Anda di halaman 1dari 3

UTS Manajemen Proyek

Nama : Fitri Melina Hartati


NIM : 201701712
Teknik Sipil/S1

Soal
1. Apa yang saudara ketahui tentang Difinisi Manajemen Proyek, Difinisi Proyek, dan
ukuran proyek yang sukses serta Keuntungannya Proyek melakukan Manajemen Proyek?
2. Apa yang saudara ketahui tentang Manajemen secara umum dan Unsur-unsur apa yang
terdapat atau yang dimiliki dalam Manajemen itu sendiri.
3. Jelaskan Bentuk-bentuk Kontrak Konstruksi yang saudara ketahui secara singkat?
4. Undang-Undang Jasa Konstruksi yang kita kenal adalah UU No.2 Tahun 2017 dimana
didalamnya terdapat 8 Unsur Penting, sebutkan? ada berapa BAB dan uraikan secara
garis besar.
Jawaban
1. Manajemen proyek merupakan metode pengelolaan suatu proyek secara efektif dan
efesien.
Proyek merupakan rencana pekerjaan dengan suatu target pencapaian tertentu yang
diselesaikan dalam rentang waktu tertentu.
Ukuran proyek yang sukses ialah didasarkan oleh sistem penghitungan anggaran yang
baik dan detail pada pembukuan. Karena jika proyek tidak melakukan perhitungan
anggaran atau perhitungan tidak benar, proyek akan memiliki peluang kegagalan.
Keuntungan proyek melakukan manajemen proyek ialah dapat melancarkan proyek
sesuai dengan perencanaan awal, baik dari segi waktu, anggaran, maupun kualitas.
Karena membantu pengerjaan proyek supaya selesai dengan lancer sesuai dengan rencana
awal.

2. Manajemen secara umum merupakan upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan
sumber daya seminimal mungkin (efisien). Atau secara etimologi Manajemen
merupakan sebuah seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama sebuah
organisasi atau bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan
pengawasan sumber daya dengan cara yang efektif dan efisien.
Unsur-unsur manajemen:
 Manusia (Human), yang menjalankan fungsi manajemen.
 Uang (Money), alat tukar sekalihus alat ukur nilai.
 Bahan (Materials), bahan baku, berupa barang jadi atau barang setengah jadi.
 Mesin (Machines), mesin membuat proses pekerjaan menjadi lebih efesien dan
efektif.
 Metode (Methods), tata cara pelaksanaan kerja.
 Pasar (Market), untuk menentukan apakah produk atau jasa yang dikeluarkan
perusahaan diminati oleh pasar atau tidak.

3. a. Bentuk kontrak konstruksi menurut aspek perhitungan biaya:


 Lump sump, total harga atas penyelesaian seluruh pekerjaan pasti atau tetap.
 Unit price, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap, dan volume
pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara. Jadi volume dan harga total
pekerjaan pada kontrak masih dapat berubah sewaktu-waktu.
b. Bentuk kontrak konstruksi menurut aspek perhitungan jasa:
 Cost without fee (Biaya tanpa Jasa), kontrak dimana penyedia jasa hanya dibayar
sejumlah total biaya pekerjaan tanpa memperoleh imbalan jasa.
 Cost Plus fee (Biaya ditambah Jasa), kontrak dimana kontraktor diberikan insentif
untuk setiap biaya pekerjaan yang telah dilakukan.
 Cost plus fixed fee (Biaya ditambah Jasa Pasti), kontrak ini hampir sama dengan
jenis kontrak cost plus fee, hanya saja biaya jasanya bersifat tetap meskipun biaya
pekerjaan berubah (biaya jasa tidak berupa persentase).
c. Bentuk kontrak konstruksi menurup aspek perhitungan jasa
 Monthly Payment, Pembayaran atas pekerjaan yang telah dilakukan setiap bulan.
 Stage Payment, Pembayaran dilakuakn secara bertahap sesuai dengan prestasi
pekerjaan yang telah disetujui bersama.
 Contractor's Full Prefinance, Biaya pelaksanaan sepenuhnya ditanggung terlebih
dahulu oleh kontraktor. Untuk itu pemiliki proyek harus menyerahkan jaminan
bank sebagai jaminan pembayaran.
d. Bentuk kontrak konstruksi menurut aspek pembagian tugas
 Kontrak Konvensional, bentuk kontrak ini terdapat pemisahan jelas antara owner,
kontraktor dan konsultan.
 Kontrak Spesialis, sudah dilakukan penunjukkan beberapa kontraktor utama untuk
efisiensi waktu dan kepastian kualitas pekerjaan.
 Kontrak DB (Design Build), kontraktor tidak hanya bertanggung jawab atas
pelaksanaan konstruksi tetapi juga terhadap desain konstruksi. Kontraktor utama
berfungsi pula sebagai konsultan perencana.
 EPC, Hampir mirip dengan Kontrak DB, kontraktor juga bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk pelaksanaan proyek.
 BOT ((Build - Operate - Transfer) & BLT (Build - Lease - Transfer), pemilik
lahan mengajak kontraktor untu berinvestasi dengan cara melaksanakan sebuah
pembangunan diatas lahan pemilik atau kontraktor mendanai seluruh biaya
pekerjaann dan saat pekerjaan selessai, kontraktor memiliki hak untuk mengelola
atau menyewakan bangunan ke pihak lain. Setelah kurun waktu tertentu, barulah
bangunan tersebut dikembalikan kepada pemiliki proyek/lahan.
 Force Account, seluruh tahapan proyek dalam kontrak ini dipegang hanya oleh
salah satu pihak.

4. UU Jasa Konstruksi No 2 Tahun 2017 terdiri dari 14 Bab.


8 unsur pentingnya, yaitu:
a) Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;
b) Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat
dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat;
c) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui
kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan
jasa konstruksi;
d) Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi
melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha
penyediaan bangunan;
e) Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat
penyelenggaraan jasa konstruksi agar tidak mengganggu proses pembangunan.
Perlindungan ini termasuk perlindungan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru
tidak terdapat klausul kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan
bangunan. Hal ini sebagai perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
f) Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi,
termasuk pengaturan badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga penetapan
standar remunerasi minimal untuk tenaga kerja konstruksi;
g) Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa
konstruksi;
h) Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan
nilai-nilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4).

Anda mungkin juga menyukai