGI faktor fisik dan nonfisik dari wilayah yang
terpapar bencana. Menurut Alka Dhameja, ada
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian tiga jenis rehabilitasi bencana, yaitu fisik, sosial,
dan psikologis. Rehabilitasi fisik merupakan
Penelitian dilakukan di Kabupaten aspek yang sangat penting dari rehabilitasi.
Kepulauan Mentawai. Penelitian lapangan Termasuk di dalamnya adalah rekonstruksi
dilaksanakan pada 15-24 April 2012, yaitu di infrastruktur fisik, seperti perumahan,
Tuapejat sebagai ibukota kabupaten dan Desa bangunan, jalur kereta api, jalan raya, jaringan
Bosua Kecamatan Sipora Selatan, salah satu komunikasi, persediaan air, listrik, dan lainnya.
daerah terpapar tsunami tahun 2010. Analisis Rehabilitasi fisik dan rekonstruksi juga
difokuskan pada pasca tsunami 2010 hingga harus memasukkan kebijakan untuk subsidi,
dua tahun pasca tsunami, Oktober 2012. peralatan pertanian, akuisisi lahan untuk

24 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 1 Tahun 2013 Hal. 23-34


Jurnal Dialog
relokasi, perencanaan penggunaan lahan, kembali semua prasarana dan sarana,
zonasi daratan, penguatan rumah-rumah yang kelembagaan pada wilayah pascabencana,
tidak rusak, dan pembangunan rumah contoh. baik pada tingkat pemerintahan maupun
Rehabilitasi sosial juga merupakan bagian masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
penting dari rehabilitasi bencana di mana berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial
kelompok rentan, seperti orang jompo, anak dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
yatim, janda, dan anak-anak, membutuhkan dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
dukungan sosial khusus untuk bertahan dari segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
dampak bencana. Rencana rehabilitasi harus wilayah pascabencana. Pasal 75 UU No. 24
mempunyai komponen yang memperhatikan Tahun 2007 menyebutkan rekonstruksi pada
fakta bahwa korban harus menjalani proses wilayah pascabencana dilakukan melalui
penyesuaian kembali dengan lingkungan sosial kegiatan: pembangunan kembali prasarana dan
yang baru. Dimensi penting lain dari rehabilitasi sarana; pembangunan kembali sarana sosial
bencana adalah rehabilitasi psikologis. masyarakat; pembangkitan kembali kehidupan
Berhubungan dengan psikologi korban sosial budaya masyarakat; penerapan
merupakan isu yang sangat sensitif dan harus rancang bangun yang tepat dan penggunaan
dilakukan dengan kehati-hatian dan perhatian. peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
Trauma psikologis kehilangan keluarga dan partisipasi dan peran serta lembaga dan
sahabat serta ingatan akan peristiwa bencana organisasi kemasyarakatan, dunia usaha,
itu sendiri, justru membutuhkan waktu yang dan masyarakat; peningkatan kondisi sosial,
lebih lama untuk disembuhkan. Oleh karena ekonomi, dan budaya; peningkatan fungsi
itu, kesejahteraan sosial dan dukungan pelayanan publik; atau peningkatan pelayanan
psikologis harus betul-betul dipertimbangkan utama dalam masyarakat.
segera setelah terjadinya bencana sehingga Berdasarkan UU tersebut juga ditetapkan
mereka dapat menjadi bagian penting dari bahwa dalam rangka mempercepat rehabilitasi
program rehabilitasi. Program rehabilitasi dan rekonstruksi, pemerintah dan/atau
harus juga memperhatikan tradisi, nilai, norma, pemerintah daerah menetapkan prioritas
kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat dari kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
terdampak bencana. Penetapan prioritas ini didasarkan pada analisis
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 kerusakan dan kerugian akibat bencana.
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Selain itu, dalam melaksanakan rehabilitasi
rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan dan rekonstruksi, pemerintah kabupaten/kota
semua aspek pelayanan publik atau masyarakat wajib menggunakan dana penanggulangan
sampai tingkat yang memadai pada wilayah bencana dari Anggaran Pendapatan dan
pascabencana dengan sasaran utama untuk Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota.
normalisasi atau berjalannya secara wajar Jika APBD tidak memadai, maka pemerintah
semua aspek pemerintahan dan kehidupan kabupaten/kota dapat meminta bantuan
masyarakat pada wilayah pascabencana. dana kepada pemerintah provinsi dan/atau
Pasal 56 menyebutkan rehabilitasi pada pemerintah untuk melaksanakan rehabilitasi
wilayah pascabencana dilakukan melalui dan rekonstruksi. Tidak hanya bantuan dana,
kegiatan: perbaikan lingkungan daerah pemerintah kabupaten/kota dapat meminta
bencana; perbaikan prasarana dan sarana bantuan berupa tenaga ahli, peralatan, dan
umum; pemberian bantuan perbaikan rumah pembangunan prasarana.
masyarakat; pemulihan sosial dan psikologis;
pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi 3.2. Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
konflik; pemulihan sosial, ekonomi, dan Pasca Tsunami Mentawai
budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban;
pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan Berdasarkan Rencana Aksi Rehabilitasi
fungsi pelayanan publik. dan Rekonstruksi Pasca Tsunami Mentawai
Rekonstruksi adalah pembangunan ditetapkan bahwa ruang lingkup rencana

... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 25
rehabilitasi rekonstruksi dalam kerangka rekonstruksi serta percepatan pembangunan
pemulihan kehidupan masyarakat yang ini adalah dari anggaran penanggulangan
terdampak bencana tsunami Mentawai adalah: bencana dalam APBN dan APBD sebagaimana
1. Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
pendekatan relokasi permukiman yang No. 22 Tahun 2008. Pasal 5 menyebutkan
dilaksanakan secara bertahap pada tahun dalam anggaran penanggulangan bencana
anggaran 2011 dan 2012, pada daerah yang bersumber dari APBN, pemerintah
terdampak tsunami, yaitu Pulau Pagai menyediakan dana bantuan sosial berpola hibah
Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. untuk kegiatan pada tahap pascabencana.
2. Percepatan pembangunan yang Sesuai dengan Rencana Aksi Rehabilitasi
dilaksanakan secara bertahap pada dan Rekonstruksi, tahapan ini direncanakan
tahun anggaran 2011, 2012, dan 2013 berlangsung selama dua tahun hingga akhir 2012
pada daerah terdampak tsunami dan dengan total kebutuhan mencapai Rp.486,40 M,
terutama dengan pendekatan penyediaan di mana lebih dari 50% merupakan kebutuhan
infrastruktur vital untuk membuka akses untuk relokasi perumahan dan pembangunan
antar pulau termasuk dengan Pulau prasarana lingkungan permukiman, yakni
Siberut. Pembangunan infrastruktur vital sebesar Rp. 250,54 M. Namun, anggaran
berupa jalan poros antarpulau termasuk untuk pelaksanaan program rehabilitasi dan
ke Pulau Siberut, pembangunan sarana rekonstruksi ini diletakkan terpisah di mana
transportasi udara (airstrip) dan transportasi untuk bidang ekonomi dan sosial diletakkan
laut (dermaga pelabuhan antarpulau) dan di BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai,
pembangunan jalan lingkungan dengan sementara anggaran untuk bidang perumahan
fungsi feeder termasuk jalur evakuasi. dan infrastruktur diletakkan di BPBD Provinsi
Sumatera Barat. Pembangunan rumah dan
Prioritas program rehabilitasi dan infrastruktur dilakukan dengan melibatkan
rekonstruksi pasca tsunami Mentawai masyarakat (kelompok masyarakat/pokmas)
ditetapkan pada lima sektor, yaitu: dan pemerintah setempat. Kelompok
1. Perumahan dan infrastruktur permukiman, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat
meliputi pembersihan lahan untuk relokasi setempat, terutama mereka yang akan
dan program cash for work, pembangunan menempati dan memiliki rumah itu. Hal
perumahan dan infrastruktur permukiman. ini dilakukan agar masyarakat ikut serta
2. Infrastruktur publik, seperti jalan, membangun dan merasa memiliki sehingga
jembatan, dermaga, dan energi untuk mengusahakan bangunannya lebih baik.
menjamin bahwa masyarakat yang berada Penetapan prioritas program rehabilitasi
di tiga pulau terdampak tsunami mendapat dan rekonstruksi ini tak lepas dari dampak
manfaat dari rekonstruksi dan percepatan yang ditimbulkan oleh tsunami itu sendiri.
pembangunan. Sebagaimana diketahui tsunami Mentawai
3. Ekonomi, yaitu fasilitasi pembangunan tahun 2010 menimbulkan korban yang tidak
ekonomi melalui pemberdayaan komunitas sedikit. Dalam Keputusan Bupati Mentawai
dan pelatihan kemampuan di bidang agro- No. 188.45-207 Tahun 2010 ditetapkan bahwa
forestry, perikanan, dan program industri jumlah korban meninggal akibat tsunami, yang
kecil. disusun berdasarkan laporan dari kepala dusun
4. Sosial, yaitu revitalisasi pelayanan dan kepala desa serta pendataan langsung ke
dasar, terutama di bidang pendidikan dan lapangan oleh dinas terkait, berjumlah 456 jiwa.
kesehatan, di lokasi permukiman yang baru. Korban jiwa terbesar terdapat di kecamatan
5. Lintas sektor, meliputi pemulihan Pagai Utara dan Pagai Selatan yang memang
lingkungan ekosistem wilayah pesisir dan dekat dengan pusat gempa.
pembangunan kantor pemerintahan di Bencana tsunami ini juga menimbulkan
lokasi permukiman baru. kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 348,92
Sumber pendanaan rehabilitasi dan M sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 di

26 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 1 Tahun 2013 Hal. 23-34


Jurnal Dialog
bawah ini. Tsunami ini juga mengakibatkan 11.245
Kerusakan tertinggi dialami oleh sektor orang mengungsi. Jumlah pengungsi cukup
perumahan dengan nilai mencapai Rp. besar karena banyak di antara mereka yang
105.414.130.000,-. Hal ini terjadi karena kehilangan tempat tinggal sehingga terpaksa
pada umumnya masyarakat Mentawai mengungsi di tenda-tenda darurat. Ada pula
tinggal di pesisir pantai di mana selama ini masyarakat yang rumahnya tidak mengalami
mereka mengandalkan sarana transportasi kerusakan, namun terpaksa mengungsi pada

Tabel 1. Rekapitulasi Kerusakan dan Kerugian Pasca Tsunami 25 Oktober 2010 (Rp. Juta)

Nilai Nilai Total Kerusakan


No. Sektor/Subsektor
Kerusakan Kerugian dan Kerugian

1. Perumahan 105.414,13 10.412,50 115.826,63

2. Infrastruktur 17.365,00 1.801,44 19.166,44

3. Ekonomi 53.423,85 64.397,77 117.821,61

4. Sosial 16.048,41 619,10 16.667,51

5. Lintas Sektor 79.613,40 188,00 79.441,40

Total 271.864,79 77.418,81 348.923,59

Sumber: Penilaian Tim Gabungan BNPB, Bappenas, Pemda Provinsi Sumatera Barat
dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 22 November 2010 dalam Rencana Aksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Serta Percepatan Pembangunan
Wilayah Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2013,
op.cit, hlm. III.6.

laut. Sementara, kerugian terbesar dialami malam hari karena trauma akan gempa susulan
oleh sektor ekonomi produktif dengan nilai dan sudah tidak merasa aman lagi untuk tinggal
kerugian mencapai Rp. 64.397.770.000,- di rumahnya.
yang didominasi oleh subsektor perkebunan Program percepatan pembangunan
(Rp. 49,50 M) dan subsektor perikanan (Rp. merupakan strategi pemulihan wilayah
43,70 M). Sebagaimana diketahui, meskipun pascabencana seperti Mentawai yang
tinggal di pesisir pantai, mata pencaharian merupakan salah satu daerah tertinggal.
masyarakat Mentawai pada umumnya Program ini difokuskan pada peningkatan
bukanlah nelayan, melainkan petani kebun dan pembangunan sarana transportasi, baik
atau ladang, seperti ubi talas, pisang, cokelat, darat, laut, maupun udara untuk mengurangi
nilam, dan rotan. Kebanyakan masyarakat keterisoliran Mentawai sekaligus meningkatkan
Mentawai tidak mempunyai pendapatan tetap. roda perekonomian pulau di ujung barat
Mereka bekerja di kebun atau ladang dan pergi Sumatera ini.
ke laut sementara menunggu waktu panen Berkaca pada peristiwa tsunami 2010
tiba. Pendapatan mereka tergantung pada lalu, penanganan korban tsunami pada saat
musim. Beberapa diantaranya mempunyai itu sangat terkendala dengan kondisi geografis
perahu untuk menangkap ikan, namun hanya Mentawai sebagai kepulauan dengan wilayah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang terputus-putus dan akses darat yang
keluarga dan hanya dijual ketika persediaannya sangat sulit karena sebagian besar wilayahnya
berlebih. merupakan hutan. Satu-satunya akses yang

... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 27
memungkinkan adalah melalui laut, namun 3.3. P r o b l e m a t i k a R e h a b i l i t a s i d a n
itu pun tidak mudah karena waktu dan biaya Rekonstruksi Pasca Tsunami Mentawai
tinggi, di samping cuaca ekstrem yang terjadi
hampir seminggu setelah tsunami terjadi. Tak Sejak 2011, Mentawai seharusnya sudah
pelak, distribusi bantuan dan relawan menjadi memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi
terhambat dan terlambat, serta terkonsentrasi yang direncanakan berakhir pada akhir tahun
di Sikakap (Pagai Utara). 2012 dan dilanjutkan program percepatan
Sulitnya medan dan akses menuju lokasi pembangunan pada tahun 2013. Namun,
bencana masih ditambah dengan minimnya hingga dua tahun pascabencana, belum satu
kebutuhan pendukung, terutama bahan bakar pun program rehabilitasi rekonstruksi yang
minyak (BBM). Hal ini dialami ketika evakuasi bisa dilaksanakan. Hal ini terkait pelaksanaan
korban tsunami di Pagai Utara yang terhambat pembangunan hunian tetap dan infrastruktur
akibat minimnya persediaan BBM. Transportasi yang menjadi salah satu programnya masih
paling efektif untuk menjangkau sekitar 60 mengalami hambatan. Kendala ini terkait
dusun di kecamatan ini hanyalah speed boat, adanya hutan lindung dan hutan produksi di
sementara BBM untuk mengoperasikan speed lokasi yang sedianya untuk relokasi penduduk,
boat pun sulit didapat pada saat itu. terutama di Pagai Utara dan Pagai Selatan,
Terlambatnya penanganan tanggap yang tentu membutuhkan ijin pengalihan lahan
darurat bencana tsunami Mentawai sebenarnya hutan dari Kementerian Kehutanan. Berlarutnya
juga akibat informasi yang terlambat diterima. proses ini karena terganjal ijin dari Kementerian
Hal ini terkait minimnya fasilitas komunikasi, Kehutanan, yang memakan waktu hampir dua
termasuk ketiadaan sinyal telpon seluler di tahun, untuk opsi tukar menukar kawasan
pulau tersebut. Informasi yang diterima menjadi hutan yang disepakati guna mengatasi masalah
simpangsiur. Kepala Badan Penanggulangan relokasi ini.
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Sementara itu, antara satu program dengan
Barat, Harmensyah, misalnya, bahkan program lainnya dalam tahap rehabilitasi dan
menyebutkan tidak ada korban jiwa serta rekonstruksi ini saling terkait, yaitu pembangunan
hanya satu rumah yang rusak, dan gelombang hunian tetap, jalan, dan pembangunan ekonomi,
laut hanya 30 sentimeter, ketika diwawancara yang ketiganya haruslah saling berdekatan agar
wartawan pada 26 Oktober 2010. Staf saling mendukung. Terlebih, anggaran untuk
Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi pelaksanaannya pun dikeluarkan satu paket,
Arif, bahkan mengakui baru mengetahui tidak bisa sebagian.
terjadinya tsunami di Mentawai dari media Pasca tsunami yang melanda Mentawai,
online. Akibatnya, Andi Arif mengakui terjadi relokasi menjadi masalah penting terutama
keterlambatan penanganan tanggap darurat untuk masyarakat di pesisir yang tersapu
di Mentawai sekitar 12 jam, ditambah karena tsunami. Pemda Mentawai mendukung konsep
pesawat helikopter yang tersedia untuk relokasi permukiman dari kawasan pesisir
menjangkau lokasi bencana di Kepulauan terdampak tsunami ke area yang lebih aman
Mentawai sangat terbatas. pada ketinggian minimal 25 dpl, yang saat
Mentawai bagaimanapun juga harus ini merupakan area kehutanan. Dalam Surat
dipahami sebagai wilayah bencana yang Keputusan (SK) Bupati Mentawai No.188.45-
mempunyai karakteristik berbeda dengan 320 Tahun 2010 ditetapkan jumlah Kepala
wilayah lainnya. Mentawai bukan hanya Keluarga (KK) yang direlokasi sebanyak 2.072.
dilihat sebagai wilayah dengan potensi Jumlah ini meningkat dari SK semula yang
gempa dan tsunami, namun juga sebagai menetapkan 1.631 KK, setelah dilakukan survei
wilayah kepulauan yang sejak lama masih ulang lokasi relokasi dan pendataan kembali
tertinggal. Hal ini tentu berdampak pada pola jumlah KK yang akan direlokasi oleh tim terpadu
penanggulangan bencana yang berbeda dari BNPB, UKP4, Pemda Sumbar, dan Pemda
dengan bencana yang terjadi di wilayah Mentawai pada tanggal 27-30 Desember 2010.
daratan. Untuk penyediaan lahan relokasi, Bupati

28 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 1 Tahun 2013 Hal. 23-34


Jurnal Dialog
Mentawai menyampaikan permohonan kepada Terpadu Kementerian Kehutanan melakukan
Gubernur Sumatera Barat mengenai pelepasan kajian pada April 2012, Dinas Kehutanan sudah
kawasan hutan untuk relokasi permukiman bermohon supaya jalan ini juga termasuk dalam
korban gempa dan tsunami Mentawai seluas proses tukar menukar karena jika tidak, proses
30.443 hektar dengan rincian di Pagai Utara pembangunan huntap, fasum, dan fasos ini
seluas 12.241 hektar, Pulau Pagai Selatan akan terhalang juga. Memang, kebutuhan riil
seluas 6.505 hektar, dan Pulau Sipora seluas jalan masih dalam tahap pengkajian dengan
11.623 hektar. Pelepasan kawasan hutan Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum
adalah hutan produksi diturunkan statusnya Kabupaten Kepulauan Mentawai, termasuk
menjadi area penggunaan lain atau bukan BPBD. Setelah pengecekan lapangan pada
kawasan hutan. Namun usulan ini ditolak oleh April 2012, kebutuhan area yang dihitung untuk
Kementerian Kehutanan. Proses pelepasan huntap, fasos, dan fasum oleh tim terpadu
kawasan hutan pada dasarnya memakan waktu adalah 5143,75 hektar, masih kurang dari luas
yang lama karena harus mendapat persetujuan lahan yang dimohonkan semula sehingga masih
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Proses dimungkinkan untuk dikonversi bagi kebutuhan
yang dimungkinkan cepat adalah melalui tukar jalan sekitar lebih kurang 300 km.
menukar kawasan. Namun, tukar menukar Permohonan jalan trans atau jalan poros
kawasan hutan harus mencari lahan pengganti pulau itu memang tidak dimasukkan ke dalam
yang merupakan APL (Area Penggunaan Lain). permohonan tukar menukar kawasan karena
Jika APL tidak tersedia, maka bisa ditambahkan jika dimasukkan artinya akan terjadi pemisahan
dengan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi kawasan hutan produksi antara bagian barat
(HPK) yang statusnya dinaikkan menjadi hutan dan timur karena akan ada jalan di tengahnya.
produksi. Opsi yang dipilih waktu itu, untuk kebutuhan
Dinas Kehutanan yang dalam proses jalan akan menggunakan cara perijinan yang
rehabilitasi dan rekonstruksi diserahi tugas lain, yaitu dengan pinjam pakai kawasan hutan.
terkait kawasan hutan yang dipakai untuk Dengan status pinjam pakai, status kawasan
relokasi, mengajukan tukar menukar kawasan hutan masih tetap hutan produksi, sementara
hutan produksi kepada Menteri Kehutanan. Luas jika tukar menukar statusnya berubah menjadi
lahan yang dimohonkan oleh Dinas Kehutanan area penggunaan lain atau menjadi non kawasan
adalah 10.345 hektar, untuk kebutuhan hunian hutan. Namun belakangan setelah dilakukan
tetap (huntap), fasilitas umum (fasum), fasilitas kajian muncul lagi permasalahan, karena itu
sosial (fasos), dan jalan, serta mengusulkan berarti akan ada dua pekerjaan yang harus
lahan pengganti seluas +/- 10.037 Ha yang dilakukan, yaitu permohonan tukar menukar
terdiri dari Areal Penggunaan Lain (APL) kawasan dan permohonan pinjam pakai. Oleh
seluas +/- 5.965 Ha dan HPK seluas +/- 4.072 karena itu, Dinas Kehutanan mengusulkan
Ha. Khusus untuk area di Pagai Utara dan agar permohonan jalan ini disatukan dengan
Pagai Selatan, lokasi untuk relokasi umumnya permohonan untuk huntap, fasos, dan fasum.
berada di kawasan hutan produksi yang saat ini Persetujuan prinsip permohonan tukar
statusnya ex-Hak Penguasaan Hutan (HPH) PT. menukar kawasan hutan untuk relokasi korban
Minas Pagai Lumber. Di Pagai Selatan seluas tsunami Mentawai akhirnya diperoleh dengan
4.896 hektar, di Pagai Utara seluas 1.960 hektar, dikeluarkannya SK Menteri Kehutanan (Menhut)
di Pulau Sipora seluas 3.489 hektar. Sesuai No. S.397/Menhut-II/2012 tanggal 4 September
dengan master plan yang dibuat oleh Bappeda 2012. Dalam Surat Menhut ini disetujui
Kabupaten Kepulauan Mentawai, jumlah ini permohonan tukar menukar kawasan hutan
belum termasuk jalan Trans Pagai dan jalan seluas 6.975 Ha yang terletak di Pulau Pagai
cabangnya sepanjang 300 km. Jumlah ini hanya Utara seluas 1.535 Ha, Pulau Pagai Selatan
untuk huntap, fasum, dan fasos. seluas 3.710 Ha, dan Pulau Sipora seluas 1.730
Tim Terpadu dari Kementerian Kehutanan Ha. Sementara lahan pengganti seluas 7.015 Ha
kemudian turun melakukan kajian lapangan terletak di Pulau Pagai Utara seluas 1.480 Ha
tukar menukar kawasan hutan. Sewaktu Tim dan di Pulau Sipora seluas 5.535 Ha yang terdiri

... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 29
dari APL seluas 1.430 Ha dan HPK seluas 4.105 persoalan yang kompleks, bukan hanya dari
Ha. Surat ini kemudian ditindaklanjuti dengan cakupan isu melainkan juga dari aktor yang
proses penandatanganan Berita Acara Tukar terlibat. Tidak dapat dipungkiri, berlarut-
Menukar Kawasan Hutan pada 11 Oktober 2012 larutnya proses rehabilitasi dan rekonstruksi
melalui mekanisme dua tahap di mana pada di Mentawai disebabkan oleh berbelit-belitnya
tahap I direncanakan seluas 4.105 Ha pada proses izin penggunaan lahan, yang dalam hal
areal HPK dan tahap selanjutnya seluas 2.910 ini merupakan domain Kementerian Kehutanan.
Ha pada APL. Kawasan hutan tahap I yang Sementara dari sisi masyarakatnya, telah siap
dimohon seluas 4.105 Ha merupakan Hutan dengan pembentukan kelompok masyarakat
Produksi Tetap di Kecamatan Sipora Selatan, (pokmas) dan perekrutan fasilitator untuk
Sikakap, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. pembangunan hunian tetap. Fasilitator yang
Sementara, calon lahan pengganti seluas yang direkrut oleh BPBD Provinsi Sumatera Barat
sama merupakan HPK di Kecamatan Sipora telah turun ke lapangan dan melakukan verifikasi
Utara. terhadap data korban gempa dan tsunami yang
Keluarnya persetujuan prinsip tukar telah di-SK-kan Bupati Kabupaten Kepulauan
menukar kawasan hutan ternyata tidak Mentawai. Namun dengan belum jelasnya
sepenuhnya menyelesaikan masalah. waktu pelaksanaan pembangunan hunian tetap,
Pembangunan infrastruktur tetap belum bisa membuat 171 fasilitator yang sudah disebar ke
dilaksanakan karena belum didapatkannya empat kecamatan terdampak terpaksa untuk
dispensasi penebangan hutan atau surat sementara ditarik kembali oleh BPBD Provinsi
ijin pembersihan lahan (land clearing) Sumbar per 1 Oktober 2012 sambil menunggu
dari Kementerian Kehutanan. Pemerintah turunnya dispensasi penebangan hutan.
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada 18 Sementara itu, BNPB telah mengucurkan
September 2012 mengajukan permohonan dana rehabilitasi dan rekonstruksi Mentawai
penebangan hutan kepada Menteri Kehutanan. sebesar Rp. 486 M di mana Rp. 287 M untuk
Izin pemanfaatan kawasan hutan memang telah pembangunan hunian tetap, lingkungan hidup,
ditandatangani oleh Menteri Kehutanan, namun dan sanitasi, dan Rp. 200 M untuk sektor
untuk pembangunannya harus ada dispensasi ekonomi dan sosial budaya. Dana tersebut
penebangan hutan dan ijin pemanfaatan kayu telah ada di BPBD Provinsi Sumatera Barat dan
karena hutan yang ditebang merupakan milik BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai sesuai
negara. dengan peruntukan masing-masing bidang.
Hingga bulan Oktober 2012, tepat dua tahun Sedianya, dana tersebut masuk dalam tahun
setelah tsunami melanda, masyarakat belum anggaran 2012 yang sudah harus terserap pada
mendapat kepastian kapan pembangunan akhir bulan Desember 2012. Dengan kondisi
hunian tetap tersebut akan dimulai. Sesuai yang masih belum pasti hingga Oktober 2012
dengan prosedur normatif dari Kementerian ini, hampir dapat dipastikan pembangunan
Kehutanan, pasca diterbitkannya Persetujuan hunian tetap tidak dapat diselesaikan hingga
Prinsip Tukar Menukar Kawasan Hutan Untuk akhir tahun 2012 ini. Apalagi dengan skema
Relokasi Korban Tsunami, diperlukan 174 hari 174 hari yang harus ditempuh untuk sampai
lagi hingga hunian tetap itu dapat dibangun. pada penebangan hutan tersebut. Sementara,
Banyak proses yang harus dilalui untuk sampai kondisi hunian sementara yang kini didiami
pada tahap pembangunan huntap, sebagaimana korban tsunami kondisinya memprihatinkan,
dapat dilihat pada bagan 1. baik kondisi fisik huntara maupun lingkungan
Rumitnya proses rehabilitasi dan dan sanitasi, sebagaimana penulis amati dalam
rekonstruksi di Kabupaten Kepulauan kunjungan ke Bosua-Sipora Selatan, April 2012.
Mentawai merefleksikan bahwa persoalan Selain itu, meskipun permasalahan utama
penanggulangan bencana sebagai sebuah sebenarnya terletak pada persoalan izin
problematika kebijakan dan institusi (aktor). pembangunan infrastruktur, namun program
Pemulihan pasca bencana merupakan rehabilitasi di bidang lain, yaitu ekonomi dan

30 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 1 Tahun 2013 Hal. 23-34


Jurnal Dialog
Bagan 1. Tahapan Lanjutan Proses Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH) Setelah Terbitnya
Persetujuan Prinsip TMKH Untuk Relokasi Korban Gempa dan Tsunami Kabupaten
Kepulauan Mentawai

Unit Penyelesaian TATA


No. URAIAN PEMOHON WAKTU KET.
Dirjen Dirjen Dishut Dishut
BP2HP (Hari)
Planologi BUK Prov Kab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. Penandatanganan Berita Acara Maksimal 30 Hari
Tukar Menukar Kawasan Hutan setelah
30 diterbitkannya
Persetujuan
Prinsip Menhut
B. Permohonan Dispensasi Land Clearing Permohonan
Kepada Menteri Kehutanan Bupati Kepulauan
Mentawai
C. Penyampaian Pertimbangan Teknis Sejalan dengan
Dispensasi kepada Menteri Kehutanan Penyampaian
Permohonan
Dispensasi
D. Penerbitan Izin Dispensasi dari Dirjen Maksimal 30 Hari
Planologi An. Menteri Kehutanan setelah diterimanya
30 Permohonan dan
Pertimbangan
Teknis
E. Pemanfaatan Kayu melalui Proses
IPK
1. Permohonan IPK diajukan kepada
Kepala Dinas Kehutanan Prov.
Sumatera Barat
2. Kadishut Prov. Menolak/ Menyetujui Maksimal 14 Hari
dan Selanjutnya Menyampaikan Kerja sejak
14
Permintaan Pertimbangan Teknis diterimanya
kepada Dirjen BUK Permohonan
3. Kepala BP2HP Wilayah III Pekanbaru Maksimal 7 Hari
menyampaikan Telaahan terhadap Kerja sejak
Kegiatan Fisik di lapangan kepada 7 diterimanya
Dirjen BUK Tembusan Surat
Kadishut Prov.
4. Dirjen BUK Menolak atau Menerbitkan Maksimal 7 Hari
Pertimbangan Teknis IPK kepada Kerja sejak
Kadishut Prov. diterimanya
7 Surat Telaahan
dari Kepala BP2HP
Wilayah III
Pekanbaru
5. Kepala Dinas Memerintahkan Pemohon 2 Hari Kerja sejak
untuk Melakukan Timber Crusing diterimanya
dengan Intensitas 5% dan Membuat 2 Pertimbangan
Rekapitulasi LRH dituangkan dalam Teknis dari
BAP Dirjen BUK
6. Pemohon Melakukan Timber Cruising Maksimal 25 Hari
Melaporkan Hasilnya kepada Kepala Kerja sejak
Dinas Kehutanan Provinsi 25 diterimanya
Surat Perintah
dari Kadishut
Prov.
7. Kepala Dinas Kehutanan Prov. Maksimal 2 Hari
Menerbitkan Persetujuan IPK jika telah 2 Kerja
Memenuhi Syarat
8. Pemohon Membuat Rencana Kerja, Maksimal 50 Hari
Melaksanakan Penataan Batas Blok Kerja sejak
IPK dan Membayar Bank Garansi diterbitkannya
50
PSDH dan DR Persetujuan IPK
dari Kadishut
Prov.
9. Kepala Dinas Kehutanan Prov. Maksimal 7 Hari
Menerbitkan Keputusan Pemberian IPK Kerja setelah
diterimanya laporan
7 Hasil Penataan
Batas Blok
Tebangan IPK, bukti
Bank Garansi dan
Rencana Kerja

Jumlah (Hari) 174

Sumber: Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Oktober 2012.

... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 31
sosial budaya juga tidak dapat dilakukan akan kembali ke wilayah tempat tinggalnya
karena ketiga program tersebut sejatinya saling semula di pesisir pantai.
berhubungan satu dengan lainnya. Program Hingga kini, proses rehabilitasi rekonstruksi

Gambar 1. Hunian sementara di Desa Bosua - Sipora Selatan

ekonomi dan sosial tentu harus berada di wilayah pasca tsunami Mentawai masih menyimpan
permukiman penduduk. Bagaimanapun, jika sejumlah masalah. Sementara, dua tahun
letak rumah, jalan, dan kegiatan ekonomi saling bukanlah waktu yang pendek bagi para korban
berjauhan, tentu menjadi masalah baru bagi gempa dan tsunami Mentawai untuk bertahan
masyarakat dan bukan tidak mungkin mereka dalam ketidakpastian di huntara. Satu-satunya

32 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 1 Tahun 2013 Hal. 23-34


Jurnal Dialog
hal yang harus dilakukan saat ini adalah ini rentan terhadap bencana. Kasus Mentawai
percepatan proses rehabilitasi dan rekonstruksi sebenarnya bisa merefleksikan kesempatan
di Mentawai. BNPB dalam hal ini Kedeputian pembangunan ini. Namun kembali lagi, hal
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi telah ini tidak mudah karena sangat terkait dengan
melakukan beberapa hal untuk mengatasi banyak faktor.
kebuntuan proses ini. Pertama, melakukan
land clearing di wilayah pembangunan hunian IV. KESIMPULAN
tetap yang bukan merupakan kawasan hutan,
yaitu di Pulau Sipora. Kedua, melakukan rapat Apa yang dialami Mentawai dalam proses
koordinasi dengan Kementerian Kehutanan, rehabilitasi dan rekonstruksinya sebenarnya
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dan menggambarkan kondisi di mana koordinasi
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai lintas sektoral masih sulit dilakukan. Negosiasi
di Padang pada 16 Oktober 2012 agar proses yang terjadi seringkali sangat birokratis, padahal
pembangunan hunian tetap bisa segera persoalan bencana haruslah diletakkan dalam
dilakukan dengan menggunakan ijin prinsip kerangka persoalan kemanusiaan, karena kita
Menteri Kehutanan yang telah dipegang. Ketiga, berbicara dalam konteks korban bencana. Dua
melakukan negosiasi dengan Kementerian tahun membiarkan masyarakat korban tsunami
Keuangan agar dana rehabilitasi dan tinggal di hunian sementara yang tidak layak
rekonstruksi yang saat ini sudah ada di BPBD jelas merupakan persoalan kemanusiaan baru
Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kabupaten yang harusnya bisa menjadi prinsip utama
Kepulauan Mentawai, jika hingga akhir 2012 dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
tidak terserap, tidak disetor/dikembalikan ke di Indonesia.
negara, dan dapat digunakan untuk tahun Padahal harus disadari, program
selanjutnya. pascabencana yang tidak berjalan dengan baik
Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi memang akan menjadi sumber kerentanan baru bagi
disadari sangat kompleks, karena seringkali masyarakat, apalagi untuk tipe bencana yang
terkait dengan banyak aktor dan kepentingan, mempunyai periode berulang seperti gempa dan
serta persoalan anggaran yang tidak sedikit. tsunami ini di Mentawai ini. Apalagi, Mentawai
Akibatnya, proses rehabilitasi dan rekonstruksi masih dihadapkan pada potensi gempa besar
seringkali tidak berjalan sesuai dengan kerangka yang diprediksi para ahli gempa sejak bertahun-
waktu yang telah ditetapkan. Mengutip Alka tahun lalu, yaitu mega thrust Mentawai yang
Dhameja: “Disasters are very costly in terms berpusat di zona subduksi dan diperkirakan
of both human life and resources and require akan terjadi dengan pusat gempa berada di
a long gestation period of rehabilitation... It is bawah Siberut-Sipora-Pagai Utara. Sesuai
often not possible to suggest any time frame dengan Hyogo Framework for Action 2005-2015,
for disaster rehabilitation, reconstruction, and proses rehabilitasi dan rekonstruksi merupakan
recovery, as these processes are completely kesempatan strategis untuk pengurangan resiko
intertwined.” bencana dan membangun kembali secara
Padahal, bencana seharusnya dapat lebih baik (building back better) atau mengutip
dilihat sebagai kesempatan pembangunan. judul The Action Plan for Rehabilitation and
Bencana dan pembangunan sesungguhnya Reconstruction Mentawai yang disusun IMDFF-
saling terkait dan mempengaruhi satu sama DR Bappenas, Build Back Safer.
lain, “development should be such that guards
against disasters, development in itself should DAFTAR PUSTAKA
not lead to disasters”. Rusaknya infrastruktur
dan bangunan yang tidak aman akibat bencana Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan
pada dasarnya dapat memberikan kesempatan Mentawai, Tuapejat, 19 April 2012.
untuk membangun kembali dengan standar Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, 15
yang lebih baik atau relokasi ke tempat yang Oktober 2012.
lebih baik jika dirasa tempat yang didiami selama Gempa Dashyat Sumatera Barat (PT. Genta

... (Lidya
Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Pasca Bencana … (Lidya Christin
Christin Sinaga)
Sinaga) 33
Singgalang Press: Padang, 2010).
Natawidjaja, Danny Hilman dkk, “Studi Gempa
Bumi dan Tsunami di Sumatra: Analisis
Gerakan G30S (Gempa 30 September)
di Padang Dan Potensi Gempa Megathrust
Mentawai di Masa Datang”, http://www.
geotek.lipi.go.id/?page_id=4775, diakses 6
Juni 2012.
Pinkowski, Jack, (Ed.), Disaster Management
Handbook (CRC Press Taylor and Francis
Group: London, 2008).
Rencana Aksi Rehabilitasi Rekonstruksi
Pascabencana Serta Percepatan
Pembangunan Wilayah Kepulauan
Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun
2011-2013, BNPB dan Bappenas,
Desember 2010).
The Action Plan for Rehabilitation and
Reconstruction Mentawai Build Back Safer
(IMDFF-DR Bappenas: Jakarta, 2011).
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.

WEBSITE

“Ada Keterlambatan Penanganan Tsunami


Mentawai”, 30 Oktober 2010, http://
bumnwatch.com/ada-keterlambatan-
penanganan-tsunami-mentawai/, diakses
16 Oktober 2012.
“BBM Minim Hambat Bantuan ke Mentawai”, 28
Oktober 2010, http://politik.vivanews.
com/news/read/185484-bbm-minim-
hambat-bantuan-ke-mentawai, diakses 12
Juli 2012.
“Dua Tahun Tsunami, Fasilitator Ditarik,
Pembangunan Huntap Belum Jelas”,
Kamis, 18 Oktober 2012, http://
w w w. p u a i l i g g o u b a t . c o m / i n d e x .
php?mod=berita&id=2021, diakses 20
Oktober 2012.
“Pembangunan Huntap Tunggu Dispensasi
Penebangan Hutan”, 4 Oktober 2012,
puailiggoubat.com, diakses 13 Oktober
2012.
“Soal Informasi Tsunami Mentawai yang
Terlambat”, http://regional.kompas.com/
read/2010/11/10/05023323/.Soal.Informasi.
Ts u n a m i . M e n t a w a i . y a n g . Te r l a m b a t ,
diakses 16 Oktober 2012.

34 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 1 Tahun 2013 Hal. 23-34


Jurnal Dialog

Anda mungkin juga menyukai