Anda di halaman 1dari 4

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/264309296

Manajemen Bencana: Strategi hidup di wilayah berpotensi bencana

Conference Paper · December 2004


DOI: 10.13140/2.1.1563.4567

CITATION READS

1 4,342

1 author:

Imam A. Sadisun
Bandung Institute of Technology
71 PUBLICATIONS   92 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Joint Paper View project

Siaga Bencana untuk Masyarakat Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Imam A. Sadisun on 29 July 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MANAJEMEN BENCANA :
STRATEGI HIDUP DI WILAYAH BERPOTENSI BENCANA
Imam A. Sadisun*
* Departemen Teknik Geologi
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM)
Institut Teknologi Bandung (ITB)
* Satuan Tugas Tim Mitigasi Bencana Alam Kebumian, FIKTM, ITB

PENDAHULUAN
Hampir beberapa minggu yang lalu, tepatnya tanggal 12 November 2004, gempabumi
yang sangat dahsyat telah menjenguk sebagian wilayah tanah air, yaitu di Alor, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Peristiwa ini juga telah terekam sebagai suatu malapetaka
(bencana) yang cukup besar, dengan tidak kurang dari 31 korban jiwa meninggal dunia,
ratusan korban lainnya luka-luka, dan kerugian material yang tentunya tidak sedikit pun
tak lepas dari ganasnya gempa bumi ini. Di bagian lain wilayah tanah air, serangkaian
kejadian longsoran seakan hadir tiada kunjung hentinya, seperti di Sawahlunto (Sumatra
Barat), Cililin (Jawa Barat), Pasaman (Sumatra Barat), Cianjur (Jawa Barat), Gowa
(Sulawesi Selatan), Purworejo (Jawa Tengah), yang juga telah banyak merenggut korban
jiwa manusia dan merusak berbagai infrastruktur yang ada. Sementara itu,
gunungapi-gunungapi nan anggun pun telah dengan cukup setianya memberikan berbagai
isyarat akan ancaman keganasan dan kedasyatan kemarahannya. Ini semua dengan jelas
memperlihatkan fakta bahwa kita semua baik secara sadar maupun tidak sadar telah
menempatkan diri kita hidup berada di wilayah yang penuh akan potensi bencana alam.

Bencana alam ini pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang
secara geologi sangat khas untuk wilayah tanah air kita. Indonesia merupakan negara
kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu Lempeng
Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar
lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang
memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempaan yang cukup tinggi. Lebih dari itu,
proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga telah membentuk relief permukaan
bumi yang khas dan sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya
yang curam dan seakan menyiratkan potensi longsor yang tinggi hingga wilayah yang
landai sepanjang pantai dengan potensi ancaman banjir, penurunan tanah, dan
tsunaminya. Yang menjadi masalah adalah sudahkah kita mengenal dengan baik berbagai
jenis dan karakter bencana alam tersebut dan siapkah kita dalam menyambut
kedatangannya.

Potensi bencana alam ini telah diperparah oleh beberapa permasalahan lain yang muncul
di tanah air kita yang memicu peningkatan kerentanan dan bahayanya. Laju pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi, sebagai salah satu contohnya, akan banyak membutuhkan
kawasan-kawasan hunian baru yang pada akhirnya kawasan hunian tersebut akan terus
berkembang dan menyebar hingga mencapai wilayah-wilayah marginal yang tidak aman.
Tidak tertib dan tepatnya tata guna lahan, sebagai inti dari permasalahan ini, adalah
faktor utama yang menyebabkan adanya peningkatan kerentanan dan bahaya ini.

1
BENCANA ALAM GEOLOGI
Bencana alam secara lebih khusus disebut sebagai bencana alam geologi karena
faktor-faktor geologi sangat dominan menjadi penyebab timbulnya bencana alam ini.
Berikut ini adalah uraian singkat beberapa jenis bencana alam geologi yang sangat umum
terjadi di tanah air kita yaitu :

Gempabumi dan Tsunami; Teori Tektonik Lempeng telah mengajarkan bahwa bagian
luar bumi kita terdiri dari berbagai lempeng kerak benua dan samudra, yang saling
bergerak satu terhadap lainnya, dengan kecepatan hingga bisa mencapai 20 cm/tahun.
Gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, saling menjauh, saling berpapasan dan
menunjam satu terhadap yang lainnya. Proses pergerakan inilah yang lebih lanjut dapat
mengakibatkan terbentuknya akumulasi energi dan tegangan yang cukup tinggi pada
kerak bumi, yang kemudian suatu saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba berupa kejutan
gempabumi (earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara khusus dikenal
sebagai gempa bumi tektonik, merupakan gempabumi yang paling berbahaya
dibandingkan jenis gempabumi lainnya (gempabumi volkanik dan gempabumi indus).
Selain mengakibatkan goncangan yang dahsyat pada kulit bumi (ground-shaking) dan
terjadinya pergeseran pada kulit bumi (ground-faulting), gempabumi dapat pula
mengakibatkan adanya gelombang tsunami, gelombang pasang laut yang cukup besar
yang menerpa kawasan pantai secara tiba-tiba.

Letusan Gunungapi; Gunungapi (volcano) adalah suatu bentuk timbulan di permukaan


bumi, yang dapat berbentuk kerucut besar, kerucut terpancung, kubah atau bukit, akibat
oleh adanya penerobosan magma ke permukaan bumi. Di Indonesia kurang lebih terdapat
80 buah dari 129 buah gunung aktif yang diamati dan dipantau secara menerus. Bahaya
letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan pijar, hembusan awan
panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir serta semburan gas beracun.

Longsoran; Longsoran (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah


secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi
longsoran sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan (kilo)
meter. Longsoran dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia.
Jenis bencana alam akibat longsoran ini merupakan jenis bencana yang cukup penting
karena distribusinya yang merata hampir di seluruh wilayah tanah air, dan atas dasar
catatan kejadiannya, longsoran secara umum selalu menepati intensitas kejadian yang
paling banyak, serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya,
seperti gempabumi dan letusan gunungapi.

Penurunan Tanah; Ada beberapa faktor geologi yang menyebabkan terjadinya


penurunan tanah (land subsidence), antara lain yaitu pengambilan air tanah secara
berlebihan, kompresibilitas tanah/batuan yang sangat tinggi, konsolidasi alamiah pada
material lepas (tanah), rongga-rongga bawah permukaan akibat proses pelarutan batuan,
dan pergerakan struktur geologi sesar. Seperti halnya longsoran, bancana alam akibat
penurunan tanah secara umum lebih banyak dipicu oleh aktifitas manusia, dapat
berlangsung sangat lambat hingga cepat, dengan dimensi yang sangat bervariasi dari
hanya beberapa meter saja hingga ribuan (kilo) meter. Bencana alam jenis ini akhir-akhir
ini menjadi sangat kritis karena banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia.

2
MANAJEMEN BENCANA ALAM
Menejemen bencana atau seringkali disebut juga sebagai penanggulangan bencana
merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan
yang dilaksanakan semenjak sebelum kejadian bencana, pada saat atau sesaat setelah
kejadian bencana, hingga pasca kejadian bencana. Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam rangka managemen bencana meliputi :

 Sebelum kejadian bencana :


- Mitigasi bencana, meliputi pengumpulan dan analisis data bencana dalam rangka
usaha memperkecil tingkat kerentanan dan bahaya suatu bencana.
- Persiapan menghadapi kejadian bencana, meliputi prediksi kejadian bencana
(pemantauan bencana), kesiapsiagaan emergensi (persiapan tanda-tanda bahaya,
sistem peringatan dini, dan sistem evakuasi), dan sosialisasi bencana melalui
media cetak maupun ceramah.
 Pada saat atau sesaat setelah kejadian bencana :
- Penyelamatan korban bencana, termasuk pula usaha pencarian dan evakuasi
(pengungsian) korban.
- Pemberian bantuan kepada korban bencana, meliputi pemberian bantuan bahan
makanan, pelayanan sosial (santunan), dan pelayanan medik.
 Pasca kejadian bencana :
- Rehabilitasi lahan bencana, terutama pada lokasi-lokasi bekas pemukiman
penduduk yang rusak atau bahkan hancur akibat bencana.
- Rekonstruksi atau pembangunan dan penataan kembali lahan bencana.

Manajemen bencana merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah pusat maupun
daerah bersama-sama masyarakat dalam rangka mewujudkan perlindungan yang
maksimal kepada masyarakat beserta aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungannya dari
kemungkinan terjadinya bencana. Keikutsertaan masyarakat di dalam manajemen
bencana perlu terus dijaga dan terus dikembangkan. Pengembangan keikutsertaan
masyarakat sebaiknya dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara
pada sistem manajemen bencana yang berbasis kepada kemampuan masyarakat itu
sendiri dan bertumpu kepada kemampuan sumberdaya setempat (community based
disaster management). Tentunya akan lebih baik dan bijaksana apabila para pengambil
keputusan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, para pakar bencana alam, dan
masyarakat semakin meningkatkan komunikasi di antara mereka, agar mekanisme
transformasi manajemen bencana ke dalam pelaksanaan pembangunan maupun
kehidupan sehari-hari dapat berlangsung dengan lebih baik dan lebih populer.

PENUTUP
Yang menarik dari proses-proses alamiah geologi, selain telah mengakibatkan berbagai
perubahan bentuk permukaan bumi dengan berbagai sumber kekayaan alamnya, juga
perlu disadari adanya proses yang berpotensi menjadi suatu bencana alam. Secara sadar
ataupun tidak sadar, saat ini kita telah berada di daerah berpotensi bencana. Untuk itu,
pemahaman dan usaha-usaha manajemen bencana secara dini dan berkesinambungan
perlu dilakukan, sehingga kita bisa hidup nyaman dengannya.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai