Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

DISASTER NURSING

OLEH :
RICKY FADRIANNUR
1614201120368

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Profesi keperawatan bersifat luas dan mencakup segala kondisi, dimana
perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja
melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap
bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal
memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan
teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.

Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana


dapat dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga
bencana dalam berbagai bentuk. Pentingnya peran perawat dalam situasi
tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat dalam
keadaan tanggap bencana.

Perawat harus mempunyai ketrampilan teknis dan pengetahui tentang


epidemiologi, fisiologi, farmakologi, struktur budaya dan social serta masalah
psikososial sehingga dapat membantu dalam kesiapsiagaan bencana dan
selama bencana sampai dengan tahap pemulihan (ICN,2009). Perawat
bersama dengan dokter merupakan ujung tombak kesehatan pada saat
bencana terjadi selama dalam kondisi kritis dan gawat darurat (Zarea,
dkk.,2014).

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana
Menurut Menurut WHO (2002) bencana adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang
terkena.

Sedangkan Bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana, adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,


non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana
nonalam, dan bencana sosial.

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah bencana


adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, kerugian, maupun
korban manusia yang di sebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia.

2.1 Jenis jenis Bencana


Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun
2007, antara lain:
2.1.1 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
2.1.2 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
2.1.3 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010),
jenis-jenis bencana antara lain:
2.1.4 Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi
yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada
bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme
perusakan terjadi karena energi getaran gempa
dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan
bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan,
dan kerusakan tanah lainnya yang merusak
permukiman penduduk. Gempa bumi juga
menyebabkan bencana ikutan berupa , kecelakaan
industri dan transportasi serta banjir akibat
runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan
lainnya.
2.1.5 Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan
periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan
impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut
bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik
atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke
daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100
Km/jam dan ketinggian air.
2.1.6 Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian
dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab
berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Magma akan mengintrusi batuan atau
tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan
mendekati permukaan bumi. Setiap gunung api
memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis
muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan
tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan.
Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak
dan mematikan.
2.1.7 Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan
massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi
karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan
penyusun lereng.
2.1.8 Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan
tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar.
Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena
tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan
hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-
rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
2.1.9 Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air
yang jauh dibawah kebutuhan air baik untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan.
2.1.10 Angin Topan adalah pusaran angin kencang
dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang
sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik
utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang
sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan
disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di
daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius
ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan
rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin
badai.
2.1.11 Gelombang Pasang adalah gelombang air laut
yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan
bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama
daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang
terjadi karena adanya angin kencang atau topan,
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari.
Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100
Km/jam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi
kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah
yang dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut.
Jika terjadi gelombang pasang di laut akan
menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau
disebut dengan abrasi.
2.1.12 Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat
atau lahan atau bangunan dilanda api serta hasilnya
menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan hutan
adalah keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api
sehingga mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan
serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.
2.1.13 Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa
merupakan ancaman yang diakibatkan oleh
menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di
suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi
atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat
mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit
yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai
sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain
demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks,
busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada
umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya,
sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan
kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi
bencana nasional yang banyak
2.2 Peran Perawat Dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini,
antara lain:
2.2.1 Mengenali instruksi ancaman bahaya;
2.2.2 Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda
2.2.3 Melatih penanganan pertama korban bencana.
2.2.4 berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi
ancaman bencana kepada masyarakat.

Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :


2.2.5 Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2.2.6 Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan
pertolongan pertama luka bakar.
2.2.7 memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
2.2.8 Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
(misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
2.2.9 Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana
2.3 Peran Perawat Dalam Keadaan Darurat
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana
dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana
mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai
melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan,
begitu juga perawat sebagai bagian dari tim
kesehatan.Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat
untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat
dimana seleksi pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
2.3.1 Merah paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma
dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar derajat I-II
2.3.2 Kuning penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-
60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
2.3.3 Hijau prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan
dislokasi
2.3.4 Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
2.4 Peran Perawat Dalam Posko Bencana
Peran Perawat dalam posko bencana adalah sebagai berikut
2.4.1 Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
2.4.2 Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
2.4.3 Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
2.4.4 Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
2.4.5 Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan.
2.4.6 Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
2.4.7 Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
2.4.8 Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
2.4.9 Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater.
2.4.10 Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
2.5 Manejemen Bencana Melalui Pendekatan Spiritual
Dalam perspektif agama dalam upaya penanggulangan
bencana baik tahap pencegahan, kasiapsiagaan, mitigsi,
tanggap darurat, rehabilitasi dan rekontruksi merupakan
bagian dari ajaran agama dan termasuk jihad karena
menyangkut keselamatan hidup dan peradaban manusia.
Dalam konteks pengurangan resiko bencana, diperlukan
komitmen bersama semua pihak untuk melakukan ikhtiar fisik
dan ikhtiar spiritual. Ikhtiar fisisk meliputi pemeliharaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan menjaga
kelestariannya agar tidak merusak keseimbangan ekosistem
serta menggunakannya dengan seefisien mungkin. Selain itu
islam juga mengajarkan umatnya untuk melakukan ikhtiar
spiritual dalam upaya penanggulangan resiko bencana.
Setelah melakukan ikhtiar fisik dengan tindakan preventif
penanggulangan bencana, ikhtiar spiritual juga harus
dilakukan. Manusia harus sadar bahwa dia adalah ciptaan
Allah SWT dan kepada Allah SWT lah manusia memohon
pertolongan. Diantara ragam cara dalam melakukan ikhtiar
spiritual ini adalah dengan berdoa kepada Allah SWT.
2.6 Sikap Seorang Muslim Ketika Menghadapi Suatu
Bencana

Tidak semua bencana mengandung hikmah. Karena bencana tidak satu


macam:

Pertama, bencana yang terjadi ketika kita berada dalam ketaatan kepada Allah
SWT. Bencana yang seperti ini mengandung hikmah, walaupun kadang tidak
diketahui orang yang mengalaminya. Datangnya tidak berbeda dengan
seorang siswa yang harus menjalani ujian demi bisa naik kelas. Oleh karena
itu, kalau kita ridha, Allah SWT pasti akan meningkatkan derajat kita. Allah
SWT berfirman:
.
))

))

(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,


Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-Baqarah: 156-157]

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga)
kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan [li Imrn/3 : 186]

Kedua, bencana yang terjadi ketika kita berada dalam kemaksiatan kepada
Allah SWT. Ini adalah siksaan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:

(( ))

Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). [Asy-Syura: 30]

Hendaknya kita mencari-cari hikmah dalam bencana seperti ini. Memikirkan


hikmah saat itu sama saja berusaha membuat diri kita nyaman dengan
kemaksiatan. Oleh karena itu, hendaknya bertobat kepada Allah SWT. Kalau
memang dikatakan ada hikmahnya, tobat itulah hikmahnya.

Prinsip seorang muslim terhadap bencana Pertama; Kita harus yakin bahwa
hidup ini takkan luput dari musibah. Kita pasti akan diuji dengan ujian Kata
ulama, dunia ini adalah daarul Itila : kampung yang penuh dengan musibah
Dalam Qs. Albaqarah 155-156: Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan SEDIKIT ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. dan berikanlah BERITA GEMBIRA kepada orang-orang
yang SABAR. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Jadi, bencana yg mungkin terjadi itu adalah SEDIKIT: kelaparan, kekurangan


harta(apapun bentuknya, apakah kena gempa, hilang dicuri orang, rusak
karena kebakaran, dll), jiwa (berpulangnya salah satu keluarga kita kepada
Allah) dan buah-buahan (gagal panen, adanya tikus sawah, kekeringan, dll).

Kedua : sikap kita adalah BERSABAR Sabar adalah sesuatu yang berat.
Gampang diucapkan, tapi, berat untuk dilaksanakan. Ganjaran bagi orang
yang sabar itu : unlimited. Tiada batasnya. Karena berat itulah, maka pahala
sabar itu besar.

DAFTAR PUSTAKA
Bencana, Pujiono. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan Bencana Paragdima Penanggulangan.
Weenbee. (2011). Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana.
http://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam
manajemen-bencana/#more-94. Di akses pada tanggal 23 Maret 2017.
https://www.bnpb.go.id/home/ . Di akses pada tanggal 23 Maret 2017
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37269/4/Chapter%20II.pdf . Di
akses pada tanggal 23 Maret 2017
https://almanhaj.or.id/3450-setiap-muslim-akan-menghadapi-
ujian-dan-cobaan.html . Di akses pada tanggal 23 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai