TUGAS AKHIR
^'1 H
/-"•'"/
/-v
Disusun Oleh:
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
!VIRM :96005!013114120114
Ir. A Marzuko. MT
11
....karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari semua urusan),
Kerjakanlah dengan sungguh - sungguh urusan yang lain,
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."
( Q.S. Alam Nasyrah : 5 - 8 )
in
KATA PENGANTAR
B i smillaahirahmaanirrali iim
Assalaamu'alaikum Wr Wb
IV
banyak dapat memperoleh bekal materi yang memadai dan mengembangkannya
dijenjang yang lebih luas.
Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
dan pengliargaan yang setinggi-tingginya atas nasehat, masukan, gagasan, dan
pendapat mengenai Tugas Akhir juga dorongan moril yang diberikan hingga
terselesaikannya Tugas Akliir ini. Ucapan itu penulis haturkan kepada:
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan-kekurangan yang mungkin membuat hasil penelitian ini
menjadi kurang valid, yang semua itu tentu saja disebabkan oleh segala
keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis membuka diri terhadap segala kritik,
pendapat maupun komentar yang memungkinkan perbaikan dalam pemahaman
penulis mengenai bidang penelitian ini pada khususnya dan pemahaman dibidang
keilmuanyang lebih luas pada umumnya.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .i
Kata Pengantar iv
Daftar I si vii
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xv
Intisari xviii
BAB I Pendahuluan 1
2.1 Tanah 8
2.1.1 Umum 8
2.2.1 Umum 14
vii
2.2.2 Konsep Stabilitas Lereng 16
2.2.3 Metode Stabilitas Lereng 17
2.3 Struktur Angkur Sebagai Perkuatan Lereng 30
2.3.1 Tinjauan Umum 30
2.3.2 Sistem Angkur 32
2.3.2.1 Metode Grouting 33
2.3.2.2 Modus-modus Penerapan Grouting 33
2.3.2.3 Metode Injeksi 35
2.3.2.4 Sistem Angkur Pada Kondisi Spesial 35
2.3.3 Transfer Beban Dan Mode Dari Keruntuhan 36
2.3.3.1 Konsep Kegagalan 36
2.3.3.2 Konsep Pembebanan 38
2.3.3.3 Gaya Pada Struktur Angkur 38
2.3.3.4 Permasalahan dalam transfer beban 40
Vlll
2.4.3 Teori Kondisi Plane Strain 63
3.3.5 Angkur 77
3.3.6 Metode pada bidang Iongsor 77
3.4 AlternatifPemasangan Angkur , 78
3.5 Pemasukan Data Pada Program PCSTABL 5M 78
3.6 Hasil Perencanaan 79
IX
BABV Analisis Hasil Penelitian 122
Daftar Pustaka
Lampiran
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data bencana alam tanah longsor tli anggaran 1997/98
Gambar 1.2 Bagan alir peneUtian
Gambar 2.1 Klasifikasi tanah berdasar ukuran butiran
Gambar 2.2 Grafik pedoman segitiga klasifikasi tanah
Gambar 2.3 Klasifikasi tanah sistem Unified
Gambar 2.4 Macam kelongsoran
Gambar 2.5 Gaya-gaya pada irisan
Gambar 2.6 Faktor koreksi Janbu
Gambar 2.7 Contoh penggunaan fiingsi variasi sudut gaya tiap potongan
Gambar 2.8 Tiga komponen angkur
Gambar 2.9 Lereng yang diperkuat dengan angkur
Gambar 2.10 Displacement yang terjadi pada aktif dan pasif angkur
Gambar 2.11 Distribusi tekanan bond pada angkur
Gambar 2.12 Model angkur Stump Duplex
Gambar 2.13 (a) Local Bucling (b) Mekanisme keruntuhan dan diagram stress-
strain
Gambar 2.14 Type korosi
Gambar 2.15 (a) Potongan dinding angkur (b) Kegagalan permukaan kritis (c)
Disain perkuatan untuk kelongsoran dangkal (d) Disain perkuatan
untuk kelongsoran dalam (e) Bagian-bagian angkur
Gambar 2.16 Macam kondisi yang terjadi akibat penggunaan angkur
Gambar 2.17 Potongan vertikal angkur
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian
Gambar 3.2 Bagan Alir PCSTBL5M
Gambar 3.3 Profil lereng yang direncanakan
Gambar 3.4 Diskripsi Lereng
Gambar 4.1 Garis kelongsoran tanpa perkuatan dengan metode Janbu
Gambar 4.2 Garis kelongsoran tanpa perkuatan dengan metode Bishop
Gambar 4.3 Gariskelongsoran tanpa perkuatan dengan metode Spencer
Gambar 4.4 Alternatif penambahan angkur
Gambar 4.5 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan perkuatan satu
angkur a= 0° & L=l 1 ft dengan 3 metode
Gambar 4.6 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan perkuatan dua
angkur <x= 0° & L=l 1 ft dengan 3 metode
Gambar 4.7 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan perkuatan tiga
angkur oc= 0° & L=l 1 ft dengan 3 metode
Gambar 4.8 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan perkuatan empat
angkur a= 0° & L=l 1 ft dengan 3 metode
Gambar 4.9 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan perkuatan lima
angkur a= 0° & L=l 1 ft dengan 3 metode
Gambar 4.10 Alternatifperletakan sudut kemiringan angkur
Gambar 4.11 Alternatif penambahan panjang angkur
XI
Gambar 4.12 Grafik hubungan penibahan slip surface dengan alternatif
penambahan panjang angkur, n= 1 angkur, a= 0° & L=ll ft
perbandingan 3 metode
Gambar 4.13 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
penambahan panjang angkur, n= 1 angkur, a= 0° & L=15 ft
perbandingan 3 metode
Gambar 4.14 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
penambahan panjang angkur, n= 1 angkur, a= 0° & L=18 ft
perbandingan 3 metode
Gambar 4.15 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
penambahan panjang angkur, n= 1 angkur, a= 0° & L=21 ft
perbandingan 3 metode
Gambar 4.16 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
penambahan panjang angkur, n= 1 angkur, a= 0° & L=24 ft
perbandingan 3 metode
Gambar 4.17 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 5° & L=ll ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.18 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 5° & L=15 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.19 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 5° & L=18 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.20 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 5° & L=21 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.21 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= I angkur, a= 5° & L=24 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.22 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 15°& L=l 1 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.23 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 15° & L=T 5 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.24 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 15° & L=18 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.25 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 15° & L=21 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.26 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, <x= 15° & L=24 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.27 Grafik hubungan penibahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, ot= 30° & L=l 1 ft perbandingan 3
metode
Xll
Gambar 4.28 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a=30°&L=15ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.29 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a=30°&L=18ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.30 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 30° & L=21 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.31 Grafik hubungan perubahan slip surface dengan alternatif
kemiringan angkur, n= 1 angkur, a= 30° & L=24 ft perbandingan 3
metode
Gambar 4.32 Grafik hubungan SF dan panjang angkur dengan kemiringan
angkur (a= 0°) menggunakan 3 metode.
Gambar 4.33 Grafik hubungan SF dan panjang angkur dengan kemiringan
angkur (a= 5°) menggunakan 3 metode.
Gambar 4.34 Grafik hubungan SF dan panjang angkur dengan kemiringan
angkur (<x= 15°) menggunakan 3 metode.
Gambar 4.35 Grafik hubungan SF dan L dengan kemiringan angkur (a= 30°)
menggunakan 3 metode.
Gambar 4.36 Grafik hubungan SF dan L dengan menggunakan metode Janbu.
Gambar 4.37 Grafik hubungan SF dan L dengan menggunakan metode Bishop.
Gambar 4.38 Grafik hubungan SF dan L dengan menggunakan metode Spencer.
Gambar 5.1 Hubungan penambahan angkur dengan SF
Gambar 5.2 Hubungan sudut inclinasi angkur dan SF
Gambar 5.3 Hubungan panjang angkur dan SF
Gambar 5.4 Bidang runtuh dengan 10 bagian
Gambar 5.5 Bidang runtuh dengan 5 bagian
Gambar 5.6 Bidang runtuh dengan 9 bagian
Gambar 5.7 Bidang runtuh dengan 10 bagian
Gambar 5.8 Kondisi keseimbangan batas secara umum
Gambar 5.9 Garis kerntuhan berdasarkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb
(a) keseluruhan (b) kondisi aktif (c) kondisi pasif
Gambar 5.10 Hubungan tegangan normal dan geser interface
Gambar 5.11 Garis keruntuhan pada batang vertikal
Gambar 5.12 Garis keruntuhan akibat beban pasif
Gambar 5.13 Slip surface dengan metode Janbu dan pendekatan metode
sokolovski inclinasi 0° dengan satu angkur
Xlll
TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Lampiran XVI Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
menggunakan 2 angkur
LampiranXVII Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
menggunakan 3 angkur
Lampiran XVIII Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
menggunakan 4 angkur
Lampiran XIX Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
menggunakan 5 angkur
Lampiran XX Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan inklinasi angkur 5 °
Lampiran XXI Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan inklinasi angkur 15°
Lampiran XXII Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan inklinasi angkur 30 °
Lampiran XXIII Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan panjang angkur 15 ft
Lampiran XXIV Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan panjang angkur 18 ft
Lampiran XXV Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan panjang angkur 21 ft
Lampiran XXVI Output optimasi angka keamanan dengan metode Bishop
dengan panjang angkur 24 ft
Lampiran XXVII Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
tanpa perkuatan
Lampiran XXVIII Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
menggunakan 1 angkur
Lampiran XXIX Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
menggunakan 2 angkur "
LampiranXXX Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
menggunakan 3 angkur
Lampiran XXXI Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
menggunakan 4 angkur
xvi
Lampiran XXXII Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
menggunakan 5 angkur
Lampiran XXXIII Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan inklinasi angkur 5 °
Lampiran XXXIV Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan inklinasi angkur 15 °
Lampiran XXXV Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan inklinasi angkur 30 °
Lampiran XXXVI Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan panjang angkur 15 ft
Lampiran XXXVII Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan panjang angkur 18 ft
Lampiran XXXVIII Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan panjang angkur 21 ft
Lampiran XXXIX Output optimasi angka keamanan dengan metode Spencer
dengan panjang angkur 24 ft
xvu
INTISARI
XV111
BAB I
PENDAHULUAN
lanau (ML) yang tebabiya 6 meter, atau tanah longsor yang terjadi di Sidangbarang
(Kml 19-121) kabupaten Cianjur, 7 Febuari 1998 yang diakibatkan kemiringan lereng
yang terjal (43 derajat), adanya bidang diskontinyuitas antara tanah pelapukan dengan
batuan dasar batupasir yang miring kearah lereng terbuka.
oleh pergelinciran bagian tanah yang labil (active zone) terhadap bagian tanah yang
stabil (passive zone), ini terjadi pada bidang longsor (failure surface), atau dengan
kata lain kelongsoran disebabkan oleh gaya yang mendorong keruntuhan tanah
(sliding force) lebih besar dari gaya yang menahannya (resisting force), sehingga
peninjauan kelongsoran dilakukan pada dua komponen tersebut, yaitu apakah
terjadinya longsor karena meningkatnya sliding force atau berkurangnya
resistingforce atau karena keduanya.
1
frekuensi
30-it
25 A= ACEH
B=DIY
20 C=JABAR
D=JATENG
154
E-KALIMANTAN
F=BALI
10-
G=SULUT
5-
oJiO- ^Lj
E F G
propinsi
Gambar 1.1
Data Bencana Alam Tanah Longsor Tahun Anggaran 1997-1998
Sumber: Pekerjaan Umum
Peningkatan sliding force antara lain disebabkan oleh hujan yang tak kunjung
reda yang menyebabkan kandungan air pada lereng meningkat, pori-pori tanah terisi
air sehingga terjadi kenaikan berat unit tanah. Timbulnya piping (pipa-pipa dalam
tanah oleh gerusan aliran air), akibat aliran air dalam tanah juga akan mcmpercepat
slidingforce.
berkurang atau kohesi pada tanah berkurang. Resisting force secara alami terbentuk
karena lekatan antarpartikel tanah (kohesi) dan tingkat kepadatan tanah, sedangkan
tegangan air pori yang cukup tinggi akibat pembasahan menyebabkan turunnya kuat
geser tanah (shear strength) yang berakibat berkurangnya resistingforce.
mengubah kemiringan lereng menjadi lebih landai dengan cara pemotongan lereng
pada bagian atas. Hydrologic methods yaitu mengurangi kadar air tanah dan aliran air
pada lereng, dengan cara mengalirkan air keluar tanpa membawa partikel tanah yang
akan menyebabkan terjadinya piping. Chemical methods ini mencakup antara lain,
penambahan clean set, kapur dan semen, sedangkan Mechanical methods adalah
perkuatan tanah antara lain dinding penahan tanah dari batu atau beton, tiang pancang
yang digunakan agar terjadi pemadatan pada daerah sekitar, soil nailing, angkur,
anyaman bambo, ijuk yang kemudian berkembang sebagai geosintetik.
Metode yang paling umum dari analisis stabilitas lereng didasarkan atas batas
angka keamanan. Pada Tugas Akhir ini penulis menampilkan judul "Analisis
Perubahan Slip Surface Pada Penggunaan Perkuatan Angkur Dalam Sistem Stabilitas
Lereng".
1.2 RUMUSAN MASALAII
metode yaitu metode Bishop, metode Janbu, dan metode Spencer tanpa
dan dengan perkuatan angkur.
• Geometri lereng
5. Data parameter tanah diambil dari proyek North Java Road Improvement
Project, Jakarta mencakup berat jenis tanah, sudut geser dalam, kohesi
tanah, muki air tanah, dan geometri.
1. KATA PENGANTAR
2. INTISARI
9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TANAH
2.1.1 Umum
Tanah adalah semua bahan, organik dan anorganik, yang ada di atas lapisan
batuan tetap. Tanah organik adalah campuran yang mengandung bagian-bagian yang
cukup berarti berasal dari lapukan dan sisa tanaman dan dapat pula berasal dari
kumpulan kerangka dan kulit organisme kecil, sedangkan tanah anorganik berasal
dari pelapukan batuan secara kimia ataupun fisis.(LS Dunn, LR Anderson, FW
Kiefer, 1980)
Pada bidang teknik sipil, tanah adalah semua bahan atau unsur tanah yang
berupa organik maupun anorganik yang berada diatas lapisan batuan tetap (LS Dunn,
LR Anderson, FW Kiefer, 1980). Tanah organik adalah campuran yang mengandung
bagian-bagian yang cukup berarti berasal dari lapukan dan sisa tanaman, sedangkan
tanah anorganik berasal dari pelapukan batuan secara kimia ataupun fisis. Secara
garis besar istilah pasir, lanau, lempung, atau Lumpur digunakan untuk
menggambarkan ukuran partikel pada batas yang telah ditentukan, walaupun istilah
yang sama juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus. Misalnya
lempung adalah jenis unsur tanah yang bersifat kohesif dan plastis, sedangkan pasir
digambarkan sebagai tanah granuler yang tidak kohesif dan tidak plastis (Hardiyatmo
HC.1992).
8
2.1.2 Klasifikasi Tanah
beberapa jenis tanah yang berbeda tetapi memiliki sifat fisis yang sama. Sistem ini
sangat dibutuhkan karena memberikan tuntunan umum secara empiris yang diperoleh
dari hasil lapangan. Penggunaan sistem inipun harus sangat hati-hati sehingga hasil
hitungan struktur yang diperoleh berdasarkan hubungan empiris tidak membahaya-
kan. Oleh karena itu sejumlah sistem klasifikasi dikembangkan disesuaikan dengan
maksud yang diinginkan oleh sistem ini.
Tekstur tanah dipengaruhi kandungan butiran tanah yang ada di dalamnya. Untuk
Sistem
Klasifikasi
Ucuran Butir, mm 1
o.i am o.ooi ooooi
0/V too
10/ \ ,: 90
20 \80
30/ clay Nc70
40/ \60
% sand
*n V 50 % clay
60/ Ny sand clay n. siltclay / 40
70 \: 30
clay sand ^ /clay
80A
\ \ silt
7\20
90,/ sant hv silt sand / sand silt /siltV 10
100x /
0 10 20 30 40 50 60 70 BO 90 100
% silt
Bureau of Reclamation dan U.S Corps of Engineers tahun 1952. Seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 2.3 sistem unified ini dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok utama, sebagai berikut:
Tanah butir kasar meliputi tanah yang lebih dari 50% berat total contoh tanah
tertahan saringan No. 200 (0,075 mm). Tanah butir kasar dibagi atas kerikil/
gravel dengan simbol G dan pasir/sand dengan simbol S. Kerikil dan pasir
dikelompokkan sesuai dengan gradasi dan kandungannya. Adapun simbol
yang digunakan dalam pengelompokan inenurut unified sebagai berikut:
W : Tanah dengan gradasi baik (Well graded)
P : Tanah dengan gradasi buruk (Poorly graded)
M : Tanah dengan kandungan material lanau
Tanah butir halus adalah tanah yang lebih 50% berat total contoh tanah lolos
ayakan No. 200. Tanah butir halus inidibagi menjadi lanau dengan simbol M,
lempung (C) serta lempung dan lanau organic (O). Sedangkan tanda L
digunakan untuk tanah yang mengandung plastisitas yang rendah dan H
untuk tanah yang mengandung plastisitas yang tinggi
Pada gambar 2.4 merupakan bagan yang praktis berdasarkan klasifikasi tanah
sistem Unified, yang dapat digunakan secara umum untuk menggolongkan sifat-sifat
penting dan kesesuaian relatif suatu tanah bagi berbagai kegunaan.
CM
»« O •»* HiSV »»Mt >"*!* tfumu wsnaa iwvfiutn »AuO*| SHM6M *Bu»rt
«r«o..*»»*a...
gvapas sasjsfwasd 8a flMttdma-i
Wt M 09' M W PC Of oc oe 01
•66oa tarowmt gp Cwnhuar?
»!«**«» iWl 'titsaia nava*
'auMinpnaia rtw 6unpu*6<*atu
o
rxruai ny;» wym asad -ovtial T3 00
<|vpu»i ON
a
U> r<U
"v«& wi 'tmn* Gurxfuiat 1>
'>wv«ikm| oiua, -m.iKJ.aq <*u*| E
'yvtiraq -Ann 'Giuapa* faduHH
2
cfl
^
*"**&» W 'tkjmftuaisaq nap J=
Uh
nauatMo wiftni atad "tya^ isitq n) c
C o
cd V)
u*nfaun8Suaui ntiarf * •"*> Cut«*ui*t mad uajndunra +j l*
,y. -«<B saia g> ftrtqtatw Z—lap . ... 'Oundmavm ***j
.^^
«
O
-n
• ap» ssuasa gasaap » •» 5ut«, t»in«»ax« ««•**« nat*
•UUP ftiaqjany gssrg n«u*l «*»d u«mdui*»
<
Vmiayaq ^sa,j
>i»f*| itvpaiifeat] 'triiki
CO
g
MS iBwq «»»a«ni anpwi mnvnuwi x*P<L kh»i| aduai <wi» tHtpM 3
'tHataaiaa waa nap i«smj W Q
-W5
»0 * t«»o
^ m
r/1
t v»o | *j*iwa |Q H«u<4 tcupMt&aq 'srit«n| CN J
m u.
• tJ*p .jaa«a M»<»a-| 0»g/0»tt X) <U
apvaff pquqa S
Ma**w»S0uatv* *yad A MP «»qai saarmsatd s*«pt* n«|a Bunduiat a*a<J jEatat s
(T 3
liaasjaavi wasaiad """Imb 'Smwfcuayaq was
Wapa 4tj«s? yajaap • '» Sua»»*» taxma^ snapm rS/t nw*\ iisad kisiiat
•way Px^vbv gsaiae .1. ^* M—»0 >P g.a<wuw wawp
MO f8ao «y»*n, anp*i prxiaumju nvpy. aduai naif s^paa •*•«•«
vmi»* uamouiaa uap nM*H
t wo l ajasua kj **q ftapa^MK) 'snrni pms/,
adwn naia «iaj>»i 'ijiad
Moan uamdtua) uap feu"*
tSVXWKVTH WH3iltfx T(0«dU
13
SWAT-SIPAT PENTMC
T
SaWBC*. KUAT GESER SIFAT OAPAT""
NAMA TWKAL KCWPRESBUTAS
KELOM PCTMEAMJTA3 84A OKZRJAXAN
KELOMPOK TAKAH MLA
ftU
POK DIPAOATKAN CXPADATKAN SESAGAI
DIPADATXAN BAHAN
DANJENUH DANJENUH
KONSTRUKSI
KERIKIL. CAMPURAN KERIKIL
DAN PASIR, MDBCIT ATAU
aw TAKKEDAP 8AIKSEXAU DAPAT DtABAIKAN BAIKSEKAU
TANPA PRAKSI HALUS,
BERQRADASI BAIK
KERIK8, CAMPURAN KEROOL
OAN PASIR. SBDK1T ATAU SANGAT TAK
GP BAIK OAPAT OUSAIKAN 8AIK
TANPA FRAKSI HALUS. XEOAP
BERORADASI4BJSK
KER1KS. BERLANAU. CAM- SEMI TAK
PURAN KBMJOL PASIR GM KEDAP SAMPAI BAIK OAPAT DtABAIKAN BAIK
LANAU BERGRADASI JELEK XEOAP
KERKIL MRLEMPyNQ,
CAM- PURANKERIKIL BAIK SAMPAI
GC KEDAP SANGAT RENDAH BAIK
PASIR LBMPUNO CUKUP
8EHGRA0ASI JEMX
PASIR. PASIR BERKER**.
5EDSKIT ATAU TANPA
SW TAKKEDAP 8AIK SEXAU OAPAT OIABAIKAN BAIKSOCAU
FRAKSi HALUS, BeR-
GRADASI BAK
PASIR. PASlfl BERKERWiL.
SBMUT ATAU TANPA
SP TAK KEDAP BAIK SANGAT RENDAH CUWP
JfRAKSI HALUS, 88R-
ORAOASI JELEK
PASIR BERLANAU. CAMPUR SEMI TAK
AN PASIR LANAU 8ER- SM KEOAP SAMPAI BAiK RENDAH CUKUP
GRADASI JELEK KEDAP
PASIR BERLEMPUNG. CAM-I
BAIK SAMPAI
PURAN PASIR LEMPUNG j SC KEOAP RENDAH SAIK
8ERGRADASI JELEX 1 CUKUP
_.Z~".
(Sumber: LS Dunn,Anderson,FW Kiefer, 1980)
14
2.2.1 Umum
SF = (2.1)
xd
15
x = c + cm tg <j) (2.2)
keterangan:
c = kohesi
ROTATIONAL
SLIDES
circular shallow
COMPOUND
SUDES FALLS i
i
competent stratum
TRANSLATIONAL
SUDES
slab slide
block slide
mudflow
•* r»i-
Jika tegangan geser yang terjadi melampaui gaya yang menahan tanah maka
akan terjadi kelongsoran. Kelongsoran seperti terlihat pada gambar 2.4 pada
dasarnya ada bermacam-macam yaitu:
1. Kelongsoran rotasi (rotational slides)
Pada tanah lereng dengan kemiringan sudut tertentu, yang tidak didukung
kuat geser tanah yang memadai, dibutuhkan perkuatan yang lebih besar atau minimal
sama dengan kuat geser yang diakibatkan dan longsoran yang diperkirakan terjadi.
Beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mengevaluasi stabilitas lereng adalah:
1. kuat geser (shear strength)
r* — factor of lafety
S_. -« aa.v-Kita.ble ulrongili left fntcrislicc Force
— <r •*- rsi- (ai.4. *"ifi:r»t intcrslicc force
^>— *"^ >T>ot»?!i2:e*j sircneih left Inters I ice force aui^le
U_ — pore water force right Irtterelic* force £•*•*!«
*~*^ "» surface water force **ei«r*r to force Z.
w — weight o f slice hei»ht to force Z. *~
W — effective normal force incliiuiUon ofsltce bajse
Q *- external surcharge inclination or slice top
k» ""* vertical .icJsmlc coefTicie width o f slice
fcv — *»ori*:or.t*I seismic *vcr»Ec ficisht o f alloc
KeljjUt to cwttTOld oTxIic-c
Metode Janbu menghasilkan gaya vertikal yang seimbang untuk setiap irisan
maupun keseluruhan keseimbangan gaya horisontal untuk setiap banyaknya geseran
(semua irisan). Keseimbangan gaya vertikal untuk masing-masing irisan diperoleh
dengan
18
IFu (N'\- Ua) cosa +Sm sina i W(l-ku) - Upcosf3- QcosS (2.3)
= 0
Jika FOS berlawanan dengan geser keruntuhan didefinisikan sebagai SF, dan
dianggap menjadi sama untuk semua irisan, pengerahan Mohr-Coulomb gaya
melintang, Sm, sepanjang dasar masing-masing irisan diperoleh dengan
Dimana C dan N' ian<f> Kohesiv dan komponen gaya geseran melintang dari tanah.
Dengan penggantian persamaan 2.5 ke dalam persamaan 2.4, gerakan efektif gaya
normal pada dasar irisan dapat ditentukan sbb.
1 C sina
N' = fW(l-ku) - - Uacosa -v Upcosfi- QcosSJ (2.6)
ma F
[FhJi - • (N'+ Ua) sina + Wkh + Ua cosa + Up cos/3 - Qcos5-Sm cosa (2.8)
Setelah penggantian untuk Sm dari persamaan 2.5 dan disusun lagi, keseluruhan
keseimbangan gaya horisontal untuk banyaknya geseran diperoleh dengan
19
- 0
Dengan penyusunan kembali persamaan diatas, diperoleh
n
Modifikasi faktor ini adalah fungsi geometri geseran dan strength parameter dari
tanah. Gambar 2.6 menggambarkan variasi dari nilaifo sebagai fungsi geometri celah
dugaan yang tidak diperhatikan gaya melintang tiap irisan (Z dan a) dalam
keseimbangan lengkap) untuk celah yang sama dengan kondisi tanah yang homogen.
1.20
c • onlysoil „»•
1.10 <j>, o - soils
o
CO
LL
1.05
tp - onlysoil
1.00
0.1 0.2 0.3 0.4
d / L ratio
yang saling memotong pada tipe tanah yang berbeda terdiri dari hanya c, hanya $
dan tanah c-</>. Pada kasus dimana pencampuran variasi tanah dipakai, kurva c-</>.
conly : 6 = 0,69
^only : A= 0,31
Ketepatan nilai b diseleksi dengan menggunakan 2.13 menurut tipe tanah (hanya c,
hanya (f> atau keduanya c dan tf) yang ditemui sepanjang permukaan rusak yang
dianalisis. Jika pencampuran tipe tanah ditemukan, gunakan c dan <f> hubungan
b. Metode Bishop
discretize banyak tanah untuk menentukan FOS. Metode ini alat yang menyenangkan
disederhanakan juga mengambil gaya melintang tiap irisan nol. Menggunakan notasi
bentuk Gambar 2.5.
22
n n
R adalah jarak permukaan circular yang rasak, h adalah rata-rata tinggi irisan dan he
adalah tinggi vertikal antara pusat dasar irisan dan centroid dari irisan. Persamaan
mendapatkan,
ZMo n
momen yang secara langsung melalui pusat lingkaran. Demikian metode Bishop
Jika FOS diambil menjadi sama pada semua irisan, pengganti ukuran Mohr-
23
ZfC + N'tan<f>f
i=l
SF (2.16)
n n n
K3=fkhW(cosahc/R)]
menentukan gaya efektif normal pada ragam yang sam sebagaimana digunakan pada
metode Janbu.
1 C sina
N' = fW(l -ku) Ua cosa -i Upcosf3- Q cosS] (2.18)
ma F
ma diperoleh dari
pendistribusian digunakan untuk menguraikan variasi sudut gaya tiap irisan, (gambar
2.7).
Penggunaan fungsi (n-1) memenuhi asumsi tentang sudut gaya tiap irisan
dan nilai A, adalah penambahan sebagai syarat yang belum diketahui (n-2),
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Fungsi sudut gaya tiap irisan yang terpilih,
menyelesaikan fungsi dari batas tiap irisan, menggunakan sudut Ql dan Or untuk sisi
kiri dan kanan irisan, sebagaimana tampak pada gambar 2.5 Dengan demikian untuk
batas tipikal tiap irisan, Or = X»f(x), dengan x adalah koordinat x dari sisi kanan
c f(x) = constant
o
—
o (Spencer's Method)
c
D
U.
Gambar 2.7 Contoh penggunaan fungsi variasi sudut gaya tiap potongan
(sumber: Abramson, lee, Sunil S, G M Boyce, 1995)
Kekuatan Keseimbangan
B " (2.25)
cos(a-OR)f 1 \ tantfni tan(a-Ok)/
Keseimbangan Momen
Prosedur GLE menggunakan persamaan 2.24 dan 2.27 secara berulang-ulang untuk
memenuhi momen lengkap dan kekuatan keseimbangan untuk semua irisan. Setelah
SF ditentukan, total normal, vertikal, dan gaya melintang pada dasar setiap irisan
dihitung menggunakan ,
Prosedur Penyelesaian
3. Hitungan kekuatan irisan dalam, Zl dan Zr, merupakan bagian solusi untuk
SF (angka keamanan).
Dari uraian ketiga metode diatas maka dalam perhitungan SF masing-masing metode
memiliki cara yang beriainan, seperti dilihat padatabel berikut ini:
+ Q sind
A2 = [Ufi sinfi + QsinSJ
A3 = [khW(cosa hc/R)J
30
Anchorage
Anchored «t*m#nt
AncnotlxxJy
Gambar 2.8
Tiga komponen angkur
Sumber : Petros P Xanthakos, 1990
31
Perkuatan lereng dapat dilakukan pada kemiringan lereng yang tidak stabil
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekuatan geser tanah (shear strength)
dengan memperbaiki friksi, proses yang sama dapat dilakukan dengan rekonsolidasi.
Sebuah contoh ditunjukkan pada Gambar 2.9, dimana kemiringan lereng distabilkan
oleh angkur-angkur yang diinstal ke dalam tanah sehingga lereng menjadi stabil
untuk menyangga beban jembatan.
Bridge
abuta«nt Slope protection
Gambar 2.9
Lereng yang diperkuat dengan angkur
Sumber : Petros P Xanthakos, 1990
Sebagai alat struktural, angkur ditahan oleh plat penahari atau kepala angkur.
Angkur dipasang dalam lubang-lubang bor khusus dalam berbagai tanah atau batuan.
Ini melibatkan prosedur yang kompleks dan sangat khusus, yang menghendaki
perakitan dan pembuatan angkur secara cermat, pengeboran lubang angkur, dan
berbagai operasi terkait seperti grouting, stressing, kontrol kualitas dan monitoring.
32
Selanjutnya, dalam pekerjaan permanen dan untuk instalasi dalam lingkungan tanah
agresif, semua komponen angkur haras dilindungi terhadap serangan korosi.
Pada umumnya, kapasitas dan kinerja angkur dipengaruhi oleh tiga faktor
utama berikut:
Pada dasarnya pemasangan angkur didasarkan pada dua hal yaitu angkur yang
dipasang didalam tanah dengan memberikan gaya teriebih dahulu atau angkur yang
langsung diinstal ke lapisan tanah. Gambar 2.10 memperlihatkan bahwa angkuryang
langsung diinstal kedalam tanah akan mengalami perenggangan baja yang lebih
besar dibandingkan angkur yang telah diberi gaya tarik teriebih dahulu.
33
Gambar 2.10
Peregangan yangterjadi pada struktur angkur
Sumber: Petros P Xanthakos, 1990
angkur untuk kondisi-kondisi tanah tertentu, tetapi dipengaruhi oleh konfigurasi dan
ukuran zona angkur.
Kekuatan grout yang cukup harus dicapai untuk bond pada interface grout-
panjang bebas angkur dan grout-ground. Ukuran yang biasa adalah kekuatan
kompresi yang tidak dibatasi Fu pada 7 hari dan 28 hari.
Proses ini melibatkan teriebih dahulu injeksi grout primer untuk menciptakan
zona ground dalam panjang angkur tetap, dan setelah panjang bebas angkur yang
34
menekan grout sekunder dimasukkan dalam zona panjang bebas terutama untuk
perlindungan korosi panjang bebas angkur. Untuk angkur dalam batuan, grout primer
bisa ditempatkan sebelum atau setelah homing panjang bebas angkur. Penempatan
setelah menguntungkan dengan panjang bebas angkur-panjang bebas angkur besar
dan bahkan buruk, dan mungkin satu-satunya pilihan untuk lubang-lubang yang
sangat dangkal atau kecondongan naik angkur.
Grout primer merentang sekitar dua meter di luar panjang angkur tetap
sehingga dapat menghambat pembentukan retakan pada ujung proksimal angkur
selama penekanan. Bila grout primer ditempatkan sebelumnya (pre pressing) maka
panjang bebas angkur harus dihoming tidak lebih dari 30 menit setelah injeksi. Ada
perbedaan pendapat mengenai apakah panjang bebas angkur harus dibiarkan statis
setelah homing.
1. Interface tambahan terjadi di puncak zona tetap dimana dua penampang yang
digrouting bertemu sebagai sambungan konstraksi, dan menjadi target primer
untuk serangan korosi.
2. Karena potensi grouting yang mengarah pada tanah, sulit menghitung dan
mengecek kualitas grout yang diperlukan pada zona tetap.
3. Proses ini memakan waktu dan tenaga.
Dalam proses ini, lubang bor diisikan dalam operasi tunggal yang terus-
meneras, oleh karena itu fungsi-fungsi grout dicapai secara simultan. Bagaimanapun
35
juga, kecuali bila panjang angkur bebas diminyaki secara cermat sebelum sheathing,
beban akhir yang dipakai pada kepala sebagai prestressing mungkin tidak
Grouting selalu dimulai pada ujung bawah penampang yang digrouting. Bila
angkur miring ke atas, maka harus disediakan ketetapan untuk melubangi lubang
selama operasi. Untuk pengisian yang layak, air dan tanah sebaiknya dibiarkan
bebas. Grout harus tidak pernah mencapai dan kontak dengan struktur yang diangkur,
karena kekuatan angkur tidak akan pindah semua ke tanah kecuali kolom yang
Konsensus opininya adalah bahwa tekanan grout tinggi tidak perlu untuk
angkur-angkur dalam batuan utuh, tetapi sangat membantu dalam batuan bercelah
buruk atau dalam tanah. Kisaran yang dicatat adalah 0,30 - 0,70 N/mm2.
maksimal 3 N/mm2 dan tidak ada bukti bahwa tekanan yang lebih tinggi akan
memberi manfaat nyata.
Bila angkur gagal menahan beban uji atau biasa disebut angkur remedial,
akibatnya adalah downgrading beban kerja dan overstressing angkur lain dalam
kelompoknya. Masalah ini bisa dihindari bila satu angkur tambahan atau lebih
36
dipasang untuk mengimbangi lagi pendataan beban. Dalam kondisi ini, perlu
mengebor lubang-lubang baru antara angkur-angkur yang sudah di tempat.
Ini mungkin layak bila (a) jarak angkur-angkur yang sudah ditempat
mengijinkan reposisi peralatan dan aktivitas pemasangan terkait, (b) lubang dapat
dipotong dalam dinding untuk menyesuaikan perakitan kepala angkur dan bor, dan
(c) waktu untuk konstruksi dan grouting angkur baru dapat dibuat minimal. Faktor
selanjutnya yang harus diperhatikan adalah ketelitian yang dapat diberikan selama
operasi ini untuk menghindari gangguan yang bisa merasak angkur yang ada.
samping, yang biasa disebut "bond", dimana konfigurasi yang cocok ada dan bila
terjadi gerakan yang memadai. Jadi, angkur dapat gagal dalam gesekan lokal selama
1. Mekanisme kegagalan (failure) ketika beban dipindah dari media yang satu ke
media yang lain dengan sistem angkursoil.
4. Kondisi tekanan, yakni jenis-jenis tekanan, besaran, dan arah, yang terjadi
sepanjang interface (bidang pemisah) kelongsoran ketika mulai failure.
Angkur dapat gagal atau tidak dapat dioperasikan dalam salah satu dari
6. Dengan penumbukan atau perekahan kolom grout sekitar panjang bebas angkur
7. Dengan penurunan mutu jangka panjang secara gradual yang mengakibatkan
tidak bekerjanya sistem.
38
Di bawah over beban atau selama tes tarikan, salah satu dari mekanisme-
mekanisme kegagalan itu mungkin lazim atau mengambil pendahuluan, karena jelas
tidak layak merancang, dan menyusun angkur dimana semua bagian akan gagal atau
rusak secara simultan. Praktek angkur biasa mengharuskan pemilihan komponen-
komponen angkur dan analisis terhadap modus-modus potensial failure.
juga, dengan angkur yang berkapasitas tinggi, subyek tekanan tinggi pada ujung
proksimal dan efek debonding terhadap distribusi tekanan tidak periakuan analitis
selanjutnya. Sebagai pendekatan awal untuk pemahaman yang lebih baik, Phillips
(1970) menyarankan pola berikut:
2. Tekanan bond residual yang tidak dipengaruhi oleh dilasi akan tergantung
pada besarnya tekanan normal yang beraksi pada permukaan (interface).
Tekanan ini akan bervariasi sepanjang ukuran debonded, dan bila kurang dari
kekuatan gesek grout maka distribusi tekanan akan seperti pada Gambar
2.11c. Bila lebih dari kekuatan gesek grout distribusi tekanan tersebut akan
kembali pada bagian a dan b.
Gambar 2.11
Distribusi tekanan bond pada angkur
Sumber : Phillips, 1970
Versi angkur tabung kompres yang sudah diperbaiki dan dimodifikasi telah
muncul di pasar. Misalnya, jenis angkur Stump Duplex baru yang ditunjukkan pada
Gambar 2.12 menyertakan sel yang mencegah masuknya grout ke annulus antara
panjang bebas angkur dan dinding dalam tabung, dan juga menyertakan mekanisme
untuk tidak menekan dan menghilangkan panjang bebas angkur dari tabung.
-Tension bar .—Compms»on tube ,— Vent
# # / / « « » # « * « « # _ » * * # « # # « «—..
Gambar 2.12
Model Angkur Stump Duplex
Sumber: Weber, 1966
Bagaimanapun juga, tanpa memperhatikan perbaikan, permasalahan
tertentu yang mungkin disebabkan oleh transfer beban itu telah dialami dan
Misalnya, beberapa kegagalan angkur telah dicatat, dan menarik mencatat bahwa
kebanyakan mereka terjadi sementara kompresi pada tabung sangat rendah, dalam
beberapa hal presentase 10% beban rancangan. Kejadian kegagalan yang
mengherankan ini jelas tidak sesuai dengan harapan beban akhir dan dalam banyak
hal mereka terjadi mendadak.
Connpr.
Strain
(bl
Gambar 2.13
a. Local Buckling
b. mekanisme keruntuhan dan diagram stress-strain
Sumber : Ivering, 1981
Dalam banyak hal, angkur dalam tanah yang tanpa kohesi dapat menahan
beban lebih dari 300 kip pada panjang tetap 4-8 meter dan dengan diameter poros 10-
15 cm. Beban yang dilaporkan ini tidak bisa diterangkan dengan hukum klasik dan
teori mekanika tanah. Tetapi, kapasitas beban mi telah diterangkan dengan back
analisis data uji lapangan yang oleh karenanya efek kondisi tanah, dimensi angkur,
teknik konstraksi, dan bermacam-macam faktor yang tidak dinilai secara numerik
diukur secara kuantitatif dan dimasukkan dalam analisis. Jadi, pengalaman
menunjukkan bahwa beban akhir angkur dalam pasir tergantung pada :
(a) Kepadatan relatif dan tingkat keseragaman tanah
(b) Dimensi dan geometri angkur tetap
(e) Pada tingkat yang lebih kecil, metode pengeboran dan peralatannya.
saringan, kurva grading, sudut friksi internal, dan tebal stratum-stratum pasir.
Kapasitas beban angkur dalam lempung umumnya rendah, kecuali tidak bisa
diperbaiki dengan prosedur khusus, karena adhesinya yang rendah. Lebih banyak
permasalahan dalam transfer beban akan timbul bila creep jangka panjang terjadi dan
bila lubang angkur dibiarkan melunak. Kapasitas beban dapat diperbaiki dengan :
(a) Menyuntikkan batu kerikil yang tidak beraturan ke dalam lubang pada
panjang angkur yang tetap, bersama dengan grout semen
(c) Menggunakan bell atau underream dalam zona angkur tetap. Masing-masing
jenis ini respon terhadap beban diferensial.
a. Generalized attack
b. Localized attack
c. Cracking
Generalized
attack
Localized
attack
(pitting)
"tress
corrosion
cracking
Gambar 2.14
Type Korosi
Sumber : PetrosP Xanthakos, 1990
Serangan korosi dalam hal ini kira-kira seragam dan mencakup permukaan
logam seperti tampak pada Gambar 2.14a, dimana situs anoda dan katoda tidak ada
atau naik turun pada permukaan. Bila bentuk ini terjadi, maka daerah anoda dan
katoda harus sama seperti polansasi anoda dan katoda, dan kedua proses ini
mengendalikan tingkat korosi dengan merata. Di beberapa bagian, hal ini mungkin
untuk produk korosi terbentuk film terus-menerus yang bisa beraksi sebagai lapisan
pelindung dan menghambat serangan selanjutnya.
seperti flour. Pitting atau perlubangan bisa berakibat berat, namun kerugian logam
keseluruhan kecil. Sedangkan perbedaan antara pitting dan korosi lokal adalah tidak
tepat. Pitting sering didef.nisikan dengan dipandang dari geometri lubang. Jadi, telah
disarankan bahwa transisi dari pitting ke localized attack terjadi ketika rasio antara
lebar pit dan kedalaman rata-rata adalah 4atau kurang, walaupun rasio 1banyak
diterima sebagai definisi pit.
Batas-batas mi berlaku pada air yang mengalir lemah atau stagnant pada
persediaan yang banyak. Ini diasumsikan menyerang angkur dengan segera dan
efeknya tidak dikurangi oleh reaksi dengan grout. Tingkat agresifitas yang paling
tinggi ditunjukkan pada air tanah sekalipun diperoleh hanya salah satu dari 5kelas
\
46
yang ditunjukkan. Bila nilai-nilai dalam dua kelas atau lebih terletak pada quartil atas
range, maka tingkat agresifitas ditingkatkan oleh satu grade.
Agresifitas yang lebih tinggi harus diterima untuk suhu dan tekanan yang
lebih tinggi atau bila grout tergantung pada abrasi mekanis yang disebabkan oleh air
yang mengalir atau air yang teragitasi. Tingkat agresifitas berkurang pada suhu yang
lebih rendah bila an yang jumlahnya kecil ada dan air itu masih, dan bila bahan
agresif dapat direaktifkan secara perlahan, misalnya dalam tanah yang
permeabilitasnya rendah (k = 10"3 cm/detik).
memberikan perhatian yang layak pada pilihan sistem angkur yang sesuai dapat
mengarah pada efisiensi dengan kerusakan dan implikasi struktural potensial.
lebih besar dan 1ton per kaki persegi dan indeks konsistensi, Ic lebih besar dari 0,8
tidak mengalami kehilangan beban atau gerakan menurut waktu secara sigmfikan.
Indeks konsistensi ditetapkan sebagai berikut:
LL-W_
Ic =
LL-PL
(2.32)
di mana :
LL = batas cair
W = Kadar air
PL = batas plastis
4. HQAOWAY -
NOTE: 1 m„3._-
~f CRITICAL fAU.u-C
' SURFACE
POTENTIAL FAILURE
SUftFACF nOnMO THE
S^f&Z CNOS Or THR HEBACKS
1. Beban disain biasanya bervariasi antara 50 dan 130 ton. Tendon angkur
dari kapasitas tersebut dapat dibangun tanpa perlengkapan berat dan bor
lubang tidak perlu lebih besar dari 6 inchi. Selain itu , perlengkapan
tekanan dan pengujian bias siap ditangani tanpa menggunakan
perlengkapan pengangkat daya.
_ "• -Jgyyyjjc-
-PAiumn surcrACT
5 Diameter lubang bor sebuah angkur biasanya antara 3 dan 6 inchi. Mayorit as
angkur tanah dibor dengan bor besar atau pingggiran/selubung (casing). Karena
bobot casing dan yang berkaitan dengan masalah-masalah pengeboran dan
penanganan untuk casing yang lebih besar, ukuran umum terbesar dari casing
adalah 6 inchi.
a. 7 kawat berdiameter 0,6 inchi yang memiliki kekuatan keregangan akhir 270
kips per inchi persegi; dan
panjang. Akhirnya, tiap produksi angkur harus diuji untuk membuktikan bahwa
jangkar akan membawa beban desain.
Dengan panjang angkur yang tidak memadai di luar bidang selip dan juga
dengan tancapan yang tidak cukup di bawah kedalaman galian, dinding bisa berubah
dengan rotasi seperti ditunjukkan dalam (b). Tahanan tanah pasifdimanifestasi dalam
hubungannya dengan bidang selip massa tanah dan bisa dipersepsikan dengan
pengukuran deformasi dinding. Equilibrium dibentuk dengan menambah tancapan
dinding, yang juga mengakibatkan zona angkur lebih panjang.
v^ ^
T*-.v.-^>t^w • - - _
^=>
(di
(<0
Gambar 2.16
Macam kondisi yang terjadi akibat penggunaan angkur
Sumber : Abramson, Lee, Sunil S, GM Boyce, 1995
53
Kondisi yang ditunjukkan pada (d) melibatkan kejadian selip massa tanah dan
rotasi dinding. Ini terjadi karena dua faktor yang tidak stabil berikut: tidak cukupnya
tancapan (tanaman) dinding dan zona angkur tetap pada massa tanah yang condong
ke kegagalan. Pengukuran deformasi tanah dapat digunakan untuk memantau kondisi
ini dan memberikan indikasi tentang bahaya-bahaya yang mungkin timbul.
Kondisi yang ditunjukkan pada (e) melibatkan interaksi antara struktur stabil-
angkur-tanah, tetapi deformasi tanah yang berlebihan yang mungkin disebabkan oleh
pergeseran dinding horisontal mengakibatkan kondisi fondasi yang tidak stabil untuk
struktur yang ada. Pengukuran dinding lateral akan menandai awal situasi ini.
Kejadian jenis ini mungkin disebabkan oleh angkur yang berlebihan, gerakan tanah
di atas dan di bawah permukaan galian, dan dinding-dinding yang terlalu fleksibel
dan defomiasi.
54
Oiopnragrr
wol
0o*nvCrd
component of
Ground - anchor
force f-Ctrci;
Bee of"
e«C<].'GTlCn -7
Gambar 2.17
Potongan vertikal angkur
Sumber : Abramson, Lee, Sunil S, GMBoyce, 1995
kedalaman zona angkur menghendaki sudut-sudut yang lebih curam (45-50°) dinding
harus dirancang untuk memberikan kapasitas bearing yang sama dengan beban
vertikal yang diinginkan.
im sebaiknya dipilih dengan sudut pandang biaya angkur, dan dibandingkan dengan
penyelesaian yang lain.
Assume, planar
'oilure surloc..' \
E'xcavol
~W/7-/,Y,77777/s
Gambar 2.18
Stabilitas angkur pada batas keseimbangan
dengan bidang longsor planar
Sumber: Petros P Xanthakos, 1990
I Straight line
Rola (ion of •,,5°.0/,
wall and soil
mass
Additional check
to ensure anchor
nT777?l7n77mzimn77T? is not too short
0n \
Gambar 2.19
Stabilitas angkur pada batas keseimbangan
dengan bidang longsor berbentuk lingkaran
Sumber: Pctros P Xanthakos, 1990
Metode yang paling umum dari analisis stabilitas lereng didasarkan atas batas
keseimbangan. Pada analisis jenis ini faktor aman mengenai stabilitas dari lereng
diestimasikan dengan menguji kondisi keseimbangan pada saat terhitung keruntuhan
tepat mulai terjadi sepanjang bidang runtuh yang semuia ditetapkan, dan kemudian
jenis asumsi - asumsi yang dibuat akan menggiiing ke perbedaan pokok dalam
berbagai metode analisis batas keseimbangan.
penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan yang tegak lurus terhadap
dasar, yaitu
Kemudian faktor keamanan yang dinyatakan dalam tegangan efektif (2.33) diberikan
oleh
setiap irisan. Alternatif lain, nilai a dapat diukur atau dihitung. Dan sejumlah
yang minimum. Penyelesaian ini menghasilkan perkiraan faktor yang lebih kecil.
Kesalahannya jika dibandingkan dengan metode analisis yang lebih akurat, biasanya
(W cos a - ul) dapat bernilai negatif jika nilai W pada irisan kecil atau nilai
tekanan pori terlalu besar atau keduanya. Whitman dan Bailey, 1967 memberikan
nilai nol pada beberapa irisan yang negatif atau mengkalkulasikannya dengan
persamaan (2.35)
c'L + tan(pz(Wcosa-ulcos2a)
SWsina (2.35)
60
tahanan tarik pada kondisi dua demensi (plain stain). Pada solusi ini ditinjau
batas, ditentukan massa tanah dengan batasan sb-x dan kemiringan OA, dimana
keseimbangan arah - x:
do* dvzx .
h = /sma (2.36)
dx dz
keseimbangan arah - z:
dr™ do,
1 =/cosa (2.37)
dz di
untuk harga a = 0
^ +^ =0 (2.38)
3rxz doi.
-r+-T- = r (2.39)
o\ dz
Gambai 2.20
Kondisi keseimbangan batas secara umum (Hair, 1966)
Sumber : ME. Harr, 1966
Jika
Ox + Oz
O"
1
(2.43)
maka
ax =a(l -sin (j)cos2i|/) (2.44)
\\> = sudut orienlasi dari tegangan utama, dapat dilihat pada Gambar 2.2]
62
Gambar 2.21
Mekanisme alih beban antara tanah dengan inklusi pada sistem perkuatan
pada tanah pada umumnya terdiri dari dua mekanisme, yaitu: gesekan (friction) yang
terjadi antara permukaan inklusi, dengan tanah,dan tahan pasif(passive resistsnce).
Analisis teoritik terhadap mekanisme alih beban antara pasir dengan angkur
bertujuan untuk mengetahui kontribusi dan kedua mekanisme tersebut diatas dalam
adalah prediksi tahan tarik angkur yang lebih realistik berdasarkan kontribusi dari
kedua mekanisme, tidak hanya berdasarkan data uji empirik dari koefisien gesekan
nyata (apparent coefficient offriction)
utama (o{) dan garis s2 didapat dengan sudut yang sama tetapi berlawanan jarum jam
dan ai. Sudut u =n/4 - §12 dan sudut antara sj dan s2 adalah(7i/2 - <])), sedangkan
onentasi Sidan s2 tehadap sumbu x-y adalah :
dx / v
— = tan (\\i - x>) untuk si (2.47)
dan
dx
tan(\|/-u) untuk S2 (2.48)
dz
64
Pada umumnya sudut gesek antara antara tanah dengan material lain adalah 5
dan tegangan nonnal pada bidang sesek adalah an, sehingga tegangan resultanse yang
dihasilkan adalah p tertera pada gambar 2.22 dimana:
P =o» (2.49)
cosS
Gambar 2.22
dua besaran yaitu tegangan rata-rata (a) dan orentasi (arah) dari tegangan prinsipal
(gi) terhadap sumbu kordinat (\[i), dimana nilai \i; dihitung sebagai berikut:
V=(l-k)^ +I(kA-8)
(2.50)
dimana:
k = ±1
untuk k
untuk k = -1
O[ + (02 psinA p
a (2.53)
2 sin(A-kS) cos§-kVcos25 -cos2 V
.i sin 5
dan A - sin (2.54)
[sin cp]
Berdasarkan pada teori diatas, maka dilakukan applikasi garis kerutuhan pada
batang tipis vertikal (plane stain). (Gambar 2.23)
Gambar 2.23
Garis keruntuhan pada pembebanan aktif
Sumber: Harr, 1966
66
tegangan normal pada dan pv adalah tegangan resultante pada bidang vertikal maka
OllV
P=coS (2-55)
\|/ =-(Av-8v)
(2.56)
pv sin A
o = -
sm(Av-5v)
.i sinSv
dimana A = sin (2.58)
[sin cp]
pada zona vertikal dimana terjadi gesekan antara pasir dan batang vertikal, didapat:
Onr
67
a,
Gambar 2.24
Garis Keruntuhan akibat beban pasif
Sumber: Harr, 1966
Untuk kondisi pasif, maka nilai \\jIy sesuai dengan gambar 2.24 adalah
K
11/ = (Ar + 8r) (2.61)
2 2V ;
dan
68
pr sin A,
Ox - (2.62)
sin (At - 8r)
dimana
., sin 8,
A, = sin (2.63)
[sin (p]
MEKANISME PENELITIAN
seperti metode Janbu, metode Spencer, dan metode Bishop. Analisis juga dilakukan
dengan beberapa pendekatan terhadap metode yang lain seperti metode irisan
lereng. Adapun input data yang dibutuhkan dalam program tersebut meliputi
beberapa variabel spesifikasi kondisi tanah pada lereng yang diamati dan dengan
faktor keamanan (safety factor) yang paling efektif, sehingga pada perencanaan
program kerja penelitian sesuai dengan bagan alir pada gambar 3.1
69
70
MULAI
I
STUDI PUSTAKA
PERUMUSAN MASALAH
J
INVENTAR1SASI DATA
Lapangan,Laboratori um
PENENTUAN VARIABEL
I
INPUT
PCSTBL5M
tidak
HASIL PENELITIAN
KESIMPULAN
SARAN
PCSTBL5M ini disusun untuk menganalisis kestabilan lereng baik dengan atau tanpa
angkur.
Adapun hasil yang akan diperoleh berupa grafik garis kelongsoran maupun
angka keamanan dari lereng tersebut. Data parameter yang digunakan meliputi: profil
tanah, anisotropic soil, tekanan air pori, groundwater, beban gempa, beban luar, dan
data perkuatan angkur. Data-data yang ada harus dimasukkan sesuai dengan
flowchart PCSTBL5M sesuai gambar 3.2.
72
Notepad/file
guna penulisan input
J
INPUT DATA
Input data:
Profil tanah
Data tanah
Muka air tanah
Lapis selanjutnya
Metode yang dipakai
TIDAK
Gambar 3.2
Bagan alir PCSTBL5M
73
Pada tugas akhir ini mengambil data parameter dari proyek North Java Road
Improvement Projek pada AP-02 di Karawang berupa lereng dengan daerah toe atau
kaki lereng terdapat aliran air. Dari data parameter yang ada oleh penulis diberi
alternatif perkuatan tanah berupa struktur "Angkur" dan diolah menggunakan
program PCSTBL5M kemudian dilanjutkan dengan program penunjang lainnya
seperti exel, powerpoint, dan winword.
y2 =115pcf JlOft
<p2.=..35..° *
c2= 10-0 psf T 10 ft
•Muka-air 20 ft
10 ft
t /V\
Gambar 3.3
Profil lereng yang direncanakan
Sumber : NorthJava Road Improvement Project
74
I 5 I ^/ soil type 2
(xll,yll)
Gambar 3.4
Diskripsi lereng
75
3.3.2 Profil
Meliputi:
Profil dibagi menjadi pias-pias yang disebut dengan "surface boundary" dengan
koordinat x dan y. Adapun input yang dimasukkan adalah pendeskripsian terhadap
profil lereng yang akan diteliti, sebagai berikut:
(x2,y2)
(xl,yl)
76
Keterangan:
Karena tanah yang akan dianalisis terdiri dari dua lapis atau dua tipe tanah
maka masing-masing memiliki data tanah yang meliputi:
Adapun input yang dimasukkan adalah disesuaikan dengan type tanah pada setiap
lapisnya misal type tanah 1 maka dimasukkan 1, yl, <J>1, cl dan el. Data tanah ini
diperoleh dari hasil laboratorium proyek North Java Road Improvement Project.
3.2.5 Angkur
3.4 Metode
Input yang telah dibuat dapat diberi nama file. Setelah itu maka program
PCSTBL5M dapat dilakukan dengan menuliskan input, output dan plot sehingga
komputer akan merunning hasil. Sistem pengerjaan program PCSTBL5M dilakukan
dengan trial and error sehingga data parameter yang telah ditentukan dimasukkan
pada program PCSTBL5M dan jika masih terjadi error maka input data diulang
kembali. Error pada program ini dapat disebabkan berbagai macam sebab antara lain:
kesalahan pengelompokan data apakah termasuk data real atau integer, kesalahan
penenpatan command card, kesalahan letak koordinat dan masih banyak lagi.
Jika terjadi seperti diatas maka input haras diperbaiki teriebih dahulu baru
running dapat dilakukan kembali. Adakalanya penulisan dan pendiskripsian telah
benar tetapi pada saat running tidak menunjukkan hasil yang benar, execusi terhenti
atau gambar tidak terplot dilayar, itu berarti ada kesalahan pada asumsi dan perlu
dilakukan pengecekan ulang terhadap asumsi yang ada yang kemungkinan melebihi
aturan yang telah ditentukan.
Hasil perencanaan ini berupa output yang memperlihatkan input yang telah
dimasukkan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Selain itu output juga memuat
hasil yang diinginkan yaitu angka keamanan dan koordinant-koordinat garis
kelongsoran sehingga "failure surface" dapat digambarkan guna pembahasan.
Adapun hasil penelitian dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.2 Angka keamanan dan slip surface tanpa perkuatan angkur dengan
metode Janbu, metode Bishop dan metode Spencer.
80
81
diperoleh beberapa alternatif failure surface. Dari beberapa failure surface yang
dihasilkan maka diperoleh angka keamanan yang berbeda-beda. Dimana angka
keamanan minimum sebagai patokannya.
Tabel 4.1 Angka keamanan lereng tanpa perkuatan angkur dengan enam kali iterasi
1 2 3 4 5 6
SF = 0.869
SF = 0.873
Gambar 4.1
Perubahan slip surface dari hasil interasi Angka keamanan
tanpa perkuatanangkur dengan metode Janbu
to
83
Pada metode Bishop dilakukan trial and error tanpa menggunakan perkuatan
angkur sebanyak enam kali sehingga diperoleh SF paling minimum.
Hasil angka keamanan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Angka keamanan lereng tanpa perkuatan angkur dengan enam kali iterasi
Dan tabel diatas maka diperoleh SF minimum =0.902 dengan menggunakan metode
Bishop.
Gambar 4.2 4^
Perubahan slip surface dari hasil iterasi Angka keamanan
tanpa perkuatan angkur dengan metode Bishop
85
Tabel 4.3 Angka keamanan lereng tanpa perkuatan angkur dengan enam kali iterasi
menggunakan metode Spencer.
2 3 4 5 6
Dan tabel 4.3 maka diperoleh SF minimum =0.910 dengan menggunakan metode
Spencer.
Gambar 4.3
Perubahan slip surface dari hasil interasi Angka keamanan
tanpa perkuatan angkur dengan metode Spencer oo
87
1. Variabel independent
Panjang angkur ( L ) = 11 ft
Tabel 4.4 Hasil Angka Keamanan (Safety Factor) Akibat Penambahan Jumlah
Angkur dengan a = 0 dan L= 11 ft menggunakan tiga metode.
Jml Angkur Angka Keamanan
oo
Gambar 4.5
Perubahan Slip Surface dengan Perkuatan satu angkur CO
a = C° & L = 11 ft
Metode Bishop
SF=1.011
Metode Janbu
SF-1.001
Metode Spencer
SF=1.142
Gambar 4.6
Perubahan Slip Surfacedengan Perkuatan dua angkur
a = 0° &L= 11 ft xO
o
Metode Bishop
SF=1.110
Metode Janbu
SF=1.093
Metode Spencer
SF=1.278
Gambar 4.7
Perubahan Slip Surface dengan Perkuatan tiga angkur
a = 0° &L= 11 ft •o
Metode Bishop
SF=1.
Metode Janbu
SF=1.143
Gambar 4.8
Perubahan Slip Surface dengan Perkuatan empat angkur
MO
a = 0° &L= 11 ft
to
Metode Bishop
SF=1.384
Metode Janbu
SF=1.376
Metode Spencer
SF=1.388
Gambar 4 9
Perubahan SlipSurface dengan Perkuatan lima angkur
a = 0° &L= 11 ft
94
4.4 Perubahan slip surface dan angka keamanan akibat sudut kemiringan
angkur dan penambahan panjang angkur dibandingkan terhadap tiga
metode tiga metode.
spacing minimum satu meter, adapun yang digunakan penulis dengan jarak spacing
minimum 1.5 ft (satu koma lima) searah vertikal dengan titik koordinat perletakan
berbeda juga menyebabkan bidang longsor (slip surface) berubah-ubah sesuai dengan
perubahan angka keamanan. Untuk mengetahui sejauh mana perubahan slip surface
akibat alternatif penggunaan angkur maka dilakukan iterasi terhadap bidang longsor
1. Variabel Independent
Jumlah Angkur ( n ) == 1
2. Variabel Dependent
Tabel 4.5 Hasil Angka keamanan akibat alternatif pemasangan sudut kemiringan
angkur dan penambahan panjang angkur dengan tiga metode.
ON
Gambar 4.11
x&
Alternatif penambahan panjang ankur
Dengan panjang angkur = 11, 15, 18, 21, 24, jml angkur=l & a = 0°
Metode Bishop
SF=0.994
Metode Janbu
SF=0.940
Metode Spencer
SF=1.069
Gambar 4.12
Perubahan Slip Surface dengan perkuatan angkur
n = 1 angkur, sudut Kemiringan angkur (a) = 0° , & L = lift
OO
Metode Bishop
SF=1.013
Metode Janbu
SF=0.966
Metode Spencer
SF=1.107
Gambar 4.13
Perubahan Slip Surface dengan perkuatan angkur xO
xO
n = 1 angkur, a = 0°, & Panjang angkur ( L ) = 15 ft
Metode Bishop
SF=1.057
Metode Janbu
SF=0.999
Metode Spencer
SF=1.139
o
Gambar 4.14 o
Perubahan Slip Surface dengan Perkuatan angkur
n = 1 angkur, a = 0°, & Panjang angkur ( L ) = 18 ft
Metode Bishop
SF=1.065
Gambar 4.15
Perubahan slip surface dengan perkuatan angkur
n=l angkur, a = 0° & Panjang angkur L= 21 ft
Metode Bishop
SF=1.081
Metode Janbu
SF=1.063
Metode Spencer
SF=1.239
Gambar 4.16
Perubahan Slip Surface dengan Alternatif Penambahan Panjang angkur o
n = 1angkur, a = 0°, & Panjang angkur (L ) = 24 ft to
Metode Janbu SF=0.877
Gambar 4.17
Perubahan Slip Surfacedengan Alternatif Kemiringan angkur O
n = 1 angkur, sudut kemiringan angkur (a) = 5° , & L = 11 ft
Metode Spencer
SF=1.078
Metode Bishop
SF-1.000
Metode Janbu
SF=0.898
Gambar 4.18
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
o
oc = 5°&L=15ft Dengan Tiga Metode
Metode Janbu
SF=0.977
Metode Bishop
SF= 1.006
Gambar 19
Perubahan SlipSurface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x = 5° & L = 18 ft Dengan Tiga Metode o
Metode Janbu
SF=0.985
Metode Bishop
SF=1.050
Gambar 4.20
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x = 5°&L = 21ft Dengan Tiga Metode
o
ON
Metode Janbu
SF= 1.050
Metode Spencer
SF= 1.213
Metode Bishop
SF= 1.078
Gambar 4.21
Perubahan SlipSurface Akibat Perkuatan Angkurn = 1 angkur
x = 5° & L = 24 ft Dengan Tiga Metode
o
Metode Janbu
SF=0.874
Metode Bishop
SF= 0.924
Metode Spencer
SF=1.00
Gambar 22
Perubahan Slip Surface dengan Alternatif Kemiringan angkur o
n = 1 angkur, sudut Kemiringan angkur (a) = 15° & L = 11 ft CO
Metode Janbu
SF = 0.883
Metode Bishop
SF = 0.999
Metode Spencer
SF = 1.02
Gambar 4.23
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur o
MtofeBsbcp
SF=1.0Q4
IVktodeSpercer
SF= 1.062
Gambar 4.24
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x = 15° & L = 18 ft Dengan Tiga Metode
Gambar 25
PerubahanSlipSurface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x=l5°&L = 21ft Dengan Tiga Metode
Metode Jarbu
SF = 0.991
Metode Bishop
SF= 1.069
Metode Spercer
SF = 1.201
Gambar 4.26
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x = 15° & L = 24 ft Dengan Tiga Metode
to
Metode Bishop SF=0.91i
I I
Gambar 4.27
Perubahan Slip Surface dengan Alternatif Kemiringan angkur
U)
n = 1 angkur, sudut Kemiringan angkur (a) = 30° , & L = 11 ft
MstafeJartu
SF=Qf
Gambar.4.28
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkurn = 1 angkur
x = 30° & L = 15 ft Dengan Tiga Metode
l\^toteJartu
SF=Q8B6 MstocteSpare
SF=1.QD4
Gambar.4.29
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
<x = 30°&L=18ft Dengan Tiga Metode
Lt\
Gambar.4.30
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x = 30°&L = 21ft Dengan Tiga Metode
On
Metode Jarbu
SF = 0.978
MetodeHshop
SF= 1.004
MetodeSpencer
SF= 1.188
Gambar. 4.31
Perubahan Slip Surface Akibat Perkuatan Angkur n = 1 angkur
x = 30°&L = 24ft Dengan Tiga Metode
-J
118
Dari hasil angka keamanan dapat dilihat hubungan terhadap sudut kemiringan
1.25
1.2
1.15 Metode
Spencer
1.1
Metode
>•
1.05 Bishop
1 J
Metode
Janbu
0.95
0.9 —i
10 15 20 25 30
X-Panjang Angkur
Gambar 4.32
Grafik Hubungan SF dan Panjng Angkur
Dengan Kemiringan Angkur (a = 0°) Menggunakan Tiga Metode
119
10 15 20 25 30
X-panjang angkur
Gambar 4.33
Grafik Hubungan SF dan Panjng Angkur
Dengan Kemiringan Angkur (a = 5°) Menggunakan Tiga Metode
.10 15 20 25 30
X-panjang angkur
Gambar 4.34
Grafik HuDungan SF dan Panjng Angkur
Dengan Kemiri.igan Angkur (a - 15°) Menggunakan Tiga Metode
120
Y-SF
1.2
Metode
1.15
Spencer
1.1
1.05
0.95
Metode Metode
0.9 Bishop Janbu
0.85
0.8
0 5 10 15 20 25 30
X-panjang angkur
Gambar 4.35
Grafik Hubungan SF dan Panjng Angkur
Dengan Kemiringan Angkur (a = 30°) Menggunakan Tiga Metode
0 10 15 20 25 30
X-panjang angkur
Gambar 4.36
Grafik Hubungan SF dan Panjng Angkui Menggunakan Metode Janbu
121
Y-SF
1. 1 -
.a=30
1 c\g. _ .
~ — - -- \
I .uo
.a=15
1
.a=5
—
0.95 - - - - - -
- - - - - - —
*
0.9 —i
0 10 20 30
X-Panjang angkur
Gambar 4.37
Grafik Hubungan SF dan Panjng Angkur Menggunakan Metode Bishop
5 10 15 20 25 30
X-panjang angkur
Gambar 4.38
Grafik Hubungan SF dan Panjng Angkur Menggunakan Metode Spencer
BAB V
faktor keamanan (SF) dihitung dengan interaasi. Pemasukan data dilakukan dengan
trial and error dengan mengacu pada SF minimum yang dihasilkan dari rangkaian
Berdasarkan dari data parameter yang ada maka penulis melakukan beberapa
dengan tiga metode yaitu metode Janbu, metode Bishop dan metode Spencer. Hasil
optimasi tersebut menunjukkan beberapa nilai faktor keamanan yang tercantum pada
tabel 5.1:
122
123
2 3 4
X-Jumlah Angkur
Gambar 5.1
Hubungan Penambahan Angkur dan SF
Pada Tabel 5.1 dapat diketahui seiring dengan penambahan angkur maka
angka keamanan akan bertambah pula, ini dikarenakan tegangan geser pada tanah
Salah satu variasi yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melakukan
perubahan angka keamanannya dengan semakin besar inclinasi angkur terhadap garis
horisontal. Adapun hasil dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Angka keamanan dengan perubahan sudut inclinasi ( n = 1& L = 11)
0.85
l Metode Janbu
0.8
0 5 10 15 20 25 30 35
X- Sudut Inklinasi Ankur
Gambar 5.2
Hubungan sudut inclinasi angkurdan SF
Dari tabel 5.2 maka dapat diketahui bahwa semakin besar sudut inclinasi
angkur maka angka keamanan akan semakin kecil, ini disebabkan kondisi angkur
yang berinclinasi akan menguraikan komponen gaya yang dihasilkannya. Sehingga
pemasangan angkur yang paling baik adalah pada kondisi horisontal atau mendatar,
tetapi dalam penerapannya dilapangan akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan
grouting mengingat material grouting tidak dapat mengalir dengan baik jika lubang
grouting tersebut datar. Maka untuk kemudahan pelaksanaan angkur dipasang atau
diinstal dengan sudut inclinasi antara 15° - 20°.
126
Failure surface atau garis kelongsoran pada lereng merupakan garis labil
keruntuhan leeng yang harus diperkuat dengan perkuatan seperti angkur. Salah satu
alternatif yang dilakukan oleh penulis adalah mencari panjang angkur efektif pada
lereng, yaitu apakah panjang angkur tepat hingga garis kelongsoran atau melebihi
garis kelongsoran akan terlihat berdasarkan angka keamanan sesuai dengan tabel 5.3
Panjang Metode 11 ft 15 ft 18 ft 21 ft 24 ft
Angkur
1.3
1.25
Metode Spencer
1.2
1.15
1.1
°? 1.05
>-
0.95
Metode Janbu
0.9
0.85
0.8
10 15 20 25 30
X-panjang angkur(ft)
Gambar 5.3
Hubungan panjang angkur dan SF
berikut ini:
c'L + tan^Z(Wcosa-ul)
r —
Z Wsina (5.2)
Whitman R V dan Bailey W A, 1967 memberikan nilai nol pada beberapa irisan yang
c'L+ tan(pE(Wcos«-ulcos2a)
X Wsin a (5.3)
5.3.1 Analisis hasil penelitian dengan metode irisan dengan titik pusat terletak
pada koordinat (25.96 ; 100).
Analisis hasil penelitian ini dilakukan dengan metode irisan dengan titik
100
20 40 60 80 100 120
Gambar 5.4
Bidang runtuh dengan 10 bagian
129
2 10.96 4.99 9.07 11425.53 -5.97 11356.97 -1188.25 11.03 11356.97 0.00
3 10.99 13.14 16.48 20828.25 5.97 20703.28 2166.14 11.06 20703.28 0.00
4 10.78 19.82 22.35 27701.10 17.77 26371.44 8448.83 11.32 13185.72 13185.72
5 10.40 24.87 26.54 31735.86 29.20 27705.41 15487.10 11.91 13852.70 13852.70
6 9.81 28.2 28.98 32693.79 40.14 24978.05 21054.80 12.84 12489.03 12489.03
7 9.03 29.76 27.62 28684.59 23.28 26332.45 11330.41 9.84 13166.22 13166.22
8 8.10 25.485 22.41 20877.24 60.25 10355.11 18121.45 16.33 5177.56 5177.56
9 7.00 19.34 15.67 12610.33 69.42 4413.61 11803.26 20.00 1103.40 3310.21
10 7.47 11.99 6.00 5150.00 79.72 916.70 5067.60 41.97 0.00 916.70
Keterangan:
Sudut = sudut antara garis normal dengan garis slip masing-masing irisan
N = W cos a
T = W sin a
U =uxL
130
0.65
Dari hitungan diatas diperoleh Angka Keamanan 0.65 dengan pusat koordinat berada
pada (25.96 ; 100), dan failure surface dimulai pada koordinat (4.25 ; 50,35) pada toe
Analisis Metode irisan dengan titik pusat terletak pada koordinat (43.42 ; 100)
120
100
20
20 40 60 80 100 120
Gambar 5.5
Bidang runtuh dengan 5 bagian
132
2 23.35 21.16 31.72 85172.10 -9.80 83894.52 -14479.26 23.71 62920.89 20973.63
3 23.51 42.277 47.70 128960.05 9.82 127025.65 21923.21 23.87 95269.24 31756.41
4 19.27 53.12 48.04 106463.47 29.60 91558.59 52486.49 22.41 68668.94 22889.65
5 12.86 42.964 21.48 31769.73 59.77 15980.17 27449.05 25.57 11985.13 3995.04
,_c'L + tari(pE(Wcosor-ulcos2a)
£ W sin a
0.87
Dari hitungan diatas diperoleh Angka Keamanan 0.87 dengan pusat koordinat
berada pada (43.42 ; 100) , dan failure surface dimulai pada koordinat (1.25 ; 50.1)
Dari kedua hasil diatas maka dapat diketahui untuk SF= 0.65 failure surface
dimulai pada absis 4.25 dan diakhiri pada absis 99.54. Sedangkan untuk SF= 0.87
dimulai pada absis 1.25 dan diakhiri pada absis 99.06. Sehingga dapat diketahui
bahwa semakin besar angka keamanan maka panjang garis failure surface semakin
besar.
133
5.3.2 Analisis hasil penelitian dengan metode irisan dengan titik pusat terletak
pada koordinat (20 ; 89).
Analisis Metode irisan dengan titik pusat terletak pada koordinat (20 ; 89)
100
0 20 40 60 80 100 120
Gambar 5.6
Bidang runtuh dengan 9 bagian
134
1 8.34 0.00 3.36 3217.78 -6.17 3198.47 -344.30 8.39 3198.47 0.00
2 10.98 6.71 10.06 12696.45 8.05 12569.48 1777.50 11.09 12569.48 0.00
3 10.78 13.40 15.90 19715.57 23.62 18059.46 7886.23 11.77 18059.46 0.00
4 10.36 18.41 20.02 23851.83 37.99 18795.24 14668.87 13.15 18795.24 0.00
5 9.74 21.63 22.32 25000.63 50.86 15750.40 19375.49 15.46 11812.80 3937.60
6 8.92 23.01 22.22 22797.38 62.30 10600.78 20175.68 19.18 7950.59 2650.20
7 7.91 21.44 18.26 16609.30 81.03 2574.44 16393.38 51.03 1287.22 1287.22
8 6.75 15.08 11.28 8753.38 81.64 1269.24 8657.10 46.55 317.31 951.93
9 4.71 7.48 3.74 2024.69 89.45 19.44 2022.66 490.62 0.00 19.44
1.160
koordinat berada pada (20 ; 89), dan failure surface dimulai pada koordinat (9.38 ;
Analisis Metode irisan dengan titik pusat terletak pada koordinat (28.88 ; 89)
100
(28.88 ; 89)
90
80
70 -.-
60
50
40
30
0 20 40 60 80 100 120
Gambar 5.7
Bidang runtuh dengan 10 bagian
136
1 10.89 5.927 9.67 12110.22 -22.74 11165.63 -4674.55 11.81 11165.627 0.00
2 10.99 13.413 16.42 20754.31 -7.81 20546.77 -2822.59 11.10 20546.77 0.00
3 10.93 19.43 21.65 27208.57 7.87 26936.48 3727.57 11.04 26936.482 0.00
4 10.67 23.863 25.25 30986.69 23.42 28414.80 12301.72 11.64 28414.798 0.00
5 10.23 26.643 26.64 31344.16 38.00 24699.20 19339.35 12.98 24699.196 0.00
6 9.62 26.643 27.18 30065.36 51.16 18850.98 23420.92 15.34 14138.236 4712.75
7 8.84 27.71 24.82 25226.93 62.82 11523.66 22426.74 19.35 8642.7459 2880.92
8 7.91 21.92 18.74 17046.84 73.12 4943.58 16313.83 27.28 2471.7919 2471.79
9 6.86 15.56 11.81 9317.70 82.29 1248.57 9224.52 51.19 624.28576 624.29
F =
c L + tan cpl(w cosa - ul cos a)
Z W sin a
1.595
koordinat berada pada (28.88 ; 89), dan failure surface dimulai pada koordinat (7 ;
Dari kedua hasil diatas maka dapat diketahui untuk SF= 1.160 failure surface
dimulai pada absis 9.38 pada toe dan 90.49 pada top. Sedangkan untuk SF= 1.595
1i \2 sin2m / - \2 , .
—(Ox - oz) + Xxj. = (ox + oz + 2c cos cp) (5.4)
untuk pasir c = 0
Ok + Oz
& = —^ (5.6)
maka
v|/ = sudut orientasi dari tegangan utama, dapat dilihat pada Gambar 5.8
138
Gambar 5.8
Garis keruntuhan berdasarkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb
a) keseluruhan b) kondisi aktif c)kondisi pasif
(pengembangan dari Harr, 1966)
139
Pada umumnya sudut gesek antara tanah dengan material lain adalah 8
dan tegangan normal pada bidang sesek adalah an> sehingga tegangan resultanse yang
P =oh (5.10)
cosS
Gambar 5.9
Hubungan tegangan normal dan geser pada interface
Kondisi aktif
fji,
(5.11)
cos 5
V=-(Av-5v)
(5.12)
pvsinAv
a =~nT~r\
sin(Av-5v) (513)
• -i sin8v ,_ , ,.
A= sin' T , (5.14)
[sin (pj
140
&«
Gambar 5.10
Git/!., keru'ituhan pada pembebanan aktif
Sun ber: Hasan L, 1993
Kondisi Pasif
Oiir
pr- (5.16)
CQSSr
141
a,
Gambar 5.11
Untuk kondisi pasif, maka nilai \\iTtsesuai dengan gambar 5.11 adalah
pr sin Ar
ov = (5.18)
sin(Ar-Sr)
142
sin 8,
A = sin" (5.19)
sin ~<p]
1/. „A (K (pA
9r= V|/r +1) ~ --(Ar - 8r) + (5.20)
4 2
p = 7t + <j) - er (5.21)
5.12)
keruntuhan tahan pasif akan dapat dilukiskan berdasarkan koordinat titik penghubung
yang telah didapatkan. parameter yang digunakan pada perhitungan teori Sokolovski
selain berdasarkan uji labotarium, seperti sudut gesek dalam (§) yang didapatkan dari
uji triaksial, juga didapat dengan pendekatan ansumsi, seperti sudut gesek interface
(8). Parameter yang digunakan pada perhitungan teori Sokolovski terpada Tabel 5.1
4> 35u
Si 33.69°
82 30.00°
143
adalah dimensi pola keruntuhan pada angkuryang memobilisasi tahan pasif secara
maksimum dan dari hasil tersebut dapat dilukiskan pola kerutuhan yang terjadi.
e, 8.025
e2 14.675
e3 34.7
Pi 116.975
p2 105.325
P:> 26.56
144
100
90
sg§ /
80
c« / // I
70 vrNI-i*y •—•/••• —•
* r7 /
60
50 -"^^^'^
40 i • • i i ] 1
0 20 40 60 80 100
Gambar 5.13
Slip Surface dengan metode Janbu dan pendekatan metode Sokolovski
Inklinasi 0° dengan satu angkur
BAB VI
6.1 Kesimpulan
5. Semakin besar angka keamanan (SF) maka panajng garis slip pada bidang
6.2 Rekomendasi
Materi penulisan Tugas Akhir ini masih dapat dikupas lebih dalam untuk
kemajuan dan perkembangan sehingga metode ini lebih dikenal bukan hanya bagi
dunia praktisi teknik sipil namun juga bagi lingkungan ilmiah di Perguruan Tinggi.
Indonesia.
yang cukup tinggi agar tidak terjadi kesalahan atau kerusakan angkur
yang memuaskan.
• Perubahan Slip Surface pada lereng akibat data parameter tanah yang
berbeda.
147
yang berbeda.
Abramson, Lee, Sunil S, and G.M Boyce, 1995, Slope Stability and
Stabilization Methods, Jolin Wiley & Sons, inc.
Daniel, Koener, Rudolph Bonaparte, Robert, Carson, & Headier, 1998, Slope
Stability of Geosynthetic Clay Linier Test Plots, Journal of
Geotechnicaland Geoenviromental Engineering.
Donald H Gray & Robbin B Sotir, 1995, Biotechnical and Soil Bioengineering
Slope Stabilization: A Practical Guide for Erosion Control, John
Wiley & Sons inc.
Lambe & Whitman, 1978, Soil Mechanis: SI Version, John Wiley &Sons inc.
R.F.Craig, 1986, Soil Mechanics, Fouth Edition, Van Nostroad Reihold (UK) Co
Ltd.
Skempton and Hutchinson, 1969, Stability of Natural Slopes and Embankment
Foundations, Seventh International Conference on Soil Mechanics
and Foundation Engineering, Mexico City.
Whitman R.V and Bailey W.A, 1967, Use of Computers for Slope Stability
Analysis, J. Soil Mech. Found. Div.
LAMPIRAN
1
2:
• ID
M O
< ID TI id ro 41
ft p •H 44 0 rH ,-1
0
Cm P tp X)
11
w CD -H
•H XI
ID 4J I; 4H Dj
0 <i> U C ^
0 -H
oo p:i ra ro 44 era O' T3 !.) Hi
P CO 4 J CO H CD
a a) 10 CO
o 0., ro a, c.)
o iD P CO
p;
J4 0
4-> o Cl fr, o c
c: 4-1
x: „ cj c;i ID 0
Dl 44
-H 4.4
•
r) ,-4
•
04
• •
o-, CTi
• CD tp CD
1-4 CQ 4)
Pi --' LO cu 1.0 r- a.) ID ra S-4 •H to
id co o I p CO o
n) L.i Cl) CO ni
i O to M c:> c> o 10 c;
+-I 44 -P L'l
fa ra ra T3 Cl, CD ra .
o X
H 0 0
o n; >, -H 0 EJ Pi Q u ^
a)
H
x; p.
a t5 O Q4 "O • • Tj ^
X!
+-' HI 0 CO -P
Lf)
a> -P O c-i c;) r; Cj O P iD
iP •H cl •H O -H (j X) C") ^!
•--. r> C [1 P x: , -. O Cl O Cl o C4 Cl 0 CD ,-..
H 41 O E-I
o .. ra ro ro C51 4 J •H rH til o Cl O (D ro 0
•H 44 cj r- Cm ^r 04 C4 LO 44 Ol a) w £> ^1 44
<--* 0) X-! -co t^ 14-1
x) p; -- rl C4 oo u~j m O CO O P Ti o 41 Cu
o
p •H < era 00 CO Cn ra TJ
ro P CO
pj a)
Pi i^
4-' ra -.-1 to
w 4:; u ra
•l) P 4-J w CJ ro
a) T1 0 0, CQ o o El rH Cn
44 O r -> o O". O r-> O -.4 CD C4 Cl <D Cl ra
5
^.
CO C
o S HH ,-. o r -> o era O CJ Cl m ra 4-1 W a) CJ -.4
111 iD P CO c;i CO [> Cl rH 04 CJ 04 Ul
^ IH cn 00 H CD
X) h! 44 O ,- \ rl Ol Cl Cm 04 x: cd a, L!4 CD <c cc> ijp r- oj ai 01 -H X!
V1 "H
^H
c 1 --- ura uT co CO r- oj CO O V r J rH P3 CD 10
14
O CO
! a o
ro Cn -rl
fc IJ-1 CO 44 ra
E-h TI ^
II O H -H
PJ iD 4J a |2' ra 44 4-1
ra s 44 C4 Cl 0 M CO ro
^->
M CD
a) «; 10 4-1 O ID iD CD -—- Cl 0 0 H 0
ir: rH ro to PI ,-- ft rH H +J 0 CO 141 fo 41 'J -P 4J Cl 0 CJ CD 01 0
"d ™i (1) 4 J <; -h ra •H Ph rH rJ cc; ro ro ra 44 . M ci
[l-i Hi 44 Pi 0 44 C rH P g* r~ ^
i"
(U
? ra' ,-1 ^ 14-4 ^--
ra CD H
41 ai 10 D CO i CJ 10 ^^ 0 ro
rH t: 4J b o h'I m 4-J 3 -H 0
•H ra ra a hi "44 u CO
0 ro M -.-i
u. c: P. u 0 0 4-) H Uj (j EC
CD 44 co 04 r-H 3> ,-- O Cl PC, 41 CJ -rl
r-H ra cj •--• (0 IH E-i x: •H rJ a
•H O o a 4J C) co 4-1 4J O LO LO M en W ro CD ir.
o o HI —' 0 -rH
Qj rH r-i s t| +J 0 ra W
M Pc a; E-i s: r-l rJ 0 « CD 41 CT
•H
ra n H ro O [J-, D C4 B c: .
4-1 -rH CO
cj 40 h4 T5 H c j 04 ^r lo i.c> r- a; >i W 0 -rH 0 ,-i C4 OH
in 0, CQ H< ti ^H 1]) E-H 41 tj 0 E5 H .44' X
P ir; P O ra O --I 0 rH C J Pi -H CD pj CJ
Pi o
^ u CJ
Cl) C J 0 :^ Ti C -rH CD ro
Di f-( pi pj O Pm HI CO E-i ^-\ Pj
E-ii <; b
125 Trial Surfacr.es Have Been Generated.
5 Surfaces Initiate From Each Of 25 Points Equally Spaced
Along The Ground Surface Between X = 1.00 ft.
and X = 12.00 ft.
Each Surface Terminates Between X = 70.00 ft.
and X = 100.00 ft.
i55
.867
.870
. 877
.877
Failure Surface Specified By 9 Coordinate Points
1 T1 eb a c k L o a d (s ) Sp e c i f i e d
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of c & phi both
1.25 Trial Surfaces Have Been Generated.
Failure Surface
iriru n rr Specified
o j~ r^ o _l _ „l rr cr By
n y 12
.1. l, Coordinate Points
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of ti hi both > 0
125 Trial Surfaces Have Been Generated.
3.8'"
z
<
IJ Cj
ll) 'Cl <D ro
Oi P
< ^0 m
H
<
r-H CJ
-rH rH 111 4J
0 111 E4 P ---
UJ PJ IC! P 4-H r
IC) 1 , 0)
ft CJ
CO ID Pi pi
O •_-•
X llJ r.
p M 0
CD p CJ 0 CJ (--, 0 CO Cl Eu O
CJ PJ - CJ Cl 0 ci Cl Ci Cl
01 4- OJ
-H ill -rl 4- rH r-H CO 00 O, rf CJ Eh
Tj r-H
r-H PJ -- 40 Ci) CO r- CO CO r- iij -o P
P CO u p CO (11 c
>H CJ CO EH c o
41
P, OJ ra
-rH o
Eh Pi o
ft OO TJ
E O CJ O CJ. Cj c O r-i Cl
St X. — O c: CO CJ CJ CO CJ
PJ CO 40
CD -P tn 44 -.H r-1 Di CJi CJ CO H
< 'D
Jp C1J -rH CJ OO CO
0 P
5: pJ
44
rH
0-
CO
•-:r
co
CO 14J 40
(J
Or i]J PI i)
0
ft TO 4) 4J "— CJ Ll'l CO a j
P TJ CO LHJ Cm
^-. P !J D rl 1 r-H -rH CJ
il i) 10 ^-f 0 -H CJ CO rj ^.i EH
CO -~-
CO OJ T"'
-rH CIJ
^--. 0 p PJ Pi r^
ra
P
Hj Cl (0 CJ O) CO W pi
?"i TO .P 0- TO OO ra P 4-1 Ed -r-l P
P . cjj 0 PJ CJ ,--, 0
ft CJ OJ —^ Cl Cl 0
ft .0 P CJ 0 Ci Cl Ci Ci CJ -H O
.1)
• •
Cl) .—.
CO CIJ 41 44 CJ Cl CJi Cl 0
O . Pi CJ 0 Cl Cl C) CO CJ CO r 1 14-J Cl
r-
PI ft ra OH
-I ft •P <1J 41 (U CO CJ) CJ l-> 04!
H-H CO Eh •icr CJ CJ CO cn 00 LO
h-H h! 44 Cl rH Oi ai 40
CJ CO CJ ft LO O ct; 1 CJ CO r- ai CO OJ
1 Li! Lil CO CSJ r- OI) CO O 44 rH OJ >H
CO >i P) O CJ P)
Pi O Cl P4 E-H ,-_.
•IJ p) CO
ti OJ CO E-l TJ II 0
ra aj i'U p] llJ 40
p CJ •rH •H 44 ^..
CJ P EH
CJi
CiJ <D Jri UJ EH P 4-1 Cl c> Cj Cl Cl CJi 0 CO 4-H <s CIJ <P ,--|
ft ...._
CJ CJ) 0 CJ Cl
ti rH C) E-i ra ra PI r-. CO Ci Cj Cl Cl CO Cl a, rH E-I 41 0 CO lil Pi 4--' CJ X 44 Cl 0 0 C-, Cl r-J,
ro -rH M <! T5 TO CD 4J «! -rH 3 -rH ft rl rH PJ ra CO ra CH
P P E-< nj c: C h) OH 0 i r- OJ rf CO CO a. O 44 P rH r^ ro 3; 4H tj1 Cl
' ' -—'
r- CJ OO
1) CD On Hi p '.0 1 r-H 01 01 LP CO CJ 10 T 40
^--
CJ D 00 Eh c J r- ai Ci
44 H D 0 0 >J hI CO PH x
•ri ra JO OJ PJ PJ m HI CH CJ 0 CO
Pi p ft CJ O O CJ 4J H
P 0) 4-) C/J O rH CO rH ^--
CJ) O <x, 4-J CJ
J) ra r-l J3 UJ CJ ra ^-.
10 PH Eh PJ
Pi 4J •H O CJ ft 4J C) CJ 40 4-1 O LP LCJ O) Eh
H
CD IB ti >H 0 (J p1 HI 0 X •r-t
•rH
---
-H ft rH 4.1
44 PI CJ Tj 5: PJ H EP El Pi OJ E-i CJ vA r-A O 0J CO 41
ra 0 >i 4-J CD M c< ra O pi D KJ p
CJ ffl +4 JO 44 hJ P>
ti
CJ r- T5 0 ^-\ 0] 04 rr 14) CO r- Pi PI 0 •rH rj) ^•i OJ CO rr iij CO
Ci Cj ft 44 PJ Hi CO ^ H Eo H (IJ EH 4-J N 0
c ti P a 4J CJ CJ p p O -H ft CJ rH CJ Pi -rH Pi
OJ
0 -r-j p cj p r-H Qj O CJ P) CJ 0 £1 CJ -rj
OJ Fi Di h-t O Pi Oi to 00 HI CO E-J rH Li Oj
TIEBACK LOAD(S)
3 Tieback Loadi
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of c & phi botn
125 Trial Surfaces Have Been Generated.
J
Po i n t Su r f Y-Sur
No. i 11; i f t I
4 . 0 0 5 0 3 3
14." 1 4 7 8 2
ci Jj . 6 ~i 4 6 83
3 6.6 5 47 3 8
4 7.46 49 4 5
57 . 87 53 0 0
67.68 57 97
7 6.7 0 64. 2 6
6 4.76 71 7 5
91. i CJ 6 CJ . 2 9
11 Q7 . 3 8 8 9 7 j
9 9. 1 4 93 . 8 6
>
z
<
OJ TI CD ro •
< Pj p -H 4h O
r-O 04 Oj Eh S
Li
-H rH CO CO C4 rH
r-H Cl
•H rH OJ +J
0 rl) p CJ ,--.
CJJ CJ p CO PH c
r/J 4J OJ 0
a CO CO Pj Pj
0 ^
||) CJ -—
PJ CJ P n
to CO
I OJ P C4 o CJ CJ) C) CO O Lu LJ
•rH •]) LO .C ,-. O C) O Cl Cl CJ O
03 CJ
CO DI 44
-r-| -P UJ -rH 44 ^ rH 04 CO Oi --4' Cl Eh
TJ rH
CO X pj —- uj co co r~ ai go r- cl) ti
CD CO CJ I p co ra co ci
•rH EH
x >i O CO El o CJ O
H 41 P4 OH -rl
H •H ra •H
pj oj ra o
0 L)
CO
p EH Oh LJ
X 1
*^
EH c-C a ^'0
Cj w
TJ E-H
IJ CO -^ ti 0 CJ P O O CO CJ O Ci Pj
hJ •H
HO 40 X, ,-. CJ O CO Cl o o O CU •— E-H
m . "rH CO 44 -P
-rH CD 44 -H rH CJI C-i CJ CJ
di <D
E-h
CO
$£ r-H
rH
CJ Cl ti
CO
J>1
OJ
5:
•rH 44 cj r--
PJ -- rJ CJ CO 4J CO O
co ^r a 1 co 44
O
01 OJ
P
• •
Tj CJ. LO
IH
Pi
CD -Q 0 TJ 4-J 44 I rl -H rtj — CO CJ OJ
LJ 10 p
10 P !J p r-H >:
Pj p p
Jj rH 0 -rH -r H O PJ
TJ ra EH Or
4 H tj rH P
p
ra
G
Cl rcj rr rr rH P 44 pj
4 P IJ Cl
cj rO 4J -10 TO O P. m (J OJ .--. CJ C) CJ 0 O C
Cj TJ
a X O c> CJi CJ O CO C) -H CD -— CJ CJ CD 4J 4-> CJ 0 0 0 Cl CJ
OJ P
0 PH ,— CJ Cl CJ O Cl CO CJ (0 CJ PH • • Cl CO 4-H •
•H
OJ 44 CD EH CO Cj CJ 00 CS — cj rH Cl CJ CJ LlJ
CH CO
CO H P PH CJ r-H rH CT) CO) CO) OJ 40 CU Oj UJ O 1 CO CO r- Oil ai 01
•H
I ~- OJ LlJ CO CO C- CO CO O 4) — rH
rH E4
I >l CJ P
a 0 Hi p,
OJ PI
p CO CO E 1
ra OJ CO PJ P 44 pj
c •H -rH
CO
2; LJ EH
CU OJ £J PJ EH P P O O CJ CJ O CO Cl rt CIJ OJ , - O Ci CJ Cl 0 co
So ^-1 0 t-l ra CO PH ,^ O O O CJ C) CO o 4.) CO ro CJ X, X 41 44 CJ Cl CJ O") Cl 04
rO -H \-1 < -a TO OJ 41 H a r-l rH pj ra CTi
P Pj H nj CJ p hJ 44 cj r- CT. rj< 00 01 Pj O 44 ?J r- ^r Cl 0 CO
CO OJ Pj H p a 1 — vH C! CJ IP 00 Cl CJJ 10 D 1 cx UJ r- CO Ci
H ti 40 HH a 0 0 X l-J
-rH ra '4 DJ Qj ca m HI PH
[IJ p a LJ O o o
p OJ 4-1 UJ CJ rH CJ -H EX ---- o o 4-1
;J rO r-H P W LJ ra ra PH • • p:
Eh
pJ P -H O a a p L) CO 4J 4-J O lO lO 01
ri) ro Pj >i 0 0 >1 HI — O Or rH r-H -H
44 CJ • • Q T3 Sj Pi E-< E-h EH Pi OJ Eh P -I OJ
ro 0 >1 4-J OJ H i< m . o a D g;
0 CQ 44 p 4-1 hJ a p> r- TO 0 pj j'j
1J CO a 44 PJ rp C E5 E-h E~i rH CU •
a £ P a p 0 O D p O -P a O rH CJ
p -H JO p p X oJ 0 CJ CO CO O Jo z
OJ E-H p; h 0 X Pj m fl) CO E-i
TIEBACK LOAD(Si
4 T i e b a c t L o a d (s ) S o e c i f
3 4 Ci . 5 0 0 7 0 .o o I .5 0
4 4 7.62 5 '7 4 . 7 5
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of c & phi both
ii 2 5 T r i ail S ci rface s Hav e Be e n Gene r a t e 6 .
'*' ^ Safety Factors Are Calculated. By The Modified oanbu Method ^ ''
oO . o b
2 5 96 4 7.16
36 95 47 . 81
4 1 7 3 4 9 .9 5
5 8 13 c o; o c
67 94 5 8.53
is 97 8 4 .8 U
6 5 0 7
0 0 0 P
1.14 3
LAMPIRAN VI
4-J- PCSTABL5M * *
by
P u r ciu e 0 n 1 ve r s i t y
Ru n Date: 10/1 /0 0
Time of Run: 4; 14 ro:n
Run By: hanindya
Input £)ata Filename: iS.in
Ou tpu t Fi 1e name;: j 5 .out
Plotted Output Filename: oio.plt
BOONDARY COORDINATES
6 Top Boundaries
7 Total Boundaries
2 7.00 61. 0 0 3 9 . 0 0 6 9 . 0 0 I
3 9 . 0 0 6 9 . 0 0 5 4.0 0 7 9.0 Ci
5 4.00 7 9 . 0 0 6 9 . 0 0 8 9.00
b 6 jo . cj cj 8 9.00 94.0 0
7 3 9.00 69.00 85.00 72.0n 1
27 0 0 61 0 0
5 4 0 0 7 9 0 0
7 3 n n 82 0 0
8 0 0 0 83 0 0
98 0 0 8 5 00
TIEBACK LOAD(S)
Janbus Empirical. Coef. is being used for the case of c i, phi both > 0
125 Trial Surfaces Have Been Generated.
S ij r 1: Y-Surf
ft J i pt )
7 . 0 0 50 . 5 8
7 . 8 9 4 9 . 0 0
6.68 48.84
50.43
' IJ O .5 . i c
7 0 .1 / 66
8 1 0 8 7 6 3 5
9 3 . 94 8 4 9 b
J 9 3 3 9 3 6 9
4.8/ 6
LAMPIRAN VII
DPCnoftRT R \fl
pprjDT^M tipcrDTpTTpiii
\ x' Cl ; i kJ <_
BOUNDARY COORDINATES
''j iOp piOUFiuallcS
7 Total Boundaries
2 > 0 0 3 ° 0 0 £G r\n
C /, [- !')
3 ° 0 0 7 ° . 0 0
54 o n £-> Q P n' G q n f)
6 9 Q0 1 "• D D fl O A n D
"< Q on
8 5.00 7 2.00
T1 ^ +- -^ 1 Q
saturated )u6Sion trretio" Pore
'vdg Unit Wt. Unit Wt "pvpo-r.-t- InrC q Pressu
No. Jpcf) — -P J
1 i T c, o 4 4 CJ . n ico n
30 0 o o
J J R ,0 Oh (0
r.n J .-, H 4
-C Surface
eft j
P n c o
7 3.0 0 82.00
8 P 0 0 o o o o
o o no
TIEBACK LOAD(Si
11. .00 ft. Line Segments Define Each Trial Failure Surface.
Pn i n t Y- S u r t
No .
5 0 . 8 3
4 9 . 8 1
31 . 8 7 50.32
4 2 5 5 52.96
5 2 6 0 5 7.43
61 7 I 63.59
6 9 5 9
7 6 Oil
8 0 7 5 1u . i i
6 0 PR 0 p "
>
<
111 40
Ci p
04
< t-l
r-H
-rl JI Ill 4 J
C) 41 E-I H .---..
CJ -0 CO 4-1
PJ
111 1 1 CIJ
Pj CO (11 CJ
0 CJ 111 p
rP 1-1 0
CJ
41 Pi CJ
PJ .
til .
•H
CJ 44
pj
41
H-J OJ
-H nj CO CO Ci PI Jo
ei Si CO 4->
'IJ •H 44 c 1 r- o> 4J Ol llJ • PI 4J
E-i
--I
--1
^ CJ l\ 7
p; —- r-H ci CO rj
•'-I
P
c'C
PJ O
-• PI
CJ
CJ
f-M
CO OJ
OJ 4)
04
to X '0
C' P
Pi
CCJ
p
Cl
C
r-
CO pi Jl
CJ Hr P CJ -r-: EI
>D 4-'
*" "* CJ CJ r; OJ •
-r-l Cl .---. 0 Ci CJ -EJ 4
CJ
si i) CO Cj PI • PI Cl Pj CO 4
(U El CO o> Ci ^1< Cj 44 -
r-l 44 -1 44 Cl X ft lO Cl c(, i
•rj cj 11 co ^1 r - 0 41 ~- r-l ^•J OJ CO ^J J-4
.'J CJ CO
U) P
Pj O p; M
ti pi 00
F-i II CJ
OJ P PI 4) I-1 Xi
re! EJ
4.) EI
1 '
4-1 '". f=c; IIJ OJ -
'J <U h" pj EI M 4-1 <\
pi H
10
E-I co co CJ Pi +J
It'
rj X 1
i~- •H C) IP n) 10 pi --, J J
(CJ C
•ri HI 04 TJ Oj rl) 44
Uj EH tj p P r-l CJ 4j E:
p
OJ Pj CJ ;J CO 1 ---
r j ti 4J HI n O 0 X
.rj ro CJ PJ pj PJ OJI
X P P'j CJ 0 o cj
rl CO rH 51 -~- c pj 4-J
p OJ 14 CO CJ
r 1 ret Pi 1-1 4 J
r.i c r-H O PJ Id
04 DJ 44 4.1 u L( 14 ro
•• ex, JJ •rl CJ CO Ci t-l
Cj 0 >i HI 0 •C Pi r ^4 -H
0 ro
i-I a, 0 E-i P - r C 1 0)
J-' HI CJ OJ s: C pi E-4
CO . C Pj ro ti lc-
p 0 ia 4-J CU tii fp
14, ,.0 PI
CJ 00 4J CJ 4-1 Hi CJ CO r- TO CJ
^JJ E-i E-i r-H l-l 41 1j CJ X
0) Pj 4-' 0) P E3
JJ O -a X P r P. -rl X x
p ti h
C X (J CJ to
C/J ci cj |r>1 t '
CJ p P H pli 01 0
HI CO H
pj IP pj i-i CJ Pj Dj PJ PJ
TIEBACK LOAD(S)
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of S ohi both >
125 Trial Surfaces Have Been Generated.
P cj .1 n t -Surf Y-Su ri
No. (ft i
H 7 9 5 0 .7 3
19 72 49 50
30 69 50 35
41 31 53 0 7
51 19 58 05
60 00 64 . 64
67 4 2 72 76
73. 19 82. 13
7 6 24 90. 17
87 4
X
<
Cl • OJ
[J CJ
111 TI Oi m
< Ci H
-H 4J CJ r-l
l-'l 0) P-i EJ 04
b-l ;J
CJ
^^ o
rH 'IJ 4J
CJ •Yi 01 p .-.
x ra ci co
ro 44 01 • CJ
ro ro q4 Or
01 rl) P ---
CJ EH CJ Cl
•H P Cl Pi O 4-'
4J ... CJ
PJ CO
CJI +-> • CD
•rl CJ rH P .
XJ
PJ -- CJ ID X FJ
0)
I P ro nj CO ri
CJ 0 ro m CJ ci CJ
I
Pu 0) 43 • • O
TJ
a CJ
>J rii 0
EJ a -n pi
lil CU ti o
"> c o o (' - Ci
hJ 'O -rH .p
I
o c: o c; o
PJ . -H J- OJ H4 - °
fOj 4"' CJ llJ 0
-CJ r- r-l CJ 40 44 pi ai
E-i r7 ra 4-1 w
-rH CO p CO a J CJ
CIJ o ti X cj p TJ CJ) Pj
LJ XI Cl Citl -rl 0 4) rH •H crj CJ
iij 40 CO
Pj r* (CJ ^--.. P S-l
CJ
-7) JJ rl C, -H o o Pi
pi EJ
CJ Y--j
4 EJ U ri P CJ Cl PI
rJ C,
-E 0) • • CO CJ Cl -p Ed
6.1 41
r' 'Cl' X T- T^ 0 Oj PI CJ
Si 4-J CJ CJ
01 i) PJ ,-. CO Cl
•'H CD Cl
CO O Pr
OJ u (IJ EJ ro CJ
hJ uj 04 Oil .C OJ LlJ
Pi
Cl I ---- OJ Lil CO to I- rii 0 41 r-l
CJ > CJ CJ CJ
p; E-J
Ul
ti BJ (O
Ei
10 OJ 'U PI ll) 41 PI CT^
c CO -p -rH 4-J 44 CJ
2; .-
CJ u El
Cl) 111 £J El +J
CJ
DJ p Cl Cl CJ Cl Cl <l IB 4-1 ft] p CJ ai r-- C 1 0 c
ti rH Ei It ra Pi CJ
...^
Jl CJ o Cl ai ^-\ 14 4J n CO U-i +j CJ 41 4-J C1 0 c
cj -rH H TJ TJ OJ r-i
c Cj
CO
c r
co; -r-t ,0 •H c r-l PJ ra ra ra CH
E-h tJJ p hJ 4 1 i r- CO Ol Pi 0 4-1 CJ rH t-J [cj 4-J 3j I"" r
Cj OJ Pj hi p :4 1 -H Ci 111 Cl CJ ra CO EJ 1 CJ LT
ti 44 M o CJ >! PI CO Pi
-rJ ro PJ PJ co 04 l-l 4-J CJ OJ
0
Pj CJ pj CJ o C) CJ 4-' EH
p (3) o r-l CJ rj
E:
CJ Pi 40 CJ
tc> r l p Cj] C-J id CO Cl E-i 4J •rH
•• o: 4J -rl CJ CJ Cl 44 Ci CO 44 4-J Ci LO Ed CO EH
cO P Pi >H 0 ^ HI CO -rH
U Cl Oti
"--"
Cj r-l §: •H 44
HJ 51 pj pi Eh EJ Pi a> E-i [J rl 0 aj Cl) 41
ro Ci >i 4-1 ril Ei] < it Cl Pj to HJ 3J ti CJ
CO CQ 4J P 4-J hJ a 4) r- TJ Ci rH l o CO CJi r- p; Pi PI 0 •rl CJ r 1 CJ 0
Oi a 44 PJ X P rr
Ei E-H rH ai EH +j LJ 0 Hi
P ti P Cj 41 0 CJ ti P o •rH pj 0 r-l Cu -rl ClJ Or
P -P O P r-l pj rj
b t/J CJ 0 >-, JOJ
PJ [-1 Oi EH cfj Pi Pi m al HI CO E-i
TIEBACK LOAD(S)
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of c & phi both >
125 Trial Surfaces Have Been Generated.
11.00 ft. Line Segments Define Each Trial Failure Surf ace,
.859
X
z
<
iU 44
< sic c:
-a OJ
E-i
r-l o.
1 41
E- P
,c ra
CO 41 CJ
p ro ro Pi
OJ p
CJ
P CJ
0. CJ
Cn 4. (1)
-H in,
pj; --
Ei co ra a
0
o- a) CJ
TJ EI c CJ CJ
CJ Oj pi
hi 41
CJ P
OJ o aj HJ
5! CJI 4- CJ c
T-l (,- 4-J ..CJ
CO --
4J
P
PJ
4-' U-
tj P, m Cl CU ---.
1)
-11 ru Ci Cj OJ 4-1 4-'
ci CJ Ml pj CJ, cci c-
Pj
Cll EI (Cl Cl Cl
JO ru c i LCJ Ci rf
LO Ll'l CO m Cj 41 '- - ri jjj
E.
E-I
CJ
ci; 41 w
4-' o; --., CO Oi CJ
PJ >H 1j 4-1 CO 4-1 Pi p 1
F-. CO ro l+H - P J-1 i i CO CJ U- CJ j-i 4
ct Tj TJ lU 4 CO •rH 0 r- r-i p; nj 4
rcl
!J •• r-- P !1 PI 4 4-' p r-' ri 41
P oj CJ LJ'i to O CO 41 CJ
, i ti
•ri ra
Pj P CJ
OJ 4-1 CIJ CJ IP
-H --j
p.
rl 6 CJ
ro 4j' "'• E
Qj E-' X CO 4-' 41 Cj 0" LC 4
O CJ E-i c -rl
s: E-i Ei Pi cl) EJ P rJ C CIJ 4-1
41 rc ci c
J-' h!
Oi V Ci 4i pj
Pi HI 4 CJ -ri O
1-1 pi r-1 CIJ E cl <J ti
cj ti a iu 4i o CJ CJ TI
Cl ( ! r-' C I C- OJ Pi
P -rl CJ C CO rH Hi c-l CJ Jo 4i -rl
PJ E' Pi i j CJ ci Pi
TIEBACK LOAD'S)
Janbus Empirical Coef. Is being used for the case of c & phi both
12 5 Trial Surfaces Have Been Generated.
P o i ri t X-Surf Y- S u r f
'N o, (ft) (ft)
1. 1 7S 5 0 . 1 o
Z 1 9 . '[ 7 4 8.36
3 14 O i~ -j
3 7 . 0 4 ~J 'J . -J o
4 5 4 . 0.2 5 6.49
5 6 9 . 31 65 . 9 8
6 '7 p co
8 2.20 / O . .J H
7 91 .44 9 2 . 6 9
966
X
<
41 ---., iU
Si sj -rJ
< ia Or P-
I-J c: ^
'.•-'• m 4
it) (
C-!
If) J
c:
u O
On 44 0 CO
P., a;
TJ
CJ
aJ JO c. CJ c
E-h rH _ «" I) • Ei
J Cl 1) P
pj
p
ra
ci C rr!
4)
T1 ru ---- c OJ x +.,
CO ri 4-1 & 'Cl 4 '
CD Ei ro c
X Oi Pi ir
0 41
CJ Ci c
pj l-i
4J
E-i Tj
PI CO JO
14-1
(J 1
Pj 1
;j p E-h tJ iJi i rr (y,
ru OJ Qj E- 4> c CJ r -
,-i ti j J \-i PJ U C
-ri ra X, PJ OJ p
P p Pj CJ CJ
c. OJ 4-' CJ CJ r
to ri '0 p] 0 C
4- -rl O H) CP E
<J ro hi >-- rJ c;
4-P C4J •• Pi OJ 2: PJ t-1 t- Pj 0) p..
O
ft C) 0-1 4-1 ci 41 rp CJ Ci Pi sj: •
CJ 4-, h! CJ co r Pi ..'1 O -'J O
c 4 ' a) tJ Eh E-h 1—1
0!
P ti P Ci 41 CJ CJ •H
Ci
P 4 ri-J pi CJ Vi C 1 CJ P
PJ C Pi hi 6 X Pj PJ I- H Co PH
TIEBACK LOAD(S)
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of c & phi brjth
12.5 Trial Surfaces Have Been Generated.
2 .7 5 50.23
2 0.53 47.43
3 8.49 48.62
u. c. "i c
53. 72
7 1.47 62 . 50
84.87 7 4.52
95.29 8 9 . 19
97 . 11 93. 53
X
<
EC
CD TJ
Oj CJ- •rH 4-J U ri
< ia PJ
0 ci
CO po
Oj CJ CO CO a,
0 OJ Cl' P
CJ EJ Cl
PC C)
CI)
EJ
pj -— til CO CO ill ra t-i
CD CO EJ CO ra Ei
Cl til p o
P Oi ra CJ
TJ Ei Co CJ
CJ CO
4J
ti o 41 -p L_J CJ O fo Cj ,-•; CD P
Hi 0) -C - - O t "i O Cj ro Cj 0 ^_
r-' 01
PJ 4-1
2: 01 4- •H ri Oi
< IJ H u_ c] r - CC 0"i LO
t-l 44 X, 44 M1 ri
CJ PC - rH C Lf) Cj o a.1
OJ P
CJ TJ
CJ it P iJ 10
CO Oi
ra EH
Cj- PJ
1)
p 4-J PJ
hi i-4
Cj Ci Cl Ci CJ
TJ
-rH CIJ -—- 0 OJ - Cl CJ1 O c
rJ 0) 4-1 ,-. CO (1 4H 4J
-rH
CD 4-' (1 EJ (O r . Cl r-l O'- c
141 to
PI Cj ..c Oj t i ,.- CD CO' r- a
id cn co to r- co co CJ 4 J — r-
E-I X Ci CJ
Ci o
pj Hi
ti PJ
•rH ;4 CO ro E-h TJ
co CU 0J 4J 1 41 PJ
p OJ -r| -r-l 4-' E< ---- C E-I
l'U (D 4J PJ P H 4-J ro Pl <1> OJ , - o c; O c; O r:,
E r4 O Ei (0 ro 44 EJ 41 CJ CO C) X 1j o c: c; o o Co
ro -,-H \-t PJ Tj Tj OJ •rl CJ, •rl 41 r ra ro 4
P Pj Ph h; P P P! O •^r o
r O" 03
01 0J Dj hi 10 4, 1 CJ Co LP r- CO C.
ri ti 4J HJ PJ 0 b Pi
-rJ ra ;0 cJ PC PJJ po. PI
4- c Pj CJ O o
CJ OJ OJ CJ
4 ro X p PJ CJ ro It 4J •rH
F-i
p; -P •rH CJ CJ Oj 41 4-J 14 to Eh
CO (4 Pi >i 0 b Ji^ -ri a, -H
^ii 41
4-' pi o Tj s: no E-i f- EH p --- . ( J (IJ OJ 4-J
ro 0 Pi 41 (1 w CO 04
HJ CQ p 4-1 hJ
C CO TJ
CO ti P
4-' r- PJ 0 TO
OJ 01 Ci 44 pj 'X p m 4-' N O
CJ ti CJ Ci X 0 CJ X ;0 Ci •H 0J Co
JO -rl '0 c 0 !—1 PJ o 0
PJ E-< rP Hi CJ pi Dj Rj CO
TIEBACK LOAD(S)
1 T1. e b a c k L o a d (s ) S10 e c i f i e d
Janbus Empirical Coef. is being used for the case of c S phi both
125 Trial Surfaces Have Been Generated.
1 6. 5 0 5 0 .5 4
2 27.27 47 . 44
o
48.12 49. 98
4 6 7.53 5 7.98
re
8 4.12 7 0.85
6 9 6. 69 8 7.68
0'
9 9.1 Ci 93. 6 5
1 .0 4 8
X
z
<
SI C1J '
O .j
Ci X
P
'1- p
CJ E-1 O
44 Cl P- CJ
C 4-
-i-l 44 r 1
Ki -- LlJ
<o to
I .r.
Cj 44
p
0 OJ
CJ 44 ni f
CP 4-' • ri
0) —I ijj C] 4-J CJ P p
4-1
P P u c
r ' P
4J I"
•r' CJ
P Oi
ro -ri
p 41
CJ LJ p •ri 01
h! hJ cl
0 CJ 0 11
iH 0) ---- c ., CO
CO o 44 4
-h ;l ri EJ 10 ,J 1 CD
Ci CO OJ Oi Qj IJ J CO o;
co Cii r- oi co
pj rl
CO -' 1 H rC fjj -H
Pi E-h C. hJ (jj c r- oi -o1 Pj O
'j OJ Pi [- CJ
,-- ti 4_' r-^ C lO
-H CO 4 PJ <D on pj i i Pi
P- P Ci CJ c CJ CJ
(lil JJ co ("
(0 ri O f 4-1
w
JO -rl CJ a CJ
r; Pi x Pj
pj TJ S p Co Cl) 01 4-1
41 it IX CJ Cl ti p -
o ] Jo
pj CJ -'J (J
jJ Q 1-1 cn £ IP Ei
Ci P 0 o r Cii o
cj JJ rH a: c
EJ CJ Pi Oi p
>
X
z
<
• OJ
14 CJ
Q- OJ TI di ra
Ci P -rl 4-J
Jo pj C-i EH
<
CJ
Ei OH
O cl. ti -rH
UJ C4 TO 11
o c: CU
cl Pj CO P
CJ LO
Pi
„.
HJ
n CIJ
OJ C-J ti
>H CO ra EJ
T3 CJ CO EJ o
Ml p p
o o
(0 -rJ CJ
O .c. CJ
.a •
Ci • tj a Ci i'h
ti P O 0 o
hH
--I o: 4J ;1 *=-j
PJ p d CJ
ra -,-i -ri ^ r-i til CO
P ij 4) rU 0 CO Oi H
P TJ Ci
CO 04 --
-Q to CJ CO
ft
•+ ' r>
Cj 40
hi
<V PJ
PJ
"O 4-J -I-' 41
Ox
PI CO CJ 4., III OH
o, OJ (U
rD
M-J rn
o 40
•rH
cu Ci -c
,p O
' rl r-l
CJ CJ
O
ci,
E-i TO
141 (I) 4JI nJ
CJ Ei E,
CJ ru 4J PJ El p +1 CO O CJ Ci cl', Oi OJ ---- c i c; t J Ci EH
ti rH O tn ra ra PI 4-j 4-' P 4-1 4-' C 1 Cl r J Cl OJ CU
ro -H HI cC X) Oo) 0) CCi ni ra ra 4-1 Ei P
4 4j fr< t-JJ p CJ Hi 44 pi Oj 4-J o; —- r- - r oi CJ CU
o OJ Pj hi 3 4 1 ra CO EJ 1 Cl I j r- r-i CO
r i f; JJ HH 4J 0 •0 >i Ci
-rH ra p p; PJ 0) 03 CJ CJ OJ ni e-i
4. p Pi CJ CJ CJ O E-I Pi 0
c: OJ H-J 0) CJ r-l 00 r-l Pi 4-J (J tu
rl ra 41 CJ CO III E-i -p -ri
Pi 4J •rl 6 01 4-' I J to 4-1 PI Pi EJ ra cu
4l CJ CJ *> hi 1.1 So -H 4-'1
ra >1 ---
4-1 PJ TJ Sj PJ E-h E-i Ei CO OJ E-i O 0) CU 4-'
Ci X 41 (U 41 Pi ni 0) Cl LJ 41 ti CJ
CO 44 p JJ Hi CJ CO r- TJ P. OI 0 0 , - 'OJ i
0) to Cl JJ P) tJ c hi hi i-l EH 4-1 10 b
p c: cj. 44 (J CJ Eo p ( ) -rl Ci Cl r-l
•ri CO p CJ r-l Pi CJ 0 CO c 1 U
E-h pj HH o Pj Pi Pj PJ
Along The Ground Surface Between X = 1.00 ft.
and X = 12 . 0 0 ft.
Each Surface Terminates Between X = 70.00 f Jr .
and X — 1 cjo . 00 ft .
Point X-Surf i- S u r i
Mo . (ft) (11)
51. 00
0 22.98 51.66
3 3 3 . 67 5 4.26
4 4 3.73 5 8 .7 0
jo 52. 85 6 4.6 5
10 60.74 7 2 . 52
67 . 15 8 1 .4 6
8 7 0 . 8 8 8 9.30
4 J- it
. 90 8
3 31.52 52.50
4 41.91 5 6 . ii 3
o
51.52 61.47
6 60. 07 68.39
7 67.32 7 6.67
8 7 3 . C4 86.06
9 7 4 .55 89.89
3 31.53 52.29
4 41 . 95 55.84
5 51.5 9 61. 12
H 6 0 . 18 67 . 99
7 67.46 7 6 . 2 4
6 7 3.2 0 85. 62
9 7 4.9 1 8 9. 95
No . 'ft) ift)
1 9 .67 50.81
0 20 . 62 4 9.77
3 31.58 5 0 .7 2
4 42.19 53.61
nc
52 . 11 5 8.36
6 61. 0 3 64.80
7 68. 64 / r- . 14
8 7 4.71 61.92
9 78.39 90.51
Point X-Surf Y- 3 u rf
No. (ft) ( ft)
i
11 . 63 5 0 . 97
z 22 .52 49.46
3 33.52 4 9. 62
4 4 4.37 51.44
c> 54 .81 54 .89
6 h 4 ,62 59.88
/ 73.55 66.29
8 81.4 2 7 3 .9 9
9 88 . 02 8 2.78
10 93 . 22 92.48
ill 93.36 92.93
.. 01
X
Z
<
2: cu -
SI Pi
<U 1
0 41 P CJ —
0) PI :js to ni
Pi
CJ
4 J
CO 10
P P. Cl''
-rJ 1) 4J
PJ cJ
Oi
u -1 ti
-1 CO ra
J to p
Jj Cj 4i o OJ 10
EJ Pi
41 i.J CL.
TJ
ti 0 4-J Ci ,-;
hJ X. O 0 (U
s: --
pj OJ
41 tn i. -1 r'i to
1 Cl OJ
•H C- C- r- J tj OJ
D, - ,---<
C l
-1 <
pi ,-Q Ei
E4
PJ
04 CJ Oi —
CD 41 4-1
P 4) 44 .... CO Q, cl 4-!
H P. 0) +J •
J, to h-1 4-| CJ
IJ 41
-H 41
CJ Cl
Ci 0
ti
HI to CO
to <1J 'I p]
P CJ •ri -rH c ) EJ
J4J P id (.U OJ
(J 4!
CJ
PJ
ra
P 4-1
PJ
<]
P! r-H E-I J-'
X,
Pi
CU
4-1
ti r-l Ei ca
-,--! hi CO Ti TJ OJ fJJ' ' rH ft -c-l Ci 0)
CJ t-i hi r- > p P hJ al cj -P CJ
(U (JJ Pj hi CJ ,4 1 CJ iB IJ
—1 ti jj hi PJ OJ 0 LP
,4 ro •13 Pj PJ Pi OJ HI 'EH
Ji CJ Ci c; CJ CJ CJ t-i
OJ jO OJ 4 r-l OJ r-l 0;
ro ri -0 p] CJ (0 Id 44 Ed .p •rH
4-' -ri O CJ Ci 4-' CJ C 4-J 4 J C) i ') LiO Ul Di Ej
41 ^1
ro Pi o fj Cl ' -! r-i -rl J-'
4-' '14 c J TJ 5) PJ E-h t-l p Cu OJ E-i p , -j r"' CJ OJ CU -EJ
ra Ci 4-1 41 41 CL n! Ci CJi E-J Ltl itiJ ti P
4-' CO 1-1 hi 44 CO C- TJ Oi Jo Pi] 0 -rl C
Oi P 4_i PJ 14 c: Ei E-h r-l lU L-l 40 r-i CJ 1
P ti CJi 41 CJ CJ ic p O •'"I P 0 r h c : Pi •ri rl CO
CJ 01 rH Pi c J CJ ^ c: •rH
PJ hi PL h- O Pi Cu PJ oi CJ E-
3 Tieback Load(s! Specified
1 4 .0 0 5 0 .3 3
2 14.71 4 7.82
3 2 5. 67 4 6.8 3
4 3 6.65 47 . 38
0
4 7.4 6 4 9.4 5
6 57.87 53.00
7 67 . 68 57. 97
8 7 6.7 0 64.26
9 8 4.76 71.75
10 91 . 7 0 8 0 .29
11 97 . 38 8.9 . 71
1 2 9 9.14 93.8 6
1.110
X
z
<
CU Ti cu ra
Cl rt •rl 4-1
J-O PJ
111 41 4-'
O fl EJ P P
CO pj p ra 4-1 Cl Ci -rl
CO 1! Ci 0
ro co 44 Oj
CIJ P
'.U EJ 0 OJ
CD Pj Li -P
UJ
0) P
p -rl
'') TJ r PJ ---- OJ CO LO f - OJ CJ Tl
5 OJ t ti
p ro rci Cl Ci EJ
HI * ' -rl
O tn PI C1 C 1 O
4-1 tj P< 4 Pi OJ to 0
rl O' -H c
Ei Cm a O
CO P ri Pi
Cl, Q„ r TJ pj
Ei CO
HH
!J
OJ ,. Ei • CJ &J
40 . CJ OJ ,-. h-l
Cjl . ri r-l to O coi CJ
P iJ 41 CJi (LJ PI I)
CJ P TJ 141 c i Oj
rH a) ---
UJ 4) UJ Ti
X! Ci EJ 0)
0 Pj 4' -rl
X, PJ 4-H
P -(--' PO -rl
0 Cl PJ CJ
TJ H OJ r- Ci 0 OJ
1 OJ CO 0) 4-1 PJ c CJ
cU CU El CO 01 CJ k> ^r co
P) OJ hJ 4J OJ i i L(l Ci <
O 4-J --- r-H ri DJ C I r-i
ri >J
Cl (J
hi PI
E-i TJ
Pi OJ 4! PJ Xi
41 E: .,.. cj ,-., CO 1-1 01
01 to PO 40 EH EJ 44 Ci C.l C ra 4-1 • • Pi ci> OJ CU
ti CJ CO CO 4H - Ci c -' EJ 40 (J CO ,/; Pi C'1 H-l
rj 1' C Pi H-'
n di Tj TO CU 4- JJ -rl p., r-i ri Pi Cti OJ 41
CJ X, E-i 4J P P h-J 44 r 4 0 pi P P - " r-i ri 111 Xc PJ 11
ul (U a, E-J 4 4 1 -- , .1 01 LiO LO 41 ra 40
ti -p h-l Ci 0 b PJ
ro PJi PJ CO OJ I- ', PI
X c ii O CJ CJ O
OJ 40 CO CJ rH PJ
ri ra- rl 4 b-1 0 to h-1
•• Pi 4J •rH CJ CJ Ci 4-1 XI
01 ra Pi >H 0 b >l rj -rl
H-l CJ PJ TJ 5ii p; Ei E-h P E-J P 0
Hi CJ Jo 44 01 40 x, (0 . to
PJ PJ 4i CO 41 rO 4Ci CO r- xi <: r-l r H C PJ
I1 a 4J Pi H;; c p OJ •
ii 0 c Ci 44 CJ O 4j 41 Pi O
4 -rH JJ CJ ;J ri PJi CJ CO
PJ fl PJ Hi CJ Pj CO Pi PJ
TIEBACK LOAD (Si1
1.17 8
z
• OJ
IJ CJ
a. 0) oi
Pj (J
. a ru
< Eh
rl CJ
-,-| ri 01 11
CJ OJ p c; •---
CO PJ CO ra ih c
CO 4.1 CO
Cl CO CO ! i
(J
so Oi P "-'
pj 'U EJ CJ
Ci CO
CiJ
•rl 0)
PJ c )
01 4J • •
-rH —I 4-J ri , I El
'CJ rH P, —- 1) Ci) 01 •'I to
OJ CJ EH ra O
ro
C) ro u c
4-1 Pj oi
0>
ti p Cm
El CJ
to
Pi PJi
El 44 +J
CO , -J cj
OJ 11 Ci'
<n l-i 0 0 44 O cJi CJ CJ Ci ci CO
_
_J
r-l r-i •rH .,, 0 (i
c X 4JI r -. CO t -. CJ CJ Cl Ci o (J 0) -*--.
cq CO jJ
o r- ra oj UJ CJO 4-1 CD 4 -rH rl (71 c Cj
<r (|J 4-1 PI (|) PJ
rH r-l •P PJ 44 40
Ij CJ Tj p Pj
<-< *~i
GO
PJ It)
u
p 1 o
ft.
ra a x\ PJ 4-i
Cl 1 CO PJ -rj P
•rH CJ Cl PJ CJ (D ,-- cl CJ CJ Cl CJ
TJ P PJ 44 O ci CO Cl O -rH r OJ 44 4-' O CJ CJ Cl CO
ni .--.
GJ (1) 44 ,., Cl Cl CD CD Cl CO O) 44 Ci 10 4-1
'0 i i 111 Ei Ul c 00 ts -" Cl r-l CO c J 00
h-\ 4J Cl rl rH CO Ol 40 fl! Pi l( I Pi co r- ai oo
i --- m cj co co r- Ci (1 ~-
r
CO CJ
£1 cj hi
ti PO
ti CO to E ' TI
ra 4) (JJ PJ (U X PO 4;
p CJ -H -rH 4J '< rr C 1 Co u p
0J p Xj PJ M Ei 44 O Cl CJ Cl Ci Ci ra 4H cC (U OJ CD r- CJ C O C) o CJ
o r j o E-h (0 ra KH ,-. Cl
44 CJi O Cl CJ Cl PJ EH 4-' '1 Ci J Pj 44 CJ 40 4- CO C CJ Cl o CJ
ra •H hi fp TJ TJ ill pi Si . H PJ ra ru ra 4H
CJ [ij E-i H-
c p PI oi r- Oi -a' oi Pu H tJ lj; Pi hJ; --
c- iL CT1 o OJ
0; P CO hH CO C-i 1 r i c J ro OJ co OJ Ei i c- lcj r- CJ' CO
ti EH 0 0 OH
D ID
HJ
P6
hi
pj Pi PJ [J 0 CJJ
C cl CJ o CJ CJ hi
'D 4-' CO O rH 1 PJ 40 CJ
p 10 rH rj PJ CJ ra X 4J •' i
ci Hi -H 6 a a, j.j J PJ tjn EJ
OJ CO Pi Pi 0 b :a H ^ •H 4J
JO OH 0J E-h hi p CO 01 H O (U 4-J
Hi X & OJ
ra CJ Ja 44 14 pj Cii 10 CJ Cl ti c
Pi PJ 4' P 40 PI Pi Oil r- TJ
1) Qj 4J rt) PJ C F-i X o x
CJ H c Ci 4-1 CJ CJ 41 :o CJ •rH 0, O r-i Ci Cm
:ji ---I ;0 P P rH k; CJ 0
X, E-i PJ h-1 CJ pJ Pu Pi CQ
TIEBACK LOAD OS)
1.384
X
X
z
<;
a:
cu -
P,
II) 1
O 4, p Cl
•J
(0 4-'
P Cl) CO
0J (I) c
CJ P o
CL CJ
PJ „-,
CO 4-1
•rl 4H
o ro P r Cl O
H J, C, CO i|i (0 CJ
p
Ci M Pj P) CJ
Pi PI
o
ff o "> 11
PJ P a 4
41 x", . CJ ru r-.
PI
UJ Dl . -rl r-i Oi c; C.1
Pi C.)
E-' rl jj: Xi X'j Xi s: 44 XT CO 41
I) Ti ti- Ci Pi
CJ P
Pi -rH ci r- t'- 01 CO
CJ
o P
P.
pj Pi
Pi
C. ij Pi
CJ P-i PJ] CJ CU -.
4-J CJ CJ CJ ,;, Cl •r-l Ci; ^- c CJ Ul 40 4.)
'11 PI ,-, CJ CO CJ c ci CO CJ XI 14 Ci CO 4 1
ci
CD 4- ell P CO r- CJ O ,-i OJ c.l CO tOi
Hi 4-1 CJ rl r-l 01 Ol X, rl Ci 11- CO Pi ro ru r- ai ai co
! - - oj i/) co ti., r-
>i
ij
41
ro co Li
cu CU 41
-e .,-( 4-1
P M 41 O' ci 10 UJ ,-. ci
Itt CO PI --. CJ Ci 41 O c P 4-' Ci
TJ TJ CIJ JJ • . Pi, Ci 4-1
P P Hi 44 c.j
p I - ' rH
O cj p >'
(0 -i pj CO pj
p 11 C) o c
Ii 44 CJ X, 4-J 4
ri 01 PJ PJ
E-i -rH
•• p. P 6 PJ a, no L) co PI Pi P
Ill ro Ph 0 (J HI •— e; -ri 4-'
4J Ci 5! Ph E-i Pi OJ CJ CU ill
m o 11 (U PJ O fir LO p
P 4-'' hJ p; r- pci Jo PI o
a; a 4J PJ E-i tii rH tl • L-l 4-J Cl O X,
c ti O O •H Qj O Pi (.1
p c O o C! Oi O X EJ c -rH
pj i pj hi CJ P, PJ cn HI co e-h
TIEBACK LOAD(3)
59..28 62.03
68 . 4 3 66. 1 4
IP. .74 7 5 . 3 5
84 . 0 8 8 3 . 5 4
9 0 . 24 9 2.4,3
963
LAMPIRAN XXI
PCSTABL5M ^*
by
Purdue On iver s ity
4 3 9 . 0 Ci 6 9 . 0 0 5 4.0 0 7 9 . 0 0 2
5 54.0 0 7 9 . 0 0 6 9 . 0 0 8 9 . 0 0 2
o
6 6 9 . ii) 0 8 9 . 0 C( 1 0 Cj . 0 0 9 4 . 0 0
7 3 9.00 6 9.0 0 6 5 . 0 0 7 2 .00 1
115.0 1 1 i 6 0 .0 o c o
. 0 1
7 3 00 8 2 . 00
8 0 0 0 8 3 .
9 8 00 85. 0 0
TIEBACK LOAD OS i
o in t X--Surf Y-Surf
Mo . (ft) (ft)
7 .6 3 5 0.64
2 18 . 6 2 50.24
4 29.54 61.52
4 4 0.14 54.46
5 5 0 . 17 58.98
6 5 9.39 64.98
7 6 c . 4 9' 7 2.31
8 7 4.57 8 0 .8 1
4 6 0 17 9 0 28
8 0 .3 9 9 0 ,8 4
.9 2 4
LAMPIRAN XXll
pC C Ti j\ UT TDl.fi
"Q ,^ v, T-\„ i r\ i i c / (i r\
Run By:
T n p u t IJ a t a Fi 1 e n a m e : b 3 0 ° . i r
Outout Filename: b30° . oi
v- -3 n 0 ,r, a
Plotted Output Filen;
BOUNDARY COOPvDTNA^FS
6 Too Boundaries
7 Total Boundaries
0 0 O iO 0 J 0 c
1 '00 0 P
o a
6 9.00 8 5.00 7 2.0 0
,- - 1 o
j. '_' L a u . 3 d Cohesi on F riction Pore Pr e s s u r e Pi
ype Unit Wt I' nit Wt T
nterce ot Angle P ressurc C r,
nstant c- ^ -^ c
1 CJ \ U 7 DJTTJlt cprr'
TaTci i rt Vi +- rx -f W a +- <=± v
00 60 00
27 0 0 61 00
c n n
4 7 Q 0 0
7 0 n n
BO 0 0
g 0 0 0 83 00
0 O r\ p. O c; i" n
TIEBACK LOAD OS)
Spec i i j c r
8.21 5 0.68
5 0 . 5 6
3 0.07 52.27
4 Li .
on o 1
5 6 01
66 3 8 / 0 . J -J
7 4 3 0 8 4 . 9 6
74.55 P. Q 8 Q
ana Radius,
TIEBACK LOAD!S^
jUau \ o ;
Poin
No.
A A
~1 -1 .43
63 ,
80 .
93 . 0' C'
CJL o o
jnter At X =
LAMPIRAN XXIV
*'- PCSTABL5M **
by
Purdue University
--Si! o p e S Lab 1 11 ty A na 1y s is --
Simplified Janbu, Simplified Bishop
or Spencer's Method of Slices
27 .00 61 .00
5 4.00 7 9.. 0 0
73.00 82 .00
8 0 .0 0 8 3 ..0 0
98.00 85 . 0 0
TIEBACK LOAD(S)
nn ft- t,
ie c mie n t s Define Each ^ ' - c> 0 11 -r € -,
wing Are Displayed The Ten Most Ci •rrl (X+- Oil^ ryi
e Trial
oaiiure Surfaces Examined. Thev Are Ordered - Most Cri-
f Y-Surf
0 5 0.58
5 6 H L
62 . 17
6 0 o ?
0 3 7 6 3 5
9 4 84 9 6
o o P. Q
i4 .
X
X
z
<
• ru
ti o
CIJ OJ ill ro
Cl a
2
O Ci P C r
CJ tfl CO ro ru c; -
c C) 4-'
Ci UJ
(iJ CO CO
o Ci
CJ 'IJ c:
PJ
CO 10 p 0
-e ii 4-1 Cm CJ
PJ
cn cj
CJI . p
-t-i
TJ r-l rl C, QJ p
Cl CL> r- ll) CJ K
I P to o c M
ro
>H (J CO' M r-|
c CJ
ft +J 4.) Pi cu to 0
TJ p Pj PJ O
it. -e 0 L4 0 X
Ci JO 4J
_c
fc 0
-J rl rl r-| X P Cl CJ C Ci c;
x
(0 PJ .— Cl o CJi ro C
CQ rij 44 0 ll)
P HJ X C-l >; DI JJ •... •rl rl Dl CJ c PJ
4J
X X S) 44 -H 44 rj (-• CO rr a 44 Di PI
ni •
IJ
Cl PJ -. rl cj LO Lo CC CJ Ll Pj
0 I -rH < CJ
•l CO TJ
Sj (0
y. P CU
ft; 4.1
ho CU PL
'IJ
C 4J PI -rJ Ll
-•;
_-
0 Ci PI CJ CO r-
4-1 O '—' L i •r-l P CO
<i; 'i> c. (IJ 4-' 4 J
41 _. CJ CJ o CO tj 4-1 Ci (ii 4-1
t+- CO CU 4-' • (IJ P Cri CJ' (-- CO L-J ^ -
-n
X 44 CJ oj: l! Cl LlJ c ft,
I - - Ul lo to r- to 0 4-1 r-l r-
X
>H Cl CJ C
O
X L-H
X,
(U 1J Pi
ci to
E-i TJ
(Ci 0J P PJ HJ 4-1
p CJ •a -r-l
CO cl JP 4J p P 4-1 C
Sj 4-' CD* CJJ c
id 4-1 OJ CU ,-.
C CO 01 O CJ o
o Pi rt
ti r-4 Ei (13 10 -.. c Pi r-H P 41 Ci LO 11" X P 4-J 44 C CJ o Cl CO CD
to •H HH cC TJ Tj OJ JJ
di -H :o -H Oil r-l ,-
Pi P (C' 44
P Pi tn X P P X 44 Oi 0 JJ rH
'-' r- 00
P OJ Di L4 p CO 1 CO
<-
HJ ro cj r-
,—! ti LJ h-l CJ 0 0 4) t-l CO
-rj m P DJ DJ 4) DJ l-l 4-1
X c Dj CJ CJ
0 JO'
o
CJ OJ 4-J CJ 6 rj l/J r4 EJ O X IJ CJ
Oi rl rj c
rG W CJ rO .....
10 Pi Pi PJ •rl
p.: 4J o CJ 4-1 p> to 44 44 LlJ u
^ r.. Li PI Di P
p ro fct 0 CJ n -—
0 -H Ci r-l r.
So 44
4-1 Cj Ci Oil s be EH E-i ii (JO CJJ E-i CJi rl r.
P> <D ru 4-'
CO CJ X +1 <{> H CL P CJ i}H to CJ i^-
ti p
CJ ra 4-' P 4-1 PI Ct LO T) t'-j , ,
r- Pi i>1 PI 0 -ri
cl JJ Oj 40 CO X P c, E-i E-i r-l Oj E-I 44 P 0
C ti Ci 4J 0 o p -.4 Cl 0
O r-l c Pi -rl CD Oi
4 -,-i Cj C JJ r j
Q
OJ ci 0 CJ 0.1 O
DJ E' 03 l_l Pi Oj 0J HJ CJ
^
ri E-J
PJ
41 ,-.
TJ
Dl 4-'
o
P 4-1 x:
OJ - -
41
TO OJ
OJ
"J r J
51
CJ Oi ru
p OJ ro -rH 0,
ro Ci Q, ro P o
K CJ
Cl Eh Ll x:
4 CJ
a; CJ Qj
too a OJ Ci 4J -p
CU • Co OJ
X ro
CCJ OJ
4) <)
-rH P +j 4-J P 4-1 P X
to
"4 t(J
CO IT 4-I 4-1 4-J 4-1 -rl 4 X
ro H
Pi
° 2!
4J L ' L-l t J CJ'
10 c-i Ci LO CJ Oi TJ
4-J • x: o
P rH C J r-l CJ' F-i
CO
-rl rl 0- CJ'
P .
0 rH ^
QJ
•ri .
Pi -cl p e x:
O 1
ro - U O E-h
Pi
CJ nj
TJ
OJ
TJ t'l , •u U 1) CJ T> Oi P 01
fO P CO U cu
nj 44 1 cu cj ro -a
OJ P e cu x: LO CO LLJ r,' CG
Oi co x E-J
X
9 ^-— 1 41 4-J 44 EH ai .-i o-, r-i r- oj
oj (Ll (U 4-J a) ^L Li.i 41 [-- OJi Ci
ru ti Pi CD to to OJ 41 •
CO o 4J CJ Tt' a tJ TJ n)
4-1 W - . Ci P 4> c c di O
•r|
0 4-1 c: •rl tU Tt' C
Oj 44 41 4-' CD -H
<!J 44 OJ 41 Co H
+1 LH Oi (0 co
ti 4-J :- ft) OI r- c j CJ fi
Oi OJ
ti P CTI a pj P r- -) T CD a; r- ^
14 P -H U Oi
'0 0)
) <D' in rr r~J lO -T,
r-J Co p c Oi CJ 0) 4) (11 C J --4JI ^ a; 0*i G\
o •H OH 4 H OJ ci [) Ci
Pj CO P O p OJ HJ 111 (0
Pi CJ CO P 0) EH C-l Uj
•H Pj
4 CIJ CJ () pat li
j-J
CJ X CJ (T1
X CO 0) ro ru Pi CJi GO
4) CJ 4-1 PJ Ll
,4,; 11 CJ
X, CJ M Eh CJ Pt Oi PI p
u 4J> CJ . X •ii CO to -H 10 ro
CD
p
ro cj •rl c LO DJ W it P 4-' 4)
DJ -rl IJ E-J P 4J 4 44 CiJ C-i r4 CO rH CJ
UJ Eh cl) ( J tt U) O O r-J •H P + -rl Pj
CU r-l ro P 4J CO "rH ro
ai E-h c-i Pi D f-ti 4t Pi + lu
LAMPIRAN XXV
DdQTMJT ^ M
O +- -. U. A 1 -! -
• -Piop- . c-i iD -L P-P- P J,' /^ii
-rrrj-;"1 ^ -P t rx, ,- -Ja nK,
i, Simpl ^ A ex Di U o c: ^ '
or Sper
10 7 J o/J
17:39 o
Run By: nan may
bI,C! 4 i u
Output Filename: bL2 4.ou
Ir T -1 -J >- 1
6 Tod Boundaries
/ -P 4- \ / .p 1. j
' f t- \
. -0 so 00 1 ? 0 0 C J
12.0 0 51 . 0 0 2 7.0 0 41
0 Q 0 n f. 0 0 n' S 4 "' n
^ .4 o n 7 9 . 0 0 69.00 00
f O ^ '"•• O Q f. f; I 3 3 p n 0 0;
30 on cq pn Q k on on
n i t Wt Anq
ir.-ti
1 1 c n
Piezornet r i S u r f a o e I3 r S n e e" f i e d b 11
X-Water i-Water
jrj \ i -P -p. \
60 0 n
0 n
61
7 0 ("l Ci
7 3.00 Ci n
02
0 0 0 0 0 3 Pi Cl
o q c o 0 r
0 ri
x:
p ,-.
TJ
01 4-1 0
P 4-1
PJ
OJ ---
41
Hi Cj TJ ci;
rH OJ Si
p ro (11 Di
O
CIJ CJ 4J PJ
ti rl
4J
ti E-
TJ Ci
OJ 4
CO DH 4 -rl C
CO 41 PI •'
3J L
OJ C ro t j TI 0
•. 4J CJ 0) Ci
CO' CJ r
CJJ S 0
cu •rl
c 4
(l) ii
ro Oj pi c
Cl o-J
cj ci hi
Q, T"
CJ CJ 4-' CO .4 L
r; i J to P CIJ c
E: II CJ CJ ca:
E i ro TJ C
>-l 4J L' OJ
P r-l CU 41
o (U P CJ ll CJ 0)
Cl co JJ Ci> O ro oj
JJ CU 4 OJ rl ri P' Ci CO CO- OI CO
CO 1> CJ ro ^
CJ r-
Oi o; to P H F-
CJ p M EH
-1 r ?!• OJ ci oj co co co
•rH CU CU C 4l OJ
CU CJ '11 ti DJ OJ ro CO di 4J
(J Pi 0 Pi CJ 41 a E- Tl ro
to CJ CO CJJ P CU C) c C.)
Oi
_
o o 44 CJ Pj CO rH CU d TJ
Oi 4-
4-
C! •rl ? ro OJ 44 0J
CJ
JJ 41 -H
1 1—1 JO 44 fo OJ c-i 4-1
>l CO CO.) CO 14 +J p ro
P ro CO cj c;: r-J Oj i, co r r- t- i ft'
(U di LO -H CJ •rl ti CU pi Ci Oi Oj •ii' ft) o c; ft) Co ai
14 c: 'll 4J ti -rJ, CJ Oi
CO CO Q
cu -ri TO SO (_J ro 00 CJ Ci Li 3 --\<
O: y, ft. u r- W 01
CJJ r o rl Oi ca P CJ 0) 4-1 CJ flj I -- T" i C : v ^ [- CO a, Cl
0 Cl 4-1 E-H Ph P p OJ
Oi 4-1 (ti p b Oi p> CJ ro
1 r- [:j 0 ;o CO 01 0; PJ CO •r|
oi c; [ij CJ CD CJ 4i h4
0 rH CJ ra hi <;
CO I.U rH ro CU 14!
CJ CO pi 4J 4 X si 41
X •H ir -rH p Eh 4 CJ 14H -rH OJ
ci P CJ is P
p.: (ll (0
ni -rl CJ E-i Cl CJ'l 0 cjj p> CD [-- Oi OJ
BJ ---I 0 r-i r-i CI]
4J E-i OJ .—' -rH p
P 4-J o ro •rl
D oti X X 4-1
Y,
y.
0) OJ
Oi r :
B4
H
rl 4,
-rl r-i 0) JJ ti Pi
CJ 01 p P r-
o -ri
C/i PI p to 4-4 c T5 t)
11) e (0 P
CJ, (JJ
ro to Ci m
o
0) r- ----
Or 00
4J
S4 rj
CJ 10
P o L4 CJ ci p
•rl 0) u ,-- co 0)
44 IJ
CO JJ • OJ Dj ru
-rl CJ rH Ci c
Tj r H Pi
4)
aJ 0 X -- LO r- 'U ii ti
i.U Cl
r
rH S. I P if, m o
1 0 41 >H <) CO L4 c O
4-4 44 Si
ro Oi Ul 0,' ro o
-a o
ti: ic J 4 P Cl X P Ul CJ
r-i
Ci X) L1) <U TJ -
Ci -, J (U
p
p 1-)
P rj CJ P O ro
Oi -rH ; 0) CO CJ Cj x: ai
X CJ
U OJ 41 - O CJi CCi V o
X c'U
. . ( O r J, CO 4 •rH rH CU Cj C 1 o) ro
Cl Qj
-rj 4J LJ p CO
0) •rl ut ci r-- oi HJ CJI OJ • Pi 4J 51 44 T!
Oi --- ri Cl CO 'J P Ti CJ' Pi >-i 0)
I OJ TJ Di 41 X
Oj C oo nj
•rl P
4J 41 PJ 41 OJ
p 4-' 40 p O CO P
IJ Ci PJ 0J O CJ P rl OJ
X CCi Cl Cl •H tj -- CJ (JJ 41 I-' O CJ ra ro CJJ
cu 0) pi ,. c; co CO CO 41 PH OJ CJ
•H Ci ro 44
!l 0) 4-1 • •
4J
(11 P 0J CO C) 41' p
CO
h-4 44 Ci rl x: rl' Q. uo Oi CJJ -'J OJ
•rH
OJ OJ 11 OJ CJ 0)
—1 04
'0 o 4)
0
ro ro
ti P) pi P
E-i
4.1 4) 4-J ro
44 Ll r-. t i CD a:
41 Cj tj 10 Pi OJ 0J Ci) rr 41
PI , - Cj cj P 4-1 C) LO 41 [-.J X CJ P 4-' OJ CU
fjj TJ OJ J-' X -ri Cl ,1 rH Pi ro ro ro oh
E-h PJ P X P[ Ci [-• o- rOH CLl CJJ O 44 CJ ~- r-l r-l 44 is - r- ^r cj p to
ru OJ Oj EH P I rr rl PI C 4) LO Cl CJ it! 40 p i or LlJ r-
rH ti 4-> hi CJ CJ 4! r.o P4 44
-rl CO CO eJ oj ca o hi
P p ci u O Cj O
OJ 44 Cl o cj tt, -p
(0 rH CJ M o m P4 • • E-i x:
41 -ri CJ a Ci 4-J 4J O UJ -0 Pj CO ro 0)
LJ X >1 O O -,H Cl rH rH t) rj
41 44 CJ Tj s: K hi L4 Pi OJ E-H P —- rH rH O rl 41 -rl ro
ro o -Ei ru 41 03 O Ci ti P -X -H
m ii P 4J ni a pj TJ P, J rl (J -rl P
Cl 4-1 m C Pi E- 4-J O jo; P P
CJi Cl 4-J O o O Ci O •rl CJ tj
rl X P 3 r-J oi CJ o CO o O p t|)
i-i OJi CJ fo CO 41 to E-h ai t-i
(U CJ -rl 4J <U
r-| iO 4 -rH CJ
PI 44 E-r P p
U CJ ell
ti Cj Oi Dj
CJ ,c; 44 CO
ti Ei CO
-r-l cli CO Tj OJ
c p Cl 1-1 <U 4-'
4-' li -.4 CO 0) -H CJ
44 4j T, rH 1 4H
r ,
-r-l -rH CJ
OJ . CO ro TJ Tj 0*
SZ JJ 4j c.i cl' 0
E-i c-i -rl 01 SCI OJ
rH 4-1 tU 4J
- Cl CO -r I TJ CU CO
Tj c; -rH Ll P X CJ
cU . P C
O O X
-a
II ll II I! CO E-( TJ
0 TJ
4 J OJ X Li
ii 44 oi p po CJ
x> (> rt
ft <+-l •^ Ci rH r i r- O,o co <vO
-p CO 0\ „-- •^r or, co r- r • on Q-
OJ n; id ft
lit 0> cjl oj Pj Eh V"\ CO Mj O 01 CO
a;, o in ^r r-l 4-1 a J o c... ~r-V co r • O-J n-,. 44 r-l Oi ^r r^
14 r| CCJ r- n-i
4-' IX E ' 1 -" U ) ^t1 LlO in <.!j r- a5 co M .. u J r- U- co CM , i r- CJ rl .- - r- , i - OJ C' UJ 00
CIJ 4-> 44 Cli b Hi >-' h'j ^ 4- CO 4j
141 i ,o
Pi ID rl) PJ • + CO i4_ c ? r ft) rH { •-) CD p-i CO 4t Cl OJ Oi
04 Eh TO ro
CJ ai 1- r- rH
TJ
CiJ CU TJ
CJ P
tj s: 04
0) -a 0) Oh
Jo ti >H -r-l
CO co cli CJ C-l Oi o r-l ir) r- to rl c
r-i y, oi oi r-. C! 0- rH C J Ol CC OJ -
CJJ Cl 6J1 CO Ci P 40
ti. CU P 00 CO 4-J 14) CJ CJ OO rH Ll Cj ,- 00 PI r-l OJ o-
TJ i-l CJ 1 OJ r^i LO r- oj o El -.
10-, o;
rt' a,
CJ OJ CJ cu ti P 4-J
E-i p CJ r; CO 4-i cc c 1 r-
CU o; co ul Cl
P
10 1 c i CJ
ill 4J Cj C-l Ijj Pi 4h y,
(J C) X 41
4
CO lp CO
OJ 4-1 4J CJ
c ll P
X CO CH 44 OJ
CO CO 4 —f 0-! ftl kv LO
C'
rl)
rl -rH
0 (0 ro ro O
X 4j Oj
CJJ OJ
X 4J
P
-rl
0
o
Pj Pi
OJ
4-1
ro
o O
CJ CJ
CJ CJ
uo r- cc, -^o
cn Pi lo 4- (4-1 U") G'j co ro Cl r-l rJl uO UJ
.-,
44 UJ r - OJ
C-\ ft ^-. CO c-i r- rH ro ft) Ul LD uO
o-. 00 r-
PJ 01 m :i 4-1 CQ Cj 41
I ft) 44 o o C-l a.' oo o
TJ Ci 4-4 CJ) OJ Ol •TV Cl Cl r[i ri
1 -
TJ >-i TJ 1 -- in U~) ii-i lO \0 r- "0 1 LlJ rt rj- UJ CO r- Ci
OJ >H OJ Q) >-i (D X
•rH
4-4 -,1
4-1
t) -r-l
CJ
0) CJ
OJ
'li
Ci Ci co o Or rr OJ
DJ Cj
a a
cl CJ co CJJ c-i t j ci r- oj UJ Pi oi oj r-i C) 1.01 CJ CO Oh rl ri oj 00 uO r- Cjl rr
p „.
CO OJ UJ
14 r-. CO P) r 1 rt tli CO 01 QJ ri Oi CO CJ
Oj LJ 4- CO
OJ OJ CJ r-H CD rH LtJ C 4- rj UJ OJ 10 4-J • • • 0) oi 4-1
(1 X 4- u I —' rH Cl rr 41 co r- a; oo CJ CO (44 [-. Ll [-- rH t'J -4' 'J CJ 44 r-l
(4 r- LC> r-l ^4' rO OJ CO
1 -
ro ro 1 —' OI OJ 111 LO r- id | CJ L(0 LO OJ
4-4 4- ,u
i '
ch >c:
p
p
CJ rl Cl OJ ^o cl CiJ [-- 00 rl P
•H -ri -rl -rl •rH 0 ,
ro o CO ro O EJ O
[ij 4j Cli Ci,-,
X
X
z OJ
Cl f 1
CD 0) ro
p •r-l 144 CJ r
K. .-•i 04 Pi P
X P
00
•ri r-l (I) 44
_j
CJ 01 P c
CJ 04 CO ffl 4l C
Ci to 41 oi 0
CJ ro to ci, Oj
OJ CJ
OI O
Lu CJ
PJ .
DJ
4-1 rl rl OX O'i OO rf, CJ
-— oj lo co r- oj co r- ID P ti Tj
p 00 ro C.) CJ U
OH 44 O CO p O Cl 0
•rl Q JO Pi CD ro O
C.l .a TJ P
rH p Cn Pi X)
CJ TJ O Dj
Ci -a PI
iJ
HI CO
C J •rH 4-1 p
i-j 1(1 c ti
•-.. CD c OJ PJ ,-.
pj OJ 4-1 O ID EH
it CO 4-> -rH ri ro CO Ci O Ja
Eh ID Ol Oi 4JI PJ
CJ o c:TJ Cj ul Pi
OJ
CJ 4J ---I < -- OJ O i OJ TJ
co
CJ P CD
CJ 4j X, •H
OJ
PJ P4
fl C 41 PI •H
ci
O ci PJI CJ
+> O ri o r- O c~; •r| CD CJ
* P OJ r- a OJ 41 CD Cl CD CO
ft! ,--_
Cj C; Cj r- Ci CO O 4l
-a ci PJ a
CJj (0
'4H t.O ft 4-' CD P Cj c
01 CJ CJ 444
y-\ <4-S
i
CO
Lf)
v\
in
r-l
CO
CJ
\c
:Ji Ol 4j: OJ O UJ CO 1', 1
r- CO 0 4-1 r -1 rl K Oi rl >i
>H c/i CJ c:
Cl O CO
ti 04 E-H
In] CO
EJ 'CJ —
II O
OJ 4) PI ill 41 PI
|4J 4 44 3* r CJ Cl CJ Ll SO
CO 01 a P >-\ X O CJ C
a. !0 4-1 ft Oi ll
O Oi
ti. rH X ro CCi PJ ,.-.
CJ Cl c D-i r4 41 +-' CJ CO UJ X 0
JJ 41
IG -rH OH ci TJ Tj OJ 4J ra; -rH P -i4
P X
Ci r-l rj X, OJ ro ro
X X p c hi 4H C J r B4 0 44 CJ r-l 40
P CD Oj u 3 CO 1 c
—
rl ISJ (4 4
rH
fl 44 OH O
CJ CO 4J 00 P T
^J (JJ 0 40 Hi CO 4-1 P
ro -0 DJ PJ 41 ffl
>j
E 1 M-4 CJ DO
tii c !i O o O 0 4-J E-I
CJ
p OJ CJJ o r-l c) r-l r . CO tl Pi 4j CJ
ro rl CO UJ CJ ro r- in Cl E-i 4J -r4
OJ 4-' •rl O CJ Cl 4-' C..1 00 44 41' Ci LlJ UJ M til 1-4
OJ ra 4j >H 0 CJ 41
el -- 0 -rH
Ll r-l rt ?ti •rl 4-1
41 4l LJ TO X pj X Eh P pj CD E-i CJ r-l rj 6 Ol CU .41
ro CJ la +J •D W <c ro O Ci X CO SJ ti CJ
CJ p'j 44 p +-1 X ro LLJ 1- TJ (J ^j c j c Pi Jo PI 0
0) 4 u. 44 PJ X c E-i In rH cl' E-I p [J 0
CJ ti Ci JJ CJ CJ 40 p O •rH Ci O ri C 4 Pj -rl cu Oj
p ri 4 p CJ r i OJ CJ 0 CO CJ O la PJ CJ -r4
OJ til X, E-H O Pi Di PJ PJ ei Cl £i r-l 0-,