PENANGGULANGAN BENCANA
Disusun oleh :
Gambar 2.
1. 1 Gempa Bumi
bumi
2.2.2 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan (“tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak). Tsunami
adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena
adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
Tsunami yang terjadi pada bulan September ini menjadi bencana alam
yang sangat mematikan yang menelan korban jiwa sebanyak 2.100 orang
meninggal, dan ribuan bangunan telah rusak bahkan hancur.
Pada tanggal 22 Desember 2018, terjadi peristiwa tsunami yang
disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda dan menghantam
daerah pesisir Banten dan Lampung, Indonesia.
2.2.3 Letusan gunung api
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah “erupsi”. Bahaya letusan gunung api dapat berupa
awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun,
tsunami dan banjir lahar.
Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang
terjadi di Indonesia. Pada akhir September 2010 silam, Gunung Merapi di
Yogyakarta mulai melakukan aktivitas seismik dan menyebabkan letusan
gunung berapi pada tanggal 26 Oktober 2010. Akibat letusan tersebut
sedikitnya 353 orang tewas, termasuk Mbah Maridjan.
Gambar 3. 2 Kekeringan
Klasifikasi Kekeringan
Kekeringan alamiah:
1. Kekeringan meteorologis, dikarenakan curah hujan yang kurang.
2. Kekeringan hidrologis, kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
3. Kekeringan pertanian, kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga
tidak
mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu
tertentu pada wilayah yang luas.
4. Kekeringan sosial ekonomi.
Kekeringan antropogenik, disebabkan karena ketidakpatuhan pada aturan.
1. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber air, akibat perbuatan manusia.
Dampak Kekeringan :
1. Banjir bandang, pepohonan mati, tanah menjadi gundul, yang pada musim
hujan akan menjadi mudah tererosi dan banjir.
2. Urbanisasi, akibat hilangnya bahan pangan karena tanaman pangan dan
ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian.
3. Kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan menjadi rentan penyakit.
Gejala Terjadinya Kekeringan :
1. Menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim.
Pengukuran
kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana
kekeringan.
2. Kemudian terjadi kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
Kekeringan ini
diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah).
Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana :
1. Penyusunan peraturan Pemerintah tentang pengaturan system pengiriman
data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data.
2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air
dengan
memperhatikan historical right dan azas keadilan.
3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan / perbaikan jaringan
pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah
rawan
kekeringan.
6. Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang
melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/lahan
3.3 Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan gambut menjadi focus utama kejadian
kebakaran saat ini mengingat dampak asap dan emisi karbon yang dihasilkan.
Hutan rawa gambut seluas 2.124.000 hektar telah terbakar pada kejadian
kebakaran 1997/1998 (Tacconi, 2003),mengemisikan sekitar 156,3 juta ton
karbon
4.1 Epidemi
Epidemi adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah
yang luas dan menimbulkan banyak korban. Peningkatan angka penyakit di
atas normal yang biasanya terjadi secara tiba-tiba pada populasi suatu di area
geografis tertentu. Contoh penyakit yang pernah menjadi epidemi adalah
virus Ebola di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada 2019, Avian
Influenza/flu burung (H5N1) di Indonesia pada 2012, dan SARS di 2003.
Pada dokumen RENAS PB ini, Rencana Aksi merupakan acuan yang akan
digunakan oleh K/L dalam menyusun rencana aksi penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Rencana aksi yang lengkap dengan rincian
kegiatan serta pagu indikasi anggaran oleh setiap KL terkait disusun setelah
ditetapkannya rencana strategis.
Sejalan dengan hal ini, pendekatan dan landasan dasar dalam penyusunan
rencana aksi pengurangan risiko bencana untuk periode 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
8.1.2 Sasaran
Sasaran penanggulangan bencana, dirumuskan dan
ditetapkan untuk tercapainya arah kebijakan penanggulangan
bencana sesuai dengan prioritas nasional yang ditetapkan
dalam RPJMN 2015-2019. Sasaran RENAS PB 2015 – 2019
diarahkan untuk:
1. Tersedianya perangkat hukum yang
mendorong
2. penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
efektif dan mandiri di tingkat pusat hingga daerah secara
proporsional.
3. Terintegrasinya penanggulangan bencana pada
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintahdan non pemerintahuntuk menjamin
keberlanjutan pembangunan.
Diterapkannya strategi yang menjamin
terlaksananya pemberdayaan masyarakat secara sinergi
yang beroritentasi kepada penurunan risiko bencana
dengan kearifan lokal dan kemandirian daerah.
4. Meningkatnya kemitraan multi-pihak (pemerintah,
lembaga usaha dan masyarakat sipil) dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
6. Meningkatnya kapasitas SDM serta kelembagaan
pemerintah dan non pemerintah terkait penanggulangan
bencana.
7. Meningkatnya upaya pencegahan dan mitigasi untuk
mengurangi potensi korban jiwa, kerugian ekonomi dan
kerusakan lingkungan akibat bencana.
8. Meningkatnya kesiapsiagaan dan penanganan darurat
untuk menghadapi bencana secara mandiri dan proaktif.
9. Tersedianya mekanisme pendukung dalam
menjamin terselenggaranya pemulihan dampak bencana
yang lebih baik dan lebih aman secara mandiri, efektif
dan bermartabat.
10. Terselenggaranya pemulihan dampak bencana secara
lintas sektor sesuai dengan Rencana Aksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Pascabencana.
Sejalan dengan hal ini, pendekatan dan landasan dasar dalam penyusunan
rencana aksi pengurangan risiko bencana untuk periode 2015-2019
adalah sebagai berikut: