Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Diversita, 5 (1) Juni (2019) ISSN 2461-1263 (Print) ISSN 2580-6793 (Online)

DOI: http://dx.doi.org/10.31289/diversita.v5i1.2365

Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita

Pengaruh Metode Focus Group Discussion Terhadap Kesiapsiagaan


Bencana Gempa Bumi di SMK Negeri 1 Alo’oa Kota Gunungsitoli

The Effect of Focus Group Discussion Methods on Earthquake Disaster


Preparedness at SMK Negeri 1 Alo’oa, Gunungsitoli City

Syahferi Anwar* & Arif Rahman Aceh**


Ilmu Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Haji Medan, Indonesia
*Corresponding author: feri_usu@yahoo.co.id
Abstrak
Kesiapsiagaan adalah upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah, masyarakat dan individu merespon secara
cepat situasi bencana secara efektif dan salah satu cara meningkatkannya yaitu melalui focus group discussion.
Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan adanya pengaruh sebelum dan sesudah dilakukannya metode focus
group discussion terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi di SMK Alo’oa Kota Gunungsitoli. Penelitian ini
menggunakan desain one group pretest-posttest. Populasi penelitian ini seluruh siswa di SMK Negeri 1 Alo’oa
sebanyak 200 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dan XI sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel
menggunakan tekhnik probability sampling jenis systematic random sampling. Data Instumen penelitian
menggunakan skala kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang di kembangkan oleh LIPI. Data diolah dengan uji
Wilcoxon test dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil Penelitian menunjukkan pengaruh
metode focus group discussion terhadap kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana gempa meningkat dengan nilai p
value sebesar (0.001) dengan nilai hasil ≤ 0,05., Artinya ada pengaruh metode focus group discussion terhadap
kesiapsiagaan bencana gempa bumi.
Kata Kunci: Metode Focus Group Discussion, Kesiapsiagaan Bencana.

Abstract
Preparedness is an effort that enables governments, communities and individuals to respond quickly to disaster
situations effectively and one way to improve them is through focus group discussions. The purpose of this study was to
prove the influence before and after the focus group discussion method on earthquake disaster preparedness at Alo'oa
Vocational School, Gunungsitoli City. This study uses the design of one group pretest-posttest. The population of this
study were 200 students in Alo'oa State Vocational School 1. The research sample was 15th and XI grade students of
15 people. Sampling uses probability sampling techniques of systematic random sampling. Data Research instruments
use the earthquake disaster preparedness scale developed by LIPI. Data is processed by the Wilcoxon test and
presented in the form of a frequency distribution table. The results showed that the effect of the focus group discussion
method on student preparedness in facing earthquake disasters increased with a p value of (0.001) with a value of ≤
0.05. This means that there was an influence of the focus group discussion method on earthquake disaster
preparedness.
Keywords: Focus Group Discussion method, Disaster Preparedness.

How to Cite: Anwar S. & Aceh A.R. 2019. Pengaruh Metode Focus Group Discussion Terhadap Kesiapsiagaan
Bencana Gempa Bumi di SMK Negeri 1 Alo’oa Kota Gunungsitoli. Jurnal Diversita, 5 (1): 24-32.

24
Syaheferi Anwar & Arif Rahman Aceh. Pengaruh Metode Focus Group Discussion

PENDAHULUAN Indonesia. Kejadian itu dalam kurun


Republik Indonesia adalah negara di waktu lima tahun terakhir sejak 2009
Asia Tenggara yang dilintasi garis hingga 2014. Berdasarkan informasi yang
khatulistiwa dan berada di antara benua diterima dari BNPB, jumlah kejadian
Asia dan Australia serta antara Samudra bencana di tahun 2009 sebanyak 1.246
Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia kejadian. Jumlah ini mengalami
adalah negara kepulauan terbesar di dunia peningkatan di tahun 2010 mencapai
yang terdiri dari 13.466 pulau, nama 1.941 kejadian. Pada tahun 2011, jumlah
alternatif yang biasa dipakai adalah kejadian bencana mengalami penurunan
Nusantara. Dengan populasi lebih dari 237 menjadi 1.633 kejadian. Tetapi, jumlah ini
juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia kembali meningkat menjadi 1.841
adalah negara berpenduduk terbesar kejadian di tahun 2012 lalu turun lagi
keempat di dunia dan negara yang menjadi 1.674 kejadian di tahun 2013 dan
berpenduduk Muslim terbesar di dunia, 1.475 kejadian di tahun 2014 yaitu
dengan lebih dari 207 juta jiwa, meskipun bencana banjir,tanah lonsor, gunung
secara resmi bukanlah negara Islam. merapi (BNPB,2014).
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Indonesia merupakan daerah rawan
Republik, dengan Dewan Perwakilan gempa bumi karena dilalui oleh jalur
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu:
Presiden yang dipilih langsung lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,
(Rahman,2012). dan lempeng Pasifik. Jika dua lempeng
Indonesia merupakan negara bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat
kepulauan terbesar di dunia yang bergerak saling menjauhi, saling
mencakup 17.508 pulau tersebar di lintas mendekati atau saling bergeser.
garis khatulistiwa, berada di antara dua Umumnya, gerakan ini berlangsung
benua Asia dan Australia, serta dua lambat dan tidak dapat dirasakan oleh
samudera Hindia dan Pasifik dan terletak manusia namun terukur sebesar 0-15cm
pada pertemuan tiga lempeng kerak bumi pertahun. Kadang - kadang gerakan
(Eurasia, indo-Australia dan lempeng lempeng ini macet dan saling mengunci,
Pasifik). Secara geografis, hal ini sehingga terjadi pengumpulan energi yang
memungkinkan Indonesia mempunyai berlangsung terus sampai pada suatu saat
berbagai macam budaya, SDA dan sebaran batuan pada lempeng tektonik tersebut
penduduk yang menempatkan Indonesia tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut
sebagai salah satu negara terpadat di sehingga terjadi pelepasan mendadak
dunia. Di sisi lain, kondisi ini juga yang kita kenal sebagai gempa bumi
memunculkan resiko bencana mulai dari (BMKG 2014).
letusan gunung berapi, banjir, longsor, Gempa bumi merupakan pergerakan
gempa bumi, hingga masalah kesehatan (bergesernya) lapisan batu bumi yang
(PMI, 2013). berasal dari dasar atau dari bawah
Badan Nasional Penanggulangan permukaan bumi atau gempa bumi yang
Bencana (BNPB) mencatat terjadi lebih langkapnya yaitu getaran atau
peningkatan jumlah kejadian bencana di goncangan yang terjadi karena pergerakan

25
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 24-32.

(bergesernya) lapisan batu bumi yang penangana bencana,pertolongan dan


berasal dari dasar atau dari bawah penyelamatan serta pembentukan
permukaan bumi dan bisa juga disebabkan mekanisme tanggap darurat yang
adanya letusan gunung api. Berdasarkan sistematis. Kesiapsiagaan dilaksanakan
dari peristiwa yang disebabkannya gempa sebelum kejadian bencana yang diarahkan
dapat dibedakan menjadi gempa tektonik, kepada pengurangan jumlah korban dan
gempa vulkanik, gempa runtuhan atau kerusakan pada harta benda ( Buku
terban dan gempa buatan (KBBI 2010). PMI,”Pelatihan VCA dan PRA”,2008)
Salah satu faktor utama penyebab Hasil penelitian Pribadi dan
timbulnya banyak korban akibat bencana yuliawati, (2009) bahwa siswa yang
seperti gempa bumi adalah adanya korban memperoleh pendidikan siaga bencana
dikarena kan tertimpa reruntuhan akibat gempa bumi memiliki peningkatan
bangunan yang roboh. Diantara korban pengetahuan mengenai fenomena gempa
jiwa tersebut, paling banyak adalah wanita bumi, tindakan mitigasi dan tanggap
dan anak-anak. Oleh karena itu, darurat. Selain itu, mereka memiliki
mempersiapkan pengetahuan tentang persepsi realistik terhadap kemungkinan
kebencanaan sejak dini kepada terjadinya bahaya dan berperan aktif
masyarakat yang rentan bencana serta dalam diseminasi informasi pengurangan
kesiapsiagaannya adalah sangat penting risiko bencana di rumahnya .
untuk menghindari atau memperkecil Langkah awal dalam mengurangi
risiko menjadi korban (PMI, 2013). resiko jatuhnya korban dalam mitigasi
Dampak dari kurangnya bencana adalah pemetaan daerah rawan
kesiapsiagaan yang banyak di alami oleh gempa bumi yang dilakukan oleh lembaga
masyarakat akibat bencana gempa yaitu riset dan perguruaan tinggi, membuat
kecemasan,kerusakan infrastruktur, jalur evakuasi pada daerah rawan gempa,
korban jiwa ,penularan penyakit, memanfaatkan fungsi dari peringatan dini
kerusakan lingkungan (PMI, 2013). bencana , pemberdayaan individu dalam
Perubahan dan membesarnya lingkup dan menghadapi bencana (Kikuko Urata,
skala bencana, penanganan pun bergeser 2009).
dari pengurangan dampak bencana yang Suatu diskusi yang dilakukan secara
bersifat pasif ke kesiapsiagaan bencana sistematis dan terarah mengenai suatu isu
(preparedness) yang bersifat aktif (Kikuko atau masalah tertentu. Sebagaimana telah
Urata,2009). disebutkan bahwa salah satu hasil
Kesiapsiagaan mencakup upaya- penilaian dan analisis ancaman,
upaya yang memungkinkan pemerintah, kerentanan, resiko dan kapasitas menjadi
masyarakat dan individu merespon secara dasar dalam menentukan rencana aksi
cepat situasi bencana secara efektif pengurangan resiko bencana. Rencana
dengan menggunakan kapasitas sendiri. aksi disiapkan dan disusun oleh kelompok
Kesiapsiagaan mencakup penyusunan dengan memperdayagunakan sumber
rencana tanggap darurat, pengembangan daya yang dimiliki, yang selanjutnya
sistem peringatan dini,pemberdayaan dimonitor langsung oleh para komunitas,
personal melalui pendidikan dan pelatihan dan dilaksanakan secara transparan dan

26
Syaheferi Anwar & Arif Rahman Aceh. Pengaruh Metode Focus Group Discussion

akuntabel . Dalam rangka penyiapan pra daerah rawan akan terjadinya gempa
dan post kondisi kegiatan diskusi bumi (BNPB,2015)
kesiapsiagaan maka diperlukan tahapan Gempa bumi juga terjadi di
kegiatan Focus Group Discussion Kepulauan Nias pada tahun 2005 dengan
(Irwanto,2006). kekuatan 8,7 SR dan menelan korban
Focus Group Discussion merupakan sekitar 2.200 jiwa . Peristiwa itu
diskusi terfokus suatu group untuk melumpuhkan aktivitas perekonomian
membahas suatu masalah tertentu, dalam masyarakat dan sistem pemerintah
suasana informal, jumlah peserta (KEMENSOS,2008)
bervariasi dilaksanakan dengan dipandu Ratusan jiwa mengungsi dan
oleh seorang moderator. FGD terkandung menyelamatkan diri ke wilayah yang lebih
3(tiga) kata kunci yaitu, pertama: proses tinggi dikarenakan informasi terjadinya
pengumpulan informasi, kedua: topik Tsunami yang pernah terjadi di Aceh pada
diskusi terfokus, dan ketiga: pesertanya tahun 2004. Kejadian ini menyebabkan
terbatas (Wahyu T , 2010). trauma bagi warga setempat untuk
Focus Group Discussion (FGD) yang beraktifitas seperti semula dikarenakan
menggunakan metode “diskusi terfokus” cemas akan terjadinya gempa susulan. Hal
termasuk metode kualitatif, seperti ini terjadi dikarenakan kurangnya
metode kualitatif lainnya, direct informasi tentang bencana dan proses
observation, indepth interview. Dalam tanggap darurat masyarakat yang sangat
pelaksanaan FGD berupaya menjawab minim (KEMENSOS, 2008).
jenis-jenis pertanyaan how and why, bukan Tujuan dari penelitian ini adalah
jenis-jenis pertanyaan what and how many untuk mengetahui Pengaruh metode focus
yang khas digunakan untuk metode group discussion terhadap kesiapsiagaan
kuantitatif survei sosial ekonomi, atau bencana gempa bumi di SMK Negeri 1
lainnya. FGD dan metode kualitatif lainnya Alo’oa Kota Gunungsitoli Tahun 2016.
sebenarnya lebih sesuai dibandingkan
metode kuantitatif untuk suatu studi yang METODE PENELITIAN
bertujuan “to generate theories and Metode penelitian menggunakan
explanations” (Morgan and Kruger, 2007). kualitatif dan jenis penelitian yang
Pusat data Badan Nasional digunakan dalam penelitian ini adalah
Penanggulangan Bencana (BNPB) jenis eksperimen quasi, disebut
mencatat sebanyak 151.277 orang tewas eksperimen quasi karena eksperimen ini
akibat bencana alam yang melanda belum atau tidak pernah memiliki ciri-ciri
wilayah Indonesia dalam 13 tahun rancangan eksperimen yang sebenarnya,
terakhir (1997 hingga 2009). Data karena variable-variabel yang seharusnya
intensitas kejadian gempa bumi di dikontrol atau dimanupulasi tidak dapat
Sumatera Utara tahun 2014 sampai atau sulit dilakukan oleh sebab itu,
sekarang Badan Nasional Penanggulangan validitas penelitian ini menjadi kurang
Bencana mencatat ada 24 kejadian gempa . cukup untuk di sebut eksperimen yang
Angka kejadian ini akan terus meningkat sebenarnya (Notoadmojo,2010).
dikarenakan Sumatera Utara berada pada

27
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 24-32.

Desain ini menggunakan desain one Kelas 10 4 26.7


Kelas 11 11 73.3
group pretest-posttest, rencana ini juga Jumlah 15 100
tidak ada kelompok pembanding
(kontrol), tetapi paling tidak sudah Data yang diperoleh tentang
dilakukan observasi pertama (pretest) karakteristik demografi yang didapat dari
yang memungkinkan menguji perubahan – 15 orang responden, menunjukkan bahwa
perubahan yang terjadi setelah adanya mayoritas responden perempuan yakni
eksperimen (program). sebanyak 9 orang (60,0%) sedangkan
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di laki-laki sebanyak 6 orang (40,0%) dan
SMK Negeri 1 ALO’OA Kota Gunungsitoli mayoritas umur responden yakni 17 tahun
Kabupaten Nias , karena dampak pada yang berjumlah 10 orang (66,7%)
lokasi penelitian ini salah satu yang sedangkan umur 16 tahun sebanyak 5
terbesar pada gempa di tahun 2005 , orang(33,3%) ,dan mayoritas kelas
populasi dan sampel yang cukup untuk responden yakni kelas 11 sebanyak 11
dijadikan subjek penelitian, belum pernah orang (73,3%) sedangkan kelas 10
dilakukan sebelumnya, dan mudah sebanyak 4 orang (26,7%).
dijangkau.
Populasi dalam penelitian ini adalah Tabel 2. Parameter kesiapsiagaan.
siswa/i SMK Negeri 1 di Kecamatan Alo’oa No Parameter Frekuensi Persentase
(%)
Kota Gunungsitoli Kabupaten Nias yang 1 Sangat 13 86,7
berjumlah 200 orang. Pengambilan sampel Siap
yang digunakan dalam penelitian ini 2 Siap 2 13,3
3 Hampir 0 0
adalah Systematic Random Sampling Siap
sebanyak 15 siswa. 4 Kurang 0 0
Siap
5 Belum 0 0
HASIL DAN PEMBAHASAN Siap
Berdasarkan penelitian yang telah Total 15 100

dilakukan mengenai pengaruh Metode


Dari tabel diatas dapat dilihat hasil
focus group discussion terhadap
kesiapsiagaan bencana gempa siswa/i di
kesiapsiagaan diri terjadinya gempa bumi
SMK Negeri 1 Alo’oa sesudah pelaksanaan
di SMK Negeri 1 Alo’oa Kota Gunungsitoli
metode focus group discussion dengan
Tahun 2016, adapun karakteristik
frekuensi kategori sangat siap 13 orang
responden penelitian yang dapat dilihat
(86,7%), siap 2 orang (13,3%), hampir
dalam data demografi responden.
Tabel 1. Data demografi. siap 0 orang (0%), kurang siap 0 orang
Data Demografi Frekuensi Presentase (%) (0%), belum siap 0 orang (0%).
Jenis Kelamin
Laki-laki 6 40.0
Perempuan 9 60.0
Jumlah 15 100
Umur
16 Tahun 5 33.3
17 Tahun 10 66.7
Jumlah 15 100
Kelas

28
Syaheferi Anwar & Arif Rahman Aceh. Pengaruh Metode Focus Group Discussion

Tabel 3. Hasil pelaksanaan metode FGD. Dari tabel diatas dapat dipahami
Kategori Pre Post
Kesiapsiagaan
bahwa rata-rata tingkat kesiapsiagaan
Sangat Siap 0 13 siswa/i sesudah diberikan perlakuan
Siap 0 2 berupa focus group discussion lebih tinggi
Hampir Siap 10 0
Kurang Siap 5 0 dibanding sebelum diberikan perlakuan.
Belum Siap 0 0 Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
kesiapsiagaan siswa/i setelah diberikan
Dari tabel diatas dapat dilihat perlakuan focus group discussion.
distribusi kesiapsiagaan bencana gempa Tabel 5. Uji wilcoxon.
siswa/i SMK Negeri 1 Alo’oa sebelum Post-Pre
dilakukan metode focus group discussion Z -3.408a
dengan katagori hampir siap 10 orang, Asymp. Sig. (2-tailed) .001
katagori kurang siap 5 orang, sedangkan
distribusi kesiapsiagaan bencana gempa
Berdasarkan tabel diatas terlihat
siswa/i SMK Negeri 1 Alo’oa sesudah
bahwa signifikasi sebesar 0,001 < 0,05,
dilakukan metode focus group discussion
artinya hipotesis menyatakan terdapat
yaitu sangat siap 13 orang dan siap 2
pengaruh yang signifikan sebelum dan
orang.
sesudah dilakukan metode Focus Group
Tabel 4. Rank uji statistik.
Mean Sum of Discussion terhadap kesiapsiagaan gempa
N
Rank Ranks bumi siswa/I di SMK Negeri 1 Alo’oa Kota
Post - Negative
Pre Ranks 0a .00 .00
Gunungsitoli.
Berdasarkan Hasil penelitian tentang
Positive
15b 8.00 120.00 pengaruh pengaruh metode focus group
Ranks
Ties 0c discussion terhadap kesiapsiagaan diri
Total 15 terjadinya gempa bumi di SMK Negeri 1
a. Post < Pre Alo’oa Kota Gunungsitoli Tahun 2016,
b. Post > Pre
didapat distribusi tingkat kesiapsiagaan
c. Post = Pre
sebelum dilakukan metode focus group
discussion yaitu dengan kategori hampir
Berdasarkan tabel Ranks diatas dari
siap 10 orang dan kurang siap 5 orang.
total data sebanyak 15 data, 0 data dengan
Berbeda dengan metode
negative Ranks dan 15 data dengan positif
pengumpul data lainnya, metode FGD
Rank dan tidak ada data dengan
memiliki sejumlah karakteristik,
perbedaan data nol atau pasangan data
diantaranya, merupakan metode
sama nilainya. Artinya dari 18 data yang
pengumpul data untuk jenis penelitian
dibandingkan, terdapat 15 data yang
kualitatif dan data yang dihasilkan berasal
menunjukkan bahwa siswa/i yang sudah
dari eksplorasi interaksi sosial yang
diberikan intervensi memiliki tingkat
terjadi ketika proses diskusi yang
kesiapsiagaan yang lebih tinggi dibanding
dilakukan para informan yang terlibat
dengan anak yang belum diberikan
(Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
intervensi.
Saat dilakukan pre test ditemukan
bahwa tingkat kesiapsiagaan responden

29
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 24-32.

berada pada rentang tidak siap ini Kesiapsiagaan yang diberikan


dikarenakan oleh responden tidak pernah dalam penelitian ini, sangatlah membantu
mendapat materi, pelatihan, atau para siswa/i SMK Negeri 1 Alo’oa yang
penyuluhan tentang bencana di sekolah . memiliki tingkat kesiapsiagaan yang
Sebagian responden tidak mengetahui rendah. Namun sesudah dilakukan metode
tanda-tanda dan cara menyelamatkan diri focus group discussion yang berbentuk
saat terjadi bencana . Hal ini membuat pendidikan dan informasi dalam
pengetahuan dan ketrampilan siswa/i menghadapi bencana yang sering mereka
dalam menghadapi bencana gempa bumi alami membuat kesiapsiagaan ini
tidak siap. menjadikan tingkat kesiapsiagaan mereka
Pada umumnya mereka paham menjadi meningkat sesuai pemaparan
tentang bencana gempa dan akibat-akibat hasil di atas dan penelitian ini sangat
dari terjadinya bencana namun karena efektif dalam meningkatkan kesiapsiagaan
rendahnya kesiapsiagaan siswa/i siswa/i.
dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang Secara keseluruhan siswa/i dalam
mitigasi bencana dan pelatihan-pelatihan penelitian ini mengetahui tentang bencana
yang dilakukan dalam lingkungan sekolah. gempa bumi namun tidak mengetahui apa
Sehingga siswa/i tidak mengetahui itu kesiapsiagaan bencana . Pengetahuan
bagaimana menghadapi bencana gempa dan ketrampilan yang mereka miliki
bumi jika terjadi . tentang kesiapsiagaan hanya didapat dari
Dari hasil di atas menunjukan bahwa pengalaman mereka saat terjadi gempa
adanya peningkatan kesiapsiagaan siswa/i pada tahun 2005. Hal ini dibuktikan
dalam menghadapi bencana setelah dengan hasil penilaian kesiapsiagaan
dilakukan metode focus group discussion bencana pada pre test .
tentang kesiapsiagaan dan bencana gempa Kesiapsiagaan mencakup upaya-
bumi. Adanya peningkatan kesiapsiagaan upaya yang memungkinkan pemerintah,
siswa/i tentang kesiapsiagaan bencana masyarakat dan individu merespon secara
gempa bumi diatas terjadi karena cepat situasi bencana secara efektif
perubahan pengetahuan dan ketrampilan dengan menggunakan kapasitas sendiri.
yang mereka miliki setelah dilakukan Kesiapsiagaan mencakup penyusunan
pemberian materi dalam metode focus rencana tanggap darurat, pengembangan
group discussion. sistem peringatan dini,pemberdayaan
Kesiapsiagaan siswa/i sangat personal melalui pendidikan dan pelatihan
penting dan harus dimiliki tiap individu, penangana bencana,pertolongan dan
sebab saat bencana terjadi seluruh aspek penyelamatan serta pembentukan
harus siap menghadapinya khususnya mekanisme tanggap darurat yang
siswa/i yang termasuk rentang menjadi sistematis. Kesiapsiagaan dilaksanakan
korban saat terjadi bencana . Pengetahuan sebelum kejadian bencana yang diarahkan
dan kemampuan dalam menyelamatkan kepada pengurangan jumlah korban dan
diri dan orang lain ke tempat yang aman kerusakan pada harta benda ( Buku
sangat diperlukan saat terjadi bencana. PMI,”Pelatihan VCA dan PRA”,2008)

30
Syaheferi Anwar & Arif Rahman Aceh. Pengaruh Metode Focus Group Discussion

Pengaruh dari bencana terhadap metode yang lebih bervariasi untuk


masyarakat dan komunitas dimana setiap memberikan keyakinan terhadap hasil
individu menjalankan kehidupan adalah yang diperoleh, sehingga hasilnya lebih
menghancurkan , memisahkan, dan bermanfaat dan dapat diterapkan.
mengisolasi kelompok dan kumpulan
dimana orang-orang berada dan kegiatan
masyarakat. Oleh karena itu, penanganan SIMPULAN
bencana adalah upaya untuk mencegah Adapaun mayoritas responden di
atau memperkecil sebisa mungkin akan SMK Negeri 1 Alo’oa Kota Gunugsitoli
dampak negatif (Kikuko Urata, 2008 ) memiliki tingkat kesiapsiagaan hampir
Oleh karena itu hasil penelitian ini siap dan kurang siap. Kemudian
dapat memberikan implikasi pentingnya responden di SMK Negeri 1 Alo’oa Kota
meningkatkan kesiapsiagaan dalam Gunungsitoli memiliki tingkat
menghadapi bencana gempa bumi melalui kesiapsiagaan sangat siap dan siap.
simulasi dan pemberian materi bencana Terdapat pengaruh metode focus group
gempa bumi di sekolah sehingga tercipta discussion terhadap kesiapsiagaan
generasi bangsa yang siaga bencana. bencana gempa bumi di SMK Negeri 1
Ada banyak keterbatasan penelitian Alo’oa Kota Gunungsitoli.
ini, Dalam penelitian ini peneliti telah
berupaya semaksimal mungkin untuk DAFTAR PUSTAKA
memperoleh data yang sebenarnya dan
Irwanto. (2006). Focus Group Discussion. Jakarta :
mengontrol kondisi yang berkaitan Yayasan Obor Indonesia.
dengan proses dan hasil penelitian secara Urata,K. (2009). Keperawatan Bencana.Banda
optimal, namun berbagai kendala tidak Aceh : Forum Keperawatan.
PMI. (2013). Kampus Siaga Bencana.Jakarta: PMI.
jarang muncul sehingga berbagai Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian
kelemahan dan keterbatasan pada saat suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
pelaksaan penelitian ini. Cipta.
Sugyiono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif
Adapun keterbatasan dalam
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
penelitian ini adalah sampel yang Sudartanaenna, (2008). Ayo Siaga Bencana Palang
digunakan hanya berasal dari kelas 10 dan Merah Remaja Mula, Palang Merah
Indonesia:Jakarta.
11 disebabkan siswa/i kelas 12 sedang
YPM. (2011). Focus Group Discussion dan Site
dalam proses persiapan ujian nasional di Watching Sistem Peringatan Dini Banjir
bulan april. Metode focus group discussion Bandang Kabupaten Jember. Laporan
penelitian.
pada penelitian ini hanya sekali dilakukan.
Hayati,K. (2014). Pengembangan Sistem Penilaian
Cara pengambilan jumlah sampel terlalu Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit
kecil sehingga belum dapat digeneralisasi Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
ke sekolah lain Laporan penelitian.
BNPB. (2010). Penanggulangan Bencana Berbasis
Karena keterbatasan itu Perspektif Cultural Theory. Akses Vol:4 No.
menyebabkan hasil penelitian ini perlu 1 , 2013, hal.1-7.
pengkajian yang lebih seksama di massa BMKG. (2013). Survei Angka Kejadian Gempa
http://www.bmkg.go.id/BMKG _Pusat/
mendatang dengan melihat faktor-faktor Gempabumi_-
diluar keterbatasan sekarang serta dengan

31
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 24-32.

Tsunami/Gempabumi/Gempabumi_Dirasa
kan.bmkg . Diakses 29 Januari 2016.
Nurudin,A. (2015). Pengaruh Pelatihan
Penanggulangan Bencana Gempa Bumi
Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Di
SMPN 1 Yogyakarta. Jurnal.
Wesnawa, I Gede. (2014). Geografi Bencana.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

32

Anda mungkin juga menyukai