Anda di halaman 1dari 18

EPIDEMIOLOGI BENCANA DAN KEDARURATAN

1 Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai artisesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana
alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006). Sedangkan
menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan,
dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam
yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban
manusia(Kamadhis UGM, 2007).

2 Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non
alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror(UU RI, 2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana geologis,
klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya
Jenis Penyebab Bencana Alam Beberapa contoh kejadiannya
Bencana alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan
gunung berapi, longsor/gerakan
tanah, amblesan atau abrasi
Bencana alam klimatologis Banjir, banjir bandang, angin puting
beliung, kekeringan, hutan (bukan
oleh manusia)
Bencana alam ekstra-terestrial Impact atau hantaman atau benda dari
angkasa luar
Sumber : Kamadhis UGM, 2007

Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam
bumi. Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
perubahan iklim, suhu atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu
bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi, bencana alam geologis dan
klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis bencana antara lain:
a. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran)
pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran
gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebutdapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan
tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkanbencana
ikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan
maupun tanggul penahan lainnya.
b. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh
gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik,
erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang
menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air.
c. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif
sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan
dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan
cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-
rekahan mendekati permukaan bumi.Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika
ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk
tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan
gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.
d. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng.
e. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar.
Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga
merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
f. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air baik
untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
g. Angin Topanadalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang
sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah
yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem
dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
h. Gelombang Pasangadalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat
menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya
gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat
cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang
pasang sekitar 10-100 Km/jam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang
sedang berlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika
terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau
disebut dengan abrasi.
i. Kegagalan Teknologiadalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi atau industri.
j. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan dilanda api serta
hasilnya menimbulkan kerugian.Sedangkan lahan dan hutan adalahkeadaan dimana lahan dan
hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan lahandan hutan serta hasil-hasilnya dan
menimbulkan kerugian.
k. Aksi Teror atau Sabotaseadalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat,
kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang atau banyak orang
oleh seseorang atau golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase
biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu
bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah,tempat, dan sebagainya. Aksi teror
atau sabotase sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan
seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.
l. Kerusuhan atau Konflik Sosialadalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau kerusuhan atau
perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan
masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
m. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasamerupakan ancaman yang diakibatkan oleh
menyebarnyapenyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala besar,
epidemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya
jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di
Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah,
malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya
sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehinggakejadian yang pada awalnya merupakan kejadian
lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyakmenimbulkan korban
jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat
yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.

3 Penanggulangan Bencana
Menurut Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan (2006), upaya
penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam lingkup “Siklus
Penanggulangan Bencana” (Disaster Management Cycle). Siklus dimulai pada waktu sebelum
terjadinya bencana berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan
kesiapsiagaan. Kemudian pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan
selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa kegiatan pemulihan dan rekonstruksi.
Penanggulangan Masalah akibat Bencana/PMK-AB (sekarang menjadi Penanggulangan
Krisis Akibat Bencana/PK-AB adalah serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah,
menjinakan (mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat,
menyiapsiagakan sumber daya kesehatan dan memulihkan (rehabilitasi) serta membangun
kembali (rekonstruksi) kerusakan infrastruktur kesehatan akibat bencana secara lintas program
dan lintas sektor serta bermitra dengan masyarakat internasional (Rekompak, 2010).Dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan sejumlah
prinsip penanggulangan yaitu :
a. Cepat dan tepat
Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana
harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam
penaggulangan akan berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
b. Prioritas
Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah apabila terjadi bencana, kegiatan
penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.
c. Koordinasi dan keterpaduan
Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan”
adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan
pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
d. Berdaya guna dan berhasil guna
Yang dimaksud dengan ‘prinsip berdaya guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.yang
dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna , khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
e. Transparansi dan akuntabilitas
Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah penanggulangan bencana dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas adalah penanggulangan bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemitraan
Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kemitraan dalam
penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secara luas, termasuk
LSM maupun dengan organisasi-organisasi kemasyrakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga
dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahnya.
g. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyrakat untuk mengetahui,
memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana.
Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengurangi dampak
dari bencana.
h. Nondiskriminatif
Negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakukan yang berbrda terhadap
jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.
i. Nonproletisi
Dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama
melalui pemberian bantuan dan pelyanan darurat bencana. Dalam Peraturan Kepala Badan
Nasioanal Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana, dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka
penyelenggaraan penanggulangan bencana, meliputi tahap pra bencana, saat tanggap darurat dan
pasca bencana.

2.3.1 Pra bencana (pelatihan satgas, masyarakat umum dan isyarat dini)
Menurut Rekompak (2010), kegiatan ini bertujuan mengurangi kerugian harta dan
korban manusia yang disebabkan oleh bahaya dan meminimalkan kerugian ketika terjadi
bencana. Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pada tahap
pra bencana meliputi dua keadaan, yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi Bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis
kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :
1) perencanaan penanggulangan bencana;
2) pengurangan risiko bencana;
3) pencegahan;
4) pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
5) persyaratan analisis risiko bencana;
6) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
7) pendidikan dan pelatihan; dan
8) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
b. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana,
meliputi : kesiapsiagaan; peringatan dini dan mitigasi bencana.
1) Kesiapsiagaan, yaitu penyusunan rencana pengembangan peringatan, pemeliharaan
persediaan dan pelatihan personil.
Langkah-langkah kesiapsiagaan dilakukan sebelum peristiwa bencana terjadi dan ditujukan
untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi
(Rekompak, 2010). Menurut Peraturan Kepala Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, kegiatan
yang dilakukan dalam upaya kesiapsiagaan, antara lain:
a. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
b. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor
c. Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
d. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
e. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
f. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung tugas
kebencanaan.
g. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
h. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
i. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
22) Peringatan Dini
Menurut Hasnawir (2012), peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat
kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan
secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan
dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan
memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan
hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa antara lain pengalihan
jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan
lainnya.
33) Mitigasi, yaitu mencakup langkah yang diambil untuk mengurangi skala bencana di masa
mendatang, baik efek maupun kondisi rentan terhadap bahaya. Kegiatan difokuskan pada bahaya
itu sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman, seperti : pembangunan rumah tahan gempa,
pembuatan irigasi air pada daerah yang kekeringan (Rekompak, 2010).
2.3.2 Saat Bencana (evakuasi, tindakan)
Penyelenggarakan penanggulangan bencana pada saat bencana (tanggap darurat) menurut
UU Nomor 24 Tahun 2007, meliputi:
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan, dan sumber daya;
b. penentuan status keadaan darurat bencana;
c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. pemenuhan kebutuhan dasar;
e. pelindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Dalam Rekompak (2010), pada tahap tanggap darurat, hal pokok yang sebaiknya
dilakukan adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap
darurat. Selain itu, tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana
langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Secara operasional,
pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan :
a. penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan menangani korban yang
luka-luka
b. penanganan pengungusi
c. pemberian bantuan darurat.
d. pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih.
e. Penyiapan penampungan sementara
f. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana dan
prsarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para korban

2.3.3 Pasca bencana (pemantauan, penyuluhan dam rahabilitasi)


Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggarakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Bencana, manajemen pemulihan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana
secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-
fasenya nya yaitu :
a. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat
pada wilayah pascabencana.
b. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (2012), dalam tahap pasca bencana kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilaksanakan harus diupayakan untuk melibatkan peran serta
warga masyarakat. Bantuan dari pemerintah diutamakan berupa stimulan yang diharapkan akan
dapat mendorong tumbuhnya keswadayaan warga masyarakat.

4 Organisasi dan Tata Laksana Penangulangan Bencana


4.1 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah sebuah Lembaga Pemerintah
Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam:
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan
secara terpadu; serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum,
pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan
darurat, dan pemulihan. BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Sebelumnya badan ini bernama Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005, menggantikan Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang dibentuk
dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001.
a. Tugas Pokok
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup
pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan
setara
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan
peraturan perundang-undangan

3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat


4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali
dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana

5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional

6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara

7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah


b. Fungsi
1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi
dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien
2) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan
menyeluruh.

4.2 BPBD Provinsi Jawa Timur


BPBD Provinsi mempunyai tugas :
a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penang gulangan bencana yang mencakup
pencegahan bencana, pe nanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan
peraturan perundang-undangan
c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana
e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan
sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana
f. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang
g. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
h. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penetapan
pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana sesuai dengan kebijakan
Pemerintah Daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Sedangkan fungsi BPBD Provinsi, yaitu :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi
dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien; dan
b. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan
menyeluruh.
c. Penyusunan pedoman operasional terhadap penanggulangan bencana
d. Penyampaian informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;
e. Penggunaan dan pertanggungjawaban sumbangan / bantuan;
f. Pelaporan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.

4.3 BPBD Kabupaten Jember


Tupoksi BPBD Kabupaten Jember adalah penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, yang meliputi pencegahan,
tanggap darurat, dan rehablitasi.

5 Epidemik Penyakit Pasca bencana


Dengan koondisi lingkungan, kelelalahan fisik, serta kecemasan psikologis, pada saat
terjadi banjir ataupun setelah banjir surut, umumnya akan muncul berbagai jenis penyakit yang
bisa menghinggapi masyarakat korban bajir. Penyakit-penyakit tersebut, seperti: Diare, Cholera,
Psikosomatik, Penyakit Kulit, Penyakit Leptospirosis, Penyakit saluran Napas, dan banyak lagi
lainnya.
5.1 Diare
Diare merupakan penyakit yang paling sering terjadi saat bencana banjir datang. Diare
dapat menjangkit semua orang, baik anak-anak, remaja, dewasa, bapak-bapak, ibu-ibu, dan orang
tua. Gejala diare diantaranya adalah mulut kering, mata cekung, perut kram dan kembung, mual
dan muntah, sakit kepala, keringat dingin dan demam. Jika ada diantara keluarga korban yang
menderita penyakit diare, sebaiknya segera dilakukan Pertolongan Pertama Pada Diare,
Memberikan cairan gula dan garam agar dapat mengatasi dehidrasi. Memberikan suplemen
makanan yang dapat membantu stamina dan mengembalikan fungsi organ-organ tubuh secara
maksimal, Memberikan obat anti diare yang dapat membantu. Menormalkan pergerakan saluran
pencernaan pada saat diare, melawan dehidrasi dan mencegah terjadinya kram perut, obat yang
biasa digunakan, misalnyha immudium, dan antibiotik.

5.2 Psikosomatik
Kondisi lingkungan yang berubah tiba-tiba dan merasakan kecemasan orangtua.
Demikian pula trauma karena kehilangan orang yang dicintai, atau harta benda yang
diperjuangkan dengan susa payah, meyebabkan perasaan pilu yang luar biasa. Selanjutnya
kondisi kecemsan itu akan menekan alam bawah sadar maryakat, sehingga senantiasa merasa
banjir akan datang lagi, dan berbagai kondisi psikologis sebagai pencetus penyakit ini.
Pencegahan dan pengobatan gangguan ini dapat diatasi dengan pemberian makanan dan
minuman sehat yang cukup, serta istrihat yang cukup. Demikian pula dapat diberikan obat
anticemas, misalnya: Valium, Diazepam, dan berbagai suplemen lainnya.

2.5.3 Penyakit Kulit


Pada umumnya menghinggapi atau menjangkiti para korban banjir. Penyakit kulit ini
disebabkan oleh: Infeksi kulit karena bakteri, virus atau jamur. Demikian pula dapat diakibatkan
oleh Parasit, kutu, larva dan Alergi kulit.Pencegahannya dapat dilakukan dengan: Seminimal
mungkin menghindari kontak langsung dengan air dengan menggunakan sepatu boot. Jagalah
kebersihan dan selalu gunakan pakaian yang kering.
5.4 Leptospirosis
Penyakit ini diakibatkan oleh parasit bernama Leptospyra Batavie. Penyebarannya melaui
air yang tergenang dan bersumber dari air kencing tikus, babi, anjing, kambing kuda, kucing,
kelelawar dan serangga tertentu. Penyakit ini terkenal dengan penyakit kencing tikus, parasit ini
berbentuk seperti cacing spiral yang sangat kecil. Gejala Leptospirosis Stadium awal, demam
tinggi, badan menggigil (kedinginan), mual, muntah, iritasi mata, nyeri otot betis dan sakit bila
tersentuh. Stadium dua, parasit membentuk antibodi ditubuh sehingga mengakibatkan jantung
berdebar debar dan tidak beraturan, bahkan jantung bisa mengalami pembengkakan dan gagal
jantung. Pembuluh darah dapat mengalami perdarahan ke saluran pernapasan dan pencernaan
hingga bisa mengakibtkan kematian. Parasit dapat masuk melalui bagian tubuh yang terbuka
seperti luka. Pengobatan penyakit Leptospirosis dengan pemberian antibiotik, misalya:
doksisiklin, cephalosporin, dan obat-obat antibiotik turunan quinolon. Demikian pula dapat
diberikan penisilin, ampisilin atau antibiotik lainnya yang serupa. Pemberian antibiotik
sebaiknya secara intrevena (infus).

2.5.5 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


ISPA juga sangat banyak diderita oleh masyarakat korban bencana banjir. Kondisi
lingkungan yang buruk dan cuaca yang tak menentu, membuat sejumlah pengungsi korban banjir
mulai terserang penyakit. Gangguan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), berupa: flu, demam,
dan batuk. Hal ini terjadi karena asupan makanan, kurangnya air bersih, dan masih tingginya
aktivitas pengungsi guna mengecek rumah sekaligus mengambil barang-barang yang tertinggal
membuat daya tahan tubuh mereka cepat turun. Pada saat terserang penyakit ISPA, sebaiknya
penderita mengusahakan kondisi dalam keadaan yang hangat, serta makan-makanan yang
banyak mengandung energi, serta perlu diberikan beberapa obat lainnya seperti : Parasetamol,
Antihistamin, dan antibiotik jika terjadi infeksi bakteri.
5.6 Demam Berdarah
Saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti
karena banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat tertentu terisi air
sehingga menimbulkan genangan, tempat berkembang biak nyamuk tersebut.
5.7 Penyakit Saluran Cerna Lain
Penyakit yang dimaksud misalnya seperti demam tifoid. Dalam hal ini, faktor kebersihan
makanan memegang peranan penting.
5.8 Memburuknya penyakit kronis
Hal ini hanya terdapat pada korban yang mempunyai penyakit yang sebelumnya sudah
diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan
berkepanjangan, apalagi bila banjir yang terjadi selama berhari-hari.

6 Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana


Pada penanggulangan bencana telah terjadi perubahan paradigma, dari penanganan
bencana berubah menjadi pengurangan risiko bencana, artinya saat ini penyelenggaraan
penanggulangan bencana lebih menitikberatkan pada tahap pra bencana daripada tahap tanggap
darurat (Raharja dalam Ristrini, 2012). Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(pelatihan,gladi, penyiapan sarana dan prasarana, SDM, logistik dan pembiayaan).
Kesiapan biasanya dipandang sebagai sesuatu aktifitas yang bertujuan meningkatkan
aktifitas respon dan kemampuan coping. Delapan dimensi dalam menghadapi kesiapsiagan
meliputi: pengetahuan bencana, manajemen arah dan koordinasi dari operasi keadaan darurat,
kesepakatan formal dan informal, sumber daya pendukung, perlindungan keselamatan hidup,
perlindungan harta benda, menyesuaikan diri dengan keadaan darurat dan pemulihan, yang
terakhir adalah mengidentifikasi dengan cepat aktifitas pemulihan (Sutton dan Tierney, 2006
dalam Herdwiyanti, 2013).
1. Bidang pelayanan
a. Sarana dan prasarana kesehatan
1) Menyiagakan sarana kesehatan seperti membuka pelayanan kesehatan di Puskesmas selama 24
jam
2) Mendirikan pos kesehatan di tempat-tempat penampungan
3) Melakukan surveilans kedaruratan
4) Melakukan evakuasi medik
5) Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam memantau bencana
b. Sumberdaya Manusia(tenaga Kesehatan)
SDM Kesehatan sangat berperan penting dalam melakukan pelayanan kesehatan akibat
bencana. Kebutuhan SDM Kesehatan dalam penanggulangan krisis akibat bencana mengikuti
siklus penanggulangan bencana, yaitu mulai dari pra-, saat, dan pasca bencana.
1) Prabencana
Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan pada masa prabencana menyangkut penempatan SDM
Kesehatan dan pembentukan Tim Penanggulangan Krisis akibat Bencana. Dalam pembentukan
Tim Penanggulangan Krisis akibat Bencana perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a) Waktu untuk bereaksi yang singkat dalam memberikan pertolongan
b) Kecepatan dan ketepatan dalam bertindak untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban
bencana sehingga jumlah korban dapat diminimalkan.
c) Kemampuan SDM Kesehatan setempat (jumlah dan jenis serta kompetensi SDM Kesehatan
setempat)
d) Kebutuhan minimal pelayanan kesehatan pada saat bencana.
Disamping upaya pelayanan kesehatan (kegiatan teknis medis) diperlukan ketersediaan SDM
Kesehatan yang memi liki kemampuan manajerial dalam upaya penanggulangan krisis akibat
bencana. Untuk mendukung kebutuhan tersebut, maka tim tersebut harus menyusun rencana:
 Kebutuhan anggaran (contingency budget).
 Kebutuhan sarana dan prasarana pendukung.
 Peningkatan kemampuan dalam penanggulangan krisis akibat bencana.
 Rapat koordinasi secara berkala.
 Gladi posko dan gladi lapangan.
2) Saat dan pasca bencana
Pada saat terjadi bencana perlu diadakan mobilisasi SDM Kesehatan yang tergabung dalam suatu
Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan
(Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan. Koordinator Tim dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kasbupaten/Kota (mengacu Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1653/Menkes/SK/XII/2005). Kebutuhan minimal tenaga untuk masing-masing tim tersebut,
antara lain:
a. Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah
ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat ini terdiri atas:
a) Pelayanan Medis
 Dokter umum/BSB: 1 orang
 Dokter Spesialis Bedah: 1 orang
 Dokter Spesialis Anestesi: 1 orang
 Perawat mahir (perawat bedah, gawat darurat): 2 orang
 Tenaga DVI: 1 orang
 Apoteker/Asisten Apoteker: 1 orang
 Supir ambulans: 1 orang
b) Surveilans: 1 org dan Ahli epidemiologi/Sanitarian
c) Petugas Komunikasi: 1 org
Tenaga-tenaga di atas harus dibekali minimal pengetahuan umum mengenai bencana yang
dikaitkan dengan bidang pekerjaannya masing-masing.
b. Tim RHA, yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat atau
menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim ini minimal terdiri atas:
a) Dokter umum: 1 orang
b) Ahli epidemiologi: 1 orang
c) Sanitarian: 1 orang
c. Tim Bantuan Kesehatan, yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim
Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka di lapangan.
Tabel 2.2 Tim Bantuan Kesehatan
Jenis Tenaga Kompetensi Tenaga
Dokter Umum PPGD/ GELS/ATLS/ACLS
Apoteker dan Asisten Apoteker Pengelolaan Obat dan Alkes
Perawat (D3/Sarjana Keperawatan) EmergencyNursing/PPGD/BTLS/PONED/PO
NEK/ICU
Ahli Gizi (D3/D4 Gizi/Sarjana Kesmas) Penanganan Gizi Darurat
Perawat Mahir Anestesi/Emergency Nursing
Bidan (D3 Kebidanan) APN dan PONED
Sanitarian (D3 Kesling/Sarjana Kesmas) Penanganan Kualita s Air Bersih dan Kesling
Tenaga Surveilens (D3/D4 Surveilens Penyakit
Kesehatan/Sarjana Kesmas)
Ahli Entomolog (D3/D4 Kesehatan/ Sarjana Pengendalian Vektor
Kesmas/Sarjana Biolog)

Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3


(tiga) tahapan sebagai berikut:

a. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika
sedang dalam ancaman potensi bencana
b. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi
bencana.

c. Tahap pasca bencana yang dalam saat setelah terjadi bencana.

Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut, ada 3 (tiga) manajemen


yang dipakai yaitu :
a. Manajemen Risiko Bencana
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
yang mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat
sebelum terjadinya bencana dengan fase-fase antara lain :
a) Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
b) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
c) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam fase
ini juga terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
b. Manajemen Kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi secara terencana,
terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya bencana dengan fase nya yaitu :
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
c. Manajemen pemulihan (pasca bencana)
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana,
terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenyanya yaitu :
a) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat
pada wilayah pasca bencana.
b) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
2. Bidang Penyehatan Lingkungan
a. Lokasi pengungsian
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyakit menular, diperlukan tim rapid
health assesment (RHA) ke lokasi bencana serta memberikan dukungan logistik lingkungan
diantaranya polybag, PAC, lysol, kaporit, rappelent lalat, air minum, dan masker.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) selaku
masyarakat dihimbau untuk membuat tempat pembuangan sampah sementara dengan menggali
lubang ukuran 1 x 2 meter, dan dianjurkan untuk membakar sampah setiap harinya guna
mencegah timbulnya vector penyakit. Selain itu perlu dilakukan penyemprotan dengan
mistblower dan larutan actellic di lokasi pengungsian guna mengurangi kepadatan lalat, karena
tumpukan sampah organik yang dibuang sembarangan. Selain itu juga telah dilakukan
pengambilan sampel air terhadap air subsidi PDAM yang ada di lokasi pengungsian.
b. Sumberdaya Manusia
Dalam penanggulangan bencana memerlukan kerja sama SDM yang didasarkan pada
masalah dan upaya teknis terkait program masing-masing unit kerja di lingkungan kesehatan
maupun non-kesehatan (lintas-sektor). Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
upaya pemulihan krisis kesehatan akibat bencana diperlukan keterpaduan beberapa program dan
sektor terkait yang dapat dicapai melalui pertemuan berkala secara intensif. Upaya tanggap
darurat dan pemulihan krisis kesehatan yang telah dilakukan juga perlu dievaluasi untuk
menemukan masalah yang dihadapi dan solusinya.

3. Bidang Logistik
Berikut ini merupakan bahan logistik yang harus tersedia di lokasi bencana.
a. Makanan siap saji
b. Tambahan gizi
c. Lauk pauk
d. Kids ware
e. Sandang
f. Selimut
Diposkan oleh retno wulan di 17.59

Anda mungkin juga menyukai