Anda di halaman 1dari 61

Konsep dan

Triase
Bencana
Tuti Herawati
Pengertian Bencana
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Berdasarkan UNISDR Tahun 2009 :


Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap fungsi komunitas/masyarakat yang
mengakibatkan kerugian di berbagai bidang kehidupan, yang melebihi kemampuan
masyarakat yang terdampak untuk mengatasinya menggunakan sumber dayanya sendiri.

Berdasarkan WHO Tahun 2002 :


Bencana merupakan suatu kejadian yang mengganggu kehidupan normal dan
menyebabkan tingkat penderitaan yang melampaui kapasitas penyesuaian komunitas yang
terdampak.
Jenis Bencana

Bencana Alam Bencana Sosial


Diakibatkan oleh peristiwa
Diakibatkan oleh peristiwa yang
yang diakibatkan oleh
disebabkan oleh alam
Bencana Nonalam manusia

Diakibatkan oleh rangkaian


peristiwa nonalam
Contoh Bencana

Bencana Alam Bencana Sosial


Gempa bumi, tsunami, gunung Konflik sosial antarkelompok atau
meletus, banjir, kekeringan, antarkomunitas masyarakat,

Bencana Nonalam
angin topan, tanah longsor. dan teror.

Gagal teknologi, gagal


modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.
Bencana Alam
1. Gempa Bumi
→ Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang
membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik
paling aktif di dunia → berkontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian
gempa di bumi dan hampir semuanya merupakan gempa besar di dunia
(Kramer, 1996)
Peta Risiko Gempabumi
2. Tsunami
● Ancaman bencana untuk banyak wilayah pesisir di Indonesia
● Sejak tahun 1600-2007, Indonesia telah mengalami beberapa kali
tsunami besar dan hampir 90% kejadiannya disebabkan oleh
gempa bumi di laut, 9% diakibatkan oleh letusan gunung api dan 1%
karena tanah longsor bawah laut (Latief dkk., 2000)
● Letusan gunung api aktif juga dapat memicu terjadinya tsunami
(cth : tsunami pada 27 Agustus 1883 akibat meletusnya Gunung
Krakatau)
● Analisis ancaman tsunami → mengetahui karakter tsunami yang
mungkin telah terjadi atau akan terjadi dengan mempertimbangkan
mekanisme sumber, lokasi, penjalaran gelombang, perambatan
gelombang tsunami serta ketinggian genangan tsunami
Penanggulangan Tsunami

- Mengingat begitu luasnya wilayah administratif, jumlah penduduk yang besar, dan banyaknya

infrastruktur yang terpapar di kawasan rawan tsunami, penanggulangan bencana tsunami di

Indonesia perlu dilakukan dengan lebih komprehensif dan berkelanjutan

- Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ketangguhan bangsa

dalam menanggulangi tsunami. Kesadaran untuk melakukan upaya-upaya pengurangan risiko

bencana (PRB) ini mencapai puncaknya setelah kejadian tsunami Aceh 2004.

- Saat itu, Indonesia dengan dukungan beberapa negara sahabat telah membangun jaringan sistem

peringatan dini tsunami (SPDT) atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Sistem

ini berpusat di BMKG dan telah diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI pad 11 September 2011
3. Letusan Gunung Api
● Indonesia memiliki 127 gunung api aktif, atau sekitar 13% gunungapi aktif di
dunia terletak di Indonesia → negara ini sebagai pemilik gunung api terbanyak di
dunia
● Sekitar 60% dari jumlah tersebut adalah gunung api yang memiliki potensi
bahaya cukup besar bagi penduduk yang ada di dekatnya, sehingga demi
keselamatan dan kelangsungan hidupnya masyarakat perlu mewaspadai
bahaya ini
Pengelolaan Gunung Api
Pengelolaan gunungapi saat ini dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) – Badan Geologi – Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral Republik Indonesia. Mandat yang dimiliki PVMBG adalah:
(1) Penelitian dan pemantauan aktivitas gunungapi;
(2) Peringatan Dini Bencana Letusan Gunungapi
(3) Penetapan Kawasan Rawan Bencana;
(4) Pembentukan Tim Tanggap Darurat;
(5) Sosialisasi kepada Pemerintah daerah dan masyarakat: pelatihan evakuasi dan
penataan tata ruang
4. Banjir

● Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) termasuk banjir tidak dapat dibatasi oleh wilayah
administrasi, tetapi pengelolaan SDA dibatasi oleh Wilayah Sungai (WS).
● Wilayah Sungai ditetapkan dengan KEPPRES No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah
Sungai. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari:

○ 5 WS lintas negara

○ 29 WS lintas provinsi

○ 29 WS strategis nasional

○ 53 WS lintas kabupaten/kota

● Banjir dapat disebabkan oleh kondisi alam yang statis seperti geografis, topografis, dan
geometri alur sungai. Peristiwa alam yang dinamis seperti curah hujan yang tinggi,
pembendungan dari laut/pasang pada sungai induk, amblesan tanah dan pendangkalan
akibat sedimentasi, serta aktivitas manusia yang dinamis seperti adanya tata guna di lahan
dataran banjir yang tidak sesuai
5. Tanah Longsor
● Bencana gerakan tanah atau dikenal sebagai
tanah longsor merupakan fenomena alam yang
dikontrol oleh kondisi geologi, curah hujan dan
pemanfaatan lahan pada lereng
● Pada sekitar tahun 2016, intensitas terjadinya
bencana gerakan tanah di Indonesia semakin
meningkat, dengan sebaran wilayah bencana
semakin luas
● Semakin meningkatnya pemanfaatan lahan
yang tidak berwawasan lingkungan pada daerah
rentan gerakan tanah, serta intensitas hujan
yang tinggi dengan durasi yang panjang,
ataupun akibat meningkatnya frekuensi kejadian
gempa bumi.
Bencana Non-Alam
1. Kebakaran

● Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti


rumah atau pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api
yang menimbulkan korban dan atau kerugian
● Cth : kebakaran gedung Kejaksaan Agung pada 22 Agustus 2020

2. Kebakaran Hutan dan Lahan

● Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan di mana hutan


dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan
lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan
● Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap
yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar
Bencana Non-Alam
3. Kecelakaan Transportasi
● Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di
darat, laut dan udara

4. Kecelakaan Industri
● Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor yaitu
perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang
berbahaya (unsafe conditions)
● Jenis kecelakaan industri yang terjadi bergantung pada macam industrinya
● Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan, proses kerja, kondisi tempat
kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamny

5. Kejadian Luar Biasa


● Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu
Bencana Sosial
1. Konflik Sosial

● Konflik sosial atau kerusuhan sosial (huru-hara) adalah suatu gerakan massal
yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada
● Dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas
sebagai pertentangan antara Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA)
2. Aksi teror

● Aksi teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
● Aksi teror menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal
● Aksi teror dilakukan dengan cara merampas kemerdekaan sehingga
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda
Bencana Sosial
3. Sabotase

● Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran
● Dalam perang, istilah sabotase digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup
yang tidak berhubungan dengan militer tetapi dengan spionase
● Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur
ekonomi dan lain-lain.

4. Perang

● Aksi fisik & non fisik kondisi permusuhan antara dua atau lebih kelompok manusia.
● Perang dikenal sebagai pertikaian senjata, namun masa sekarang perang juga diartikan
dengan superioritas teknologi dan industri.

4. Pengeboman

● Penyerangan/penghancuran dengan bom.


03
Ancaman,
kerentanan dan
kapasitas dalam
menilai risiko
bencana
Ancaman Indonesia secara garis besar
memiliki 13 Ancaman
Bencana. Ancaman tersebut
Kejadian yang berpotensi mengganggu kehidupan dan adalah :
kehidupan masyarakat yang menyebabkan timbulnya 1. Gempa bumi
korban jiwa, kerusakan harta benda, kehilangan rasa 2. Tsunami
aman, kelumpuhan ekonomi dan kerusakan lingkungan 3. Banjir
4. Tanah Longsor
serta dampak psikologis. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
5. Letusan Gunung Api
faktor : 6. Gelombang Ekstrim dan
Abrasi
● Alam, seperti gempa bumi, tsunami, angin kencang, 7. Cuaca Ekstrim
topan, gunung meletus. 8. Kekeringan
● Manusia, seperti konflik, perang, kebakaran 9. Kebakaran Hutan dan Lahan
pemukiman, wabah penyakit, kegagalan teknologi, 10. Kebakaran Gedung dan
Pemukiman
pencemaran, terorisme.
11. Epidemi dan Wabah
● Alam dan Manusia, seperti banjir, kebakaran hutan,
Penyakit
dan Kekeringan. 12. Gagal Teknologi
13. Konflik Sosial
Husein, A., & Onasis, A. (2017). Manajemen Bencana. BPPSDMK.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62 halaman. Report
Ancaman

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62
halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Contoh Peta Ancaman
Kerentanan
Kerentanan menurut BNPB (2012) adalah
kondisi masyarakat yang mengarah pada
ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bencana. Kerentanan menjadi salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya bencana. Kejadian bencana akan
berpotensi tinggi dalam hal kerugian jika
pada kondisi yang rentan.

Penilaian kerentanan terbagi menjadi 4


(empat) yaitu:

1. kerentanan fisik
2. kerentanan sosial
3. kerentanan lingkungan Husein, A., & Onasis, A. (2017). Manajemen Bencana. BPPSDMK.
4. kerentanan ekonomi. Institut Teknologi Nasional. Risiko dan desa tangguh bencana [Internet]. [Place of Publication Unknown]: Institut Teknologi Nasional; [Date of
Publication Unknown] [cited 2022 Feb 24]. Available from: http://eprints.itenas.ac.id/1587/5/05%20Bab%202%20242018116.pdf
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012
[cited 2022 Feb 24]. 62 halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Kapasitas
❖ Kapasitas merupakan kemampuan mengelola sumber daya dan kekuatan yang
dimiliki oleh masyarakat sehingga memungkinkan untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, terutama memulihkan diri dengan cepat dari akibat bencana
(Bakornas, 2017).
❖ Indeks Kapasitas dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo Framework for
Actions (Kerangka Aksi Hyogo-HFA). HFA yang disepakati oleh lebih dari 160
negara di dunia terdiri dari 5 Prioritas program pengurangan risiko bencana.
Pencapaian prioritas-prioritas pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22
indikator pencapaian.
❖ Kapasitas terdiri dari:
1. Kapasitas fisik
2. Kapasitas nonfisik
3. Kapasitas masyarakat
4. Kapasitas kelembagaan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan
Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62 halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from:
https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Jenis Kapasitas

Fisik Non-fisik Masyarakat Kelembagaan


Sumber daya dalam Organisasi/kelompok Berhubungan dengan Mengatur
wujud fisik yang untuk penanggulangan sikap dan motivasi. ketersediaan
melindungi masyarakat. bencana. Cth: Tim SAR Meliputi: peraturan dan
Cth: speaker/kentongan a. Pengetahuan bencana keberadaan fungsi
masjid, jalur evakuasi, B. Pola adaptasi lembaga terkait
dll. masyarakat (fisik, sosial,
ekonomi)
C. Tindakan kesiapsiagaan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 2012 [cited 2022 Feb 24]. 62
halaman. Report No:02 tahun 2012. Available from: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/30.pdf
Risiko Bencana

Hubungan antara ancaman, kerentanan dan kapasitas yang


membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan.

Badan Nasional Pembangunan Bencana. Pedoman umum pengkajian risiko bencana. Jakarta: Badan Nasional
Pembangunan Bencana; 2012.62 halaman. Report No: 2 tahun 2012
04
Peraturan
Penanganan
Bencana di Bidang
Kesehatan di
Indonesia
UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
Pasal 53 Poin D : Pelayanan kesehatan
termasuk ke dalam kebutuhan dasar

Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Penyelanggaraan Penanggulangan Bencana
BAB III: TANGGAP BAB IV: PASCABENCANA
DARURAT Rehabilitasi
Penyelamatan dan Pemulihan Sosial Psikologis
Evakuasi Pelayanan Kesehatan

BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
448/MENKES/SK/VII/1993
Pembentukan Tim Kesehatan
Penanggulangan Bencana di setiap
Rumah
Sakit

Keputusan Menteri Keputusan Menteri Kesehatan


Kesehatan Nomor Nomor
28/MENKES/SK/I/1995 205/MENKES/SK/III/1999
Petunjuk Pelaksanaan Umum
Penanggulangan Medik Korban Prosedur Permintaan Bantuan dan
Bencana Pengiriman Bantuan

BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
Peraturan Menteri Keputusan Bersama Menteri
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
Kesehatan Kesehatan dan Kapolri Nomor
12/MENKES/SK/I/2002 Republik 1087/MENKES/SKB/IX/2004
Indonesia Nomor dan Nomor Pol. :
64 Tahun 2013 Kep/40/IX/2004
Pedoman Koordinasi
Penanggulangan Krisis Pedoman
Penanggulangan Bencana
Kesehatan Penatalaksanaan
di Lapangan
Identifikasi Korban Mati
pada Bencana Massal

BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular

2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis


3
Kesehatan
1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular

Melindungi penduduk dari malapetaka yang


ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka
Tujuan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat

Ruang lingkup UU No. 4 Tahun 1984 ini meliputi


wabah penyakit menular, upaya penanggulangan
Ruang
wabah penyakit menular, melalui upaya
Lingkup
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan
pemulihan

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular [Internet]. Bphn.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
http://www.bphn.go.id/data/documents/84uu004.pdf
1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular

Bab V Pasal 5: Upaya penanggulangan

● Ayat 1 menjelaskan terdapat 7 upaya yang dapat dilakukan, yaitu:

○ penyelidikan epidemiologis;
○ pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk
tindakan karantina;
○ pencegahan dan pengebalan;
○ pemusnahan penyebab penyakit;
○ penanganan jenazah akibat wabah;
○ penyuluhan kepada masyarakat;
○ upaya penanggulangan lainnya.
● Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan
mengikutsertakan masyarakat (pasal 6).
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular [Internet]. Bphn.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
http://www.bphn.go.id/data/documents/84uu004.pdf
2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Bab I pasal 1:

● Ayat 6 tentang definisi karantina

○ Pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit


menular meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang dalam
masa inkubasi
○ Pemisahan alat angkut (kendaraan) atau barang apapun yang diduga
terkontaminasi dari orang atau barang yang mengandung penyebab penyakit
○ Bertujuan mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau Barang di
sekitarnya.
● Isolasi → pemisahan orang sakit dari orang sehat yang dilakukan di suatu fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan serta pengobatan.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan [Internet]. Peraturan.bpk.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/80915/UU%20Nomor%206%20Tahun%202018.pdf
UU No. 6 Tahun 2018

Pasal 1 ayat 8: Pasal 1 ayat 9:


Pasal 1 ayat 10:
Karantina Rumah Karantina Rumah
Karantina Wilayah
Sakit
Pembatasan
Pembatasan
penghuni dalam Pembatasan
penduduk dalam
suatu rumah seseorang di dalam
suatu wilayah
beserta isinya rumah sakit

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan [Internet]. Peraturan.bpk.go.id. 2022 [cited 24 February 2022]. Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/80915/UU%20Nomor%206%20Tahun%202018.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis
3
Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Merupakan Pembaruan dari Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 Tahun Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2019 Tentang Penanggulangan 2013 Tentang Penanggulangan Krisis
Krisis Kesehatan Kesehatan

Merupakan
pembaruan dari
isi dari aturan perlu untuk disesuaikan dengan
perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan
penanggulangan krisis kesehatan secara cepat, tepat,
menyeluruh, dan terkoordinasi dalam rangka Keputusan Menteri Kesehatan Republik
pembangunan kesehatan untuk mewujudkan tujuan Indonesia Nomor
nasional 145/MENKES/SK/I/2007 Tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan
Peraturan.bpk.go.id. 2022. Permenkes No. 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan [JDIH BPK RI]. [online] Available at:
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138674/permenkes-no-75-tahun-2019> [Accessed 23 February 2022].
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Krisis
3
Kesehatan

Untuk memberikan panduan kepada pelaku


Penanggulangan Krisis Kesehatan di tingkat daerah
dan pusat, agar terselenggara sistem
Penanggulangan Krisis Kesehatan yang
Maksud
Peraturan Menteri terkoordinasi, terencana, terpadu, dan menyeluruh
Kesehatan Republik guna memberikan perlindungan kepada masyarakat
dari ancaman, risiko, dan dampak permasalahan
Indonesia Nomor 75
kesehatan
Tahun 2019 Tentang
Penanggulangan
Ruang lingkup Peraturan Menteri Kesehatan
Krisis Kesehatan Penanggulangan Krisis Kesehatan ini meliputi
Ruang penyelenggaraan Penanggulangan Krisis Kesehatan
Lingkup di setiap tahapan Krisis Kesehatan yaitu prakrisis
kesehatan, tanggap darurat dan pascakrisis
kesehatan.
Peraturan.bpk.go.id. 2022. Permenkes No. 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan [JDIH BPK RI]. [online] Available at:
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138674/permenkes-no-75-tahun-2019> [Accessed 23 February 2022].
Siklus Bencana
Siklus manajemen bencana
merupakan konsep inti dalam
menanggulangi bencana dan
keadaan darurat. Dapat
diartikan sebagai seluruh
rangkaian kegiatan yang
meliputi berbagai aspek
penanggulangan bencana
pada sebelum, saat, dan
sesudah terjadi bencana.
WHO (2002)
● Vulnerability Assessment
● Prevention & Mitigation
● Emergency preparedness
● Planning, Policy, & Capacity Building
● Emergency response
● Rehabilitation, Reconstruction, and Recovery

WHO. . 2002. Environmental Health in Emergencies and Disaster.. [online]. Available at: <https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42561/9241545410_eng.pdf?sequence=1&isAllowed=y >
[Accessed 23 February 2022].
Situasi tidak terjadinya
Siklus Bencana
bencana. Situasi ini
menentukan apakah Situasi dimana terjadi
akan ada potensi penanganan
bencana yang terjadi bencana dan Terjadi pemulihan
atau tidak. dilakukan saat setelah terjadi
bencana tersebut bencana
terjadi.

Pra-Bencana Bencana Pasca-Bencana


● Vulnerability ● Rehabilitation,
Assessment ● Emergency response Reconstruction, &
● Prevention &
Recovery
Mitigation
● Emergency
Preparedness
● Planning, policy, &
capacity building
Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine: Comprehensive Principles and Practices. USA : Cambridge University Press ; 2010.
Siklus manajemen bencana terbagi atas:

● Sebelum terjadinya bencana, terdapat tahap


pencegahan (prevention), mitigasi (mitigation),
dan kesiapsiagaan (preparedness).
● Saat terjadinya bencana, terdapat tahap tanggap
darurat
● Setelah terjadinya bencana, terdapat tahap Sumber: UI (2022).

respons (response), pemulihan (recovery), dan


pengembangan (development).
Sebelum terjadi bencana:
1. Tahap Pencegahan
● Tujuan: Mencegah atau mengurangi dampak kerusakan 3. Tahap Kesiapsiagaan
dari bencana. ● Tujuan: Melakukan respons (oleh pemerintah,
● Contoh: organisasi, atau komunitas) terhadap bencana.
○ Membangun bendungan atau kanal sebagai saluran ● Terbagi atas:
air untuk mencegah banjir. ○ Preparedness.
○ Menghilangkan sumber api atau mengurangi bahan ○ Warning yaitu kondisi ketika bencana sudah
bakar pemicu kebakaran untuk mencegah teridentifikasi tetapi belum mencapai lokasi
terjadinya kebakaran hutan. penduduk. misalnya angin topan.
○ Threat yaitu kondisi ketika bencana sudah
1. Tahap Mitigasi
teridentifikasi dan dapat mencapai lokasi
● Tujuan: Mengurangi risiko bencana.
penduduk.
● Dapat dilakukan melalui pembangunan fisik atau
● Contoh:
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
○ Merumuskan perencanaan evakuasi.
ancaman bencana
○ Menyosialisasikan sistem serta pelatihan
● Contoh:
peringatan dini dan keadaan darurat kepada
○ Melaksanakan peraturan-peraturan (mengenai
masyarakat.
tata kota dan gedung bertingkat serta
transportasi darat, laut, dan udara).
○ Melibatkan building codes dan sistem proteksi
instalasi vital.
Tahap Saat Terjadinya Bencana
Mencakup kegiatan:
○ Tanggap Darurat
■ Kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
■ Dilakukan untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan
■ Meliputi kegiatan:
● Pengkajian terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya yang tepat
● Penentuan status keadaan darurat bencana
● Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
● Pemenuhan kebutuhan dasar
● Perlindungan terhadap kelompok rentan
● Pemulihan dengan segera
Setelah terjadi bencana:
1. Tahap Respons
● Tujuan: Melakukan aksi secara langsung yang
umumnya dilakukan selama 2-3 minggu.
● Contoh:
3. Tahap Pengembangan
○ Mencari dan menyelamatkan (search and
● Tujuan:
rescue) korban
○ Mengevaluasi efektivitas dan
○ Mengevakuasi korban
efisiensi dari tahapan-tahapan
○ Menyiapkan tempat pengungsian korban.
sebelumnya.
1. Tahap Pemulihan ○ Memperbarui kebijakan atau
● Tujuan: Memulihkan komunitas ataupun infrastruktur. peraturan untuk memperbaiki
● Terbagi atas: penanggulangan bencana
○ Restorasi berikutnya.
○ Rehabilitasi
○ Rekonstruksi.
TRIAGE
in
MASS CASUALTY INCIDENT

TUTI HERAWATI
Kasus 1

Sieve ● A: mendengkur
● Berbaring ● B: Ireguler dan napas cepat
● Pakaian terbakar ● C: HR 120x/menit
● Diam ● D: GCS: 15
● E : Lika bakar di dada, lengan
dan kaki
Kasus 2

● Berbaring ● A: ok
● Darah di tangan kiri ● B: ok
● Diam ● C: HR 80 x/menit
● D: GCS 9
● E : Laserasi di lengan kiri
Kasus 3

● Berjalan ● A: ok
● Darah di wajah dan ke2 tangan ● B: ok
● Diam ● C: HR 90x/menit
● D: GCS 15
● E: Luka di dahi
Kasus 4

● Duduk ● A: ok
● Tidak ada luka ● B: ireguler dan RR 32 x/menit
● Diam ● C: HR 110 x/menit
● D: GCS: 15
● E: Nyeri dada
REFERENSI
Flanagan, B.E., et.al. (2011). A Social Vulnerability Index for Disaster Management.
Journal of Homeland Security and Emergency Management, 8(1). DOI:
10.2202/1547-7355.1792
Khan, H., 2008. Disaster Management Cycle-A Theoretical Approach. [online].
Available at:
<https://econpapers.repec.org/RePEc:aio:manmar:v:6:y:2008:i:1:p:43-50>
[Accessed 23 February 2022].
Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine: Comprehensive
Principles and Practices. USA : Cambridge University Press ; 2010.
WHO. (2002). Environmental Health in Emergencies and Disaster.. [online]. Available
at:
<https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42561/9241545410_eng.pdf?s
equence=1&isAllowed=y > [Accessed 23 February 2022].
Roder, G. (2020). Natural Hazards 101: The disaster cycle. Natural Hazards. Retrieved
23 February 2022, from https://blogs.egu.eu/divisions/nh/2020/10/26/natural-
hazards-101-the-disaster-cycle/.
Referensi

● BPBD Provinsi NTB. Penanganan bencana [Internet]. Mataram: BPBD


Provinsi NTB; 2018 Jan 6[cited 2022 Feb 23]. Available from:
https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana
● P2mb.geografi.upi.edu. 2010. Mitigasi Bencana - Pusat Pendidikan
Mitigasi Bencana (P2MB). [online] Available at:
<http://p2mb.geografi.upi.edu/Mitigasi_Bencana.html> [Accessed 23
February 2022].
● WebAdmin. Mitigasi [Internet]. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia; 2010 [cited 2022 Feb 23]. Available from :
http://p2mb.geografi.upi.edu/Mitigasi_Bencana.htm
Referensi

Presiden Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Risiko Bencana Indonesia (RBI) . Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Terdapat pada: https://bnpb.go.id/documents/irbi-15-1575660452.pdf
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR). 2009.
UNISDR Terminology on Disaster Risk Reduction. Switzerland: UNISDR.
WHO/EHA. 2002. Disasters and Emergencies Definitions.
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai