Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENDIDIKAN KONSERVASI

PENANGANAN BENCANA ALAM

MATA KULIAH: PENDIDIKAN KONSERVASI


DOSEN PENGAMPU: ANDI IRWAN BENARDI S.Pd, M.Pd

NAMA:
1. AMIRUL HUDA (5113416005)
2. FIQI FIRMANSYAH (5113416029)
3. MURTAFIAH (3201416050)
4. RETNO SRI PURWANTI (7311416107)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui, wilayah Indonesia beresiko tinggi adanya
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung berapi, dan lain-
lain. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada diantara 3 lempeng yaitu
lempeng Indo- Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng pasifik. Ketiga lempeng tersebut
terus bergerak rata-rata 3-4 cm setiap tahunnya sehinga menyebabkan lempeng-lempeng
tersebut saling berdesakan dan bertubrukan. Tumbukan lempeng bumi menimbulkan
penumpukan stres pada bidang benturan dan saat benturan stres melampaui elastisitas lapisan
batuan lempeng bumi, maka terjadi patahan atau pergeseran.
Terjadinya berbagai bencana yang di negeri ini selalu menyisakan duka bagi rakyat.
Meski banyak retorika dibangun untuk mengatasi hal ini, baik pada masa Orde Baru maupun
pada masa Orde Reformasi. Namun, seringkali tidak diikuti dengan tindakan dan kebijakan
nyata. Peningkatan bencana terus terjadi dari tahun ke tahun. Bahkan, sejak tahun 1988
sampai pertengahan 2007 jumlah bencana di Indonesia mencapai 647 bencana alam meliputi
banjir, longsor, gempa bumi, dan angin topan, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 2022 dan
jumlah kerugian mencapai ratusan miliar. Jumlah tersebut belum termasuk bencana yang
terjadi pertengahan tahun 2006 sampai pertengahan 2007 yang mencapai ratusan bencana dan
mengakibatkan hampir 1000 korban jiwa.
Bencana struktural, bencana alam maupun bencana kemanusiaan terus terjadi. Dalam
tahun 2002 tercatat bencana besar terjadi adalah langganan kebakaran hutan di Pontianak,
Jambi, Palembang, banjir di Jakarta, Jawa Tengah, Semarang, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur dan beberapa lokasi lainnya.
Fenomena banjir bandang dan tanah longsor adalah suatu fenomena alam yang jamak
di muka bumi ini. Secara umum, ketika sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat
kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30% atau lebih dari 27 derajat)
apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir
bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan
Sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan.
Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu saja.
Solusi bagi bencana yang terjadi di Indonesia dikembangkan dari jenis bencana yang
terjadi. Di akhir tahun 2006 hingga awal tahun 2007 ini bencana yang terjadi sebagian besar
disebabkan karena kelalaian manusia, bukan ketidaksengajaan atau karena faktor alam seperti
tsunami yang terjadi di Aceh pada beberapa tahun silam. Secara garis besar, bencana yang
terjadi di Indonesia akhir-akhir ini terjadi akibat kurangnya perawatan yang diberikan pada
alat-alat transportasi (1) dan kelalaian dalam memperhatikan kesinambungan alam (2).
Dalam bencana alam seperti banjir atau tanah longsor, selain mengembangkan wacana
berikut kerja dan antisipasi bencana terkait pelestarian alam, amdal dan penanganan sampah,
pemerintah perlu memaksimalisasi potensi ahli-ahli ilmu meteorologi (cuaca), ekologi
(lingkungan) dan planologi (tata kota). Ada ramalan yang menyebutkan bahwa pemanasan
global akan meninggi hingga beberapa tahun mendatang. Hal ini nyata dan tertuang dalam
geliat alam yang berupa gelombang panas dan hujan lebat yang akan kian sering turun.
Ketiga ilmu ini, yang sangat erat hubungannya dengan alam, menjadi tantangan
tersendiri bagi ahli dan peminat di dalamnya untuk dapat menampilkannya sebagai
peminimal bahkan penangkal bencana. Perlu ada apresiasi yang diberikan pemerintah untuk
meningkatkan keseriusan para ahli ilmu-ilmu ini untuk belajar, bereksperimen, dan bahkan
menimba ilmu dari negera-negara lain dalam menangani bencana.
Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2007, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana
di Indonesia, di mana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor.

Bencana Alam di Indonesia (1998-2007)


Jumlah
Jenis Korban Jiwa Kerugian (juta rupiah)
Kejadian
Banjir 302 1066 191.312
Longsor 245 645 13.928
Gempa bumi 38 306 100.000
Gunung berapi 16 2 n.a
Angin topan 46 3 4.015
Jumlah 647 2022
Sumber : Bakornas PB.

Presentase tersebut berarti bahwa bencana terbesar yang terjadi justru bencana yang bisa
diatasi, diantisipasi kejadian dan resikonya. Bencana banjir dan tanah longsor adalah bencana
yang terjadi bukan hanya karena faktor alamiah alam, namun lebih banyak karena campur
tangan manusia. Bencana banjir dan tanah longsor merupakan bencana yang “bisa
direncanakan”.
Dalam kurun waktu 2007, terhitung bulan Januari 2007 sampai dengan November 2007,
bencana kembali terjadi dengan intensitas yang sangat tinggi. Bencana-bencana besar, seperti
banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan lebih banyak disebabkan oleh salah
kelola lingkungan hidup.

B. Tujuan

Terjadinya berbagai macam bentuk bencana alam yang di Indonesia membuat rakyat
Indonesia prihatin dengan keadaan saat ini, tujuan daripada itu adalah semata-mata untuk
upaya menanggulangi dan kewaspadaan terhadap bencana yang datang pada waktu-waktu
tertentu. Maka dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan
kesadaran bagi pembaca sekalian. Serta sebagai bahan pertimbangan dan uji kreatifitas dalam
pembelajaran pendidikan konservasi. Sehingga dapat lebih peduli dengan lingkungan alam
sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tsunami

Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004

Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,


secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di
laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500–1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombangtsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman
air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak
ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih
lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun
pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki
kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak
hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis danoseanografis sangat tidak
merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang
merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek)
dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam
bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di
Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa
Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.
Penyebab terjadinya tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah
besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi,longsor maupun meteor yang jatuh ke
bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah
beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung
Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang
terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat
merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya
beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa
mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami
akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa
ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan
tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter menyebabkan tsunami

 Gempa bumi yang berpusat Gempa yang di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)

 Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter

 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Langkah-langkah Cara Penanggulangan Tsunami

Langkah-langkah nan patut dipahami tentang cara penanggulangan tsunami , adalah:

1. Evakuasi bala tsunami dilakukan secara intensif.

2. Pengelolaan pengungsi dilakukan secara maksimal dan kontinu.

3. Tanpa lelah dan putus harapan terus dilakukan pencarian terhadap orang hilang, dan
pencarian jenazah.
4. Membuka jalur atau lintasan nan belum tersentuh logistik. Hal ini terjadi di Mentawai
nan sulit dijangkau tim penanganan bencana.

5. Memulihkan secepatnya jaringan komunikasi antar daerah supaya proses pengungsian


dapat berjalan lancar.

6. Segera lakukan pembersihan kota atau daerah nan terkena bencana.

7. Alokasikan dana besar pemerintah buat penanggulangan bencana.

8. Libatkan berbagai elemen masyarakat nan bersedia buat penanganan bala tsunami.

Cara penanggulangan tsunami seperti ini diharapkan akan memberikan hasil nan positif.

B. Tanah longsor

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini
adalah gravitasiyang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor
lainnya yang turut berpengaruh:

 erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam

 lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang


diakibatkan hujan lebat

 gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut

 gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran
debu-debu

 getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir

 berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

Longsor di Garut
Awal Januari 2003 bencana Longsor terjadi Mandalawangi di Garut. Bencana tersebut
menewaskan tidak kurang dari 15 orang dan puluhan rumah rusak berat. Longsor terjadi
karena rusaknya hutan sebagai wilayah penyangga. Tahun 1990 luas hutan di Jabar mencapai
791.519 hektar atau sekitar 22% dari seluruh luas Jabar, jumlah tersebut menyusut drastis
hingga 323.802 hektar tahun 2002 atau sama 9 % dari luas keseluruhan daratan di Prov. Jabar
yang 3.555.502 hektar. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambah, dan Jabar terus akan
rawan terhadap bencana banjir dan tanah longsor.
Berikut adalah cara atau upaya yang bisa kita lakukan dengan berbagai cara mencegah tanah
longsor :

1. Jangan Membuat Kolam Atau Sawah Di Atas Lereng


Ketika kita akan membuat kolam atau sawah diatas lereng sangat diupayakan untuk tidak
membuatnya karena akan semakin meningkatkan peluang terjadinya longsor. Dengan adanya
tebing curam terlebih pada lahan gundul sementara itu diatasnya juga ada kolam dan sawah
yang dipenuhi air tentu membuat daya hidrostatika semakin kuat menekan permukaan tanah
sehingga tanah rentan untuk tergeser merubah dan mengakibatkan terjadinya longsor.

Keadaan gawat akan terjadi jika semua air sawah atau kolam tiba tiba menghilang karena
habis terserap ke dalam tanah. Hal itulah yang sering terjadi sesaat sebelum terjadinya
bencana. (baca : cara mencegah erosi tanah)

2. Tidak Mendirikan Rumah Di Bawah Tebing


Untuk masalah pembuatan rumah carilah lokasi yang masih terbilang aman ketika hendak
membangun sebuah rumah. Jika lokasi sekitar memang berbukit, pilihlah lokasi yang kiranya
aman dari jangkauan luruhan tanah jika terjadi longsor.

Usahakan lokasi bangunan sejauh mungkin dari kaki tebing, contoh jika tinggi suatu tebing
100 meter maka usahakan lokasi rumah atau angunan berjarak minimal 250 meter dari kaki
lereng. Sehingga apabila terjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan tersebut.

3. Jangan Menebang Pohon Di Sekitar Lereng


Jika kit akan menebang pohon disekitar lereng tentunya tidak patut jika melakukan
penebangan pohon yang berada di area lereng atau tebing. Banyak yang tidak mengetahui
bahwa semakin banyaknya pohon maka semakin kuat dan stabil suatu tanah, karena akar-akar
dari pohon-pohon tersebut menyebar dan saling bersinggungan sehingga bisa membantu
tanah tidak mudah longsor karena akan menjadi penahan tanah. (baca : dampak akibat
kerusakan hutan)
4. Jangan Memotong Tebing Secara Tegak Lurus
Ketika ingin mengali tanah dalam jumlah besar untuk keperluan tambang atau lainnya maka
sebaiknya jangan langsung memotong badan lereng secara tegak karena akan mengurangi
daya penahan tanah terhadap tanah yang berada di atasnya. Karena walaupun di atas lereng
masih dipenuhi oleh pohon namun jika badan tebing sudah terpotong secara dalam justru
tanah di bagian bawah yang akan kehilangan penopang sehingga akan mudah menimbukkan
terjadinya penyebab tanah longsor.

5. Tidak Mendirikan Bangunan Di Sekitar Sungai


Semakin tinggi jarak antara bibir tebing terhadap sungai maka akan semakin besar peluang
terjadinya longsor. Terjadinya erosi tanah tidak langsung namun tanah yang terus tergerus
oleh erosi tanah akan menyebabkan semakin habisnya tanah ada di sekitar sungai. Dan jika
saat proses terjadinya hujan pada musim hujan dimana aliran sungai sangat deras dan
volumenya besar maka dengan mudah terjadinya erosi.

6. Membuat Terasering
Jika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk membuat sawah atau ladang maka
sebaiknya buatlah sistem bertingkat sehingga akan memperlambat run off (aliran permukaan)
ketika hujan. Jangan lupa atur drainase supaya tidak ada air yang tergenang di lereng. Dengan
demikian semakin jauh potensi terjadinya tanah longsor.

7. Lakukan Upaya Preventif


Dengan cara mengecek apakah terdapat retakan pada tanah, jika ditemukan maka segera
tutup celah retakan itu dengan tanah lempung supaya tidak banyak air masuk kedalam celah
retakan tersebut. Selain itu dengan menjaga kelestarian vegetasi di sekitar tebing juga
menjadi salah satu upaya pencegahan yang terbukti efektif.

8. Memberikan penyuluhan kepada Masyarakat


Terkait tanah longsor dan bahaya yang mengikutinya. Seringkali penyebab rusaknya kawasan
hutan sekitar lerang karena dilakukannya penebangan pohon oleh masyarakat sekitar yang
memang belum memiliki kesadaran dan pengetahuan mengenai dampak negatif yang akan
terjadi. Dengan memberikan penyuluhan akan membuka wawasan dan kesadaran dari
masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu terjadinya bencana.

9. Harus Ada Intervensi Dari Pemerintah


Upaya penyuluhan kepada masyarakat sekitar akan semakin tepat sasaran ketika dibuat
peraturan tegas terkait pelanggaran aturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus ada
upaya campur tangan dari pemerintah atau pihak berwenang untuk membuat aturan dan
sanksi yang tegas untuk setiap pelanggaran. Dengan demikian akan menekan resiko
terjadinya kerusakan hutan di area lereng.

C. Banjir

Banjir merupakan suatu kondisi dimana terjadi luapan air yang berlebih yang mengakibatkan
terendamnya suatu wilayah. Banjir adalah air dalam volume besar menggenangi sebuah
daerah. Banjir bisa diartikan sebagai aliran air yang tidak dapat lagi tertampung oleh sungai,
laut, danau, dan saluran lainnya. Biasanya air banjir berasal dari sungai atau hujan lebat yang
terus menerus. Saat bencana ini terjadi, banyak orang kehilangan harta benda mereka.
Bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Karena itu, kita harus tahu tentang penyebab
banjir agar bisa mengambil langkah tepat untuk mencegahnya.

Penyebab banjir :

1. Penebangan hutan liar yang menyebabkan hutan gundul


2. Sumpah yang sembarangan dibuang di sungai membuat alirannya mampet
3. Pemukiman di bantaran kali
4. Daerah yang datarannya rendah
5. Curah hujan yang tinggi
6. Drainase yang diubah tanpa mengindahkan Amdal
7. Bendungan yang jebol
8. Salah satu sistem kelola tata ruang
9. Terjadinya tsunami
10. Tanah tidak mampu menyerap air

Akibat banjir :

1. Menyebarnya berbagai bibit penyakit


2. Kehilangan harta benda
3. Ladang, tanaman lahan pertanian yang rusak
4. Banyak korban jiwa akibat banjir bandang
5. Fasilitas umum, sarana prasarana yang rusak
6. Jarang air karena sudah terkontaminasi banjir
7. Pohon-pohon besar yang lama terendam akan mati
8. Dalam jangka panjang, jumlah wisatawan akan menurun
9. Pemulihan kembali daerah bencana yang butuh waktu yang lama
10. Biaya untuk membangun sarana prasarana yang rusak tidak murah
11. Terjadi kenaikan harga karena bahan makanan yang langka

Cara Mengatasi dan Mencegah Banjir Di Indonesia

Banjir menjadi hal biasa buat masyarakat


Indonesia. Hampir tiap tahun Indonesia
selalu mendapatkan masalah banjir dan
sampai saat ini pun belum ada solusi yg
dapat menanggulangi permasalahan ini.
Ketidaksadaran akan bahayanya banjir dan
penyebab-penyebab terjadinya banjir
menjadi penyebab kenapa banjir tersebut
setiap tahun melanda Indonesia.

Menurut Nicholas Stern, pengarang "The Stern Report" (2006) mengenai perubahan iklim:
Negara kepulauan sangat rawan terhadap peningkatan air laut dan badai. Indonesia termasuk
Negara yang amat rawan.
Oleh sebab itu, diperlukan cara-cara efektif untuk mengatasi masalah banjir. Berikut adalah
13 cara mengatasi dan mencegah terjadinya banjir :
1. Membuat Saluran Air yang Baik

Spoiler for Saluran Air yang Baik:

Dibutuhkan adanya sistem irigasi sampai


pembuangan akhir yang jelas. Jangan
sampai akhir saluran air yang ada
berujung pada sebuah sungai mati atau
tidak mengalir, sehingga airnya akan
meluber.
Saluran air yang baik bisa saja berupa
kali besar yang bebas dari tumpukan
sampah berfungsi menerima limpahan
genangan air dari areal perumahan yang
over load karena hujan, saluran air ini
nantinya akan bermuara ke sungai besar di sekitar daerah tersebut.

Saluran air yang baik juga bisa berupa


Terowongan Saluran Air di Bawah Tanah,
yang menjamin semua air hujan akan
disalurkan menuju laut. Sistem yang
seperti ini telah lama diterapkan oleh
Negara berkembang seperti Jepang.

2. Buanglah Sampah pada Tempatnya

Spoiler for Cinta Lingkungan:

Dibutuhkan kedisiplinan warga untuk membuang sampah di tempat sampah dan berakhir di
tempat pembuangan akhir sampah. Pengelolahan sampah di tempat pembuangan akhir
sampah juga sangat diperlukan, karena apabila sampah dibuang secara sembarangan dan
terkena hujan deras, maka sampah tersebut akan mengikuti aliran air sampai sungai. Ini juga
akan menjadi penyebab banjir.
Pengelolahan sampat yang tepat bisa membantu mencegah banjir. Tentu saja harus ada
pemilahan dan pengelolahan yang tepat. Misalnya, dibedakan antara sampah organik dan
sampak anorganik. Sampah organik
seperti potongan sayuran, sisa
makanan yang dapat dijadikan
sebagai pupuk kompos. Sampah
anorganik yang dapat didaur ulang
seperti sampah plastik, kaleng, dan
kertas.

3. Rajin Membersihkan Saluran Air

Spoiler for Kerja Bakti:


Perbaikan dan
pembersihan saluran air
tentu harus ada. Di
wilayah tertentu bisa
diadakan secara gotong
royong. Penjagaan ini
harus dilakukan secara
terus menerus dengan
waktu berkala. Bukan
hanya sampah yang
terbuang di saluran air,
namun juga sampah dari
saluran air seperti
tumbuhan-tumbuhan air
yang telah mati, jika
berkumpul juga akan menghambat saluran air. Tanaman-tanaman di sekitar sungai pun perlu
ditanam sebanyak mungkin yang fungsinya untuk memperkuat bantaran sungai sehingga
mencegah terjadinya longsor di bantaran ke sungai.

4. Mendirikan Bangunan/Konstruksi Pencegah Banjir

Spoiler for Bendungan:


Bendungan, yang memiliki bentuk seperti kolam air raksasa. Fungsinya untuk tempat
menampung air dengan ukuran yang sangat besar. Selain itu, bendungan dapat difungsikan
untuk pengairan, tempat pemancingan, atau tempat untuk pembangkit tenaga listrik.

Tanggul, yang merupakan bangunan yang berbentuk tembok yang memagari pinggiran
sungai. Bangunan ini dibuat untuk mencegah air meluap ke daerah-daerah yang berada di
sekitar sungai.

Kanal air, yang merupakan sungai buatan untuk mengalirkan air sungai sehingga air sampai
ke laut.

5. Menanam Pohon atau Tanaman di Area Sekitar Rumah

Spoiler for Tanam Pohon:

Masalah nyata di kota-


kota besar adalah
sedikitnya jumlah
permukaan tanah yang
memiliki penyerapan air
yang baik, untuk itu
diperlukan sesuatu yang
dapat menyerap air
dengan baik. Salah
satunya adalah dengan
menanam pohon
berbatang besar atau
tanaman yang memiliki
daya serap air tinggi,
seperti tanaman pacar air, pohon mangga, pohon duku, pohon kenanga, dll di areal sekitar rumah
anda. Tanaman dapat menyerap air melalui akar, yang selanjutnya akan diangkut menuju batang dan
daun oleh jaringan xilem. Apabila masing-masing rumah di kampung anda memiliki minimal satu
pohon, maka dapat dipastikan kampung anda dapat terhindar dari banjir.

6. Melestarikan Hutan

Spoiler for Hutan:

Kegiatan pembalakan di
mana perjalanan di daerah
pinggir sungai digemari
menyebabkan tanah terhakis
dan runtuh ke sungai.
Keadaan yang sama juga
terjadi bila aktivitas
pembalakan yang giat
dilakukan di lereng-lereng
bukit. Karena itu
pemeliharaan hutan
merupakan cara yang baik
untuk mengatasi masalah
banjir, karena hutan dapat
dijadikan kawasan tadahan
yang mampu menyerap air
hujan dari mengalir terus ke bumi. Dengan melakukan reboisasi
Hutan dapat berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan
mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai filter dalam
menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada harga
20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dalam sejatan kondensasi.
Hanya dengan ini saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
7. Membuat Lubang Biopori

Spoiler for Biopori:

Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi
banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi
kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), memanfaatkan peran
aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.
Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan
bor tanah. Diameternya cukup 10 cm dengan panjang kira-kira sebesar 100 cm. Semakin
banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir.

8. Membuat Sumur Serapan

Spoiler for Sumur Serapan:

Sumur resapan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam
tanah. Sumur serapan berfungsi untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan
kembali ke siklus air yang semestinya sehingga tidak menggenang di permukaan dan
menyebabkan banjir. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal
dua meter di bawah permukaan air tanah.

9. Proyek Pendalaman Sungai

Spoiler for Mengeruk Sungai:

Kebanyakan kejadian banjir berlaku


karena kecetekan sungai. Jika
sebelumnya sungai mampu mengalirkan
sejumlah air yang banyak dalam sesuatu
masa, kini pengaliran telah berkurang.
Ini disebabkan proses pemendapan dan
pembuangan bahan-bahan buangan.
Langkah untuk menangani masalah ini
adalah dengan menjalankan proses
pendalaman sungai dengan mengorek
semua lumpur dan kekotoran yang
terdapat di sungai. Bila proses ini
dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan
dengan banyak.

10. Penggunaan Paving Stone untuk Jalan

Spoiler for Paving Stone:

Pembangunan jalan setapak


dengan sistem paving block
dapat membuat jalan lebih
mudah menyerap air
dibandingkan dengan
penggunaan aspal, sehingga
apabila hujan turun air banjir
dapat terserap ke dalam tanah
dengan cepat.
Di Negara berkembang seperti
Amerika serikat telah diluncurkan jalan yang menggunakan photocatalytic cement, sebuah
cara paving permukaan terbaru. Jalan inmengandung partikel nano dari titanium dioksida.
Dengan partikel ini, jalan tersebut mampu "memakan" asap dan menghapus gasnitrogen
oksida dari udara. Selain itu, lebih dari 60 persen sisa kontruksi bisa didaur ulang.

D. ANGIN TOPAN
Angin Topan dilaporkan telah menghantam tiga desa di Langka, Sumatera Utara
Minggu sore pada 7 Mei 2012
Angin topan adalah pusaran angin yang sangat kencang yang memiliki kecepatan 120 km/jam
atau lebih. Angin topan sering terjadi di daerah yang memiliki cuaca tropis biasanya berada
diantara garis balik utara dan garis balik selatan. Namun pengecualian untuk daerah-daerah
yang berdekatan dengan garis khatulistiwa. Penyebab terjadinya angin topan adalah karena
perbedaan tekanan yang terjadi dalam sistem cuaca. Angin ini pada umumnya berpusar
dengan radius sampai ratusan kilometer di sekitar daerah yang memiliki sistem tekanan
rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 km/jam.
Angin topan sebenarnya dapat terjadi secara mendadak. Namun, sebagian besar angin topan
terjadi setelah melalui proses selama beberapa jam atau beberapa hari yang dapat di pantau
melalui satelit. Pemantauan melalui satelit bertujuan untuk mengatahui araha angin topan.
Sehingga, pihak yang berwenang dalam hal ini akan dapat memberikan himbauan atau
peringatan. Bagaimanapun, proses terjadinya angin topan adalah hal yang sangat kompleks
sehingga bukan perkara mudah untuk dapat membuat prediksi secara tepat dan akurat.

Penyebab Terjadinya Angin Topan


Angin terjadi karena terdapat perbedaan tekanan atau suhu udara di suatu wilayah atau
daerah. Terjadinya angin berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang diserap oleh
bumi. Daerah yang menerima energi matahari lebih besar akan memiliki suhu udara yang
lebih panas. Kemudian, daerah ini juga memiliki tekanan udara yang cenderung lebih rendah.
Lalu akan terjadi perpindahan aliran udara pada wilayah yang lebih banyak menerima energi
panas dengan wilayah yang lebih sedikit menerima energi panas.
Berikut adalah penjelasan mengenai penyebab terjadinya angin topan. Angin topan terjadi di
laut sekitar khatulistiwa. Wilayah ini kurang lebih berada pada 5° LU. Di wilayah ini, suhu
air laut hangat sampai melebihi 27° C. Jika suhu air laut memanas, maka udara akan naik.
Karena banyak udara yang naik, maka tekanan udara di atas lebih tinggi dibanding dengan
tekanan udara di bawah. Lama-kelamaan, udara yang naik akan mendingin lalu turun.
Sementara itu, udara yang menghangat naik. Proses naik dan turunnya udara ini terjadi
berulang-ulang. Hal ini menghasilkan tekanan uap yang sangat besar dan suhu udaa menjadi
sangat rendah. Kemudian, akan menghasilkan gumpalan udara yang berputar yang disebut
angin topan.
Angin topan merupakan pusaran angin yang sangat kencang hingga mencapai kecepata 120
km per jamnya hingga pada level tertinggi bisa mencapai 250 km per jamnya. Angin topan ini
banyak ditemui di daerah pembagian musim yang berikilim tropis yang berada di antara
garis balik selatan dan utara. Namun angin topan ini tidak melanda pada daerah yang
berdekata dengan garis khatulistiwa. Oleh karena itulah angin topan sangat jarang terjadi di
Indonesia karena Indonesia berada persis di garis khatulistiwa.

Berikut adalah beberapa penyebab angin topan yang dapat merusak bumi :

1. Angin topan terjadi karena adanya tekanan udara yang sangat berbeda sehingga
tekanan udara tersebut membuat sebuah pusaran dalam sistem cuaca. Angin topan ini lebih
banyak terjadi di samudera karena tekanan udaranya yang lebih berbeda dibandingkan
dengan yang ada di daratan. Biasanya angin topan lebih berpotensi muncul saat musim
kemarau pada siang hari dimana suhu sedang mencapai puncaknya sedangkan suhu di dalam
samudera tidak bisa mengimbanginya oleh karena itu di samudera angin topan menjadi hal
yang sudah biasa terjadi.

2. Lebih jelasnya angin topan terjadi karena pada saat tengah hari saat suhu udara
menjadi sangat panas, lapisan atmosfer bumi juga akan menerima suhu panas yang lebih
besar namun tekanan udaranya rendah. Karena hal itulah maka akan terjadi perpindahan
tekanan udara dari tempat yang memiliki suhu rendah menuju tempat yang memiliki suhu
tinggi sehingga terjadilah pusaran angin yang disebut sebagai angin topan.

3. Angin topan ini sering terjadi di wailayah samudera yang dekat dengan garis
khatulistiwa seperti samudera pasifik dan laut atlantik. Pada saat tengah hari, suhu akan
mencapai lebih dari batas normal yaitu sebesar 27 derajat naik sedemikian rupa sehingga
membuat suhu permukaan laut menjadi lebih tinggi dibandingkan denga suhu yang berada di
dalam air. Hal ini akan membuat penguapan yang sangat besar dan cepat, pada proses
penguapan tersebut juga terjadi proses pembekuan sehingga menyebabkan pusaran angin
yang bergerak cepat.

4. Angin topan atau di Indonesia juga dikenal sebagai angin badai biasanya datang
secara mendadak namun sebelum itu telah terjadi proses pembentukan pusaran angin yang
berlangsung selama beberapa jam. Jadi, sebenarnya untuk menghindari angin topan ini bisa
dilakukan asalkan sudah ada alat deteksi angin topan. Apalagi saat ini sudah ada teknologi
satelit yang bisa mendeteksi adanya perbedaan suhu dan lainnya yang memungkinkan bisa
memetakan wilayah mana yang berpotensi terjadi angin topan. Teknologi ini sudah dimiliki
oleh negara yang menjadi langganan angin topan sehingga bisa melakukan deteksi dini dan
bisa mengupayakan proses mitigasi bencana lebih awal.

5. Namun karena adanya kerumitan dalam hal cuaca dan udara yang sedemikian rupa,
adakalanya angin topan sangat sulit di deteksi keberadaannya. Jika angin topan berada di
samudera atau laut mungkin sudah biasa karena korban yang ditimbulkan tidak banyak
bahkan tidak ada. Namun yang dikhawatirkan adalah jika angin topan terjadi di daratan yang
memiliki pemukiman warga maka ini sangat berbahaya dan perlu dilakukan perlindungan
secepatnya dan bisa menjadi penyebab tanah longsor.

Tanda-tanda Angin Topan


 Tanda-tanda akan terjadinya angin topan di suatu wilayah dapat diidentifikasi seperti
terjadinya peningkatan suhu yang sangat drastis selain itu juga disertai dengan petir atau kilat
yang cukup kuat.

 Tanda lainnya yang bisa dideteksi adalah burung atau kumpulan hewan lain yang
berkumpul dan menjauhi pantai bersama-sama, jika sudah ada tanda ini sebaiknya anda tidak
mendekati area laut.

 Tanda lainnya adalah angin yang sangat cepat dan angin tersebut terasa kering serta
panas selain itu jika menyentuh badan akan terasa tidak nyaman.

 Bukan itu saja namun tanda lainnya yang bisa dilihat adalah munculnya jenis jenis
awan seperti awan cumulus atau awan putih hampir perak yang bergerombol sangat tebal di
langit. Durasi pembentukan pusaran angin mungkin akan membutuhkan waktu hingga 1 jam
lamanya dan ini juga biasanya disertai dengan angin kencang sehingga pohon dan ranting
juga ikut bergoyang kencang.

E. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu
wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu.
Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah
skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala
Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur
pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka
valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7
lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada
kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun
tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar
adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah
gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada
modifikasi Skala Mercalli.

Berdasarkan Penyebab

Gempa bumi tektonik

Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga
yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi
tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat
tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

 Gempa bumi tumbukan


Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi,
jenis gempa Bumi ini jarang terjadi

 Gempa bumi runtuhan


Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

 Gempa bumi buatan


Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

 Gempa bumi vulkanik (gunung api)


Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi
tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

Berdasarkan Kedalaman

 Gempa bumi dalam


Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km
di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak
terlalu berbahaya.

 Gempa bumi menengah


Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km
sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

 Gempa bumi dangkal


Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari
60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar

Penyebab Terjadinya Gempabumi


Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan
lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa
Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan
litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung
berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air
yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang
juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada
beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir,
gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Jenis-jenis Patahan(Fault)
Fault atau patahan merupakan suatu gejala adanya pergeseran lapisan batuan akibat
gaya geologi.
Ciri paling mudah untuk melihat struktur patahan pada lapisan batuan adalah adanya bidang
offset pada batuan tersebut. Batas bidang patahan dinamakan bidang sesar. Di Indonesia
patahan yang terkenal adalah Patahan Semangko yang membujur dari ujung utara Sumatera
hingga Lampung. Patahan Semangko terbentuk karena desakan lempeng indo australia ke
dalam lempeng eurasia sehingga pulau sumatera terbelah. Sesar membagi lapisan batuan
menjadi 2 block yaitu Hanging wall dan Foot wall. Hanging wall adalah block batuan yang
terletak di atas bidang sesar sedangkan Foot wall adalah block yang terdapat di bawah bidang
sesar. Untuk memudahkan mengenali mana itu hanging wall atau foot wall, lihat saja blok
batuan yang bentuknya seperti telapak kaki itu adalah foot wall. Dalam lingkungan fault
biasanya terdapat lapisan batuan yang turun yang disebut graben, atau lapisan yang naik
disebut horst.
Jenis Sesar dapat dikategorikan menjadi beberapa macam berdasarkan gerakannya
yaitu
1. Normal Fault
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan batuan bergerak
dengan arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall). Ciri dari patahan ini adalah
sudut kemiringan besar hingga mendekati 90 derajat.

2. Reserve Fault
Merupakan patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding hanging wall.
Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari 45 derajat.

3. Strike Fault
Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah patahan
mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan arah mendatar namun
sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal. Bila gerakan patahan ke kanan di sebut
sesar geser sinistrial dan bila ke kiri dinamakan sesar geser dekstral.

Struktur faults terbentuk karena adanya gaya endogen kerak bumi berupa tekanan-tekanan
pada dinding lapisan batuan. Gempa berskala rendah juga sering terjadi pada zona ini. Di
zona patahan ini sering ditemukan fenomena seperti gawir, air terjun, sungai berpola
rektangular dan cebakan minyak/gas.

Skala Richter
Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo
maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat
gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi
(seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya,
amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10
pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh
fisikawan Charles Richter. Persamaan dasar yang digunakan adalah:
Di mana A adalah ekskursi maksimum dari seismograf Wood-Anderson
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan
perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping
ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh
seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-
P dan gelombang-S(dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat
gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping ini dicontohkan
sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter dan selisih
antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis dari
titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan
memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah
Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk
gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo
gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini
menjadi tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter
seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang
magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam
pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang
lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.

Akibat Gempabumi

 Bangunan roboh

 Kebakaran
 Jatuhnya korban jiwa

 Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus

 Tanah longsor akibat guncangan

 Banjir akibat rusaknya tanggul

 Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami

PERSIAPAN
MENGHADAPI GEMPABUMI
 Sebenarnya, yang lebih penting dalam menghadapi gempabumi adalah bagaimana
menghindar supaya tidak terkena dampak, baik langsung maupun tidak langsung dari
bencana gempabumi.
 Apabila tidak memungkinkan menghindar dari bencana, tindakan yang perlu
dilakukan adalah usaha untuk mengurangi agar korban bencana sekecil mungkin
(mitigasi).
 Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan sosialisasi melalui pendidikan
informal maupun formal, yaitu dengan memasukkan pengetahuan tentang geologi dan
gempabumi ke dalam kurikulum di pendidikan dasar maupun menengah
 Dengan memasukkan pengetahuan geologi ke dalam kurikulum formal, selain
merupakan usaha mitigasi, siswa juga akan memahami potensi bencana geologi yang
lain serta memahami potensi sumber daya geologi.
 Memahami sumber daya geologi tidak kalah pentingnya dengan mitigasi bencana
geologi, yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan sustainabilitas sumber
daya geologi dan menjaga kelestarian lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari berbagai fakta yang ada jelas terlihat bahwa bencana besar yang terjadi tidak serta
merta datang, namun didahului oleh adanya eksploitasi lingkungan, adanya kebijakan yang
tidak memenuhi aspirasi masyarakat, serta tidak adanya manajemen bencana dari pemerintah.
Bencana-bencana tersebut seharusnya tidak perlu terjadi dan bisa diminimalisir oleh
pemerintah seandainya pemerintah berbesar hati untuk tidak mencampakkan alam dengan
dalih kebijakan pembangunan atau devisa. Sungguh bencana tersebut adalah bencana yang
terencana.

Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan
laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Tsunami dapat disebabkan karena adanya gempa bumi
yang berpusat di dasar laut, letusan gunung berapi yang berada di laut, longsor bawah laut
dan hantaman meteor di laut.
Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan
masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Tanah longsor dapat disebabkan oleh gempa bumi, erosi, getaran,
beban yang terlalu berat, gunung berapi.
Banjir merupakan suatu kondisi dimana terjadi luapan air yang berlebih yang
mengakibatkan terendamnya suatu wilayah. Penyebabnya adalah hutan yang ditebang secara
sembarangan, saluran air yang tidak berfunsi sebagaimana mestinya, pembuangan sampah
bukan pada tempatnya.
Angin topan adalah pusaran angin yang sangat kencang yang memiliki kecepatan 120
km/jam atau lebih. Angin topan terjadi karena adanya tekanan udara yang sangat berbeda
sehingga tekanan udara tersebut membuat sebuah pusaran dalam sistem cuaca.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).

3.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah pembahasan makalah ini adalah :
1. Kepada pemerintah agar meningkatkan manajemen bencana agar sedini mungkin dapat
diantisipasi terjadinya bencana alam di Indonesia.
Kepada masyarakat agar lebih menjaga lingkungan karena bagaimanapun bencana yang
terjadi tidak terlepas dari kerusakan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Prager Ellen J. Ph.D.,2010, Furious Earth, MC. Graw-Hill

Ikawati Yuni dkk. 2005. Perpustakaan Nasional : Katalog dalam terbitan (KDT).
P.T.Kompas Media Nusantara. Jakarta:

http://ilmugeografi.com/fenomena-alam/penyebab-angin-topan

http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/cara-mencegah-tanah-longsor

http://www.binasyifa.com/449/30/27/langkah-langkah-cara-penanggulangan-tsunami.html

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/05/07/m3nbgf-angin-
topan-hantam-ratusan-rumah-di-sumatera-utara

http://ilmugeografi.com/bencana-alam/penyebab-banjir

http://www.kaskus.co.id/thread/509dcf05601243534e000086/13-cara-mengatasi-dan-mencegah-
banjir-serba-13/

https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir

https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor
https://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami

https://adipawapeling.wordpress.com/2014/01/04/makalah-bencana-alam/

http://www.duniapelajar.com/2014/08/19/penyebab-terjadinya-angin-topan/

http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/gunung/penyebab-gunung-meletus

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi

Anda mungkin juga menyukai