Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENANGGULANGAN BENCANA

Oleh : Hellen Fath Dustien,AM.Keb

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANGPROGRAM

STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,

geologis, hidrologis serta demografis yang memungkinkan terjadinya

bencana, baik yang disebabkan faktor alam, ataupun ulah tangan manusia

yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda serta dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat

menghambat pembangunan nasional.

Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia dan

lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan

terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit diprediksi

dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi, berapa

kekuatan bencana tersebut bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi

korban jiwa maupun harta benda.

Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency)

yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi,

tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin ribut, kebakaran

hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama potensi bencana di

wilayah Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi

bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard) dapat

dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang

2
menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona gempa yang

rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan

gunung api, peta potensi bencana banjir. Sedangkan peta potensi bencana

ikutan (collateral hazard potency) dapat dilihat dari beberapa indikator antara

lain bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan dan kepadatan

industri berbahaya.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),

terdapat 3.056 peristiwa bencana alam di Indonesia selama periode 1 Januari-

3 Oktober 2023. Mayoritas bencana alam tersebut berupa banjir, yaitu

sebanyak 893 kejadian, diikuti cuaca ekstrem 861 kejadian. Berikutnya, ada

687 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 449 kejadian tanah longsor, 116

kekeringan, 24 gelombang pasang/abrasi, 24 gempa bumi, serta 2 kejadian

erupsi gunung api. Sementara, belum ada satu pun peristiwa tsunami yang

terjadi di Indonesia sejak awal tahun ini. Berdasarkan wilayahnya, pada 1

Januari-3 Oktober 2023 bencana alam paling banyak terjadi di Jawa Barat,

yaitu mencapai 524 kejadian.Kemudian bencana alam di Jawa Tengah 445

kejadian, Sulawesi Selatan 193 kejadian, dan Aceh 172 kejadian.BNPB

melaporkan, seluruh kejadian bencana itu membuat 5,35 juta orang menderita

dan mengungsi, 5.555 orang luka-luka, 204 orang meninggal dunia, dan 10

orang hilang. Bencana tersebut juga mengakibatkan 25.116 rumah mengalami

kerusakan, rinciannya 3.387 rumah rusak berat, 3.844 rusak sedang, dan

17.885 rusak ringan. Lalu ada 714 fasilitas umum yang rusak akibat seluruh

3
bencana tersebut, terdiri dari 348 fasilitas pendidikan, 314 fasilitas

peribadatan, serta 52 fasilitas kesehatan.

No Nama Nilai / Kejadian

1 Banjir 893

2 Cuaca ekstrem 861

3 Kebakaran hutan/lahan 687

4 Tanah longsor 449

5 Kekeringan 116

6 Gelombang pasang/abrasi 24

7 Gempa bumi 24

8 Erupsi gunung api 2

9 Tsunami 0

Tujuan Penulisan

Agar mahasiswi mengerti tentang sistem penanggulangan bencana

dan dapat menambah wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat turut

serta dalam upayan penanggulangan bencana.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda serta dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

B. Potensi bencana.

1. Bencana banjir. Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang

bersifat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan

bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia, hewan dan

tumbuhan.

5
2. Bencana tanah longsor. Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu

merusak lingkungannya baik akibat gerakan tanah dibawahnya atau

karena penimbunan akibat longsor tersebut.

3. Bencana letusan gunung api.

4. Bencana Gempa Bumi. Adalah getaran partikel batuan atau goncangan

pada kulit bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-

tiba akibat aktivitas tektonik (gempa bumi tektonik) dan rekahan

akibat naiknya fluida (magma, gas uap dll) dari dalam bumi menuju

kepermukaan, disekitar gunung api, getaran tersebut menyebabkan

kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan yang menimbulkan

keruntuhan, disamping itu pula dampak lain yang ditimbulkan adalah

kebakaran, kecelakaan industri dan transfortasi, banjir akibat runtuhnya

bendungan dan tanggul.

5. Bencana Tsunami. Gelombang air laut yang membawa material baik

berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas

segala sesuatu yang berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat.

Bangunan-bangunan yang mempunyai dimensi lebar dinding sejajar

dengan garis pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya

gelombang akan mendapat tekanan yang paling kuat sehingga akan

mengalami kerusakan yang paling parah.

6. Bencana Kebakaran. Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor

alam berupa cuaca yang kering serta faktor manusia baik yang disengaja

maupun tidak, sedangkan kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan

6
lingkungan, korban jiwa dan harta benda dampak samping yang

diakibatkan kebakaran adalah asap yang dapat mempengaruhi kesehatan

serta gangguan aktifitas penerbangan.

7. Bencana Kekeringan. Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan

manusia, tanaman serta hewan baik secara langsung maupun tidak

langsung dampak dari bencana kekeringan ini seringkali secara

gradual/lambat, sehingga apabila tidak dipantau secara terus menerus

akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat

tanaman pangan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian,

sehingga berdampak urbanisasi.

8. Bencana Angin Siklon Tropis. Tekanan dan hisapan serta tenaga angin

meniup selama beberapa jam dapat mengakibatkan kerusakan pada

bangunan dan sarana umum kebanyakan angin topan disertai hujan deras

yang dapat menimbulkan bencana lain seperti tanah longsor dan banjir.

9. Bencana Wabah Penyakit. Wabah penyakit menular berdampak kepada

masyarakat yang sangat luas

10. Bencana Kegagalan Teknologi. Pada skala besar dapat mengancam

kestabilan ekologi secara global, ledakan instalasi dapat menyebabkan

korban jiwa, luka-luka dan kerusakan infrastruktur, kebakaran,

pencemaran udara, sumber air minum, tanaman, pertanian serta

terganggunya kestabilan ekologi secara global.

C. Kriteria Bencana.

7
1. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.

a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem

pemerintahan di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi

atau lebih tidak berfungsi.

b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami

rusak berat dan tidak berfungsi.

c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan

bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga

menyebabkan unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota

tidak mampu mengatasi akibat bencana tersebut.

d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak,

selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional.

2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.

a. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya

mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena

bencana.

b. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.

c. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur

BPBD Provinsi masih mampu mengatasi.

d. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap

korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul.

3. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.

8
a. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme

sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.

b. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.

c. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap

timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.

D. Korban Bencana.

1. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami

luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.

2. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya

atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan

prasarana umum lainnya.

3. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana

lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara

umum.

E. Hakekat Penanggulangan Bencana.

1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah

dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan prakarsa

masyarakat serta Pemerintah Daerah.

3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya

bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan

9
kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak

dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan

yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan

meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin.

F. Asas Penanggulangan Bencana.

1. Kemanusiaan. Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak

azasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia secara proporsional.

2. Keadilan. Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan

bencana harus mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

warga negara tanpa kecuali.

3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.

Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan

latar belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status

sosial.

4. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian. Dalam penanggulangan

bencana harus mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan

lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan lingkungan serta

mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.

5. Ketertiban dan kepastian hukum. Penanggulangan bencana harus dapat

menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya

kepastian hukum.

10
6. Kebersamaan. Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas

dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang

dilakukan secara gotong royong.

7. Kelestarian lingkungan hidup. Materi muatan ketentuan dalam

penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk

generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi untuk

kepentingan bangsa dan negara.

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penanggulangan bencana harus

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga

mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan bencana baik

pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana maupun pada tahap

pasca bencana.

G. Tujuan Penanggulangan Bencana.

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

4. Menghargai budaya lokal.

5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan

kedemawanan.

7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

11
H. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana.

1. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat

dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.

2. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus

mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan

manusia.

3. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana didasarkan

pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan

keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai

sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan

saling mendukung.

4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya guna

adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak

membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil

guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna

dalam mengatasi kesulitan masyarakat.

5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi

pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat

dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.

6. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus

dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.

12
7. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak

memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,

agama, ras dan aliran politik apapun.

8. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan

agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan

pelayanan darurat bencana.

I. Pentahapan Penanggulangan Bencana.

1. Pra Bencana.

a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.

Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :

1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.

2) Pemahaman kerentanan masyarakat.

3) Analisa kemungkinan dampak bencana.

4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.

5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak

bencana.

6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.

7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan

dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat

Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan

oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.

13
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap

2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.

9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan

berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.

Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman

dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

menghadapai bencana melalui kegiatan :

1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.

2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.

3) Pengembangan budaya sadar bencana.

4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan

bencana.

5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan

penanggulangan bencana.

6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana dilakukan

penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik secara

nasional maupun daerah.

Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan

kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan

kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber

bahaya/ancaman bencana.

14
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam

yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.

3) Pemantauan penggunaan tehnologi.

4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan. Dilakukan oleh

pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan

sinkronisasi dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana

penanggulangan bencana kedalam rencana pembangunan pusat dan

daerah.

Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan pembangunan

yang mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan bencana

dilengkapi analisis resiko bencana sebagai bagian dari usaha

penanggulangan bencana sesuai kewenangannya, dan ditetapkan oleh

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang ditunjukkan

dalam dokumen yang disyahkan oleh pejabat pemerintah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, selanjutnya BNPB

melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaannya.

Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk

mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan

tentang penataan ruang, standard keselamatan dan penerapan sanksi

terhadap pelanggar dimana pemerintah secara berkala melaksanakan

pemantauan & evaluasi.

15
Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis

Penanggulangan Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

a. Kesiap siagaan. Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi

terjadinya bencana dilakukan melalui :

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat

bencana.

2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan

dini.

3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar.

4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang

mekanisme tanggap darurat.

5) Penyiapan lokasi evakuasi.

6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur

tetap tanggap darurat bencana.

7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

b. Peringatan Dini. Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan

tepat dalam rangka mengurangi resiko terkena bencana serta

mempersiapkan tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :

1) Pengamatan gejala bencana.

16
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.

3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.

4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.

5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.

c. Mitigasi. Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi

masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana, yang

dilakukan melalui :

1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko bencana.

2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata

bangunan.

3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik

secara konvensional maupun modern.

3. Tanggap Darurat.

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan

sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :

1) Cakupan lokasi bencana.

2) Jumlah korban.

3) kerusakan prasarana dan sarana.

4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.

5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Keadaan darurat bencana

dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

tingkatan bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden,

17
tingkat Provinsi oleh Gubernur dan tingkat Kabupaten/Kota oleh

Bupati/Wali kota. Pada saat status keadaan darurat bencana

ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki kemudahan akses dibidang :

1) Pengerahan sumber daya manusia.

2) Pengerahan peralatan.

3) Pengerahan logistik.

4) Imigrasi, cukai dan karantina.

5) Perijinan.

6) Pengadaan barang dan jasa.

7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.

8) Penyelamatan.

9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban. Pada tahap ini dilakukan

dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat

bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya :

1) Pencarian dan penyelamatan korban

2) pertolongan darurat.

3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.

4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus

menyediakan kebutuhan dasar meliputi

a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.

b) Pangan.

c) Sandang.

18
d) Pelayanan kesehatan.

e) Pelayanan Psikososial.

f) Penampungan dan tempat hunian.

5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan

memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa

penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan

psikososial. Adapun yang termasuk kelompok rentan terdiri atas

a) Bayi, balita dan anak-anak.

b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.

c) penyandang cacat.

d) Lanjut usia.

6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan

sarana vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital

dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung,

dilakukan dengan memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat

bencana.

4. Pasca Bencana

Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana

dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.

a. Rehabilitasi

1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.

2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.

19
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.

4) Pemulihan sosial psycologis.

5) Pelayanan kesehatan.

6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.

7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.

8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.

9) Pemulihan fungsi pemerintah.

10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.

11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan

pemerintah.

b. Rekonstruksi.

Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi :

1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.

2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.

3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.

4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan

yang lebih baik dan tahan bencana.

5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan,

dunia usaha dan masyarakat.

6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.

8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

20
5. Upaya Penanggulangan

A. Upaya Menanggulangi Banjir


• Menjaga lingukungan sekitar
Yang utama adalah menjaga lingkungan sungai atau selokan, sungai
sebaiknya di pelihara dengan baik. Jangan membuang sampah ke
selokan. Sungai atau selokan jangan di jadikan tempat pembuangan
sampah
• Hindari membuat rumah di pinggiran sungai
Saat ini semakin banyak warga yang membangun rumah di pinggir
sungai, ada baiknya pinggiran sungai jangan di jadikan rumah penduduk
karena menyebabkan banjir dan tatanan masyarakat tidak teratur.
• Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang
pohon yang telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon
yang baru. Hal ini ditujukan untuk regenerasi hutan dengan tujuan
hutan tidak menjadi gundul.
• Buanglah sampah pada tempatnya
Sering kali masyarakat indonesia membuang sampah sembarangan
terutama membuang sampah ke sungai, tentu hal ini akan memebrikan
dampak buruk di kemudian hari. Karena sampah yang menumpuk bisa
menyebabkan terjadinya banjir saat curah hujan sedang tinggi.
Pengelolahan sampah yang tepat bisa membantu mencegah banjir.
• Rajin Membersihkan Saluran Air
Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada. Di wilayah
tertentu bisa diadakan secara gotong royong. Penjagaan ini harus
dilakukan secara terus menerus dengan waktu berkala. Hal ini bertujuan
agar terjadi hujan deras, air tidak akan tersumbat dan mampu
mencegah terjadinya banjir.

21
B. Upaya Pengurangan Bencana Aingin puting Beliung
• Memiliki struktur bangunan yang dapat memenuhi syarat teknis
sehingga mampu untuk bertahan terhadap angin terutama angin
besar
• Di daerah rawan angin badai, perlu adanya standar bangunan untuk
bisa memperhitungkan beban angin. Sehingga struktur bangun
dapat bisa menahan angin.
• Melakukan penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam
gaya angin.
• Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan
angin yang dapat membahayakan diri atau orang lain disekitarnya.
• Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan, mengetahui
bagaimana cara penyelamatan diri
• Pengamanan barang-barang disekitar rumah agar terikat/dibangun
secara kuat sehingga tidak diterbangkan angin
• Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat
kapal-kapalnya.

C. Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor

• Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama


di sekitar lereng yang curam.

• Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan


bencana terutama bencana tanah longsor
• Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air
dari lereng, menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras
air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah
• Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase
pada teras – teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan
air ke dalam tanah

22
• Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
dan jarak tanam yang tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga
bencana tanah longsor bisa di minimalisir.
• Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat.
sehingga akan kokoh saat terjadi bencana
• Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk
secara cepat kedalam tanah.
• Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
D. Upaya Penanggulangan Kekeringan
Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang keberadaannya
sama sekali tidak diinginkan. Sepeti halnya jenis bancana alam lainnya
yang dapat diupayakan penanggulangannya, demikian halnya dengan
kekeringan. Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk
menanggulangi kekeringan ini antara lain adalah sebagai berikut:
• Menanam banyak pohon
Salah satu cara untuk dapat menanggulangi kekeringan adalah banyak
menanam pepohonan. Seperti yang kita tahu bahwa salah satu fungsi
pohon adalah mnyerap dan kemudian menyimpan air di dalam akarnya.
Suatu saat air yang tersimpan di bawah akar pohon dan disebut dengan
air tanah ini akan dapat digunakan di kemudian hari ketika musim
kemarau tiba. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dartah
yang mempunyai banyak pohon akan lebih banyak mempunyai air
daripada daerah yang kurang pohon.
• Membuat bendungan
Solusi kedua untuk menanggulangi kekeringan adalah dengan membuat
bendungan. Bendungan merupakan salah satu cara untuk membuat air
sungai tersimpan (terbendung) sehingga suatu saat dapat digunakan
ketika masuarakat kekurangan air. Bendungan juga digunakan untuk
mengairi sawah.
• Menggunakan air dengan sewajarnya

23
Dan salah satu solusi yang dapat kita lakukan dan dimulai dari diri sendiri
adalah menghemat penggunaan air. Air yang merupakan sumber daya
alam harus kita hemat dan penggunaannya hanya sewajarnya saja,
jangan berlebihan.

E. Upaya Penanggulangan Abrasi


• Membangun Pemecah Gelombang
Membuat pemecah gelombang bisa menjadi salah satu cara untuk
mencegah abrasi pantai. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan gelombang
yang tiba pada garis pantai tidak terlalu besar sehingga tidak berpotensi
mengikis padatan yang berada dititik tersebut. Beberapa wilayah di
Indonesia sudah banyak yang menerapkan pemecah gelombang sebagai
penangkal abrasi pantai
• Hutan Mangrove/Bakau
Cara yang paling manjur untuk mengatasi abrasi adalah dengan
menanam mangrove. Langkah penanggulangan berbasis konservasi ini
idealnya disandingkan dengan opsi pemecah gelombang. Manfaat hutan
bakau dalam melindungi garis pantai sebenarnya sudah banyak diketahui
pihak terkait. Namun kesadaran untuk membuat ini masih minim.
Mangrove memiliki banyak manfaat seperti :
1. Menjaga stabilitas garis pantai.
2. Mengurangi akibat bencana alama tsunami.
3. Membantu pengendapan lumpur, dengan demikian kualitas air lautan
jauh lebih terjaga.
4. Membantu menahan juga menyerap tiupan angin laut yang cukup
kencang.
5. Merupakan sumber plasma nutfah.
6. Membantu menjaga keseimbangan alam.
7. Membantu mengurangi polusi baik di udara juga di air.
BAB III

24
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda serta dampak psikologis.

Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana

banjir, bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa

Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan.

Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan

Bencana Kegagalan Teknologi.

B. Saran

Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan

kepada pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar

penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam

pengendalian dini bencana yang akan terjadi.

25

Anda mungkin juga menyukai