DINAMIKA DIPLOMASI BENCANA ALAM Sigit Fajrin Subagja
DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA INTERNASIONAL
DINAMIKA DIPLOMASI BENCANA ALAM
DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA INTERNASIONAL
Sigit Fajrin Subagja
Ilmu Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas Jenderal Achmad Yani
Iggiglrdssn15@gmail.com
Abstrak
Tujuan penulisan ini adalah bertujuan untuk melihat isu bencana di
Indonesia yang dapat dimodifikasi menjadi sebuah modal sosial yang dapat menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, politik dan sosial budaya di kawasan rawan bencana. Indonesia merupakan salah satu negara yang terlintasi oleh cicin api atau dalam istilah lain adalah Ring of Fire yang tersusun atas lempeng tektonik dan lempeng vulkaning baik di daratan maupun di dasar laut. Sebagai negara yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, Indonesia masih belum memiliki kecanggihan alat dalam mengetahui benca alam itu akan terjadi. Seperti bencana alam yang masih teringat oleh seluruh masyarakat ialah Tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 yang banyak menelan korban jiwa. Menyebabkan kerugian besar yang di alami Indonesia serta jutaan masyarakat yang kehilangan keluarga dan harta benda yang kurang ditangani oleh pemerintah Indonesia saat itu. Selain Tanah Air banyak negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, India, Maldives bahkan Afrika ikut terdampak dari terjadinya bencana maha dahsyat ini.
Kata Kunci: Bencana Alam; Indonesia;
DINAMIKA DIPLOMASI BENCANA ALAM Sigit Fajrin Subagja DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA INTERNASIONAL
Abstract
The purpose of this paper is to look at the issue of disasters in Indonesia
that can be modified into a social capital that can solve social, economic, political and socio-cultural problems in disaster prone areas. Indonesia is one of the countries crossed by the ring of fire or in other terms is the Ring of Fire which is composed of tectonic plates and volcanic plates both on land and on the seabed. As a country prone to natural disasters such as the earthquake and tsunami, Indonesia still does not have the sophistication of tools in knowing that natural disasters will occur. As a natural disaster that is still remembered by the whole community is the tsunami that occurred in Aceh in 2004 which claimed many lives. Causing huge losses suffered by Indonesia and millions of people who lost their families and property that were not handled by the Indonesian government at that time. In addition to the country, many neighboring countries such as Thailand, Malaysia, India, the Maldives and even Africa have also been affected by this devastating disaster.
Keywords: Natural Disasters; Indonesia;
PENDAHULUAN
Bencana alam adalah suatu keajadian yang tidak terduga
yang terjadi di planet bumi ini yang disebabkan oleh aktivitas alam seperti gampa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor dan badai. Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan alam, tidak bisa terlepaskan oleh apa yang terjadi di alam. Gempa bumi bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu oleh aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik, baik dari gunung meletus ataupun pergeseran lempeng bumi, yang dapat menyebabkan beberapa hal lain seperti jika terjadi di daratan, menyebabkan longsoran pada permukaan tanah. Tidak hanya di daratan, longsoran juga bisa terjadi di dalam dasar laut, aktivitas tersebut juga bisa menimbulkan terjadinya gelombang tinggi yang dapat memicu pergerakan air menjadi gelombang besar biasa disebut tsunami United Nations International Strategy for Disaster Reduction atau UNISDR sebuah lembaga PBB yang menangani kasus seperti kemanusiaan dan bencana alam secara global mempublikasikan “The Asia Pasific Disaster Report 2010” menyebutkan Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah korban meninggal yang diakibatkan oleh bencana alam kedua terbesar di bagian Asia Pasifik, sebanyak 191.164 korban meninggal yang tercatat dalam rentang waktu 20 tahun terakhir. Kerugian ekonomi Indonesia mencapai US$ 22,5 miliar. Dilansir oleh Bappenas dalam isi laporannya pemerintah Indonesia telah melakukan pengeluaran sebesar Rp. 110 triliun dalam menangani bencana alam yang terjadi hingga tahun 2007. Sebagai negara yang terlintasi garis cincin api, membuat Indonesia tidak bisa menghindari yang namanya bencana alam. Mengingat letak Indonesia yang berada pada 4 pertemuan lempeng besar dunia yaitu Lempeng Pasifik; Lempeng Australia; Lempeng Filipina dan Lempeng Eurasia, yang sangat mempengaruhi intensitas bencana geologis Indonesia. Seluruh 4 lempeng tersebut masih aktif hingga saat ini yang terus bergerak dengan terlihatnya sebuah susunan gunung yang terbentang dari utara Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Maluku dan di antara susunan tersebut, beberapa susunannya masih di statuskan sebagai gunung vulkanik aktif. Terlihat dari aktivitasnya seperti tsunami, gempa bumi, dan letusan gunung api yang sering terjadi akibat aktivitas lempeng tektonik dan lempeng vulkanik tersebut. Seorang peneliti geologis yang berasal dari Amerika Serikat yang bernama Arnold, menulis bahwa salah satu negara yang memiliki tingkat gempa tertinggi di dunia adalah Indonesia, yang jika dibandingkan dengan Amerika Serikat berbanding 10 kali lebih tinggi. Menurut peneliti lain yaitu Hamzah Latief menyebutkan bahwa kurun waktu dari 1600-2000 sebanyak 105 terjadi tsunami yang 90% penyebabnya berasal dari gempa tektonik, lalu 9% dari aktivitas gunung api dan 1% diakibatkan oleh longsoran tanah. Bappenas melaporkan bahwa wilayah pantai indonesia adalah wilayah rawan terjadinya bencana alam yaitu tsunami terutama dibagian barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, Pantai bagian utara, Nusa Tenggara, Pantai bagian utara Irian Jaya, dan seluruh pantai di bagian Sulawesi. Daerah yang paling rawan terkena bencana tsunami selama kurang lebih dari kurun waktu 1600-2000 adalah maluku. Sebanyak 32 peristiwa yang terjadi, 28 peristiwa diakibatkan oleh gempa bumi dan sisanya diakibatkan oleh terjadinya aktivitas gunug api bawah laut. Dikatakan rawan karena Bukit Barisan yang terbentuk oleh Lempeng Eurasia dan Lempeng Australia Barat yang menjadikan bertubrukannya kedua lempeng tersebut, hingga membentuk sebuah susunan gunung dan menjadikan maluku sebagai daerah lempeng tektonik yang berstatus aktif menyebabkan rawan bencana seperti tsunami dan gempa bumi. Barisan gunung vulkanik yang berstatus aktif dapat memicu terjadinya bercana gunung api meskipun bertatus berpotensi, namun kewaspadaan harus tetap di tingkatkan baik secara naluri maupun adanya tanda peringatan itu sendiri. Catatan bencana yag telah terjadi di Sumatera mulai dari gempa bumi dan tsunami di aceh pada tahun 2004, kemudian disusul dengan kejadian yang sama di tahun 2005 di nias, tahun 2009 gempa bumi yang melanda Sumatera Barat, lalu di tahun 2010 di Mentawai telah terjadi gempa bumi yang diikuti gelombang besar tsunami. BMKG mencatat dan menghibau untuk tetap siaga dengan bencana-bencana yang akan datang karena bencana megathrust berpotensi akan terjadi dengan magnitude massif yang diprediksi akan mengguncang Kepulauan Mentawai. Bukan hanya di Maluku saja, Pulau Jawa juga termasuk ke dalam daerah yang memiliki banyak patahan tektonik dan gunung api yang berstatus aktif yang merupakan sebuah lanjutan deretan dari garis cicin api dari Sumatera. Dibuktikan dengan keberadaan sebuah palung di bagian Selatan Pulau Jawa yang mengidentifikasi bahwa Pulau Jawa memiliki aktifitas tektonik. Gugusan gunung yang tersusun dari ujung Barat Pulau Jawa hingga ujung Timur Pulau Jawa yang mayoritas semua gunungnya berstatus sebagai gunung vulkanik aktif. Yogyakarta adalah salah satu dari beberapa daerah di Pulau Jawa yang memiliki gunung berapi aktif yang di anggap sebagai gunung berapi teraktif di dunia. Kemudia ada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan Gunung Kelud di Jawa Timur yang berbatasan dengan tiga daerah yaitu meliputi Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang yang pernah meletus dan menimbulkan korban jiwa dalam jumlah yang banyak. Tercatat pada tahun 2006, 2009, 2010, 2011, 2013 dan 2014 telah banyak terjadi perisitiwa bencana alam di Pulau Jawa seperti yang pernah terjadi pada tahun 2006 meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta dan terjadinya tsunami di Daerah Pangandaran, kemudian pada 2009 terjadinya gempa bumi di Tasikmalaya, kemudian kembali lagi meletus pada 2010 Gunung Merapi di Yogyakarta, kemudian 2011 terjadinya gempa bumi di Daerah Cilacap, kembali terjadi meletusnya Gunung Merapi di Tahun 2013 dan yang terakhir meletusnya Gunung Slamet dan Gunung Kelud di Tahun 2014. Deretan serangkaian perisitiwa bencana alam ini memperlihatkan bahwa Pulau Jawa adalah Pulau yang sangat rawan terhadap benca alam di karenakan di lewati oleh garis cicin api di Selatan Pulau Jawa dan memiliki banyaknya patahan tektonik dan vulkanik yang menyebabkan Pulau Jawa juga sangat rentan terhadap terjadinya bencana alam mengingat Pulau Jawa adalah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terbesar, curah hujan yang tinggi, banyak bangunan rapat diberbagai daerah di Pulau Jawa yang bukan bangunan terhadap gempa bumi serta kurangnya lahan resapan air. Bergeser lagi ke daerah Timur Pulau Jawa, yaitu Bali. Sebuah pulau yang banyak disinggahi oleh turis manca negara dikarenakan memiliki keindahan pantai, laut dan alam yang tidak ada di Pulau lain di Indonesia. Dari sekian keindahan yang Pulau Bali miliki, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa bali juga termasuk ke dalam deretan pulau yang terlintasi oleh gari cincin api.Letak Pulau Bali yang berada persisi di bagian utara garis cincin api Java Megathrust sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi yang disebabkan baik oleh aktivitas lempeng tektoknik maupun aktivitas lempeng vulkanik. Terdapatnya gunung api aktif di Pulau Bali menandakan bahwa bali adalah salah satu Pulau di Indonesia yang sering mengalami goncangan gempa bumi hingga sekarang, bahkan garis cincin api ini melintang hingga bagian Nusa Tenggara yaitu Lombok, yang pernah tercatat mengalami gempa bumi dengan goncangan kecil hingga sedang yang pada tahun 2018 silam diakibatkan oleh aktivitas lempeng yang naik. Bencana gempa bumi di Lombok juga terasa sampai ke Pulau Bali terjadi beberapa kali terulang gempa bumi susulan, dikarenakan aktivitas sesar yang naik. Kemudian beralih ke daerah yang paling Timur di Indonesia adalah Papua. Pulau paling timur ini memiliki banyak sekali keanekaragaman hayati, kekayaan alam yang berlimpah serta ke indahan alam layaknya di Surga. Pulau Terbesar di Indonesia ini juga telintasi oleh garis cincin api, pernah terjadi gempa bumi hingga menelan korban jiwa pada tahun 2004 lalu. Tenaga endogen yang kuat menjadikan banyaknya sisa dari aktivitas lempeng tektonik dan vulaknik yang bertabrakan, hingga menjadikan sebuah reruntuhan raksasa yang sebagian besar tersusun menjadi sebuah tumpukan bukit atupun gunung dan sebagian lainnya menjadi remukan besar yang menjadikan sebuah deretan Sabuk Sunda Megathrust mecakup Andaman Megathrust, Sumatera Megathrust dan Java Megathrust dan menjadikan sebagai pusat dari terjadinya serangkaian gempa bumi di bagian Sumatera, Jawa dan sekitarnya. Dari seluruh peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti tsunami dan gempa bumi yang di akibatkan aktivitas lempeng tektonik dan vulkanik serta aktivitas pergerakan lempeng bumi yang setiap saat bergerak selama waktu kurang lebih 15 tahun terakhir, hanya tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Aceh pada 2004 saja yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Bencana Nasional. Dengan jumlah korban yang terhitung lebih dari 180.000 jiwa yang meninggal akibat gempa bumi dahsyat dan tsunami dahsyat di bagian pesisir Sumatera bagian Utara dan kerugian di atas Rp. 45 triliyun yang sudah tidak bisa di sanggupi lagi oleh Pemerintah Kabupaten Aceh, Pemerintah Kota Aceh dan Pemerintah Provinsi Aceh itu sendiri karena bencana dengan skala massif yang telah terjadi. Bencana alam adalah suatu anugrah yang Tuhan berikan kepada setiap umatnya dan kita sebagai umatnya patut mensyukuri dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita, baik itu kebaikan maupun keburukan. Bencana alam tidak hanya menghilangkan banyak korban jiwa, namun kerugian yang di akibatkan dari terjadinya bencana alam yang membuat sebagian besar masyarakat menggagap bahwa bencana alam sebagai peristiwa yang memberikan dampak negatif bagi kehidupan mereka seperti kehilangan anggota keluarga yang disebabkan oleh bencana alam, kehilangan harta benda dan kehilangan kehidupan sosial lainnya. Sebenarnya manusia menganggap bahwa bencana alam itu adalah sebagai suatu hal yang negatif bagi mereka tergantung bagaimana masyarakat memahami dan menanggapi bencana alam tersebut. Memaknai tanpa melihat bahwa kondisi geografis dan topografis rawan terhadap terjadinya bencana alam, sikap masyarakat yang seperti itulah yang menjadikan perspektif mereka yang lari dari kenyataan dan tidak bisa menerima realistis dalam kehidupan. Sikap realistis ini menjadikan pemerintah terdorong sebagai pemegang kekuasaan tertinggi negara untuk lebih meningkatkan besarnya peran terhadap bencana alam dalam mengupayakan antisipasi dan penanggulan terhadap bencana yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini seperti kerangka pelembagaan pencegahan, mitigasi, respon dan rekonstruksi bencana alam yang sistematis diperlukan meassure didalammnya. Jika dikelola dengan meassure yang tepat sebenarnya masalah bencana ini dapat di kapitalisasikan ke dalam bentuk diplomasi bencana. Pelembagaan ini tentu akan banyak melibatkan pihak nasional maupun internasional, dan kerjasama yang dilakukan diperlukan baik secara tektis maupun secara politis. Hal yang menjadi menarik untuk di bahas adalah karena bencana alam bukanlah suatu hal yang tidak sepenuhnya difahami secra destruktif, seperti yang telah di bahas bahwa bencana ini sebenarnya banyak hikmah yang dapat di ambil setelah terjadinya bencana alam tersebut, namun kembali lagi ke masing-masing individu bagaimana mereka menyikapi dan memahaminya. Alangkah baik jika bisa mamahami hikmah yang di ambil dari kejadian bencana alam tersebut, seperti menjaga kelestarian hutan dan tidak menebang pohon sembarangan dan membuka suatu lahan resapan air saja sudah bisa meminimalisir dampak dari bencana alam seperti tanah longsor dan banjir bandang. Dari situ bisa menjadikan pembelajran bahwa bencana alam akan selalu datang, namun jika kita bisa menanggulanginya dan mencegahnya, korban jiwa serta harta benda berharga bisa kita selamatkan dengan cara kita melakukan aksi sebelum atau sesudah bencana alam tersebut terjadi. Diplomasi bencana alam