Anda di halaman 1dari 17

NAMA: ESA GELAR AYODHIA

NIM: 417110055P

UAS

PENGENDALIAN MUTU PROYEK

A. Manajemen Pengendalian Mutu, Tepat biaya, Tepat Mutu, dan Tepat Waktu

Manajemen proyek adalah salah satu cara pengelolaan suatu proyek agar efisien dan efektif
penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan sasarannya yang meliputi kualitas mutu,
biaya, dan waktu. Pengendalian mutu dalam sebuah proyek terdiri dari tiga langkah utama
yakni perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan kualitas.
 Pada langkah perencanaan mutu dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan konsumen,
kemudian dibuatlah rancangan proyek yang sesuai kebutuhan konsumen dan rancangan
proses pembuatan proyek sesuai dengan rancangan proyek.
 Pada langkah pengendalian mutu, dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus
diperhatikan, mengembangkan metode pengukuran mutu, mengembangkan standar, dan
mengembangkan alat pengendalian mutu.
 Pada langkah peningkatan kualitas, dilakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi
ketidaksesuaian antara kondisi standar dan kondisi aktual di lapangan. Tindakan ini bisa
berupa penyesuaian ataupun perbaikan.

Pengendalian biaya, mutu dan waktu merupakan bagian utama agar suatu proyek dapat
diselesaikan dengan waktu yang tepat, biaya yang kompetitif dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan memenuhi persyaratan pelanggan. Pengendalian biaya pelaksanaan
proyek dipengaruhi oleh:
 Pengendalian waktu pelaksanaan proyek
 Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan proyek
 Pengendalian sistem manajemen operasional proyek yang bersangkutan yang kurang baik
atau tidak konsisten dalam pelaksanaan penambahan biaya

Dua kemungkinan penyebab terlambat menyelesaikan proyek dari jadwal yang


ditentukan yaitu:

 Adanya halangan atau kejadian diluar perhitungan dan pertimbangan dalam pelaksanaan
waktu proyek
 Program kerja dan pengendaliann pelaksanaan proyek oleh kontraktor tidak berjalan
sebagaimana mestinya
Pengendalian mutu merupakan bagian utama agar proyek dapat diselesaikan dengan mutu
yang dapat dipertanggung jawabkan memenuhi persyaratan pelanggan terdiri dari:
 Prinsip pengendalian mutu
 Prosedur pengendalian mutu

Prinsip penggendalian mutu upaya untuk mewujudkan salah satu dari tiga sasaran
utama manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu. Sebagai usulan
pengawasan dan tindak turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi agar
memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan didalam dokumen kontrak. Terdapat tiga
jenis pengendalian yakni,

 Pengendalian mutu bahan baku


 Pengendalian mutu bahan olahan
 Pengendalian mutu hasil pekerjaan

B. Penjelasan Mengenai, Pengguna Jasa, Penyedia Jasa, Auditor, 5 M (Man, Methode,


Machine, Matherial, Money), Efektif dan Efisien
a) Menurut Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, pengguna
jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik
pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Menurut UU Jasa Konstruksi
No. 2/2017 , fungsi Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang
menggunakan layanan Jasa Konstruksi. Ruang lingkup pengguna jasa yakni:
1) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan kesepakatan
dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
2) Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari dana
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, dan/atau masyarakat.
3) Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuktikan dengan:
 kemampuan membayar; dan/atau
 komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi.
4) Kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dibuktikan dengan
dokumen dari lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank, dokumen
ketersediaan anggaran, atau dokumen lain yang disepakati dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
5) Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerja sama.

b) Penyedia jasa adalah istilah untuk badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa lainnya. Menurut UU Jasa
Konstruksi No. 2/2017 , fungsi dari penyedia jasa adalah perseorangan atau badan yang
menyediakan jasa konstruksi. Ruang lingkup penyedia jasa yakni,
 menyediakan usaha jasa konstruksi meliputi usaha jasa konsultasi kostruksi, usaha
pekerjaan konstruksi, usaha pekerjaan konstruksi terintegrasi
 memberikan pekerjaan penunjang kepada subpenyedia jasa dengan kualifikasi kecil
 Bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan
sesuai dengan rencana umur konstruksi
c) Auditor merupakan seseorang atau sekelompok orang yang mengkaji secara objektif
kesesuaian antara kriteria yang ditentukan dengan hasil pekerjaan. Auditor mengambil
keputusan atau pendapat dari bahan pembuktian, dan melaporkannya kepada pihak ketiga
serta melengkapi bahan bukti untuk meyakinkan kebenaran isi laporan, dan usulan
perbaikan untuk meningkatkan efektifitas proyek. Lingkup Kerja Auditor (pasal 53)
 Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pekerjaan utama hanya dapat diberikan kepada
Subpenyedia Jasa yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan
Pasal 14.
 Pemberian pekerjaan utama kepada Subpenyedia Jasa yang bersifat spesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
 Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa dengan kualifikasi menengah
dan/atau besar mengutamakan untuk memberikan pekerjaan penunjang kepada
Subpenyedia Jasa dengan kualifikasi kecil.
 Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa wajib memenuhi hak dan kewajiban sebagaimana
tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi.

Beberapa langkah audit yakni,


 Tahapan Perencanaan. Sebagai suatu pendahuluan mutlak perlu dilakukan agar auditor
mengenal benar obyek yang akan diperiksa sehingga menghasilkan suatu program audit
yang didesain sedemikian rupa agar pelaksanaannya akan berjalan efektif dan efisien
 Mengidentifikasikan resiko dan kendali. Tahap ini untuk memastikan bahwa qualified
resource sudah dimiliki, dalam hal ini aspek SDM yang berpengalaman dan juga
referensi praktik-praktik terbaik.
 Mengevaluasi kendali dan mengumpulkan bukti-bukti melalui berbagai teknik
termasuk survei, interview, observasi, dan review dokumentasi.
 Mendokumentasikan dan mengumpulkan temuan-temuan dan mengidentifikasikan
dengan audit.
 Menyusun laporan. Hal ini mencakup tujuan pemeriksaan, sifat, dan kedalaman
pemeriksaan yang dilakukan.
d) Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan dalam 5M (manpower, material,
mechines, money and method).
1) Man atau manusia merupakan model 5 m yang merujuk pada manusia sebagai tenaga
kerja.
2) Machines atau mesin merujuk pada mesin sebagai fasilitas/alat penunjang kegiatan
perusahaan baik operasional maupun nonoprasional.
3) Money atau uang dalam hal ini adalah merujuk pada uang sebagai modal untuk
pembiayaan seluruh kegiatan perusahaan.
4) adalah method atau prosedur yang merujuk pada metode/prosedur sebagai panduan
pelaksanaan kegiatan perusahaan.
5) Dan yang terakhir adalah material atau bahan baku yakni merujuk pada bahan baku
sebagai unsur utama untuk diolah sampai menjadi produk akhir untuk diserahkan pada
konsumen.

e) Efektif adalah hasil penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan sasarannya yang
meliputi kualitas, biaya, waktu, dan lain-lainnya. Sedangkan efisien diartikan penggunaan
sumber daya dan pemilihan sub-kegiatan secara tepat yang meliputi jumlah, jenis, saat
penggunaan sumber lain dan lain-lain. Oleh sebab itu, manajemen pada suatu proyek
konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena tanpa hal
ini, konstruksi akan sulit berjalan sesuai dengan harapan baik berupa biaya, waktu maupun
kualitas.
C. Komposisi Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya adalah suatu rencana anggaran biaya yang akan dikeluarkan
pada suatu proyek dimana hal itu didasarkan pada gambar kerja. Rencana Anggaran Biaya
merupakan alat untuk mengendalikan jumlah biaya penyelesaian pekerjaan secara berurutan
sesuai dengan yang telah direncanakan, walaupun dalam kenyataanya sering berbeda akibat
dari naiknya harga bahan bangunan yang dibutuhkan, juga karena adanya pekerjaan tambah
kurang.
Komposisi pembentuk Rencana Anggaran Biaya terdiri atas:
a) Item pekerjaan
Item pekerjaan menggambarkan item-item yang akan dikerjakan pada sebuah
proyek atau pekerjaan. Jika pekerjaan konstruksi biasanya terdapat sub jenis pekerjaan
misalnya pekerjaan persiapan, galian, urugan dan pekerjaan pondasi beton.
b) Analisa Pekerjaan
Analisa pekerjaan menjelaskan mengenai harga satuan upah, harga satuan bahan,
dan volume pekerjaan.
c) Volume pekerjaan
Jika di dalam pengadaan barang biasanya digunakan satuan unit. Sedangkan untuk
pekerjaan konstruksi kebanyakan dihitung dalam satuan meter persegi (m2 ), meter kubik
(m3 ), atau unit.
d) Biaya Material dan Bahan
Material adalah seluruh bahan yang digunakan dalam proyek yang pada akhirnya
merupakan bagian dari akhir proyek. Biaya material diperoleh berdasarkan harga satuan
yang dikalikan dengan besarnya volume pekerjaan. Bila data kuantitas diperoleh dari
gambar, maka data kualitas diperoleh dari spesifikasi. Umumnya harga tersebut berasal
dari produsen maupun distributor.
e) Biaya Upah
Biaya upah buruh terdiri dari upah langsung dan upah tidak langsung. Upah
langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada buruh pada tiap periode tertentu.
Upah tidak langsung meliputi asuransi dan berbagai macam tunjangan. Untuk
menentukan upah buruh dapat dihitung dengan menentukan banyak pekerja berdasarkan
volume pekerjaan dan produktivitas buruh. Upah buruh dapat ditentukan berdasarkan
pengalaman/proyek terdahulu dengan berbagai penyesuaian, sehingga bisa dihitung total
biaya upah.
f) Biaya Peralatan
Penentuan jumlah dan jenis alat disesuaikan dengan volume pekerjaan dan
kondisi lapangan. Biaya dapat berupa biaya kepemilikan, biaya bahan bakar, dan biaya
perawatan.

Contoh RAB dan time schedule (kurva S) terdapat pada lampiran 1.

D. Deviasi Progress Pekerjaan Pada Kurva S Schedule Proyek dan Solusi Teknisnya

Deviasi progress pekerjaan merupakan penyimpangan yang terjadi pada suatu


pekerjaan dengan membandingkan antara porsentase pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dengan total penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. Biasanya deviasi digunakan untuk
menyatakan keterlambatan suatu pekerjaan yang ditinjau dari kurva S schedule
proyek. Kurva-s pada dasarnya adalah perbandingan antara rencana dan realisasi pengeluaran
biaya atau lebih pada kebutuhan cash flow. Namun dapat bermanfaat dalam menyatakan
apakah proyek terlambat maupun tidak. Keterlambatan yang dinyatakan dalam kurva-s
tersebut sebenarnya hanyalah merupakan pendekatan sehingga memiliki akurasi yang tidak
tinggi dalam menyatakan keterlambatan proyek. Akibat dari keterlambatan, kontraktor akan
memperoleh perpanjangan waktu kontrak dan mendapatkan denda sesuai kesepakatan dalam
kontrak kerja. Apabila kontraktor masih belum dapat menyelesaikan dalam jangka waktu
perpanjangan maka kontrak kerja akan diputus.
Keterlambatan proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan
penyelesaian yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Beberapa
penyebab yang paling sering terjadi antara lain : perubahan kondisi lapangan, perubahan
desain atau spesifikasi, perubahan cuaca, ketidak tersedianya tenaga kerja, material, ataupun
peralatan. Obrein JJ (1976), menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan
kerugian :
a) Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari bangunan yang
seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.
b) Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek beranti naiknya overhead karena
bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya
harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta hannya modal kontraktor yang
kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.
c) Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu, karena dengan adanya
keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam
mengagendakan proyek lainnya.
Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek, sejak yang
ditangani langsung oleh staff khusus dalam organisasi sampai bentuk pembagian porsi
tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor, sehingga penawaran
material suatu proyek dapat datang dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer,
produsen atau industri, yang kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Cara mengendalikan keterlambatan adalah :
a) Mengerahkan sumber daya tambahan
b) Melepas rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk menjamin agar pekerjaan
meningkat dan membawa kembali ke garis rencana
c) Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan revisi jadwal,
yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan pekerjaan pada saat
berikutnya.

Contoh kurva S percepatan terkait adanya keterlambatan pekerjaan terdapat pada


lampiran 2

E. Setting Beton Pada Pekerjaan Beton Bertulang


Setting beton (pencetakan beton/pengerasan beton) adalah beton basah yang mulai
mengeras seiring berjalannya waktu yang disebabkan oleh kelembaban dalam campuran
diserap oleh agregat, sebagian campuran ini diuapkan karena iklim dan sebagian lagi
digunakan dalam reaksi hidrasi antara semen dan air. Akhirnya, beton akan terbentuk atau
sepenuhnya mengeras, inilah yang dimaksud dengan setting beton. Beton ini harus memiliki
sifat berbagai bantalan beban dan daya tahan termasuk perubahan volume (penyusutan beton)
dalam kriteria yang sesuai. Jika beton mulai mengeras atau mulai kadaluarsa, beton ini tidak
dapat digunakan. Sehingga, beton harus dicor sebelum mulai mengeras, yang biasanya akan
memakan waktu sekitar 1 jam setelah pencampuran beton selesai. Dalam industri beton siap
pakai yang membutuhkan waktu untuk transportasi, biasanya ditambahkan campuran untuk
menunda pengerasan beton. Ini akan memperpanjang waktu pengerasan beton basah sekitar
2-4 jam untuk transportasi dari pabrik ke lokasi konstruksi.

Secara umum waktu setting beton dibagi 2 yaitu :

1) Initial setting atau waktu ikat awal, adalah proses pengerasan beton segar di mana
pengikatan atau proses hidrasi sudah terjadi dan panas hidrasi sudah muncul,
serta workability beton sudah hilang.
2) Waktu total/final beton setting, adalah kondisi di mana beton segar sudah mengeras
dengan sempurna.
F. Kerusakan Pada Pekerjaan Beton Bertulang dan Lapisan Campuran Beraspal serta
Cara Penanganannya
a) Kerusakan Pada Pekerjaan Beton Bertulang dan Cara Penanganannya
 Voids adalah lubang- lubang yang relatif dalam dan lebar pada beton. Void pada beton
dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab diantaranya: Pemadatan yang dilakukan dengan
vibrator kurang baik, karena jarak antar bekisting dengan tulangan atau jarak antar
tulangan terlalu sempit sehingga bagian mortar tidak dapat mengisi rongga antara agregat
kasar dengan baik. Untuk perbaikan pada kerusakan voids, bisa digunakan metode
grouting dengan material utama semen grout dan epoxy. Grouting dengan semen grout
memiliki keunggulan seperti mampu memperbaiki struktur beton dan harganya yang
murah walaupun memiliki setting time yang lambat. Grouting dengan epoxy memiliki
keunggulan pada strength yang besar dan waktu setting yang cepat.
 Retak (cracks) adalah pecah pada beton dalam garis-garis yang relatif panjang dan sempit.
Keretakan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam proses curing,
kelebihan beban, kehilangan air dan faktor cuaca. Untuk perbaikan pada keretakan, bisa
dipakai metode injeksi, dengan material epoxy resin dan polyurethane. Epoxy dipakai
apabila diinginkan perbaikan struktur dalan memperbaiki kerusakan.
 Kegagalan lekatan baja beton merupakan kekuatan lekatan dipengaruhi kekasaran
permukan baja, kualitas beton disekitar tulangan. Kegagalan lekatan bisa diakibatkan
korosi pada tulangan, kebakaran, tipisnya selimut beton, jarak tulangan yang rapat serta
diameter tulangan yang besar dan gaya siklis akibat gempa. Jika kapasitas tulangan masih
memadai, material (beton) pengganti minimal harus sesuai dengan mutu beton rencana
gedung atau dengan material yang mutunya lebih baik. Pada saat pelaksanaan harus
dipastikan bahwa cetakan beton dan skor-skor sudah dipersiapkan dan terpasang dengan
baik.
 Serangan kimia terjadi akibat penggunaan fly ash pada campuran beton berpotensi
serangan kimia terutama lingkungan bersulfat, selain itu tegangan internal yang
disebabkan oleh mengembangnya unsur akibat bereaksinya unsur tertentu pada beton, Ca
(OH)2 , dengan unsur kimia penyerang. Air laut mengandung sulfat yang secara kimiawi
dapat menyerang beton, selain itu dapat juga berasal dari unsur asam SO 2 dan CO 2 yang
bersifat melarutkan unsur semen pada beton. Cara penanganannya yakni, pemakaian
bahan-bahan yang bermutu baik, mempertebal selimut beton, menggunakan beton kedap
air (secara teoritis tidak ada), penambahan dimensi struktur, cara pemampatan beton yang
tepat, perlindungan permukaan (coatings).
 Penurunan pondasi, sering dijumpai daya dukung tanah baik namun disertai konsolidasi
besar. daya dukung tanah tidak seragam di sebagian lokasi bangunan, menjadikan
perbedaan penurunan pondasi, komponen yang sering rusak akibat penurunan pondasi
adalah dinding pengisi. Sedangkan perkuatan merupakan upaya meningkatkan elemen
struktur yang telah ada atau menambah elemen struktur baru yang tidak tersedia atau
dianggap tidak perlu saat struktur dibangun. Perkuatan struktur biasanya dilakukan
sebagai upaya pencegahan sebelum struktur mengalami kerusakan.
 Scalling merupakan eksposisi yang berulang- ulang terhadap pembekuan dan pencairan
sehingga permukaan terkelupas. Dalam kerusakan yang sudah parah, pengelupasan
permukaan beton bisa berlanjut sampai kedalaman yang dalam. Cara memperbaikinya
yakni dengan mengganti pelat atau menambal di seluruh kedalaman.
 Dusting merupakan terlepasnya partikel-partikel sehalus debu yang dapat terdiri dari
semen yang sangat halus atau agregat yang sangat halus, terlepas akibat abrasi misalnya
saat lantai disapu. Cara memperbaikinya yakni Penambahan pada sebagian kedalaman,
untuk kedalaman spalling lebih dari 50 mm. Pelapisan tambahan tipis, untuk kedalaman
spalling kurang dari 50 mm.
 Popouts merupakan terdapatnya material organik dalam campuran, kontaminasi yang
reaktif atau korosi pada tulangan dapat menimbulkan rongga pada beton. Kerusakan ini
juga dapat disebabkan ekspansi agregat yang pourous segera setelah pengecoran sampai
setahun lebih tergantung permeabilitas beton dan ketidakstabilan volume agregat yang
digunakan.
 Water cavitation/ erosi merupakan disintegrasi beton pada titik-titik dimana terdapat
aliran air turbulen akibat pecahnya gelembung- gelembung pada air. Erosi oleh air dimana
abrasi oleh benda-benda padat yang tersuspensi dalam air terhadap permukaan beton
mengakibatkan disintegrasi beton sepanjang alur aliran air.
b) Kerusakan Pada Pekerjaan Lapisan Campuran Beraspal dan Upaya
Penanganannya
 Retak kulit buaya (alligator crack), lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm.
Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit
buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan
permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil,
atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik). Retak kulit buaya
untuk sementara dapat dipelihara dengan mempergunakan lapis burda, burtu, ataupun
lataston, jika celah ≤ 3 mm. Sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak
kulit buaya akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki
dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis
kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase di
sekitarnya.
 Retak halus (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm, penyebab
adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah
lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air kedalam lapis
permukaan. Untuk pemeliharaan dapat dipergunakan lapis latasir atau buras. Dalam tahap
perbaikan sebaiknya dilengkapi dengan perbaikan sistem drainase.
 Retak sambungan jalan (lane joint crack), retak memanjang, yang terjadi pada
sambungan 2 lajur lalu-lintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua
lajur. Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir ke
dalam celah-celah yang terjadi. Jika tidak diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi
lebar karena terlepasnya butir-butir pada tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan.
 Retak susut (shrinkage cracks), retak yang saling bersambungan membentuk kotak -
kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan
permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada
lapisan pondasi dan tanah dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan
campuran aspal cair dan pasir dan dilapisi dengan burt
 Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal, atau
membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola
retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak
diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Untuk retak berbentuk
kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan
yang sesuai.
 Retak slip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit, hal ini
terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di
bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air atau
benda non adhesif lainnya, atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat
di antara kedua lapisan. Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang
rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
 Alur (Ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat
merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan,
mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur
disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan
pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan
stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis. Perbaikan dapat dilakukan
dengan memberi lapisan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.
 Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi
licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak
roda kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan jenis ini
biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan
kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas
diberi lapisan penutup.

 Keriting (Corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Penyebab kerusakan ini adalah
rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu
banyak mempergunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan permukaan penetrasi
yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan
mantap (untuk perkerasan yang mempergunakan aspal cair). Jika lapis permukaan yang
keriting itu mempunyai lapis pondasi agregat, perbaikan yang tepat adalah dengan
menggaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi
lapis permukaan baru. Jika lapis permukaan bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5
cm, maka lapis tipis yang mengalami keriting tersebut diangkat dan diberi lapis
permukaan yang baru.
 Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan
tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Tahap
pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan
cermat. Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan
melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan
memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya
diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan penambahan
lapisan permukaan baru.
.
G. Pengertian Quality Assurance (QA) dan Qualitiy Control (QC)
Pengelolaan mutu (Quality Management) bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek
pada pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan (to do right things right the first time) dengan
cara-cara yang efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek konstruksi merupakan unsur dari
pengelolaan proyeks secara keseluruhan, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meletakan dasar filosofi dan kebijakan mutu proyek
2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu, biaya dan jadwal
3. Membuat program penjaminan dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
4. Implementasi Program QA/QC.
Gambar 1 memperlihatkan hubungan dan pembentukan program QA perusahaan, program QA
Proyek, dan QC proyek yang merupakan unsur-unsur pengelolaan mutu proyek.

Gambar 1. Program QA/QC Proyek

Gambar 1. Program QA/QC Proyek


Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang
diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan
dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari
penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material,
struktur, komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.
Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa: pengetesan,
pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan engineering/konstruksi dan kegiatan
lainnya telah memenuhi dan sesuai dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini
berupa SNI, maupun standar internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan pekerjaan
konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi meliputi sebagai berikut:

NI-2: Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1997.


NI-3: Peraturan umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
NI-5: Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
NI-8: Semen Potland
SNI 03-1750-1990: Mutu dan Cara Uji Agregat Beton.
SNI 15-2049-1990: Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
SNI 03-2052-1990: Baja Tulangan Beton.
SNI 03-6861.1-2002: Spesifikasi air sebagai Bahan Bangunan.
SNI 03-6883-2002: Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan Beton.
Inspeksi dan pengetesan dilakukan secara konfrehensif, dan dalam konteks ini
dimaksudkan dengan inspeksi adalah mengkaji karakteristik obyek dalam aspek mutu, dalam
hubungannya dengan suatu standar yang ditentukan, misalnya standar SNI diatas. Dengan
tahapan sebagai berikut:

Menentuka mengukur
n standar dan membandi mengambil
dan ngkan membuat
menganalis keputusan
spesifikasi langkah 1 dan catatan
is proses
yang karakteristi dan 2 kesimpulan
digunakan k objek

H. Pembangunan Gedung Bertingkat


a) Persiapan proses pembangunan
1) Aksesibilitas
 Jalan masuk harus diperhatikan untuk menjamin kelancaran pengangkutan material
lokal, material fabrikasi, peralatan, dll. Sebaiknya jalan masuk memiliki lebar yang
cukup untuk alat angkut anda.
 Site Plan
Lahan pada lokasi proyek harus direncanakan dengan sebaik-baiknya untuk
keperluan menampung dan mengatur seluruh kegiatan yang ada di lokasi yaitu paling
tidak : (1) Kantor proyek atau direksi keet, (2) Gudang (terbuka/tertutup), (3) Barak
kerja material fabrikasi, (4) on site acces, (5) fasilitas lain. Bila lahan proyek sangat
terbatas, maka perlu pemanfaatan lahan lain yang berdekatan atau bila terpaksa
gunakan lahan bangunan permanen secara sementara dengan penjadwalan yang rinci
agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.
 Pedoman Pengukuran
Agar bangunan anda dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai rencana
maka diperlukan pedoman pengukuran yaitu pedoman titik koordinat (Bench Mark)
dan ketinggian (Elevation). Elevasi berguna untuk menentukan posisi + 0,00 pada
bangunan anda.
 Alat angkut diperlukan untuk membawa material lokal, material fabrikasi, peralatan,
dll. Ingatlah bawa beberapa material fabrikasi memiliki modul yang sudah baku
sehingga anda harus mempersiapkan alat angkut yang cocok dengan material yang
anda butuhkan. Volume material yang anda butuhkan secara regular juga harus
dihitung agar alat angkut anda bisa mensuplai pekerjaan anda dengan lancar.
 Alat angkat. Kegiatan transportasi vertikal merupakan jantung kegiatan pelaksanaan
pembangunan gedung, karena itu pemilihan alat angkat serta letak dan pergerakannya
perlu direncanakan dengan matang.

I. Rencana Mutu Kontrak

Rencana Mutu Proyek (RMK) merupakan salah satu dokumen pelaporan administrasi
dan pengendalian proyek. RMK harus disiapkan demi Pengendalian Proyek agar sesuai jadwal
yang telah ditetapkan, tidak menyalahi spesifikasi dan kualitas, serta mengacu pada kuantitas
yang telah dianggarkan. Rencana Mutu Kontrak ini dimaksudkan untuk menerapkan lingkup
prosedur jaminan mutu dan tujuan mutu kontrak serta hal-hal lainnya yang timbul dalam proses
pelaksanaan. Tujuan Rencana Mutu Kontrak ini untuk menentukan arah pengendalian proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga diharapkan dapat memperoleh produk yang bermutu sesuai
perencanaan dan dokumen kontrak. Pedoman ini diterapkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan
untuk memantau dan menilai spesifikasi teknis kontrak, sehingga dimungkinkan adanya prosedur
tambahan untuk mendukung rencana mutu.
Proses kegiatan yang demikian ini akan memberikan dampak peningkatan efisiensi serta
efektivitas dalam hal : a. Penggunaan tenaga kerja profesional b. Penerapan teknologi bidang
Sumber Daya Air yang tepat c. Penggunaan peralatan survai / penyelidikan yang tepat d.
Pemanfaatan waktu kerja yang lebih singkat e. Penggunaan anggaran biaya yang lebih hemat.
a. Ketentuan Umum
1. RMK merupakan dokumen Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang disusun oleh Penyedia
Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka menjamin mutu.
2. RMK sebagai Panduan pelaksanaan kegiatan guna mencapai mutu yang disyaratkan sesuai
kontrak (terhadap tahapan proses dan hasil kegiatan).
3. Dicek oleh PPK dan disahkan oleh Pengguna Jasa (Ka SNVT).
4. Dibuat sebagai acuan pelaksanaan kegiatan.
5. RMK adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat berubah sesuai kebutuhan pada saat
kegiatan berjalan, dengan tetap memperhatikan kaidah kaidah penyusunan dan persetujuan.
6. RMK harus disosialisasikan, dipahami oleh semua unsur yang terlibat dalam kegiatan
organisasi penyedia jasa.
7. Evaluasi RMK dilakukan oleh Pengguna Jasa pada saat dilaksanakannya Pre Construction
Meeting.
8. Penyedia Jasa (Kontraktor & Konsultan)
a) Penyedia Jas
 Menyusun Rencana Mutu Kontrak Penyedia Jasa
 Menyampaikan dan melakukan Presentasi RMK kepada Direksi Pekerjaan pada
saat PCM, untuk mendapatkan persetujuan RMK.
 Bertanggung jawab dan menjamin bahwa RMK yang telah disetujui dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan.
b) Direksi Teknis
 Menyusun RMK Pengawasan kegiatan pekerjaan.
 Menyampaikan dan mempresentasikan RMK kepada Direksi Pekerjaan pada saat
PCM.
 Membantu PPK dalam mengkaji RMK penyedia jasa konstruksi.

b. Isi dan susunan RMK


1. Lembar Pengesahan,
2. Sejarah dokumen,
3. Daftar isi:
a) Informasi kegiatan; Menjelaskan nama paket kegiatan, kode & nomor kontrak, sumber
dana, lokasi, lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penanggung jawab Penyedia
Jasa.
b) Sasaran mutu kegiatan;
c) Harus ditetapkan sebagai tolok ukur pencapaian organisasi Penyedia Jasa,
d) Menguraikan target pencapaian mutu yang terukur sesuai dokumen kontrak,
e) Ditetapkan beserta pernyataan bagaimana cara pencapaian dan bila diperlukan cara
mengukur keberhasilannya,
f) Harus dievaluasi tingkat pencapaiannya.
g) Struktur organisasi
Disajikan dalam bentuk organigram, lengkap dengan penjelasan nama bagian2nya,
nama pejabatnya, serta garis instruksi maupun garis koordinasinya.
h) Tugas tanggung jawab dan wewenang
Mencantumkan tugas, tanggung jawab dan wewenang setiap personil inti yang
terlibat, sehingga tidak ada lagi bagian pekerjaan tersisa yang tidak memiliki penanggung
jawab pek. Termasuk yang menangani masalah khusus, seperti kemasyarakatan,
hubungan dengan lembaga lain, masalah komplain dan penanganan sistem manajemen
mutu.
i) Bagan alir pelaksanaan kegiatan Menguraikan proses yang dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan, dapat dijelaskan dengan narasi ataupun simpul2 kegiatan (kaidah
flow chart). Pada setiap simpul kegiatan menunjukkan tersedianya petunjuk
pelaksanaan/prosedur, daftar simak, pengetesan ataupun pengecekan terhadap ketentuan
yang mengikat.
j) Jadwal pelaksanaan kegiatan Dibuat detil per item pekerjaan.
Menunjukkan Rencana kegiatan (baik dalam volume maupun %) versus Waktu.
Memperlihatkan lajur Rencana kegiatan dan Realisasi kegiatan, dinyatakan dalam bobot
terhadap total pekerjaan dan dinyatakan dalam %. Curva S dapat disajikan dalam bentuk
bar diagram.
k) Jadwal peralatan
Disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan, dapat disajikan dalam diagram mingguan,
bulanan tergantung kebutuhan. Kinerja peralatan akan dilihat dari perbandingan rencana
penempatan peralatan dengan realisasinya, dalam bobot % terhadap rencana per jenis
peralatan.
l) Jadwal material
Dibuat untuk setiap jenis material utama dan menunjukkan jumlah kebutuhan total.
Kapan saat harus didatangkan dan berapa jumlahnya.
m) Jadwal personil
Jadwal tenaga kerja dibuat berdasarkan kebutuhan yang relevan dengan jadwal
pelaksanaan. Menunjukkan kapan saatnya siap bekerja dan kapan saatnya berakhir.
n) Jadwal arus kas

Dibuat rencana pencairan penagihan dan rencana pengeluaran. Pengeluaran terdiri


dari biaya bahan, material, tenaga kerja, peralatan, overhead dan keuntungan.

o) Rencana dan metode verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian
dan kriteria penerimaannya.
Menguraikan rencana kegiatan untuk menjamin bahwa setiap input yang digunakan
adalah sesuai persyaratan, setiap proses yang dilakukan adalah sesuai dengan rencana dan
produk kegiatan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik kontrak, beserta metoda
pemeriksaan dan kriteria penerimaannya.
p) Jadwal kriteria penerimaan
Dibuat dalam suatu daftar, setidaknya meliputi nomor urut, nomor verifikasi, sesuai
bagan alir kegiatan, kriteria penerimaan dan rujukkannya.
q) Daftar induk dokumen Antara lain tersedia daftar dokumen, prosedur, instruksi kerja.
r) Daftar induk rekaman/bukti kerja
RENCANA ANGGARAN BIAYA
SPESIFIKASI 2010 Revisi 3
KEGIATAN : PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN JALAN KOTA BIMA
PEKERJAAN : PENINGKATAN JALAN NTOBO - NDANO NAE
LOKASI : KOTA BIMA
TAHUN : 2019
No. Mata Perkiraan Harga
Jumlah Harga
Pemba Uraian Satuan Kuantitas Satuan
yaran (Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f = (d x e )
DIVISI 1 U M U M
1.2 Mobilisasi Ls 1.00 46,820,000.00 46,820,000.00

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 1 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 46,820,000.00

DIVISI 2 DRAINASE

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) -

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH


3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan m2 1,389.95 4,366.57 6,069,313.97
3.6 Galian Tanah Biasa (Manual) m3 2.23 113,898.89 253,994.52

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 6,323,308.49
DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) -

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR


5.1(1) Lapis Pondasi Agregat Klas A m3 183.47 673,824.41 123,626,564.50

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 123,626,564.50

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL


6.1.(1a) Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair Liter 833.97 19,883.41 16,582,167.44
6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) Ton 157.06 1,547,310.64 243,020,608.39

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 6 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 259,602,775.83

DIVISI 7 STRUKTUR
7.9.(1) Pasangan Batu m3 9.38 726,754.12 6,816,953.65
7.16.(3).a Pipa Drainase PVC diameter 2" m' 3.00 43,795.62 131,386.86

Jumlah Harga Pekerjaan Divisi 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 6,948,340.51
JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN ( TIME SCHEDULE)
KEGIATAN : PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN JALAN KOTA BIMA
PEKERJAAN : PENINGKATAN JALAN NTOBO - NDANO NAE
LOKASI : KOTA BIMA
TAHUN : 2019

lampiran 2
Schedule Awal

NO. MATA JUMLAH BOBOT JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 120 (SERATUS DUA PULUH) HARI KALENDER
PERKIRAAN
PEMB. URAIAN PEKERJAAN SATUAN HARGA PEK MINGGU KETERANGAN
KUANTITAS
Rp % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

100 100
DIVISI 1 U M U M

1.2 Mobilisasi Ls 1.00 46,820,000.00 10.561 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH 80


80
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan M2 1,389.95 6,069,313.97 1.369 0.685 0.685

3.6 Galian Tanah Biasa (Manual) M3 2.23 253,994.52 0.057 0.057 60

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR


RENCANA
60
5.1(1) Lapis Pondasi Agregat Klas A M3 183.47 123,626,564.50 27.886 4.648 4.648 4.648 4.648 4.648 4.648

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL

6.1.(1a) Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair Ltr 833.97 16,582,167.44 3.740 0.534 0.534 0.534 0.534 0.534 0.534 0.534 40
40

6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) Ton 157.06 243,020,608.39 54.818 7.831 7.831 7.831 7.831 7.831 7.831 7.831

6.3.(8) Bahan anti pengelupasan Ton - - -

6.6.(1) Lapis Permukaan Penetrasi Macadam Kg - - -


REALISASI 20
20
DIVISI 7 STRUKTUR

7.9.(1) Pasangan Batu M3 9.38 6,816,953.65 1.538 1.538

7.16.(3).a Pipa Drainase PVC diameter 2" M' 3.00 131,386.86 0.030 0.030
0 0

JUMLAH 443,320,989.33 100.000

BOBOT KUMULATIVE RENCANA 1.306 1.363 2.189 5.269 5.269 5.269 5.269 5.269 5.269 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 0.621

BOBOT AKUMULATIVE RENCANA 0 1.306 2.669 4.857 10.126 15.395 20.664 25.933 31.202 36.471 45.458 54.445 63.432 72.418 81.405 90.392 99.379 100.000

BOBOT KUMULATIVE REALISASI 0 1.420 1.370 1.760 3.210 5.200 4.730 3.910 4.870 5.470 6.840 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 0.621

BOBOT AKUMULATIVE REALISASI 0 1.420 2.790 4.550 7.760 12.960 17.690 21.600 26.470 31.940 38.780

DEVIASI YANG TERJADI (+/-) 0 0.114 -0.121 -0.307 -2.366 -2.435 -2.974 -4.333 -4.732 -4.531 -6.678

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN ( TIME SCHEDULE)
KEGIATAN : PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN JALAN KOTA BIMA
PEKERJAAN : PENINGKATAN JALAN NTOBO - NDANO NAE
LOKASI : KOTA BIMA
TAHUN : 2019

RESCHEDULE
NO. MATA JUMLAH BOBOT JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 120 (SERATUS DUA PULUH) HARI KALENDER
PERKIRAAN
PEMB. URAIAN PEKERJAAN SATUAN HARGA PEK MINGGU KETERANGAN
KUANTITAS
Rp % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
100
100
DIVISI 1 U M U M

1.2 Mobilisasi Ls 1.00 46,820,000.00 10.561 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621 0.621

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH 80


80
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan M2 1,389.95 6,069,313.97 1.369 0.685 0.685

3.6 Galian Tanah Biasa (Manual) M3 2.23 253,994.52 0.057 0.057 60


RE SCHEDULE
DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR 60

5.1(1) Lapis Pondasi Agregat Klas A M3 183.47 123,626,564.50 27.886 3.486 3.486 3.486 3.486 3.486 3.486 3.486 3.486

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL

6.1.(1a) Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair Ltr 833.97 16,582,167.44 3.740 40 0.623 0.623 0.623 0.623 0.623 0.623 40

6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) Ton 157.06 243,020,608.39 54.818 9.136 9.136 9.136 9.136 9.136 9.136

6.3.(8) Bahan anti pengelupasan Ton - - -

6.6.(1) Lapis Permukaan Penetrasi Macadam Kg - - -


20
REALISASI
20
DIVISI 7 STRUKTUR

7.9.(1) Pasangan Batu M3 9.38 6,816,953.65 1.538 1.538

7.16.(3).a Pipa Drainase PVC diameter 2" M' 3.00 131,386.86 0.030 0.030 0
0

JUMLAH 443,320,989.33 100.000

BOBOT KUMULATIVE RENCANA 1.306 1.363 2.189 4.107 4.107 4.107 4.107 4.107 4.107 4.107 4.107 10.381 10.381 10.381 10.381 10.381 10.381

BOBOT AKUMULATIVE RENCANA 0 1.306 2.669 4.857 8.964 13.072 17.179 21.286 25.393 29.500 33.607 37.714 48.095 58.476 68.857 79.238 89.619 100.000

BOBOT KUMULATIVE REALISASI 0 1.420 1.370 1.760 3.210 5.200 4.730 3.910 4.870 5.470 6.840 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 8.987 0.621

BOBOT AKUMULATIVE REALISASI 0 1.420 2.790 4.550 7.760 12.960 17.690 21.600 26.470 31.940 38.780

DEVIASI YANG TERJADI (+/-) 0 0.114 -0.121 -0.307 -1.204 -0.112 0.511 0.314 1.077 2.440 5.173

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kota Bima, 23 Agustus 2019

Penawar,
CV. TITISARI

Al Imroon MH

Anda mungkin juga menyukai