Oleh:
JURUSAN FISIKA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini masalah dunia semakin kompleks dan rumit untuk dituntaskan dengan hanya
satu sudut pandang. Penghuni bumi saat ini menghadapi berbagai masalah seperti
pemanasan global, meluasnya gurun, krisis keragaman hayati, gangguan pada lapisan
ozon dan hutan hujan tropis, polusi air dan udara, serta masalah sosial seperti kemiskinan
di negara berkembang, pertikaian antar agama dan etnis. Semua masalah itu membuat
masyarakat tidak lagi mampu bertahan baik dalam lingkup lokal atau pun global.
Permasalahan dunia tersebut juga dialami Indonesia. Menilik letak geografisnya,
maka wilayah Indonesia rawan terjadi bencana alam. Masih membekas dalam ingatan
semua orang bagaimana bencana tsunami meluluh-lantakkan Aceh, yang disusul gempa
bumi pada tahun 2006 yang memporakporandakan wilayah Yogyakarta. Tanah air kita
memang sunguh-sungguh dihadapkan pada resiko bencana alam yang meningkat dalam
waktu yang bersamaan. Secara geografis Indonesia sangat rawan terjadi bencana alam
baik yang berupa gempa, gunung meletus, banjir, atau tsunami. Pertemuan lempeng
Eurasia dan Indo-Australia berpotensi menyebabkan gempa tektonik, sedangkan curah
hujan yang tinggi berpotensi rawan banjir mengingat banyaknya sungai di wilayah ini.
Bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan kerugian baik korban
jiwa maupun materi. Menurut Bakornas PB (2007), paling tidak ada interaksi empat
faktor utama yang dapat menimbulkan bencana-bencana tersebut menimbulkan banyak
korban dan kerugian besar, yaitu: 1). Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik
bahaya (hazards), 2). Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya
alam (vulnerability), 3). Kurangnya informasi/peringatan dini (early warning) yang
menyebabkan ketidaksiapan, 4). Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya.
Permasalahan kompleks di bumi ini perlu diselesaikan dengan pendekatan
multidisipliner dan multidimensional. Pendidikan yang mengedepankan pentingnya
lingkungan alam sebagai sumber hidup manusia banyak dicetuskan oleh pemikir dan
pendidik dari abad ke-19. Rousseau, Goethe, Froebel, Dewey, Montessori dan Steiner
adalah tokoh-tokoh yang menyatakan pentingnya hubungan integral antara pendidikan
dan lingkungan. Salah satu pendekatan multidisipliner dan multidimensional itu adalah
Education for Sustainable Development
Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan atau Education for Sustainable
Development (ESD) menurut Kemendiknas diartikan sebagai pendidikan yang secara
esensial menyisipkan wawasan dan konsep secara luas, mendalam, dan futuristik tentang
lingkungan global. Konsep ESD adalah pendidikan untuk mendukung pengembangan
berkelanjutan, yaitu pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua
orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan
berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010).
Sebenarnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD-Education for
Sustainable Development) merupakan gagasan yang berasal dari pendidikan lingkungan.
Pemikir lain seperti Mahatma Gandhi merupakan salah satu tokoh yang dianggap ikut
berperan dalam menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk pendidikan lingkungan.
Gandhi sangat fokus pada pengembangan dan konsumsi produk lokal yang memang
sudah tersedia di India pada masa itu, sehingga pemikirannya dianggap sebagai salah
satu masukan yang berarti bagi pendidikan lingkungan yang berkelanjutan.
Untuk bisa mengurangi dampak dari bencana-bencana di atas maka perlu di edukasi.
Salah satu cara pengedukasian masyarakat di daerah rawan bencana adalah dengan
mengimplementasikan ESD dalam pembelajaran tentang bencana yang ada di KD SMP.
Berdasarkan hal tersebut maka penyusun akan mengambil judul “ Implementasi ESD
dalam Pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana Pada Siswa SMP ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana kaitan ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana pada KD
SMP?
2. Bagaimana Implementasi ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana pada
siswa SMP?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya adalah:
1. Mengetahui kaitan ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana pada KD
SMP.
2. Mengetahui Implementasi ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana
pada siswa SMP.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bencana Kebumian
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana Kebumian yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi, bencana
vulkanik, kekeringan, banjir, siklon tropis, badai guruh, dan lain-lain. Bencana alam
adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun
sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian
harta benda maupun korban jiwa manusia (Nugroho. dkk, 2009)
Bencana alam geologi atau kebumian adalah bencana yang terjadi di permukaan bumi
atau disebabkan oleh gerakan atau aktifitas dari dasar bumi yang muncul ke permukaan.
Arti geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang segala hal tentang bumi.
Sehingga macam-macam bencana alam geologi yang terjadi merupakan murni berasal
dari aktifitas di permukaan bumi tidak dipengaruhi oleh manusia ataupun makhluk hidup
lain nya. Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, dan gunung meletus
Macam-macam bencana alam yang disebabkan oleh alam dan akibatnya
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah guncangan atau getaran yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba lalu menciptakan
gelombang seismik. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng bumi). Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang
bernama Seismometer. Moment Magnitudo adalah skala yang paling umum di
mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala
besarnya lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada daerah-daerah
yang dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam
yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana
alam yang sangat berbahaya.
Gempa bumi terjadi pada tepi lempenganbesar dari kerak bumi.
Selama dua lempengan berdesak-desakan dan terjadi ketegangan posisi.
Lempengan itu secara tiba-tiba terpeleset dan meluncur. Hal ini
mengakibatkan tanah bergoyang. Pada gempa bumi paling buruk, belahan
terbesar mungkin membuka tanah dan menelan gedung, mobil, bahkan
manusia. Selama lempengan bergerak, goncangan bergelombang tinggi terjadi
melaui batuan pada kerak bumi. Hal ini disebut goncangan seismik dan
goncangan ini dapat dirasakan beratus-ratus kilometer jauhnya dari gempa
bumi (Setiawan, Iwan).
Letusan Gunung Api
Gunung meletus bisa terjadi karena endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-
letusan seperti itulah gunung berapi bisa terbentuk. Letusan gunung berapi
bisa merenggut korban jiwa dan menghabiskan harta benda yang besar.
Gunung meletus merupakan salah satu bencana alam yang sangat dahsyat
karena diakibatkan meningkatnya aktivitas magma yang ada dalam perut
bumi.
Jika gunung akan meletus maka dapat dideteksi dengan cara melihat
aktivitas perkembangannya, mulai dari siaga, waspada, awas dan hingga
puncaknya yaitu meletus. Ketika suatu gunung meletus maka akan
mengeluarkan berbagai macam material-material yang ada di dalam bumi,
mulai dari debu, batu, kerikil, awan panas, kerikil hingga magmanya. Karena
waktu terjadinya gunung meletus dapat diprediksi, maka bisa diberi peringatan
kepada warga agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Magma adalah cairan panas yang keluar dari dalam perut bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, diperkirakan lebih dari 1000 derajat celcius. Magma
yang sudah keluar dalam perut bumi disebut lava. Gunung meletus ternyata
berdampak baik bagi masyarakat, karena 1-2 bulan setelah terjadinya bencana
tumbuh-tumbuhan menjadi lebih subur, karena debu dan material-material
yang dikeluarkan memiliki zat hara yang sangat tinggi.
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa
tanda, antara lain :
a) Suhu di sekitar gunung naik.
b) Mata air menjadi kering
c) Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
d) Tumbuhan di sekitar gunung layu
e) Binatang di sekitar gunung bermigrasi
School
School ethos management
practices
A. Kesimpulan
Dalam mengajarkan konsep ESD kepada siswa terdapat beberapa keuntungan
yaitu: 1) siswa mampu menghargai alam dan memiliki rasa tanggung jawab yang
lebih besar dan peduli lingkungan; 2) siswa mampu berpikir lebih kritis tentang
tindakan mereka sendiri sehari-hari dalam kaitannya dengan kesehatan lingkungan
dan keberlanjutannya, 3) siswa mampu menarik hubungan dan memahami hubungan
antara lingkungan dan semua pengetahuan lainnya yang penting bagi kehidupan masa
depan mereka; dan 4) siswa mampu mengembangkan 'kebiasaan berpikir' sebuah
kelestarian lingkungan.
B. Saran
Konsep pembelajaran ESD sudah seharusnya di ajarkan kepada siswa SD
maupun SMP dengan memasukan konsep ESD kedalam SK dan KD pada kurikulum.
Dengan demikian guru dapat menentukan materi-materi apa saja yang dapat disisipi
konsep ESD. Seperti yakni: 1) Macam-macam bencana kebumian; 2) Cara mencegah
bencana kebumian; 3) Penyelamatan diri; dan 4) Empati terhadap korban bencana.
DAFTAR PUSTAKA