e-mail: nadyawiduri@students.unnes.ac.id1
bernadineayunda20@students.unnes.ac.id2
rhardiana2811@students.unnes.ac.id3
wirahmazelia@students.unnes.ac.id4
sma447@students.unnes.ac.id5 didipramono@mail.unnes.ac.id6
Abstrak
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap bencana tsunami
Mentawai dan untuk mengetahui pandangan sosiologi terhadap dampak bencana alam tersebut.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode Studi Pustaka. Para ilmuwan
sosiologi kontemporer telah merumuskan beberapa kesepakatan implisit tentang bencana, yaitu: (1)
bencana merupakan fenomena sosial; (2) perspektif agen eksternal harus dihindari dalam studi
kebencanaan; (3) gangguan sosial yang muncul sebagai bagian dari dampak bencana harus menjadi
fokus utama; (4) konsep bencana itu sendiri terkonstruksi secara sosial; dan (5) fokus riset kebencanaan
harus diarahkan kepada pengembangan respon efektif organisasi sosial. Simpulan penelitian ini adalah
penduduk Mentawai masih kekeh dengan cara hidup mereka meskipun telah disosialisasikan akan
potensi tsunami yang suatu saat bakal terjadi. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa saran yang
diberikan oleh pemerintah bukanlah suatu solusi yang kemudian dapat menghilangkan segala bentuk
kekhawatiran terhadap ancaman yang menerkam mereka. Saran pindah hunian ke tempat yang lebih
tinggi justru menghadapkan mereka kenapa persoalan baru yang hadir di depan mata mereka.
Abstract
The purpose of this study is to find out the public's view of the Mentawai tsunami disaster and to find out
the sociological view on the impact of the natural disaster. This research method uses a qualitative
approach and the Literature Study method. Contemporary sociological scientists have formulated
several implicit agreements about disasters, namely : (1) disasters are social phenomena; (2) the
perspective of external agents should be avoided in disaster studies; (3) social disturbances that arise
as part of the impact of a disaster should be the primary focus; (4) the concept of disaster itself is socially
constructed; and (5) the focus of disaster research should be directed towards the development of
effective responses of social organizations. The conclusion of this study is that mentawai residents are
still confused with their way of life even though they have been socialized about the potential for a
tsunami that will one day occur. Some of them think that the advice given by the government is not a
solution that can then allay any form of concern about the threat that pounces on them. The suggestion
of moving the dwelling to a higher place actually confronts them as to why new problems are present
before their eyes.
119
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)
120
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)
121
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)
besar. Tanggal 25 Oktober 2010 sekitar gunung, tetapi warga menolak untuk
pukul 21.42 UTC gempa dengan skala 7.7 menjadikan lahan tersebut sebagai tempat
magnitude mengguncang kepulauan tinggal dikarenakan tidak mau
tersebut, tidak lama berselang, sekitar 15 mengganggu lahan tersebut yang
menit kemudian, gelombang tsunami termasuk pada lahan hak pengusahaan
setinggi 6 meter pada awalnya menerjang hutan (HPH), meskipun sumber air dan
kepulauan tersebut dan gelombang kedua pusat perekonomian dari lahan tersebut
menyusul setinggi 12 meter. terbilang dekat. Lalu beberapa masyarakat
Kejadian ini memakan korban jiwa menciptakan huntap (hunian tetap) yang
sejumlah 331 korban ditemukan meninggal kemudian diusulkan pada pemerintah dan
dunia dan 462 korban lainnya hilang. akhirnya pemerintah menyetujui hal
Dalam hal geografis, pasca tsunami tersebut. Warga Dusun Bosowa yang telah
mentawai membuat posisi pinggiran pantai menyelesaikan pembangunan rumahnya
semakin masuk ke darat, dengan begitu perlahan menempati huntap alau dengan
Pulau Mentawai akan terus mengalami segala keterbatasan jauh dari sumber
penurunan ketinggian sebagaimana isu ekonomi dan kesulitan air bersih, mereka
wilayah Jakarta yang akan hanyut tertutup hanya mengandalkan air hujan untuk
air laut. Penurunan pulau terjadi akibat mendapatkan air bersih. Persoalan ini pun
adanya adu banteng antar dua lempeng ditemukan juga di wilayah lain, seperti
yang masih sama-sama kuat. Tumbukan daerah Pagai Utara dan Pagai Selatan.
lempeng tersebut baru akan berakhir Selain huntap, korban selamat
apabila salah satu lempeng sudah tidak bencana Mentawai juga oleh NGO
kuat menahan pergerakan lempeng yang dibuatkan huntara (hunian sementara)
lainnya. Akibat tumbukan tersebut, salah dengan akses air bersih yang terjamin juga
satu lempeng harus menumpang lempeng jarak dengan sumber ekonomi laut yang
yang satu sehingga terjadi kenaikan tingkat dekat. Warga Dusun Gobi adalah
ketinggian pulau lantaran adanya kelompok masyarakat yang lebih memilih
tumbukan lempeng di bawahnya. Para ahli tinggal di huntara dibandingkan dengan
memperkirakan Mentawai masih dihantui huntap karena pertimbangan kebutuhan air
potensi ancaman gempa dengan kekuatan dan kegiatan perekonomian yang
hampir sama dengan kekuatan gempa di mendukung. Meskipun begitu, posisi
Aceh. diperkirakan kekuatannya hingga 8.8 huntara dengan fasilitas layanan publik
Magnitude dengan guncangan yang akan seperti sekolah dan puskesmas harus
dirasakan kuat. ditempuh lebih jauh karena fasilitas
Bencana gempa dan tsunami di tersebut berada di lokasi huntap.
Mentawai ini menjadi suatu kejadian yang
sangat menarik untuk dijadikan bahan 2. Repdeman Masyarakat Mentawai
pembelajaran. Bahwasannya pada saat itu Pasca Bencana
sebagian masyarakat tidak memprediksi Repdeman berasal dari bahasa
guncangan yang mereka rasakan akan Mentawai, dengan kata dasar “repdem” ini
menghasilkan gelombang tsunami, hal memiliki arti ingat. Dapat dikatakan bahwa
tersebut dikarenakan ciri-ciri yang ada tidak repdeman ini ialah ingatan kenangan,
sama dengan sosialisasi pembelajaran sesuatu yang membuat kita tidak lupa akan
tsunami yang merujuk pada kejadian segala yang terjadi. Bencana alam yang
tsunami Aceh 2004. Sehingga masyarakat terjadi di tahun 2010 tentunya menjadi
tidak memiliki persiapan dalam sebuah ingatan yang tidak akan
menghadapi bencana ini. terlupakan, khususnya bagi warga
Setelah bencana itu terjadi, Mentawai. Bencana tersebut telah
pemerintah menyediakan lahan untuk merenggut banyak hal, baik dari anggota
menjadi tempat tinggal yang baru bagi keluarga, harta benda, dan segala aktivitas
masyarakat yang selamat dari kejadian kehidupan. Hal tersebut tentu bukanlah
tersebut. Lokasi pemukiman yang menjadi hal yang mudah untuk dilupakan.
disediakan oleh pemerintah berada di atas
122
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)
123
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)
penting untuk menumbuhkan kekuatan dan sosial yang muncul sebagai bagian dari
ketahanan masyarakat dalam menghadapi dampak bencana harus menjadi fokus
bencana. Lewat beragam interaksi utama; (4) konsep bencana itu sendiri
tersebut, individu dan kelompok bisa saling terkonstruksi secara sosial; dan (5) fokus
mendukung untuk menciptakan riset kebencanaan harus diarahkan kepada
kemungkinan positif serta meredam hal-hal pengembangan respon efektif organisasi
negatif pada anak maupun remaja serta sosial. Gilbert (1995) mengatakan bencana
anggota keluarga lainnya. Intervensi dari adalah gangguan terhadap bangunan
pihak luar harus dicermati dalam kaitannya sosial-kemasyarakatan; bencana
dengan upaya menumbuhkan resiliensi merupakan hasil dari kekacauan dalam
keluarga. Beberapa faktor yang dapat hubungan antar-manusia; dan dialami
mempengaruhi ketahanan individu dan sebagai proses di mana kegiatan
kelompok dalam menghadapi bencana masyarakat melalui struktur
antara lain adalah bentuk dan macam konvensionalnya tidak dapat lagi dilakukan.
intervensi yang dilakukan lingkungan Berdasarkan asumsi-asumsi itu, Gilbert
sekitar, tingkat partisipasi kelompok kemudian menulis bahwa bencana adalah
internal, marginalisasi terhadap kelompok hilangnya landasan paradigma
internal, serta tingkat kerusakan alam serta bermasyarakat dan munculnya
lingkungan akibat bencana. ketidakmampuan untuk memahami realitas
Kisah-kisah kenangan lain masih melalui kerangka pikir konvensional.
banyak yang belum diceritakan, Masalah terbesar yang muncul dari
masyarakat Mentawai masih menyimpan terjadinya bencana sebenarnya bukan
rapi kejadian 25 Oktober 2010 dalam hanya dilihat dari munculnya kerugian,
ingatan. Kelak kejadian tersebut akan penderitaan yang berkepanjangan, tetapi
menjadi cerita sekaligus ilmu bagi yang terpenting adalah hilangnya kontrol
generasi-generasi selanjutnya. Terutama terhadap proses pemaknaan masyarakat
menjadi ilmu dalam mitigasi kebencanaan dalam kehidupan sehari hari. Dalam
di daerah mereka sendiri. pandangan Hewitt (1983), kurangnya
kontrol komunitas atas diri mereka sendiri,
3. Sosiologi Kebencanaan membuat mereka memiliki risiko yang lebih
Sosiologi kebencanaan sebagai besar untuk terkena dampak bencana.
subdisiplin dari ilmu sosiologi per-definisi Selain itu, rendahnya akuntabilitas publik
merupakan cabang ilmu yang mencoba yang dijalankan oleh pemerintah atau
mengkaji fenomena sosial yang berkaitan lembaga-lembaga negara juga
dengan bencana. Sejak masa Bapak memperbesar kerentanan komunitas yang
Sosiologi Modern, Isidore Auguste Comte berada di bawah kewenangannya.
(1798-1857), sosiologi telah hadir dengan Dalam mengelola bencana Twigg
pertanyaan-pertanyaan tentang (1998) mengusulkan pengelolaan bencana
pembentukan, struktur, dan fungsi melalui pengembangan masyarakat.
masyarakat. Ilmu ini terus berkembang dan Maskrey (1998) juga menyatakan
bersama ilmu-ilmu sosial lain berguna bahwasannya pengelolaan bencana
untuk membantu kita memahami diri, seharusnya tidak hanya terbatas pada
komunitas, dan masyarakat. Sosiologi pendekatan fisik yang bersifat sesaat saja,
kebencanaan juga mengemban misi namun harus dilakukan juga bersama
serupa ketika masalah bencana dikaitkan dengan kehidupan sosio ekonomi
dengan masyarakat, baik kerentanannya masyarakat lokal yang berdampak secara
maupun kapasitasnya. berkelanjutan.
Para ilmuwan sosiologi kontemporer telah Sebagai ilmu pengetahuan,
merumuskan beberapa kesepakatan sosiologi mempunyai seperangkat teori
implisit tentang bencana, yaitu : (1) untuk membuka tabir atas realita sosial
bencana merupakan fenomena sosial; (2) yang terjadi, misalnya ketika bencana
perspektif agen eksternal harus dihindari terjadi dan mempertanyakan mengapa
dalam studi kebencanaan; (3) gangguan realita sosial bisa terjadi. Sebagaimana
124
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023)
suatu contoh bencana tsunami di Mentawai kemudian akan menjadi prediksi jika akan
dengan kejadian tsunami di Aceh, sosiologi terjadi bencana alam. Alarm-alarm
dapat menjelaskan mengapa dalam kebencanaan menjadi hal yang penting
fenomena yang sama terdapat penyebab untuk ditempatkan di setiap bagian
serta akibat yang berbeda. kepulauan Mentawai agar bisa menjadi
pengingat jika ada tanda-tanda bahaya.
SIMPULAN DAN SARAN Sosiologi sebagai sebuah ilmu juga
Repdeman atau ingatan masyarakat diharapkan mampu mengimplementasikan
mentawai mengenai kejadian pada tanggal teorinya kedalam aksi nyata dalam situasi
25 Oktober 2010 silam menjadi hal akan kebencanaan.
terus melekat hingga nanti-nanti, kejadian
ini akan menjadi kisah yang turun-temurun DAFTAR PUSTAKA
hingga keturunan di masa depan tidak Budirahayu, T. (2019). Kajian Sosiologis
akan melupakan sejarah kebencanaan tentang Kebencanaan Kaitannya
yang ada di Mentawai yang dapat dijadikan dengan Penguatan dan Ketahanan
pembelajaran berharga. Bencana ini Keluarga dalam Menghadapi
merenggut banyak hal dari masyarakat Bencana Alam (2nd ed.). Talenta
Mentawai, terlebih mereka banyak Publisher.
bermukim di pesisir, sehingga banyak yang Herdiana, M., Christiana, D. W., &
hilang seperti anggota keluarga dan sanak Kusumah, G. (2016, Oktober).
saudara, tempat tinggal, harta benda, dan TSUNAMI MENTAWAI PADA 25
lain sebagainya. Trauma mendalam juga OKTOBER 2010 DAN
dirasakan oleh para korban selamat, butuh DAMPAKNYA KINI TERHADAP
waktu yang cukup lama untuk memulihkan PANTAI BARAT MENTAWAI.
trauma tersebut. Jurnal Kelautan, 9(2).
Sosiologi sebagai ilmu dengan Pramono, R. (2016). Perspektif Sosiologis
seperangkat teori mampu membantu dalam Penanggulangan Bencana.
dalam pengelolaan bencana, seperti yang Jurnal Masyarakat dan Budaya,
diusulkan oleh Twigg (1988) mengenai 18(1).
pengelolaan bencana melalui Prasojo, M. N. B. (2015, Oktober).
pengembangan masyarakat. Maskrey KONSTRUKSI SOSIAL
(1998) juga memberikan gagasannya MASYARAKAT TERHADAP
mengenai pengelolaan bencana ALAM GUNUNG MERAPI: Studi
seharusnya tidak hanya terbatas pada Kualitatif tentang Kearifan Lokal
pendekatan fisik yang bersifat sesaat saja, yang Berkembang di Desa
namun harus dilakukan juga bersama Tlogolele Kecamatan Selo
dengan kehidupan sosio ekonomi Kabupaten Boyolali. Jurnal Analisa
masyarakat lokal yang berdampak secara Sosiologi, 4(2), 31-46.
berkelanjutan.
Saran yang dapat diberikan diantaranya
adalah dengan menjaga tradisi lisan, tradisi
lisan patut untuk dipertahankan, dijaga,
dan dipelihara karena setiap kejadian yang
ada di alam seperti bencana merupakan
proses pengulangan yang suatu saat akan
terulang kembali. Dalam menyikapi
bencana Mentawai yang telah lalu dan juga
ancaman bencana yang akan lebih dahsyat
dibutuhkan mitigasi yang tepat agar
bencana alam ini tidak memakan banyak
korban jiwa. Diperlukannya kajian eksklusif
mengenai wilayah Mentawai untuk
meninjau kondisi alam Mentawai yang
125