Anda di halaman 1dari 46

1. Jelskan apa yang dimaksud dengan bencana ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan
bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta,
2006). Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian


suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan
masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya
mereka sendiri. (UNISDR Terminology on DisasterRisk Reduction 2009). Jadi dapat
disimpulkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peritiwa yang merupakan hasil
dari kombinasi: pengaruh bahaya (hazard), kondisi kerentanan (vulnerability) pada
saat ini, kurangnya kapasitas maupun langkah-langkah untuk mengurangi atau
mengatasi potensi dampak negative sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Penyebab bencana dibagi menjadi dua yaitu alamiah dan ulah manusia.
Jelaskan pengertian penjelasan di atas , berikan contoh, dan kenapa hal itu
bisa terjadi ?

Menurut Nurjanah: 2012 terdapat 3 faktor penyebab terjadinya bencana, yakni :


1. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur
tangan manusia
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif,
akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi" yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
aktivitas magma dalam perut bumi. Bahaya letusan gunung api dapat
berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas
racun, tsunami dan banjir lahar.
c. Tsunami adalah sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif
tersebu tbisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi
sekitar 25-100 Km/jamdan ketinggian
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
e. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
f. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air
untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
g. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian.
h. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran
hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
i. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,
mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan
kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan
hilang dalam waktu singkat (3-5 menit) yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan dalam suatu sistem cuaca.
j. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan
karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan
berpotensi kuat menimbulkan bencana alam , selain itu penyebab lainnya
adalah karena adanya angin kencang atau topan, perubahan cuaca yang
sangat cepat, dan karena ada pengaruh dar igravitasi bulan maupun
matahari
k. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa
disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai
penyebab utama abrasi.
2. Faktor non-alam (non-natural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam
dan juga bukan akibat perbuatan manusia
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3. Faktor sosial/manusia (man-made disaster).
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU RI,
2007)
a. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas
atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas
kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda,
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital
yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.
b. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh
melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran.
Dalam perang, istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas
individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan
spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting,
seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.
c. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan
massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang
dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya
dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).

3. Sebutkan dan jelaskan peran dari pihak yang berkepentingan dalam


penanggulangan bencana
A. Pemerintah (pusat dan daerah)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana, berikut ini adalah tanggung jawab dan
wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana (BNPB,2007) :
1. Tanggung jawab Pemerintah pusat dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi :
a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;
d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang memadai;
f. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana
siap pakai; dan
g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan
dampak bencana.

2. Wewenang Pemerintah pusat dalam penyelenggaraan penanggulangan


bencana meliputi :
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan
kebijakan pembangunan nasional;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-
unsur kebijakan penanggulangan bencana;
c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana
dengan negara lain, badan-badan, atau pihakpihak internasional
lain;
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang
berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan
sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk
melakukan pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala nasional.

3. Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan


penanggulangan bencana meliputi :
a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang
terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan; dan
d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang memadai.

4. Wewenang pemerintah daerah dalam penyelenggaraan


penanggulangan bencana meliputi :
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya
selaras dengan kebijakan pembangunan daerah;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-
unsur kebijakan penanggulangan bencana;
c. pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana
dengan provinsi dan/atau kabupaten/kota lain;
d. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber
ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya;
e. perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan
sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada
wilayahnya; dan
f. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala provinsi, kabupaten/kota.
B. BPBN / BPBD
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana, berikut ini adalah tugas dan fungsi BNPB
dan BPBD (BNPB, 2007) :
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai tugas :
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara
adil dan setara;
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan;
c. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;
d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada
setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan; dan
h. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.

2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi


meliputi:
a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta
efektif dan efisien; dan
b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi :
a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif
dan efisien; serta
b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas :
a. menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup
pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta
rekonstruksi secara adil dan setara;
b. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan;
c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan
bencana;
d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
e. melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
wilayahnya;
f. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan
setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
g. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.

C. Rumah sakit
Rumah sakit memiliki fungsi kritis dalam manajemen bencana , dimana
rumah sakit wajib mengoperasikan beberapa fasilitas segera setelah bencana
untuk membatasi dampak dari bencana hilangnya nyawa. (Pinkowski, 2008).
Selain itu dalam pelaksaan penanganan bencana rumah sakit juga memiliki
peranan penting terkait dengan bantuan pelayanan medis meliputi : ( Depkes,
2009)
1. Menyiapkan daerah triage, label dan rambu rambu
2. Menyiapkan peralatan pertolongan , mulai dari peralatan life saving
sampai peralatan terapi definitif.
3. Menyiapkan SDM dengan kemampuan sesuai dengan standar pelayanan
dan kompetensi
4. Menyiapkan SOP dalam melaksanakan pertolongan medis
D. Puskesmas
Peran Puskesmas dalam penanggulangan bencana sangat beragam pada setiap
fase bencana dan memerlukan koordinasi kegiatan dengan instansi lain serta
kelompok masyarakat. (Depkes, 2007)
1. Peran Puskesmas Pada Fase Prabencana
- Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
- Membuat jalur evakuasi
- Mengadakan pelatihan
- Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi yang mungkin terjadi
- Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini (early
warning system)
- Membentuk tim lapangan yang tergabung dalam Satgas
- Mengadakan koordinasi lintas sector
2. Peran Puskesmas Pada Saat bencana
- Menuju lokasi bencana dengan peralatan yang diperlukan untuk triase
dan pertolongan pertama
- Melaporkan kejadian bencana kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota
- Melakukan penilaian cepat masalah kesehatan awal
- Menyerahkan tanggung jawab kepada Kadinkes bila telah tiba dilokasi
Puskesmas di sekitar lokasi bencana:

- Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta


ambulans/transportasi lain ke lokasi bencana dan tempat penampungan
pengungsi.
- Membantu perawatan dan evakuasi korban serta pelayanan kesehatan
pungungsi
3. Peran Puskesmas Pasca Bencana
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di tempar pengungsian
- Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan
- Melaksanakan surveilens penyakit menular dan gizi buruk yang
mungkin timbul
- Segera melapor ke Dinas Kesehatan Kab/Kota bila terjadi KLB
ppenyakit menular dan gizi buruk
- Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat
kecamatan dalam memberikan KIE pada masyarakat luas, bimbingan
kelompok serta konseling
- Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal
membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan lebih
spesifik.
E. Tenaga kesehatan
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap
serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergency dan tahap
rekonstruksi. Berikut ini adalah peran dari tenaga kesehatan dalam tahap-
tahap disaster (Kurniayanti, 2012) :
1. Tahapan Pra Disaster
Peran tenaga kesehatan dalam fase Pra Disaster adalah:
a) Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan dan pendidikan yang
berhubungan dengan penanggulangan ancaman bencana untuk tiap
fasenya
b) Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun
lembagalembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi bencana kepada masyarakat
c) Tenaga kesehatan terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut ini:
d) Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
e) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain
f) Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance
2. Tahapan Bencana (Impact)
Peran tenaga kesehatan pada fase Impact adalah
a) Bertindak cepat
b) Do not promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak menjanjikan
apapun secara pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar
pada korban selamat
c) Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok
yang menanggulangi terjadinya bencana
3. Tahapan Emergency
Peran tenaga kesehatan ketika fase emergency adalah :
a) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari
b) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan ketenaga kesehatan harian
c) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
d) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan
f) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya.
g) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia,
fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater
j) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

4. Tahap Rekonstruksi
Peran tenaga kesehatan pada fase rekonstruksi adalah:
a) tenaga kesehatanan pada pasien post traumatic stress disorder(PTSD)
b) tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerjasama dengan unsur lintas sector menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
(Recovery) menuju keadaan sehat dan aman
F. Masyarakat
Secara nyata peran masyarakat itu terlibat pada pra bencana, saat bencana, dan
pasca bencana.
Peran masyarakat pada saat pra bencana antara lain
1. Berpartisipasi pembuatan analisis risiko bencana
2. Melakukan penelitian terkait kebencanaan,
3. Membuat Rencana Aksi Komunitas
4. Aktif dalam Forum PRB
5. Melakukan upaya pencegahan bencana
6. Bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya mitigasi
7. Mengikuti pendidikan, pelatihan dan penyuluhan untuk upaya PRB
8. Bekerjasama mewujudkan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Peran masyarakat pada saat bencana antara lain
1. Memberikan informasi kejadian bencana ke BPBD atau Instansi terkait
2. Melakukan evakuasi mandiri
3. Melakukan kaji cepat dampak bencana
4. Berpartisipasi dalam respon tanggap darurat sesuai bidang keahliannya.
Peran masyarakat pada saat pasca bencana
1. Berpartisipasi dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
2. Berpartisipasi dalam upaya pemulihan dan pembangunan sarana dan
prasarana umum.
G. Lembaga Usaha
Peran nyata lembaga usaha juga terlibat pada pra bencana, saat bencana dan
pasca bencana.

Peran lembaga usaha pada saat prabencana antara lain


1. Membuat kesiap siaagaan internal lembaga usaha (business continuity
plan)
2. Membantu kesiap siagaan masyarakat
3. Melakukan upaya pencegahan bencana, seperti konservasi lahan
4. Melakukan upaya mitigasi structural bersama pemerintah dan masyarakat,
5. Melakukan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan untuk upaya PRB
6. Bekerjasama dengan pemerintah membangun system peringatan dini, dan
7. Bersinergi dengan Pemerintah dan LSM/ Orsosmas mewujudkan
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Peran lembaga usaha pada saat bencana antara lain
1. Melakukan respon tanggap darurat di bidang keahliannya
2. Membantu mengerahkan relawan dan kapasitas yang dimilikinya

3. Memberikan dukungan logistic dan peralatan evakuasi, dan (4) Membantu


upaya pemenuhan kebutuhan dasar.

Peran lembaga usaha pada saat pasca bencana antara lain


1. Terlibat dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
2. Membantu pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan
kapasitasnya, dan
3. Membangun system jaringan pengaman ekonomi.

4. Carilah satu buah artikel media massa mengenai pemberitaan bencana!


Lengkap dengan 5W+1H!
Judul Artikel : Sinabung Meletus Lontarkan Abu Setinggi 4.2 Km Dan
Luncurkan Awan Panas Sejauh 4,5 Km
Publikasi : www.bnpb.go.id (02 August 2017 16:20 WIB)

Analis 5W1H
No Pertanyaan Jawaban
Apakah yang dibahas Artikel tersebut membahas
dalam artikel tersebut? mengenai bencana meletusnya
1 What Gunung Sinabung.
(Apa) Apa dampak yang Pada artikel dijelaskan bahwa
ditimbulkan oleh meletusnya gunung sinabung
meletusnya Gunung melontarkan abu dan awan panas
Sinabung ? yang menyebabkan ribuan
penduduk terdampak langsung dari
hujan abu vulkanik akibat letusan
Gunung Sinabung .
2 When Kapan bencana Sejak Rabu (2/8/2017) pukul 08.00
(Kapan) meletusnya Gunung Wib hingga pukul 12.00 Wib telah
Sinabung terjadi ? terjadi beberapa kali letusa. dan 17
kali awan panas guguran
3 Where Dimana bencana tersebut Bencana terjadi di Gunung
(Dimana) terjadi? Sinabung, Kabupaten Karo,
Provinsi Sumatera Utara.
Mengapa bencana Gunung Sinabung meletus akibat
meletusnya Gunung dari peningkatan aktivitas magma
Sinabung bisa terjadi? dalam perut bumi yang merangsek
4 Why keluar melalui jalur-jalur lava pijar.
(Mengapa) Mengapa masyarakat Masyarakat yang bermukim dan
yang bermukim dan beraktivitas di dekat sungai-sungai
beraktivitas di dekat yang berhulu di Gunung Sinabung
sungai- sungai yang agar tetap waspada terhadap
berhulu di gunung ancaman bahaya lahar. Hal tersebut
sinabung harus tetap dikarenakan telah terbentuknya
waspada? bendungan alam di hulu Sungai
Laborus, maka penduduk yang
bermukim dan beraktivitas di
sekitar hilir daerah aliran sungai
Laborus agar tetap menjaga
kewaspadaan karena bendungan ini
sewaktu-waktu dapat jebol, bila
tidak kuat menahan volume air
sehingga mengakibatkan
lahar/banjir bandang ke hilir. BPBD
Kabupaten Tanah Karo agar segera
melakukan sosialisasi ancaman
bencana lahar/banjir bandang ini ke
penduduk yang bermukim dan
beraktivitas di sepanjang hilir dan
sekitar Sungai Laborus.
Siapa saja yang menjadi Yang menjadi korban dalam
korban dalam bencana bencana tersebut adalah penduduk
5 Who tersebut ? di sekitar Gunung Sinabung. Tidak
(Siapa) terdapat korban jiwa, hingga saat ini
masih tercatat 7.214 jiwa atau 2.038
KK di 8 pos pengungsian. Namun
hanya ada 2.863 jiwa yang tinggal
di pos pengungsian. Lainnya banyak
yang tinggal di tempat lain di luar
pos pengungsian. Kebutuhan
sandang pangan secara umum
terpenuhi.
Siapa saja yang terlibat Beberapa pihak terlibat dalam
dalam penanggulangan penanggulangan Gunung Sinabung.
bencana tersebut? Pihak tersebut meliputi BPBD Karo
bersama TNI, Polri, Dinas
Kesehatan dan SKPD lain, relawan,
dan masyarakat.
6 How Bagaimana kronologis Kronologisnya yaitu hampir setiap
(Bagaimana) dan penanggulangan hari Gunung Sinabung meletus
yang telah dilakukan? hingga 2-8 kali sehari. Aktivitas
vulkanik sangat tinggi. Sejak Rabu
(2/8/2017) pukul 08.00 Wib hingga
pukul 12.00 Wib telah terjadi
beberapa kali letusan dan 17 kali
awan panas guguran. Pos
Pengamatan Gunung Sinabung
PVMBG melaporkan pada pukul
10.00 Wib terjadi letusan dengan
tinggi kolom 4.200 m disertai
dengan luncuran awan panas
guguran sejauh 4.500 m ke
tenggara-timur. Angin sedang ke
arah selatan. Amplitudo120 mm dan
lama gempa 553 detik.

Selanjutnya pada pukul 10:09 wib


terjadi awan panas guguran dengan
jarak luncur 4.000 meter ke arah
tenggara-timur dan tinggi kolom
abu 3.000 meter. Angin sedang ke
arah selatan. Amplitudo 120 mm,
lama gempa 319 detik.

Kemudian pada pukul 10.14 Wib,


meletus lagi setiggi 3.000 m disertai
luncuran awan panas guguran
sejauh 4.000 meter ke arah
tenggara-timur. Angin sedang ke
arah selatan. Ampitudo 120 mm
dengan lama gempa 333 detik.
Selanjutnya pada pukul 10.20 Wib,
meletus lagi. Tinggi kolom abu
3.000 meter disertai awan panas
guguran sejauh 4.500 m ke arah
tenggara-timur. Angin sedang ke
arah selatan. Amplitudo 120 mm
dengan lama gempa 707 detik.

Sebelas menit kemudian, tepatnya


pukul 10:31 Wib, terjadi awan
panas guguran dengan jarak luncur
4.000 meter ke arah tenggara-timur
dan tinggi kolom abu 3000 meter.
Angin sedang ke arah selatan.
Amplitudo 120 mm dan lama
gempa 254 detik.

Adapun penanggulan yang telah


dilakukan yaitu Dinas Kesehatan
dan SKPD lain, relawan, dan
masyarakat telah membagikan
masker, melakukan pembersihan
jalan dan lahan, pembersihan aset-
aset pemerintah (pasar dan tempat
umum lainnya), dan menghimbau
kepada masyarakat untuk tidak
memasuki zona merah

5. Lakukan analisis terhadap bencana tersebut meliputi :


a. Penyebab terjadinya
Gunung sinabung merupakan salah satu gunung berapi yang berada di
wilayah subduksi Sumatera di laut India. Wilayah ini merupakan bagian dari
cincin api, yaitu sebuah lokasi geologi yang sangat aktif. Meletusnya gunung
Sinabung di Sumatra Utara disebabkan oleh adanya pergerakan batas lempeng
bumi yang memiliki tekanan yang sangat tinggi dan suhu lebih dari 1000
derajat celcius, sehingga dapat melelehkan material batuan yang ada
disekitarnya dan menjdi magma. Penyebab meletusnya gunung sinabung juga
disebabkan oleh terjadinya gempa dasyat sebanyak tiga kali yang memicu
aktivitas vulkanik gunung sinabung menjadi aktif. Gempa pertama terjadi
pada tahun 2005 dengan magnitude 8,8 skala richter, gempa kedua terjadi
pada tahun 2007 dengan 7,9 skala richter dan gempa ketiga terjadi pada tahun
2007 dengan kekuatan gempa 8,4 skala richter. Gempa dengan subduksi besar
dapat mengaktifkan kembali lengkung vulkanik karena dapat mengubah jenis
dan jumlah tekanan tektonik di dasar. Tekanan kompresi yang dikeluarkan
setelah subduksi gempa dapat menyebabkan serangan dan pergeseran gerakan
yang dapat membuka saluran magma yang baru untuk mengalir dan
meningkatkan kemampuan seluruh system vulkanik (Alia, 2015). Magma
terkumpul di dapur magma yang terletak dibawah gunung berapi, ketika dapur
magma penuh, maka magma akan terdorong keluar dari gunung berapi dalam
bentuk lava yang memiliki suhu 700-1200 derajat celcius. Penyebab lain yang
mengakibatkan meletusnya gunung sinabung adalah (Sari, 2015) :
a. Terjadinya peningkatan kegempaan vulkanik, hal ini ditandai dengan
terjadinya aktivitas yang tidak biasa pada gunung sinabung seperti
frekuensi gempa yang meninkat, peningkatan avtivitas seismic dan
kejadian vulkanis, dan hidrotermal yang berlangsung di dalam perut
bumi.
b. Terjadinya peningkatan suhu kawah, ditandai dengan kenaikan magma
mencapai lapisan kawah paling bawah dan mempengaruhi suhu
kawah.
c. Terjadinya deformasi badan gunung, ditandai dengan peningkatan
gelombang magnet dan listrik sehingga mengakibatkan perubahan
struktur lapisan batuan gunung.
d. Terjadinya desakan lempeng bumi, ditandai dengan adanya gejala
tektonik, vulkanik, dan peningkatan aktivitas geologi gunung
e. Adanya tekanan yang sangat tinggi, semakin besar tekanan dan
volume magma, maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.

b. Kesiapan tim bantuan penolong


Kesiapan tim bantuan penolong yaitu dengan melaksanakan Proses
Manajemen Komunikasi Bencana Saat Tanggap Darurat menurut Lestari,
Prabowo, Wibawa & Hendariningrum. (2013).
Tahapan suatu manajemen komunikasi bencana bertujuan untuk mengelola
bencana dengan baik dan aman. Manajemen komunikasi bencana dibangun
dengan koordinasi berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan bencana.
Pelaksanaan manajemen komunikasi bencana terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian atau koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan Manajemen Komunikasi Bencana


Perencanaan pada dasarnya dilakukan jauh sebelum suatu kegiatan
berlangsung. Perencanaan dibuat untuk dapat mengoptimalkan pencapaian
tujuan yang diharapkan. Perencanaan menjadi bagian penting dalam
pelaksanaan manajemen komunikasi bencana. Perencanaan dibuat sebagai
dasar atau pedoman dalam melaksanakan manajemen komunikasi
bencana.
2. Pengorganisasian Manajemen Komunikasi Bencana
Pengorganisasian dalam manajemen komunikasi bencana erat kaitannya
dengan pembentukan tim yang terdiri dari pihak-pihak yang memiliki
tugas dan fungsi serta bertanggungjawab dalam pengelolaan bencana yang
terjadi. Pengorganisasian melibatkan berbagai pihak dengan pemilihan
yang tepat
3. Pelaksanaan Manajemen Komunikasi Bencana
Seluruh pelaksanaan dalam manajemen komunikasi bencana dilakukan
berdasarkan pembagian tugas, fungsi dan tanggung jawab dari pihak-
pihak yang terlibat dalam tim penanggulangan bencana. Pelaksanaan
yang berpedoman pada peran fungsinya diharapkan dapat mempercepat
proses pencapaian tujuan dan menghindari risiko yang muncul. Sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan para warga yang menjadi korban dalam
bencana Gunung Sinabung 2010, pihak tim penanggulangan bencana
Sinabung membentuk personil khusus sesuai Surat Keputusan Bupati
Karo yang terdiri dari petugas dapur tempat penampungan pengungsi,
petugas penyuplai air bersih, petugas pengadaan konsumsi kebutuhan
posko Kantor Bupati, petugas pengangkutan sampah dan tinja, petugas
tempat pengungsi di setiap tempat pengungsian yang tersebar di kota
Kabanjahe dan Berastagi, dan tim kesehatan (Surat Keputusan Bupati
Karo, 2010, h. 8-21).
4. Evaluasi Manajemen Komunikasi Bencana
Evaluasi yang dilakukan dalam hal ini adalah terhadap manajemen
komunikasi bencana dalam tanggap darurat pada bencana Gunung
Sinabung 2010. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan tidak ada
evaluasi yang dilakukan pihak terkait yaitu pemerintah terhadap
manajemen komunikasi bencana yang dilakukan. Evaluasi yang
dilakukan hanya sebatas pada pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan
dan dibahas dalam rapat yang dilakukan di sore hari bersama pihak tim
penanggulangan bencana yang lain. Evaluasi sebaiknya dilakukan di
akhir kegiatan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada dalam tim untuk
mengetahui keberhasilan atas kegiatan yang dilaksanakan dan mengetahui
kekurangan sebagai bahan untuk dapat bekerja lebih baik di waktu akan
datang.
c. Jumlah dan kondisi korban
Pada Kamis dini hari (12/10/2017) pukul 02.45 Wib, Gunung Sinabung
kembal imeletus. Pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG melaporkan
letusan dengan tinggi kolom abu vulkanik 2.000 meter yang diikuti awan
panas guguran, dengan jarak luncur 1.500 meter kearah Selatan dan 2.000
meter kearah Timur - Tenggara. Angin bertiup lemah-sedang kearah Timur-
Tenggara. Lama gempa erupsi 366 detik.

Informasi terbaru menyebutkan, tidak ada korban jiwa dan penambahan


jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung. Masyarakat sudah
terbiasa melihat letusan Gunung Sinabung karena sejak ditetapkan status
Awas pada 2/6/2015 hampi rsetiap hari terjadi letusan. Desa-desa yang masuk
dalam zona merah memang kosong. Ribuan jiwa masyarakat sudah
mengungsi. Bahkan sebagian sudah direlokasi ketempat yang lebih aman.
Sebagian lagi menunggu relokasi. (Sutopo.2017)

d. Alat pertolongan

Adapun alat-alat pertolongan yang digunakan saat penanggulangan bencana


gunung sinabung diantaranya meliputi :

Masker
Obat-obatan
Perlatan medis
Ambulance
Sarung tangan
Tandu
Tali
Kendaraan lain (mobil, motor, truk, dll.)

e. Cara penanggulangan bencana


Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional dan
Penanggulangan Bencana (BNPB) menghimbau agar :
Masyarakat sekitar dan pengunjung diimbau untuk tidak melakukan aktivitas
dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung menyusul meletusnya
gunung tersebut. Selain itu, warga dan pengunjung diimbau tidak berada
dalam jarak 7 kilometer untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6
kilometer untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 kilometer untuk
sektor utara-timur Gunung Sinabung.
Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di dekat sungai-sungai yang
berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap ancaman bahaya
lahar. Mengingat telah terbentuk bendungan alam di hulu Sungai Laborus,
penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai
Laborus juga diimbau untuk menjaga kewaspadaan. Sebab, bendungan ini
sewaktu-waktu dapat jebol apabila tidak kuat menahan volume air sehingga
mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir.
BPBD Kabupaten Tanah Karo diminta segera melakukan sosialisasi ancaman
bencana lahar/banjir bandang ini ke penduduk yang bermukim dan
beraktivitas di sepanjang hilir dan sekitar Sungai Laborus.
Korban ditempatkan di delapan posko pengungsian beserta menyediakan
fasilitas-fasilitas yang diatur oleh BPBD Kabupaten
Upaya penanggulangan bencana gunung sinabung yang lainnya yang dilakukan oleh
pemerintah pusat adalah mengeluarkan tujuh kebijakan pemerintah dalam
penanganan korban gunung sinabung pada tahun 2014 meliputi: ( Kompas, 2014)
1. Pemerintah menginstruksikan agar kebutuhan pokok ditempat pengungsian
sementara terus dijaga dan ditingkatkan
2. Pemerintah mengistruksikan kepada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan memperhatikan para siswa secara khusus melalui sistem dan
skema yang ada seperti pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan
pemberian beasiswa bagi para korban gunung Sinabung, di berbagai tingkatan
pendidikan (SD, SMP, SMA, dan mahasiswa)
3. Segera melakukan program Cash For Work untuk membantu menstimulasi
para korban agar dapat bekerja atau berkreasi di tempat penampungan
sementara
4. Mengalokasikan dana bantuan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan di
sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan sebagainya
5. Pemerintah meminta OJK untuk melakukan penjadwalan kembali utang-utang
korban bencana Sinabung
6. Relokasi kepada 1000 Kepala Keluarga dalam radius 3 km ke tempat yang
lebih aman.
7. Pemerintah telah menunjuk Kepala BNPB untuk memimpin koordinasi
penanggulangan bencana Sinabung dibantu oleh Kepala Staf Kodam
(KASDAM) Bukit Barisan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, serta TNI-
Polri.
f. Dampak yang timbul
Aktivitas Gunung Sinabung telah mengalami peningkatan sejak tahun 2013
dan sejak tahun 2013 samapai 2017 Gunung Sinabung telah banyak
mengalami letusan yang menimbulkan berbagai macam dampak bagi
masyarakat sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan secara umum ada yang
negative maupun positif diantaranya
a. Dampak negative
1. Menimbulkan korban jiwa
Akibat letusan gunung sinabung ribuan warga sekitar gunung sinabung
harus mengungsi dan kehilangan mata pencahariannya untuk
sementara waktu hingga status gunung sinabung dinyatakan aman.
2. Abu vulkanik bertaburan diangkasa dan mencemari udara serta
mengganggu aktivitas penerbangan. Selain itu abu vulkanik juga
menurunkan jarak pandang masyarakat sehingga mempengaruhi
aktivitas warga sehari-hari.
3. Merusak lingkungan
Abu vulkanik, awan panas serta lava pijar yang dikeluarkan saat
letusan gunung sinabung juga menyebabkan kerusakan lingkungan
seperti kerusakan lahan pertanian, pencemaran udara, peningkatan
suhu lingkungan dan lain sebagainya.
4. Merusak berbagai infrastruktur
Data yang diperoleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),
kerusakan infrastruktur pasca-erupsi Gunung Sinabung mulai
September 2013 hingga Oktober 2014 mencapai lebih dari 5.000
bangunan. Bangunan itu terdiri dari rumah, sekolah, rumah ibadah,
dan pasar. Kerusakan lainnya mencakup infrastruktur jalan dan irigasi.
5. Menghambat kehidupan ekonomi warga sekitar
Erupsi juga berdampak luas hingga turunnya kualitas
perkembangbiakkan ternak serta penurunan drastis kunjungan wisata
alam Brastagi sebagai penghasil sayur dan buah terbesar di Pulau
Sumatera. Kerugian total yang diakibatkan bencana panjang itu
mencapai lebih dari Rp 1 triliun (Liputan6, 2014).
b. Dampak positif
1. Menyuburkan tanah
Abu vulkanik yang dikeluarkan dari letusan gunung sinabung setalah
lama-kelamaan dapat menjadi sumber hara tanah sehingga dapat
menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil pertanian warga.
2. Banyak tambang galian C
Sisa material material letusan gunung sinabung yang keluar berupa
pasir , batu - batuan lama kelamaan dapat menjadi lahan tambang
galian C yang dapat menjadi sumber mata pencaharian warga.
g. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karo dalam
menanggulangi bencan agunung sinabung adalah ( KSP, 2017) :
- Melakukan relokasi tahap pertama 3 Desa di Siosar
- Melakukan relokasi tahap kedua untuk 4 Desa dengan mechanisme
relokasi mandiri.
- Melakukan relokasi tahap ketiga di 3 Desa dan 1 Dusun.
- Melakukan penanganan 8 Desa yang masih mengungsi.
- Melakukan penanganan pada desa-desa terdampak yang tersebar di 4
Kecamatan.
6. Carilah dan analisis satu jurnal pendukung terkait kasus pada jurnal yang
dicari !

Jurnal yang berjudul Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana (Studi


Deskriptif tentang Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Kelud di Kecamatan
Ngancar Kabupaten Kediri) merupakan hasilp enelitian yang dilakukan oleh Indyah
Hayu Ariyanti Mahasiswa Program Stud iIlmu Administrasi Negara Universitas
Airlangga Tahun 2007 yang diterbitkan pada Tahun 2015 Volume 3, Nomor 2 dan
ISSN 2303-341X.
Penelitian ini dilakukan dilatarbelakangi karena wilayah Indonesia merupakan
kepulauan yang memiliki banyak Gunung Api. Aktivitas beberapa gunung api
tersebut telah menimbulkan banyak kerugian dan korban. Salah satu gunung api yang
masih aktif dan berbahaya adalah gunung kelud. Untuk mengatasi hal tersebut telah
dibentuk UU No. 24 tahun 2007 mengenai penanggulangan bencana. Dan dibentuk
pula Peraturan Bupati Kediri nomor 4 tahun 2014 mengenai Prosedur Tetap
Penanggulangan Bencana Gunung api Kelud. Dari peraturan-peraturan yang sudah
ada tersebut maka telah berhasil pula kebijakan- kebijakan tertentu dalam rangka
penanggulangan bencana gunung berapi kelud.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran implementasi
kebijakan penanggulangan bencana di Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di Kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri dengan purposive sampling dan snow ball sebanyak 10 orang
partisipan. Data didapatkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari penelitian ini didapatkan beberapa hasil sebagai berikut.
1. Implementasi Penanggulangan Bencana Gunung api Kelud
a. Peraturan Tentang Penanggulangan Bencana Gunung api Kelud
Terdapat 3 peraturan terkait penanggulangan bencana gunung api Kelud tahun
2014
- Peraturan Bupati Kediri Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Prosedur Tetap
Penanggulangan Bencana Gunung api Kelud dalam sekup Kabupaten
Kediri;
- Standard Operating Procedures (SOP) Penanggulangan Bencana Gunung
api Kelud dalam sekup kecamatan Ngancar; dan
- Mapping Tentang Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud dalam
sekup kecamatan Ngancar
b. Penanggulangan Bencana Gunung api Kelud Ketika Status AWAS
Pada saat status AWAS terdapat 5 petunjuk teknis, yaitu:
- Evakuasi
- Pengamanan Jalur
- Sistem Informasi
- Persiapan Tempat Pengungsian
- Kesehatan
2. Variabel Pendukung Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana Gunung
Api Kelud
a. Komunikasi
Komunikasi menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi
kebijakan publik. Implementasi yang efektif akan terjadi bila para pembuat
keputusan mengetahui apa yang akan mereka lakukan. Komunikasi juga harus
terjalin diantara para pembuat keputusan dan implementor agar implementr
semakin konsisten dalam melaksanakan kebijakan. Dalam rangka
penanggulangan bencana Gunung Api Kelud harus dilakukan komunikasi
kepada semua pihak terkait untuk memaksimalkan tindakan yang dilakuakn.
Dalam pengimplementasianya harus didukung dengan komunikasi yang baik
dari pimpinan dan bawahanya, sehingga dapat dilakukan penanggulangan
secara terstruktur dan komunikatif.
b. Struktur Birokratif
Dalam rangka meningkatkan kinerja struktur birokrasi telah tersusun SOP
(Standart Operating Procedure) yang mengatur tata aliran pelaksanaan suatu
kebijakan dan cara-cara pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan
di lapangan. Sehingga dalam melakukan tindakan atau kegiatan sehari-hari
dalam rangka penanggulangan bencana Gunung Api Kelud ini dapat
dilakukan secara terstruktur sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan.
c. Sumber Daya Manusia
Keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh sumberdaya manusia
baik secara kualitasnya maupun kuantitasnya.Agar implementasi kebijakan
berjalan efektif maka dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di
bidangnya dan juga dibutuhkan sumber daya dengan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan. Namun sesuai dengan penelitian ini penyediaan SDM
yang berkompeten belum bisa disediakan dengan baik. Hal ini terjadi karena
masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya SDM yang
berkompeten di bidangnya masing-masing dalam penanggulangan bencana
Gunung Api Kelud.
d. Disposisi Pelaksana Kebijakan
Dalam setiap proses pelaksanaan kebijakan, selain keahlian, pelaksanaan
kebijakan juga membutuhkan kesediaan dan komitmen agar pelaksanaan
kebijakan berhasil dilaksanakan dengan baik. Dalam rangka penanggulangan
bencana Gunung APi Kelud pelaksana kebijakan mempunyai kesediaan dan
komitmen yang sama yaitu akan berusaha untuk menyelamatkan masyarakat
terdampak Kelud.
3. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007
a. Cepat dan Tepat
Penaggulangan bencana Gunug Api Kelud harus dilakukan dengan cepat dan
tepat untuk meminimalisasi kerugian material maupun korban jiwa. Hal ini yang
terlaksana dilapangan telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana yaitu prinsip cepat dan tepat.
b. Priorotas Penyelamatan Jiwa
Dalam penanggulangan bencana Gunung Api Kelud telah dilakukan dengan baik.
Pemrioritasan penyelamatan telah dilakukan sesuai denganUndang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan Bencana mengenai prinsip
prioritas penyelamatan jiwa. Hal ini juga sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan di tingkat kecamatan yang berupa SOP dan Mapping Penanggulangan
Bencana Gunung api Kelud keselamatan masyarakat menjadi tujuan utama
penanggulangan bencana.
c. Koordinasi dan keterpaduan
Dalam melakukan penanggulangan bencana Gunug Api Kelud harus didasari
dengan koordinasi yang baik dan terpadu. Dan hal ini sudah dilakukan dengan
baik, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan pertolongan atau
tindakan-tindakan yang harus dilakukan.

d. Berdaya Guna dan Berhasil Guna


Prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
Sedangkan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana
harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan
tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana gunung api Kelud hal tersebut sudah terlaksana dengan
baik dengan melibatkan masyarakat dalam perbantuan ketika mengungsikan
warga dan juga keikutsertaan masyarakat dalam menyediakan bahan logistic
untuk kebutuhan di tempat pengungsian.
7. Carilah video bencana sesuai dengan artikel yang dicari. Jenis bencana
dimasing masing kelompok tidak boleh sama
TERLAMPIR
8. Jelaskan potensi bencana yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki banyak wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam
maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. Bencana dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, geologis, iklim maupun faktor-
faktor lain seperti keragaman sosial, budaya dan politik.
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia,
lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau
Sumatera Jawa Nusa Tenggara Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki potensi yang tinggi
terhadap peristiwa bencana alam yang meliputi : (BNPB, 2016)
1. Gempa Bumi
Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang
membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik
paling aktif di dunia. Zona ini memberikan kontribusi sebesar hampir 90%
dari kejadian gempa di bumi dan hampir semuanya merupakan gempa besar di
dunia.
2. Tsunami
Tsunami merupakan salah satu ancaman bencana untuk banyak wilayah
pesisir di Indonesia. Bencana ini umumnya dipicu oleh terjadinya gempa
bumi di laut yang diikuti deformasi bawah laut seperti yang pernah terjadi di
pantai barat Sumatera dan di pantai utara Papua. Sementara itu letusan gunung
berapi juga dapat menimbulkan gelombang tsunami seperti yang terjadi pada
letusan Gunung Krakatau dimana mengakibatkan 36.000 jiwa meninggal.
3. Letusan Gunung Api
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai busur gunung api
terpanjang di dunia. Indonesia memiliki 127 gunung api aktif, atau sekitar
13% gunung api aktif di dunia terletak di Indonesia, sehingga menjadikan
negara ini sebagai pemilik gunung api terbanyak di dunia. Sekitar 60% dari
jumlah tersebut adalah gunung api yang memilki potensi bahaya cukup besar
bagi penduduk yang ada di dekatnya,
4. Banjir
Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Indonesia
terutama pada musim hujan. Berdasarkan kondisi morfologinya, bencana
banjir disebabkan oleh relief bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi
dan banyaknya sungai yang mengalir di antaranya. Banjir pada umumnya
terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Populasi
penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan sendirinya
membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang
semakin meningkat secara tidak langsung merupakan salah satu faktor pemicu
terjadinya banjir. Penebangan hutan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak terkendali sehingga
terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai.

5. Tanah Longsor
Bencana tanah longsor di Indonesia banyak terjadi di daerah yang memiliki
derajat kemiringan lereng tinggi. Bencana ini umumnya terjadi pada saat
curah hujan tinggi. Berdasarkan catatan kejadian bencana, daerah yang sangat
rawan terjadi bencana longsor adalah sepanjang pegunungan Bukit Barisan di
Sumatera dan pegunungan di Jawa dan Sulawesi dan di Nusa Tenggara.
6. Kekeringan
Variabilitas iklim yan tinggi menyebabkan adanya kejadian ekstrim basah dan
ekstrim kering. Saat terjadi ekstrim basah, maka potensi terjadinya bencana
banjir dan longsor meningkat, begitu pun sebaliknya, apabila terjadi ekstrim
kering, maka potensi kemarau berkepanjangan akan cukup besar.
7. Kebakaran hutan dan Lahan
Peningkatan konsentrasi CO2 sebesar 30 persen dalam 100 tahun terakhir
mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat antara 0,3 0,6C (Lal,
et.al., 2002). Peningkatan suhu tersebut mengakibatkan fenomena ENSO (El-
Nino Southern Oscilation) di kawasan Asia Tenggara. Perubahan iklim global
yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan di Indonesia itulah yang
menjadi salah satu faktor pemicu kebakaran lahan dan hutan. Luasnya areal
lahan dan hutan yang terbakan di Indonesia hingga saat ini dipengaruhi pula
oleh karakteristik biofisik lahannya. Sebagian besar kejadian kebakaran pada
10 tahun terakhir terjadi di lahan gambut.
8. Cuaca Ekstrim ( Angin Putting Beliung)
Cuaca ekstrim berkaitan dengan kejadian luar biasa yang berpotensi
menimbulkan bencana, yaitu meliputi kejadian angin tornado, badai siklon
tropis dan angin puting beliung. Khusus untuk wilayah Indonesia, BNPB
menetapkan cuaca ekstrim hanya angin puting beliung saja. Angin puting
beliung disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca.
Angin ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang bergumpal
berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi.

9. Gelombang Ekstrim Dan Abrasi


Gelombang pasang ekstrim atau badai adalah gelombang tinggi yang
ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia
dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Sedangkan, abrasi ini dapat
terjadi kerena beberapa faktor antara lain, faktor alam yaitu angin yang
bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan gelombang serta arus laut yang
mempunyai kekuatan untuk mengikis suatu daerah pantai. dan faktor manusia.
seperti contoh melakukan penambangan pasir, dikatakan demikian karena
penambangan pasir begitu penting terhadap abrasi suatu pantai yang dapat
menyebabkan terkurasnya pasir laut dan inilah sangat berpengaruh terhadap
arah dan kecepatan arus laut karena akan menghantam pantai.
10. Epedemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa
Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu
daerah tertentu. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia
dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam
berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS.
11. Kerusuhan Sosial dan Terorisme
Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam
suku, ras, golongan, bahasa, agama dan etnis merupakan salah satu aset
nasional yang bernilai tinggi sekaligus merupakan kondisi yang sangat rawan.
Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan tertentu untuk memulai terjadinya konflik serta melakukan aksi
aksi terorisme. Kerawanan terhadap konflik dalam masyarakat Indonesia
diperburuk dengan tingginya kesenjangan ekonomi dalam masyarakat serta
rendahnya kualitas pendidikan masyarakat.

9. Bencana apa sajakah yang mungkin muncul di Bali (sebutkan lokasi


spesifiknya) !
1. Banjir
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat. Bencana banjir bisa disebabkan
karna 2 faktor yaitu dari dari alam dan dari faktor manusia. Dari faktor alam
bisa diakibatkan karena terjadi hujan secara terus menerus dan pendangkalan
sungai. Sedangkan dari faktor manusia, banjir bisa terjadi karena
berkurangnya daerah resapan air akibat penebangan pohon dan pembangunan
yang terus menerus, perilaku buang sampah sembarangan dan sampah yang
semakin bertambah, dan berkurangnya selokan atau tempat penyaluran air
hujan ( Dede Rohmat, 2008) .
Pada saat ini kejadian banjir di Bali paling sering terjadi di daerah Denpasar.
Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk yang semakin tahun
mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan jumlah produksi sampah tiap
harinya semakin bertambah. Selain itu, penyebab banjir di Denpasar
disebabkan karena berkurangnya daerah resapan air karena maraknya
pembangunan dan penebangan pohon. Selain itu jumlah selokan maupun
saluran air semakin berkurang menyebabkan pada saat hujan air tergenang
dan menyebabkan banjir.
2. Gunung Meletus
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas,
lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir
lahar. Di Bali, pada saat ini gunung yang berpotensi meletus adalah Gunung
Agung di daerah Karangasem. Pada saat ini status Gunung Agung berada
dalam status awas. Hal ini meyebabkan sewaktu-waktu dapat berpotensi
menyebabkan bencana gunung meletus. Sebelumnya Gunung Agung sudah
pernah meletus pada tahun 1963 yang dampaknya sangat dirasakan kususnya
oleh warga Karangasem. Selain Gunung Agung, Gunung Batur yang berada di
Kintamani, Bangli juga berpotensi meletus. Sebelumnya Gunung Batur sudah
pernah meletus pada tahun 1994.
3. Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan
oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama
abrasi. Pada saat ini di Bali pantai-pantai yang mengalami abrasi yang cukup
parah adalah pantai yang berada di wilayah Bali selatan seperti di daerah
Pengambengan (Kabupaten Jembrana), Candidasa (Karangasem),
Padanggalak (Kota Denpasar), Lebih (Gianyar), Kuta (Badung), Tegalbesar
dan Watu Klotok (Klungkung). Abrasi yang terjadi di pantai-pantai di Bali
selama ini terjadi karena faktor alam dan juga ulah manusia. Karena faktor
alam di antaranya disebabkan oleh kenaikan air laut dan perubahan arus laut
yang sewaktu-waktu menghantam daerah pantai yang lebih rendah.
Sedangkan penyebab abrasi karena campur tangan manusia di antaranya
karena adanya kerusakan mangrove dan terumbu karang akibat pembuangan
sampah dan limbah.
4. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Di Bali dareah
yang berpotensi mengalami tanah logsor adalaah daerah Songan, Kintamani,
Bangli. Pada bulan Februari tahun 2017 sudah pernah terjadi kasus tanah
longsor yang menyebabkan korban jiwa dan menjadi pusat perhatian di
kancah nasional. Selain menyebabkan korban jiwa, bencana ini juga
menyebabkan akses jalan menjadi terganggu.
5. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau getar getar yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan
ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Di Bali, daerah
yang pernah terkena gempa bumi adalah daerah Nusa Dua pada tahun 2011.
Gempa ini terjadi di 143 kilometer arah Barat Daya Nusa Dua, Bali pada 13
Oktober 2011 dengan kekuatan 6,8. Selain itu, pada tahun 2017 juga terjadi
gempa di daerah seperti Klungkung, Badung, Denpasar, Bangli dan Jembrana.
Walaupun gempa yang terjadi pada tahun 2017 tidak menimbulkan korban
jiwa, akan tetapi terjadinya gempa menyebabkan masyarakat was-was karena
cemas dan takut akan terjadi gempa susulan dapat memakan korban jiwa.
6. Angin Puting Beliung
Angin puting beliung merupakan salah satu fenomena alam berupa gerakan
angin yang pusarannya dapat mengangkat, melempar dan menghancurkan
benda yang terlewati dan apa saja yang diterjangnya. Angin puting beliung
adalah angin kencang, tapi angin kencang belum tentu dikatakan angin putting
beliung, tergantung kecepatan angin yang menyertainya. Angin jenis ini
berputar dengan kecepatan antara 60-90 km/jam yang bergerak secara garis
lurus dengan lama kejadian maksimum 5-10 menit akibat adanya perbedaan
tekanan sangat besar dalam area skala sangat lokal yang terjadi di bawah atau
di sekitar awan Cumulonimbus (Cb). Pada tahun 2013 terjadi Angin Puting
beliung dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per jam menerjang sejumlah
titik di Bali seperti Kuta, Pemogan, Sesetan, dan Denpasar Selatan. Angin
puting beliung menyebabkan sejumlah baliho dan atap bangunan rusak.
Penyebab terjadinya angin puting beliung di Denpasar terjadi akibat
bertemunya udara panas yang terjadi di Denpasar dengan suhu 32,4 derajat
Celcius dengan pergerakan massa dingin dari barat laut, pertemuan itu
memicu puting beliung ( BMKG,2013)
10. Lakukan analisis bencana Gunung Agung terkini (sesuai nomor 5) !

a. Penyebab terjadinya
Penyebab terjadinya letusan gunung Agung tidak berbeda dengan penyebab
letusan gunung lainnya yang ada di dunia. Penyebab gunung Agung Meletus
tidak terlepas dari proses pembentukan gunung itu sendiri. Proses
terbentuknya gunung api dipengaruhi oleh 2 hal. Pertama adalah pergerakan
lempeng bumi baik saling menjauh, bertubrukan maupun saling berpapasan
sehingga hal ini bias menimbulkan gunung api ataupun pegunungan. Kedua,
terdapat gaya endogen dari dalam perut bumi yang disebabkan oleh magma.
Ketika magma yang bersifat basa menuju kebawah dan magma yang bersifat
asam menuju keatas permukaan bumi, maka magma ini akan menimbulkan
gaya dorong keatas hingga mendobrak batuan penyusun kerak bumi. Magma
ini akan muncul ke permukaan melalui pipa gunung api (Nandi, 2006).
Proses tersebutlah yang terjadi pada gunung Agung.Gunung Agung tercatat
Meletus pada tahun 1808, 1821, 1843, 1963. (Hidayat, 2017)
b. Kesiapan tim bantuan penolong
Berdasarkan pernyataan dinas kesehatan Kabupaten Karangasem serta
Dinkes Provinsi tim kesehatan telah disiapkan untuk para pengungsi baik
saat ini maupun nanti apabila terjadi erupsi. Tim bantuan medis tersebut
akan bertugas menyesuaikan dengan posko yang telah dibentuk oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Tim bantuan medis yang akan
diterjunkan untuk setiap posko pengungsian terdiri dari unsur dokter,
perawat, bidan, tenaga farmasi, dan petugas kesehatan lingkungan, serta
mereka ini akan ditugaskan bergilir selama 24 jam. Tim ini merupakan tim
dari puskesmas setempat yang ditugaskan standby di pos pengungsian, dan
nantinya akan didukung oleh tim kesehatan dari kabupaten lain, maupun dari
provinsi jika dirasa kewalahan melayani lonjakan jumlah pengungsi. Dia
menambahkan, di samping tim bantuan medis itu dari kabupaten setempat,
Dinkes Provinsi Bali juga telah menyiapkan tim reaksi cepat yang akan
memberikan "assessment" terkait kondisi kesehatan pengungsi apakah perlu
dirujuk ke rumah sakit ataukah langsung diobati di tempat. Selain dari sisi
tim medis, obat-obatan dan masker juga sudah disiapkan, bahkan masker
dari Dinkes Provinsi Bali sejumlah 190 ribu sudah disebarkan. Untuk
memenuhi kebutuhan pengungsi yang terus bertambah, ketersediaan logistik
mencukupi hingga satu bulan ke depan. Bantuan terus berdatangan, baik
bantuan dari pemerintah, pemda, dunia usaha dan masyarakat (Antara,
2017).

c. Jumlah dan kondisi korban


Pada saat ini, status gunung Agung adalah awas, namun gunung tersebut
belum mengalami letusan. Peningkatan status ini berdampak pada penduduk
yang tinggal dalam radius 12 km dari kawah gunung Agung, hal ini
menyebabkan penduduk yang berada dalam radius tersebut diungsinkana
berdasarkan Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
jumlah pengungsi tercatat per 3 Oktober 2017 mencapai 141.072 jiwa
mengungsi di 414 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali.
sebaran pengungsi berada di Kabupaten Badung 6 titik (6.833 jiwa),
Kabupaten Bangli 64 titik (11.332 jiwa), Kabupaten Buleleng 16 titik
(16.739 jiwa) dan Kota Denpasar 43 titik (13.944 jiwa). Kemudian di
Kabupaten Gianyar 8 titik (13.173 jiwa), Kabupaten Jembrana 33 titik (513
jiwa), Kabupaten Karangasem 122 titik (50.544 jiwa), Kabupaten
Klungkung 122 titik (23.144 jiwa) dan Kabupaten Tabanan 10 titik 4.850
jiwa) (BNPB, 2017). Sementara itu, beberapa pengungsi mengalami masalah
kesehatan. Masalah kesehatan paling sering dialami oleh pengungsi adalah
ISPA, gastritis, myalgia, common cold, cephalgia, dan fatigue. Dari
keseluruhan pengungsi yang mengakses pos pelayananan kesehatan, 106
jiwa diantaranya telah dirujuk ke Rumah Sakit Umum 3 diantaranya
meninggal (Suarjaya dalam Sukiswanti, 2017)
d. Alat pertolongan
Alat yang digunakan dalam pertolongan bagi pengungsi maupun petugas
relawan adalah sebagai berikut:
No Nama alat Instansi
1 Tenda komando BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
2 Tenda pleton BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
3 Tenda regu BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
4 Tenda keluarga BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
5 Tenda posko kesehatan BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
6 Mobil komando BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
7 Mobil ambulance BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
8 Mobil rescue BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
9 Mobil operasional BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
10 Mobil truk BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
11 Truk trailer BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
12 Mobil trail BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
13 Mobil water treatment BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
14 Tolet mobile BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
15 Mobil dapur umum lapangan BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
16 Mobil BBM BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
17 Mobil tangka air BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
18 Water pillow BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
19 Instalansi penjernih air BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
20 Velbet BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
21 Dapur umum BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
22 Alat komunikasi BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
23 Genset + lampu sorot BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
24 Tukang kayu BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
25 Tukang batu BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
26 Tukang elektronik BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
27 Vertical rescue BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
28 Mega phone BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
29 Masker dan topi BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
30 Bulldozer BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
31 Baju pelindung BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
32 Baju anti api BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
33 Tabung oksigen BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga

e. Cara penanggulangan bencana


1. Penggelembungan di kawasan Gunung Agung bisa dideteksi
menggunakan satelit sentinel. Selain itu, aktivitas gunung api di
Indonesia juga dipantau satelit LAPAN. Hal ini mempermudah Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk
menentukan status gunung api. Dengan bantuan alat tersebut, PVMBG
juga bisa menentukan radius bahaya yang harus dikosongkan penduduk.
Hal ini, bisa digunakan sebagai acuan peringatan dini kepada
masyarakat sehingga masyarakat mengetahui gunung akan meletus.
Selain itu, BNPB bisa mendeteksi prakiraan curah hujan dari BMKG.
Dengan begitu, BNPB bisa mengetahui potensi curah hujan dan
membuat simulasi potensi banjir lahar dingin yang akan mengancam
sehingga kita bisa cari tahu potensi lahar dingin berapa dan ke mana,
sehingga kita bisa informasikan kepada masyarakat untuk melakukan
evakuasi
2. Demi mencegah korban jiwa yang sama, BNPB terus melakukan upaya
evakuasi para penduduk yang tinggal di dekat kawasan rawan bencana
(KRB), terutama yang sudah dipetakan pihaknya yakni 9-12 kilometer
dari Gunung Agung
3. Dari pihak BNPB sudah memberikan pemahaman kepada penduduk
akan bahaya letusan Gunung Agung. Hal ini termasuk persiapan
menentukan titik lokasi pengungsian atau tempat evakuasi penduduk.
Setelah diberikan pemahaman, pihak pengungsi akhirnya mengetahui
bahwa Gunung Agung ketika hampir meletus mereka perlu melakukan
evakuasi di mana. BNPB juga sudah mengidentifikasi titik-titik
pengungsian, menyiapkan bantuan logistik, dan personil relawan.
Bantuan yang lain termasuk kesehatan, sanitasi dan lainnya juga sudah
dipersiapkan.
4. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasang sirine
untuk menghindari korban jiwa saat Gunung Agung meletus.
Pemasangan sirene dilakukan untuk memberikan peringatan dini.
BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment
Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung, yaitu
di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang,
Karangasem. Sirine yang digunakan pada saat ini memiliki kekuatan
bunyi mencapai 2 kilometer. Sirine dibunyikan secara manual oleh
petugas jaga yang terhubung Pos Komando Utama di Karangasem.
5. BNPB juga memasang rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan
posisi di lapangan dari radius berbahaya. Peta radius berbahaya letusan
Gunung Agung ditetapkan di peta. Di lapangan tidak ada tandanya
sehingga masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari radius berbahaya
f. Dampak yang timbul
Berikut merupakan dampak yang bias ditimbulkan akibat bencana gunung
Agung
1. Warga yang diusingkan menjadi tidak berkerja sehingga dapat
mempengaruhi kondisi perekonomiannya
2. Warga yang mengungsi mengalami sakit dari beragam umur. Mulai dari
bayi, ibu hamil, hingga lansia. Kebanyakan penyakit yang dialami antara
lain ISPA, alergi kulit hingga hipertensi. Dari total jumlah pengungsi
yang sakit, 20 orang di antaranya mesti dirujuk ke Puskesmas hingga
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Hingga saat ini, satu
pengungsi di wilayah Karangasem meninggal.
3. Warga yang mengungsi mengalami dampak Psikologis. Dampak
psikologis bagi yang terkena bencana sangat beragam. Pemicunya, lebih
karena kedekatan korban saat terjadi bencana. Semakin langsung
dengan bencana semakin besar dampak psikologisnya. Ada orang
menjadi saksi mulai awal hingga berakhirnya bencana sehingga tahu
persis kronologinya. Ada pula yang menjadi korban atas terjadinya
bencana sehingga mengalami ketakutan, harus kehilangan harta benda,
dan mungkin sanak keluarga. Ada juga para volunter yang berusaha
membantu menyelematkan para korban yang akhirnya menjadi korban
juga. Bila diidentifikasi, dampak psikologis dari terjadinya bencana bisa
berupa: perasaan tidak aman, perasaan khawatir, cemas, depresi, dan
gangguan trauma pascabencana. Perasaan tidak aman (feelings of
insecurity) terjadi ketika seseorang harus meninggalkan tempat
tinggalnya dan berada di tempat baru (pengungsian). Ikatan emosional
antara pengungsi dan tempat tinggalnya bisa meningkatkan perasaan
tidak aman. Perasaan tidak aman tidak hanya terjadi karena kepemilikan
rumah dan barang yang ditinggalkan, namun juga sejumlah makhluk
yang juga ditinggalkannya. Siapa yang menjaga, apakah masih hidup
atau mati karena tanpa diberi makanan

g. Rencana tindak lanjut


Berikut merupakan rencana tindak lanjut bagi korban bencana Gunung
Agung
- Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan senilai lebih dari Rp7,1
miliar kepada para pengungsi Gunung Agung di Provinsi Bali. Bantuan
yang diserahkan berupa 5.000 lembar selimut, 18.230 lembar matras,
520.000 lembar masker, 12.000 kilogram beras serta kebutuhan lainnya.
- Kementerian Sosial sebelumnya sudah menyalurkan bantuan darurat
bencana serta menyiapkan personel dari berbagai unsur seperti Taruna
Siaga Bencana dan pilar sosial lainnya. Kemensos juga mendirikan
dapur umum lapangan di 10 titik yaitu di Posko Candi Kuning Bedugul
Tabanan, Posko Dinas Sosial Bangli, Posko Dinsos Kota Denpasar,
Posko Klungkung 2, Posko Klungkung 3, Posko GOR Sueca Pura
Gelgel, Posko Bandem Karangasem, Posko Ulakan, Posko Utama
Karangasem dan Posko Tembok Buleleng.
- Karena proses belajar mengajar terhambat untuk sementara setelah
peningkatan status maka siswa yang mengungsi akan di tampung untuk
sementara di sekolah terdekat.
- Polres Karangasem siapkan 10 jalur evakuasi korban bencana, jika
Gunung Agung nantinya benar-benar meletus. Dua (2) dari 10 jalur
evakuasi yang sisiapkan itu melalui jalur laut, yakni Pantai Amed (Desa
Purwekerti, Kecamatan Abang, Karangasem) dan Pelabuhan Padangbai
(Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem). Jalur evakuasi
laut melalui Pantai Amed ini diperutuntukkan bagi warga korban
bencana erupsi Gunung Agung dari Kecamatan Abang dan Keca-matan
Kubu. Sedangkan jalur evakuasi laut melalui Pelabuhan Padangbai
diperuntukkan bagi warga dari Kecamatan Bebandem dan Kecamatan
Karangasem. Selebihnya, 8 jalur evakuasi lainnya semua melalui jalur
darat.
- Karena banyaknya pengungsi kali ini, aparat Desa Tembok menerapkan
sanksi tegas terhadap para pengungsi yang tidak mematuhi ketentuan.
Sanksi itu bentuknya mulai dari penahanan jatah logistik hingga diusir
keluar dari Desa Tembok. Sanksi tegas diberikan agar semua pengungsi
dapat diberdayakan, termasuk untuk menghidari munculnya konflik
sosial dengan warga setempat. Dijelaskan, dalam penanganan
pengungsi, ada beberapa ketentuan yang ditaati. Ketentuan itu dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama, di mana masing-masing koordinator
dari kelompok pengungsi membuat surat pernyataan. Ketentuan itu,
masing-masing pengungsi mendapat giliran piket tiap hari. Pengungsi
yang piket mendapat tugas mengatur sirkulasi bantuan logistik, mulai
dari penerima, pencatatan, hingga membungkus sesuai kebutuhan,
kemudian pembersihan areal pengungsi, hingga menata tenda.
Daftar Pustaka

Alia, S. S. (2015). Penyebab Gunung Sinabung Erupsi Kembali. Available at


:http://www.viva.co.id/digital/642497-ini-penyebab-gunung-sinabung-
erupsi-kembali

Anatara. (2017). Dinkes Siapkan Bantuan Medis Gunung Agung. Retrieved from:
http://www.mediaindonesia.com/news/read/123371/dinkes-siapkan-bantuan-
medis-gunung-agung/2017-09-20
Ariyanti, I.H. (2015). Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana (Studi
Deskriptif tentang Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Kelud di
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri). 3(2). ISSN: 2303 - 341X
BNPB. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana. Available at :
https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

BNPB. (2009). Pedoman standarisasi peralatan penaggulangan bencana.Peraturan


kepala badannasional penanggulangan bencana

BNPB. (2016). Risiko Bencana Indonesia. Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan


Bencana

BNPB. (2017). Status pengungsi gunung Agung. Badan NasoPenangulangan Bencana


Dede Rohmat.2008. Bencana Alam dan Peran Manusia . Avaliable at :
file.upi.edu/Direktori /FPIPS/JUR._PEND/bencana_alam_dan_manusia.pdf

Depkes RI. (2009). Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Febrin, R. (2016). Semburan Abu Setinggi 4,2 Kilometer dan Meluncurkan Awan
Panas Sejauh 4,5 Kilometer ke Arah Tenggara dan Timur. Sumatera: Jurusan
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
Hidayat, M. A. (2017). Sejarah Letusan Gunung Agung sejak 1808. Viva. Retrieved
from: http://www.viva.co.id/berita/nasional/959516-sejarah-letusan-gunung-
agung-sejak-1808
Kantor Staf Presiden. (2017). KSP Kawal Runggu Kabupaten Penanganan
Bencana Sinabung. Available at : http://ksp.go.id/ksp-kawal-runggu-
kabupaten-penanganan-bencana-sinabungksp-kawal-runggu-
kabupaten-penanganan-bencana-sinabung/
Kompas. (2014). Ini Langkah Pemerintas Atasi Erupsi Sinabung. Retrived at :
http://nasional.kompas.com/read/2014/01/28/1052596/Ini.Langkah.Pemerint
ah.Atasi.Erupsi.Sinabung. Diakses pada 6 Oktober 2017.
Kurniayanti, M.A. (2012). Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Manajemen
Bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada I Volume 01/Nomor
01/Agustus 2012.

Nandi. (2006). Vulkanisme. Universitas Pendidikan Indonesia

Pinkowski, Jack (Edt.); 2008. Disaster Management Handbook, CRC Press. Boca
Raton, Florida, USA

Rastika, I. (2017). Gunung Sinabung Meletus, Warga Diminta Hindari Wilayah Ini.
Kompas. 20 Mei 2017.
http://regional.kompas.com/read/2017/05/20/13113211/gunung.sinabung.mel
etus.warga.diminta.hindari.wilayah.ini. Tanggal Akses : 14 Oktober 2017

Sari, M. (2015). Penyebab Gunung Melestus Dan Akibatnya. Available at :


Ilmu Geografi.com

Sukiswanti, P. (2017). Begini Kondisi Kesehatan Para Pengungsi Gunung Agung.


Retrievd from: http://news.akurat.co/id-71416-read-begini-kondisi-kesehatan-
para-pengungsi-gunung-agung
Sutopo P. N., (2017). Dini Hari, Gunung Sinabung Meletus Kembali.
https://www.bnpb.go.id/home/detail/3495/Dini-Hari,-Gunung-Sinabung-
Meletus-Kembali: Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
LEARNING TASK
PEMAHAMAN KONSEP BENCANA

OLEH :
SGD 3
Ni Putu Tamara Danaswari (1402105004)
Ni Putu Ayu Sri Padmayani (1402105010)
Made Dian Darmalini (1402105011)
Ni Putu Rhisa Mahasari (1402105014)
I Nengah Puniarta (1402105018)
I Gst. A. Dian Sundari A. (1402105020)
Ni Putu Eka Budiartini (1402105022)
I Kadek Apti Sukaningrat (1402105027)
Ida Ayu Nanda Purnamasari (1402105040)
A.A. Putu Nita Widyasrini (1402105043)
I G.A. Ayu Diah Sri Utami (1402105059)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

Anda mungkin juga menyukai