Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH IPBA

IMPLEMENTASI ESD DALAM PEMBELAJARAN LAPISAN BUMI DAN


BENCANA PADA SISWA SMP

Oleh:

1. Siti Nur Khumaidah (15030184036)


2. Nur Cholimatus Sadiyah (15030184044)
3. Nunik Kunthi Muflikha (15030184094)
Pendidikan Fisika B 2015

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini masalah dunia semakin kompleks dan rumit untuk dituntaskan dengan hanya
satu sudut pandang. Penghuni bumi saat ini menghadapi berbagai masalah seperti
pemanasan global, meluasnya gurun, krisis keragaman hayati, gangguan pada lapisan
ozon dan hutan hujan tropis, polusi air dan udara, serta masalah sosial seperti kemiskinan
di negara berkembang, pertikaian antar agama dan etnis. Semua masalah itu membuat
masyarakat tidak lagi mampu bertahan baik dalam lingkup lokal atau pun global.
Permasalahan dunia tersebut juga dialami Indonesia. Menilik letak geografisnya,
maka wilayah Indonesia rawan terjadi bencana alam. Masih membekas dalam ingatan
semua orang bagaimana bencana tsunami meluluh-lantakkan Aceh, yang disusul gempa
bumi pada tahun 2006 yang memporakporandakan wilayah Yogyakarta. Tanah air kita
memang sunguh-sungguh dihadapkan pada resiko bencana alam yang meningkat dalam
waktu yang bersamaan. Secara geografis Indonesia sangat rawan terjadi bencana alam
baik yang berupa gempa, gunung meletus, banjir, atau tsunami. Pertemuan lempeng
Eurasia dan Indo-Australia berpotensi menyebabkan gempa tektonik, sedangkan curah
hujan yang tinggi berpotensi rawan banjir mengingat banyaknya sungai di wilayah ini.
Bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan kerugian baik korban
jiwa maupun materi. Menurut Bakornas PB (2007), paling tidak ada interaksi empat
faktor utama yang dapat menimbulkan bencana-bencana tersebut menimbulkan banyak
korban dan kerugian besar, yaitu: 1). Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik
bahaya (hazards), 2). Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya
alam (vulnerability), 3). Kurangnya informasi/peringatan dini (early warning) yang
menyebabkan ketidaksiapan, 4). Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya.
Permasalahan kompleks di bumi ini perlu diselesaikan dengan pendekatan
multidisipliner dan multidimensional. Pendidikan yang mengedepankan pentingnya
lingkungan alam sebagai sumber hidup manusia banyak dicetuskan oleh pemikir dan
pendidik dari abad ke-19. Rousseau, Goethe, Froebel, Dewey, Montessori dan Steiner
adalah tokoh-tokoh yang menyatakan pentingnya hubungan integral antara pendidikan
dan lingkungan. Salah satu pendekatan multidisipliner dan multidimensional itu adalah
Education for Sustainable Development
Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan atau Education for Sustainable
Development (ESD) menurut Kemendiknas diartikan sebagai pendidikan yang secara
esensial menyisipkan wawasan dan konsep secara luas, mendalam, dan futuristik tentang
lingkungan global. Konsep ESD adalah pendidikan untuk mendukung pengembangan
berkelanjutan, yaitu pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua
orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan
berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010).
Sebenarnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD-Education for
Sustainable Development) merupakan gagasan yang berasal dari pendidikan lingkungan.
Pemikir lain seperti Mahatma Gandhi merupakan salah satu tokoh yang dianggap ikut
berperan dalam menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk pendidikan lingkungan.
Gandhi sangat fokus pada pengembangan dan konsumsi produk lokal yang memang
sudah tersedia di India pada masa itu, sehingga pemikirannya dianggap sebagai salah
satu masukan yang berarti bagi pendidikan lingkungan yang berkelanjutan.
Untuk bisa mengurangi dampak dari bencana-bencana di atas maka perlu di edukasi.
Salah satu cara pengedukasian masyarakat di daerah rawan bencana adalah dengan
mengimplementasikan ESD dalam pembelajaran tentang bencana yang ada di KD SMP.
Berdasarkan hal tersebut maka penyusun akan mengambil judul “ Implementasi ESD
dalam Pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana Pada Siswa SMP ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana kaitan ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana pada KD
SMP?
2. Bagaimana Implementasi ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana pada
siswa SMP?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya adalah:
1. Mengetahui kaitan ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana pada KD
SMP.
2. Mengetahui Implementasi ESD dalam pembelajaran Lapisan Bumi dan Bencana
pada siswa SMP.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bencana Kebumian
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana Kebumian yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi, bencana
vulkanik, kekeringan, banjir, siklon tropis, badai guruh, dan lain-lain. Bencana alam
adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun
sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian
harta benda maupun korban jiwa manusia (Nugroho. dkk, 2009)
Bencana alam geologi atau kebumian adalah bencana yang terjadi di permukaan bumi
atau disebabkan oleh gerakan atau aktifitas dari dasar bumi yang muncul ke permukaan.
Arti geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang segala hal tentang bumi.
Sehingga macam-macam bencana alam geologi yang terjadi merupakan murni berasal
dari aktifitas di permukaan bumi tidak dipengaruhi oleh manusia ataupun makhluk hidup
lain nya. Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, dan gunung meletus
 Macam-macam bencana alam yang disebabkan oleh alam dan akibatnya
 Gempa Bumi
Gempa bumi adalah guncangan atau getaran yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba lalu menciptakan
gelombang seismik. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng bumi). Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang
bernama Seismometer. Moment Magnitudo adalah skala yang paling umum di
mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala
besarnya lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada daerah-daerah
yang dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam
yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana
alam yang sangat berbahaya.
Gempa bumi terjadi pada tepi lempenganbesar dari kerak bumi.
Selama dua lempengan berdesak-desakan dan terjadi ketegangan posisi.
Lempengan itu secara tiba-tiba terpeleset dan meluncur. Hal ini
mengakibatkan tanah bergoyang. Pada gempa bumi paling buruk, belahan
terbesar mungkin membuka tanah dan menelan gedung, mobil, bahkan
manusia. Selama lempengan bergerak, goncangan bergelombang tinggi terjadi
melaui batuan pada kerak bumi. Hal ini disebut goncangan seismik dan
goncangan ini dapat dirasakan beratus-ratus kilometer jauhnya dari gempa
bumi (Setiawan, Iwan).
 Letusan Gunung Api
Gunung meletus bisa terjadi karena endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-
letusan seperti itulah gunung berapi bisa terbentuk. Letusan gunung berapi
bisa merenggut korban jiwa dan menghabiskan harta benda yang besar.
Gunung meletus merupakan salah satu bencana alam yang sangat dahsyat
karena diakibatkan meningkatnya aktivitas magma yang ada dalam perut
bumi.
Jika gunung akan meletus maka dapat dideteksi dengan cara melihat
aktivitas perkembangannya, mulai dari siaga, waspada, awas dan hingga
puncaknya yaitu meletus. Ketika suatu gunung meletus maka akan
mengeluarkan berbagai macam material-material yang ada di dalam bumi,
mulai dari debu, batu, kerikil, awan panas, kerikil hingga magmanya. Karena
waktu terjadinya gunung meletus dapat diprediksi, maka bisa diberi peringatan
kepada warga agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Magma adalah cairan panas yang keluar dari dalam perut bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, diperkirakan lebih dari 1000 derajat celcius. Magma
yang sudah keluar dalam perut bumi disebut lava. Gunung meletus ternyata
berdampak baik bagi masyarakat, karena 1-2 bulan setelah terjadinya bencana
tumbuh-tumbuhan menjadi lebih subur, karena debu dan material-material
yang dikeluarkan memiliki zat hara yang sangat tinggi.
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa
tanda, antara lain :
a) Suhu di sekitar gunung naik.
b) Mata air menjadi kering
c) Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
d) Tumbuhan di sekitar gunung layu
e) Binatang di sekitar gunung bermigrasi

B. ESD (Education for Sustainable Development)


Pendidikan untuk keberlanjutan (ESD) adalah proses belajar sepanjang hayat yang
bertujuan untuk menginformasikan dan melibatkan penduduk agar kreatif juga memiliki
keterampilan menyelesaikan masalah, saintifik, dan sosial literasi, lalu berkomitmen
untuk terikat pada tanggung jawab pribadi dan kelompok. Tindakan ini akan menjamin
lingkungan makmur secara ekonomi di masa depan. Jadi ESD sangat potensial untuk
menghubungkan jarak yang terpisah antara bisnis dengan kelas yang ada di sekolah, juga
antara kelas di sekolah dengan masyarakat. Sehingga dengan hubungan yang erat,
lingkungan yang merupakan tempat tinggal manusia diharapkan akan terus terjaga dan
mampu mendukung kebutuhan manusia di masa yang akan datang (Segara, Nuansa
Bayu:2015).
Education for Sustainable Development (ESD) merupakan konsep multidisiplin yang
melihat konsep pembangunan dari perspektif Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan. Konsep
ini bukan merupakan konsep yang baru, namun sudah tersirat secara jelas dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 mencakup konsep ini di dalam
paradigma pendidikan nasional, yaitu pendidikan untuk perkembangan, pengembangan ,
dan/atau pembangunan berkelanjutan (PuP3B). Paradigma ini menyebutkan bahwa
pendidikan menghasilkan manusia berahlak mulia, manusia yang menjadi rahmat bagi
semesta alam, yaitu manusia yang memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan
kebutuhan generasi saat ini dan generasigenerasi yang akan datang (keberlanjutan
intergenerasional). Paradigma ini mengajak manusia untuk berpikir tentang keberlajutan
planet bumi dan keberlajutan keseluruhan alam semesta (Kemdiknas, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran guru fisika dalam ESD


Hakikat pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku anak
(Wuryani, 2002; Sagala, S. 2006), yaitu perubahan dari tidak baik menjadi baik, dari
tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakan sesuatu. Salah satu faktor
yang paling berpengaruh dalam perubahan tersebut adalah seorang guru. Guru
memiliki peran penting dalam berlangsungnya pembelajaran dikelas. Guru dapat
menjadi agent of change (agen perubahan) didalam sebuah pembelajaran.
Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan
Undang Undang No.14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen, bahwa kedudukan, peran
dan fungsi guru sangat sentral dalam membangun kualitas pendidikan nasional.
Merujuk pada beberapa peraturan perundangan bidang pendidikan tersebut di atas,
baik berupa Undang Undang, Peraturan Pemerintah sampai Permendiknas, pada era
sekarang dan akan datang setiap guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.
Dari keempat kompetensi tersebut, diharapkan guru dapat menjadi seseorang
yang mempunyai peranan penting dan dianggap sebagai agen perubahan untuk
mencapai masa depan yang lebih baik. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar
menurut Sardiman (2011) ada 9 peran guru yaitu informator, organisator, motivator,
pengarah atau director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, evaluator. Peran
guru dalam ESD (Education of Sustainable Development) melalui mata pelajaran
fisika diharapkan dapat mengajak siswa untuk lebih mengetahui mengenai apa itu
pembangunan berkelanjutan dan bagaimana pembangunan berkelanjutan yang ada di
Indonesia, yaitu salah satunya melalui materi fisika. Pembahasan pembangunan
berkelanjutan dapat dikaitkan dengan ketiga persepektif yang dijabarkan dalam
komponen ESD yaitu sosial-budaya lingkungan hidup, dan ekonomi. Salah satunya,
guru dapat berperan sebagai fasilitator, dengan menciptakan suasana kegiatan
pembelajaran yang kondusif, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi
belajar mengajar berlangsung efektif dan optimal.
B. ESD melalui pembelajaran fisika
Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan belajar. Interaksi dalam proses pembelajaran tidak sekedar hubungan
komunikasi antar guru dan siswa tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak
hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai
pada diri siswa yang sedang belajar (Nuryani R., 2005).
Proses pembelajaran fisika merupakan sebuah sistem. Sistem berarti terdapat
satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara komponen-komponennya. Hal serupa
diperkuat oleh pernyataan Suhardi (2012: 1), bahwa proses pembelajaran (belajar
mengajar) fisika adalah sebagai suatu sistem. Sistem tersebut terdiri dari empat
komponen yang saling mempengaruhi yaitu raw input (masukan mentah : peserta
didik), instrumental input (masukan instrumental), environment (lingkungan), dan out
put (hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan suatu sistem
pembelajaran fisika dimana prosesnya (proses pembelajaran) berada di pusatnya.
Komponen masukan instrumental sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran
fisika berupa kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, dan sarana prasarana
pembelajaran.
ESD atau pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan secara tidak langsung
sudah terdapat di dalam kurikulum atau materi pelajaran di sekolah salah satunya
dalam bidang studi IPA khususnya mata pelajaran Fisika. Hal ini tentunya perlu
adanya peran guru fisika dalam pembelajaran Fisika untuk mengintegrasikan ESD
dalam pembelajarannya. Terkait dengan hal ini, maka tidak hanya guru yang dituntut
untuk berperan aktif dalam aktualisasi ESD dalam pembelajaran namun dibutuhkan
kerjasama yang baik pula dengan sekolah termasuk di dalamnya guru dan warga
sekolah, siswa, masyarakat, serta kondisi lingkungan sekolah.
UNESCO (2012) merumuskan beberapa aspek yang berkaitan dengan
implementasi ESD dalam proses pembelajaran di sekolah seperti yang diilustrasikan
pada gambar 2.
Formal
curriculum

School
School ethos management
practices

Pupils Areas of school


engagement that contribute
School
in decision to teaching and
learning about policies
making sustainability

School and Special


community events
interaction
Real-life
issues

Gambar 2. Whole-School Approach to Sustainability


Sumber : UNESCO (2012)

Berdasarkan gambar 2 tersebut dapat diketahui bahwa sekolah memiliki


kontribusi dalam implementasi ESD yakni:
1. Formal kurikulum yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, perspektif, dan nilai-
nilai yang berkaitan dengan keberlanjutan.
2. Pembelajaran yang meliputi isu-isu dalam kehidupan nyata/ real-life untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Sekolah memiliki etos keberlanjutan yang dapat dilihat dalam perlakuan terhadap
orang lain, sarana prasarana, dan lingkungan sekolah.
4. Manajemen sekolah yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan misalnya pengadaan
barang ramah lingkungan, penggunaan air dan energi, dan pengelolaan limbah
5. Kebijakan sekolah yang menggambarkan ketiga aspek pembangunan berkelanjutan
yaitu sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi
6. Adanya interaksi yang baik antara masyarakat dan sekolah.
7. Pengadaaan kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya yang menunjang
keberlanjutan
8. Siswa berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
Untuk memperkenalkan ESD kepada siswa maka guru perlu melakukan
analisis kurikulum. Analisis kurikulum dilakukan dengan cara mengidentifikasi SK-
KD pada kurikulum KTSP dan KI-KD pada Kurikulum 2013. Dengan demikian guru
dapat menentukan materi – materi apa saja yang dapat disisipi konsep ESD. Berikut
adalah cakupan materi pada mata pelajaran biologi di SMA, yakni: 1) Macam-macam
bencana kebumian; 2) Cara mencegah bencana kebumian; 3) Penyelamatan diri; dan
4) Empati terhadap korban bencana.
Dari materi – materi tersebut dapat dikaitkan dengan isu-isu nyata yang ada di
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menarik minat siswa untuk belajar mengenai
konsep ESD. Pokok bahasan yang tertuang di atas dapat dikaji melalui pendekatan
ESD dimana guru dapat mengintegrasikan strategi, model, dan metode pembelajaran
untuk menunjang pendidikan untuk pembanguanan berkelanjutan. Dengan melihat
prinsip ESD maka kajian ilmu yang disampaikan dalam pembelajarannya pun akan
lebih kompleks dengan menekankan prinsip interdisipliner. Pentingnya ESD dalam
pembelajaran fisika sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara guru fisika
mengintegrasikan ketiga aspek yakni sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan untuk
membahas isu-isu yang dipelajari oleh siswa sehingga dapat memberikan pemahaman
pengetahuan, perspektif, keterampilan, dan nilai-nilai yang relevan untuk
kehidupannya.
ESD masuk dalam kurikulum utama pada pendidikan formal. Beberapa
keuntungan tersebut adalah: 1) siswa mampu menghargai alam dan memiliki rasa
tanggung jawab yang lebih besar dan peduli lingkungan; 2) siswa mampu berpikir
lebih kritis tentang tindakan mereka sendiri sehari-hari dalam kaitannya dengan
kesehatan lingkungan dan keberlanjutannya, 3) siswa mampu menarik hubungan dan
memahami hubungan antara lingkungan dan semua pengetahuan lainnya yang penting
bagi kehidupan masa depan mereka; dan 4) siswa mampu mengembangkan 'kebiasaan
berpikir' sebuah kelestarian lingkungan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mengajarkan konsep ESD kepada siswa terdapat beberapa keuntungan
yaitu: 1) siswa mampu menghargai alam dan memiliki rasa tanggung jawab yang
lebih besar dan peduli lingkungan; 2) siswa mampu berpikir lebih kritis tentang
tindakan mereka sendiri sehari-hari dalam kaitannya dengan kesehatan lingkungan
dan keberlanjutannya, 3) siswa mampu menarik hubungan dan memahami hubungan
antara lingkungan dan semua pengetahuan lainnya yang penting bagi kehidupan masa
depan mereka; dan 4) siswa mampu mengembangkan 'kebiasaan berpikir' sebuah
kelestarian lingkungan.

B. Saran
Konsep pembelajaran ESD sudah seharusnya di ajarkan kepada siswa SD
maupun SMP dengan memasukan konsep ESD kedalam SK dan KD pada kurikulum.
Dengan demikian guru dapat menentukan materi-materi apa saja yang dapat disisipi
konsep ESD. Seperti yakni: 1) Macam-macam bencana kebumian; 2) Cara mencegah
bencana kebumian; 3) Penyelamatan diri; dan 4) Empati terhadap korban bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Listiawati, Nur. 2013. Pelaksanan Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan Oleh


Beberapa Lembaga. https://media.neliti.com/media/publications/120796-ID-
pelaksanaan-pendidikan-untuk-pembangunan.pdf. diakses tanggal 28 Mei 2018
Natalia, Christin. 2017. Bencana Kebumian.
https://www.google.com/search?q=makalah+bencana+kebumian&rlz=1C1RLNS
_enID667ID667&oq=makalah+bencana+kebumian&aqs=chrome..69i57.4483j0j
4&sourceid=chrome&ie=UTF-8#. Diakses tanggal 28 mei 2018
Pembriati, Erly Zhrian. 2015. PENGARUH MODEL PEMBELAJAR TERPADU PADA
PENGINTEGRASIAN MATERI PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM
MATA PELAJARAN IPS SMP TERHADAP PENGETAHUAN DAN KESIAP
SIAGAAN BENCANA. Jurnal GeoEco ISSN:2460-0768 Vol. 1, No. 2 (Juli 2015)
Hal. 170 - 179
Segara, Nuansa Bayu. 2015. Education For Sustainable Development (ESD) Sebuah Upaya
Mewujudkan Kelestarian. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education
Journal, 2 (1), 2015, 22-30
Setiawan, Iwan. Bencana Alam Karena Gejala Alam.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197106041999031
-IWAN_SETIAWAN/bencana_alam.pdf. diakses tanggal 28 Mei 2018
Shantini, Yuni. Penyelenggaraan EfSD Dalam Jalur Pendidikan di Indonesia.
Pedagogia:Jurnal Ilmu Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai