Anda di halaman 1dari 7

e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha

Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

RAPDEMAN BENCANA MENTAWAI DALAM PERSPEKTIF


SOSIOLOGI

Nadya Widuri1, Bernadine Ayunda Prabandani2, Rama Hardiana3,


Wirahma Azellia4, Salmaa Amalia Putri5, Didi Pramono6

Jurusan Sosiologi dan Antropologi


Universitas Negeri Semarang
Semarang, Indonesia1,2,3,4,5,6

e-mail: nadyawiduri@students.unnes.ac.id1
bernadineayunda20@students.unnes.ac.id2
rhardiana2811@students.unnes.ac.id3
wirahmazelia@students.unnes.ac.id4
sma447@students.unnes.ac.id5 didipramono@mail.unnes.ac.id6

Abstrak
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap bencana tsunami
Mentawai dan untuk mengetahui pandangan sosiologi terhadap dampak bencana alam tersebut.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode Studi Pustaka. Para ilmuwan
sosiologi kontemporer telah merumuskan beberapa kesepakatan implisit tentang bencana, yaitu: (1)
bencana merupakan fenomena sosial; (2) perspektif agen eksternal harus dihindari dalam studi
kebencanaan; (3) gangguan sosial yang muncul sebagai bagian dari dampak bencana harus menjadi
fokus utama; (4) konsep bencana itu sendiri terkonstruksi secara sosial; dan (5) fokus riset kebencanaan
harus diarahkan kepada pengembangan respon efektif organisasi sosial. Simpulan penelitian ini adalah
penduduk Mentawai masih kekeh dengan cara hidup mereka meskipun telah disosialisasikan akan
potensi tsunami yang suatu saat bakal terjadi. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa saran yang
diberikan oleh pemerintah bukanlah suatu solusi yang kemudian dapat menghilangkan segala bentuk
kekhawatiran terhadap ancaman yang menerkam mereka. Saran pindah hunian ke tempat yang lebih
tinggi justru menghadapkan mereka kenapa persoalan baru yang hadir di depan mata mereka.

Kata kunci: Repdeman, Bencana Mentawai, Sosiologi.

Abstract
The purpose of this study is to find out the public's view of the Mentawai tsunami disaster and to find out
the sociological view on the impact of the natural disaster. This research method uses a qualitative
approach and the Literature Study method. Contemporary sociological scientists have formulated
several implicit agreements about disasters, namely : (1) disasters are social phenomena; (2) the
perspective of external agents should be avoided in disaster studies; (3) social disturbances that arise
as part of the impact of a disaster should be the primary focus; (4) the concept of disaster itself is socially
constructed; and (5) the focus of disaster research should be directed towards the development of
effective responses of social organizations. The conclusion of this study is that mentawai residents are
still confused with their way of life even though they have been socialized about the potential for a
tsunami that will one day occur. Some of them think that the advice given by the government is not a
solution that can then allay any form of concern about the threat that pounces on them. The suggestion
of moving the dwelling to a higher place actually confronts them as to why new problems are present
before their eyes.

Keywords: Repdeman, Mentawai Disaster, Sociology.

119
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

PENDAHULUAN Mentawai dilanda gempa dengan


Indonesia merupakan negara yang magnitude 7.7MW di Samudera Hindia.
sangat rentan terhadap bencana alam, Gempa tersebut diakibatkan Lempeng
antara lain: Banjir, letusan gunung merapi, Hindia-Australia yang menabrak bagian
gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor. barat sumatera dengan kemiringan 12° ke
Bencana-bencana tersebut disebabkan arah timur dengan kecepatan 50-
oleh dua faktor yang saling berkait. (1) 60mm/tahun (Natawidjaja, 2003;
Pada saat posisi geologis Indonesia Prawirodirdjo, 2000). Pergerakan tersebut
berada pada pertemuan 3 lempeng mengakibatkan sesar naik di permukaan
litosferik besar, yaitu Lempeng Eurasia, pada batas lempeng subduksi Hindia-
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo- Australia dan subduksi megathrust Sunda.
Australia. (2) Pada masa lampau selama Pergerakan lempeng Hindia-Australia
puluhan juta tahun, Indonesia dibangun menuju arah Timur Laut terhadap
atas gabungan berbagai lempeng benua Megathrust Sunda (Yudhicara et al., 2010).
mikro dan busur gunung api, yang Gempa dengan kekuatan besar pada
digerakkan oleh proses tektonik yang tahun 2010 menyisakan kenangan yang
kompleks hingga berada di tempatnya saat kurang menyenangkan bagi masyarakat
ini; proses tumbukan puluhan lempeng Mentawai. Masyarakat tidak pernah
tersebut menyebabkan terbentuknya menduga gulungan ombak raksasa
berbagai jenis patahan yang tersebar di tersebut akan menjadi sebuah bencana
berbagai tempat, senantiasa menerima besar yang merenggut banyak hal dari
dan menimbun gaya tektonik dari interaksi kehidupan masyarakat, tidak hanya harta
lempeng-lempeng litosfer saat ini. benda tetapi juga anggota keluarga.
Sebagai negara kepulauan yang Kerugian yang diakibatkan dari adanya
dikelilingi laut, salah satu bencana yang bencana tersebut menjadi bukti bahwa
menjadi ancaman adalah tsunami. tidak adanya persiapan yang dilakukan
Tsunami merupakan bencana alam di baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
kawasan pesisir yang disebabkan oleh Penanganan pra dan pasca bencana
berbagai hal, salah satunya adalah gempa belum dipersiapkan secara matang oleh
besar di dasar laut. Menurut data statistik, pemerintah atau lembaga yang berwenang
sejak tahun 1612 sampai tahun 2000 telah dalam menangani kebencanaan, baik pada
terjadi 118 kasus tsunami di Indonesia tingkat pusat hingga ke tingkat daerah.
yang memiliki dampak kerusakan fatal, Informasi yang diberikan oleh pemerintah
90% tsunami disebabkan oleh gempa melalui pendidikan kepada masyarakat
dibawah laut, disebabkan oleh Vulkanik 9% mengenai peringatan serta bahaya tsunami
dan oleh tanah longsor 1% ( Latief et al., tidak diberikan secara akurat. Menurut
2000). Provinsi Sumatera Barat adalah informasi yang disampaikan oleh Jimmy
salah satu daerah yang banyak mengalami Richard, seorang anggota lembaga
gempa baik didarat maupun dilaut, hal kebencanaan Mentawai, mengatakan
tersebut dikarenakan lokasinya berada di bahwa ia mendapatkan informasi seputar
antara patahan sumatera atau lempeng tanda-tanda tsunami dari lembaga
subduksi busur sunda juga diantara dua profesional, tanda-tanda tersebut
lempeng tektonik yaitu Eurasia dan Hindia- didapatnya berdasar dari penelitian yang
Australia. Terdapat catatan bahwa tsunami dilakukan ketika gempa Aceh pada tahun
besar pernah terjadi di Padang pada tahun 2004. Jimmy kemudian menyampaikan
1797 dan 1833 yang ketinggian informasi tersebut kepada masyarakat dan
gelombangnya lebih dari 6 meter ( masyarakat pun menerima informasi
McCloskey et al., 2008). tersebut dengan baik. Namun, pada tahun
Kepulauan Mentawai adalah salah satu 2010 tersebut, sebelum tsunami menerjang
kabupaten yang ada di Sumatera Barat. tidak terlihat tanda-tanda yang disebutkan
Kabupaten tersebut sangat rawan terhadap ketika sosialisasi pada masyarakat,
gempa dasar laut. Pada tahun 2010 silam, masyarakat tidak bisa membaca tanda-
tepatnya hari senin tanggal 25 Oktober tanda alam, dan gelombang tinggi secara

120
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

cepat menerjang Kepulauan Mentawai. Tulisan ini akan membahas mengenai


Sehingga, informasi yang didapatkan bagaimana perspektif sosiologi terhadap
berdasarkan penelitian yang telah diuji di bencana alam tsunami Mentawai yang
Aceh ternyata tidak bisa digunakan di berakibat pada warga masyarakat
Mentawai karena setiap daerah atau terdampak. Tujuan dari kajian ini adalah
kawasan memiliki karakteristiknya masing- untuk mengetahui pandangan masyarakat
masing, sehingga dibutuhkan kajian terhadap bencana tsunami Mentawai dan
eksklusif untuk membuat informasi yang untuk mengetahui pandangan sosiologi
lebih valid. terhadap dampak bencana alam tersebut.
Bencana alam tidak hanya memberikan
dampak kerusakan pada lingkungan saja, METODE
melainkan juga menimbulkan beragam Metode penelitian ini menggunakan
persoalan bagi warga masyarakat yang pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
terdampak. Persoalan sosial yang secara merupakan teknik penelitian yang
empiris bisa diidentifikasi adalah bermaksud untuk memahami fenomena
melemahnya ketahanan keluarga akibat tentang apa yang dialami oleh subjek
kondisi fisik dan lingkungan yang telah penelitian seperti perilaku, persepsi,
hancur, kehilangan tempat tinggal, harta motivasi, tindakan, dan sebagainya secara
benda, bahan makanan, kemudian relasi holistik dan dengan cara deskripsi dalam
sosial antarwarga juga terganggu karena bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong,
semua pihak menanggung penderitaan 2005:6).
masing-masing. Permasalahan sosiologis Teknik pengumpulan data yang
yang mungkin akan memberi akibat jangka digunakan dalam penelitian ini berasal dari
panjang akibat dari bencana di Mentawai studi dokumenter (documentary study) dan
ini adalah keluarga yang tidak lagi utuh studi pustaka. Studi dokumenter adalah
sehingga peran keluarga akan melemah, kegiatan catatan peristiwa yang telah
banyaknya korban akan mengakibatkan berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar,
anak-anak terlantar karena ibu dan karya-karya monumental dari seseorang
bapaknya menjadi korban jiwa, masyarakat (Sugiyono, 2005: 82). Sumber dokumenter
kehilangan tempat tinggal, pendidikan akan kami dapatkan melalui video berjudul
terabaikan, dan lain sebagainya. “Repdeman: Ingatan Warga Mentawai
Dalam sosiologi bencana, terdapat tentang Bencana” di kanal YouTube
sebuah teori yang bernama teori dengan nama saluran Watchdoc
kompleksitas sistem (complexity theory) Documentary.
yang diprakarsai oleh Sanders, Munford, Metode Studi Pustaka, studi pustaka
dan Liebenberg. Fokus pada teori ini atau kepustakaan menurut Nazir
terletak pada perilaku suatu sistem yang (1998:111) adalah teknik mengumpulkan
tidak stabil atau runtuh, sehingga suatu data dengan mengadakan studi
sistem akan beradaptasi juga berevolusi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-
sejalan dengan perkembangan lingkungan literatur, beragam catatan, serta laporan-
sekitarnya. Pemahaman mengenai teori ini laporan yang memiliki hubungan dengan
juga sejalan dengan teori sistem adaptif persoalan yang dipecahkan.
yang kompleks (complex adaptive system
theory) dengan bahasan mengenai cara HASIL DAN PEMBAHASAN
sistem yang kompleks berperilaku. Teori 1. Gempa dan Tsunami Mentawai
kompleksitas ini seringkali dirujuk dalam Pada tahun 2010 menjadi tahun
kajian-kajian sosial terlebih pada konteks yang tidak terduga bagi masyarakat
pengembangan komunitas, seperti Mentawai. Bencana Mentawai dapat
bagaimana keluarga dan kelompok bisa dikatakan sebagai slow earthquake
beradaptasi dengan situasi apapun dikarenakan getaran yang sampai di darat
sepanjang waktu, termasuk ketika lemah dengan periode gempa yang cukup
mengalami bencana alam. lama melebihi satu menit, tetapi mampu
menimbulkan gelombang tsunami sangat

121
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

besar. Tanggal 25 Oktober 2010 sekitar gunung, tetapi warga menolak untuk
pukul 21.42 UTC gempa dengan skala 7.7 menjadikan lahan tersebut sebagai tempat
magnitude mengguncang kepulauan tinggal dikarenakan tidak mau
tersebut, tidak lama berselang, sekitar 15 mengganggu lahan tersebut yang
menit kemudian, gelombang tsunami termasuk pada lahan hak pengusahaan
setinggi 6 meter pada awalnya menerjang hutan (HPH), meskipun sumber air dan
kepulauan tersebut dan gelombang kedua pusat perekonomian dari lahan tersebut
menyusul setinggi 12 meter. terbilang dekat. Lalu beberapa masyarakat
Kejadian ini memakan korban jiwa menciptakan huntap (hunian tetap) yang
sejumlah 331 korban ditemukan meninggal kemudian diusulkan pada pemerintah dan
dunia dan 462 korban lainnya hilang. akhirnya pemerintah menyetujui hal
Dalam hal geografis, pasca tsunami tersebut. Warga Dusun Bosowa yang telah
mentawai membuat posisi pinggiran pantai menyelesaikan pembangunan rumahnya
semakin masuk ke darat, dengan begitu perlahan menempati huntap alau dengan
Pulau Mentawai akan terus mengalami segala keterbatasan jauh dari sumber
penurunan ketinggian sebagaimana isu ekonomi dan kesulitan air bersih, mereka
wilayah Jakarta yang akan hanyut tertutup hanya mengandalkan air hujan untuk
air laut. Penurunan pulau terjadi akibat mendapatkan air bersih. Persoalan ini pun
adanya adu banteng antar dua lempeng ditemukan juga di wilayah lain, seperti
yang masih sama-sama kuat. Tumbukan daerah Pagai Utara dan Pagai Selatan.
lempeng tersebut baru akan berakhir Selain huntap, korban selamat
apabila salah satu lempeng sudah tidak bencana Mentawai juga oleh NGO
kuat menahan pergerakan lempeng yang dibuatkan huntara (hunian sementara)
lainnya. Akibat tumbukan tersebut, salah dengan akses air bersih yang terjamin juga
satu lempeng harus menumpang lempeng jarak dengan sumber ekonomi laut yang
yang satu sehingga terjadi kenaikan tingkat dekat. Warga Dusun Gobi adalah
ketinggian pulau lantaran adanya kelompok masyarakat yang lebih memilih
tumbukan lempeng di bawahnya. Para ahli tinggal di huntara dibandingkan dengan
memperkirakan Mentawai masih dihantui huntap karena pertimbangan kebutuhan air
potensi ancaman gempa dengan kekuatan dan kegiatan perekonomian yang
hampir sama dengan kekuatan gempa di mendukung. Meskipun begitu, posisi
Aceh. diperkirakan kekuatannya hingga 8.8 huntara dengan fasilitas layanan publik
Magnitude dengan guncangan yang akan seperti sekolah dan puskesmas harus
dirasakan kuat. ditempuh lebih jauh karena fasilitas
Bencana gempa dan tsunami di tersebut berada di lokasi huntap.
Mentawai ini menjadi suatu kejadian yang
sangat menarik untuk dijadikan bahan 2. Repdeman Masyarakat Mentawai
pembelajaran. Bahwasannya pada saat itu Pasca Bencana
sebagian masyarakat tidak memprediksi Repdeman berasal dari bahasa
guncangan yang mereka rasakan akan Mentawai, dengan kata dasar “repdem” ini
menghasilkan gelombang tsunami, hal memiliki arti ingat. Dapat dikatakan bahwa
tersebut dikarenakan ciri-ciri yang ada tidak repdeman ini ialah ingatan kenangan,
sama dengan sosialisasi pembelajaran sesuatu yang membuat kita tidak lupa akan
tsunami yang merujuk pada kejadian segala yang terjadi. Bencana alam yang
tsunami Aceh 2004. Sehingga masyarakat terjadi di tahun 2010 tentunya menjadi
tidak memiliki persiapan dalam sebuah ingatan yang tidak akan
menghadapi bencana ini. terlupakan, khususnya bagi warga
Setelah bencana itu terjadi, Mentawai. Bencana tersebut telah
pemerintah menyediakan lahan untuk merenggut banyak hal, baik dari anggota
menjadi tempat tinggal yang baru bagi keluarga, harta benda, dan segala aktivitas
masyarakat yang selamat dari kejadian kehidupan. Hal tersebut tentu bukanlah
tersebut. Lokasi pemukiman yang menjadi hal yang mudah untuk dilupakan.
disediakan oleh pemerintah berada di atas

122
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

Berdasarkan cerita seorang kepala menghatam Dusun Purorougat Desa


suku di pedalaman Sibor Selatan, tepatnya Malakopa.
di Dusun Ugay Desa Madobak, beliau Berdasarkan kisah dari Leisa Snogo,
menceritakan kisah mengenai gempa bumi seorang guru sekolah dasar yang juga
yang masih dipelihara oleh kepala suku menjadi korban dari tsunami Mentawai.
atau umma. Gempa Mentawai di masa lalu Beliau mengalami trauma tiga tahun,
dianggap sebagai berkah yang harus di selama jenjang waktu itu dirinya tidak mau
syukuri dan juga sebagai pertanda buruk menyinggung hal apapun yang berkaitan
yang mungkin akan terjadi. Ketika bumi dengan bencana. Saat kejadian, beliau
mulai bergetar mereka akan mengucap menyelamatkan salah satu muridnya yang
syukur dan berbicara kepada roh yang ketika ditemukan nyawanya sudah
mereka percayai yang menjaga bumi agar terancam, lalu ia juga menyelamatkan
berguncang dengan pelan atau moilan, warga lainnya yang terseret oleh arus.
mereka berkata dengan tenang dan Menurut Jimmy Richard, seorang
berusaha tidak panik. Dari cerita tersebut pelaku kebencanaan yang membantu
menunjukan bahwa bagi orang Mentawai mensosialisasikan pengetahuan
gempa bukanlah hal yang harus ditakuti kebencanaan di mentawai, mengatakan
dan dikhawatirkan, tetapi justru menjadi bahwa pada saat kejadian tsunami Aceh di
sebuah pertanda berkah. Seiring dengan tahun 2006 menarik banyak atensi dari
berjalannya waktu, persepsi masyarakat ilmuwan, peneliti, hingga media untuk
terhadap gempa sebagai sebuah berkah melakukan kajian atas apa yang terjadi,
mulai bergeser pada ancaman-ancaman dari hasil kajian tersebut menghasilkan
yang mengkhawatirkan, hal itu bermula kesimpulan bahwa tanda-tanda tsunami
ketika Aceh diterjang tsunami pada tahun adalah berikut: (1) kekuatan gempa 6 SR
2004. Mereka yang bermukim di pesisir berpotensi tsunami; (2) goncangannya
menganggap bahwa gempa bukan lagi membuat orang dewasa tidak mampu
sebagai pertanda berkah yang harus berdiri; (3) guncangan berkisar 50 detik
disyukuri melainkan menjadi bencana yang hingga 1 menit; (4) air laut surut, 30 menit
dikhawatirkan. setelah air surut gelombang tsunami
Bapak Linus Saogo, salah seorang sampai di bibir pantai. informasi tersebut
narasumber yang berprofesi sebagai diterima oleh pelaku kebencanaan di
nelayan yang menjadi korban dalam Mentawai dan materi tersebutlah yang
bencana Mentawai bersedia membagikan disosialisasikan pada masyarakat. Ketika
kisahnya mengenai saat kejadian tsunami bencana Mentawai tahun 2010 terjadi,
berlangsung maupun kehidupannya pasca masyarakat tidak bisa membaca tanda-
kejadian bencana tersebut, tetapi Bapak tanda alam karena dari informasi yang
Linus tidak mau menceritakan secara didapatkan ketika sosialisasi berbeda
terperinci mengenai kejadian yang terjadi di dengan yang mereka hadapi. Tsunami
tanggal 25 Oktober 2010 tersebut karena mentawai memiliki getaran gempa yang
beliau tidak suka mengingat kenangan tidak kuat, air laut tidak surut, dan 5 menit
yang menyimpan banyak duka. Saat setelah gempa geombang air laut sudah
malam kejadian, Pak Linus beserta istrinya sampai di bibir pantai. Hal tersebut menjadi
telah mematikan genset dan televisi pelajaran besar, bahwasannya jangan
kemudian pergi tidur, tetapi kemudian samakan kondisi satu daerah dengan
merasakan guncangan dan akhirnya daerah lainnya karena boleh jadi berbeda-
mereka pun keluar dari rumah. Berselang beda.
15 menit kemudian, terdengar suara Kondisi pasca bencana yang dialami
gemuruh ombak, lalu beliau menyuruh oleh masyarakat Mentawai memiliki
pemuda untuk melihat ke tepi pantai, belum korelasi dengan salah satu teori sosiologi,
sampai di tepian para pemuda tersebut yaitu teori kompleksitas sistem. Semakin
sudah kembali sambil berlari dan intens korban yang terkena bencana
memberitahukan untuk segera lari menuju berinteraksi dengan komponen di luar
tempat tinggi. Saat itulah tsunami sistem internalnya, maka hal ini sejalan dan

123
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

penting untuk menumbuhkan kekuatan dan sosial yang muncul sebagai bagian dari
ketahanan masyarakat dalam menghadapi dampak bencana harus menjadi fokus
bencana. Lewat beragam interaksi utama; (4) konsep bencana itu sendiri
tersebut, individu dan kelompok bisa saling terkonstruksi secara sosial; dan (5) fokus
mendukung untuk menciptakan riset kebencanaan harus diarahkan kepada
kemungkinan positif serta meredam hal-hal pengembangan respon efektif organisasi
negatif pada anak maupun remaja serta sosial. Gilbert (1995) mengatakan bencana
anggota keluarga lainnya. Intervensi dari adalah gangguan terhadap bangunan
pihak luar harus dicermati dalam kaitannya sosial-kemasyarakatan; bencana
dengan upaya menumbuhkan resiliensi merupakan hasil dari kekacauan dalam
keluarga. Beberapa faktor yang dapat hubungan antar-manusia; dan dialami
mempengaruhi ketahanan individu dan sebagai proses di mana kegiatan
kelompok dalam menghadapi bencana masyarakat melalui struktur
antara lain adalah bentuk dan macam konvensionalnya tidak dapat lagi dilakukan.
intervensi yang dilakukan lingkungan Berdasarkan asumsi-asumsi itu, Gilbert
sekitar, tingkat partisipasi kelompok kemudian menulis bahwa bencana adalah
internal, marginalisasi terhadap kelompok hilangnya landasan paradigma
internal, serta tingkat kerusakan alam serta bermasyarakat dan munculnya
lingkungan akibat bencana. ketidakmampuan untuk memahami realitas
Kisah-kisah kenangan lain masih melalui kerangka pikir konvensional.
banyak yang belum diceritakan, Masalah terbesar yang muncul dari
masyarakat Mentawai masih menyimpan terjadinya bencana sebenarnya bukan
rapi kejadian 25 Oktober 2010 dalam hanya dilihat dari munculnya kerugian,
ingatan. Kelak kejadian tersebut akan penderitaan yang berkepanjangan, tetapi
menjadi cerita sekaligus ilmu bagi yang terpenting adalah hilangnya kontrol
generasi-generasi selanjutnya. Terutama terhadap proses pemaknaan masyarakat
menjadi ilmu dalam mitigasi kebencanaan dalam kehidupan sehari hari. Dalam
di daerah mereka sendiri. pandangan Hewitt (1983), kurangnya
kontrol komunitas atas diri mereka sendiri,
3. Sosiologi Kebencanaan membuat mereka memiliki risiko yang lebih
Sosiologi kebencanaan sebagai besar untuk terkena dampak bencana.
subdisiplin dari ilmu sosiologi per-definisi Selain itu, rendahnya akuntabilitas publik
merupakan cabang ilmu yang mencoba yang dijalankan oleh pemerintah atau
mengkaji fenomena sosial yang berkaitan lembaga-lembaga negara juga
dengan bencana. Sejak masa Bapak memperbesar kerentanan komunitas yang
Sosiologi Modern, Isidore Auguste Comte berada di bawah kewenangannya.
(1798-1857), sosiologi telah hadir dengan Dalam mengelola bencana Twigg
pertanyaan-pertanyaan tentang (1998) mengusulkan pengelolaan bencana
pembentukan, struktur, dan fungsi melalui pengembangan masyarakat.
masyarakat. Ilmu ini terus berkembang dan Maskrey (1998) juga menyatakan
bersama ilmu-ilmu sosial lain berguna bahwasannya pengelolaan bencana
untuk membantu kita memahami diri, seharusnya tidak hanya terbatas pada
komunitas, dan masyarakat. Sosiologi pendekatan fisik yang bersifat sesaat saja,
kebencanaan juga mengemban misi namun harus dilakukan juga bersama
serupa ketika masalah bencana dikaitkan dengan kehidupan sosio ekonomi
dengan masyarakat, baik kerentanannya masyarakat lokal yang berdampak secara
maupun kapasitasnya. berkelanjutan.
Para ilmuwan sosiologi kontemporer telah Sebagai ilmu pengetahuan,
merumuskan beberapa kesepakatan sosiologi mempunyai seperangkat teori
implisit tentang bencana, yaitu : (1) untuk membuka tabir atas realita sosial
bencana merupakan fenomena sosial; (2) yang terjadi, misalnya ketika bencana
perspektif agen eksternal harus dihindari terjadi dan mempertanyakan mengapa
dalam studi kebencanaan; (3) gangguan realita sosial bisa terjadi. Sebagaimana

124
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)

suatu contoh bencana tsunami di Mentawai kemudian akan menjadi prediksi jika akan
dengan kejadian tsunami di Aceh, sosiologi terjadi bencana alam. Alarm-alarm
dapat menjelaskan mengapa dalam kebencanaan menjadi hal yang penting
fenomena yang sama terdapat penyebab untuk ditempatkan di setiap bagian
serta akibat yang berbeda. kepulauan Mentawai agar bisa menjadi
pengingat jika ada tanda-tanda bahaya.
SIMPULAN DAN SARAN Sosiologi sebagai sebuah ilmu juga
Repdeman atau ingatan masyarakat diharapkan mampu mengimplementasikan
mentawai mengenai kejadian pada tanggal teorinya kedalam aksi nyata dalam situasi
25 Oktober 2010 silam menjadi hal akan kebencanaan.
terus melekat hingga nanti-nanti, kejadian
ini akan menjadi kisah yang turun-temurun DAFTAR PUSTAKA
hingga keturunan di masa depan tidak Budirahayu, T. (2019). Kajian Sosiologis
akan melupakan sejarah kebencanaan tentang Kebencanaan Kaitannya
yang ada di Mentawai yang dapat dijadikan dengan Penguatan dan Ketahanan
pembelajaran berharga. Bencana ini Keluarga dalam Menghadapi
merenggut banyak hal dari masyarakat Bencana Alam (2nd ed.). Talenta
Mentawai, terlebih mereka banyak Publisher.
bermukim di pesisir, sehingga banyak yang Herdiana, M., Christiana, D. W., &
hilang seperti anggota keluarga dan sanak Kusumah, G. (2016, Oktober).
saudara, tempat tinggal, harta benda, dan TSUNAMI MENTAWAI PADA 25
lain sebagainya. Trauma mendalam juga OKTOBER 2010 DAN
dirasakan oleh para korban selamat, butuh DAMPAKNYA KINI TERHADAP
waktu yang cukup lama untuk memulihkan PANTAI BARAT MENTAWAI.
trauma tersebut. Jurnal Kelautan, 9(2).
Sosiologi sebagai ilmu dengan Pramono, R. (2016). Perspektif Sosiologis
seperangkat teori mampu membantu dalam Penanggulangan Bencana.
dalam pengelolaan bencana, seperti yang Jurnal Masyarakat dan Budaya,
diusulkan oleh Twigg (1988) mengenai 18(1).
pengelolaan bencana melalui Prasojo, M. N. B. (2015, Oktober).
pengembangan masyarakat. Maskrey KONSTRUKSI SOSIAL
(1998) juga memberikan gagasannya MASYARAKAT TERHADAP
mengenai pengelolaan bencana ALAM GUNUNG MERAPI: Studi
seharusnya tidak hanya terbatas pada Kualitatif tentang Kearifan Lokal
pendekatan fisik yang bersifat sesaat saja, yang Berkembang di Desa
namun harus dilakukan juga bersama Tlogolele Kecamatan Selo
dengan kehidupan sosio ekonomi Kabupaten Boyolali. Jurnal Analisa
masyarakat lokal yang berdampak secara Sosiologi, 4(2), 31-46.
berkelanjutan.
Saran yang dapat diberikan diantaranya
adalah dengan menjaga tradisi lisan, tradisi
lisan patut untuk dipertahankan, dijaga,
dan dipelihara karena setiap kejadian yang
ada di alam seperti bencana merupakan
proses pengulangan yang suatu saat akan
terulang kembali. Dalam menyikapi
bencana Mentawai yang telah lalu dan juga
ancaman bencana yang akan lebih dahsyat
dibutuhkan mitigasi yang tepat agar
bencana alam ini tidak memakan banyak
korban jiwa. Diperlukannya kajian eksklusif
mengenai wilayah Mentawai untuk
meninjau kondisi alam Mentawai yang

125

Anda mungkin juga menyukai