Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-
komponen pemicu (trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan (vulnerability)
bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya resiko (risk)
pada komunitas. Beberapa contoh dari bencana diantaranya adalah bencana yang
disebabkan oleh gejala-gejala alam seperti banjir, angin ribut, longsor, gempa
bumi, gelombang pasang, tsunami, dan lain sebagainya.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, penyebab
terjadinya bencana dapat disebabkan oleh tiga faktor. Faktor tersebut yaitu : 1)
bencana dapat terjadi karena fenomena alam seperti Tsunami, letusan gunung
berapi, gempa bumi, kekeringan, penyakit pada tanaman atau hewan peliharaan,
dan seterusnya, 2) bencana dapat terjadi karena perbuatan manusia terhadap
lingkungannya, seperti banjir, tanah longsor, wabah penyebab virus, dan
seterusnya, dan 3) bencana dapat terjadi akibat tindakan manusia atau
hubungannya terhadap lingkungan sosialnya, seperti konflik agama, kerusuhan
politik yang kacau balau, dan konflik suku bangsa (Susanto, 2006: 2-3).
Pengesahan Undang-undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana oleh Pemerintah RI tanggal 26 April 2007 telah membawa dimensi baru
dalam pengelolaan bencana di Indonesia. Paradigma yang dahulu lebih bersifat
responsif dalam menangani bencana sekarang diubah menjadi suatu kegiatan yang
bersifat preventif, sehingga bencana dapat dicegah atau diminimalkan (mitigasi)
sehingga risikonya dapat dikurangi. Undang-undang tentang penanggulangan
bencana tersebut juga mensyaratkan penanggulangan bencana harus dilakukan
secara terdesentralisasi dengan melibatkan partisipasi masyarakat yang seluas-
luasnya baik mulai sejak tahap awal program (identifikasi, analisis, penerapan
rencana kerja, monitor dan evaluasi) sampai ke tahap akhir dimana program akan
diserahterimakan sepenuhnya kepada masyarakat lokal. Berbicara tentang
bencana pada dasarnya membicarakan lima (5) hal sekaligus, yaitu penyebab
bencana dan kerentanan (faktor alam dan manusia), dampak bencana (kerusakan
2

lingkungan, korban dan kerugian), peran pemerintah (termasuk kebijakan


penanggulangan bencana), peran masyarakat (sebagai korban, faktor penyebab
atau penyelamat) dan yang terakhir berbicara tentang pengaruh dan tindakan
stakeholders terkait dengan ancaman bahaya dan bencana tersebut.
Berdasarkan data dari BNPB tahun 2018 terdapat beberapa bencana alam
yang terjadi di Indonesia yakni puting beliung di daerah Kota Baru Kalimantan
Selatan, tanah longsor di Agam Sumatera Barat, Banjir di Sorong Papua Barat,
banjir di Cirebon Jawa Barat, dan masih banyak lagi. Sedangkan bencana alam di
di dunia yang dirangkum oleh Kompas.com bahwasanya bencana terbesar pada
tahun 2017 terjadi di kawasan benua Amerika, yakni tanah longsor di Kolombia,
topan Harvey di Irma, gempa Meksiko, dimana semua bencana ini menyebabkan
terjadinya banyak kerugian baik dana maupun korban jiwa.
Terlepas dari penyebab terjadinya bencana, berdasarkan data statistik
bencana alam di dunia Indonesia merupakan sebagai salah satu negara yang
sangat rawan terhadap bencana sehingga memang diperlukan kebijakan dari
pemerintah dalam mengurangi resiko terjadinya bencana seperti adanya mitigasi
bencana. Dengan adanya mitigasi bencana dapat menambah wawasan masyarakat
terkait cara penanggulangan bencana baik sebelum, saat terjadi bencana, maupun
setela terjadi bencana.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Jelaskan defenisi dari bencana alam ?
2. Jelaskan jenis-jenis dari bencana alam ?
3. Jelaskan terkait mitigasi bencana ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi bencana alam.
2. Menjelaskan jenis-jenis bencana alam.
3. Menjelaskan tentang mitigasi bencana.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana Alam
Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana
alam merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/ non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.

B. Jenis Bencana Alam


Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana dikategorikan
kedalam tiga hal:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Namun berbeda dengan UU no 24 tahun 2007, Verstappen (1985: 14)
mengelompokan bencana alam atau bahaya menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bencana atau bahaya yang berasal dari dalam bumi (Hazards of endogenus
origin), contohnya gempa bumi dan erupsi gunung berapi.
2. Bencana atau bahaya yang berasal dari luar bumi (Hazards of exogenous
origin) contohnya jatuhnya meteor, sambaran halilintar, badai, tornado,
hurricane, taifun, puting beliung, tanah longsor, maupun banjir.
3. Bencana atau bahaya yang berasal dari manusia (Hazards of anthrophogenous
4

origin) contohnya kebakaran pemukiman, kecelakaan lalulintas udara, laut, dan


darat, kerusuhan, dan peperangan.
Berdasarkan pengelompokan terkait bencana maupun bahaya yang terjadi,
berikut ini adalah beberapa bencana alam yang sering terjadi di sekitar kita serta
karakteristiknya :
1. Banjir
Banjir adalah bencana yang terjadi
akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air
yang memadai, sehingga merendam
wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki.
Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya
Gambar 1. Banjir
Sumber : google/image sistem aliran air yang ada.
a. Jenis–Jenis Banjir
Jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan
banjir laut pasang.
1) Banjir Sungai : Terjadi karena air sungai meluap.
2) Banjir Danau : Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
3) Banjir Laut pasang : Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa
bumi.
b. Penyebab Terjadinya Banjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
1) Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi
2) Pendangkalan sungai
3) Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai maupun
gotong royong
4) Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat
5) Pembuatan tanggul yang kurang baik
6) Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
c. Dampak Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
1) Rusaknya areal pemukiman penduduk
2) Sulitnya mendapatkan air bersih
5

3) Rusaknya sarana dan prasarana penduduk


4) Rusaknya areal pertanian
5) Timbulnya penyakit-penyakit
6) Menghambat transportasi darat
d. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Banjir
Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan,
diantaranya adalah :
1) Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
2) Mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air.
3) Membangun rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-
sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan.
4) Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah
lokasi penyerapan air.
5) Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan
sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus
air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus
tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
6) Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang
sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga
tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.
2. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah kebakaran
yang diakibatkan oleh faktor alam seperti
samba-ran petir, kekeringan yang
berkepanjangan, leleran lahar, dan lain
sebagainya. Kebakaran hutan
menyebabkan dampak yang luas akibat
asap kebakaran yang menyebar ke daerah
Gambar 2. Kebakaran Hutan di sekitarnya. Hutan yangterbakar juga
Sumber : google/image
bisa sampai ke pemukiman warga
sehingga bisa membakar habis bangunan yang ada.
a. Penyebab Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan disebabkan oleh beberapa hal berikut:
6

1) Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang
panjang.
2) Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
3) Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
4) Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5) Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang
dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
b. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Kebakaran Hutan
Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat unit pengelolaan hutan
konservasi, kesatuan pengelolaan hutan produksi, kesatuan pengelolaan hutan
lindung meliputi kegiatan:
1) Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan
2) Inventarisasi faktor penyebab kebakaran
3) Penyiapan regu pemadam kebakaran
4) Pembuatan prosedur tetap
5) Pengadaan sarana dan prasarana
6) Pembuatan sekat bakar.
3. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran di
tanah yang disebabkan oleh
pergerakan permukaan bumi.
Episentrum adalah titik di permukaan
bumi, tepat di pusat gempa.
Hiposentrum berada jauh dalam tanah
Gambar 3. Gempa Bumi
Sumber gambar : google/image ditempat batuan pecah dan bergeser
untuk pertama kali.
a. Jenis Gempa Bumi
1) Gempa bumi vulkanik adalah getaran kuat akibat kegiatan gunung berapi.
2) Gempa bumi tektonik adalah getaran kuat yang diakibatkan oleh patahan
bumi karena pergesekan lempeng samudra atau lempeng bumi.
b. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Gempa Bumi
7

Antisipasi yang harus dilakukan bagi masyarakat luas adalah apa dan
bagaimana cara menghadapi kejadian gempa, pada saat dan sesudah gempa
terjadi. Beberapa saran dalam menghadapi kejadian gempa adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal apa yang disebut gempa bumi.
2) Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi
sudah mengetahui tempat paling aman untuk berlindung.
3) Belajar melakukan P3K.
4) Belajar menggunakan pemadam kebakaran.
5) Mencatat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi
gempa bumi.
6) Perabotan (lemari, kabinet, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat dan lain-lain) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser
pada saat terjadi gempa bumi.
7) Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah
pecah, agar terhindar dari kebakaran.
8) Selalu mematikan air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
9) Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat
kejatuhan material.
10) Alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K (Senter/lampu batrai,
Radio, Makanan suplemen dan Air).
4. Tsunami
Tsunami adalah ombak yang
sangat besar yang menyapu daratan
akibat adanya gempa bumi di laut,
tumbukan benda besar/cepat di laut,
angin ribut, dan lain sebagainya.
Tsunami sangat berbahaya karena
Gambar 4. Tsunami Aceh
Sumber : google/image bisa menyapu bersih pemukiman
warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam. Tsunami yang
besar bisa membunuh banyak manusia dan makhluk hidup yang terkena
dampak tsunami.
a. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika ada gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
8

bumi,longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami


adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa
tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya
Gunung Krakatau. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan
dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar
yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per
jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih
50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di
tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari
garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa
beberapa kilometer.Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau
sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng
samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di
dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air
laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan
tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba
sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian
pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.
b. Langkah-langkah AntisipasiSaat Terjadi Bencana Tsunami
Beberapa langkah dalam antisipasi dari bencana tsunami diantaranya:
9

1) Jika kamu sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari
sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan,
berlarilah menuju bukit yang terdekat.
2) Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
3) Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan no.2, carilah
bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building),
gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya
sampai ke lantai 3).
4) Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan kamu
bebas dan tidak membawa apa-apa.
5. Gunung Meletus
Gunung meletus adalah
gunung yang memuntahkan materi-
materi dari dalam bumi seperti
debu, awan panas, asap, kerikil,
batu-batuan, lahar panas, lahar
dingin, magma, dan lain sebagainya.
Gambar 5. Gunung Meletus Gunung meletus biasanya bisa
Sumber : google/image
diprediksi waktunya sehingga
korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir. Magma adalah cairan pijar
yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh
radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh
radius 90 km.
a. Upaya Pengurangan Resiko Terhadap Bencana Gunung Merapi
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
2) Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
3) Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
10

4) Kenakan pakaian yang melindungi tubuh seperti, baju lengan panjang,


celana panjang, topi dan lainnya.
5) Jangan memakai lensa kontak.
6) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
7) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.

6. Angin Puting Beliung/Angin Ribut


Angin puting beliung adalah
angin dengan kecepatan tinggi yang
berhembus di suatu daerah yang dapat
merusak berbagai benda yang ada di
permukaan tanah. Puting Beliung
secara resmi digambarkan secara
Gambar 6. Angin Puting Beliung
Sumber : google/image singkat olehNational Weather Service
Amerika Serikat seperti tornado yang melintasi perairan. Namun, para peneliti
umumnya mencirikan puting beliung "cuaca sedang" berasal dari puting
beliung tornado. Puting beliung cuaca sedang sedikit perusak namun sangat
jauh dari umumnya dan memiliki dinamik yang sama dengansetan debu dan
landspout. Mereka terbentuk saat barisan awan cumulus congestus menjulang
di perairan tropis dan semitropis. Angin ini memiliki angin yang secara relatif
lemah, dinding berlapis lancar, dan umumnya melaju sangat pelan.
a. Upaya Pengurangan Resiko Terhadap Bencana Angin Puting Beliung
1) Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk
mampu bertahan terhadap gaya angin.
2) Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin
khususnya di daerah yang rawan angin topan.
3) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang
terlindung dari serangan angin topan.
4) Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin
5) Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan
sebagai tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat
terjadi serangan angin topan.
11

6) Pembangunan rumah yang tahan angin.


7) Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin
yang dapat membahayakan diri atau orang lain disekitarnya.
8) Meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan, mengetahui
bagaimana cara penyelamatan diri.
9) Pengamanan barang-barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara
kuat sehingga tidak diterbangkan angin.
10) Mensosialisasikan kepada nelayan agar supaya menambatkan atau
mengikat kuat kapal-kapalnya.
7. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah tanah
yang turun atau jatuh dari tempat
yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Masalahnya jika ada orang
atau pemukiman di atas tanah yang
longsor atau di bawah tanah yang
Gambar 7. Tanah Longsor
Sumber : Google/image jatuh maka sangat berbahaya.
Tidak hanya tanah saja yang longsor karena batu, pohon, pasir, dan lain
sebagainya bisa ikut longsor menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor
yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang
mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya
yang turut berpengaruh : Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang
laut yang menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan
dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa
bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
yang lemah gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan
lebat dan aliran debu-debu getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-
bahan peledak, dan bahkan petir berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari
berkumpulnya hujan atau salju.
12

a. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Tanah Longsor


Upaya pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor
antara lain sebagai berikut :
1) Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat ciri-ciri daerah
rawan longsor kita dapat menghindar.
2) Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
3) Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
(akar tunggang).
4) Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan material lempung
untuk mencegah air masuk ke dalam tanah
5) Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah hujan
yang tinggi dalam waktu lama.
6) Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala kecil di
sepanjang lereng.
8. Kekeringan
Kekeringan perlu dibedakan
antara kekeringan (drought) dan
kondisi kering (aridity).
Kekeringanadalah kesenjangan antara
air yang tersedia dengan air yang
diperlukan, sedangkan ariditas
Gambar 8. Kekeringan (kondisi kering) diartikan sebagai
Sumber : google/image
keadaan jumlah curah hujan sedikit.
Kekeringan dapat timbul karena gejala alam yang terjadi di bumi ini.
Kekeringan terjadi karena adanya pergantian musim. Pergantian musim
merupakan dampak dari iklim. Pergantian musim dibedakan oleh banyaknya
curah hujan. Pengetahuan tentang musim bermanfaat bagi para petani untuk
menentukan waktu tanam dan panen dari hasil pertanian.
Pada musim kemarau, sungai akan mengalami kekeringan. Pada saat
kekeringan,sungai dan waduk tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya
sawah-sawah yang menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga
mengalami kekeringan. Sawah yang kering tidak dapat menghasilkan panen.
Selain itu, pasokan air bersih juga berkurang. Air yang dibutuhkan sehari-hari
13

menjadi langka keberadaannya.Kekeringan pada suatu kawasan merupakan


suatu kondisi yang umumnya mengganggu keseimbangan makhluk hidup.
a. Upaya Pengurangan Resiko Kekeringan
1) Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti
penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara
pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.
2) Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check
dam, reboisasi.
3) Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk
menghindari penebangan hutan/tanaman.
4) Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.
5) Pendidikan dan pelatihan.
6) Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan melaksanakan
pengelolaan Iahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.
7) Pembangunan check dam, waduk, sumur serta penampungan air,
penghijauan secara swadaya.
8) Mengurangi pemanfaatan kayu bakar.
9) Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air.
10) Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air
diwilayahnya.
11) Mengembangkan industri alternatif non pertanian.
C. Mitigasi Bencana
Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana, baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks
bencana, dikenal dua macam yaitu pertama bencana alam yang merupakan suatu
serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa
gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor,
dan lainnya. Kedua, bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan
oleh manusia, seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi
bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak
utama dari manajemen bencana.
Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :
1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
14

2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam


menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul.
4. Pengauran dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai
akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).
1. Jenis-Jenis Mitigasi Bencana
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural berhubungan
dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non
struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan
kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enforcement)
pembangunan. Dalam kaitan itu pula, kebijakan nasional harus lebih memberikan
keleluasan secara substansial kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sistem
mitigasi bencana yang dianggap paling tepat dan paling efektif-efisien untuk
daerahnya.
a. Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana
yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk
pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang
bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk
memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya
untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara
rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah
bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga
bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak
membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis
15

adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan


karakteristik aksi dari bencana.
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain
dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan.Undang-Undang Penanggulangan Bencana
adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh
lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat,
bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi
penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua
dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan
bencana.
2. Tujuan Dilakukannya Mitigasi Bencana
Tujan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian
pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang. Tujuan utama adalah untuk
mengurangi resiko kematian dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan
sekunder mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang
ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-
kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan
mengurangi kerugian-kerugian sektor swasta sejauh hal-hal itu mungkin
mempengaruhii masyarakat secara keseluruhan. Tujuan-tujuan ini mungkin
mencakup dorongan bagi orang-orang untuk melindungi diri mereka sejauh
mungkin.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs)
dan kerusakan sumber daya alam.
b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi
dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan
aman (safe).
3. Pertimbangan dan Penyusunan Program Mitigasi Bencana
16

Beberapa pertimbangan dalam menyusun program mitigasi, khususnya di


Indonesia adalah :
a. Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
b. Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan,
tenaga kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
c. Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
d. Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan
membangun sendiri.
e. Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
f. Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun
rumah.Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
g. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di
daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi,
maupun implikasi politik.
h. Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
4. Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana
a. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain :
1) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap
unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman
umum,petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-
masing.
2) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
b. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
1) Pemetaan.
17

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan


daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan
peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi
pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam.
Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum
dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
 Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
 Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
 Peta bencana belum terintegrasi
 Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.
2) Pemantauan.
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan
dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan
strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan rawan
bencana.
3) Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara:
memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi
ke media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu
cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan
terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi
pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat
Indonesia sangat luas.
4) Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan
kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika
sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan
18

Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di


daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah
rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi
bencana.
5) Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan
penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada
alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB,
SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan
tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
6) Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat
kegiatan hasil pengamatan secara kontinu di suatu daerah rawan dengan
tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi
jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut
disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan
tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari
bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana
berupa saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan
(sementara atau seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran
penanganan lainnya.
19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Bencana alam kadang terjadi di luar dugaan manusia. Berbagai faktor
menyebabkan terjadinya bencana alam salah satunya adalah karena ketidakberda-
yaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai
kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Dalam mengurangi resiko
bencana tersebut maka diperlukan adanya penanggulangan bencana. Adapun
upaya penanggulangan bencana meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan
(mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan rekontruksi, baik sebelum, pada saat
terjadi bencana, maupun setelah bencana. Sehingga kita semua dapat
menghindarkan diri dari bencana yang terjadi.
20

DAFTAR PUSTAKA

http://adimulyadi.academia.edu/2018/07/bencana-alam.html
http://pertemuan1mitigasibencanaalamjeniskarakteristikbencanaalam-
180102093515.pdf
http://alifializanawarti.blogspot.co.id/2018/07/mitigasi-bencana.html
http://onlymissblue.blogspot.co.id/2018/07/makalah-mitigasi-bencana.html
http://dannysetwan.blogspot.co.id/2018/07/mitigasi-bencana-alam.html
Susanto. 2006. Disaster Management Di Negeri Rawan Bencana. PT Aksara
Grafika Pratama : Jakarta
Undang-undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Verstappen, 1985. Applied Geomorphological Survey and natural Hazard Zoning.
Enschede : ITC

Anda mungkin juga menyukai