Anda di halaman 1dari 39

MANAJEMEN KONSTRUKSI I

PELELANGAN PROYEK

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDUL MUIS
NIM : 1722302069
KELAS : II-C
SEMESTER : III (Tiga)
JURUSAN : TEKNIK SIPIL
PRODI : TEKNIK REKAYASA KONSTRUKSI
JALAN DAN JEMBATAN

DOSEN PEMBIMBING:

ZULFIKAR, M Si, M. Kom. I


NIP. 19721211 200212 1 001

KEMENTRIAN RISTEK DAN DIKTI


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2017-2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji akan kehadirat ALLAH SWT atas berkah dan


hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas makalah
semester ini mengenai mata kuliah Manajemen Konstruksi tentang
Pelelangan.

Disini tak lupa saya sampaikan juga banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan andil dalam tugas ini sehingga
tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan tak lupa saya sampaikan
juga banyak terima kasih kepada bapak Zulfikar, M Si, M. Kom. I
selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Manajemen Konstruksi,
karena banyak dari penjelasan beliau tugas ini dapat terselesaikan dan
bisa digunakan untuk semestinya dan fungsinya.

Penulis mohon maaf atas kesalahan ataupun kekurangan dalam


penulisan makalah ini dan kami tunggu saran sehingga dapat menjadi
refrensi pembuatan tugas berikutnya.

Segala hormat saya sampaikan,

Terimakasih,

Wassaalamualaikum wr.wb

Lhokseumawe, 31 Oktober 2018


Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PELELANGAN ATAU TENDER................................................... 3
2.1 Definisi Pelelangan atau Tender.................................................... 3
2.2 Jenis-jenis Pelelangan ................................................................... 4
2.3 Prinsip Dasar Pelelangan .............................................................. 4
2.4 Cara Pelelangan ............................................................................ 6
2.5 Prosedur dan Proses Pelelangan/Tender ........................................ 9
2.6 Penetapan Pemenang Lelang......................................................... 12
2.7 Pengumuman Pemenang............................................................... 13
2.8 Sumber Hukum Pelelangan........................................................... 13
BAB III JENIS-JENIS SISTEM PELELANGAN DAN PROSEDUR
PELAKSANAANNYA.................................................................................. 15
3.1 Jenis-jenis Sistem Pelelangan........................................................ 15
3.2 Pelanggaran/persekongkolan Dalam Pelelangan............................ 24
3.3 Cara Mengetahui Adanya Persekongkolan .................................... 26
3.4 Sangsi Kecurangan Saat Pelelangan.............................................. 32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 34
4.1 Simpulan ...................................................................................... 34
4.2 Saran ............................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lelang atau tender adalah penawaran pekerjaan kepada Kontraktor atau
Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi dan dapat
dipertanggung jawabkan. Salah satu tahapan yang mutlak harus dilalui dalam
proses pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah adalah tahapan pembukaan
dokumen penawaran. Acara pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara
resmi dalam suatu acara yang disaksikan oleh semua peserta lelang karena dokumen
tersebut merupakan penentu dalam persaingan pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah. Acara pembukaan penawaran selalu menjadi perhatian semua peserta
lelang karena dalam acara inilah panitia pengadaan barang/jasa pemerintah
membeberkan seluruh data-data yang terdapat dalam setiap dokumen penawaran
kepada seluruh peserta lelang.

Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat dalam dokumen


penawaran peserta lainnya, maka secara tidak langsung para peserta lelang dapat
mengawasi panitia pengadaan barang/jasa dalam melakukan proses evaluasi
dokumen penawaran tersebut. Dengan demikian proses penentuan pemenang lelang
menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Karena itulah, meskipun tidak ada
kewajiban untuk hadir dalam acara pembukaan penawaran, setiap peserta lelang
selalu berusaha untuk hadir dalam acara tersebut. Tata cara pembukaan dokumen,
siapa saja yang diperkanankan hadir, serta dokumen apa saja yang harus dibuka
pada acara tersebut telah diatur dalam Peraturan Presiden R.I nomor 54 tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pemasaran merupakan suatu fungsi yang meliputi sejumlah aktivitas dalam


menukarkan jasa perusahaan konstruksi untuk keuntungan ekonomis. Menurut
konsep pemasaran modern, fokus aktivitas tersebut adalah pelelangan, dan mengalir
kembali kepada kontraktor yang kemudian dapat merencanakan cara untuk

1
memenuhi kebutuhan tersebut. Penawaran bersaing (competitive bidding) adalah
jenis lain dari pricing dalam istilah pemasaran. Dalam penawaran bersaing, setiap
penawar pada suatu kontrak tertentu harus menyerahkan semua dokumen
penawaran yang masih dapat dipertanggungjawabkan (lowest, responsive, dan
responsible) sebagai pertimbangan untuk memenangkan tender tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apakah Pengertian Pelelangan ?
b) Apakah Tujuan Pelelangan ?
c) Bagaimana cara melakukan pelelangan ?

1.3 Tujuan
a) Agar mahasiswa tau apa itu pelelangan
b) Agar mahasiswa tau apa tujuan pelelangan
c) Agar mahasiswa tau cara melakukan pelelangan

2
BAB II
PELELANGAN ATAU TENDER

2.1 Definisi Pelelangan atau Tender


Pelelangan atau tender adalah suatu proses kegiatan penawaran pekerjaan
yang ditawarkan oleh pemilik proyek (owner) kepada rekanan (kontraktor), yang
bertujuan untuk memilih salah satu pelaksana pekerjaan yang memenuhi syarat.

Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk


menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara
penyedian barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan
tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak – pihak yang terkait
secara taat sehingga terpilih penyedia terbaik (Wulfram I. Ervianto, manajemen
proyek konstruksi hal 49).

Salah satu tahapan yang mutlak harus dilalui dalam proses pemilihan
penyedia barang dan jasa pemerintah adalah tahapan pembukaan dokumen
penawaran. Acara pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara resmi dalam
suatu acara yang disaksikan oleh semua peserta lelang karena dokumen tersebut
merupakan penentu dalam persaingan pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah. Acara pembukaan penawaran selalu menjadi perhatian semua peserta
lelang karena dalam acara inilah panitia pengadaan barang/jasa pemerintah
membeberkan seluruh data-data yang terdapat dalam setiap dokumen penawaran
kepada seluruh peserta lelang.

Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat dalam dokumen


penawaran peserta lainnya, maka secara tidak langsung para peserta lelang dapat
mengawasi panitia pengadaan barang/jasa dalam melakukan proses evaluasi
dokumen penawaran tersebut. Dengan demikian proses penentuan pemenang lelang
menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Karena itulah, meskipun tidak ada
kewajiban untuk hadir dalam acara pembukaan penawaran, setiap peserta lelang
selalu berusaha untuk hadir dalam acara tersebut.

3
Tata cara pembukaan dokumen, siapa saja yang diperkanankan hadir, serta
dokumen apa saja yang harus dibuka pada acara tersebut telah diatur dalam
Peraturan Presiden R.I nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

Penggunaan tender pada suatu proyek merupakan salah satu proses untuk
pengadaan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. Pelelangan dapat dilaksanakan
setelah semua persiapan pembuatan rencana kerja telah selesai dikerjakan.

Melalui pelelangan diharapkan akan didapat biaya pelaksanaan seminimal


mungkin serta hasil pelaksanaan pekerjaan yang dapat dipertanggung jawabkan dan
tidak merugikan kedua belah pihak.

2.2 Jenis Pelelangan


Jenis pelelangan proses pengadaan barang atau jasa dalam proyek
konstruksi yang menggunakan pelelangan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
pelelangan langsung dan pelelangan terbatas. Pada prinsipnya, kedua macam
pelelangan tersebut sama, hanya ada sedikit perbedaan dalam hal peserta lelang.
Dalam pelelangan umum, semua penyedia jasa yang memenuhi syarat dapat ikut
dalam pelelangan, sedangkan dalam pelelangan terbatas yang diizinkan ikut adalah
penyedia barang/jasa yang diundang oleh pengguna jasa.

Pemilihan macam pelelangan pada umumnya tergantung pada besar


kecilnya bangunan, tingkat kompleksitas bangunan. Besar/kecilnya biaya
bangunan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. (Wulfram I. Ervianto, manajemen
proyek konstruksi hal 51).

2.3 Prinsip Dasar Pelelangan

Dalam tender terdapat dua pihak terkait, yaitu:

a. Pihak Owner sebagai pihak yang melelangkan.

4
b. Kontraktor sebagai pihak yang mengikuti pelelangan atau tender.

Proses pengadaan perusahan jasa konstruksi ini diatur oleh keputusan


presiden terutama digunakan dilingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar
pelelangan diharuskan diantaranya:

a. Efisiensi

Pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana


dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.

b. Efektif

Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah


ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya sesuai
sasaran yang ditetapkan.

c. Terbuka dan Bersaing

Pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang


memenuhi persyaratan dan dialakukan melalui persaingan yang sehat di antara
penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

d. Transparan

Berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa


termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil
evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta
penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas dan umumnya.

e. Adil/Tidak Diskriminatif

berarti memberikan perlakuan yang sama bagi calon penyedia


barang/jasa yang tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepda pihak
tertentu, dengan cara atau alasan apapun.

5
f. Akuntabel

Berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat


bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pelayanan
masyarakat sesuai prinsip – prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam
pengadaan barang/jasa. Pemilihan penyedi barang/jasa pemborong/jasa lainnya
pada prinsipnya dilakukan melalui metode pelelangan umum.

2.4 Cara Pelelangan


Pelelangan berdasarkan keputusan Presiden No.54 Tahun 2010,
dibagi menjadi beberapa cara, antara lain:

1) Pelelangan Umum

Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang atau


Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua Penyedia Barang atau Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.

2) Pelelangan Terbatas

Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan


Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu
melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.

3) Pelelangan Sederhana

Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa


Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).

4) Pemilihan Langsung

Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan


Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).

6
5) Penunjukan Langsung

Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa


dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

6) Pengadaan langsung

Pengadaan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang atau Jasa


langsung kepada Penyedia Barang atau Jasa, tanpa melalui pelelangan atau Seleksi
atau Penunjukan Langsung. Pengadaan langsung dapat dilakukan bertahap terhadap
Penyedia Barang atau Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan sebagai
berikut:

Adapun prosedur pelelangan yaitu:

a) Pengumuman dari pemberi tugas pada rekanan untuk ikut prakualifikasi.


Pengumuman tersebut berisi antara lain nama, lokasi dan jenis proyek serta jadwal
prakualifikasi melalui surat kabar nasional atau di tempat-tempat penting yang
biasa diketahui khalayak ramai.

b) Perusahaan yang berminat mendaftarkan diri dan melakukan permohonan untuk


mendapatkan dokumen prakualifikasi yang berisi antara lain struktur organisasi
rekanan, pengalaman, sarana yang dimiliki, keadaan keuangan dan lain-lain.

c) Bila dokumen prakualifikasi sudah diisi oleh rekanan dan dikembalikan pada
pemberi tugas, kemudian dianalisis oleh pemberi tugas dan ditentukan rekanan
yang lulus prakualifikasi dan diadakan pengumuman pada rekanan yang lulus
prakualifikasi.

d) Perusahaan yang dinyatakan lulus pada proses prakualifikasi memberikan Berita


Acara Penjelasan Pekerjaan (Anwijzing) yang berisi surat undangan lelang, syarat-
syarat mengikuti pelelangan, syarat-syarat umum kontrak, spesifikasi, jadwal,
informasi tambahan, gambar-gambar rencana, daftar volume pekerjaan, daftar isian
tender dan lain-lain.

7
e) Penjelasan pekerjaan berupa rapat penjelasan dan peninjauan lapangan.

f) Pemasukan penawaran diikuti pelelangan pada hari dan jam yang telah
ditetapkan.

g) Evaluasi atas penawaran yang dimasukan oleh penawar dan keputusan atas
penawar yang paling meyakinkan keputusan tersebut diumumkan ke seluruh
penawar yang turut serta dalam proses pelelangan.

h) Setelah didapat satu pemenang tersebut diberikan Surat Perintah Kerja (SPK)
dan Surat Pelaksanaan Lapangan (SPL).

7) Swakelola

Pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan awasi sendiri


dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upah borong tenaga.
Swakelola dapat dilakasanakan oleh pangguna barang/jasa, instansi pemerintah,
kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Jenis
pekerjaan yang memungkinkan dilaksanakan secara swakelola diantaranya adalah:

a) Pekerjaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan teknis sumber daya


manusia instansi pemerintah yang bersangkutan.

b) Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang atau jasa yang
bersangkutan.

c) Pekerjaan untuk proyek percontohan yang bersifat khusus untuk pengembangan


teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

Paket lelang jasa konstruksi terdiri dari dokumen lelang dan rancangan
kontrak, yang dirinci sebagai berikut:

a) Surat Undangan untuk Mengikuti Lelang disurat ini dijelaskan pula jadwal
kapan jawaban harus diterima, kemungkinan kunjungan ke lokasi proyek, dan lain-
lain.

8
b) Kerangka Acuan Penjelasan perihal latar belakang proyek, tujuan dan lingkup
jasa konstruksi, produk – produk yang harus dihasilkan, dan jangka waktu
penyelenggaraan konsultasi.

c) Ringkasan kriteria Seleksi Dalam dokumen lelang diikutsertakan ringkasan


kriteria seleksi agar para peserta memahami aspek yang akan dianalisis berikut nilai
atau bobotnya terhadap butir–butir pokok.

d) Format Proposal hal ini adalah serangkaian pertanyaan dan informasi yang
disusun dalam format tertentu. Jawaban dan tanggapan atas pertanyaan tersebut
akan menjadi dasar penilaian proposal yang diajukan peserta lelang

e) Rancangan Kontrak Disamping dokumen-dokumen tersebut diatas, pada


dokumen- dokumen lelang dilampirkan pula rancangan kontrak yang nantinya akan
ditandatangani oleh pemenang lelang dan pemakai jasa konsultan. Di lampirkan
rancangan kontrak dipaket lelang dimaksudkan agar para peserta berkesempatan
mempelajari pasal – pasalnya. Hal ini akan banyak membantu memberikan
masukan dalam rangka menyiapkan proposal. (Imam Soeharto, studi kelayakan
proyek industri, erlangga, hal 417).

2.5 Prosedur dan Proses Pelelangan/Tender

Proses dan prosedur pelelangan dapat dijelaskan dengan diagram sebagai


be-rikut:

Prakwalifikasi >> Pengumuman >> pelelangan >> Penjelasan pekerjaan >>


Pembukaan tender >> Proses evaluasi tender >> Penetapan dan pembukaan
pemenang.

1) Prakwalifikasi

Untuk mengidentifikasi kemampuan dan ruang lingkup pekerjaan, maka


diperlukan prakwalifikasi badan-badan/organisasi seperti konsultan perencana,
pengawas maupun pemborong.

9
Yang dimaksud dengan kemampuan dapat dijabarkan seperti: modal kerja,
jumlah tenaga ahli, jumlah peralatan, pengalaman kerja dan fasilitas kerja.
Sedangkan ruang lingkup pekerjaan meliputi bidang-bidang keahlian pekerjaan yg
dikuasai oleh badan-badan tersebut.

2) Pengumuman Lelang

Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan sebuah proyek


biasanya memakai iklan di media massa yang ditujukan kepada publik seperti
misalnya lewat surat kabar, majalah teknis profesi dan LPSE. Bila proyeknya
bersifat internasional, maka iklannya dibuat dalam bahasa inggris dan juga lewat
bantuan kedutaan asing yang ada.

3) Rapat Penjelasan Pekerjaan

Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka antara para peminat


pekerjaan/calon kontraktor dengan pihak pemilik. Dalam hal ini pemilik diwakili
oleh konsultan perencana. Biasanya untuk proyek-proyek pemerintah rapat ini
diselenggarakan oleh panitia pelelangan. Pembicaraan berkisar kepada dua bidang
yaitu bidang administratif dan bidang teknis proyek.

a) Bidang Administratif

Pada bidang administratif dijelaskan akan persyaratan persyaratan yang


tercantum dalam dokumen tender seandainya terdapat hal hal yang masih
meragukan misalnya tentang syarat-syarat pelelangan, bentuk surat penawaran,
referensi bank, NPWP dan lain-lain.

b) Bidang Teknis

Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain modifikasi baru atau
ukuran ukuran gambar yang tidak cocok dengan yang tertulis dalam spesifikasi
teknis pelaksanaan, gambar-gambar konstruksi yang sulit dimengerti/dibaca serta
kesalahan-kesalahan tulis yang terjadi.

10
Hasil dari pertemuan ini dibuatkan Berita Acara Penjelasan (aanwijzing)
dan ditanda tangani oleh dua wakil dari calon peserta pekerjaan, tergantung dari
peraturan pelelangan setempat. Dokumen Berita Acara ini kemudian menjadi
bagian yang mengikat sebagai dokumen tender tambahan (addendum).

4) Pembukaan Tender

Pada hari yang telah ditentukan, semua calon peserta membawa


penawarannya dan dimasukkan ke dalam kotak pelelangan yang telah disediakan
dan dilakukan sebelum tender dibuka.

Pada jam yang telah ditentukan dimana pemasukan surat-surat penawaran


dinyatakan ditutup, baru masing-masing amplop penawaran dibuka satu persatu
dihadapan yang hadir.

Rekanan yang ikut dalam penawaran pekerjaan pemborongan ini


diharuskan untuk memberikan jaminan tender (Tender/Bid-Bond) kepada pemilik.
Pada dasarnya jaminan ini merupakan pernyataan bahwa mereka sungguh -
sungguh dalam melakukan pekerjaan ini dan bilamana mereka mengundurkan diri,
maka jaminan tender tersebut akan masuk ke kantong Pemilik. Besarnya jaminan
berkisar 1 % - 3 % dari biaya total pek fisik proyek.

5) Proyek Evaluasi Tender

Pada proyek-proyek yang besar, kadang-kadang terdapat data penawaran


yang meragukan dan umumnya calon kontraktor dimintai keterangan secara tertulis
(clarification letters).

Jangka waktu evaluasi bisa memakan waktu beberapa hari atau lebih.
Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya dan umumnya cara yang banyak
dipakai yaitu dengan cara sistem bobot/sistem skoring.

Masing masing aspek dari calon kontraktor diberi nilai misalnya: metode
kerjanya, peralatan yang dipakai, kwalifikasi personil yang akan dipakai,
bonafiditas perusahaan, harga penawarannya, kelengkapan administrasinya dan

11
lain-lain. Calon kontraktor yang paling banyak mengumpulkan angka biasanya
yang ditunjuk sebagai calon pemenang.

6) Penetapan Dan Penunjukan Pemenang

Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi diatas, maka


Panitia pelelangan menetapkan calon-calon pemenang yang diusulkan kepada
instansi yang berwenang, yang kemudian menetapkan pemenangnya.

Dari hasil keputusan pemenang tadi, panitia Pelelangan mengumumkan


hasilnya. Bila tidak ada sanggahan atau penolakan atau apabila semua sanggahan
telah dijawab maka tugas panitia Pelelangan telah selesai.

Calon peserta yang telah diputuskan untuk memenangkan tender ini oleh
panitia evaluasi ke-mudian diberitahu secara tertulis, dan sifat pemberitahuannya
dapat terdiri dari dua hal yaitu:

 Dengan memakai SPK (Surat Perintah Kerja).


 Dengan memakai Surat Pemberitahuan (Let-ter of Award) yang isinya
menjelaskan bahwa calon kontraktor telah menang.

2.6 Penetapan Pemenang Lelang


Selesai membuat Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP), kemudian panitia
lelang mengadakan rapat untuk menentukan pemenang lelang. Panitia akan
menentapkan calon pemenang lelang yang dianggap akan memberikan keuntungan
bagi negara, maksudnya:

a) Calon pemenang lelang dianggap dapat memberikan keuntungan secara


finansial pada negara karena menawarkan harga pekerjaan yang berada di bawah
pagu dana yang telah ditentukan.

b) Calon pemenang lelang dianggap sebagai perusahan jasa konstruksi yang telah
memiliki pengalaman memadai untuk mengerjakan proyek dimaksud, memiliki
reputasi baik (tidak termasuk daftar hitam perusahan), memiliki kemampuan

12
keuangan yang memadai, memiliki peralatan yang lengkap dan sebagainya.
(Suparyakir, Pelelangan Jasa Konstruksi, hal 20).

2.7 Pengumuman Pemenang

Pokja ULP mengumumkan pemenang dan pemenang cadangan 1 dan 2


(apabila ada) kepada masyarakat di website sebagaimana tercantum dalam LDP dan
papan pengumuman resmi yang memuat sekurang – kurangnya:

a) Nama paket pekerjaan dan nilai total HPS

b) Nama dan alamat penyedia

c) Harga penawaran terkoreksi

d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

e) Hasil evaluasi pelelangan untuk seluruh peserta yang dievaluasi (Hendra


Susanto & Hediana Makmur, Auditing Proyek – Proyek Konstruksi, hal 60)

2.8 Sumber Hukum Pelelangan

Pelaksanaan pelelangan di Indonesia diatur oleh keputusan Presiden


Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Keppres tentang Pelaksanaan APBN). Keppres yang mengatur pengadaan barang
dan jasa telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, contohnya Keppres No.14
A Tahun 1980, tanggal 14 April 1980 di sempurnakan menjadi Keppres No. 18
Tahun 1981, tanggal 5 Mei 1981. Tahun anggaran 1984/1985 telah dikeluarkan
Keppres No.29 Tahun 1984, tanggal 21 April 1984 sebagai pengganti Keppres
No.14 A Tahun 1980 dan Keppres No.18 Tahun 1981. Kemudian disempurnakan
kembali dengan keluarkannya Keppres No.16 Tahun 1994 dilanjutkan Keppres
No.6 Tahun 1999, Keppres No.18 Tahun 2000 dan terbaru Keppres No.80 Tahun
2003. Jika dilihat dari isi dan jiwanya, Keppres 18 Tahun 2000 telah menunjukan
sikap reformis yang sejak lama didambakan oleh kalangan industri kontruksi. Salah

13
satunya adalah masalah “kesetaraan” antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Istilah “pemberi tugas” yang bernuansa diskriminatif sudah tidak digunakan lagi
dan selanjutnya disebut pengguna jasa, sedangkan untuk konsultan/kontraktor
digunakan istilah “penyedia jasa”.

Dalam salah satu ketentuannya, baik pengguna jasa maupun penyedia jasa
dapat terkena sanksi jika menyalahi ketentuannya sehingga tidak ada lagi istilah
warga negara kelas 1,2 dan 3. Sikap reformis yang kedua adalah adanya peran yang
besar bagi asosiasi (perusahaan atau profesi) untuk melakukan sertifikasi
perusahaan atau tenaga ahli yang bergerak di bidangnya. (Wulfram I. Ervianto,
manajemen Proyek Konstruksi, hal 52-53).

Setelah mempelajari materi yang diberikan diharapkan mampu dalam


pelelangan itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, selain tidak merugikan pihak
lainya tetapi juga harus mentaati aturan dan rujukan yang berlaku. Materi
Pelelangan dari mulai penjelasan pengertian lelang, jenis lelang sampai dengan
sumber hukum pelelangan semoga tulisan ini syukur jika berguna dan bermanfaat,
sekian dan terimakasih.

14
BAB III
JENIS-JENIS SISTEM PELELANGAN DAN PROSEDUR
PELAKSANAANNYA

3.1 Jenis-jenis Sistem Pelelangan


Sistem pelelangan terbagi dua, yaitu:
a. Pelelangan manual (non e-proc)
b. Pelelangan Elektronik (e-proc)

1. Pelelangan Manual (non e-proc)


1) Cara Menyusun dan Penyerahan Dokumen penawaran
Dokumen penawaran yaitu dokumen yang berisi surat penawaran
lengkap dan persyaratan administrasi dan teknis yang disusun oleh peserta
lelang syarat syarat dokumen penawaran yaitu :
a. Memenuhi ketentuan administrasi.
b. Bermaterai cukup.
c. Bertanggal dan ditandatangani.
d. Diajukan dalam sampul tertutup.
e. Harga penawaran dalam surat berupa angka dan huruf jelas.

Cara penyerahan dokumen penawaran harus dicantumkan dalam


dokumen lelang. Ada 3 cara penyerahan dokumen penawaran dari peserta
kepada panitia lelang, yaitu :

a. System satu sampul


Keseluruhan dokumen penawaran, yang mencakup surat
penawaran dan persyaratan, dimasukkan ke dalam satu sampul.
b. System dua sampul
 Sampul Pertama berisi persyaratan administrasi dan teknis, dan pada
sampul ditulis Data Administrasi dan Teknis.

15
 Sampul Kedua berisi perhitungan harga penawaran dan, dan pada
sampul ditulis Data Harga Penawaran.
 Kedua sampul tersebut dimasukkan dalam satu sampul lain yang
disebut Sampul Penutup.

c. System dua tahap


 Tahap I : Peserta hanya memasukkan sampul pertama yang berisi
persyaratan administrasi dan teknis. Setelah dilakukan evaluasi oleh
panitia pelelangan dan dinyatakan lolos, maka dilakukan tahap II.
 Tahap II : Peserta yang lolos tahap I memasukkan sampul kedua yang
berisi harga penawaran sesuai waktu yang ditentukan.

2) Kesesuaian pelaksanaan lelang di lapangan dengan teori


Pelaksanaan pelelangan sesuai denga teori apa bila sesuai dengan
Tata Cara dan Proses Pelelangan Tender sebagai berikut :
 Perencanaan pekerjaan yang akan dilelang.
 Dokumen pekerjaan yang akan dilelang.
Meliputi :
a. Gambar pelaksanaan secara detail.
b. BQ (Bill Quantity ).
c. Spesifikasi teknis.
 Keterangan bahan yang akan dipakai ( merek / speak )
 Ketentuan pekerjaan ( Schedule )
d. R.K.S
 Koordinasi intern owner membahas pekerjaan yang akan dilelang.
a. Tim perencana ( User )
b. Tim pengadaan ( Purchasing )
c. Tim audit ( Budget Control )
d. Tim keuangan

Tim diatas disebut MANAJEMENT

16
 Undangan tender ke kontraktor.
 Rapat tender owner ( User )dn kontraktor anutzuizing ( penjelasan
tender ).

a. Masalah administrasi
 Bentuk kontrak yang akan dibuat.
 System pembayaran.
 Waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Usulan kontraktor.
b. Survey lapangan
Pencocokan gambar dengan kondisi lapangan yang akan
dilaksanakan dan pehitungan ulang BQ akhir antara kontraktor peserta
tender dengan pemberi tugas dan dibuatkan berita acara Anutzuzing untuk
acuan pembuatan kontrak.
 Penawaran harga dari kontraktor.
 Undangan negosiasi tender.
 Buka tender ( menentukan pemenang pekerjaan ).
 Pembuatan berita acara negosiasi dan penunjukan pemenang.
 Pembuatan kontrakkerja ( SPK, perjanjian kerja sama atau PO ).

2. Pelelangan Elektronik (e-proc)

1) Persiapan

Tahap ini khusus untuk PPK dan Panitia. Yang perlu diperhatikan pada
tahapan ini adalah dokumen pemilihan. Dokumen untuk e-proc dengan
konvensional amat berbeda, utamanya pada tahapan pengadaan, penyampaian
dokumen dan bentuk surat penawaran serta lampirannya.

17
2) LPSE - Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Pelaksanaan pengadaan secara elektronik membutuhkan sebuah unit


khusus di pemerintahan, unit tersebut bernama Layanan Pengadaan Secara
Elektronik disingkat LPSE. LPSE inilah yang berfungsi sebagai penghubung
antara PPK/Panitia dengan Penyedia Barang/Jasa melalui aplikasi e-
procurement.
LPSE bertugas untuk membangun sistem e-proc, memberikan username dan
password kepada semua pihak yang terlibat, memberikan pelatihan kepada
semua pihak yang terlibat, serta menjaga, merawat, dan memperbaiki sistem e-
procurement.

Oleh sebab itu, apabila ada yang hendak melaksanakan lelang secara
elektronik, atau hendak ikut lelang yang dilaksanakan secara elektronik, silakan
menghubungi LPSE terdekat atau LPSE yang melaksanakan pengadaan
barang/jasa.

3) Pengumuman

Pengumuman lelang e-procurement berbeda dengan lelang


konvensional. Kalau lelang konvensional, pengumumannya dapat dilihat di
halaman depan Portal LPSE pada fitur “Cari Lelang Non Eproc”. Sedangkan
pada lelang e-proc, pengumumannya akan tampil di halaman depan Portal
LPSE di bawah tulisan “e-Procurement”. Pengumuman yang lebih rinci dan
detail sudah dimasukkan pada sistem LPSE. Termasuk jadwal pemilihan mulai
pengumuman sampai penandatanganan kontrak, nilai pagu, bahkan sampai ke
persyaratan kualifikasi.

4) Pendaftaran

Proses pendaftaran lelang mengalami perubahan yang cukup signifikan.


Dalam sistem manual, panitia harus menyiapkan meja dan kursi khusus untuk

18
menerima pendaftar, juga harus ada orang yang menjaga untuk menerima
pendaftar, serta menyiapkan formulir pendaftaran untuk diisi oleh calon
penyedia barang/jasa. Dari sisi penyedia barang/jasa juga harus menyiapkan
Surat Kuasa yang bermaterai kalau yang mendaftar bukan direktur atau yang
berada di dalam akte, dan persyaratan lainnya.

Namun, dengan sistem e-proc, pendaftaran dilakukan secara online saja.


Dari sisi panitia tidak melakukan apa-apa, cukup melihat layar monitor sekali-
sekali untuk mengecek jumlah pendaftar, dan dari sisi peserta cukup login
menggunakan username dan password yang telah dimiliki, membaca
pengumuman lelang dan syarat-syaratnya, kemudian mengklik tombol daftar
pada lelang tersebut. Dengan mengklik tombol daftar, maka secara otomatis
sudah dilakukan penandatanganan Pakta Integritas juga.
Jadi tidak perlu meja pendaftaran, tidak perlu fotokopi SIUP, tidak perlu datang
jauh-jauh ke kantor pelaksana lelang, dan cukup dilakukan dari kantor penyedia
masing-masing sambil bersantai minum kopi.

5) Aanwijzing

Tahapan ini merupakan “momok” bagi panitia pengadaan di beberapa


daerah. Mengapa menjadi momok? Karena pada tahapan inilah seluruh pihak-
pihak yang terlibat berkumpul pada satu tempat, termasuk seluruh pendaftar
yang berasal dari calon penyedia barang/jasa.

Hal ini karena ada pihak-pihak tertentu yang memang menginginkan


adanya keributan sehingga pembahasan dokumen pemilihan menjadi tidak
efektif.

Dengan sistem e-procurement, tidak dilakukan tatap muka pada tahapan


ini. Masing-masing pihak cukup berada di depan komputer mereka. Penjelasan,
pertanyaan dan jawaban dilakukan secara online. Bentuknya mirip mengisi
komentar pada facebook. Panitia dan seluruh pendaftar pada lelang tersebut bisa

19
saling bertukar penjelasan, pertanyaan, dan jawaban. Dengan cara seperti ini,
tidak ada kontak fisik yang terjadi, dan tidak ada emosi yang tertumpah.

Tanya jawab dilakukan sampai batas waktu Aanwijzing selesai. Apabila


jadwalnya telah selesai, maka secara otomatis penyedia tidak bisa mengirimkan
pertanyaan lagi, namun panitia masih punya waktu minimal 1 jam untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada akhir waktu. Tugas
berikutnya bagi panitia adalah menyusun adendum dokumen pengadaan yang
selanjutnya diunggah pada sistem LPSE.

Satu lagi, karena seluruh komunikasi telah tercatat pada sistem, maka
berita acara Aanwijzing hanya ditanda tangani oleh Panitia Lelang dan
diupload, tidak perlu ada tandatangan saksi, dan absensi Aanwijzing.

6) Pemasukan Dokumen

Di dalam sistem lelang konvensional, kita mengenal sistem satu sampul,


dua sampul, dan dua tahap. Untuk e-procurement dikenal yang namanya satu
file dan dua file. Yang dulunya berupa sampul, sekarang berganti menjadi file.
Dengan sistem ini, maka penyedia tidak perlu repot-repot menyiapkan dana
untuk fotokopi semua dokumen pendukung kualifikasi (Akta, SIUP, kontrak-
kontrak, dan lain-lain) serta dokumen administrasi maupun teknis. Di beberapa
lelang yang saya ikuti, dokumen ini kadang tingginya bisa mencapai setengah
meter dan beratnya berkilo-kilogram.

Seluruh dokumen yang sifatnya fisik, diganti menjadi elektronik dalam


format PDF atau JPEG.

Dari semua dokumen itu, hanya 1 yang bentuknya masih harus secara
fisik, yaitu Jaminan Penawaran dan tidak dikirimkan ke panitia pengadaan
melainkan dititipkan ke LPSE penyelenggara.

20
Satu yang WAJIB diperhatikan oleh penyedia, mohon seluruh dokumen
yang akan dikirim tidak dikompres menjadi file ZIP atau kompresi lainnya
seperti TAR atau RAR, karena ini akan menyebabkan dokumen tersebut tidak
dapat dibuka oleh panitia.

Sistem e-proc telah menyediakan sebuah aplikasi khusus yang akan


menggabungkan seluruh file yang akan dikirim sekaligus melakukan enskripsi
data agar aman dari “kejahilan” dunia maya. Aplikasi ini dibuat oleh Lembaga
Sandi Negara dan dapat diunduh pada akun masing-masing penyedia. Setelah
dikompres dan dienskripsi, maka seluruh dokumen yang sudah disiapkan
(dokumen administrasi, teknis dan harga untuk sistem satu sampul; dan
dokumen administrasi dan teknis untuk dua sampul) akan menjadi 1 (satu) file
saja. Inilah yang disebut dengan sistem satu file, dan ini yang dikirim ke panitia
untuk dilakukan evaluasi.

7) Pembukaan Dokumen

Dalam sistem konvensional, tahap ini menjadi “momok” yang kedua


setelah Aanwijzing. Hal ini karena kembali seluruh penyedia barang/jasa
berkumpul disatu tempat untuk menyaksikan pembukaan dokumen pengadaan
masing-masing. Setelah dibuka, kemudian kelengkapan seluruh dokumen dicek
satu persatu didepan seluruh panitia dan peserta. Disini sering terlihat sesama
peserta akan saling menjatuhkan dan sikut-sikutan. Perbedaan yang tidak
signifikan dan tidak substansial sering dipaksakan untuk menjadi alasan
ketidaklengkapan dokumen peserta lainnya.

Dalam sistem e-proc, tidak ada “kumpul-kumpul rekanan” pada satu


tempat. Karena pada tahapan ini yang dimaksud pembukaan artinya benar-
benar hanya membuka dokumen yang telah dikirimkan oleh peserta pengadaan.
Seluruh file yang telah dikirimkan oleh peserta, hanya dapat dibuka pada waktu
yang telah ditentukan, yaitu pada saat pembukaan dokumen. Pembukaan filenya

21
juga tidak bisa menggunakan aplikasi sembarangan, melainkan juga harus
menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Lembaga Sandi Negara.

Jadi, Berita Acara Pembukaan Dokumen hanya ditanda tangani oleh


Panitia Lelang dan diupload, tidak ada tandatangan 2 orang saksi, dan tidak ada
kumpul-kumpul pada tahapan ini di sistem e-proc.

8) Evaluasi

Tahapan evaluasi antara sistem konvensional dengan sistem e-proc


sama saja. Yaitu sama-sama memeriksa dokumen dari peserta. Yaitu dokumen
administrasi, teknis, harga, dan kualifikasi. Bedanya, pada sistem konvensional,
panitia melihat dokumen fisik, sedangkan pada sistem e-proc, panitia melihat
layar komputer atau layar LCD Projector.

Kalau mau dicetak juga bisa, tapi akan boros kertas dan tidak
bermanfaat, karena nanti setelah dicetak akan dibuang kembali.

Salah satu persamaan lainnya adalah, panitia tetap diwajibkan untuk


membuat Berita Acara Evaluasi dan Berita Acara Hasil Pelelangan, karena
kedua Berita Acara ini harus diunggah ke dalam sistem dan nanti akan dapat
diunduh oleh peserta lelang setelah pengumuman pemenang.

9) Penetapan Pemenang

Pada tahapan ini di dalam sistem pengadaan konvensional, Ketua


Panitia akan membuat surat penetapan pemenang dan 2 cadangan.

Pada sistem e-proc, seluruh kegiatan tadi dilaksanakan hanya dengan


klik pada tombol mouse dan sedikit pengetikan pada keyboard. Ketua panitia
mengklik pada nama peserta yang ditetapkan sebagai pemenang. Secara
otomatis peserta yang sudah disetujui akan menjadi pemenang dan tinggal
menunggu jadwal pengumuman untuk ditampilkan.

22
10) Pengumuman

Pada sistem konvensional, pengumuman dipasang pada papan


pengumuman di institusi masing-masing maupun di portal LPSE. Sedangkan
untuk sistem e-procurement, pengumuman pemenang dapat dilihat pada
website LPSE serta seluruh peserta akan dikirimi email secara resmi yang berisi
pengumuman pemenang.

Pengumuman tidak hanya berisi nama perusahaan pemenang,


melainkan juga akan memperlihatkan siapa saja yang kalah, mengapa sampai
kalah, gugurnya pada tahapan mana, kenapa sampai gugur dan berapa harga
masing-masing peserta. Jadi, setiap peserta tidak akan berpraduga yang tidak-
tidak mengenai hasil pengadaan. Masing-masing secara terbuka akan
mengetahui kesalahannya.

11) Sanggah

Dari 2 tahapan sanggah (sanggah awal dan sanggah banding), e-


procurement hanya melaksanakan 1 tahap saja, yaitu sanggah awal. Sanggahan
hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang memasukkan dokumen
penawaran. Sanggahan ini juga hanya dapat dilihat oleh perusahaan yang
memberikan sanggahan. Sistemnya mirip dengan aanwijzing tetapi lebih
dibatasi. Panitia juga hanya bisa menjawab sanggahan ini sebanyak 1 (satu) kali
saja.

Apabila peserta lelang tidak puas dengan jawaban Panitia, maka dapat
melakukan sanggah banding yang kembali kepada sistem konvensional, yaitu
melalui surat kepada PA/KPA/Kepala Daerah dan ditembuskan kepada
Inspektorat (APIP).

23
3.2 Pelanggaran / persengkongkolan dalam pelelangan
 PEMBERIAN SUAP / SOGOK ( BRIBERY )
Pemberian dalam bentuk uang, barang, fasilitas, dan janji
untuk melakukan suatu perbuatan yang akan berakibat membawa
untung terhadap diri sendiri atau pihak lain, yang akan yang
berhubungan dengan jabatan yan dipegangnya pada saat itu.

 PENGGELAPAN ( EMBEZZLEMENT )
Perbuatan mengambil tanpa hak oleh seseorang yang telah
diberi kewenangan, untuk mengawasi dan bertanggung jawab penuh
terhadap barang milik negara, oleh pejabat publik maupun swasta.

 PEMALSUAN ( FRAUD )
Suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau
organisasi, dengan maksud untuk keuntungan dan kepentingan dirinya
sendiri maupun orang lain.

 PEMERASAN ( EXTORTION )
Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan
sejumlah uang atau barang, atau bentuk lain, sebagai ganti dari
seorang pejabat public untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik ataupun
kekerasan.

 PENYALAHGUNAAN JABATAN ATAU WEWENANG ( ABUSE


OF DISCRETION )
Mempergunakan kewenangan yang dimiliki, untuk melakukan
tindakan yang memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau
perseorangan, sementara bersikap diskriminatif terhadap kelompok
atau perseorangan lainnya.

24
 PILIH KASIH ( FAVORITISME )
Memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan
hubungan keluarga, afiliasi partai politik, suku, agama, dan golongan
yang bukan kepada alasan objektif, seperti kemampuan, kualitas,
rendahnya harga, profesionalisme kerja.

 MENERIMA KOMISI ( COMMISION )


Pejabat publik yang menerima sesuatu yang bernilai, dalam
bantuan uang, saham, fasilitas, barang, dll, sebagai syarat untuk
memperoleh pekerjaan atau hubungan bisnis dengan pemerintah.

 NEPOTISME ( NEPOTISM )
Tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat,
anggota partai politik yang sepaham, dalam penunjukkan atau
pengangkatan staf, panitia pelelangan atau pemilihan pemenang
lelang.

 KONTRIBUSI atau SUMBANGAN ILEGAL ( ILLEGAL


CONSTRIBIMON )
Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang
sedang berkuasa pada waktu itu menerima sejumlah dana sebagai
suatu kontribusi dan hasil yang dibebankan kepada kontrak-kontrak
pemerintah.

 PERTENTANGAN KEPENTINGAN/MEMILIKI USAHA


SENDIRI ( INTERNALTRADING )
Melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan
milik pribadi atau keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan

25
dan jabatan yang dimilikinya untuk memenangkan kontrak
pemerintah.

3.3 Cara mengetahui adanya persengkongkolan


Untuk mengetahui telah terjadi tidaknya suatu persekongkolan
dalam tender, berikut dijelaskan berbagai indikasi persekongkolan yangn
sering dijumpai pada pelaksanaan tender. Perlu diperhatikan bahwa, halhal
berikut ini merupakan indikasi persekongkolan, sedangkan bentuk atau
perilaku persekongkolan maupun ada tidaknya persekongkolan tersebut
harus dibuktikan melalui pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa atau Majelis
KPPU.
1. Indikasi persekongkolan pada saat perencanaan, antara lain meliputi:
a. Pemilihan metode pengadaan yang menghindari pelaksanaan
tender/lelang secara terbuka.
b. Pencantuman spesifikasi teknik, jumlah, mutu, dan/atau waktu
penyerahan barang yang akan ditawarkan atau dijual atau dilelang
yang hanya dapat disuplai oleh satu pelaku usaha tertentu.
c. Tender/lelang dibuat dalam paket yang hanya satu atau dua peserta
tertentu yang dapat mengikuti/melaksanakannya.
d. Ada keterkaitan antara sumber pendanaan dan asal barang / jasa
e. Nilai uang jaminan lelang ditetapkan jauh lebih tinggi dari pada
nilai dasar lelang.
f. Penetapan tempat dan waktu lelang yang sulit dicapai dandiikuti.

2. Indikasi persekongkolan pada saat pembentukan Panitia, antara lain


meliputi:
a. Panitia yang dipilih tidak memiliki kualifikasi yang dibutuhkan
sehingga mudah dipengaruhi.
b. Panitia terafiliasi dengan pelaku usaha tertentu.
c. Susunan dan kinerja Panitia tidak diumumkan atau cenderung
ditutup-tutupi.

26
3. Indikasi persekongkolan pada saat prakualifikasi perusahaan atau pra
lelang,
antara lain meliputi:

a. Persyaratan untuk mengikuti prakualififasi membatasi dan/ atau


mengarah kepada pelaku usaha tertentu.
b. Adanya kesepakatan dengan pelaku usaha tertentu mengenai
spesifikasi, merek, jumlah, tempat, dan/atau waktu penyerahan
barang dan jasa yang akan ditender atau dilelangkan.
c. Adanya kesepakatan mengenai cara, tempat, dan/atau waktu
pengumuman tender/lelang.
d. Adanya pelaku usaha yang diluluskan dalam prakualifikasi
walaupun tidak atau kurang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
e. Panitia memberikan perlakukan khusus/istimewa kepada pelaku
usaha tertentu.
f. Adanya persyaratan tambahan yang dibuat setelah pra- kualifikasi
dan tidak diberitahukan kepada semua peserta.
g. Adanya pemegang saham yang sama diantara peserta atau Panitia
atau pemberi pekerjaan maupun pihak lain Persekongkolan dalam
Tender dan ConToh kasus yang terkait langsung dengan
tender/lelang (benturan kepentingan).

4. Indikasi persekongkolan pada saat pembuatan persyaratan untuk


mengikuti tender/lelang maupun pada saat penyusunan dokumen
tender/lelang, antara lain meliputi adanya persyaratan tender/ lelang yang
mengarah kepada pelaku usaha tertentu terkait dengan sertifikasi barang,
mutu, kapasitas dan waktu penyerahan yang harus dipenuhi.

27
5. Indikasi persekongkolan pada saat pengumuman tender atau lelang,
antara lain meliputi:
a. Jangka waktu pengumuman tender/lelang yang sangat terbatas.
b. Informasi dalam pengumuman tender/lelang dengan sengaja dibuat
tidak lengkap dan tidak memadai. Sementara, informasi yang lebih
lengkap diberikan hanya kepada pelaku usaha tertentu.
c. Pengumuman tender/lelang dilakukan melalui media dengan
jangkauan yang sangat terbatas, misalnya pada surat kabar yang
tidak dikenal ataupun pada papan pengumuman yang jarang dilihat
publik atau pada surat kabar dengan jumlah eksemplar yang tidak
menjangkau sebagian besar target yang diinginkan.
d. Pengumuman tender/lelang dimuat pada surat kabar dengan ukuran
iklan yang sangat kecil atau pada bagian/lay-out surat kabar yang
seringkali dilewatkan oleh pembaca yang menjadi target
tender/lelang.

6. Indikasi persekongkolan pada saat pengambilan dokumen tender/ lelang,


antara lain meliputi:
a. Dokumen tender/lelang yang diberikan tidak sama bagi seluruh
calon peserta tender/lelang.
b. Waktu pengambilan dokumen tender/lelang yang diberikan sangat
terbatas.
c. Alamat atau tempat pengambilan dokumen tender/lelang sulit
ditemukan oleh calon peserta tender/lelang.
d. Panitia memindahkan tempat pengambilan dokumen tender/lelang
secara tiba-tiba menjelang penutupan waktu pengambilan dan
perubahan tersebut tidak diumumkan secara terbuka.

28
7. Indikasi persekongkolan pada saat penentuan Harga Perkiraan Sendiri
atau harga dasar lelang, antara lain meliputi:
a. Adanya dua atau lebih harga perkiraan sendiri atau harga dasar atas
satu produk atau jasa yang ditender/dilelangkan.
b. Harga perkiraan sendiri atau harga dasar hanya diberikan kepada
pelaku usaha tertentu.
c. Harga perkiraan sendiri atau harga dasar ditentukan berdasarkan
pertimbangan yang tidak jelas dan tidak wajar.

8. Indikasi persekongkolan pada saat penjelasan tender atau open house


lelang, antara lain meliputi:
a. Informasi atas barang/jasa yang ditender atau dilelang tidak jelas dan
cenderung ditutupi.
b. Penjelasan tender/lelang dapat diterima oleh pelaku usaha yang
terbatas sementara sebagian besar calon peserta lainnya tidak dapat
menyetujuinya.
c. Panitia bekerja secara tertutup dan tidak memberi layanan atau
informasi yang seharusnya diberikan secara terbuka.
d. Salah satu calon peserta tender/lelang melakukan pertemuan tertutup
dengan Panitia.

9. Indikasi persekongkolan pada saat penyerahan dan pembukaan dokumen


atau kotak penawaran tender/lelang, antara lain meliputi:
a. Adanya dokumen penawaran yang diterima setelah batas waktu.
b. Adanya dokumen yang dimasukkan dalam satu amplop bersama-
sama dengan penawaran peserta tender/lelang yang lain.
c. Adanya penawaran yang diterima oleh Panitia dari pelaku usaha
yang tidak mengikuti atau tidak lulus dalam proses kualifikasi atau
proses administrasi.
d. Terdapat penyesuaian harga penawaran pada saat-saat akhir sebelum
memasukkan penawaran.

29
e. Adanya pemindahan lokasi/tempat penyerahan dokumen penawaran
secara tiba-tiba tanpa pengumuman secara terbuka.

10. Indikasi persekongkolan pada saat evaluasi dan penetapan pemenang


tender/lelang, antara lain meliputi:
a. Jumlah peserta tender/lelang yang lebih sedikit dari jumlah peserta
tender/lelang dalam tender atau lelang sebelumnya.
b. Harga yang dimenangkan jauh lebih tinggi atau lebih rendah dari
harga tender/lelang sebelumnya oleh perusahaan atau pelaku usaha
yang sama.
c. Para peserta tender/lelang memasukkan harga penawaran yang
hampir sama.
d. Peserta tender/lelang yang sama, dalam tender atau lelang yang
berbeda mengajukan harga yang berbeda untuk barang yang sama,
tanpa alasan yang logis untuk menjelaskan perbedaan tersebut.
e. Panitia cenderung untuk memberi keistimewaan pada peserta
tender/lelang tertentu.
f. Adanya beberapa dokumen penawaran tender/lelang yang mirip.
g. Adanya dokumen penawaran yang ditukar atau dimodifikasi oleh
Panitia.
h. Proses evaluasi dilakukan ditempat yang terpencil dan tersembunyi.
i. Perilaku dan penawaran para peserta tender/lelang dalam
memasukkan penawaran mengikuti pola yang sama dengan
beberapa tender atau lelang sebelumnya.

11. Indikasi persekongkolan pada saat pengumuman calon pemenang, antara


lain meliputi:
a. Pengumuman diumumkan secara terbatas sehingga pengumuman
tersebut tidak diketahui secara optimal oleh pelaku usaha yang
memenuhi persyaratan, misalnya diumumkan pada media massa

30
yang tidak jelas atau diumumkan melalui faksimili dengan nama
pengirim yang kurang jelas.
b. Tanggal pengumuan tender/lelang ditunda dengan alasan yang tidak
jelas.
c. Peserta tender/lelang memenangkan tender atau lelang cenderung
berdasarkan giliran yang tetap.
d. Ada peserta tender/lelang yang memenangkan tender atau lelang
secara terus menerus di wilayah tertentu.
e. Ada selisih harga yang besar antara harga yang diajukan pemenang
tender/lelang dengan harga penawaran peserta lainnya, dengan
alasan yang tidak wajar atau tidak dapat dijelaskan.

12. Indikasi persekongkolan pada saat pengajuan sanggahan, antara lain


meliputi:
a. Panitia tidak menanggapi sanggahan peserta tender/lelang.
b. Panitia cenderung menutup-nutupi proses dan hasil evaluasi.

13. Indikasi persekongkolan pada saat penunjukan pemenang tender/ lelang


dan penandatanganan kontrak, antara lain meliputi:
a. Surat penunjukan pemenang tender/lelang telah dikeluarkan
sebelum proses sanggahan diselesaikan.
b. Penerbitan surat penunjukan pemenang tender/ lelang mengalami
penundaan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Surat penunjukan pemenang tender/lelang tidak lengkap.
d. Konsep kontrak dibuat dengan menghilangkan hal- hal penting yang
seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak.
e. Penandatanganan kontrak dilakukan secara tertutup.
f. Penandatanganan kontrak mengalami penundaan tanpa alasan yang
tidak dapat dijelaskan.

31
14. Indikasi persekongkolan pada saat pelaksanaan dan evaluasi
pelaksanaan, antara lain meliputi:
a. Pemenang tender/lelang mensub-contractkan pekerjaan kepada
perusahaan lain atau peserta tender/lelang yang kalah dalam tender
atau lelang tersebut.
b. Volume atau nilai proyek yang diserahkan tidak sesuai dengan
ketentuan awal, tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Hasil pengerjaan tidak sesuai atau lebih rendah dibandingkan dengan
ketentuan yang diatur dalam spesifikasi teknis, tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.

3.4 Sangsi kecurangan saat pelelangan


Sesuai Pasal 47 UU No. 5/1999, KPPU berwenang untuk
menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan pasal 22, berupa:
1. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang
terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat (pasal
47 ayat (2) butir c); dan/atau
2. penetapan pembayaran ganti rugi ( pasal 47 ayat (2) butir f); dan/
atau
3. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua
puluh lima miliar rupiah) (pasal 47 ayat (2) butir g).
Terhadap pelanggaran pasal 22 juga dapat dikenakan hukuman pidana
pokok sebagaimana diatur dalam pasal 48 UU No. 5/1999 berupa:
1. pidana denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 5 (lima) bulan (pasal 48 ayat (2)).

32
2. pidana denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama- lamanya 3
(tiga) bulan (pasal 48 ayat (3)), dalam hal pelaku usaha dan/atau
menolak menyerahkan alat bukti yang diperlukan dalam
penyelidikan dan/atau pemeriksaan atau menolak diperiksa,
menolak memberikan informasi yang diperlukan dalam
penyelidikan dan/atau pemeriksaan, atau menghambat proses
penyelidikan dan/atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 41 ayat (1) dan (2).
Terhadap pidana pokok tersebut, juga dapat dijatuhkan pidana tambahan
terhadap pelanggaran pasal 22 sebagaimana diatur dalam Pasal 49 UU No.
5/1999 berupa:
1. pencabutan izin usaha, atau
2. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan
direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
selama-lamanya 5 (lima) tahun, atau
3. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.
Terhadap persekongkolan dalam tender yang melibatkan Pegawai atau
Pejabat Pemerintah (PNS atau yang diperbantukan pada BUMN, BUMD,
atau Swasta), maka untuk menegakkan hukum persaingan KPPU
menyampaikan informasi tentang persekongkolan tersebut kepada atasan
Pegawai atau Pejabat bersangkutan atau Kejaksaan, maupun Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk mengambil tindakan hukum sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Lelang atau tender adalah penawaran pekerjaan kepada Kontraktor
atau Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi dan
dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu tahapan yang mutlak harus dilalui
dalam proses pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah adalah tahapan
pembukaan dokumen penawaran.
pelelangan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pelelangan
langsung dan pelelangan terbatas. Pada prinsipnya, kedua macam pelelangan
tersebut sama, hanya ada sedikit perbedaan dalam hal peserta lelang.Proses
Pelelangan Tender adalah sebagai berikut :
 Perencanaan pekerjaan yang akan dilelang.
 Dokumen pekerjaan yang akan dilelang.
 Koordinasi intern owner membahas pekerjaan yang akan dilelang.
 Undangan tender ke kontraktor.
 Rapat tender owner ( User )dn kontraktor anutzuizing ( penjelasan
tender ).
 Penawaran harga dari kontraktor.
 Undangan negosiasi tender.
 Buka tender ( menentukan pemenang pekerjaan ).
 Pembuatan berita acara negosiasi dan penunjukan pemenang.
 Pembuatan kontrakkerja ( SPK, perjanjian kerja sama atau PO ).

4.2 Saran
 Saat ingin melakukan pelelangan setidaknya buatlah dokumen
pelelangan dengan jelas agar peserta lelang tidak kebingungan
dengan persyaratannya.

34
 Pemilihan pemenang peserta lelang berdasarkan kriteria yang
memenuhi.
 Hindarilah persengkongkolan dalam pelelangan
 Hindarilah kecurangan dalam pelelangan.

35
DAFTAR PUSTAKA

https://indonesiacahayasemesta.wordpress.com/2012/08/11/lelang-eproc-dan-
lelang-manual/

http://dl.dokumen.tips/download/ffffc3529ed1ea1443ea543b8349cee573530b2f6c
7b3c0d5a424b5bfce1364d1f3ba31379f7fb6097cbc4ec985d1a6df8929b5054090ba
84cbd73bf01bfeb26qwDF6q9nIo7yLxlUnf8JmJ+SxP%2FX2poE+TUoTlQbqGC
%2F8yv1fuI%2FSK6aNZLQw9+R

http://cara-proses.blogspot.com/2015/12/cara-dan-proses-pelelangan-tender.html

https://www.situstekniksipil.com/2017/11/definisi-pelelangan-atau-tender.html

https://indonesiacahayasemesta.wordpress.com/2012/08/11/lelang-eproc-dan-
lelang-manual/

36

Anda mungkin juga menyukai