Anda di halaman 1dari 19

JUDUL

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor alam dan faktor non-alam maupun
faktor manusia sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis (BNPB,2007).

Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana, Hal ini dibuktikan dengan
terjadinya berbagai bencana yang melanda beberapa wilayah secara terus menerus, baik yang
disebabkan oleh faktor alam (gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, longsor lahan,
angin ribut, dll), faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan teknologi maupun ulah
manusia. Bencana tersebut mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa
manusia kerugian harta benda, maupun kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai (Bakornas, 2002).

Perlunya kesadaran bahwa, negara Republik Indonesia termasuk negara kepulauan yang aktif
tektonik, aktif vulkanik, beriklim tropis basah, berpenduduk padat dengan berbagai suku bangsa,
sehingga tidak pernah luput dari risiko terhadap bencana baik bencana alam maupun bencana
akibat ulah manusia. Dengan kata lain, di mana saja dan kapan saja masyarakat di Indonesia
selalu menghadapi risiko bencana, baik gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, longsoran,
banjir, kekeringan, angin ribut, kebakaran hutan, dan kerusuhan antar etnik. Masing-masing jenis
bencana tersebut mempunyai tingkat kerawanan dan mengakibatkan korban jiwa dan kerugian
harta yang tidak sedikit.

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic
arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat
tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan
gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh
pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di
Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi
dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105
kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh
letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk, 2000). Wilayah pantai di
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat
Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-
pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku
adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000, di daerah ini
telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh
meletusnya gunung berapi di bawah laut.

Dari seluruh wilayah Indonesia, Pulau Sulawesi adalah salah satu tempat yang paling rawan
diguncang gempa bumi. Hal ini disebabkan karena di pulau ini menjadi lokasi pertemuan tiga
lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat, Lempeng Eurasia yang
bergerak ke arah Selatan-Selatan, serta Lempeng Filipina yang berukuran lebih kecil. Pertemuan
tiga lempeng di Pulau Sulawesi telah menyebabkan dampak geologi yang kompleks dan
beragam. Salah satunya adalah terbentuknya patahan yang memicu gempa bumi. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat saat ini terdapat 40 patahan yang
tersebar di seluruh Pulau Sulawesi. Empat diantaranya sangat aktif dan berbahaya. Empat
patahan paling aktif tersebut yaitu sesar Palu-Koro, sesar Saddang, sesar Gorontalo, dan sesar
Matano. Sesar Palu-Koro menjadi yang paling aktif di Indonesia. Kekuatan getarannya sangat
besar, mencapai tiga kali lipat dibandingkan pergerakan patahan biasa. Sesar inilah yang memicu
gempa dan tsunami dahsyat di Donggala dan Palu pada tahun 2018 silam.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah, antara lain:

a. Pengetahuan mengenai bencana sangatlah penting untuk di tanamkan pada jiwa


masyakat terutama pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana seperti
didaerah Sulawesi guna kesiapan menghadapi bencana.

b. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menentukan seberapa besar pemahaman


masyarakat mengenai bencana alam yang mungkin terjadi di daerah rawan bencana
seperti Sulawesi dan sekitarnya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang ada dapat di peroleh rumusan masalah
tentang Bagaimana tingkat kesiapsiagaan masyarakat rawan bencana di Sulawesi dan sekitarnya
dalam menghadapi bencana alam yang akan terjadi.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian antara lain untuk mengetahui
tingkat kesiapsiagaan masyarakat yang berada di rawan bencana Sulawesi dan sekitarnya dalam
menghadapi bencana alam yang akan terjadi dan untuk mengetahui hubungan kesiapsiagaan
dalam menghadapi bencana alam.

1.5 Manfaat

a. Makin bertambahnya ilmu pengetahuan terutama pengetahuan mengenai bencana,


diharapkan dari penelitian ini mampu meningkatkan kesiapan dalam menghadapi
bencana

b. Sebagai masukan bagi masyarakat terutama di daerah rawan bencana akan pentingnya
kesiapan dalam menghadapi bencana, terutama untuk generasi masa depan yakni remaja,
sehingga harus lebih siap dan tangap terhadap perubahan-perubahan gejala alam yang
terjadi.
c. Memberikan kontribusi kepada masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan bencana,
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan inovasi guna penyampaian pentingnya
pengetahuan dalam kesiapan bencana alam untuk masyarakat
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Alam

Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor alam dan faktor non-alam maupun
faktor manusia sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis (BNPB,2007).

Bencana dapat dikatakan sebagai suatu kejadian alam, buatan manusia atau Perpaduan antar
keduanya yang terjadi dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan Dampak negatif bagi
keberlangsungan hidup manusia. Dalam kejadian tersebut,Setiap unsur yang memiliki
keterkaitan langsung atau terdampak harus merespon Kejadian tersebut dengan melakukan
tindakan luar biasa guna memulihkan kondisi Menjadi seperti semula atau lebih baik (Arie
Priambodo, 2009).

Bencana dapat dibedakan atas beberapa Jenis, seperti:

a) Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa alam. Contoh
bencana alam adalah gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, tanah
longsor, dan kekeringan.
b) Bencana nonalam
Bencana nonalam adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa nonalam. Contoh
bencana nonalam adalah gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah
penyakit.Gagal teknologi merupakan bencana nonalam yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia saat menggunakan
teknologi.Contoh peristiwa akibat gagal teknologi adalah kebakaran, kesalahan desain
keselamatan pabrik, kerusakan komponon, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan
transportasi, semburan gas atau lumpur panas akibat eksploitasi minyak bumi atau bahan
tambang lainnya.
c) Bencana Sosial
Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa yang muncul karena
konflik sosial antar kelompok masyarakat

Untuk mengurangi dampak dari bencana-bencana tersebut, penerapan upaya manajemen


penanggulangan bencana pun harus dilakukan.

Manajemen penanggulangan bencana dilaksanakan melalui tiga tahapan, yakni sebagai berikut:

1. Tahap pra bencana: Dilaksanakan ketika belum terjadi bencana dan sedang dalam
ancaman potensi bencana. Tahap pra bencana ini mencakup upaya pencegahan dan
mitigasi serta kesiapsiagaan.
2. Tahap tanggap darurat: Dirancang dan dilaksanakan saat terjadi bencana.
3. Tahap pasca bencana: Dilaksanakan setelah terjadinya bencana. Tahap pasca bencana
dapat berupa rehabilitasi dan rekonstruksi.

Indonesia secara geologis dan hidrologis merupakan wilayah dengan potensi Bencana alam
yang sangat besar. Hal tersebut disebabkan karena wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga
lempeng tektonik yang aktif diantaranya Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng
Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik dibagian timur.Ketiga lempeng tersebut aktif
bergerak ini akan memperbesar potensi terbentuknya jalur gempa bumi dan rangkaian gunung
api aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Irian Barat dan Maluku
Utara ( bmkg.go.id )

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic
arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat
tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Selain itu gempa
bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api.Gempa bumi yang disebabkan karena
interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera.
Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering
mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-
gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994).
Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya
disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah
longsor (Latief dkk, 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi
bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan
selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir
seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun
waktu tahun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan
oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.

Dari seluruh wilayah Indonesia, Pulau Sulawesi adalah salah satu tempat yang paling rawan
diguncang gempa bumi. Hal ini disebabkan karena di pulau ini menjadi lokasi pertemuan tiga
lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat, Lempeng Eurasia yang
bergerak ke arah Selatan-Selatan, serta Lempeng Filipina yang berukuran lebih kecil. Pertemuan
tiga lempeng di Pulau Sulawesi telah menyebabkan dampak geologi yang kompleks dan
beragam. Salah satunya adalah terbentuknya patahan yang memicu gempa bumi. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat saat ini terdapat 40 patahan yang
tersebar di seluruh Pulau Sulawesi. Empat diantaranya sangat aktif dan berbahaya. Empat
patahan paling aktif tersebut yaitu sesar Palu-Koro, sesar Saddang, sesar Gorontalo, dan sesar
Matano. Sesar Palu-Koro menjadi yang paling aktif di Indonesia. Kekuatan getarannya sangat
besar, mencapai tiga kali lipat dibandingkan pergerakan patahan biasa. Sesar inilah yang memicu
gempa dan tsunami dahsyat di Donggala dan Palu pada tahun 2018 silam.

Dari data sementara yang dihimpun dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
selama periode 2007-2016 kejadian bencana selama 10 tahun Terakhir adalah tahun 2007 (816
bencana), 2008 (1.073 bencana), 2009 (1.246 Bencana), 2010 (1.941 bencana), 2011 (1.633
bencana), 2012 (1.811 bencana), 2013 (1.674 bencana), 2014 (1.967 bencana), 2015 (1.677
bencana) dan 2016 (1.985 bencana), dari data 10 tahun terakhir tahun 2016 merupakaan tahun
dengan Jumlah bencana yang paling besar meskipun bencana yang terjadi tidak termasuk
Kedalam kategori bencana besar, namun korban jiwa dan kerugian ekonomi yang Ditimbulkan
bencana tersebut cukup besar. Dari 1.985 bencana yang terjadi diTahun 2016 bencana banjir
mendominasi dengan 659 kasus, selanjutnya puting Beliung 572 kasus, longsor 485 kasus,
kebakaran hutan dan lahan 178 kasus, Kombinasi banjir dan longsor 53 kasus, gelombang
pasang dan abrasi 20 kasus, Gempa bumi 11 kasus, erupsi gunung api 7 kasus. Dari semua kasus
bencana Longsor merupakan bencana dengan jumlah korban jiwa terbanyak yaitu 161 jiwa,
Banjir 136 jiwa, kombinasi banjir dan longsor 46 jiwa, puting beliung 20 jiwa, Erupsi gunung api
7 jiwa dan kebakaran hutan dan lahan 2 jiwa; 3,05 juta jiwa Mengungsi dan menderita, 69.287
unit rumah rusak dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan dan 2.311
unit fasilitas umum rusak ( bnpb.go.id )

2.2 Pengungsi

Seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu
bencana atau musibah.Sekelompok orang atau sebagian orang yang terpaksa atau dipaksa keluar
dari tempat tinggal untuk jangka waktu yang tidak dapat di pastikan sebagai dampak negatif dari
bencana dapat diartikan sebagai pengungsi, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia tentang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007.
Pengungsi juga dapat diartikan sebagai orang/sekelompok orang yang atas dasar kemauan dan
kesadarannya atau terpaksa, baik secara swadaya atau terkordinir pemerintah telah meninggalkan
tempat tinggalnya karena merasa keselamatan dan keamanannya terancam akibat dari terjadinya
bencana perang, bencana alam, bencana akibat ulah atau perbuatan manusia dan bencana lainnya
(Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I No. 131 tahun 2003 )

Menurut Prinsip-Prinsip Panduan bagi Pengungsian Internal oleh PBB untuk Koordinasi
Urusan Kemanusiaan Indonesia (OCHA) ada beberapa kebutuhan Pengungsi yang harus
dipenuhi diantaranya:

 Semua pengungsi internal memiliki hak atas standar penghidupan yang layak.
 Paling sedikit, dalam keadaan apapun, dan tanpa diskriminasi, pihak-pihak Berwenang
yang terkait harus menyediakan bagi pengungsi internal dan Memastikan akses yang
aman pada:
a. Bahan pangan pokok dan air
bersih.
b. Tempat bernaung atau perumahan yang bersifat mendasar.
c. Bahan sandang yang layak, dan
d. Layanan kesehatan dan sanitasi yang penting.
 Harus dilaksanakan upaya-upaya khusus untuk memastikan adanya peran serta penuh
kaum perempuan dalam perencanaan dan pembagian pasokan-pasokan pokok tersebut
( OCHA,2013 )
2.3 PATHWAY
Post-Traumatic Stress Diorder

Psikososial Biologis

Terjadi biologis di
Pengalaman hidup
otak
menyangkut pengalama
yang tidak terlupakan

Perubahan fisik
Bencana Alam Trauma

Mempengaruhi
Perpisahan dengan Sindrom Pasca
SSP & SSO
orang tua di usia dini Trauma

Dini amigdala yang


Kurangnya support over reaktif
sosial

Ganggaun Proses Ketakutan


Keluarga

Ketidakberdayaan
BAB 3

KASUS & INTERVENSI

3.1 Kasus

Kelompok A adalah kelompok yang terdiri dari beberapa orang perawat dan mereka akan
dikirim ke salah satu daerah yang ada di Sulawesi dan menurut informasi daerah tersebut
adalah daerah yang rawan gempa. Menurut informasi pernah pada suatu masa masyarakat di
daerah tersebut mengalami kejadian yang tidak pernah mereka lupakan yaitu Gempa Bumi
dengan kekuatan yang cukup besar yang mampu merobohkan sebagian besar rumah mereka
serta fasilitas umum yang ada di daerah tersebut, serta menelan cukup banyak korban jiwa.
Bahkan banyak anak-anak yang berpisah dengan orangtuanya. Sehingga masyarakat trauma
dengan kejadian tersebut. Bahkan ketika mendengar suara gemuruh atau semacamnya
mereka merasa sangat ketakutan. Tetapi sebagian masyarakat mengaku bahwa mereka tidak
bisa meninggalkan daerah tersebut karena daerah tersebut merupakan tanah kelahiran mereka
dan juga sumber penghasilan mereka karena banyak warga yang bercocok tanam di daerah
tersebut. Meskipun pindah mereka tidak memiliki tujuan akan pindah kemana.

3.2 INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Sindrom pasca Setelah dilakukan tindakan Promosi Harapan 1. Mengetahui
trauma keperawatan diharapkan harapan pasien
berhubungan ketahanan personal Definisi : dan keluarga
dengan respon meningkat dengan kriteria Meningkatkan dalam pencapaian
maladaptive hasil : kepercayaan pada hidup
berulang terhadap 1. Menggunakan kemampuan untuk 2. Menyadarkan
pristiwa tertentu stategi koping yang memulai dan kondisi pasien
efektif (4) mempertahankan 3. Membantu
2. Menganggap tindakan mengingat
kesulitan sebagai kenangan baik
tantangan (4)
3. Menahan diri Observasi : pasien
menyakiti orang 1. Identifikasi 4. Meningkatkan
lain (5) harapan pasien aktivitas pasien
4. Mengidentifikasi dan keluarga 5. Membantu pasien
model peran (4) dalam mengungkapkan
5. Memanfaatkan pencapaian perasaannya
sumber daya hidup 6. Mempertahankan
dikomunitas (4) hubungan pasien
Terapeutik : dengna keluarga
1. Sadarkan bahwa dan orang sekitar
kondisi yang 7. Membantu pasien
dialami memiliki menentukan
nilai penting tujuannya sesuai
2. Pandu harapan
mengingat
kembali
kenangan yang
menyenangkan
3. Libatkan pasien
secara aktif
dalam perawatan

Edukasi :
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
terhadap kondisi
dengan realistis
2. Anjurkan
mempertahankan
hubungan
3. Latih menyusun
tujuan yang
sesuai dengan
harapan
2. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan tindakan Promosi Koping 1. Mengidentifikasi
berhubungan keperawatan diharapkan kegiatan jangka
dengan keberdayaan meningkat Definisi: pendek dan
ketidaknmampuan dengan kriteria hasil : Meningkatkan upaya panjang sesuai
untuk mengatasi kognitif dan perilaku tujuan
1. Pernyataan mampu
sumber masalah untukmenilai dan 2. Mengidentifikasi
melaksanakan
merespon menggunakan kemampuan yang
aktivitas (4)
sumbaer-sumber yang dimiliki
2. Berpartisipasi
ada 3. Mengidentifikasi
dalam perawatan
sumber daya yeng
(4) Observasi: tersedia untuk
3. Perasaan 1. Identifikasi memenuhi tujuan
diasingkan (5) kegiatan jangka 4. Mengidentifikasi
4. Pernyataan rasa pendek dan dampak situasi
malu (5) panjang sesuai terhadap peran
5. Perasaan tertekan tujuan dan hubungan
( depresi ) (5) 2. Identifikasi 5. Mengidentifikasi
kemampuan metode
yang dimiliki penyelesaian
3. Identifikasi masalah
sumber daya 6. Mengidentifikasi
yeng tersedia kebutuhan dan
untuk memenuhi keinginan
tujuan terhadap
4. Identifikasi dukungan social
dampak situasi 7. Mendiskusikan
terhadap peran perubahan peran
dan hubungan yang dialami
5. Identifikasi 8. Menggunakan
metode pendekatan yang
penyelesaian tenang dan
masalah meyakinkan
6. Identifikasi 9. Mendiskusikan
kebutuhan dan untuk
keinginan mengklarifikasi
terhadap kesalahpahaman
dukungan social dan mengvaluasi
perilaku sendiri
Terapeutik: 10. Mendiskusikan
1. Diskusikan resiko yang
perubahan peran menimbulkan
yang dialami bahaya pada diri
2. Gunakan sendiri
pendekatan yang 11. Menfasilitasi
tenang dan dalam
meyakinkan memperoleh
3. Diskusikan informasi yang
untuk dibutuhkan
mengklarifikasi 12. Memotivasi untuk
kesalahpahaman menentukan
dan mengvaluasi harapan yang
perilaku sendiri realistis
4. Diskusikan 13. Mendampingi
resiko yang saat berduka
menimbulkan 14. Mendukung
bahaya pada diri penggunaan
sendiri mekanisme
5. Fasilitasi dalam pertahanan yang
memperoleh tepat
informasi yang 15. Membantu
dibutuhkan mengurangi
6. Motivasi untuk rangsangan
menentukan lingkungan yang
harapan yang mengancam
realistis 16. Menganjurkan
7. Damping saat menjalin
berduka hubungan yang
8. Dukung memiliki
penggunaan kepentingan dan
mekanisme tujuan yang sama
pertahanan yang 17. Menganjurkan
tepat penggunaan
9. Kurangi sumber spiritual,
rangsangan jika perlu
lingkungan yang 18. Menganjurkan
mengancam keluarga terlibat
19. Mengajarkan cara
Edukasi: pemecahan
1. Anjurkan masalah secara
menjalin kostruktif
hubungan yang
memiliki
kepentingan dan
tujuan yang
sama
2. Anjurkan
penggunaan
sumber spiritual,
jika perlu
3. Anjurkan
keluarga terlibat
4. Ajarkan cara
pemecahan
masalah secara
kostruktif
3. Gangguan Proses Setelah dilakukan tindakan Konseling 1. Mengidentifikasi
Keluarga keperawatan diharapkan kemampuan dan
berhubungan proses keluarga membaik Definisi: beri penguatan
dengan perpisahan dengan kriteria hasil : Memberikan bimbingan 2. Membina
dengan orang tua di 1. Kemampuan untuk meningkatkan hubungan
usia dini keluarga atau mendukung terapeutik
berkomunikasi penanganan, pemecahan berdasarkan rasa
secara terbuka masalah, dan hubungan percaya diri dan
diantara anggota interpersonal penghargaan
keluarga ( 5 ) 3. Memberikan
2. Aktivitas Observasi: empati,
mendukung 1. Identifikasi kehangatan dan
pertumbuhan kemampuan dan kejujuran
anggota keluarga beri penguatan 4. Memberikan
(4) privasi dan
3. Sikap respek antara Terapeutik: pertahankan baru
anggota keluarga 1. Bina hubungan 5. Memfasilitasi
( 4) terapeutik untuk
4. Minat keluarga berdasarkan rasa mengidentifikasi
melakukan aktivitas percaya diri dan masalah
yang positif (4) penghargaan 6. Menganjurkan
5. Perhatian pada 2. Berikan empati, mengekspresikan
batasan anggota kehangatan dan perasaan
keluarga ( 5 ) kejujuran 7. Menganjurkan
3. Berikan privasi membuat daftar
dan pertahankan alternative
baru penyelesaian
4. Fasilitasi untuk masalah
mengidentifikasi 8. Menganjurkan
masalah pengembangan
ketrampilan baru,
Edukasi: jika perlu
1. Anjurkan kerahasiaan
mengekspresikan 9. Memberikan
perasaan penguatan
2. Anjurkan terhadap
membuat daftar ketrampilan
alternative
penyelesaian
masalah
3. Anjurkan
pengembangan
ketrampilan
baru, jika perlu
kerahasiaan
4. Berikan
penguatan
terhadap
ketrampilan
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai