Oleh :
ENJANG WAHYU BUDIARTI
2011012
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis
basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan
batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat gaya
gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa tanah/batuan dan
secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya
karena pengaruh gaya berat (Noor, 2006: 106).
a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah
b. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang
akan menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air
tersebut menjadi jenuh
Gerakan massa (mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang besar di
sepanjang bidang longsor kritisnya. Gerakan massa ini bergerak ke bawah material
pembentuk lereng berupa tanah, batu, timbunan buatan atau campuran dari material lain.
Menurut Cruden dan Varnes (1992) dalam (Hary C Hardiyatmo, 2006:15),
karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi lima macam antara lain;
a. Jatuhan (falls)
b. Robohan (topples)
c. Longsoran (slides)
d. Sebaran (spreads)
e. Aliran (flows)
2. Upaya yang dapat dilakukan dalm penanggulangan bahaya longsor (Nandi, 2007) adalah
sebagai berikut:
a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
memalui retakan .
d. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
e. Jangan menebang pohon di lereng.
f. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
g. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yag terjal.
h. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
E. Tahap Mitigasi Bencana Tanah longsor (Nandi, 2007)
a. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah/kota dan provinsi
sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
b. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perncanaan penanggulangan bencana dan rencana penggembangan wilayah.
c. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggat di daerah tersebut.
e. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota atau
masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditibulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain mengirimkan
poster, booklet dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan
aparat pemerintah.
f. Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
Tenaga yang dimobilisasi bersifat situasional bergantung pada bencana yang terjadi
Tenaga lokal dapat disiapkan untuk mendukung tim inti yang bertugas
Masa tugas ≤14 hari dan berkesinambungan dengan tim pengganti yang akan bertugas
setelah serah terima dengan tim sebelumnya
Penyediaan tenaga dilaksanakan secara bertahap & disesuaikan dengan jenis pelayanan &
waktu yang disediakan
Emergency Medical Team (EMT)
kelompok profesional kesehatan yang memberikan perawatan klinis langsung kepada populasi
yang terkena dampak oleh bencana atau wabah dan kegawatdaruratan sebagai peningkatan
kapasitas untuk mendukung sistem kesehatan local
Penularan
Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dahak dari orang yang terinfeksi
(melalui batuk dan bersin), dan jika menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus. Virus
ini dapat bertahan selama beberapa jam di permukaan, tetapi disinfektan sederhana dapat
membunuhnya.
Gejala Covid 19
Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia atau kesulitan bernapas.
Walaupun jarang terjadi, penyakit ini bisa berakibat fatal. Gejala-gejala ini mirip dengan flu
(influenza) atau pilek biasa, yang jauh lebih umum daripada COVID-19. Untuk itulah diperlukan
pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah seseorang menderita infeksi novel
coronavirus. Penting untuk diingat bahwa langkah-langkah pencegahan utamanya sama – sering
cuci tangan, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan bagian dalam siku atau
dengan tisu, lalu buang tisu ke dalam tempat sampah yang tertutup. Selain itu, tersedia juga
vaksin untuk flu – jadi pastikan Anda dan anak Anda mendapatkan vaksin flu yang sudah
diperbarui.
Orang lanjut usia(lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar
mengalami keparahan.
Triage Pre-hospital
Disebutjugatelepontriage
PasienrujukanRS/Puskesmas
Data dikirimmelaluiWAG,Tilp
Review olehTim AhliKlinik
Pengambilankeputusanatasdasar asilreview: epidemiologi, Klinik, pemeriksaan
Penunjang
Kesimpulan:MasukIGD Covid/ Non Covid
Triage Kegawatan
Klasifikasi pasien berdasarkan kegawatan
Menggunakan protocol triage
Alat:Vital sign monitor, mesinECG, Blood Glucose test
Tujuan:Memilahpasienagar mendapatkan tempat yang benar pada respon waktu penanganan
yang tepat dengan
Ketersediaan perawatan yang sesuai
Petugas: sudah mendapatkan pelatihan triage
Pengkajian: pendekatansystem SOAP
APD petugas: level 3
A. Bencana Gunung Meletus
A. Pengertian Gunung Berapi
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan
bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Suatu
gunung berapi merupakan bentukan alam dari pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit
bermasa planet, seperti Bumi, di mana patahan tersebut mengakibatkan lava panas, abu
vulkanik dan gas bisa keluar dari dapur magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.
B. Penyebab Gunung Meletus
Kerak bumi memberikan sebuah tekanan besar pada mantel magma yang cenderung
terhadap keuntungan pada setiap titik lemah yang berada di atas kerak bumi, yang terbentuk
oleh beberapa patahan, untuk naik dan keluar di atas permukaan. Gunung berapi dengan
bentuk kerucut yang khas terbentuk menjadi banyak lapisan dari letusan lava terpadatkan
selama ratusan ribu tahun. Hal tersebut merupakan kehidupan normal gunung berapi. Pada
titik ini, mengingat banyaknya gunung berapi di dunia, kita bisa bertanya-tanya bagaimana
magma dari mantel bisa begitu mudah keluar melalui kerak bumi.
Jawabannya terletak pada mantel yang sama, hal ini ditunjukkan oleh gerakan-gerakan
konvektif besar yang menyebabkan turunnya magma bagian atas yang lebih dingin,
digantikan oleh magma bagian dalam yang lebih panas dalam siklus terus menerus, mirip
dengan air mendidih dalam ketel. Konveksi aliran ini banyak terdapat di dalam mantel dan
bergerak seperti ban berjalan, mampu bergerak seluas kerak bumi. Untuk alasan ini, dibagi
menjadi banyak lempeng kerak yang bergerak antara satu dengan lainnya beberapa
centimeter setiap tahun. Hanya tepi lempeng kerak ini merupakan daerah lemah dan tidak
stabil dari kerak bumi di mana magma dari mantel dengan mudah dapat muncul untuk
membentuk gunung berapi.
C. Tanda Gunung Meletus
1. Suhu di sekitar gunung tersebut meningkat
2. Mata air di sekitar gunung mengering
3. Tumbuhan yang berada di sekitar gunung layu
4. Hewan-hewan liar yang tinggal di gunung lari ke bawah atau turun gunung
5. Sering terdengar suara gemuruh gunung
6. Sering terjadinya gempa vulkanik
7. Keluarnya awan panas
8. Terjadinya hujan abu
D. Mitigasi Bencana Gunung Meletus
1. Sebelum gunung meletus
a. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
b. Membuat perencanaan penanganan bencana.
c. Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
d. Mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan).
2. Ketika gunung meletus
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
b. Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
c. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
d. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya.
e. Gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau lainnya.
f. Jangan memakai lensa kontak.
g. Pakai masker atau kain menutupi mulut dan hidung.
h. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan.
3. Setelah gunung meletus
a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
b. Bersihkan atap dari timbunan abu, karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan
atap bangunan.
c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak
mesin motor, rem, persneling hingga pengapian.