Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung api, baik yang aktif
maupun yang tidak aktif, di darat atau di laut. Gunung api di Indonesia terbentang dari
barat ke timur dari Sumatera, Jawa sampai Laut Banda. Semua gunung itu berada
dalam satu rangkaian Busur Sunda. Selain itu, gunung api terdapat di Sulawesi Utara,
Halmahera dan lainnya. Karena satu rangkaian, mekanisme masing-masing gunung
pun kurang lebih sama atau karakternya kurang lebih sama juga. Mekanisme terjadi di
bawah laut. Tepatnya di lapisan litosfer bumi, tempat terjadinya subdaksi atau
penunjaman akibat pergeseran lempeng India-Australia, yakni tempat Indonesia dan
gunung itu berada.
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat
besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari
letak Negara Indonesia yang berada pada jalur gunungapi dunia. Berdasarkan data
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Indonesia memiliki 13%
jumlah gunungapi yang ada di dunia atau 129 buah gunungapi, selain itu berdasarkan
data PVBG 60% dari jumlahn gunungapi yangada di Indonesia yang tersebar di
seluruh pulau di Indonesia merupakan gunungapi yang memiliki potensi letusan yang
cukup besar.
Potensi bencana geologi di Indonesia salah satunya yaitu letusan gunungapi.
Berdasarkan catatan direktorat vulkanologi indonesia, gunungapi ceremai termasuk
dalam klasifikasi tipe A yang artinya gunung ceremai termasuk ke dalam gunungapi
yang masih aktif, dengan karakteristik letusan berupa eksplosif berskala menengah.
Sejarah letusan gunungapi ceremai yang pernah tercatat yaitu gunungapi ceremai
pernah meletus sebanyak 7 kali sejak tahun 19600 dan terakhir tercatat meletus pada
tahun 1937-1938 (24 Juni – 7 Januari 1938), ada letusan preatik dari kawah pusat dan
letusan dari celah radial.
Berdasarkan data geologi diketahui bahwa potensi erupsi gunung ceremai terdiri
dari awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lahar dan
kemungkinan erupsi samping berupa lava, scoria cone atau pembentukan maar. Data
geologi menunjukkan bahwa semburan awan panas cukup jauh dan lahar disekitar
gunungapi ceremai sebarannya luas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah erupsi Gunung Ceremai?
2. Bagaimana kerentanan/kerawanan daerah di sekitar Gunung Ceremai?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah erupsi Gunung Ceremai.
2. Mengetahui kerentanan/kerawanan daerah di sekitar Gunung Ceremai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bencana
1. Pengertian Bencana
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencan yaitu, Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,
non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari
satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
2. Jenis-Jenis Bencana
a) Bencana alam geologi
Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan
bumi yang disebabkan oleh aktifitas atau pergerakan batuan ataupun lempeng.

3
Bencana yang paling sering terjadi yaitu tsunami, gempa bumi, gunung
meletus, dan tanah longsor.
b) Bencana alam meteorologi

Bencana alam meteorologi/hidrometeorologi merupakan bencana alam


yang berhubungan dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi
pada suatu tempat yang khusus.
Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia
seperti banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi
sekarang ini adalah terjadinya pemanasan global
c) Bencana alam ekstra terestrial
Bencana alam ekstra-terestial merupakan bencana alam yang terjadi di
luar angkasa. Bencana dari luar angkasa adalah datangnya berbagai benda
langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari.
Meskipun dampaknya berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid
kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga bisa menimbulkan untuk
menabrak bumi
3. Macam-Macam Bencana
a) Banjir
Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang
cukup tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran-saluran pembuangan air
yang memadai, sehingga banjir dapat merendam berbagai wilayah-wilayah
yang cukup luas.
Pada umumnya banjir terjadi karena luapan sungai yang tidak mampu
menghadang derasnya air yang datang sehingga menyebabkan jebolnya
sistem perairan disuatu daerah.
Banjir juga diakibatkan oleh manusia itu sendiri karena membuang
sampah sembarangan ke saluran-saluran pembuangan air dan menebang
pohong-pohon secara liar, pohon bermanfaat sebagai penyerap air dikala
datangnya hujan
b) Longsor
Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi
yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe
dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

4
Secara umum longsor bisa terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi material itu sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Bencana longsor terjadi karena setelah hujan yang cukup lebat dan tanah
tersebut tidak sama sekali ditumbuhi tanaman maka terjadilah longsor itu.
Tanaman berguna untuk menahan tanah-tanah agar tidak mudah longsor
atau terseret. Ada juga bencana longsor yang terjadi secara alami, karena
memang tanah yang kurang padat, curah hujan yang cukup tinggi dan
kemiringan yang cukup curam.
c) Kebakaran hutan
Kebakaran hutan terjadi bisa dikaitkan oleh alam itu sendiri, bisa juga
dikaitkan oleh ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Jika kebakaran hutan sampai terjadi maka cukup sulit untuk
memadamkannya, karena luasnya daerah yang terbakar dan lokasinya yang
jauh dari tempat penanggulangan bencana.
Bahaya yang timbul karena kebakaran hutan adalah asap yang dihasilkan
dapat merusak pernapasan.
Kebakaran hutan secara liar adalah kebakaran yang terjadi di alam liar.
Jika bencana tersebut disebabkan oleh alam itu sendiri, kemungkinan karena
petir yang menyambar.
Jika ulah manusia, maka bisa dipastikan karena keserakahan manusia
dalam membuka lahan tanpa melihat akibat yang ditimbulkan.
d) Gempa bumi
Gempa bumi adalah guncangan atau getaran yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba lalu menciptakan
gelombang seismik. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng bumi).
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama
Seismometer. Moment Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana
gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala besarnya
lokal 5 magnitude.
Biasanya gempa bumi terjadi pada daerah-daerah yang dekat dengan
patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam yang tidak dapat

5
diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana alam yang sangat
berbahaya.
Ada berbagai cara untuk mengurangi kerugian akibat dampak gempa
bumi, seperti membangun bangunan yang dapat meredam getaran gempa,
memperkuat pondasi bangunan dan masih banyak yang lain.
e) Tsunami
Tsunami secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan” adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan mendadak/tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut terjadi karena disebabkan oleh gempa bumi
yang berada di bawah laut, letusan gunung berapi di bawah laut, longsor
bawah laut, atau hantaman meteor di laut.
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami
berarti gelombang. Bencana ini termasuk yang paling berbahaya karena tidak
dapat diprediksi kapan terjadinya dan sulit untuk mencegah datangnya
tsunami dengna kecepatan tinggi.
f) Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang amat berkepanjangan (berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun).
Biasanya bencana ini terjadi bila suatu wilayah secara terus-menerus
mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang
akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat
penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan manusia yang
lainnya.
Bencana ini hampir tiap tahun terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Tidak hanya di Indonesia, bencana ini sudah umum terjadi pada negara yang
lain di dunia.
g) Gunung meletus
Gunung meletus bisa terjadi karena endapan magma di dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan
seperti itulah gunung berapi bisa terbentuk. Letusan gunung berapi bisa
merenggut korban jiwa dan menghabiskan harta benda yang besar.

6
Gunung meletus merupakan salah satu bencana alam yang sangat dahsyat
karena diakibatkan meningkatnya aktivitas magma yang ada dalam perut
bumi.
Jika gunung akan meletus maka dapat dideteksi dengan cara melihat
aktivitas perkembangannya, mulai dari siaga, waspada, awas dan hingga
puncaknya yaitu meletus.
Ketika suatu gunung meletus maka akan mengeluarkan berbagai macam
material-material yang ada di dalam bumi, mulai dari debu, batu, kerikil,
awan panas, kerikil hingga magmanya.
Karena waktu terjadinya gunung meletus dapat diprediksi, maka bisa
diberi peringatan kepada warga agar segera mengungsi ke tempat yang lebih
aman.
Magma adalah cairan panas yang keluar dari dalam perut bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, diperkirakan lebih dari 1000 derajat celcius. Magma
yang sudah keluar dalam perut bumi disebut lava.
Gunung meletus ternyata berdampak baik bagi masyarakat, karena 1-2
bulan setelah terjadinya bencana tumbuh-tumbuhan menjadi lebih subur,
karena debu dan material-material yang dikeluarkan memiliki zat hara yang
sangat tinggi.
h) Pemanasan Global
Global warming atau pemanasan global adalah peristiwa meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer bumi, laut dan daratan bumi. Pemanasan global terjadi
karena disebabkan oleh efek rumah kaca, efek timbal balik, variasi matahari.
i) Angin Topan atau angin puting beliung
Angin puting beliung merupakan angin yang berputar dengan kecepatan
yang amat tinggi dan bergerak secara garis lurus dengan durasi maksimal 5
menit.
Di Indonesia bencana ini biasa disebut dengan puting beliung atau angin
lesus, tetapi jika di Amerika disebut Tornado.
Bencana angin puting beliung belum dapat diprediksi karena teknologi
yang kurang memadai. Tetapi jika di Amerika bencana topan sudah dapat
diprediksi kapan terjadinya dan dimana tempatnya sehingga dapat
menghimbau warga agar segera untuk mengungsi.
j) Badai tropis

7
Badai tropis atau siklon tropis adalah badai sirkuler yang menimbulkan
angin kencang yang mampu merusak daerah sekitar 250 mil dari pusatnya.
Siklon tropis menyebabkan kerusakan oleh angin kencang, gelombang
badai dan hujan lebat. Gelombang badai adalah naiknya permukaan laut
sepanjang pantai secara cepat karena angin menggerakkanya ke pantai.
k) Wabah Penyakit
Wabah adalah suatu istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk
menyebut penyakit yang menyebar tersebut.
Wabah dipelajari dalam epidemiologi. Epidemiologi berasal dari bahasa
Yunani epi berarti pada dan demos berarti rakyat adalah penyakit yang timbul
sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam satu periode
waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju “ekspektasi” (dugaan), yang
didasarkan pada pengalaman yang mutakhir.
Dengan kata lain epidemi adalah wabah yang terjadi lebih cepat daripada
yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam
periode tertentu disebut incidence rate = “laju timbulnya penyakit”.
B. Erupsi Gunungapi
Pengertian Erupsi adalah suatu proses pelepasan material dari gunung berapi
seperti lava, gas, abu dan lain sebagainya ke atmosfer bumi ataupun ke permukaan
bumi dalam jumlah yang tidak menentu. Erupsi ini dapat diartikan sebagai letusan
gunung berapi ataupun semburan minyak dan uap panas dari dalam perut bumi.
Pengertian Erupsi gunung berapi terjadi karena adanya pergerakan atau aktivitas
dari magma dari dalam perut bumi yang berusaha keluar ke permukaan bumi. Secara
umum proses erupsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu erupsi eksplosif dan efusif.

 Erupsi secara Eksplosif – Erupsi eksplosif adalah proses keluarnya magma dan
material lain dari dalam perut bumi yang disertai dengan tekanan yang kuat
sehingga terkadang menimbulkan suara letusan atau dentuman yang cukup keras.
Pada umumnya erupsi ini dikenal sebagai letusan gunung berapi. Adapun contoh
dari erupsi eksplosif antara lain adalah erupsi gunung Krakatau.
 Erupsi secara Efusif – Erupsi efusif adalah proses keluarnya magma yang
berbentuk lelehan lava. Erupsi ini terjadi akibat adanya tekanan gas yang tidak
begitu kuat sehingga magma kental dan lava pijar tumpah dan kemudian mengalir

8
ke lereng puncak gunung. Adapun contoh dari erupsi efusif adalah erupsi Gunung
Merapi

Pada umumnya erupsi terjadi karena adanya tekanan gas yang sangat kuat yang
berasal dari dalam perut bumi yang secara terus menerus berusaha mendorong magma
untuk keluar. Tekanan gas tersebut nantinya perlahan akan membuat magma akan
bergerak naik ke atas secara perlahan, hal ini terjadi karena massa magma lebih ringan
dibandingankan dengan batuan padat disekitarnya.
Dalam proses tersebut, magma yang memiliki suhu sekitar 1200 derajat Celcius ini
perlahan lahan akan melelehkan batuan yang berada disekitarnya dan kemudian
terjadi penumpukan magma dalam gunung tersebut. Dari sinilah tekanan yang berasal
dari dalam bumi akan semakin besar, hal ini terjadi karena magma tadi terhambat oleh
lapisan batuan padat/litosfer yang sangat sulit untuk ditembus ( baca: Pengertian
Litosfer ). Karena adanya tekanan yang sangat kuat pada daerah ini, maka di tempat
inilah tersimpan tenaga yang sangat kuat sehingga lapisan batuan disekitarnya
perlahan lahan menjadi rapuh dan retak, dari celah retakan inilah nantinya magma
akan menjalar keluar ke permukaan bumi.
Sambil menjalar, magma ini juga akan melelehkan saluran retakan tadi sehingga
akan membentuk saluran batu yang disebut sebagai pipa kepundan. Ketika lapisan
batuan tadi sudah tidak dapat membendung tenaga yang sangat kuat dari magma,
maka akan terjadi sebuah ledakan dan semburan yang sangat kuat sebagai reaksi dari
pelepasan energi yang berasal dari dalam bumi tersebut. Ketika magma tersebut
berhasil keluar ke permukaan bumi, inilah yang kemudian disebut sebagai erupsi.
C. Sejarah Erupsi Gunung Ceremai
Secara geografis Gunung Ceremai terletak pada koordinat 108°20’ - 108°40’ BT
dan 6°40’ - 65°58’ LS, sedangkan secara administratif guungapi ini berada di tiga
wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten
Majalengka, dengan ketinggian 3078 mdpl Gunung Ceremai merupakan gunung
tertinggi yang berada di Jawa Barat.
Gunung Ceremai merupakan gunung api soliter termasuk klasifikasi magmatik
(aktif), dipisahkan oleh zona sesar Cilacap-Kuningan dari kelompok gunung api Jabar
bagian timur yaitu Gunung Galunggung, Guntur, Patuha, Papandayan dan Tangkuban
Perahu yang terletak pada zona Bandung. Gunung Ceremai mempunyai kawah ganda
(barat dan timur), kawah barat beradius 400 meter terpotong kawah timur yang

9
beradius 600 meter dan berkedalaman 250 meter. Pada ketinggian 2900 meter lereng
selatan terdapat bekas titik letusan (berdiameter sekitar 30 meter persegi, yaitu Gua
Walet)
Letusan Gunung Cerema tercatat sejak 1698 dan terakhir terjadi tahun 1937 dengan
selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang112 tahun. Tiga letusan 1772,
1775 da 1805 terjadi dikawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi
tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 erjadi letusan freatik di
awah pusat dan celah radial. Sebaan abu mencapai daerah seluas 52.500 km bujur
sangkar.
Hingga saat ini Gunung Ceremai telah beristirahat selama 61 tahun dan selang
waktu ersebut belum melampaui waktu istirahat terpanjang. Pada tahun 1947, 1955
dan 1973 teradi gempa tektonik ag melanda daerah barat da Gunung Ceremai, yang
diduga berkaitan dengan struktur sesar berarahtenggara – barat laut. Kejadian gempa
yang merusaksejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat Gunung
Ceremai tahun 1990 dan tahun 2001. Getarana erasa hingga Desa Cilimus di timur
Gunung Ceemai.
Karakter letusan Gunung Ceremai adalah berpa erupsi eksplosif berskala menengah
(dimanifestasikan oleh sejumlah endapan aliran da jatuhan piroklastik). Secara
berangsur erupsi melemah dancenderng menghasilkan erupsi magmatik. Periode
letusan selang waktu istirahat aktivitas Gunung Cerema erpendek 3 tahun dan
terpanjang 112 tahun.
D. Kerentanan/Kerawanan Daerah di Sekitar Gunung Ceremai
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah
bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat
menimbulkan bencana (disaster) atau tidak.
1. Kerawan kawasan yang berpotensi terkena dampak erupsi
Diperoleh gambaran, arah penyebaran bahan letusan terutama bahaya
luncuran awan panas (aliran piroklastik), aliran lahar dan lava dipengaruhi oleh
keadaan bentuk alam. Jurusan luncuran awan panas aliran lahar terutama akan
mengikuti jurang-jurang dan lembah-lembah sungai yang berhulu di sekitar
puncak atau tepi kawah. Bahaya lontaran piroklastik seperti pecahan batuan, bom
vulkanik, lapili, pasir dan abu penyebarannya dipengaruhi oleh arah tiupan angin
yang berubah-ubah sesuai dengan keadaan musim.

10
BTNGC memetakan daerah bahaya Gunung (api) Ceremai yang mungkin
akan terlanda bahaya langsung (bila meletus) seperti luncuran awan panas, aliran
lava, lontaran piroklastik meliputin wilayah sektor barat, barat laut, timur laut dan
tenggara. Wilayah ini terancam bahaya luncuran awan panas, aliran lava dan
lahar. Sedangkan ke arah utara penyebarannya terhalang pegunungan Pulosari-
Kromong dan ke arah selatan terhalang pegunungan Gegerhalang. Selain itu
termasuk wilayah dalam radius sekitar 5 kilometer berpusatkan kawah yang
dianggap di puncak, terancam bahaya lontaran piroklastik.
Bukan hanya itu saja. Gunung Ceremai juga memiliki potensi bahaya alam
yang mengandung bahaya bagi kegiatan manusia. Gunung Ceremai perlu
diwaspadai karena mengeluarkan gas beracun.Daerah yang terkena rawan terkena
erupsi Gunung Ceremai yaitu daerah yang dekat dengan gunung, salah satunya di
Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.
2. Kerentanan fisik bangunan
Kerentanan fisik bangunan merupakan kerentanan yang berkaitan dengan
infrastruktur yang terdapat di suatu daerah, dimana aspek ini berhubungan dengan
materi (benda) yang apabila terkena bencana akan mengalami kerusakan dan
menimbulkan kerugian materi. Hal ini berkaitan dengan hasil dari aktifitas
manusia yang berupa benda atau infrastruktur yang dihasilkan oleh aktifitas
manusia.
Winaryo (2008: 16) mendefinisikan komponen fisik dengan mengemukakan
bahwa: Komponen fisik merupakan komponen kerentanan berupa fisik benda
yang dapat hilang atau rusak apabila terkena ancaman. Komponen ini merupakan
fisik benda yang dianggap memiliki nilai.
Untuk mengetahui tingkat kerentanan fisik bangunan di Kecamatan Cilimus
terlebih dahulu harus mengetahui nilai baku dari masing-masing indikator yang
termasuk ke dalam aspek kerentanan fisik bangunan yaitu persentase luasan
kawasan terbangun, persentase luasan kawasan pertanian dan kepadatan
bangunan.
Tabel 1.
Kerentanan Fisik Bagunan di Kecamatan Cilimus

No Desa Persentas Persentas Kepadata Kerentan Klasifika


. e Luasan e Luasan n an Fisik si

11
Kawasan Kawasan Banguna Banguna
Terbang Pertanian n n
un
1. Cilimus 4,29 -0,20 4,80 2,96 Tinggi
2. Caracas 3,12 0,76 3,11 2,33 Sedang
3. Bojong 1,38 2,82 2,54 2,25 Sedang
4. Sampora 1,95 2,24 2,26 2,15 Sedang
5. Bandorasa 1,55 2,57 1,70 1,94 Sedang
Wetan
6. Bandorasa 1,09 3,08 1,70 1,96 Sedang
Kulon
7. Linggajati 3,49 0,51 2,26 2,09 Sedang
8. Linggasana 2,27 1,72 1,41 1,80 Rendah
9. Linggamekar 1,14 3,04 1,41 1,86 Rendah
10. Linggaindah 1,42 2,80 1,13 1,78 Rendah
11. Setianegara 0,77 2,17 1,13 1,36 Rendah
12. Kaliaren 1,55 2,57 1,41 1,84 Rendah
13 Cibeureum 1,92 1.91 1,13 1,67 Rendah
Rata-Rata 2 2 2 2 Sedang

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat kerentanan fisik bangunan di


Kecamatan Cilimus termasuk ke dalam kategori sedang. Masih cukup luasnya
penggunaan lahan pertanian dan perkebunan menjadi indikator yang perlu
diperhatikan karena berhubungan dengantempat aktivitas kerja penduduk yang
sebagian besar bekerja dibidang pertanian yang tentunya rentan terhadap bencana
letusan gunungapi. Berkembangnya permukiman di daerah lereng dan kaki
gunung juga perlu menjadi perhatian karena dapat meningkatkan kerentanan
suatu wilayah terhadap bencana. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi
mengenai bahaya tinggal di daerah yang memiliki potensi bencana khususnya
bencana erupsi gunungapi, serta sosialisasi mengenai mitigasi bencana perlu
diberikan melalui berbagai media agar penduduk yang tinggal di daerah yang
berpotensi bencana menyadari resiko dan cara mengatasi dan menghadapi
bencana saat terjadi.

12
3. Kerentanan sosial kependudukan
Kerentanan sosial kependudukan berkaitan dengan karakteristik penduduk,
berupa data kependudukan yang dinilai rentan apabila terkena ancaman bencana
terjadi. Kerentanan sosial kependudukan terdiri atas bebeapa indikator yaitu
kepadatan penduduk, persentase laju pertumbuhan penduduk, kelompok rentan
yang terdiri atas persentase penduduk usia lanjut, persentase balita dan penduduk
perempuan (Apriliansyah, 2008:105)
Tabel 2.
Kerentanan Sosial Kependudukan di Kecamtan Cilimus

N Desa Kepada Laju Pendud Pendud Kerenta Klasifik


o. tan Pertum uk uk nan asi
Pendud buhan Lansia Peremp Sosial
uk Pendud dan uan Kepend
uk Balita udukan
1. Cilimus 4,22 5,13 1,67 1,23 3,06 Tinggi
2. Caracas 2,97 1,53 0,76 0,84 1,53 Rendah
3. Bojong 3,46 1,63 1,37 1,26 1,93 Sedang
4. Sampora 1,95 1,51 1,02 0,92 1,35 Rendah

13
5. Bandorasa 2,15 1,59 1,75 1,46 1,74 Rendah
Wetan
6. Bandorasa 1,56 2,89 2,56 1,86 2,22 Sedang
Kulon
7. Linggajati 2,15 1,43 3,25 4,88 2,93 Tinggi
8. Linggasana 1,37 1,81 1,21 2,19 1,65 Rendah
9. Linggamekar 1,37 2,07 1,68 1,84 1,74 Rendah
10 Linggaindah 1,66 1,58 1,38 1,51 1,53 Rendah
.
11 Setianegara 1,12 1,40 2,96 1,64 1,78 Rendah
.
12 Kaliaren 1,77 2,24 1,94 2,18 2,03 Sedang
.
13 Cibeureum 0,25 1,19 4,45 2,67 2,14 Sedang
.
Rata-Rata 2 2 2 1,88 1,97 Sedang

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kerentanan sosial kependudukan


termasuk dalam kategori sedang. Namun demikian walaupun tingkat kerentanan
sosial kependudukan termasuk tetap dapat menimbulkan korban jiwa yang cukup
banyak, karena indikator perempuan yang dianggap lebih rentan memiliki
persentase yang cukup besar serta indikator penduduk lansia dan balita yang
rentan terhadap bencana memiliki persentase yang cukup tinggi. Sehingga perlu
prioritas yang lebih saat proses evakuasi saat bencana letusan gunungapi terjadi.
Laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk juga perlu mendapat
perhatian yang lebih karena indikator ini juga memiliki pengaruh yag besar
terhadap kerentanan, oleh karena itu laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan
penduduk perlu dikurangi guna menekan tingkat kerentanan suatu daerah.
Tingkat kerentanan Kecamatan Cilimus termasuk kedalam klasifikasi sedang.
Dilihat dari indikator kepadatan penduduk yang sangat padat dapat memicu
banyaknya korban jiwa apabila terjadi bencana letusan gunungapi Ceremai.
Indikator laju pertumbuhan penduduk juga perlu diperhatikan karena
berhubungan dengan kepadatan dan jumlah penduduk, desa-desa yang memiliki
persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa lainnya.

14
4. Kerentanan ekonomi
Kerentanan ekonomi berkaitan dengan kemampuan penduduk untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan terkait dengan sumberdaya ekonomi yang
dimiliki penduduk daerah terancam. Hal ini dapat dilihat apabila terjadi bencana
apakah sumberdaya ekonomi yang dimiliki penduduk akan terganggu atau tidak.
Kerentanan ekonomi terdiri atas beberapa sub indikator yaitu persentase pekerja
di sektor rentan dan persentase penduduk miskin (Firmansyah, 1997:79).
Tabel 3.
Kerentanan Ekonomi di Kecamatan Cilemus

No. Desa Persentase Persentase Kerentanan Klasifikasi


Pekerja di Penduduk Ekonomi
Bidang Miskin
Pertanian (Keluarga
Pra
Sejahtera)
1. Cilimus 0,43 0,61 0,52 Rendah
2. Caracas 0,40 2,92 1,66 Sedang
3. Bojong 1,94 0,72 1,33 Rendah
4. Sampora 1,55 1,89 1,72 Sedang

15
5. Bandorasa Wetan 1,59 1,25 1,42 Sedang
6. Bandorasa Kulon 2,75 3,38 3,07 Tinggi
7. Linggajati 3,03 1,46 2,25 Tinggi
8. Linggasana 0,52 3,91 2,22 Sedang
9. Linggamekar 2,07 0,96 1,52 Sedang
10. Linggaindah 2,96 2,73 2,85 Tinggi
11. Setianegara 3,32 1,91 2,62 Tinggi
12. Kaliaren 2,52 2,63 2,58 Tinggi
13. Cibeureum 2,93 1,63 2,58 Tinggi
Rata-Rata 2 2 2 Sedang

Tabel 3 Menunjukkan bahwa tingkat kerentanan ekonomi di Kecamatan


Cilimus termasuk kedalam kategori sedang. Dilihat dari indikator persentase
pekerja di bidang pertanian penduduk di Kecamatan Cilimus masih tergolong
tinggi yang merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi terkena dampak
langsung apabila terjadi bencana letusan gunungapi.

5. Tingkat Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ceremai di Kecamatan Cilimus

16
Dari berbagai indikator di atas, tingkat kerentanan bencana letusan
gunungapi Ceremai di Kecamatan Cilimus termasuk kedalam kategori sedang.
Kerentanan sosial menjadi perhatian utama karena kepadatan penduduk dan laju
pertumbuhan penduduk yang menjadi faktor utama dalam kerentanan, karena
padatnya penduduk yang tinggi dapat menimbulkan korban jiwa yang besar.
Kecamatan Cilimus yang memiliki karakteristik pegunungan dan udara yang
sejuk serta berkembangnya beberapa objek tujuan wisata menjadi daya tarik
tersendiri untuk memikat penduduk agar menetap. Selain itu masih banyaknya
penggunaan lahan sebagai lahan pertanian serta pekerja di bidang pertanian itu
juga perlu menjadi perhatian, perlu adanya sosialisasi tentang kebencanaan dan
mitigasi bencana untuk menekan kerentanan bencana letusan gunungapi Ceremai
di Kecamtan Cilimus.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerentanan bencana erupsi Gunung Ceremai dapat dilihat dari berbagai aspek,
yaitu kerentanan fisik bangunan, kerentanan sosial kependudukan dan kerentanan
ekonomi. Terdapat pula daerah-daerah yang rawan terhadap bencana erupsi
gunungapi. Daerah yang dekat dengan lokasi akan lebih rawan terkena dampak
bencana erupsi gunung api.
Kecamatan Cilimus merupakan salah satu kecamatan yang dekat dengan Gunung
Ceremai sehingga memiliki tingkat kerawanan yang sedang-tinggi karena jaraknya
yang cukup dekat dengan Gunung Ceremai. Kerentanan fisik bangunan di
Kecamatan Cilimus termasuk dalam kategori sedang. Kerentanan sosial
kependudukan termasuk dalam kategori sedang. Kerentanan ekonomi di Kecamatan
Cilimus termasuk kategori sedang.

B. Saran
Setelah mengidentifikasi kerentanan dan kerawanan Gunung Ceremai perlu adanya
upaya untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan saat terjadi bencana
erupsi Gunung Ceremai. Bentuk penanganannya yaitu dengan mengadakan
sosialisasi mengenai mitigasi dan kesiapsiagaan bencana serta tidak melakukan alih
fungsi lahan di sekitar Gunung Ceremai.

18
Daftar Pustaka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2010). Rencana Nasional


Penanggulangan Bencana. Jakarta: BNPB.
Winaryo, dkk. 2007. Penyusunan Profil (Hazard, Vulnerability, Risk) Pemetaan
Wilayah Rawan Bencana dan Penyusunan Rencana Aksi, Yogyakarta: BAPEDA
DIY.
http://antologi.upi.edu/file/
Analisis_Kerentanan_Bencana_Letusan_Gunungapi_Ceremai_di_Kecamatan_Cilim
us_Kabupaten_Kuningan.pdf (Diakses tanggal 23 April 2017)
https://www.scribd.com/doc/116878029/Sejarah-Letusan-Gunung-Ciremai
(Diakses tanggal 23 April 2017)
http://www.wadukdarma.com/2010/03/gunung-ciremai-pernah-tujuh-kali.html
(Diakses tanggal 23 April 2017)
https://www.bnpb.go.id/home/definisi (Diakses tanggal 23 April 2017)

19

Anda mungkin juga menyukai