Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH MITIGASI BENCANA

BENCANA GELOMBANG PASANG

OLEH :
PUTRI CAHYANINGTYAS I
26050117140029
OSEANOGRAFI B

DOSEN PENGAMPU :
Ir. ALFI SATRIADI, M.Si

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
DASAR TEORI

 Gelombang
Gelombang merupakan suatu fenomena naik-turunnya permukaan laut, dimana
energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah pantai. Kata
gelombang umumnya digunakan untuk gelombang yang dibangkitkan oleh angin. Pada
hakekatnya fenomena gelombang laut menggambarkan transmisi dari energi dan momentum.
Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya
pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin
sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak
gelombang. Sebaliknya dalam keadaan di mana
badai yang besar dapat menimbulkan suatu
gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu
kerusakan di daerah pantai. Gelombang laut
umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun
masih ada faktor lain yang dapat menimbulkan
gelombang di laut seperti aktifitas seismik di dasar
laut (gempa), letusan gunung api, gerakan kapal,
gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari)
(Azis, 2006).
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada
gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang anginyang dibangkitkan oleh
tiupan angin dipermukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik – menarik
benda – benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelobang tsunami terjadi
karena letusan gunung berapi atau gempa di laut. gelombang dapat menimbulkan energy untuk
membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan
sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya – gaya yang bekerja pada bangunan pantai
(Triatmodjo,1999).

 Pasang Surut
Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda
astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang
mempengaruhi pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk
garis pantai dan topografi dasar perairan (Hidayat, 2009).
Gaya-gaya pembangkitan pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara
bumi, bulan dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan
memandang suatu sistem bumi-bulan; sedangkan untuk sistem bumi-matahari penjelasannya
adalah identik. Dalam penjelasan ini dianggap bahwa permukaan bumi, yang apabila tanpa
pengaruh gaya tarik bulan, tertutup secara merata oleh laut (bentuk permukaan air adalah
bundar) Rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air laut di khatulistiwa lebih tinggi daripada di
garis lintang yang lebih tinggi. Tetapi karena pengaruhnya yang seragam di sepanjang garis
lintang yang sama, sehingga tidak bisa diamati sebagai suatu variasi pasang surut. Oleh karena
itu rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut. Di dalam penjelasan pasang surut ini dianggap
bahwa bumi tidak berrotasi ( Triatmodjo, 1999).

 Gelombang Pasang
Menurut BPNB (2019), Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi
batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah
pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang atau topan,
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun
matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Gelombang pasang sangat
berbahaya bagi kapalkapal yang sedang berlayar
pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan
kapal-kapal tersebut. Jika terjadi gelombang pasang
di laut menyebabkan tersapunya daerah pinggir
pantai atau disebut dengan abrasi. Gelombang
pasang terjadi karena adanya angin topan,
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena
pengaruh gravitasi bulan atau matahari. Gelombang
pasang berbeda dengan Tsunami. Perbedaan
gelombang pasang dan tsunami dilihat dari tanda-tanda awalnya, dimana gelombang pasang
terjadi secara perlahan dan diikuti oleh cuaca yag ekstrem serta angin yang kencang.
Sedangkan Tsunami terjadi secara tiba-tiba dengan ditandai oleh air yang surut secara
mendadak dan biasanya diawalui terlebih dahulu dengan gempa dan suara gemuruh.
Menurut Aritama dan Dharmadiatmika (2019), Gelombang pasang normalnya terjadi
hampir setiap bulan saat terjadi malam bulan purnama, namun biasanya tidak sampai
berpotensi menjadi bencana. Bulan purnama membawa pengaruh gravitasi yang tinggi,
sehingga mempengaruhi besarnya pasang yang terjadi. Dalam beberapa kasus purnama, salah
satu jenis purnama yang sangat berpotensi menyebabkan bencana gelombang pasang adalah
jenis buan purnama Supermoon. Bulan Supermoon adalah kondisi bulan penuh dengan
keberadaannya yang terdekat dengan bumi, hal ini lah yang menyebabkan besarnya nilai
gravitasi yang menghasilkan pasang tinggi. Bencana gelombang pasang beberapa kali terjadi
di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri, baru-baru saja terjadi gelombang pasang yang
menyerang daerah Anyer, Banten dan sekitarnya. Bencana tersebut merenggut banyak nyawa
dan materiil. Bencana gelombang pasang tersebut terjadi pada tanggal 22 Desember 2018
yang juga bertepatan saat terjadinya Supermoon, sehingga dipecayai penyebab terjadinya
gelombang pasang tersebut dapat dipengaruhi oleh fenomena supermoon. Dalam skala kecil,
gelombang pasang yang terjadi di daerah dataran dapat menyebabkan banjir rob pada sekitar
wilayah perairan tersebut.

 Badai Bangladesh
Bangladesh adalah negara bencana dengan luas sekitar 147.570 km2 populasi dekat
sekitar 160 juta. Pengaturan geografis dan meteorology. Karakteristik negara ini rentan
terhadap berbagai bahaya / bencana geo-bahaya dan hidrometeorologis. Bencana utama yang
terkait di negara ini adalah banjir, topan, kekeringan, gelombang pasang, tornado, atau '-barat
barat, gempa bumi, erosi sungai, api, keruntuhan infrastruktur, kontaminasi arsenik air tanah,
air, air dan salinitas tanah, gelombang dingin, keruntuhan bangunan, epidemi dan berbagai
bentuk polusi dll. Peristiwa ini disebut sebagai bencana ketika mereka berdampak buruk pada
seluruh lingkungan, termasuk manusia, tempat penampungan dan sumber daya penting untuk
mata pencaharian. Bangladesh adalah negara dataran rendah delta dan dataran rendah di Asia
Selatan. Sebagian besar negara tertutup dengan tanah aluvial yang rata, belum ada bukit di
bagian tenggara. Bangladesh memiliki tropis iklim muson ditandai oleh variasi luas dalam curah
hujan, suhu tinggi, dan kelembaban tinggi. Tiga musim utama umumnya diakui: musim panas
yang panas dan lembab dari Maret hingga Juni; musim hujan yang panas, lembab dan hujan
dari Juli hingga November; dan musim dingin yang hangat dan panas dari Desember hingga
Februari. Sistem cuaca tidak selalu favorit. Karena sistem cuaca buruk ini, Bangladesh menjadi
korban terburuk pengalaman / bencana alam seperti topan tropis, pasang surut, banjir, tornado,
tepi sungai erosi, gempa bumi dll terjadi di Bangladesh yang menyebabkan hilangnya banyak
nyawa dan properti. Sejumlah besar orang miskin tinggal di daerah selatan yang rentan
sabuk pesisir Bangladesh. Kerentanan itu sangat menyedihkan atau menyedihkan yang mereka
miliki untuk pergi dan menetap di tanah yang baru dipuji di Teluk Benggala dan sekitarnya
yang sering dilanda gelombang pasang atau siklon yang menghancurkan. Dampak buruk
semua bahaya alam yang memengaruhi kondisi sosial ekonomi perlu dikurangi agar
berkelanjutan pengembangan. Menyadari kenyataan ini, Pemerintah Bangladesh telah
mengimplementasikan banyak rencana dan program untuk pengurangan bencana melalui
manajemen bencana (Miyan, 2017).
Badai topan dan gelombang badai adalah kejadian tahunan atau berulang yang umum
terjadi selama periode premonsun dan periode monsun yang mundur di sepanjang sabuk pantai
Bangladesh Istilah siklon berasal dari kata Yunani "kyklos" yang berarti gulungan ular. Secara
teknis, topan adalah area bertekanan rendah di mana angin kencang bertiup di sekitar pusat di
arah berlawanan arah jarum jam di belahan bumi utara dan arah searah jarum jam di belahan
bumi selatan. Topan, terkadang dikaitkan dengan badai lonjakan telah menjadi perhatian bagi
Bangladesh. Selama periode 1891-98, sekitar 178 topan parah dengan kecepatan angin lebih
dari 87 kilometer per jam (km / jam) terbentuk di Teluk Benggala, menyebabkan hilangnya
banyak nyawa dan kehancuran milik. Dari tahun 1970-98, ada 38 topan dahsyat yang parah.
Topan yang parah 12 November 1970 menelan korban 500.000 nyawa manusia dan
menambah kerusakan property dari satu milyar USD. Hampir 90% perikanan laut mengalami
kerugian besar. Dulu memperkirakan bahwa sekitar 46.000 nelayan darat yang beroperasi di
wilayah yang terkena dampak topan hilang hidup mereka (Choudhury, 2009). Topan April 1991
menimbulkan kerusakan material sekitar USD 2,4 miliar dan korban manusia berjumlah sekitar
140.000. Mempertimbangkan fakta bahwa topan ini lebih menakutkan daripada topan 1970 dan
populasi di Indonesia wilayah pesisir hampir dua kali lipat selama dua puluh tahun terakhir,
korban 500.000 orang di Kalimantan 1970 akan sesuai dengan angka kematian satu juta jiwa
saat ini. Selain itu, gelombang badai adalah kenaikan yang tidak biasa dalam air laut yang
terkait dengan tropis topan yang berasal dari Teluk Benggala dan juga membawa kerusakan
parah di pesisir sabuk. Topan tahun 1876, 1919, 1961, 1963, 1965, 1970 dan 1991 sangat
parah (Rahman, et al., 2017).
CONTOH KASUS

 Lokasi
Salah satu gelombang pasang yang pernah menarik perhatian dunia adalah Gelombang
Pasang yang terjadi di Pakistan Timur atau yang saat ini dikenal dengan Bangladesh dan
sekitar India Bengal Barat pada 13 November 1970.

 Penyebab
Gelombang pasang yang terjadi di Bangladesh
dipicu oleh Bhola Cyclone atau angin topan Bhola yang
terjadi di sekitaran Pakistan Timur dan India Bengal
Barat. Siklon Bhola mulai muncul pada 3 November
1970 dan hilang serta terjadi puncak siklon pada 13
November 1970 di sekitaran teruk bengal kemudian
berjalan ke arah utara dengan kecepatan 185 km/jam

 Skala Bencana
Skala Bencana Gelombang Pasang Bangladesh 1970 masuk ke dalam bencana dunia
dikarenakan efeknya yang mempengaruhi beberapa negara juga dikarenakan Bhola Cyclone
yang menyebabkan terjadinya gelombang pasang ini merupakan siklon mematikan yang
pernah tercatat sekaligus merupakan bencana alam yang sangat mematikan. Tingginya skala
bencana dikarenakan luasnya daerah yang terdampak. Bencana gelombang pasang
Bangladesh ini berdampak pada satu negara penuh dan beberapa negara sekitarnya, seperti
India yang umumnya berada di pesisir

 Dampak yang Ditimbulkan


Lebih dari 3,6 juta orang terkena dampak langsung gelombang pasam, dan total
kerusakan akibat badai diperkirakan mencapai $ 86,4 juta (USD 1970, $ 450 Juta USD 2006).
Orang-orang yang selamat mengklaim 85% rumah di daerah itu hancur atau rusak parah,
dengan kerusakan terbesar terjadi di sepanjang pantai. Sembilan puluh persen nelayan laut di
wilayah ini mengalami kerugian besar, termasuk penghancuran 9.000 kapal penangkap ikan
lepas pantai. Dari 77.000 nelayan darat, 46.000 tewas oleh topan, dan 40% dari yang selamat
terkena dampak parah. Kerusakan juga terjadi di sektor pertanian dengan hilangnya tanaman
senilai $ 63 juta dan 280.000 sapi. Menurut salah satu Pilot yang melintas di atas kota Bhola
setelah kejadian ini, kota Bhola terlihat sangat rata semuaya.
Beberapa percaya bahwa
sebanyak 500.000 hingga 1 juta
orang tewas. Penyakit dan kelaparan
merajalela di seluruh wilayah dalam
beberapa minggu setelah badai dan
gelombang pasang, karena
pemerintah tidak mampu menangani
skala upaya bantuan yang diperlukan.
Hampir 1 juta orang kehilangan
tempat tinggal, setengah juta ternak
tewas dan jutaan hektar sawah
dihancurkan.
Wilayah yang paling terkena dampak gelombang pasang ada lah pulau Hatia, Sandwip,
Kutubdia dan Dubla serta districts Noakhali, Barisal dan Chittagong. Hatia, di Delta Gangga,
melaporkan 5.000 orang tewas. Sebuah laporan sebelumnya tentang jumlah kematian di
pulau itu, yang memiliki populasi 120.000, didasarkan pada pesan dari hakim yang
mengatakan "setengah dari penduduk pulau itu mungkin tenggelam." Pesan itu mengatakan
bahwa setengah dari 242 mil persegi pulau itu memiliki berada di bawah 20 kaki air selama
delapan jam. Di Dubla, sebuah pulau di Teluk Bengal di selatan pelabuhan Mungla, hampir
15.000 peziarah Hindu yang menghadiri festival keagamaan pada awalnya diyakini
tenggelam, tetapi laporan resmi mengatakan tidak ada korban yang diketahui di pulau itu. Di
distrik Noakhali, sekitar 340 mayat dihitung di pulau kecil Dudharam. Beberapa kapal laut di
Chittagong dan Mungla dilaporkan rusak oleh badai. Bandara-bandara di Chittagong dan di
Cox's Bazar dikatakan berada di bawah tiga kaki air selama beberapa jam Jumat pagi, dan
menara kontrol di Bandara Chit tagong rusak parah. Ribuan sapi mati dilaporkan
mengambang pada lebih dari satu kilometer pasir wilayah India. Namun untuk jumlah pasti
korban hingga sekarang belum juga dapat diketahui akibat sulitnya akses ke pulau-pulau kecil
pada saat itu.
MITIGASI BENCANA

 Pra Bencana
Departemen Meteorologi Bangladesh (BMD) adalah sumber peringatan topan di
Bangladesh. BMD menghasilkan peringatan dan meneruskannya ke media publik dan unit
kesiapsiagaan untuk diseminasi dan tindak lanjut tindakan pada interval berkala. Ada sistem
peringatan terpisah untuk pelabuhan laut dan pelabuhan sungai. Ada kelemahan utama dalam
sistem peringatan topan negara ini. Siklon yang ada sistem peringatan di Bangladesh bukanlah
sesuatu yang mudah dimengerti, hampir tidak dapat dipahami bahkan untuk sebagian besar
orang berpendidikan. Bahasa buletin cuaca khusus yang dikeluarkan pada saat munculnya
pembentukan topan dan disebarluaskan melalui radio dan televisi tidak sederhana, sebagai
akibatnya pesan yang dibawanya sering gagal menjangkau masyarakat umum. Dalam cuaca
buletin, ketinggian badai hanya diperkirakan tanpa memberikan informasi tentang panggung
(mis., pasang / surut dan pasang / surut) selama pendaratan topan di pantai. Itu sistem
peramalan / peringatan tidak meramalkan intensitas curah hujan dari yang mendekat topan.
Akhirnya, keakuratan prediksi / peringatan kedatangan / pendaratan topan tidak diragukan lagi.
Di masa lalu, banyak peringatan tentang kedatangan dan kegagalan yang merusak topan tidak
akurat. Beberapa masalah ini sedang dibahas dalam ulasan terbaru tetapi perubahan yang
sebenarnya masih ditunggu.

 Pada Saat Bencana


Mitigasi bencana yang dilakukan pada saat terjadinya bencana adalah dengan evakuasi
warga pesisir menuju ke daerah yang memiliki lokasi lebih tinggi. Sebelum terjadinya bencana
gelombang pasang, di Bangladesh sendiri sudah
sering terjadi cyclone sehingga saat bencana
gelombang pasang, masyarakat telah dievakuasi
terutama yang tinggal di pesisir. Namun, proses
evakuasi pada tahnun 1970 tidak berjalan dengan
lancer dikarenakan terhambatnya proses komunikasi
berita gelombang pasang ke telinga masyarakat
sehingga proses evakuasi tidak berjalan maksimal.
Jumlah korban yang banyak mengindikasikan sulitnya
proses evakuasi yang dilakukan. Gelombang pasang
selalu terjadi setiap saat, sehingga terkadang sulit membedakan apakah gelombang pasang
hanya pada taraf normal ataupun berpotensi menjadi bencana skala besar yang mendekati
Tsunami saat terjadi gelombang pasang, mitigasi yang dilakukan adalah berlari ke arah tegak
lurus menjauhi pantai ke tempat atau daerah yang tinggi. Apabila terlanjur berada di daerah
pantai, tempat berlindung yang teraman adalah berlindung pada bangunan yang memiliki arah
bentuk bangunan tegak lurus.

 Pasca Bencana
Mitigasi pasca bencana gelombang pasang
adalah lebih kearah perbaikan fasilitas umum dan
rumah-rumah warga. Mitigasi pasca lainnya adalah
perbaikan struktur fasilitas umum yang
berhubungan dengan mitigasi pra bencana, seperti
membuat peta jalur evakuasi apabila terjadi
bencana kembali, kemudian membuat jalur
evakuasi di pantai yang mengarah ke tempat yang
lebih tinggi. Kemudian pemerintah berkewajiban
untuk membantu pembangunan kembali rumah-
rumah warga yang lebih tahan terhadap bencana
gelombang pasang.
DAFTAR PUSTAKA

Aritama, Anak Agung Ngurah Dan I Made Agus Dharmadhiatmika. 2019. Penanganan Bencana
Pohon Tumbang Dalam Konteks Manajemen Perkotaan Di Kabupaten Badung. Jurnal
Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas – Vol. 3, Edisi Khusus 1
Azis, Muhammad Furqon. 2006. Gerak Air Di Laut. Jurnal Oseana Volume Xxxi, Nomor 4
BPNB. 2019. Gelombang Pasang.
Hidayat, N. 2009. Kajian Hidro-Oseanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik Di Pantai. Jurnal
Smartek. Volume Iii.Nomor 2: 73 – 85 Hlm.
Miyan, Professor M Alimullah. 2017. Cyclone Disaster Mitigation In Bangladesh. South Asian
Disaster Management Center (Sadmc) Iubat—International University Of Business
Agriculture And Technology Dhaka, Bangladesh
Rahman, M Hasinur , Md. Sadequr Rahman And M Mostafizur Rahman. 2017. Disasters In
Bangladesh: Mitigation And Management. Barisal University Journal Part 1, 4(1):139-
163
Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai