PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini ternyata
berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan tinggi dalam waktu
yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif sama, namun
dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya intensitas
banjir yang terjadi.
Banjir bandang adalah aliran massa sedimen (pasir, kerikil, batu
dan air) dalam satu unit dengan kecepatan tinggi. Terjadi karena
keseimbangan statik antara gaya geser yang ditimbulkan oleh aliran lebih
besar dari gaya geser massa sedimen yang menahan. Karena massa yang
mengalir ini mempunyai percepatan maka ketinggian dan kecepatannya
akan selalu bertambah, dan pada tingkat batas tertentu keadaan menjadi
tidak stabil sehingga massa sedimen terangkat dengan cepat yang
menimbulkan banjir bandang. (Maryono A.,2005).
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
banjir. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah,
kondisi toporafi, geometri sungai dan sedimentasi), peristiwa alam (curah
hujan, pembendungan aliran sungai, dan sedimentasi), dan aktifitas
manusia (pembudidayaan daerah dataran, penambangan, dan pertanian).
Curah hujan tercatat 2000-3000 mm/tahun, kemiringan lereng rata-
rata di daerah hulu antara 33,9% sampai 47,83% tengah % dan hilir
8,26%. Batang Imang Gadang terletak di Nagari Koto Sani, Provinsi
Sumatera Barat.
Kecamatan X Koto Singkarak memiliki wilayah seluas 91,72 km
atau 0,2 % dari Provinsi Sumatera Barat. Nagari Koto Sani merupakan
bagian bari kecamatan X Koto Singkarak. Jumlah penduduk Sani sebesar
6.855 jiwa (BPS 2010). Suhu udara antara (23-28C) pada siang hari dan
(1822C) di malam hari.
1
Dengan melihat kondisi fisik di Jorong Padang Belimbing, Nagari
Koto Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera
Barat penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Potensi Banjir
Bandang Batang Imang Gadang di Jorong Padang Belimbing, Nagari Koto
Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep mengenai bencana alam ?
2. Apa yang dimaksud dengan banjir bandang ?
3. Apa saja faktor penyebab banjir bandang ?
4. Bagaimana tanda-tanda banjir bandang ?
5. Bagaimana kriteria dan potensi terjadinya banjir bandang terhadap
suatu wilayah ?
6. Bagaimana mitigasi bencana banjir bandang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami konsep mengenai bencana alam.
2. Untuk mengetahui apa itu banjir bandang.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab banjir bandang.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda banjir bandang.
5. Untuk mengetahui kriteria dan potensi terjadinya banjir bandang
terhadap suatu wilayah.
6. Untuk mengetahui mitigasi bencana banjir bandang.
2
D. Manfaat Penelitian
1. Subjektif
Memenuhi tugas Kuliah Kerja Lapangan 1 (Fisik)
2. Obyektif
Adapun manfaat penelitian adalahtersedianya data dan informasi
tentang potensi rawan banjir bandang sehingga diharapkan dapat
bermanfaat bagi perencanaan wilayah dan pengambil kebijakan yang
menyangkut potensi daerah penelitian. Selain itu diharapkan juga dapat
bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa dan masyarakat umum yang membutuhkan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani
tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika
diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, dikenalpengertian dan beberapa istilah terkait
dengan bencana.
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktornonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi.
6. Kegiatan pencegahan bencanaadalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
5
7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayahpascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi,
dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
6
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana.
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
19. Status keadaan darurat bencanaadalah suatu keadaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi
Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau
dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum
pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
21. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita
atau meninggal dunia akibat bencana.
7
B. Pengertian Banjir Bandang
Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah
yang terjadi akibat hujan yang turun terus menerus dan muncul secara
tiba-tiba.Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di
wilayahtersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat
diserap lagi. air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan
permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih
rendah. akibatnya,segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air
dengan tiba-tiba. Banjir bandang dapat mengakibatkan kerugian yang
besar. Kelestarian alam harus dijaga untuk mencegah banjir bandang.
Banjir bandang adalah aliran massa sedimen (pasir, kerikil, batu
dan air ) dalam satu unit dengan kecepatan tinggi. Terjadi karena
keseimbangan statik antara gaya geser yang ditimbulkan oleh aliran
lebih besar dari gaya geser massa sedimen yang menahan. Karena massa
yang mengalir ini mempunyai percepatan maka ketinggian dan
kecepatannya akan selalu bertambah, dan pada tingkat batas tertentu
keadaan menjadi tidak stabil sehingga massa sedimen terangkat
dengan cepat yang menimbulkan banjir bandang. (Maryono A.,2005).
8
4. Hujan lebat yang bergerak lamban dan jatuh pada suatu daerah aliran
sungai yang tidak terlalu luas, dan runoffnya dan terkonsentrasi
dengan cepat ke dalam alur sungai pematusnya. Hujan tropik yang
lebat, berlangsung cepat pada daerah yang sudah jenuh oleh jatuhnya
hujan sebelumnya, atau mempunyaikapasitas resap yang kecil dan
runoffnya cepat terkonsentrasi ke dalam alur sungai pematusnya.
5. Rusak / pecahnya tanggul.Banjir bandang juga dapat terjadi pada
daerah bantaran ruas sungai aluvial oleh pecahnya tanggul pelindung
pada saat terjadi aliran dengan elevasi di atas bantaran sungai,
karena suatu penyebab. atau gagalnya sebuah bendung buatan.
9
b. mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masih memungkinkan untuk diseberangi.
c. hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret
arus banjir. d.segera mengamankan barang-barang berharga
ketempat yang lebih tinggi.
d. jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, lurah
ataupun camat.
10
seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum
kegiatan bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari waktu-waktu
yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitasyang lebih besar dari
yang diperkirakan.
G. Jenis-jenis Mitigasi
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke
dalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
1. Mitigasi Struktural
Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan
bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana
fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal
khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning
System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang
tsunami.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan
(vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan
tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan
struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan
tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak
membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa
teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah
memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.
2. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana
selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya
pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-
Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-
struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah
pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan
11
sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi
penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini
semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar
daerah rawan bencana.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah,
dan asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan
kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu
dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko
terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan
evaluasi tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang
mungkin ditimbulkannya.
Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang
bersifat non struktural harus saling mendukung antara satu dengan
yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi,
mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana harus
diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang
memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. Sering
terjadinya peristiwa banjir dan tanah longsor pada musim hujan dan
kekeringan di beberapa tempat di Indonesia pada musim kemarau
sebagian besar diakibatkan oleh lemahnya penegakan hukum dan
pemanfaatan tata ruang wilayah yang tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan sekitar. Teknologi yang digunakan untuk memprediksi,
mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana pun
harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan di
masa depan.
12
H. Tujuan Mitigasi Bencana
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai
berikut :
1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi
(economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
13
b. Penanggulangan Bencana Banjir Bandang
Sebagai upaya mitigasi bencana banjir bandang, Penanggulangan
bencana perlu di lakukan. Penanggulangan bencana adalah serangkaian
upaya dari pemerintah dan elemen masyarakat yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang bisa berisiko timbulnya
bencana banjir, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Peringatan dini yaitu pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang sebagai salah satu
upaya mitigasi banjir bandang langsung kepada masyarakat terdampak.
14
flow). Pemasangan pertama dilakukan di negara Swiss pada tahun
2005 sebagaimana gambar yang saya lampirkan. Pemasangan Flexible
Ring Net bertingkat selanjutnya dilakukan di Swiss pada tahun 2008.
Sebaiknya sungai-sungai dan lereng yang ada di Indonesia untuk
segera dilakukan pemasangan Flexible Ring Net di kawasan yang
diduga akan dilewati aliran banjir bandang (debris flow).
15
BAB III
METODOLOGI
2. Bahan
a. Peta dasar:
peta administrasi Solok
peta geologi
peta bentuk lahan
peta jenis tanah
peta penggunaan lahan
peta kemiringan lereng
peta satuan lahan
peta curah hujan
b. kantong plastik
16
C. Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah fenomena alam (kondisi fisik) dan
fenomena sosial, yaitu potensi bencana banjir bandang dan mitigasi banjir
bandang wilayah administrasi Jorong Padang Belimbing, Nagari Koto
Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Sampel penelitian ini adalah bentuk lahan yang berpotensi sebagai
sumber banjir bandang di lokasi penelitian yaitu Sungai (hulu, tengah, dan
hilir) lalu Bukit (Bukit Tandai, Bukit Puncak Tabuah, Bukit Danau Tuo).
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah sampel daerah (area
sampling).
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian tentang potensi banjir bandang dan mitigasi
bencana untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut.
1. Variabel Potensi Banjir Bandang
a. Variabel Lereng
1) kemiringan lereng
2) bentuk lereng
b. Variabel Curah Hujan
1) curah hujan tahunan
c. Variabel Tanah
1) tektur tanah
2) kedalaman tanah
d. Variabel Kondisi Lahan
1) bentuk penggunaan lahan
2) Ketinggian dan kerapatan vegetasi
e. Variabel mitigasi bencana banjir bandang
a) adaptasi
b) implementasi
17
E. Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh denagn menggunakan cara
pengamatan langsung dilapangan.Data primer pada penelitian meliputi
data yang berkaitan denagn :
a) kondisi fisik dan persebaran daerah rawan bencana banjir
bandang
b) mitigasi dan adaptasi bencana masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir bandang
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber-sumber
lain seperti data kependudukan,peta-peta,data fisik daerah penelitian
dan lain-lain.Data sekunder yang digunakan dalam penelitian meliputi
data mengenai :
a) peta administrasi koto sani skala 1 : 50.000
b) peta kemiringan lereng koto sani skala 1 : 50.000
c) peta jenis tanah koto sani skala 1: 50.000
d) peta geologi koto sani skala 1 : 50.000
e) peta bentuk lahan koto sani skala 1: 50.000
f) Peta curah hujan koto sani skala 1 : 50.000
18
geometri sungai, fisiografi bukit, formasi lithologi, penggunaan lahan,
dan prilaku masyarakat.Data hasil wawancara untuk mengetahui
mitigasi dan adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana banjir
bandang.
G. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk
mengambil data-data di Jorong Padang Belimbing, Nagari Koto Sani,
Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.Data
tersebut berkaitan dengan peta daerah penelitian yang diperoleh dari
BAPPEDA Jorong Padang Belimbing, Nagari Koto Sani, Kecamatan X
Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat dan data lain yang
terkait dengan penelitian potensi Banjir Bandang.Selain itu dalam teknik
dokumentasi juga menyertakan data-data yang berupa gambar maupun
foto foto yang diperoleh dari kegiatan observasi,wawancara dan kegiatan
lain yang mendukung.
I. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan penelitian yang
meliputitahap persiapan,pengumpulan data,pengolahan data,analisis
data,dan pembuatan laporan yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
19
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi coaching atau pengarahan dari dosen
pembimbing yakni Dr. Dedi Hermon, M.Si, studi kepustakaan,kegiatan
observasi pada awal penelitian,pengurusan perijinan penelitian.
20
BAB IV
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
2. Curah hujan
Akibat memiliki topografi yang beragam maka Nagari Koto Sani
memiliki curah hujan yang berbeda-beda dan perbedaan ini di bagi
menjadi 3 wilayah utama yaitu walayah utara, tengah dan selatan.
Tabel 1. Curah Hujan Tahunan Nagari Koto Sani
NO WILAYAH RATA-RATA CURAH HUJAN
(mm/tahun)
1 UTARA 2000 mm/tahun
2 TENGAH 2000-2500 mm/tahun
3 SELATAN 2500-3000 mm/tahun
21
SUMBER : RT/RW KABUPATEN SOLOK 2011-2030
3. Hidrologis
Air merupakan sebuah unsur mutlak yang sangat diperlukan bagi
makhluk hidup di muka bumi. Dalam persebarannya air memiliki pola
tertentu. Ketersediaan air di permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh
iklim (curah hujan), geologi dan topografi, sifat dan jenis tanah serta
kondisi penggunaan lahan di suatu tempat.
Pada wilayah Koto Sani mengalis sebuah sungai besar yang
bernama Batang Imanggadang, sungai merupakan gabungan dari
beberapa sungai kecil sehingga memiliki debit yang bayak dan ber arus
deras.
22
dan berbukit-bukit. Maka dari itu salah satu nentukan lahan yang
terjadi pada wilayah ini adalah struktural.
Selain proses pengangkatan dan penurunan, pada daerah ini juga
terjadi proses vulkanisme, karena wilayah Koto Sani masih satu dapur
magma dengan Gunung talang hal ini di buktikan dengan adanya
sumber air panas di sekitar wilayah ini. Selain itu pada kawasan bukit
danau tuo, terdapat batuan batuan beku hasil dari proses vulkanisme
seperti granit. Maka dari itu bentukan lahan vulkanis juga terdapat
pada daerah ini.
Bentukan lahan lainnya yang terdapat pada daerah ini adalah
Fluvial, ini karena koto sani merupakan daerah tempat mengalirnya
sungai Batang Imanggadang yang merupakan gabungan dari beberapa
sungai kecil. Karena pengaruh aliran sungai ini, maka terdapat
endapan endapan yang merupakan bentukan lahan asal fluvial.
5. Tanah
Kondisi tanah Koto sani sangatlah unik karena pengaruh panas
dari dalam perut bumi sehingga menjadikan daerah ini tidak bisa di
tumbuhi tanaman yang berakar panjang seperti cengkeh, pinus, jati dll
hal ini di karenakan panas bumi yang sangat tinggi sehingga akar akar
23
tanaman yang masuk terlalu dalam ke dalam tanah akan mati. Maka
dari itu tanaman tanaman yang bisa tumbuh di sini hanya tanaman
yang berakar pandek dan menjadi tempat pembibitan bagi tanaman
yang memiliki akar panjang.
Tanah yang terdapat pada daerah koto sani di antaranya adalah
Gleisol, Kambisol, Mediteran, dan Podzolik. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat pada peta berikut ini
24
BAB V
PEMBAHASAN
* () = h2 + h1 (tinggi pembidik)
25
Hujan 3000
(mm/thn) mm/thn
Geometri 15 Lebar (lebar 1 0,15 Lebar
Sungai >4m dan 4,2m dan
dalam <5m dalam
3,4m
Total PBBS 2,2
26
ii. Dalam tebing
Untuk mengukur dalam tebing dapat digunakan rumus dibawah ini :
h2 h2 h2
Tan 11,2= 1200 cm Tan 13,2= 630 cm Tan 21,5= 500 cm
h2 h2 h2
0,19 = 1200 cm 0,23 = 630cm 0,39 = 500 cm
= 237,6 = 147,76 cm = 196,95
2. Bukit
a. Bukit Tandai
Kriteria Bobot Indikator Nilai PBBS Data di
(%) Lapangan
Bendungan 20 Bendungan 2 0,40
alami/buatan alami
di puncak akibat
lereng tumpukan
lahan bekas
longsor
Tipe 10 Bergunung 3 0,30 Lereng
Fisiografi dan curam 47,83%
Curah Hujan 25 >2500 3 0,75 2500-3000
(mm/thn) mm/thn
Formasi 5 Formasi 3 0,15 Terdapat
Lithologi batuan batuan
vulkanik andesit
muda dan
Tekstur
tanah pasir
berlempung
Vegetasi 10 Semak dan 3 0,30 Semak yang
Penutup kritis terbakar dan
27
sebagian
gundul
Perubahan 15 5-20% dari 2 0,30 Masih
Tutupan luas banyak
Lahan kawasan hutan tetapi
Hutan dan lahan kritis
Non-Hutan juga
mendominas
i
Prilaku 15 Ilegaloging 2 0,30 Terdapat
Masyarakat pada lahan
kawasan pertanian
warga di
tubuh
gunung
dengan
membuka
hutan dan
ilalang
disekitar
tubuh
gunung
dengan cara
membakarny
a
2,55
20,33
= x 100% = 45,17%
45
22,5
= 45 x 100% = 50%
28
Rata-rata dari persentase lereng yaitu:
48,51%+45,17% + 50%
= 47,89 %
3
= 2,38
B. Pembahasan
Kerentanan bencana banjir bandang di Jorong Padang Belimbing,
Nagari Koto Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok,
Sumatera Barat dapat kita lihat pada dua lahan yaitu di sungai Batang
Imanggadang dan di bukit sekitar wilayah penelitian.
Dari hasil penelitian batang imanggadang yang wilayah
penelitiannya di bagi menjadi tiga yaitu hulu, tengah dan hilir dimana
penelitian tersebut mencakup tentang adanya tanggul alam, berapa besar
29
potensi longsor tebing atau lereng DAS, berapa besar Curah Hujan dan
bagaimana bentuk dari Geometri sungainya.
Pada (tabel) kita dapat melihat rata rata pbbs di wilayah hulu
sungai yang kita teliti menunnjukan angka 2,2 dimana angka tersebut
memiliki arti bahwa potensi banjir bandang di hulu Batang Imanggadang
adalah satu kali dalam lima tahun.
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan pada tiga bukit, yaitu
Bukit Puncak Tabuah, Bukit Danau Tuo, dan Bukit Tandai. Dari hasil
penelitian bukit Tandai maka kami dapatkan kerentanan banjir badang
adalah satu kali dalam lima tahun, hal ini didukung oleh data yang kami
dapatkan pada ketiga bukit tersebut, diantaranya dapat diambil bebrapa
indikator seperti bendungan alami atau, buatan, tipe fisiografi, curah
hujan, formasi lithologi, vegetasi penutup, perubahan tutupan lahan hutan
maupun non hutan, dan perilaku masyarakat di sekitar lokasi penelitian.
dapat dilihat pada rata-rata PBBLK di bukit tandai yang di teliti
menunjukkan angka 2,55 dimana angka tersebut menunnjukkan potensi
banjir bandang di Bukit Tandai Nagari Koto Sani adalah satu kali dalam
lima tahun.
Berdasarkan variabel yang tertera diatas menunjukkan bahwa
nagari Koto Sani berpotensi banjr 1 kali dalam 5 tahun, hal ini didukung
oleh :
1. Kawasan Sungai
a. Terdapat illegal loging di hulu DAS sungai (batang)
Imanggadang
b. Terdapat tumpukan kayu di hulu sungai/tubuh sungai
c. Tekstur tanah di sekitar sungai lempung berpasir
d. Curah hujan 1500 mm/tahun hingga > 2500 mm/tahun
e. Lebar sungai > 4 meter, sedangkan dalam sungai < 5 meter
30
2. Kawasan Bukit
a. Terdapat tumpukkan kayu di puncak lereng dancekungan
lereng
b. Fisiografinya bergunung dan curam
c. Terdapat formasi batuan vulkanik muda (andesit
d. Banyak terdapat semak-semak (ilalang) di lereng bukit
e. Terdapat perubahan tutupan lahan sebesar 5-20%
f. Terdapat illegal loging di kawasan lereng bukit
31
1. Adaptasi Mitigasi
a. Pencegahan illegal loging pada daerah DAS
b. Pencegahn pembukaan-pembukaan lahan untuk pemukiman pada
kawasan DAS
c. Pencegahan penambangan luar DAS
d. Penyusunan bencana banjir bandang pada masyarakat
a) Tebang pilih, reboisasi dan gerakan 1000 pohon pada kawasan
DAS
b) Aplikasi rumah kayu di luar zona bahaya banjir bandang
c) Membentuk komunitas berbasis banjir bandang
d) Memberdayakan masyarakat dalam ekonomi kreatif
e) Menanam, kawasan DAS bagian tengah dan hilir dengan hutan
f) Menghutankan seluruh hulu DAS
g) Memberdayakan masyarakat untuk tidak membuang sampah di
kawasan DAS
2. Implementasi
Mitigasi banjir bandang DAS Batang Imanggadang Kecamatan X Koto
Singkarak :
a. Pencegahan illegal loging pada kawasan DAS
a) Melalui penegakkan aturan yang tepat pada kawasan DAS
b) Memberikan sanksi bagi yang melanggar dan reward bagi yang
tidak melanggar
b. Pencegahan pembukaan lahan untuk pemukiman pada kawasan DAS
a) Penegakkan RT, RW secara utuh
b) Menyusun peruntukan zona lahan pada DAS
c) Memberikan sanksi bagi yang melanggar dan reward bagi yang
tidak melanggar
d) Memberikan penyuluhan pada rakyat untuk bangunan yang
tidak membahayakan dan membahayakan
c. Pencegahan penambangan liar DAS
a) Pemberian sanksi yang tegas dan reward bagi yang patuh
b) Melalui peraturan pemerintah
c) Memberikan batasan penggunaan area tambang
d. Penyuluhan bencana banjir bandang pada masyarakat
a) Melalui pakar dari perguruan tinggi tokoh masyarakat dan
diundang untuk melakukan sosialisasi atau pengabdian
masyarakat
b) Melalui sosialisasi yang rutin (satu bulan sekali)
32
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banjir bandang adalah aliran massa sedimen (pasir, kerikil, batu dan
air ) dalam satu unit dengan kecepatan tinggi. Banjir bandang dapat dilihat
dari 2 objek penelitian yaitu sungai bagian hulu dan bukit Tandai. Dimana
setelah melakukan kalkulasi perhitungan dari hasil penelitian meperoleh
indeks potensi banjir bandang pada batang imanggadang sebesar 2,38. Dari
hasil kalkulasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa potensi banjir bandang di
batang imanggadang tersebut terjadi 1 kali dalam 5 tahun.
B. Saran
Semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak,
terutama bagi penulis. Serta bagi penduduk setempat agar tetap menjaga
kualitas dan kuantitas tanah, lereng, serta tidak melakukan illegal loging
agar tidak terjadi potensi banjir bandang. Selain itu , penelitian ini juga
bertujuan untuk mengantisipasi potensi terjadinya banjir bandang agar tidak
ada korban jiwa.
33
DAFTAR PUSTAKA
34