Triase
Bencana
Tuti Herawati
Pengertian Bencana
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana Nonalam
angin topan, tanah longsor. dan teror.
- Mengingat begitu luasnya wilayah administratif, jumlah penduduk yang besar, dan banyaknya
- Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ketangguhan bangsa
bencana (PRB) ini mencapai puncaknya setelah kejadian tsunami Aceh 2004.
- Saat itu, Indonesia dengan dukungan beberapa negara sahabat telah membangun jaringan sistem
peringatan dini tsunami (SPDT) atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Sistem
ini berpusat di BMKG dan telah diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI pad 11 September 2011
3. Letusan Gunung Api
● Indonesia memiliki 127 gunung api aktif, atau sekitar 13% gunungapi aktif di
dunia terletak di Indonesia → negara ini sebagai pemilik gunung api terbanyak di
dunia
● Sekitar 60% dari jumlah tersebut adalah gunung api yang memiliki potensi
bahaya cukup besar bagi penduduk yang ada di dekatnya, sehingga demi
keselamatan dan kelangsungan hidupnya masyarakat perlu mewaspadai
bahaya ini
Pengelolaan Gunung Api
Pengelolaan gunungapi saat ini dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) – Badan Geologi – Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral Republik Indonesia. Mandat yang dimiliki PVMBG adalah:
(1) Penelitian dan pemantauan aktivitas gunungapi;
(2) Peringatan Dini Bencana Letusan Gunungapi
(3) Penetapan Kawasan Rawan Bencana;
(4) Pembentukan Tim Tanggap Darurat;
(5) Sosialisasi kepada Pemerintah daerah dan masyarakat: pelatihan evakuasi dan
penataan tata ruang
4. Banjir
● Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) termasuk banjir tidak dapat dibatasi oleh wilayah
administrasi, tetapi pengelolaan SDA dibatasi oleh Wilayah Sungai (WS).
● Wilayah Sungai ditetapkan dengan KEPPRES No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah
Sungai. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari:
○ 5 WS lintas negara
○ 29 WS lintas provinsi
○ 29 WS strategis nasional
○ 53 WS lintas kabupaten/kota
● Banjir dapat disebabkan oleh kondisi alam yang statis seperti geografis, topografis, dan
geometri alur sungai. Peristiwa alam yang dinamis seperti curah hujan yang tinggi,
pembendungan dari laut/pasang pada sungai induk, amblesan tanah dan pendangkalan
akibat sedimentasi, serta aktivitas manusia yang dinamis seperti adanya tata guna di lahan
dataran banjir yang tidak sesuai
5. Tanah Longsor
● Bencana gerakan tanah atau dikenal sebagai
tanah longsor merupakan fenomena alam yang
dikontrol oleh kondisi geologi, curah hujan dan
pemanfaatan lahan pada lereng
● Pada sekitar tahun 2016, intensitas terjadinya
bencana gerakan tanah di Indonesia semakin
meningkat, dengan sebaran wilayah bencana
semakin luas
● Semakin meningkatnya pemanfaatan lahan
yang tidak berwawasan lingkungan pada daerah
rentan gerakan tanah, serta intensitas hujan
yang tinggi dengan durasi yang panjang,
ataupun akibat meningkatnya frekuensi kejadian
gempa bumi.
Bencana Non-Alam
1. Kebakaran
4. Kecelakaan Industri
● Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor yaitu
perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang
berbahaya (unsafe conditions)
● Jenis kecelakaan industri yang terjadi bergantung pada macam industrinya
● Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan, proses kerja, kondisi tempat
kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamny
● Konflik sosial atau kerusuhan sosial (huru-hara) adalah suatu gerakan massal
yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada
● Dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas
sebagai pertentangan antara Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA)
2. Aksi teror
● Aksi teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
● Aksi teror menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal
● Aksi teror dilakukan dengan cara merampas kemerdekaan sehingga
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda
Bencana Sosial
3. Sabotase
● Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran
● Dalam perang, istilah sabotase digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup
yang tidak berhubungan dengan militer tetapi dengan spionase
● Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur
ekonomi dan lain-lain.
4. Perang
● Aksi fisik & non fisik kondisi permusuhan antara dua atau lebih kelompok manusia.
● Perang dikenal sebagai pertikaian senjata, namun masa sekarang perang juga diartikan
dengan superioritas teknologi dan industri.
4. Pengeboman
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62
halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Contoh Peta Ancaman
Kerentanan
Kerentanan menurut BNPB (2012) adalah
kondisi masyarakat yang mengarah pada
ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bencana. Kerentanan menjadi salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya bencana. Kejadian bencana akan
berpotensi tinggi dalam hal kerugian jika
pada kondisi yang rentan.
1. kerentanan fisik
2. kerentanan sosial
3. kerentanan lingkungan Husein, A., & Onasis, A. (2017). Manajemen Bencana. BPPSDMK.
4. kerentanan ekonomi. Institut Teknologi Nasional. Risiko dan desa tangguh bencana [Internet]. [Place of Publication Unknown]: Institut Teknologi Nasional; [Date of
Publication Unknown] [cited 2022 Feb 24]. Available from: http://eprints.itenas.ac.id/1587/5/05%20Bab%202%20242018116.pdf
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012
[cited 2022 Feb 24]. 62 halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Kapasitas
❖ Kapasitas merupakan kemampuan mengelola sumber daya dan kekuatan yang
dimiliki oleh masyarakat sehingga memungkinkan untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, terutama memulihkan diri dengan cepat dari akibat bencana
(Bakornas, 2017).
❖ Indeks Kapasitas dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo Framework for
Actions (Kerangka Aksi Hyogo-HFA). HFA yang disepakati oleh lebih dari 160
negara di dunia terdiri dari 5 Prioritas program pengurangan risiko bencana.
Pencapaian prioritas-prioritas pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22
indikator pencapaian.
❖ Kapasitas terdiri dari:
1. Kapasitas fisik
2. Kapasitas nonfisik
3. Kapasitas masyarakat
4. Kapasitas kelembagaan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan
Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62 halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from:
https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Jenis Kapasitas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62
halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Risiko Bencana
Badan Nasional Pembangunan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional
Pembangunan Bencana; 2012.62 halaman. Report No: 2 tahun 2012
04
Peraturan
Penanganan
Bencana di Bidang
Kesehatan di
Indonesia
UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
Pasal 53 Poin D : Pelayanan kesehatan
termasuk ke dalam kebutuhan dasar
BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
448/MENKES/SK/VII/1993
Pembentukan Tim Kesehatan
Penanggulangan Bencana di setiap
Rumah
Sakit
BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
Peraturan Menteri Keputusan Bersama Menteri
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
Kesehatan Kesehatan dan Kapolri Nomor
12/MENKES/SK/I/2002 Republik 1087/MENKES/SKB/IX/2004
Indonesia Nomor dan Nomor Pol. :
64 Tahun 2013 Kep/40/IX/2004
Pedoman Koordinasi
Penanggulangan Krisis Pedoman
Penanggulangan Bencana
Kesehatan Penatalaksanaan
di Lapangan
Identifikasi Korban Mati
pada Bencana Massal
BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular [Internet]. Bphn.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
http://www.bphn.go.id/data/documents/84uu004.pdf
1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular
○ penyelidikan epidemiologis;
○ pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk
tindakan karantina;
○ pencegahan dan pengebalan;
○ pemusnahan penyebab penyakit;
○ penanganan jenazah akibat wabah;
○ penyuluhan kepada masyarakat;
○ upaya penanggulangan lainnya.
● Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan
mengikutsertakan masyarakat (pasal 6).
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular [Internet]. Bphn.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
http://www.bphn.go.id/data/documents/84uu004.pdf
2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Bab I pasal 1:
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan [Internet]. Peraturan.bpk.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/80915/UU%20Nomor%206%20Tahun%202018.pdf
UU No. 6 Tahun 2018
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan [Internet]. Peraturan.bpk.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/80915/UU%20Nomor%206%20Tahun%202018.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis
3
Kesehatan
Merupakan
pembaruan dari
isi dari aturan perlu untuk disesuaikan dengan
perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan
penanggulangan krisis kesehatan secara cepat, tepat,
menyeluruh, dan terkoordinasi dalam rangka Keputusan Menteri Kesehatan Republik
pembangunan kesehatan untuk mewujudkan tujuan Indonesia Nomor
nasional 145/MENKES/SK/I/2007 Tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan
Peraturan.bpk.go.id. 2022. Permenkes No. 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan [JDIH BPK RI]. [online] Available at:
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138674/permenkes-no-75-tahun-2019> [Accessed 23 February 2022].
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis
3
Kesehatan
WHO. . 2002. Environmental Health in Emergencies and Disaster.. [online]. Available at: <https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42561/9241545410_eng.pdf?sequence=1&isAllowed=y >
[Accessed 23 February 2022].
Situasi tidak terjadinya
Siklus Bencana
bencana. Situasi ini
menentukan apakah Situasi dimana terjadi
akan ada potensi penanganan
bencana yang terjadi bencana dan Terjadi pemulihan
atau tidak. dilakukan saat setelah terjadi
bencana tersebut bencana
terjadi.
TUTI HERAWATI
Kasus 1
Sieve ● A: mendengkur
● Berbaring ● B: Ireguler dan napas cepat
● Pakaian terbakar ● C: HR 120x/menit
● Diam ● D: GCS: 15
● E : Lika bakar di dada, lengan
dan kaki
Kasus 2
● Berbaring ● A: ok
● Darah di tangan kiri ● B: ok
● Diam ● C: HR 80 x/menit
● D: GCS 9
● E : Laserasi di lengan kiri
Kasus 3
● Berjalan ● A: ok
● Darah di wajah dan ke2 tangan ● B: ok
● Diam ● C: HR 90x/menit
● D: GCS 15
● E: Luka di dahi
Kasus 4
● Duduk ● A: ok
● Tidak ada luka ● B: ireguler dan RR 32 x/menit
● Diam ● C: HR 110 x/menit
● D: GCS: 15
● E: Nyeri dada
REFERENSI
Flanagan, B.E., et.al. (2011). A Social Vulnerability Index for Disaster Management.
Journal of Homeland Security and Emergency Management, 8(1). DOI:
10.2202/1547-7355.1792
Khan, H., 2008. Disaster Management Cycle-A Theoretical Approach. [online].
Available at:
<https://econpapers.repec.org/RePEc:aio:manmar:v:6:y:2008:i:1:p:43-50>
[Accessed 23 February 2022].
Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine: Comprehensive
Principles and Practices. USA : Cambridge University Press ; 2010.
WHO. (2002). Environmental Health in Emergencies and Disaster.. [online]. Available
at:
<https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42561/9241545410_eng.pdf?s
equence=1&isAllowed=y > [Accessed 23 February 2022].
Roder, G. (2020). Natural Hazards 101: The disaster cycle. Natural Hazards. Retrieved
23 February 2022, from https://blogs.egu.eu/divisions/nh/2020/10/26/natural-
hazards-101-the-disaster-cycle/.
Referensi