Anda di halaman 1dari 148

TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN


PELAT BETON KONVENSIONAL DENGAN PELAT
STEELDECK
(BUDGET COMPARISON OF CONCRETE PLATE
CONVENTIONAL WITH STEELDECK PLATE)

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

CAHYO BUDI UTOMO


12 511 447

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
MOTTO

“ ”

“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak memberi


manfaat bagi orang lain”
(HR.Bukhari Muslim)

Though things change, the future's still inside me


“Meskipun banyak hal berubah, masa depan masih dalam diriku”
(Tupac Sakhur)

“Kemuliaan adab/tata krama, adalah melebihi ilmu”


(Al Hadist)

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Dengan mengucap syukur Alhamdulillahi rabbil’alamiin, kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, rahmat, serta
hidayahnya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul Perbandingan Anggaran Biaya Pekerjaan Antara Pelat Beton
Konvensional Dan Steeldeck. Dimana Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat
akademik yang harus ditempuh untuk menyelesaikan studi tingkat strata satu
jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.

Selama proses penyusunan Tugas Akhir ini, saya selaku penulis banyak
menjumpai hambatan yang harus saya hadapi. Berkat bantuan, kritik, saran serta
dorongan yang saya terima dari berbagai pihak, Tugas Akhir ini yang telah
direncanakan dapat terselesaikan dengan baik. Berkaitan dengan itu, saya sebagai
penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Vendie Abma, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing, yang telah
meluangkan waktu, pikiran, tenaga untuk membimbing saya dalam
mengerjakan tugas akhir.
2. Bapak Rayendra, S.T., M.T. dan Bapak Albani Musyafa, S.T., M.T.,
Ph.D., selaku dosen penguji Tugas Akhir atas kesediaannya untuk menguji
serta memberikan masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
3. Ibunda Hadiyati, ayahanda Budi Santosa dan Semua Kakak saya yang
telah memberikan dukungan materi dan moral, serta do’a yang tak henti.
4. Seluruh pegawai di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Islam Indonesia yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Seluruh teman-teman CivilRollas yang telah membantu saya

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii

MOTTO iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xv

ABSTRACT xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Batasan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Penelitian Terdahulu 5

2.2 Simpulan Penelitian Sebelumnya 7

2.3 Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu 7

BAB III LANDASAN TEORI 12

vii
3.1 Gedung Bertingkat 12

3.2 Pelat Lantai 13

3.2.1 Fungsi Pelat Lantai 14

3.3 Jenis-jenis Pelat Lantai 14

3.4 Pelat Lantai Beton Konvensional 17

3.4.2 Bekisting Pelat Lantai Beton 17

3.3.2 Perancah 18

3.4.3 Penulangan Pelat Lantai 21

3.4.4 Pelat Beton Berdasarkan Tumpuannya 22

3.4.5 Skema Perhitungan Momen Rencana Pelat 24

3.5 Pelat Lantai Steeldeck 25

3.5.1 Steeldeck 25

3.5.2 Wiremesh 28

3.6 Rencana Anggaran Biaya (RAB) 30

3.6.1 Pengertian RAB 30

3.6.2 Komponen – Komponen Penyusun RAB 31

3.6.3 Tahapan Perhitungan RAB 32

3.6.5 Langkah Pembuatan RAB 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 39

4.1 Tinjauan Umum 39

4.2 Metode Pengambilan Data 39

4.3 Tahapan Penelitian 40

4.4 Bagan Alir Penelitian 41

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 44

5.1 Tinjauan Umum 44

viii
5.2 Data 44

5.3 Analisa Data 46

5.3.1 Data Exsisting Pelat Lantai Konvensional 46

5.3.2 Luasan Struktur Pelat Lantai 47

5.3.3 Perhitungan Pelat Konvensional 48

5.3.4 Perhitungan Pelat Steeldeck 50

5.4 Daftar Harga Material dan Upah Pekerja 54

5.5 Analisis Anggaran Biaya Pelat Konvensional 55

5.5.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pelat Konvensional 55

5.5.2 Perhitungan Volume Pekerjaan Pelat Konvensional 59

5.5.3 Analisa Kebutuhan Bahan Material Pelat Konvensional 63

5.5.4 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pelat Konvensional 68

5.6 Analisis Anggaran Biaya Pelat Steeldeck 69

5.6.1 Analisa Harga Satuan Pelat Steeldeck 69

5.6.2 Perhitungan Volume Pelat Steeldeck 72

5.6.3 Analisa Kebutuhan Bahan Material Pelat Steeldeck 73

5.6.4 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pelat Steeldeck 82

5.7 Pembahasan 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 92

6.1 Kesimpulan 92

6.2 Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 93

LAMPIRAN 95

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Lokasi Pembangunan Gedung MAPRO FPSB UII 4

Gambar 3. 1 Pelat Lantai Beton Bertulang 15

Gambar 3. 2 Pelat Lantai Baja 16


Gambar 3. 3 Pelat Lantai Kayu 16
Gambar 3. 4 Proses Perakitan Bekisting 18
Gambar 3. 5 Bagian Scaffolding 19
Gambar 3. 6 Penulangan 1 Arah 21
Gambar 3. 7 Penulangan 2 Arah 22
Gambar 3. 8 Pelat 1 Tumpuan 23
Gambar 3. 9 Pelat 2 Tumpuan Sejajar 23
Gambar 3. 10 Pelat 4 Tumpuan Sejajar 24
Gambar 3. 11 Skema Hitungan Momen Rencana Pelat 25
Gambar 3. 12 Pelat Steeldeck 25
Gambar 3. 13 Penampang Pelat Steeldeck 27
Gambar 3. 14 Kawat Baja/Wiremesh 29
Gambar 3. 15 Menghitung Volume pekerjaan 34
Gambar 3. 16 Koefisien pekerjaan 34
Gambar 3. 17 Matreial dan Upah Pekerja 35
Gambar 3. 18 Biaya Pekerjaan 36
Gambar 3. 19 Rekapitulasi Biaya 36
Gambar 5. 1 Penampang Pelat Steeldeck 52
Gambar 5. 2 Potongan Denah Pelat 60
Gambar 5. 3 Detail Penulangan Pelat 61
Gambar 5. 4 Denah Pelat Lantai 2 62
Gambar 5. 5 Histogram Perbandingan Biaya Bekisting dan Steeldeck 86
Gambar 5. 6 Histogram Perbandingan Biaya Wiremesh dan Tulangan
Konvensional 87

x
Gambar 5. 7 Histogram Perbandingan Biaya Beton Steeldeck dan Beton Pelat
Konvensional 88
Gambar 5. 8 Histogram perbandingan biaya pelat konvensional dan pelat
steeldeck 89

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian 8


Tabel 5. 1 Data Exsisting Pelat Lantai 46
Tabel 5. 2 Tabel Pembebanan 47
Tabel 5. 3 Luas Per Tipe Pelat Lantai 2, Lantai 3 dan Pelat Atap 47
Tabel 5. 4 Rekapitulasi Momen Pelat Konvensional 50
Tabel 5. 5 Rekapitulasi Momen Pelat Steeldeck 54
Tabel 5. 6 Tabel Daftar Harga dan Upah Pekerja 55
Tabel 5. 7 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 1 m2 bekisting pelat 56
Tabel 5. 8 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 10 kg Besi 57
Tabel 5. 9 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 1 m3 Beton K300 58
Tabel 5. 10 Penambahan biaya pengecoran 1 m3 beton setiap kenaikan 4 m
dengan pompa beton 59
Tabel 5. 11 Luasan pelat lantai per tipe 59
Tabel 5. 12 Rekapitulasi Volume Pekerjaan Pelat konvensional 62
Tabel 5. 13 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 2 67
Tabel 5. 14 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 3 67
Tabel 5. 15 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Atap 67
Tabel 5. 16 Rencana Anggaran Biaya Pelat Konvensional 68
Tabel 5. 17 Analisa Harga Satuan Pelat Steeldeck 69
Tabel 5. 18 Analisa Harga Satuan pekerjaan 1 kg Wiremesh 70
Tabel 5. 19 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 1 m3 Beton K300 71
Tabel 5. 20 Penambahan biaya pengecoran 1 m3 beton setiap kenaikan 4 m
dengan pompa beton 71
Tabel 5. 21 Luasan pelat lantai per tipe 72
Tabel 5. 22 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 2 81
Tabel 5. 23 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 3 82
Tabel 5. 24 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Atap 82
Tabel 5. 25 Rencana Anggaran Biaya Pelat Steeldeck 83

xii
Tabel 5. 26 Rekapitulasi Kebutuhan Material 85
Tabel 5. 27 Kebutuhan Biaya Persatuan Pekerjaan Pelat Konvensional dan Pelat
Steeldeck 86
Tabel 5. 28 Rekapitulasi Kebutuhan Biaya 88

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Validasi Pengambilan Data Proyek 96

Lampiran 2. Daftar Harga dan Upah Pekerja 98

Lampiran 3 Gambar Bestek Proyek Pengembangan Gedung Kuliah 100

Lampiran 4 Price List Cv.LightGroup Indonesia 119

Lampiran 5 Brosur PT.UNIONMETAL 123

xiv
ABSTRAK

Pembangunan gedung saat ini dituntut untuk semakin cepat yang dipicu pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat, salah satunya kebutuhan gedung kuliah sebagai sarana dan prasarana
untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya
pelaksanaan pekerjaan konstruksi juga semakin bervariasi, pilihan material yang semakin banyak
jenisnya mampu menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dalam hal ini
contohnya pekerjaan pelat lantai beton bertulang, pelaksanaan pekerjaan pelat lantai (cor insitu)
dapat dilakukan dengan metode konvensional atau dengan metode inovasi bahan material dengan
menggunakan steeldeck. Metode steeldeck yaitu menggantikan papan bekisting cetakan pelat serta
menghilangkan tulangan bawah dan fungsinya digantikan oleh pelat steeldeck, dengan begini
diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui perbandingan biaya pada pelat lantai antara pekerjaan bekisting dan baja tulangan
konvensional dengan pekerjaan menggunakan steeldeck dan wiremesh. Pada penelitian ini penulis
menjadikan pekerjaan pelat lantai sebagai topik dengan jumlah lantai sebanyak 3 lantai, proyek
pembangunan ekstensi gedung kuliah MAPRO FPSB Universitas Islam Indonesia. Dalam penelitian
ini analisis pekerjaan pelat lantai berdasarkan peraturan SNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016, serta analisis harga Steeldeck dan Wiremesh
yang diperoleh dari CV.LightGroup Indonesia. yang selanjutnya dapat ditentukan RAB pada
masing-masing pekerjaan. Gedung kuliah ini dibangun dengan jumlah 3 lantai dengan luasn 242,58
m2 dan luas total pelat lantai 727,748 m2. Hasil analisis ini didapat total biaya pekerjaan pelat lantai
konvensional yang terdiri dari 3 lantai sebesar Rp. 337.771.911,07 dan untuk pekerjaan pelat lantai
steeldeck dengan menggunakan wiremesh sebesar Rp. 304.272.490,99. Dari hasil analisis didapat
selisih biaya pekerjaan pelat lantai sebesar Rp. 33.499.420,08 dimana pekerjaan pelat lantai
Steeldeck lebih ekonomis 9,92% dibandingkan dengan pekerjaan struktur pelat konvensional.
Kata Kunci : Analisis Harga, Pelat Lantai, Perbandingan biaya, Steeldeck, Wiremesh,

xv
ABSTRACT

Building construction lately is required to be faster, followed by rapid population growth, one of
those is college building needs as learning and teaching facilities in education sector. In its
development, construction work implementation is getting more variable. Materials that come in
variety of type can be a consideration of the construction work implementation. In this case, for
example, reinforced concrete plates work, the plates work (plate cast insitu) can be conducted with
conventional method or by using steeldeck material innovation. The Steeldeck method replaces
bekisting board mold plates and remove bottom reinforced and its function replaced by steeldeck
plates. By doing this method, reinforced iron and bekisting saving is expected. The aim of this
research is to compare the bufget for plates work between bekisting and conventional concrete
plates with steeldeck and wiremesh. In this study author uses the 3-storey building of MAPRO FPSB
Islamic University of Indonesia extention project as topic. In this study the plate work analysis is
based on SNI and Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016.
Steeldeck and Wiremesh cost analysis was obtained from CV.LightGroup Indonesia that
furtheremore the budgeting works can be determined. The 3 storeys college building will be built
with 242,58 m2 area and 727,748 m2 total area of all plates. The results of this study obtained total
cost of 3 storeys work with coventional plate as much as Rp 337.771.911,07 and the plates work
with steeldeck and wiremesh as much as Rp 304.272.490,99. The results of the analisys obtained the
difference of plate works cost amount Rp. 33.499.420,08, which means steeldeck plate is 9,92%
more economic than conventional plate works.

Keywords: Budget Comparison, Floor Plates, Steeldeck, Wiremesh.

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung, “bangunan gedung ialah merupakan suatu wujud
bentuk fisik dari hasil sebuah pekerjaan konstruksi yang yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus”. Gedung itu sendiri mempunyai
beberapa bagian komponen atau yang kita sebut struktur bangunan yang saling
mendukung sehingga gedung tersebut menjadi aman dan layak untuk dihuni.
Struktur gedung itu sendiri terdiri dari struktur atas yaitu pelat lantai, balok, dan
kolom, sedangkan struktur bawah yaitu pondasi. Pelat merupkan struktur atas yang
pertama kali menerima beban mati maupun beban hidup yang kemudian
menyalurkannya ke sistem struktur rangka yang lain, sehingga pelat lantai harus
memenuhi persyaratan teknis konstruksi yang telah ditentukan.
Pelat lantai berdasarkan sistem konstruksi materialnya dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, contohnya kayu, pelat lantai beton, dan pelat lantai baja.
beton didefinisikan “sebagai campuran antara semen Portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan memebentuk
masa padat” (SK SNI T-15-1991-03).
Pelat lantai konvensional yaitu pelat beton yang langsung dicor pada lokasi
elemen struktur yang direncankan. Pelat lantai konvensional seperti ini memerlukan
banyak papan lapis sebagai bekisting cetakan pelat selain itu juga memerlukan
banyak perancah (scaffolding) sebagai tumpuan bekisting cetakan pelat lantai,
kemudian akan dilepas dan digunakan kembali saat beton sudah mulai mengeras.
(Iftitah, 2017).
Pelat steeldeck yaitu pelat kombinasi yang menggunakan steeldeck sebagai
pengganti tulangan momen positif (tulangan bawah), dimana steeldeck (pelat baja)

1
2

ini juga sekaligus sudah berfungsi sebagai bekisting pelat dan lantai kerja,
sedangkan untuk tulangan momen negatif bisa menggunakan tulangan baja biasa
atau menggunakan wiremesh. Sistem ini biasa dikenal dengan pelat lantai baja
komposit, penggabungan antara dua atau lebih material menjadi satu. Metode ini
dapat mempersingkat waktu pengerjaan, karena dalam pembongkaran bekisting
hanya perancahnya saja yang dibongkar untuk digunakan kembali. (Uji, 2012).
Pemilihan suatu material sangatlah penting dalam pelaksanaan suatu proyek
konstruksi karena dengan pelaksaan yang tepat dapat memberikan hasil yang
maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun dari segi waktu. Mengingat
biaya yang dikeluarkan untuk sebuah konstruksi sangatlah besar khususnya pada
pelat lantai, sehingga perlu dilakukan perencanaan yang sangat matang dimulai
dari perhitungan rencana biaya anggaran (RAB). Sebelum melakukan perhitungan
Rencana anggaran biaya (RAB) perlu melakukan perhitungan struktur
konstruksinya terlebih dahulu, dikarenakan berkaitan dengan penentuan desain
serta material yang akan digunakan.
Rencana anggaran biaya (RAB) harus disusun secara semaksimal untuk
mendapatkan hasil perhitungan biaya yang efektif dan efisien, tanpa mengurangi
mutu dan kualitas. Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu dilakukan penelitian
untuk menghitung berapa besar biaya pekerjaan pelat lantai konvensional dan
sistem pelat menggunakan steeldeck. Sehingga dari hasil perhitungan yang
diperoleh, kita dapat membandingkan metode mana yang lebih efektif dan efisien
dari segi biaya untuk pekerjaan pelat lantai antara pelat lantai konvensional dengan
pelat lantai menggunakan steeldeck.

1.2 Rumusan Masalah


Berapa perbandingan anggaran biaya pekerjaan pelat lantai beton
konvensional dan sistem pelat lantai beton menggunakan steeldeck yang
didapatkan?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui perbandingan anggaran
biaya pekerjaan pelat lantai beton konvensional dengan pelat steeldeck.

1.4 Batasan Penelitian


Batasan penelitian “Perbandingan Anggaran Biaya Pekerjaan Antara Pelat
Beton Konvensional Dan Steeldeck” adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan RAB pada pelat dan balok mengacu pada Peraturan menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR) Nomor
28/PRT/M/2016
2. Hanya menganalisis perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai dan pelat atap
(Biaya Pelat Beton, Biaya Pekerjaan Bekisting, Biaya Pekerjaan Pembesian)

1.5 Manfaat Penelitian


Dari penelitian yang berjudul “Perbandingan Anggaran Biaya Pekerjaan Pelat
Beton Konvensional Dengan Pelat Steeldeck”, diharapkan dapat memberikan
manfaat diantaranya:
1. Dapat mengetahui perbedaan anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
beton konvensional dan pelat lantai beton steeldeck.
2. Dapat mengetahui aspek apa saja yang menjadi perbedaan antara pelat lantai
konvensional dan pelat lantai beton steeldeck.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan
anggaran biaya pekerjaan pelat lantai.
4. Dapat menambah pengetahuan tentang pekerjaan pelat lantai konvensional dan
pelat lantai dengan steeldeck.
5. Diharapkan dapat mengetahui dan lebih memperdalam ilmu manajemen proyek
terutama dalam pemilihan material yang berpengaruh terhadap biaya pekerjaan.

1.6 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan pada Proyek Pembangunan MAPRO FPSB
Universitas Islam Indonesia, yang terletak di kampus terpadu Universitas Islam
Indonesia Jl. Kaliurang KM.14,5 Sleman Yogyakarta.
4

FPSB
UII

Gambar 1. 1 Lokasi Pembangunan Gedung MAPRO FPSB UII


Sumber: Google Maps, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Sebagai referensi dan bahan pertimbangan untuk penelitian tugas akhir ini,
maka akan dipaparkan beberapa hasil penelitian sejenis yang sudah pernah lakukan.
Adapun hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

2.1.1 “Studi Perbandingan Penggunaan Teknologi Pelat Beton Konvensional


Dan Pelat beton Bondek Gedung Ball Room Universitas Muhamadiyah
Makasar”
Penelitian ini di lakukan oleh Aiman (2014) penelitian ini dilakukan untuk
mencari berapa perbandingan rencana anggaran biaya pada material yang
digunakan pada pelat beton konvensional dan pelat beton steeldeck, serta
mengetahui teknologi yang digunakan pada pekerjaan konstruksi gedung ball room.
Untuk mengetahui perbandingan biaya pelat lantai konvensional dan pelat
lantai dengan metode bondek, dilakukan perhitungan besaran biaya pekerjaan pelat
lantai beton konvensional dengan pelat lantai beton dengan metode bondek. Fokus
perhitungan pada biaya material yang digunakan, kemudian hasil dari perhitungan
kedua metode tersebut dibandingkan.
Dari penelitian ini dapat mengetahui perbedaan pekerjaan tekhnologi pelat
beton konvensional dan pelat beton bondek dari 5 (lima) aspek yaitu dari segi
pembiayaan material, waktu pelaksanaan, proses pelaksanaan, aspek waste, dan
aspek pengadaan material. Didapatkan hasil perhitungan untuk pelat lantai beton
konvensional senilai Rp. 3.129.168.641, sedangkan pelat beton bondek senilai Rp.
2.923.006.421, dengan selisih Rp. 206.162.220. Berdasarkan hasil perhitungan
biaya material pelat beton bondek lebih murah 3,2%, dari proses pelaksanaan
pekerjaan pelat beton bondek lebih mudah dibandingkan pelat konvensional, dan
ditinjau dari waktu pelaksanaannya pelat beton bondek lebih cepat 33,3%
dibandingkan pelat beton dengan metode konvensional.

5
6

2.1.2 “Analisa Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan pelat


Lantai Beton Bertulang Konvensional Dan Pelat Bondek Pada
Pembangunan Ruko 3 Lantai Di Balikpapan”
Penelitian ini dilakukan oleh Nurani, (2017) penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui berapa Bear anggaran biaya (RAB) dari pekerjaan balok dan pelat
lantai menggunakan tulangan konvensional, mengetahui berapa besar biaya (RAB)
dari pekerjaan balok dan pelat lantai menggunakan bondek (Smartdeck), dan
seberapa besar perbandingan (RAB) dari pekerjaan balok dan pelat lantai
menggunakan tulangan konvensional dan bondek.
Untuk membandingkan rencana anggaran biaya pekerjaan pelat lantai beton
bertulang metode konvensional dan pelat lantai beton metode bondek, dengan
membuat rencana anggaran biaya dari setiap item pekerjaan. Memperhitungkan
kebutuhan tulangan pelat lantai konvensinal, perhitungan tulangan pelat lantai
bondek, balok pelat lantai konvensional dan balok pelat lantai bondek.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan anggaran biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan balok dan pelat lantai beton konvensional sebesar Rp.
683.936.026,00 anggran biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan balok dan pelat
lantai bondek sebesar Rp. 574.213.426,00 dengan selisih sebesar Rp.
109.722.600,00.
2.1.3 “Analisis Perbandingan Biaya Pekerjaan Pelat Lantai Antara
Menggunakan Steeldeck Dengan Beton Bertulang Konvensional Proyek
Hotel Sarila Yogyakarta”
Penelitian dilakukan oleh Priya (2016) tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan biaya antara (steeldeck) dengan desing rencana baja
tulangan (Konvensional) pada pekerjaan Proyek Hotel Sarila Yogyakarta.

Untuk melakukan perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai Steeldeck dan


pelat lantai konvensional dengan menghitung rencana anggaran biaya, dengan
analisa harga satuan pekerjaan wilayah Yogyakarta.

Hasil yang diperoleh dari studi perbandingan biaya pekerjaan struktur pelat
lantai menggunakan steeldeck sebesar Rp 2.438.071.502, biaya untuk struktur pelat
7

lantai baja tulangan konvensional sebesar Rp 2.725.681.812,. Didapat selisih biaya


antara pekerjaan struktur pelat lantai steeldeck dan baja tulangan konvensional
sebesar Rp 287.610.310,. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan pelat
lantai beton dengan metode steeldeck dapat menghemat biaya pekerjaan sebesar
12% dibanding dengan pekerjaan pelat lantai menggunakan baja tulangan
konvensional.

2.2 Simpulan Penelitian Sebelumnya


Berdasarkan hasil beberapa penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pekerjaan pelat lantai menggunakan metode steeldeck dapat
menghemat biaya dibandingkan dengan metode konvensional. Dari segi pengerjaan
menggunakan metode steeldeck, lebih mudah dikerjakan sehingga dapat
menyingkat waktu pekerjaan, sehingga steeldeck dapat menjadi salah satu material
alternatif untuk menyingkat durasi pembangunan sebuah proyek.

2.3 Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu


Pada penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “Perbandingan
Anggaran Biaya Pekerjaan Antara Pelat Beton Konvensional Dan Steeldeck”,
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian
No. Nama Judul Penelitian Manfaat Tujuan Hasil

1 Aiman “Studi 1. Dapat mengetahui Penelitian ini dilakukan Dari perhitungan didapatkan hasil untuk
(2014) Perbandingan perbedaan biaya untuk mengetahui besaran pelat lantai beton metode konvensional
Penggunaan pelaksanaan pekerjaan perbedaan rencana biaya senilai Rp. 3.129.168.641, dan untuk
Teknologi Pelat pelat lantai beton pada material terhadap pelat beton metode bondek senilai Rp.
Beton konvensional dan pelat pemakaian pelat beton 2.923.006.421, dengan selisih sebesar
Konvensional lantai beton dengan metode konvensional Rp. 206.162.220. Berdasarkan
Dan Pelat beton bondek. dengan pelat beton perhitungan biaya material pelat beton
Bondek Gedung 2. Dapat mengetahui aspek metode steeldeck, bondek lebih murah 3,2%, dari proses
Ball Room apa saja yang menjadi sekaligus untuk pelaksanaan pelat beton bondek lebih
Universitas perbedaan antara pelat mengetahui teknologi mudah dibandingkan, dan waktu
Muhamadiyah lantai konvensional dan yang tepat untuk pelaksanaannya pelat beton bondek lebih
Makasar” pelat lantai beton dengan digunakan pada cepat 33,3% dibandingkan pelat beton
bondek konstruksi gedung ball konvensional.
room.

8
Lanjutan Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian
No. Nama Judul Penelitian Manfaat Tujuan Hasil
2 Nurani “Analisa 1. Dapat memberikan contoh Untuk mengetahui berapa Hasil dari penelitian ini memperlihatkan
(2017) Perbandingan Bear anggaran biaya anggaran biaya yang dibutuhkan untuk
perhitungan pekerjaan
Rencana (RAB) dari pekerjaan pekerjaan balok dan pelat lantai beton
Anggaran Biaya struktur pelat lantai beton balok dan pelat lantai
konvensional sebesar Rp.
Pekerjaan pelat menggunakan tulangan
konvensional dan pelat 683.936.026,00 anggran biaya yang
Lantai Beton konvensional,
Bertulang lantai beton menggunakan mengetahui berapa besar dibutuhkan untuk pekerjaan balok dan
Konvensional biaya (RAB) dari pelat lantai bondek sebesar Rp.
floordeck.
Dan Pelat pekerjaan balok dan pelat 574.213.426,00 dengan selisih sebesar
Bondek Pada 2. Menunjukkan biaya hasil lantai menggunakan Rp. 109.722.600,00.
Pembangunan bondek (Smartdeck), dan
perencanaan pada
Ruko 3 Lantai Di seberapa besar
Balikpapan” pekerjaan struktur pelat perbandingan (RAB) dari
pekerjaan balok dan pelat
lantai beton konvensional
lantai menggunakan
dan pelat lantai beton tulangan konvensional
dan bondek.
menggunakan floordeck.

9
Lanjutan Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian
No. Nama Judul Penelitian Manfaat Tujuan Hasil
3 Priya Analisis 1. Dapat memberikan Tujuan penelitian ini Hasil yang diperoleh pelat lantai
(2016) Perbandingan perhitungan adalah untuk mengetahui menggunakan steeldeck sebesar Rp
Biaya Pekerjaan perbandingan biaya perbandingan biaya 2.438.071.502, biaya untuk struktur
Pelat Lantai pekerjaan struktur pelat antara (steeldeck) dengan pelat lantai baja tulangan konvensional
Antara lantai konvensional dan desing rencana baja sebesar Rp 2.725.681.812,. Didapat
Menggunakan pelat lantai steeldeck tulangan (Konvensional) selisih biaya antara pekerjaan struktur
Steeldeck dengan analisa harga pada pekerjaan Proyek pelat lantai steeldeck dan baja tulangan
Dengan Beton satuan wilayah Hotel Sarila Yogyakarta. konvensional sebesar Rp 287.610.310,.
Bertulang Yogyakarta. Menunjukkan bahwa pekerjaan pelat
Konvensional 2. Menunjukkan kelebihan- lantai dengan menggunakan steeldeck
Proyek Hotel kelebihan penggunaan terdapat penghematan biaya sebesar
Sarila steeldeck pada pekerjaan 12%.
Yogyakarta pelat lantai beton.

10
Lanjutan Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian
No. Nama Judul Penelitian Manfaat Tujuan Hasil
4 Utomo Perbandingan 1. Dapat mengetahui Penelitian ini bertujuan Berdasarkan hasil analisa perhitungan,
(2019) Anggaran Biaya perbedaan anggaran untuk mengetahui biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
Pekerjaan Pelat biaya pelaksanaan perbandingan biaya pada pekerjaan pelat lantai konvensional
Beton pekerjaan pelat lantai pekerjaan pelat lantai beton dengan luasan volume 727,74 m2 adalah
Konvensional beton metode antara metode konvensional sebesar Rp. 337.771.911,07 dan untuk
Dengan Pelat konvensional dan dan metode menggunakan pelaksanaan pekerjaan pelat steeldeck
Steeldeck pelat lantai beton steeldeck. dengan total luasan volume 727,74 m2
menggunakan adalah sebesar Rp. 304.272.490,99.
steeldeck. Maka perbandingan rencana Anggaran
2. Mengetahui aspek apa Biaya (RAB) antara pelat konvensional
saja yang menjadi dengan pelat steeldeck memiliki selisih
perbedaan antara pelat harga sebesar Rp. 33.499.420,08.
lantai konvensional Dengan besaran persentase sebsesar
dan pelat lantai beton 10%, lebih hemat pelat steeldeck.
dengan steeldeck.

11
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Gedung Bertingkat


Gedung bertingkat adalah merupakan bangunan struktur yang memiliki lebih
dari satu lantai secara vertikal. Gedung bertingkat dibangun akibat dari lahan atau
tanah yang mulai terbatas diikuti dengan mahalnya harga diperkotaan dan tingginya
tingkat permintaan ruang yang semakin banyak untuk berbagai macam kegiatan.
Sehingga semakin banyak jumlah lantai yang dibangun dapat meningkatkan
efisiensi lahan yang menjadikan daya tampung suatu kota dapat meningkat, oleh
sebab itu diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit.
(Idham, 2012)
Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan
bertingkat rendah dan bangun bertingkat tinggi. Berdasarkan jumlah lantai,
bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah jika
berjumlah dua sampai empat lantai, bangunan berlantai banyak berjumlah lebih
dari empat lantai dan bangunan pencakar langit. Menurut undang-undang nomor 28
tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, dijelaskan bahwa bangunan gedung
memilki fungsinya yang berbeda-beda yang tercantum dalam Bab III Pasal 5.
Sedangkan berdasarkan pengklasifikasiannya, bangunan gedung diatur dalam pasal
5 Peraturan Pemerintah nomor 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung.
(Supriyono, 2012)
Bangunan bertingkat biasanya merupakan bangunan yang terbuat dari
struktur beton bertulang, karena mempunyai kekuatan yang cukup tinggi sehingga
mampu untuk menopang seluruh beban yang bekerja pada bangunan tersebut.
Struktur itu sendiri terdiri dari struktur bawah (Lower Structure) dan struktur atas
(Upper Structure), yang termasuk struktur bawah salah satunya ialah fondasi
bangunan dan struktur bangunan yang berada dibawah permukaan tanah.
Sedangkan struktur atas ialah struktur bangunan yang berada diatas permukaan
tanah yang dapat dilihat langsung seperti kolom, balok, pelat, tangga. Masing-
masing struktur tersebut mempunyai peran yang berbeda dalam satu kesatuan

12
13

struktur bangunan, maka dari itu diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat
agar dapat memenuhi standar kekuatan (strenght), kenyamanan (Servicibility),
keselamatan (Safety) dan umur rencana bangunan (durability). Dalam
perencanaannya struktur mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan, yang
tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03, Tentang Standar Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton. (Istimawan, 1999)

3.2 Pelat Lantai


"Pelat lantai adalah merupakan struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang arahnya horizontal, beban yang bekerja tegak lurus dengan bidang
struktur tersebut. Struktur pelat mempunyai ketebalan yang relatif kecil,
dibandingkan dengan bentang panjang maupun lebar bidangnya. Struktur pelat
beton bertulang ini sangat kaku, sehingga berfungsi sebagai diafragma/unsur
pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung kekuatan balok
portal”. (Asroni, 2010)
Pelat lantai terbuat dari beton bertulang mengarah horizontal yang
direncanakan secara kaku, mempunyai kedudukan tinggi yang sama, lurus, rata
(Waterpas). Pelat lantai direncanakan sesuai syarat teknis berdasarkan pada SNI
03-2847-2002, pelat lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul
beban rencana, beban hidup maupun beban mati yang akan bekerja. Tentunya
dengan mempertimbangkan biaya yang ekonomis dan efisien, serta waktu
pengerjaan yang tetap agar dalam pengerjaannya bisa dilakukan secara kontinyu.
Sehingga dalam pengerjaan struktur pelat lantai aspek biaya, waktu, dan proses
pelaksanaanya harus direncankan dan dipertimbangkan secara matang.
Persyaratan lantai beton yang telah diatur oleh pemerintah tercantum didalam
SNI 03-2847-2002 yang mencakup beberapa hal antara lain:

1. Pelat lantai mempunyai tebal minimum 12 cm, dan untuk pelat atap minimum 7
cm.
2. Harus diberi tulangan silinder dengan diameter minimum 8 mm yang terbuat
dari baja lunak atau baja sedang.
14

3. Pelat lantai dengan tebal lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap diatas
dan bawahnya.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan
tidak lebih dari 20 cm atau dua kali tebal pelat, dan dipilih yang terkecil.
5. Semua tulangan harus dibungkus dengan lapisan beton dengan tebak minimum
1 cm yang berguna untuk melindungi baja dari korosi maupun kebakaran.

3.2.1 Fungsi Pelat Lantai


Pelat lantai mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut :
1. Memisahkan antara ruang bawah dengan ruang di atasnya.
2. Sebagai tempat pijakan.
3. Dapat menjadi tampat kabel listrik, instalasi elektrikal dan pipa.
4. Dapat sebagai peredam suara dari lantai satu dengan yang lain.
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

3.3 Jenis-jenis Pelat Lantai


Berdasarkan materialnya, pelat dapat dibedakan menjadi bermacam-macam
pelat lantai.
Pelat Lantai Beton Bertulang
Pelat lantai beton bertulang merupakan sebuah struktur tipis yang terbuat dari
beton dengan ruangan baja yang dipasang pada dua arahnya dengan bidang
horizontal, sebagai diafragma atau unsur pengaku. Beban yang bekerja pada pelat
lantai harus diperhitungkan sesuai dengan perencanaan, selain itu jenis perletakan
dan jenis penghubung pada tumpuan juga harus dipertimbangkan.
Pada proses pembuatannya pelat lantai beton bertulang dicor bersama-sama
dengan balok-balok penopangnya agar menjadi monolit, namun ada juga antara
pelat lantai dan baloknya terpisah seperti struktur pelat lantai precast. Perencanaan
dan perhitungan pelat lantai beton telah diatur didalam SNI 03-2847-2002, yang
menjadi pedoman kita untuk merencanakan.
15

Gambar 3. 1 Pelat Lantai Beton Bertulang


Sumber: Putra, 2012
Dalam metode pelaksanaannya pelat lantai beton bertulang dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
1. Pelat beton Konvensional
Pelat Konvensional merupakan struktur pelat lantai yang seluruh pekerjaannya
dilakukan ditempat.
2. Pelat beton Half Slab
Pelat Half Slab ini separuh strukturnya dikerjakan dengan sistem precast
(pabrikasi), kemudian dilakukan pemasangan besi tulangan pada bagian atas
pelat yang sudah jadi selanjutnya dilakukan pengecoran separuh pelat ditempat.
3. Pelat Full Precast
Pelat ini merupakan pelat lantai yang pembuatannya dengan pabrikasi,
kemudian diangkut ke lokasi proyek lalu pelat ini tinggal melakukan
pemasangan.

3.3.2 Pelat Lantai Baja


Konstruksi pelat baja biasanya digunakan pada bangunan yang komponen-
komponen struktur sebagian besar terdiri dari material baja. Pemilihan pelat baja
sebagai material pada struktur bangunan karena waktu pemasangan yang relatif
lebih mudah dan cepat dibanding menggunakan pelat lantai beton bertulang,
struktur pelat baja biasa digunakan pada bangunan gudang, bengkel ataupun pada
jembatan yang pembebanannya tidak terlalu besar. (Hamdanil,2016) Contoh
penggunaan material baja dapat dilihat pada gambar 3.2
16

Gambar 3. 2 Pelat Lantai Baja


Sumber: Hamdanil, 2016

3.3.3 Pelat Lantai Kayu


Pelat lantai kayu pada umumnya terbuat dari rangkaian papan kayu yang
digabungkan menjadi satu kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang yang
cukup luas selayaknya pelat lantai beton atau baja. Papan kayu pada umunya
memiliki lebar 20-30 cm dan tebal 2-3 cm, dengan panjang 2-3 m, yang didukung
oleh balok kayu sehingga satu-kesatuan struktur yang solid.

Pelat lantai kayu dewasa ini penggunaannya semakin langka dikarenakan


kayu yang tersedia semakin sedikit, selain umur guna yang relatif pendek
dibandingkan dengan pelat baja maupun pelat beton.

Penggunaan kayu sebagai material pelat lantai dapat dilihat pada gambar 3.3

Gambar 3. 3 Pelat Lantai Kayu


Sumber: Hamdanil, 2016
17

3.4 Pelat Lantai Beton Konvensional


Pelat lantai konvensional merupakan pelat lantai beton bertulang yang
pengerjaanya dilakukan ditempat lokasi proyek (cor insitu), dengan bekisting yang
menggunakan Plywood dengan dukungan perancah. Ini adalah cara yang masih
terbilang kuno dan memakan banyak waktu dan biaya, sehingga dibutuhkan inovasi
terbaru untuk mendapatkan waktu yang cepat dan biaya yang murah (Fatin, 2014).

3.4.2 Bekisting Pelat Lantai Beton


Pengerjaan struktur pelat lantai beton metode konvensional yaitu dengan
memasang bekisting sebagai cetakannya terlebih dahulu, yang terbuat dari papan
kayu lapis (Plywood) didukung oleh balok kayu perancah dan scaffolding.
Bekisting merupakan cetakan sementara yang digunakan sebagai penahan beton
segar, yang dituang sesuai dengan bentuk cetakan yang direncanakan. Karena
sifatnya hanya sementara sebagai cetakan maka bekisting tersebut akan dibongkar
kemudian digunakan kembali untuk pekerjaan selanjutnya, setelah dirasa beton
sudah mencapai kekuatan yang cukup untuk menopang beban sendiri. (Rohman,
2012)

1. Fungsi Bekisting
Pada pekerjaan pelat lantai konvensional bekisting memiliki fungsi sebagai
berikut:
a Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh
beton dan berbagai beban luar maupun getaran. Dalam hal ini perubahan
bentuk dan geseran-geseran yang timbul diperkenankan, hingga batas
toleransi yang diperkenankan.
b Bekisting menentukan bentuk beton yang akan dibuat menyesuaikan cetakan.
c Bekisting harus dapat dipasang, dilepas, dan dipindahkan dengan cara
sederhana. Sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
melaksanakan pengerjaan.
2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan bekisting:
a Faktor Kualitas Bekisting : Bekisting perlu didesain dan dibuat secara kaku
(stiffness) dengan keakurasian yang tepat. Sehingga bentuk, ukuran, dan
18

posisi sesuai dengan yang kita rencanakan tidak berubah bentuk saat
dilakukan pengecoran beton.
b Faktor Keselamatan Bekisting : Bekisting perlu didirikan dengan kekuatan
yang cukup dan tingkat keamanan yang memadai, sehingga mampu
menopang/menahan seluruh beban yang ada tanpa terjadi keruntuhan yang
dapat membahayakan pekerja dan konstruksi beton itu sendiri.
c Faktor Ekonomis : Dalam pembuatannya bekisting di buat secara efisien
untuk meminimalisir biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan.
Contoh gambar proses perakitan bekisting dapat dilihat pada gambar 3.4

Gambar 3. 4 Proses Perakitan Bekisting


Sumber: Mandiri Konstiti, 2018
3.3.2 Perancah
Konstruksi Bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari
suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja sekrup
(Scaffolding). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelegar balok
yang cukup panjang dan lebarmnya untuk mencegah bekisting melesak, perancah
ini termasuk perancah tradisional. Perancah baja bersekrup (Scaffolding) terdapat
dipasaran dengan bermacam-macam ukuran, perancah baja semakin banyak
digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan cepat. Perancah
bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung sekrup atau
mur penyetel. (widhiawati, 2010).
Pada proyek bangunan sederhana biasanya menggunakan perancah bambu
karena mudah didapatkan dan biaya yang lebih sedikit, tetapi bambu tidak baik jika
digunakan berulangkali karena setelah digunakan pasti ada kerusakan yang timbul
19

akibat pemakaian sebelumnya. Sedangkan untuk pembangunan gedung bertingkat


banyak lebih sering menggunakan Scaffolding sebagai perancah, karena dalam
penggunaannya tidak banyak terjadi kerusakan sehingga lebih baik jika untuk
digunakan berulangkali. Scaffolding memiliki fungsi sebagai struktur sementara
untuk menahan beton yang belum mampu memikul beratnya sendiri (pada
pelaksanaan pengecoran). Bagian scaffolding dapat dilihat pada gambar 3.5

Gambar 3. 5 Bagian Scaffolding


Sumber: CV.Bangun Mitra Sarana, 2015
Komponen-komponen yang ada dalam satu scaffolding ada rangka (main
frame), diagonal bracing (Cross brace), jack base, brace locking, joint pin, timber
sole, papan melintang (transome), U head.
1. Main Frame Scaffolding (Pipa Rangka)
Main Frame berfungsi untuk mengatur petinggi dan lebar scaffolding yang
dirangkai sesuai dengan kebutuhan bekisting, yang berupa rangka pipa besi.
Main Frame ini juga dapat disusun menjadi beberapa tingkat disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada, atau bisa difungsikan seperti halnya Tube And
20

Coupler Scaffold. Jenis ini sering digunakan karena kemudahan saat


pemasangan maupun pembongkarannya.
2. Cross Brace (Pipa Silang)
Cross Brace merupakan aksesori scaffolding yang berupa dua besi saling
menyilang yang pada bagian tengah dihubungkan dengan baut keling,
dipasangkan pada main frame secara diagonal. Berfungsi sebagai pengaku
scaffolding agar tidak mudah goyang, sehingga scaffolding dapat berdiri
secara tegak. Cross brace ini memiliki beberapa ukuran, yang di kedua
ujungnya berbentuk pipih untuk dimasukkan dalam kelip dapat diputar
sebagai penguncinya.
3. U Head
U Head adalah pelat besi berbentuk U yang dipasang pada bagian atas
perancah yang berfungsi sebagai penyangga, untuk menjepit balok
penyangga bekisting atau konstruksi diatasnya.
4. Joint Pint (Penyambung)
Joint pin merupakan Pen (Socket) yang menghubungkan antara main frame
dengan main frame yang lain yang disusun diatasnya secara vertical.
5. Jack Base (Pelat Dasar)
Jack Base merupakan salah satu komponen yang digunakan pada scaffolding
yang berfungsi sebagai kaki dari main frame yang dapat diatur ketinggiannya
untuk mengatasi ketiak rataan tanah pada saat pemasangan scaffolding.
6. Transom (Gelagar Melintang)
Transom terpasang diatas ledger berguna sebagai tumpuan platform/pelataran
kerja. Jarak standart dari random adalah 1 m pada ketebalan papan 38 mm,
pemasangannya tidak diperbolehkan dibawah ledger.
7. Timber Sole (Papan Alas)
Timber Sole ditempatkan dibawah dari tiang vertikal, di bawah Jack Base
yang berfungsi untuk menyalurkan beban pada tiang agar tiang vertikal tidak
ambles pada permukaan tanah yang lembek.
21

3.4.3 Penulangan Pelat Lantai


Berdasarkan perencanaannya sistem penulangan pelat dibagi menjadi 2
macam, sistem perencanaaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (One Way
Slab) dan sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (Two Way
Slab). (Asroni, 2010)

1. Pelat Satu Arah (One Way Slab)


Struktur pelat satu arah yaitu pelat beton bertulang lebih dominan menahan
beban yang berupa momen lentur pada bentang 1 arah saja searah dengan
bentang L tersebut, seperti pada pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu
oleh 2 tumpuan. Posisi/kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu
bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton,
sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada
tulangan pokok. Tulangan bagi tersebut dapat berfungsi untuk menjaga
kedudukan tulangan pokok agar tidak berubah saat dilakukan pengecoran, selain
itu juga dapat untuk penahan retakan beton akibat susut dan perbedaan suhu
beton. Contoh gambar dapat dilihat pada gambar 3.6

Gambar 3. 6 Penulangan 1 Arah


Sumber: Asroni, 2010.

2. Pelat Dua Arah (Two Way Slab)


Pelat dua arah merupakan sistem pelat yang biasa diaplikasikan pada pelat
tunggal maupun menerus dengan perbandingan panjang bentang kedua sisi
22

memenuhi, jika hasil perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang


pendek kurang dari dua. Beban pada pelat disalurkan ke setiap sisi pelat atau ke
empat balok pendukung, maka diperlukan tulangan utama pada dua arah sisi
pelat karena momen lentur bekerja pada 2 arah, searah bentang (lx) dan bentang
(ly). Pada daerah lapangan dipasang tulangan pokok saja, tulangan arah (lx)
maupun tulangan arah (ly), sedangkan pada daerah tumpuan dipasang tulangan
pokok dan tulangan bagi. (Asroni, 2010) Contoh gambar dapat dilihat pada
gambar 3.7

Gambar 3. 7 Penulangan 2 Arah


Sumber: Asroni, 2010.

3.4.4 Pelat Beton Berdasarkan Tumpuannya


Berdasarkan tumpuannya, pelat lantai beton bertulang dibedakan menjadi 3
macam.
1. Pelat Satu Tumpuan
Pelat satu tumpuan yaitu pelat yang ditumpu satu sisi (tumpuan jepit), yang
pada umumnya disebut dengan pelat luifel atau kantilever. Termasuk jenis pelat
satu arah, karena beban lentur yang bekerja pada satu arah saja yang
menghasilkan momen negatif. Tulangan yang dihitung ialah tulangan pokok
dan tulangan bagi, kedua tulangan tersebut dipsang pada bagian atas
dikarenakan momen lenturnya negatif. Contoh gambar dapat dilihat pada
gambar 3.8
23

Gambar 3. 8 Pelat 1 Tumpuan


Sumber: Asroni, 2010.

2. Pelat Dua Tumpuan Sejajar


Pelat dua tumpuan sejajar ialah pelat yang ditumpu oleh dua tumpuan saling
berpasangan berupa tumpuan bebas, tumpuan jepit elastis, dan tumpuan jepit
penuh. Pelat ini digolongkan dalam pelat satu arah, dimana momen positif terjadi
pada bentang tengah / lapangan dan momen negatif terjadi pada ujung pelat.
Pada daerah momen positif tulangan dipasang dibawah, sedangkan pada daerah
momen negatif tulangan dipasang di bagian atas. Pada kedua daerah tersebut
dipasang dua jenis tulangan pokok maupun tulangan bagi, contoh gambar dapat
dilihat pada gambar 3.9

Gambar 3. 9 Pelat 2 Tumpuan Sejajar


Sumber: Asroni, 2010
3. Pelat Empat Tumpuan Sejajar
Pelat dengan empat tumpuan ini dapat digolongkan pelat dua arah, karena
momen lentur yang bekerja dua arah (lx) dan arah (ly). Beban merata yang
bekerja menghasilkan lendutan pada pelat, sehingga pelat melengkung ke
24

bawah. Lendutan maksimal terjadi pada tengah bentang, kemudian salurkan ke


semua sisi di antara bentang (lx) maupun (ly), yang semakin mengecil menuju
tumpuan (balok). Lendutan dan momen yang ada merupakan akibat dari beban
yang bekerja pada pelat, semakin besar beban yang bekerja maka lendutan yang
ditimbulkan juga semakin besar. (Asroni, 2010) Contoh gambar dapat dilihat
pada gambar 3.10

Gambar 3. 10 Pelat 4 Tumpuan Sejajar


Sumber: Asroni, 2010.
3.4.5 Skema Perhitungan Momen Rencana Pelat
Menurut Asroni, 2010 untuk menghitung momen rencana pelat dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Data :
1. Dimensi Pelat (h,d,b)
2. Mutu Bahan (f’c, fy)
3. As tulangan

As
Kontrol Nilai ρ = 𝑏.𝑑 , Syarat : ρ min ≤ ρ ≤ ρ Mak
1,4
ρ min = → jika f’c ≤ 31,36 MPa, atau
fy
√f′ c
ρ min = 4.𝑓𝑦 → jika f’c ˃ 31,36 MPa
382.5 .β1.f′ c
ρ Mak = 0,75 . ρb = (600+fy).fy
Catatan :
Jika ρ < ρ min → Pelat diperkecil
Jika ρ ˃ ρ Mak → Pelat diperbesar

A
25

A
g
As .fy
Dihitung : a = 0,85 .f′ c.b

Dihitung : Mn =As . fy. (d-a/2), dan


Mr = ϕ . Mn

Gambar 3. 11 Skema Hitungan Momen Rencana Pelat


Sumber: Asroni, 2010.

3.5 Pelat Lantai Steeldeck


Pelat steeldeck yaitu pelat kombinasi yang menggunakan steeldeck sebagai
pengganti tulangan momen positif (tulangan bawah), dimana steeldeck (pelat baja)
ini juga sekaligus sudah berfungsi sebagai bekisting pelat dan lantai kerja,
sedangkan untuk tulangan momen negatif bisa menggunakan tulangan baja biasa
atau menggunakan wiremesh (Uji,2012). Sistem ini biasa dikenal dengan pelat
lantai baja komposit, penggabungan antara dua atau lebih material menjadi satu.
Metode ini dapat mempersingkat waktu pengerjaan, karena dalam pembongkaran
bekisting hanya perancahnya saja yang dibongkar untuk digunakan kembali.
Contoh gambar dapat dilihat pada gambar 3.12

Gambar 3. 12 Pelat Steeldeck


Sumber: Steeldeck Institute, 2014

3.5.1 Steeldeck
Steeldeck merupakan salah satu material yang terbuat dari baja ringan dengan
lapisan Zinc, yang difungsikan sebagai media pengganti material konvensional
26

papan bekisting (Plywood). Steeldeck dapat diaplikasikan sebagai pelat lantai beton
komposit pada struktur beton maupun pada struktur baja, pelat ini memiliki tebal
0,75 mm sampai 12 mm yang terbuat dari baja High Tensile G550 atau kekuatan
tarik tinggi. (Prakoso, 2017).
Permukaan profilnya bergelombang menyerupai huruf W yang berfungsi
untuk memperkuat daya lekat beton dengan pelat terhadap gaya geser, selain itu
untuk memperkecil kemungkinan retak pada hasil cor dan menghemat volume
beton. Steeldeck bisa menghemat penggunaan perancah saat proses pengedakan,
jika pada proses konvensional tiang perancah dipasang dengan jarak 50-60cm,
dengan menggunakan steeldeck tiang perancah bisa dipasang lebih renggang antara
90-100cm. Dalam pemakaiannya steeldeck ini juga mempunyai beberapa kelebihan
dan kekurangan.
1. Kelebihan
Adapun beberapa keunggulan menggunakan Steeldeck dibandingkan dengan
beton konvensional, antara lain:
a. Penggunaan tiang perancah (scaffolding) yang jumlahnya semakin sedikit.
b. Menghemat volume beton, karena permukaan steeldeck yang bergelombang.
c. Menghemat besi tulangan, karena Steeldeck juga berfungsi sebagai pengganti
tulangan bawah.
d. Proses pemasangan yang relatif lebih mudah, sehingga mempersingkat waktu
pekerjaan.
e. Total biaya pelat lantai yang dibutuhkan lebih sedikit, karena volume
tulangan dan volume beton lebih sedikit.
2. Kekurangan
Beberapa kekurangan penggunaan steeldeck ialah sebagai berikut :
a. Tidak dapat digunakan untuk pelat luivel (pelat kantilever)
b. Diperlukan pengaturan dan perhitungan dalam perencanannya agar tidak
banyak sisa material terbuang
c. Harga steeldeck dipengaruhi oleh harga baja yang dimungkinkan berubah-
ubah, menyesuaikan harga baja.
27

d. Membutuhkan peralatan yang lebih banyak atau khusus dibandingkan


bekisting menggunakan plywood.
Dikarenakan pelat baja dapat memuai karena temperatur, oleh karena itu
disarankan untuk menggunakan tulangan susut yang berfungsi mengatasi keretakan
pada pelat lantai akibat perubahan temperatur serta membagi beban agar merata.
Contoh gambar dapat dilihat pada gambar 3.13

Gambar 3. 13 Penampang Pelat Steeldeck


Sumber: Steeldeck Institute, 2011
d = h - ½ × tinggi gelombang (3.1)
hc = h – Tinggi gelombang (3.2)
Ycc = d {√2𝜌𝑛 + (𝜌𝑛)2 − 𝜌𝑛 } < hc (3.3)
Dimana :
𝐸𝑠
n = 𝐸𝑐 (3.4)
Es
= 0,043 × (wc)1,5 ×
√fc
As
ρ = b×d (3.5)

Ycs = d – Ycc (3.6)


b
Ic = 3 ×h × Ycc 3 + As × Ycs 2 + Isf (3.7)

Kuat Lentur :
Fy ×Ic
My = h × Ycc (3.8)

Mru = Ø × My (3.9)
28

Keterangan :
d = distance From top of concrete do centroid of steeldeck
hc = depth of concrete above steeldeck in (mm)
Ycc = distance krom top of saf do netral abis of cracked Election (mm)
Wc = concrete unit weight, (Kg/m3)
n = modular ratio
Es = 203000 (Mpa)
Ec = modulus of electicity of concrete
Fc = concrete strength (Mpa)
As = area of steeldeck per unit (mm2)
Isf = momen of inertia of The Buol steeldeck per unit (mm4)
Fy = yeild stres of steeldeck (Mpa)
Icr = cracked Election momen of inertia (mm4)
H = slab depth (mm)
Ø = 0,85

3.5.2 Wiremesh
Wiremesh adalah merupakan bahan material berbentuk lembaran besi yang
saling terhubung yang terbuat dari beberapa batang besi, baja atau aluminium yang
dihubungankan satu sama lain melalui proses pabrikasi menggunakan mesin atau
alat dengan cara dilas atau dihubungkan dengan PIN atau peralatan lain.
Wiremesh yang biasa digunakan untuk konstruksi beton merupakan
rangkaian besi yang saling terkait satu sama lain menjadi sebuah lembaran besi
saling terhubung, sehingga tidak perlu dilakukan pekerjaan penganyaman lagi
seperti pembesian pelat dengan tulangan biasa. Wiremesh lebih mudah dipasang
dan lebih cepat proses pemasangannya, sehingga dapat menghemat biaya
pekengerjaan dibandingkan dengan menganyam besi tulangan secara manual.
Wiremesh juga memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

1. Mempercepat pelaksanaan pekerjaan pembesian, dimana wiremesh tinggal


digelar sesuai dengan kebutuhan tulangan yang sudah direncanakan.
29

2. Ketepatan jarak tulangan beton yang lebih akurat dan konsisten, yang
dimungkina mampu meningkatkan mutu beton.
3. Memudahkan dalam proses pemasangan sehingga pengawasannya pun lebih
mudah.
4. Mengurangi berat besi tulangan dalam beton karena lebih ringan yang dapat
menjadikan lebih ekonomis.
Wiremesh dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti, sebagai
tulangan pelat lantai beton, dinding beton, tulangan saluran drainase, konstruksi
landasan pacu pesawat, sebagai pagar/ bronjong dan lain sebagainya. Wiremesh
memiliki berbagai macam diameter biasanya ditulis dengan awalan huruf M,
misalnya M6 untuk Wiremesh dengan diameter tulangan 6 mm. Untuk ukuran
standart tiap lembarnya 2,1 x 5,4 m atau tersedia dalam bentuk rol dengan lebar
2,1 m dan panjang mencapai 54 m. Contoh gambar wiremesh dapat dilihat pada
gambar 3.14

Gambar 3. 14 Kawat Baja/Wiremesh


Sumber: PT.Unionmetal, 2018

Untuk memperhitungkan kebutuhan jumlah tulangan wiremesh dapat dihitung


dengan mengkonversi tulangan konvensional, dengan rumus perhitungan sebagia
berikut:
a. Menghitung luas kebutuhan tulangan per meter
1 1000
As = (4 × π × d2) × ( ) (3.10)
𝑠

b. Luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan


𝐹𝑦𝑑
As butuh = As × (𝐹𝑦𝑤 ) (3.11)
30

1 1000
Asw = (4 × π × d2) × ( ) (3.12)
𝑠

Jika Asw > As butuh, Maka aman untuk digunakan.

Keterangan

Fyd = mutu tulangan deform

Fyw = mutu tulangan wiremesh

As = luas tulangan konvensional

Asw = luas tulangan wiremesh

S = jarak tulangan

Untuk menghitung kebutuhan wiremesh dapat dihitung dengan rumus berikut :

Luas Pelat lantai


(n) Wiremesh = luas 1 lembar wiremesh (3.13)

3.6 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


3.6.1 Pengertian RAB
Biaya ialah sejumlah biaya atau modal yang diperlukan untuk melakukan
seluruh kegiatan dari awal pembangunan proyek sampai selesai, dan siap untuk
dioperasikan. (Soeharto, 1997).
Menurut para ahli Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah :
1. Bachtiar Ibrahim, RAB adalah bentuk biaya yang diperlukan untuk bahan dan
biaya serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan atau proyek-
proyek tersebut.
2. JA Mukomoko, RAB ialah nilai uang dari kegiatan-kegiatan (proyek) yang
diperhitungkan dari gambar bestek dan rencana kerja, daftar upah pekerja, daftar
harga bahan material, daftar buku, daftar susunan rencana biaya, serta jumlah
luasan setiap jenis pekerjaan.
3. Sugeng Djojowirono, RAB ialah besaran biaya yang diperlukan untuk setiap
pekerjaan yang diperlukan dalam pembangunan sebuah proyek yang akan
menghasilkan total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek.
31

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Rencana Anggaran


Biaya (RAB) adalah merupakan perkiraan biaya suatu proyek, yang
memperhitungkan biaya material, biaya upah pekerja, biaya sewa peralatan dan
biaya-biaya lain yang perlu diperhitungkan untuk membangun bangunan.
3.6.2 Komponen – Komponen Penyusun RAB
Rencana Anggran Biaya (RAB) Proyek merupakan penjumlahan secara total
dari hasil perkalian antara volume pekerjaan dengan harga satuan, yang merujuk
pada sebuah item pekerjaan termasuk didalamnya ada upah, material, peralatan
yang digunakan, yang dituliskan menjadi sebuah rumus.

RAB = ∑ [( volume pekerjaan) × Harga Satuan Pekerjaan] (3.14)

Volume pekerjaan dihitung berdasarkan pada gambar bestek (satuan : m1, m2,
m3, buah, dll). Untuk 1 satuan volume pekerjaan ( satuan : Rp/m1, Rp/m2, Rp/m3,
Rp/buah, dll).

(Soemardi dan kusumawardani, 2010) dari AACE Internasional (Assosiation for


the advancement of cost engineering International) dalam susunannya biaya dibagi
menjadi dua, biaya langsung dan biaya tak langsung. Berikut penjelasan antara
biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tak langsung (Indirect Coast):

1. Biaya Langsung (Direct Cost)


Menurut AACE Internasional (2004) Biaya langsung adalah jumlah keseluruhan
biaya yang berakaitan langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam
item pembayaran yang menjadi hasil akhir sebuah proyek konstruksi, yang
termasuk ke dalam biaya langsung terdiri dari:
a. Biaya Bahan Material
Biaya bahan material ialah merupakan biaya yang dikelurakan untuk
pengadaan bahan material untuk proses pelaksanaan konstruksi, termasuk
biaya pengangkutan, biaya loading dan unloading, biaya pengepakkan,
penyimpanan sementara di gudang, serta biaya untuk pemeriksaan kualitas
dan asuransi.
32

b. Biaya Upah
Biaya upah merupakan biaya yang dikeluarkan/dibayarkan kepada pekerja
setelah menyelesaikan suatu jenis pekerjaan, disesuaikan dengan
keterampilan dan keahlian yang dimiliki.
c. Biaya Peralatan
Biaya peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sewa, mobdemob,
pemasangan alat, pemindahan alat, pembongkaran dan biaya pengoperasian,
termasuk biaya upah untuk operator dan asistennya.
2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Menurut AACE Internasional (2004) Biaya tidak langsung merupakan biaya
yang tidak melekat pada hasil akhir konstruksi pada sebuah proyek, malinkan
nilai yang dipungut karena proses pelaksanaan konstruksi proyek. Biaya tak
langsung terdiri dari :
a. Overhead
b. Profit
c. Pajak

3.6.3 Tahapan Perhitungan RAB


Menurut (Tenriajeng, 2004), Berdasarkan sistem atau cara penyususnannya
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Estimasi Biaya Kasar
Estimasi biaya kasar yaitu penaksiran biaya secara global dan menyeluruh yang
dilakukan sebelum rancangan bangunan dibuat. Penaksiran anggaran biaya
dengan melakukan perhitungan volume bangunan yang akan dibuat, berdasarkan
tipe bangunan, material yang digunakan serta kualitas finishing yang dikerjakan.
Biasanya taksiran dibuat sebelum dimulainya rancangan bangunan, maka jumlah
biaya yang diperoleh adalah biaya perkiraan sementara bukan biaya sebenarnya
atau actual.
2. Perhitungan Anggaran Biaya
Perhitungan anggaran biaya yaitu penghitungan biaya secara detail dan terinci
sesuai dengan perencanaan yang ada. Perhitungan anggaran secara rinci
dilakukan dengan memperhitungkan volume dan harga-harga dari setiap
33

pekerjaan yang dilaksanakan, agar nilai bangunan dapat dipertanggung


jawabkan secara benar dan optimal. Cara untuk penghitungan biaya dengan
memasukkan semua komponen pekerjaan, dimulai dari tahapan awal pekerjaan
persiapan hingga tahapan penyelesaian pekerjaan (Finishing).
3.6.5 Langkah Pembuatan RAB
Dalam pembuatan RAB menurut SNI tahun 2008 (Tata Cara Perhitungan
Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Bangunan dan Perumahan) yang mengatur
tentang Rencana Anggaran Biaya. Ada beberapa komponen yang perlu
diperhitungkan dalam sebuah RAB, dari segi pembiayaan perlu dibedakan antara
biaya pokok yang berhubungan dengan material, upah kerja dan peralatan, dengan
biaya operasional termasuk biaya perijinana, fasilitas atau sarana dan biaya tak
terduga. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan RAB adalah sebagai
berikut : (Prakoso, 2017)
1. Pembuatan Gambar Kerja (Gambar Bestek)
Sebelum menghitung RAB kita terlebih dahulu menguraikan pekerjaan menjadi
bentuk pokok-pokok pekerjaan yang menunjukkan lingkup pekerjaaan tersebut,
setelah diuraikan kemudian menghitung volume setiap item pekerjaannya.
2. Perhitungan Volume
Perhitungan volume pekerjaan dengan memasukkan dan mengurutkan semua
item maupun komponen pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
gambar kerja yang ada, dimulai daripekerjaan persiapan hingga pekerjaan
finishing. Mengelompokkan persatuan pekerjaan kemudian dihitung
volumenya, sehingga hasil perhitungan dapat dijumlahkan dengan mengkalikan
harga satuan yang telah ditentukan. Dalam perhitungannya perlu dilakukan
secara tepat agar tidak meleset dari biaya yang telah dipersiapkan. Contoh dapat
dilihat pada gambar 3.15
34

Gambar 3. 15 Menghitung Volume pekerjaan


Sumber: Syahrial, 2011
3. Membuat Harga Satuan Pekerjaan
Untuk menghitung harga satuan pekerjaan harus didasarkan pada daftar
pekerjaan, desain gambar, bahan material yang digunakan, kemudian
menghitung harga satuan pekerjaan dengan data yang telah dipersiapkan.
a. Koefisien Analisis Pekerjaan
Koefesien analisis pekerjaan yang digunakan dapat ditentukan dengan
mengambil indeks resmi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang diatur
di dalam SNI ataupun dalam Permen PUPR No. 28 tahun 2016. untuk
masing masing item pekerjaan. Contoh dapat dilihat pada gambar 3.16

Gambar 3. 16 Koefisien pekerjaan


Sumber: Lampiran PUPR 28, 2016

b. Harga Material dan Upah Pekerja


Harga material dan upah kerja disesuaikan dengan harga dan upah yang
berlaku pada daerah proyek tersebut dibangun, sesuai dengan peraturan
daerah yang berlaku. Upah pekerja terdiri dari upah mandor, upah kepala
35

tukang, upah tukang, dan upah pekerja yang di hitung orang per hari, upah
pekerja berbeda sesuai dengan keahlian pekerja. Sedangkan harga material
yang digunakan juga bisa diambil dari peraturan daerah/gubernur, atau
dengan malukan survey mandiri terhadap harga material yang tersedia di toko
atau supplier terdekat dimana kita mendapatkan material yang digunkan.
Contoh dapat dilihat pada gambar 3.17

Gambar 3. 17 Matreial dan Upah Pekerja


Sumber: Lampiran PUPR 28, 2016

c. Perhitungan Jumlah Biaya Pekerjaan


Perhitungan jumlah biaya pekerjaan dihitung setelah mendapatkan volume
dan anggaran satuan pekerjaan, dengan mengkalikan volume pekerjaan
dengan harga satuan pekerjaan. Dari hasil perkalian tiap item pekerjaan
didapatkan hasil kemudian ditotalkan, menjadi jumlah total harga semua
pekerjaan. Contoh dapat dilihat pada gambar 3.18
Jumlah Biaya Pekerjaan = (Koef × harga satuan) + (Koef × harga upah)
.
36

Gambar 3. 18 Biaya Pekerjaan


Sumber: Lampiran PUPR 28, 2016
d. Rekapitulasi Biaya
Rekapitulasi biaya adalah jumlah keseluruhan biaya dari masing-masing item
pekerjaan, sehingga didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Biasanya dalam
rekapitulasi dimasukkan biaya overhead untuk mengantisipasi biaya tak
terduga selama pekerjaan berlangsung dan memasukkan biaya pajak proyek.
Contoh dapat dilihat pada gambar 3.19

Gambar 3. 19 Rekapitulasi Biaya


Sumber: Lampiran PUPR 28, 2016
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tinjauan Umum


Pada bab ini peneliti akan menjelaskan metode penelitian, yaitu tahapan yang
harus dilalui dalam melakukan penelitian. Penelitian akan jabarkan bagaimana
proses penelitian yang dilakukan dari awal persiapan hingga akhir penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian analitis untuk perbandingan biaya proyek pada
pekerjaan pelat lantai, perbandingan biaya antara pelat lantai beton metode
konvensional dengan pelat lantai komposit metode pelat steeldeck.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran biaya yang lebih ekonomis
dan durasi yang optimal, dengan melakukan inovasi material yang digunakan pada
pekerjaan pelat lantai. Dalam mengerjakan penelitian dilakukan sesuai langkah
yang sistematis untuk menyelesaikan masalah yang dibahas, dengan menggunakan
data yang diperoleh dari hasil wawancara / (obervasi ) dilapangan maupun dengan
menggunakan literatur.

4.2 Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data berupa data struktur yang berupa gambar
perencanaaan, RAB ataupun data lainnya yang berkaitan dengan pelat lantai pada
proyek pembangunan gedung, dalam penelitian ini pengambilan data dibedakan
menjadi dua yaitu data primer dan data skunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara
langsung dari sumber asli atau pihak pertama yang bersangkutan, untuk
kepentingan studi dapat berupa interview atau observasi. Adapun data primer pada
penelitian ini ialah produktivitas pekerja atau durasi pekerjaan, volume pekerjaan,
data biaya dan upah tenaga kerja, hubungan keterkaitan antara aktifitas pekerjaan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh / dikumpulkan dan disatukan, yang
merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Biasanya sumber tidak langsung
melainkan dari buku-buku literatur, laporan, dokumentasi proyek, perpustakaan,
atau dari laporan penelitian terdahulu.

39
40

Setelah data yang di perlukan dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan
data skunder maka selanjutunya yaitu menguraikan data yang di perlukan dan
bagaimana cara pengumpulan data untuk penelitian ini.
1. Data proyek yang berupa Gambar bestek perencanaan proyek dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) pembangunan gedung kuliah MAPRO FPSB. Data ini
diperoleh dengan meminta langsung kepada pengelola proyek.
2. Koefisien pekerjaan pelat lantai untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya
(RAB), yang diperoleh dari Badan Standarisasi Nasional, 2013 Standar Nasional
Tentang Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan.
3. Melakukan survey harga dan spesifikasi Steeldeck maupun tulangan Wiremesh,
dimana data ini bisa diperoleh dari website atau meminta langsung kepada pihak
produsen.
4. Mengumpulkan Harga Barang dan Jasa wilayah Yogyakarta, dimana daftar
harga untuk wilayah Yogyakarta ditentukan berdasarkan peraturan gubernur,
atau meminta langsung kepada toko/supplier.

Buku-buku literature berupa teori, informasi, konsep dasar atau metode-metode


guna mendukung penelitian ini.

4.3 Tahapan Penelitian


Dalam melakukan penelitian diperlukan tahapan-tahapan penelitian untuk
mencapai tujuan penelitian dengan teori dan metode serta data penelitian yang telah
di dapat. Berikut adalah tahapan penelitian:
1. Membuat latar belakang permasalahan
2. Merumuskan masalah
3. Melakukan survey terhadap pelat Steeldeck dan Baja Wiremesh
4. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder yaitu:
a. Data Primer : Daftar Harga Material
b. Data Sekunder :
1) Gambar rencana teknis
41

2) RAB proyek
3) Pengambilan Koefisien harga pekerjaan pelat lantai
4) Harga dan Spesifikasi Steeldeck
5) Harga dan Spesifikasi Wiremesh
5. Melakukan analisa perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelat
konvensional dan pelat steeldeck
a. Analisis perhitungan RAB pelat konvensional
1) Menghitung volume pekerjaan per sup pekerjaan
2) Menghitung analisis harga satuan pelat lantai konvensional berdasarkan
koefisien dari Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Tahun 2016
3) Didapatkan harga total pekerjaan pelat lantai konvensional
b. Analisis perhitungan RAB pelat steeldeck
1) Menghitung volume per sub pekerjaan
2) Menghitung analisis harga satuan pelat steeldeck berdasarkan dari
Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tentang
Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Tahun 2016
3) Didapatkan harga total pekerjaan pelat lantai metode Steeldeck
6. Pembahasan hasil analisis perbandingan harga pekerjaan struktur pelat
Konvensional dengan pelat Steeldeck
7. Kesimpulan dan saran penelitian.
8. Selesai.

4.4 Bagan Alir Penelitian


Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dimulai dengan melakukan studi pustaka
dan identifikasi masalah, melakukan pemilihan metode perhitungan lantai
Konvensional dan pelat lantai metode Steeldeck sehingga mengetahui data yang
dibutuhkan untuk melakukan analisis perhitungan biaya.
Langkah selanjutnya dengan mengumpulkan data-data untuk melakukan
perhitungan, kemudian memastikan hasil analisis dilakukan validasi perhitungan.
Dari hasil perhitungan biaya pekerjaan antara pelat lantai konvensional dan pelat
42

lantai steeldeck dibandingkan dan manarik simpulan dan saran dari penelitian
Tugas Akhir ini.

Berikut bagan alir (Flowchart) dapat dilihat pada gambar 4.1

Mulai

Rumusan Masalah
1. Studi Pustaka
2. Identifikasi Masalah

Metode Perhitungan
1. Biaya Pelat Lantai Konvensional
2. Biaya Pelat Lantai Steeldeck

Pengumpulan
Data

Data Sekunder :
1.Gambar rencana teknis
2.RAB proyek
Data Primer : 3.Pengambilan Koefisien
Daftar Harga Material harga pekerjaan pelat
lantai
4.Harga dan Spesifikasi
Steeldeck
5.Harga dan Spesifikasi
Wiremesh

Analisis Data :
1.Pelat Konvensional
2.Pelat Steeldeck

A
43

Pembahasan :
Membandingkan Biaya Pelat
Konvensional dan Pelat Steeldeck

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4.1 Flow chart Penelitian


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Tinjauan Umum


Dalam pelaksanaan pembangunana sebuah proyek diperlukan perencanaan
yang matang, selain itu dalam proses pelaksanannya juga harus sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Oleh karena itu antara perencanaan dan pelaksanaan harus
sesuai, dalam hal ini penggunaan metode yang tepat diharapkan mampu menjadi
alternatif sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan.

Pembangunan gedung kuliah MAPRO FPSB UII yang terdiri dari 3 lantai,
dalam proses pengerjaannya dikerjakan secara manual/konvensional. Khususnya
dalam pengerjaan pelat lantai, yang seluruh pengerjaannya dari pembuatan
bekisting, pekerjaan pembesian, hingga proses pengecoran dilakukan secara
manual dilokasi proyek.

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai perbandingan rencana


anggaran biaya (RAB) antara pekerjaan pelat lantai konvensional dan pelat lantai
dengan steeldeck. Dalam penelitian ini yang menjadi pokok bahasan hanya pada
perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai saja, untuk mengetahui berapa selisih
biaya yang dibutuhkan dalam pekerjaan pelat lantai konvensional dan pekerjaan
pelat lantai dengan steeldeck.

5.2 Data
Dalam melakukan penelitian ini diperlukan data-data untuk melakukan
analisis rumusan masalah dan menghitung perbandingan biaya pekerjaan pelat
lantai, berikut data-data yang dibuthkan :

1. Data Proyek
Untuk melakukan analisis perhitungan perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai
dibutuhkan data proyek, data diperoleh dari pihak pelaksana proyek
pembangunan gedung kuliah MAPRO FPSB Universitas Islam Indonesia yang
berupa gambar bestek perencanaan dan data RAB perencanaan, serta malukan

44
45

interview dan tinjauan langsung ke lokasi proyek. Berikut adalah data proyek
pembangunan yang menjadi objek dalam penelitian ini :
a. Nama Proyek : Pembangunan Ekstensi Gedung Kuliah MAPRO FPSB
Universitas Islam Indonesia
b. Lokasi : Ekstensi Gedung FPSB Selatan, UII
Jl. Kaliurang KM.14,5 Sleman, Yogyakarta.
c. Tim Pelaksana : PFK YBW UII
d. Tahun Anggaran : 2018/2019
e. Luas Bangunan : 298 m2
f. Jumlah Lantai : 3 lantai
(Dapat lilihat pada lampiran 1)
2. Steeldeck
Dalam melakukan analisa dibutuhkan data steeldeck sebagai dasar perhitungan,
steeldeck yang digunakan adalah Union Floor Deck W-1000 yang
didistribusikan dan dipasarkan oleh PT. Union Metal. Berikut spesifikasi
steeldeck yang digunakan:
a. Bahan dasar : Baja Mutu Tinggi
b. Tegangan leleh minimum : 560 Mpa atau 5.600 kg/cm2
c. Lapis lindung : 220-275 gr/m2
d. Tinggi gelombang : 58 mm
e. Lebar efektif : 835 mm
f. Tebal standar : 0,70 mm – 1,20 mm BMT
g. Standar bahan : SNI 07-2053-2006
h. Berat bahan : 8,37 kg/m2 untuk ketebalan 0,70 mm BMT
11,81 kg/m2 untuk ketebalan 1,00 mm BMT
14,10 kg/m2 untuk ketebalan 1,20 mm BMT
i. Panjang : Panjang maksimum 12 m
(Panjang dapat dipotong sesuai kebutuhan
tergantung pada daya angkut/fasilitas
kendaraan)
j. Harga : Rp. 140.000,00 per m2
46

3. Wiremesh
Dalam penelitian ini digunakan wiremesh sebagai pengganti tulangan pada pelat
steeldeck,wiremesh untuk penelitian ini adalah union wiremesh yang
didistribusikan dan dipasarkan oleh PT. Union Metal. Berikut spesifikasi
steeldeck yang digunakan:
a. Diameter Wiremesh : Tersedia diameter tulangan 4 sampai 16 mm
(dipakai 8 mm, disamakan dengan tulangan
konvensional)
b. Tipe Wiremesh : Wiremesh M8
c. Asw : 3,35 mm
d. Standart Bahan : SNI 07-0663-1995
e. Tegangan Leleh (FyW) : 5.000 kg/cm2, mutu U-50
f. Tegangan Geser Las : 2.500 kg/cm2
g. Spasi Standart : 150 mm × 150 mm (Type M)
h. Ukuran Standart Lembar : 5,4 m × 2,1 m (M4-M10, M12, M16)
i. Berat Per Lembar : 61,79 kg
j. Harga : Rp. 868.000,00 per lembar

5.3 Analisa Data


5.3.1 Data Exsisting Pelat Lantai Konvensional
Untuk melakukan analisis perhitungan perbandingan biaya pekerjaan pelat
lantai dibutuhkan data proyek yang berupa data exsisting pelat, berikut detail data
exisiting pelat dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5. 1 Data Exsisting Pelat Lantai


Jenis Bahan Pelat Lantai 2 Pelat lantai 3 Pelat Atap
Mutu Beton f’c (Mpa) 25 25 25
Mutu Baja fy (Mpa) 240 240 240
Tebal Pelat (mm) 120 120 120
Tulangan Atas (Ly) 8P350 8P350 8P400
Tulangan Atas (Lx) 8P240 8P240 8P320
Tulangan Bawah (Ly) 8P350 8P350 8P400
Tulangan Bawah (Lx) 8P240 8P240 8P320
47

Untuk menyetarakan kekuatan antara pelat konvensional dan pelat steeldeck,


maka diperhitungkan kembali momen kapasitas pelat konvensional dengan data
exsisting diatas. Beban yang bekerja pada pelat didapat dari tabel pembebanan
Tabel 4-1 SNI 1727:2013.

Tabel 5. 2 Tabel Pembebanan


Jenis Pelat Tipe 1 Pelat Tipe 2 Pelat Tipe 3
Beban Sendiri Pelat (Kn/m2) 2,760 2,760 2,760
2
Beban Ruang Kuliah (Kn/m ) 3,830 3,830 3,830
Sumber : Tabel 4-1 SNI 1727:2013
5.3.2 Luasan Struktur Pelat Lantai
Dalam perencanaannya gedung kuliah MAPRO FPSB ini memiliki 3 lantai,
guna untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan pelat dibagi menjadi 3 tipe
pelat dengan jumlah bidang tiap lantainya 22 bidang. Untuk memudahkan
perhitungan analisis berikut rekapitulasi luasan pekerjaan pelat lantai, berikut tabel
rekapitulasi luasan pelat lantai dapat dilihat pada Tabel 5.3,

Luas pelat lantai = Panjang bentang × Lebar bentang


L = (Ly × Lx)

P1 Ly = 4,15 m

Lx = 2,75 m
Tabel 5. 3 Luas Per Tipe Pelat Lantai 2, Lantai 3 dan Pelat Atap
Tipe Ly (m) Lx (m) Luas (m2) Jumlah (Bidang) Luas Pelat (m2)
P1 4,15 2,75 11,41 14,00 159,78
P2 4,15 2,70 11,21 7,00 78,44
P3 2,65 1,65 4,37 1,00 4,37
Total Luasan Pelat Satu Lantai 242,58
Keterangan : Total luasan pelat tiap lantainya sama, gambar detail dapat
dilihat pada daftar lampiran 4, gambar proyek.
48

5.3.3 Perhitungan Pelat Konvensional


Berikut adalah perhitungan beban hidup dan beban maksimum pada pelat
lantai dan pelat atap :

1. Bentang Ly
f’c = 25 Mpa < 30 Mpa, maka β1 = 0,85
fy = 240 Mpa, εy = fy/Es = 240/200000 = 0,001

Tulangan yang dibutuhkan adalah P8 dengan selimut beton 20 mm, maka :


ds = 20 + 8/2 = 24 mm
d = h – ds = 120 – 24 = 96 mm
Luas 1 batang P8, A1p = 0,25 × π × d2 = 0,25 × π × 82 = 50,26 mm2
Luas tulangan yang digunakan untuk setiap 1000 mm lebar pelat dengan
tulangan P8-350 adalah :
As1 = As1p × 1000/S = 50,26 × 1000/350 = 143,61 mm2
Dalam perencanaan tulangan yang dipakai menggunakan 2 lapis arah x dan
arah y, sehingga didapat luas tulangan arah Ly :
As total = As1 × 2= 143,61 × 2 = 287,22 mm2
Tulangan dianggap mencapai regangan leleh, maka gaya dalam yang bekerja :
C = 0,85 × f’c × b × a = 0,85 × 25 × 1000 × a = 21250,000a N
T = As × fy = 314 × 240 = 68935,51 N
Keseimbangan gaya dalam C = T
68935,51 = 21250,000a
a = 68935,51/21250,00 = 3,244 mm
x = a/β1 = 3,816 mm
Periksa regangan tulangan
εs = d – X/X × εcu = 96 – 3,816 /3,816 × 0,003 = 0,072 > εy = 0,001 (leleh)
Momen nominal dan momen terfaktor
Mn = T × (d-a/2)
= 68935,519 × (96 – 3,244/2)
= 6,506 Knm
49

Mr = ø. Mn
= 0,8 × 6,506
= 5,205 Knm
2. Bentang Lx
f’c = 25 Mpa < 30 Mpa, maka β1 = 0,85
fy = 240 Mpa, εy = fy/Es = 240/200000 = 0,001
Tulangan yang dibutuhkan adalah P8 dengan selimut beton 20 mm, maka :
ds = 20 + 8/2 = 24 mm
d = h – ds = 120 – 24 = 96 mm
Luas 1 batang P8, A1p = 0,25 × π × d2 = 0,25 × π × 82 = 50,26 mm2
Luas tuulangan yang digunakan untuk setiap 1000 mm lebar pelat dengan
tulangan P8-240 adalah :
As1 = As1p × 1000/S = 50,26 × 1000/240 = 209,44 mm2
Dalam perencanaan tulangan yang dipakai menggunakan 2 lapis arah x dan
arah y, sehingga didapat luas tulangan arah Ly :
As total = As1 × 2= 209,44 × 2 = 418,87 mm2
Tulangan dianggap mencapai regangan leleh, maka gaya dalam yang
bekerja :
C = 0,85 × f’c × b × a = 0,85 × 25 × 1000 × a = 21250,000a N
T = As × fy = 418,87 × 240 = 100530,96 N
Keseimbangan gaya dalam C = T
100530,96 = 21250,000a
a = 100530,96/21250,00 = 4,73 mm
x = a/β1 = 5,56 mm
Periksa regangan tulangan
εs = d – X/X × εcu = 96 – 5,563/5,563 × 0,003 = 0,049 > εy = 0,001
(leleh)
Momen nominal dan momen terfaktor
Mn = T × (d-a/2)
= 100530,96 × (96 – 4,731/2)
= 9,413 Knm
50

Mu = ø. Mn
= 0,8 × 9,413
= 7,531 Knm

Dari perhitungan diatas kita dapat mengetahui besaran momen nominal dan
momen terfaktor yang terjadi pada pelat konvensional, berikut rekapitulasi momen
pelat lantai 2, pelat lantai 3 dan pelat atap berdasarkan tipe pelat dapat dilihat pada
tabel 5.4

Tabel 5. 4 Rekapitulasi Momen Pelat Konvensional


Pelat Lantai 2 Mn Mr
Bentang ly 6,506 5,205
P1
Bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 6,503 5,202
P2
Bentang lx 9,409 7,527
Bentang ly 6,503 5,202
P3
Bentang lx 9,409 7,527
Pelat Lantai 3 Mn Mr
Bentang ly 6,506 5,205
P1
Bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 6,503 5,202
P2
Bentang lx 9,409 7,527
Bentang ly 6,503 5,202
P3
Bentang lx 9,409 7,527
Pelat Atap Mn Mr
Bentang ly 5,702 4,562
P1
Bentang lx 7,101 5,681
Bentang ly 5,702 4,562
P2
Bentang lx 7,101 5,681
Bentang ly 5,702 4,562
P3
Bentang lx 7,101 5,681

Dari rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa besaran momen pada pelat
steeldeck sudah setara dengan pelat konvensional.

5.3.4 Perhitungan Pelat Steeldeck


Perhitungan beban hidup dan beban maksimum pada pelat steeldeck, cara
perhitungan disamakan dengan perhitungan pelat konvensional. Untuk menghitung
51

tulangan pelat steeldeck dilakukan dengan trial, trial dilakukan pada jenis tulang
wiremesh yang digunukan. Berikut ini perhitungan konversi tulangan besi biasa ke
tulangan wiremesh.

1. Perhitungan konversi tulangan menjadi wiremesh


Dari data exsisting pada tabel 5.1 tulangan besi biasa digunakan P8-350.
Berdasarkan hal ini, didapat :
Mutu Tulangan Polos
Fy = 2400 kg/cm2
Mutu Tulangan Wiremesh
Fyw = 5000 kg/cm2
Luas Tulangan Besi Biasa
As = (1/4 x π x 82) x 1000/350
= 143,62 mm2
Luas Tulangan Wiremesh yang dibutuhkan
As butuh = As/(Fy/Fyw)
= 143,62 x (2400/5000)
= 68,94 mm2
Untuk mengetahui tipe wiremesh dilakukan dengan trial,
Trial digunakan wiremesh M8-250, dimana :
Asw = (1/4 x π x 82) x 1000/250
= 201,06 mm2
Asw sisa = Asbutuh - Asw
= + (201,06 – 68,94)
= (132,13) mm2
Maka As tulangan = As Wiremesh – As tulangan biasa
= 201,06 – 143,62
= 68,94 mm2
Tambahan tulangan wiremesh yang dibutuhkan adalah M8-250
Asw’sisa = Aswsisa x Fyw/Fy
= 132,13 x 5000/2400
= (275,26) mm2
52

Asw’ = (0,25 x π x 82) x 1000/250


= 201,06 mm2
Aswbutuh = Asw’ x Asbutuh/Fyw
= 201,06 x 68,94/5000
= 2,77 mm2
Maka tulangan yang digunakan adalah M8-250 + M8-250
Astetap = Aswbutuh + Asw
= 2,77 + 201,06
= 203,83 mm2.
Apabila, Astetap>Asbutuh maka tulangan yang dibutuhkan aman.

2. Perhitungan momen pelat Steeldeck


Dari hasil trial konversi diatas dapat kita tentukan tipe wiremesh yang akan
digunakan sebagai tulangan, kemudian menghitung momen nominal dan momen
terfaktor pelat steeldeck.

Gambar 5. 1 Penampang Pelat Steeldeck


(Sumber: Steeldeck Institute, 2011)
a. Bentang Ly
f’c = 25 Mpa < 30 Mpa, maka β1 = 0,85

fy = 500 Mpa, εy = fy/Es = 500/200000 = 0,003


Dalam perhitungan ini, tulangan digunakan wiremesh M8-250 , maka :
h = (ditetapkan dengan cara trial)
ds = 20 + 8/2 = 24 mm
d = h – ds = 120 – 24 = 96 mm
53

Luas 1 batang M8, A1p = 0,25 × π × d2 = 0,25 × π × 82 = 50,26 mm2


Luas tulangan yang digunakan untuk setiap 1000 mm lebar pelat dengan
tulangan M8-250 adalah :
As1 = As1p × 1000/S = 50,26 × 1000/250 = 201,062 mm2
Dalam perencanaan pelat steeldeck hanya menggunakan tulangan pelat 1
lapis arah x dan arah y, karena 1 lapis tulangan diganti dengan pelat steeldeck
yang berfungsi sebagai bekisting sekaligus sebagai tulangan positif :
Tulangan dianggap mencapai regangan leleh, maka gaya dalam yang
bekerja :
C = 0,85 × f’c × b × a = 0,85 × 25 × 1000 × a = 21250,000a N
T = As × fy = 201,062 × 500 = 100530,96 N
Keseimbangan gaya dalam C = T
100530,96 = 21250,000a
a = 100530,96/21250,00 = 4,73 mm
x = a/β1 = 5,56 mm
Periksa regangan tulangan
εs = d – X/X × εcu = 96 – 5,56 /5,56 × 0,003 = 0,049 > εy = 0,001 (leleh)
Momen nominal dan momen terfaktor
Mn = T × (d-a/2)
= 100530,96 × (96 – 4,73/2)
= 9,413 Knm
Mr = ø. Mn
= 0,8 × 9,413
= 7,531 Knm
b. Bentang Lx
Dikarenakan wiremesh merupakan tulangan jaringan kawat baja las dengan
jarak (s) antar tulangannya sama, maka momen bentang Lx sama dengan
momen pada bentang Ly.

Setelah diketahui momen nominal dan momen terfaktornya, kemudian


dibandingkan dengan momen nominal dan momen terfaktor plat konvensional
dengan hasil minimal sama atau boleh lebih besar. Dari perhitungan diatas kita
54

dapat mengetahui besaran momen nominal dan momen terfaktor yang terjadi pada
pelat steeldeck. Rekapitulasi momen pelat steeldeck dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5. 5 Rekapitulasi Momen Pelat Steeldeck


Pelat Lantai 2 Mn Mr
Bentang ly 9,413 7,531
P1
bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 9,409 7,527
P2
bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 9,409 7,527
P3
bentang lx 9,413 7,531
Pelat Lantai 3 Mn Mr
Bentang ly 9,413 7,531
P1
bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 9,409 7,527
P2
bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 9,409 7,527
P3
bentang lx 9,413 7,531
Pelat Atap Mn Mr
Bentang ly 9,413 7,531
P1
bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 9,409 7,527
P2
bentang lx 9,413 7,531
Bentang ly 9,409 7,527
P3
bentang lx 9,413 7,531

5.4 Daftar Harga Material dan Upah Pekerja


Daftar harga dan upah merupakan salah satu bagian penting yang dibutuhkan
dalam penyusunan rencana anggan biaya (RAB), harga dan upah yang digunakan
harus disesuaikan dengan daftar harga dan upah yang berlaku atau disesuaikan
dengan daftar harga yang ditetapkan pemerintah. Untuk membandingkan biaya
pelaksanaan pekerjaan pelat lantai konvensional dan pelat lantai dengan steeldeck,
proyek pembangunan gedung kuliah MAPRO FPSB UII di gunakan standar harga
yang berlaku di Yogyakarta, sebagai acuan lain harga upah dan material digunakan
harga dan upah yang diperoleh dari tim perencana proyek tersebut.
55

Berikut adalah daftar harga dan upah yang digunakan untuk penghitungan
ulang pekerjaan pelat lantai berdasarkan Tabel 5.6

Tabel 5. 6 Tabel Daftar Harga dan Upah Pekerja


No Material Harga Satuan
1 Kayu balok 5/7 Rp. 2.150.000,00 m3
2 Paku 2”-3” Rp. 17.500,00 kg
3 Kayu papan 3/20 Rp. 2.435.000,00 m3
4 Besi strip Rp. 10.200,00 kg
5 Semen portland Rp. 1.350,00 kg
6 Pasir pasang Rp. 208.000,00 m3
7 Pasir beton Rp. 208.000,00 m3
8 Koral beton Rp. 287.500,00 m3
9 Dolken kayu diameter 8-10/400 cm Rp. 15.000,00 btg
10 kayu Rp. 2.150.000,00 m3
11 kerikil Rp. 287.500,00 m3
12 air Rp. 100,00 ltr
13 Besi beton (polos/ulir) Rp. 9.250,00 kg
14 Kawat beton Rp. 16.000,00 kg
15 Kayu kelas III Rp. 2.150.000,00 m3
16 Minyak bekisting Rp. 5.400,00 ltr
17 Balok kayu kelas II Rp. 3.669.000,00 m3
18 Plywood tebal 9 mm Rp. 125.000,00 lbr
19 Penjaga jarak bekisting/spacer Rp. 25.000,00 bh
No Tenaga Kerja Harga Satuan
1 Pekerja Rp. 70.000,00 oh
2 Mandor Rp. 100.000,00 oh
3 Tukang kayu Rp. 80.000,00 oh
4 Kepala tukang Rp. 90.000,00 oh
5 Tukang batu Rp. 80.000,00 oh
6 tukang besi Rp. 80.000,00 oh
Sumber : RAB Proyek MAPRO FPSB UII, dapat dilihat pada lampiran 2

5.5 Analisis Anggaran Biaya Pelat Konvensional


5.5.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pelat Konvensional
Untuk menghitung besaran biaya yang diperlukan pekerjaan pelat lantai,
terlebih dulu menghitung volume pekerjaan pelat lantai dengan menghitung tiap
56

item pekerjaan. Volume yang dihitung ialah volume beton, volume pembesian, dan
volume bekisting, dari hasil volume yang didapat kemudian dikalikan dengan harga
satuan tiap pekerjaaan.
Sebagai acuan perhitungan, koefisien diambil dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016, Tentang Pedoman
Analisa Harga Satuan Pekerjaan dengan beberapa penyesuaian yang disesuaikan
pada keadaan dilapangan. Perhitungan harga satuan meliputi perhitungan harga
satuan pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan beton K300 adalah
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pemasangan 1 m2 Bekisting Pelat
Koefisien pekerjaan bekisting pelat lantai yang mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016, untuk
harga material dan upah disesuaikan dengan RAB Proyek MAPRO FPSB UII.
Analisa harga satuan bekisting pelat dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5. 7 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 1 m2 Bekisting Pelat


Membuat 1 m2 Bekisting Lantai Beton

No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0,660 Rp 70.000,00 Rp 46.200,00
2 Tukang Kayu OH 0,330 Rp 80.000,00 Rp 26.400,00
3 KepalaTukang OH 0,033 Rp 90.000,00 Rp 2.970,00
4 Mandor OH 0,033 Rp 100.000,00 Rp 3.300,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 78.870
B Bahan
1 Plywood 9 mm Lembar 0,353 Rp 125.000,00 Rp 44.125,00
2 Kaso 5/7 cm m3 0,014 Rp 2.150.000,00 Rp 30.100,00
3 Paku Kg 0,220 Rp 17.500,00 Rp 3.850,00
4 Balok Kayu kelas II m3 0,029 Rp 3.669.000,00 Rp 104.933,40
5 Kayu Dolken - 4m Batang 6,000 Rp 15.000,00 Rp 90.000,00
6 Minyak bekisting Liter 0,200 Rp 5.400,00 Rp 1.080,00
Jumlah Harga Bahan (2) Rp 274.088,40
Jumlah (1) + (2) Rp 352.958,40

Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016


Catatan : Beberapa bahan digunakan kembali, sehingga koefisien berubah
sesuai pada pemakaian
57

Koefisien pemakaian 1: Plywood (0,353), Kaso (0,014), Balok Kayu (0,0286),


dolken (6 batang).
Koefisien pemakaian 2: Plywood (0,203), Kaso (0,008), Balok Kayu (0,0154),
dolken (4 batang).
Koefisien pemakaian 3: Plywood (0,128), Kaso (0,005), Balok Kayu (0,0089),
dolken (3,4 batang).
2. Pekerjaan Pembesian 10 kg Besi
Analisa harga satuan pekerjaan pemebesian mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016, dengan harga
material dan upah disesuaikan dengan RAB Proyek pembangunan gedung
kuliah MAPRO FPSB UII. Analisa harga satuan pekerjaan pemebsian dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut

Tabel 5. 8 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 10 kg Besi


Pembesian 10 kg dengan besi ulir atau polos

No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0,070 Rp 70.000,00 Rp 4.900,00
2 Tukang Besi OH 0,070 Rp 80.000,00 Rp 5.600,00
3 KepalaTukang OH 0,007 Rp 90.000,00 Rp 630,00
4 Mandor OH 0,004 Rp 100.000,00 Rp 400,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 11.530,00
B Bahan
1 Besi polos/ulir Kg 10,500 Rp 9.250,00 Rp 97.125,00
2 Kawat Ikat Kg 0,1500 Rp 16.000,00 Rp 2.400,00
Jumlah Harga Bahan (2) Rp 99.525,00
Jumlah (1) + (2) Rp 111.055,00
Pembesian per 1 kg Rp 11.105,50
Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016
Pada pekerjaan pembesian digunakan besi Ø8 mm, disamakan dengan besi
tulangan yang digunakan pada proyek ekstensi pembangunan gedung kuliah
MAPRO FPSB UII.
58

3. Pekerjaan Beton 1 m3 mutu K300


Analisa harga satuan pekerjaan beton 1 m3 mutu K300 Ready Mix, dengan
menggunakan pompa beton. Harga beton Ready Mix digunakan harga sesuai
yang tertera dalam lampiran 1 daftar harga bahan proyek. Berikut analisa harga
satuan beton Ready Mix dapat dilihat pada tabel 5.9

Tabel 5. 9 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 1 m3 Beton K300


Membuat 1 m3 Beton mutu K 300, f'c = 26,4 (Ready Mix)
No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1,000 Rp 70.000,00 Rp 70.000,00
2 Tukang Batu OH 0,250 Rp 80.000,00 Rp 20.000,00
3 KepalaTukang OH 0,025 Rp 90.000,00 Rp 2.250,00
4 Mandor OH 0,100 Rp 100.000,00 Rp 10.000,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 102.250,00
B Bahan
1 Beton Ready Mix m3 1,02 Rp 875.000,00 Rp 892.500,00
Jumlah Harga Bahan (2) Rp 892.500,00
C Peralatan
1 Pompa dan Conveyor Sewa-hari 0,120 Rp 200.000,00 Rp 24.000,00
Jumlah Harga Peralatan (3) Rp 24.000,00
Jumlah (1) + (2) + (3) Rp 1.018.750,00

Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016


Untuk perhitungan pekerjaan beton digunakan beton dengan mutu K300,
disamakan dengan beton yang digunakan pada proyek ekstensi pembangunan
gedung kuliah MAPRO FPSB Univesitas Islam Indonesia.
4. Penambahan Biaya Pengecoran 1 m3 setiap kenaikan 4 m (Vertikal)
Dalam pekerjaan beton akan dikenakan penambahan biaya pengecoran,
penambahan biaya pekerjaan dihitung 1 m3 beton setiap kenaikan 4 m Vertikal,
berikut analisa harga satuan penambahan biaya pengecoran dapat dilihat pada
tabel 5.10
59

Tabel 5. 10 Penambahan biaya pengecoran 1 m3 beton setiap kenaikan 4 m


dengan pompa beton
Penambahan biaya 1 m3 Beton dicorkan setiap kenaikan 4m (Vertikal)
No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0,25 Rp 70.000,00 Rp 17.500,00
2 Mandor OH 0,025 Rp 100.000,00 Rp 2.500,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 20.000,00
B Bahan
Jumlah Harga Bahan (2) Rp -
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan (3) Rp -
Jumlah (1) + (2) + (3) Rp 20.000,00

Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016


5.5.2 Perhitungan Volume Pekerjaan Pelat Konvensional
Dalam perhitungan volume pekerjaan pelat lantai, terdapat beberapa
pekerjaan yang meliputi pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan
pengecoran. Perhitungan volume pekerjaan berdasarkan luasan pelat lantai .

Tabel 5. 11 Luasan pelat lantai per tipe


Tipe Ly (m) Lx (m) Luas (m2) Jumlah (Bidang) Luas Pelat (m2)
P1 4,15 2,75 11,41 14,00 159,78
P2 4,15 2,70 11,21 7,00 78,44
P3 2,65 1,65 4,37 1,00 4,37
Total Luasan Pelat Satu Lantai 242,58

1. Perhitungan Volume Pekerjaan Pelat Lantai 2


a. Pekerjaan Bekisting Pelat
Perhitungan bekisting dimulai dari menghitung keseluruhan luasan pelat
lantai 2 yang terdiri dari beberapa tipe pelat, dengan cara menghitung
panjang bentang Ly dan Lx. Luas pelat lantai 2 dapat dilihat pada tabel 5.2,
berikut gambar 5.2 Potongan Denah Pelat Tipe 1
60

Gambar 5. 2 Potongan Denah Pelat


Luas = Panjang bentang (Ly) × Lebar bentang (Lx) × Jumlah Tipe (n)
Luas P1 = 4,15 × 2,75 × (14)
= 159,78 m2
Perhitungan Luas P2 dan P3 sama dengan perhitungan luas P1, maka
didapatkan keseluruhan total luasan pelat lantai 2 seluas 242,58 m2
b. Pekerjaan Pembesian
Direncanakan baja tulangan yang digunakan Ø8-350 mm untuk arah Ly,
dan Ø8-240 mm untuk arah Lx, berat jenis baja P8 sebesar 0,395 kg/m
dengan diameter tulangan 0,008 m, pekerjaan pembesian 1 kg mempunyai
koefisien sebesar 1,05 berikut perhitungannya.
Sumbu X = ((Panjang Sumbu Y : jarak tulangan) × panjang Sumbu X + (
Panjang Sumbu X : Jartak tulangan) × Panjang Sumbu Y) ×
Jumlah bidang × berat tulangan/m3
Sumbu Y = ((Panjang Sumbu X : jarak tulangan) × panjang Sumbu Y + (
Panjang Sumbu Y : Jartak tulangan) × Panjang Sumbu X) ×
Jumlah bidang × berat tulangan/m3
61

Gambar 5. 3 Detail Penulangan Pelat


Contoh perhitungan sebagai berikut :
Sumbu X = ((4,15 : 0,35) × 2,75 + ( 2,75 : 0,24) × 4,15) × 14 × 0,395
= 295,57 kg
Sumbu Y = ((4,15 : 0,24) × 2,75 + ( 2,75 : 0,35) × 4,15) × 14 × 0,395
= 227,.87 kg
Sehingga didapatkan kebutuhan tulangan pelat pada tipe satu (P1) adalah
sebesar :
P1 = 295,57 + 227,87 = 523,44 kg
Karena pelat menggunakan tulangan 2 lapis, maka kebutuhan tulangan
dikali 2. Untuk perhitungan kebutuhan tulangan seluruh tipe sama dengan
perhitungan pada tipe satu (P1), dari perhitungan tersebut didapatkan
kebutuhan tulangan pada pelat lantai 2 sebesar 1725,19 kg.
c. Pekerjaan Beton K 300
Pekerjaan Beton K 300 dihitung berdasarkan luasan tipe pelat yang terdapat
pada struktur pelat lantai 2, total luasan yang didapat pada lantai 2 sebesar
62

242,58 m2. Untuk menghitung kebutuhan volume beton pada pekerjaan


pelat lantai konvensional per m3 adalah dengan mengalikan luasan pelat
lantai 2 dengan tebal pelat (h) .

Gambar 5. 4 Denah Pelat Lantai 2


Volume = Luas pelat × Tebal pelat
= 242,58 × 0,12
= 29,11 m3

Tabel 5. 12 Rekapitulasi Volume Pekerjaan Pelat konvensional


Volume Pekerjaan Pelat Lantai 2
Tipe Ly Lx Luas Jumlah Luas Beton Tulangan
2
(m) (m) (m ) (Bidang) Pelat (m³) Sumbu Sumbu Total
(m2) x y (kg)
P1 4,15 2,75 11,41 14,00 159,78 19,17 295,57 227,87 1046,88
P2 4,15 2,70 11,21 7,00 78,44 9,41 161,11 135,21 592,621
P3 2,65 1,65 4,37 1,00 4,37 0,52 19,69 23,15 85,69
Total 242,58 29,11 476,36 386,23 1725,19
Volume Pekerjaan Pelat Lantai 3
Tipe Ly Lx Luas Jumlah Luas Beton Tulangan
(m) (m) (m2) (Bidang) Pelat (m³) Sumbu Sumbu Total
(m2) x y (kg)
P1 4,15 2,75 11,41 14,00 159,78 19,17 295,57 227,87 1046,88
P2 4,15 2,70 11,21 7,00 78,44 9,41 161,11 135,21 592,621
P3 2,65 1,65 4,37 1,00 4,37 0,52 19,69 23,15 85,69
Total 242,58 29,11 476,36 386,23 1725,19
63

Lanjutan Tabel 5.12 Rekapitulasi Volume Pekerjaan Pelat konvensional


Volume Pekerjaan Pelat Atap
Tipe Ly Lx Luas Jumlah Luas Beton Tulangan
(m) (m) (m2) (Bidang) Pelat (m³) Sumbu Sumbu Total
(m2) x y (kg)
P1 4,15 2,75 11,41 14,00 159,78 15,98 225,75 193,44 419,20
P2 4,15 2,70 11,21 7,00 78,44 7,84 124,83 112,47 237,30
P3 2,65 1,65 4,37 1,00 4,37 0,44 16,33 17,98 34,31
Total 242,58 24,26 366,91 323,89 690,81

5.5.3 Analisa Kebutuhan Bahan Material Pelat Konvensional


Dalam pelaksanaan pekerjaan struktur pelat lantai terdapat beberapa bahan
material serta upah pekerja yang harus dihitung untuk menentukan biaya yang
dibutuhkan, mengacu pada peraturan SNI sebagai dasar perhitungan dan koefisien
bahan dan pekerja yang digunakan. Berikut perhitungan kebutuhan material dan
upah pekerja dalam pekerjaan pelat lantai

1. Perhitungan Pelat Lantai 2


Pelat lantai 2 dibagi menjadi 3 tipe pelat yaitu tipe 1 dengan luasan 159,78 m2,
tipe 2 dengan luasan 78,44 m2, dan tipe 3 dengan luasan 4,37 m2. Untuk
menghitung kebutuhan bahan material yang dibutuhkan, dihitung berdasarkan
masing-masing tipe pelat.
a. Analisa kebutuhan material pada pelat lantai tipe 1 (Luas Total =159,78 m2,
jumlah bidang 14)
1) Perhitungan kebutuhan material bekisting pelat beton
a) Perhitungan kebutuhan Kaso 5/7 cm
Berdasarkan hitungan satuan per 1m2 membutuhkan kaso 5/7 cm
sebanyak 0,014 m3, maka kebutuhan kaso 5/7 untuk pelat tipe 1
dengan luasan 159,78 m2 adalah sebagai berikut.
Kayu kaso = (Koefisien kaso × Luasan pelat)
= 0,014 × 159,78
= 2,24 m3
64

b) Perhitungan kebutuhan balok kayu kelas II


Untuk pekerjaan bekisting konvensional dihitung per 1m3
membutuhkan balok kayu kelas II sebesar 0,0286 m3, maka untuk
pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2 dibutuhkan balok kayu
kelas II sebagai berikut.
Balok kayu kelas II = (Koef Balok kayu kelas II × Luasan pelat)
= 0,0286 × 159,78
= 4,57 m3
c) Perhitungan kebutuhan paku
Berdasarkan hitungan per 1m2 membutuhkan paku sebanyak 0,22 kg,
maka untuk pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2
dibutuhkan paku sebagai berikut.
Paku = (Koefisien Paku × Luasan pelat)
= 0,22 × 159,78
= 35,15 kg
d) Perhitungan plywood
Seperti yang tercantum dalam SNI untuk pekerjaan bekisting
konvensional per 1m2 membutuhkan papan plywood sebanyak 0,353
lembar, maka untuk pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2
dibutuhkan plywood sebagai berikut.
Plywood = (Koefisien Plywood × Luasan pelat)
= 0,353 × 159,78
= 56,40 lembar = 57 lembar
e) Perhitungan minyak bekisting
Seperti yang tercantum dalam SNI untuk pekerjaan bekisting
konvensional per 1m2 membutuhkan minyak bekisting sebanyak 0,2
liter, maka untuk pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2
dibutuhkan minyak bekisting sebagai berikut.
Minyak bekisting = (Koefisien Minyak × Luasan pelat)
= 0,2 × 159,78
= 31,96 liter
65

f) Perhitungan Kayu Dolken


Berdasarkan koefisien per 1m2 pekerjaan bekisting pelat
membutuhkan kayu dolken sebanyak 6 batang, maka untuk pekerjaan
pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2 dibutuhkan kayu dolken sebagai
berikut.
Kayu Dolken = (Koefisien kayu dolken × Luasan pelat)
= 6 × 159,78
= 958,65 batang
2) Perhitungan kebutuhan material pembesian
a) Perhitungan tulangan
Direncanakan baja tulangan yang digunakan Ø8-350 mm, berat jenis
baja P8 sebesar 0,395 kg/m dengan diameter tulangan 0,008 m. Pada
pekerjaan lantai digunakan tulangan berdiameter 8mm dengan jarak
0,35 m, pekerjaan pembesian 1 kg mempunyai koefisien sebesar 1,05
berikut perhitungannya.
Sumbu X = ((Panjang Sumbu Y : jarak tulangan) × panjang Sumbu X
+ ( Panjang Sumbu X : Jartak tulangan) × Panjang Sumbu
Y) × Jumlah bidang × berat tulangan/m3
Sumbu Y = ((Panjang Sumbu X : jarak tulangan) × panjang Sumbu Y
+ ( Panjang Sumbu Y : Jartak tulangan) × Panjang Sumbu
X) × Jumlah bidang × berat tulangan/m3
Contoh perhitungan sebagai berikut :
Sumbu X = ((4,15 : 0,35) × 2,75 + ( 2,75 : 0,24) × 4,15) × 14 × 0,395
= 295,57 kg
Sumbu Y = ((4,15 : 0,24) × 2,75 + ( 2,75 : 0,35) × 4,15) × 14 × 0,395
= 227,.87 kg
Sehingga didapatkan kebutuhan tulangan pelat pada tipe satu (P1)
adalah sebesar :
P1 = 295,57 + 227,87 = 523,44 kg
Dari hasil diatas dikalikan dengan angka koefisien tulangan 1,050 kg
untuk pekerjaan pembesian per 1 m2.
66

Besi Tulangan = (Koefisien Tulangan × Volume Tulangan)


= 1,05 × 1046,88
= 1099,22 kg
b) Perhitungan kebutuhan kawat
Pada pekerjaan pembesian dibutuhkan kawat sebesar 0,015 kg untuk
pemasangan besi setiap 1 kg, maka untuk pekerjaan pelat tipe 1
dengan luasan 159,78 m2 dibutuhkan kawat sebagai berikuit.
Kawat = (Koefisien Kawat × Besi tulangan)
= 0,015 × 1099,22
= 15,70 kg
3) Perhitungan kebutuhan beton K 300
Pekerjaan Beton K 300 dihitung berdasarkan luasan tipe pelat yang
terdapat pada struktur pelat atap, total luasan yang didapat pada pelat atap
sebesar 242,58 m2. Untuk menghitung kebutuhan volume beton pada
pekerjaan pelat lantai konvensional per m3 adalah dengan mengalikan
luasan pelat atap dengan tebal pelat 12 mm, yaitu 242,58 × 0,12 = 29,11
m3
Analisis perhitungan kebutuhan material pelat lantai pada tipe 2 dan 3
sama seperti perhitungan analisis seperti perhitungan material pada tipe
1 seperti diatas.
b. Analisa kebutuhan material pada pelat lantai tipe 2 (Luas Total = 78,44 m2,
jumlah bidang 7) sama seperti perhitungan pelat tipe 1.
c. Analisa kebutuhan material pada pelat lantai tipe 3 (Luas = 4,37 m2, jumlah
bidang 1) sama seperti perhitungan pelat tipe 1.
Dari hasil analisa perhitungan diatas, maka didapat kebutuhan material pelat
setiap satuan pekerjaan. Berikut rekapitulasi kebutuhan material pelat lantai 2
dapat dilihat pada tabel 5.13, pelat lantai 3 dapat dilihat pada tabel 5.14, dan
pelat atap dapat dilihat pada tabel 5.15.
67

Tabel 5. 13 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 2


Jenis Pekerjaan
Bekisting Pembesian Beton
Tipe Kaso Dolken Kayu Paku Ply Miny Besi (kg) Kawat Beton
Pelat 5/7 Kayu Kelas (kg) wood ak (kg) (m3)
(m³) D8-4m II (lem Bekis
(btg) (m3) bar) ting
(liter)
P1 2,24 958,65 4,57 35,15 56,40 31,96 1099,22 15,70 19,17
P2 1,10 470,61 2,24 17,26 27,69 15,69 622,26 8,89 9,41
P3 0,06 26,24 0,13 0,96 1,54 0,87 89,97 1,29 0,52
Juml
3,40 1455,5 6,94 53,37 85,63 48,52 1811,45 25,88 29,11
ah
Total 1653,35 1837,33 29,11

Tabel 5. 14 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 3


Jenis Pekerjaan
Bekisting Pembesian Beton
Tipe Kaso Dolken Kayu Paku Ply Miny Besi (kg) Kawat Beton
Pelat 5/7 Kayu Kelas (kg) wood ak (kg) (m3)
(m³) D8-4m II (lem Bekis
(btg) (m3) bar) ting
(liter)
P1 1,28 639,10 4,57 35,15 32,43 31,96 1099,22 15,70 19,17
P2 0,63 313,74 2,24 17,26 15,92 15,69 622,26 8,89 9,41
P3 0,03 17,49 0,13 0,96 0,89 0,87 89,97 1,29 0,52
Juml
1,94 970,33 6,94 53,37 49,24 48,52 1811,45 25,88 29,11
ah
Total 1127,14 1837,33 29,11

Tabel 5. 15 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Atap


Jenis Pekerjaan
Bekisting Pembesian Beton
Tipe Kaso Dolken Kayu Paku Ply Miny Besi (kg) Kawat Beton
Pelat 5/7 Kayu Kelas (kg) wood ak (kg) (m3)
(m³) D8-4m II (lem Bekis
(btg) (m3) bar) ting
(liter)
P1 0,80 543,24 1,42 35,15 20,45 31,96 880,31 12,58 19,17
P2 0,39 266,68 0,70 17,26 10,04 15,69 498,33 7,12 9,41
P3 0,02 14,87 0,04 0,96 0,56 0,87 72,05 1,03 0,52
Juml
1,21 824,78 2,16 53,37 31,05 48,52 1450,69 20,72 29,11
ah
Total 961,09 1471,42 29,11
5.5.4 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pelat Konvensional
Setelah melakukan perhitungan volume pekerjaan dan analisa harga satuan berdasarkan SNI, kita dapat mengetahui biaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan struktur pelat lantai 2, lantai 3 dan pelat atap. Rekapitulasi perhitungan biaya pekerjaan pelat lantai
konvensional dapat dilihat pada tabel 5.17

Tabel 5. 16 Rencana Anggaran Biaya Pelat Konvensiona


Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pelat Lantai Konvensional
No Jenis Satuan Harga Satuan Volume Jumlah Harga Total Biaya
Pelat lanatai 2
1 Bekisting m2 Rp 352.958,40 242,58 Rp85.621.531,07
2 Pembesian kg Rp 11.105,50 1725,19 Rp19.159.090,04 Rp135.018.529,74
3 Beton m3 Rp1.038.750,00 29,11 Rp30.237.908,63
Pelat lanatai 3
1 Bekisting m2 Rp 242.877,60 242,58 Rp58.917.855,40
2 Pembesian kg Rp 11.105,50 1725,19 Rp19.159.090,04 Rp108.897.052,07
3 Beton m3 Rp1.058.750,00 29,11 Rp30.820.106,63
Pelat Atap
1 Bekisting m2 Rp 194.204,10 242,58 Rp47.110.516,09
2 Pembesian kg Rp 11.105,50 1381,61 Rp15.343.508,55 Rp 93.856.329,26
3 Beton m3 Rp1.078.750,00 29,11 Rp31.402.304,63
Total Biaya Rp337.771.911,07
Total Luas Pekerjaan (m2) 727,74
Harga Per m2 Rp 464.138,17

68
69

5.6 Analisis Anggaran Biaya Pelat Steeldeck


5.6.1 Analisa Harga Satuan Pelat Steeldeck
Untuk menghitung besaran biaya yang diperlukan pekerjaan pelat lantai,
terlebih dulu menghitung volume pekerjaan pelat lantai dengan menghitung tiap
item pekerjaan. Perhitungan harga satuan meliputi perhitungan harga satuan
pekerjaan pemasangan pelat steeldeck, pekerjaan wiremesh, dan pekerjaan beton
K300 adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pemasangan 1 m2 Pelat Lantai Steeldeck
Analisa harga satuan pekerjaan bekisting pelat steeldeck mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016,
dengan penyesuaian harga upah pekerja sesuai dengan RAB proyek gedung
kuliah MAPRO FPSB UII dan Harga steeldeck diambil dari harga distributor
PT.LightGroup Indonesia. Berikut analisa harga dapat dilihat pada tabel 5.17

Tabel 5. 17 Analisa Harga Satuan Pelat Steeldeck


Membuat 1 m2 Bekisting Lantai Steeldeck (JAP <0,8 m)
Harga Satuan
No Uraian Satuan Koefisien Jumlah Harga (Rp)
(Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0,0800 Rp 70.000 Rp 5.600,00
2 Tukang Kayu OH 0,0400 Rp 80.000 Rp 3.200,00
3 KepalaTukang OH 0,0040 Rp 90.000 Rp 360,00
4 Mandor OH 0,0080 Rp 100.000 Rp 800,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 9.960
B Bahan
1 Steeldeck m2 1,0800 Rp 140.000 Rp 151.200,00
2 Kaso 5/7 cm m3 0,0043 Rp 2.150.000 Rp 9.245,00
3 Paku 5-7 cm Kg 0,2300 Rp 17.500 Rp 4.025,00
4 Balok Kelas II Liter 0,0286 Rp 3.669.000 Rp 104.933,40
Jumlah Harga Bahan (2) Rp 269.403,40
Jumlah (1) + (2) Rp 279.363,40
Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016
Catatan : Beberapa bahan digunakan kembali, sehingga koefisien berubah
sesuai pada pemakaian
70

Koefisien pemakaian 1: Kaso (0,043), Balok Kayu (0,0286)


Koefisien pemakaian 2: Kaso (0,0024), Balok Kayu (0,0154)
Koefisien pemakaian 3: Kaso (0,0014), Balok Kayu (0,0089)
Pada pekerjaan pelat steeldeck digunakan satu lapis dengan ketebalan steeldeck
0,7 mm, sekaligus berfungsi sebagai pengganti tulangan positif.
2. Pekerjaan 1 kg Jaring Kawat Baja/Wiremesh
Analisa harga satuan pekerjaan Wiremesh mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016, dengan
penyesuaian harga upah pekerja sesuai dengan RAB proyek gedung kuliah
MAPRO FPSB UII dapat dilihat pada tabel 5.18

Tabel 5. 18 Analisa Harga Satuan pekerjaan 1 kg Wiremesh


Pembesian 10 kg jaring kawat (wiremesh) untuk pelat
Harga Satuan
No Uraian Satuan Koefisien Jumlah Harga (Rp)
(Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0,025 Rp 70.000 Rp 1.750,00
2 Tukang Besi OH 0,025 Rp 80.000 Rp 2.000,00
3 KepalaTukang OH 0,025 Rp 90.000 Rp 2.250,00
4 Mandor OH 0,001 Rp 100.000 Rp 100,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 6.100,00
B Bahan
1 Wiremesh Kg 10,20 Rp 14.048 Rp 143.285,32
2 Kawat Ikat Kg 0,050 Rp 16.000 Rp 800,00
Jumlah Harga Bahan (2) Rp 144.085,32
Jumlah (1) + (2) Rp 150.185,32
pembesian per 1 kg Rp 15.018,53
Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016
Pada pekerjaan pelat steeldeck digunakan Wiremesh M8 mm sebagai pengganti
tulangan, diameter wiremesh disamakan dengan besi tulangan yang digunakan
pada proyek ekstensi pembangunan gedung kuliah MAPRO FPSB UII.
3. Pekerjaan Beton 1 m3 mutu K300
Analisa harga satuan pekerjaan beton 1 m3 mutu K300 Ready Mix, dengan
menggunakan pompa beton. Harga beton Ready Mix digunakan harga sesuai
71

yang tertera dalam lampiran 1 daftar harga bahan proyek. Berikut analisa harga
satuan beton Ready Mix dapat dilihat pada tabel 5.20

Tabel 5. 19 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 1 m3 Beton K300


Membuat 1 m3 Beton mutu K 300, f'c = 26,4 (Ready Mix)
No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1,000 Rp 70.000,00 Rp 70.000,00
2 Tukang Batu OH 0,250 Rp 80.000,00 Rp 20.000,00
3 KepalaTukang OH 0,025 Rp 90.000,00 Rp 2.250,00
4 Mandor OH 0,100 Rp 100.000,00 Rp 10.000,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 102.250,00
B Bahan
1 Beton Ready Mix m3 1,02 Rp 875.000,00 Rp 892.500,00
Jumlah Harga Bahan (2) Rp 892.500,00
C Peralatan
1 Pompa dan Conveyor Sewa-hari 0,120 Rp 200.000,00 Rp 24.000,00
Jumlah Harga Peralatan (3) Rp 24.000,00
Jumlah (1) + (2) + (3) Rp 1.018.750,00

Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016


4. Penambahan Biaya Pengecoran 1 m3 setiap kenaikan 4 m (Vertikal)
Dalam pekerjaan beton akan dikenakan penambahan biaya pengecoran,
penambahan biaya pekerjaan dihitung 1 m3 beton setiap kenaikan 4 m Vertikal,
berikut analisa harga satuan penambahan biaya pengecoran dapat dilihat pada
tabel 5.20

Tabel 5. 20 Penambahan biaya pengecoran 1 m3 beton setiap kenaikan 4 m


dengan pompa beton
Penambahan biaya 1 m3 Beton dicorkan setiap kenaikan 4m (Vertikal)
No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0,25 Rp 70.000,00 Rp 17.500,00
2 Mandor OH 0,025 Rp 100.000,00 Rp 2.500,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja (1) Rp 20.000,00
B Bahan
Jumlah Harga Bahan (2) Rp -
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan (3) Rp -
Jumlah (1) + (2) + (3) Rp 20.000,00
Sumber : AHSP Permen PUPR No.28 tahun 2016
72

5.6.2 Perhitungan Volume Pelat Steeldeck


Dalam perhitungan volume pekerjaan pelat lantai steeldeck sedikit berbeda
dengan pekerjaan pelat lantai konvensional, dalam pekerjaan pelat lantai steeldeck
yaitu pekerjaan pemasangan steeldeck, pekerjaan pembesian dengan tulangan
wiremesh, dan pekerjaan pengecoran.
Pada perhitungan pelat steeldeck ini, spek yang digunakan untuk pelat lantai
2, pelat lantai 3 dan pelat atap diasumsikan sama semua. Perhitungan kebutuhan
bahan material pada pekerjaan pelat steeldeck adalah sebagai berikut :

Tabel 5. 21 Luasan pelat lantai per tipe


Tipe Ly (m) Lx (m) Luas (m2) Jumlah (Bidang) Luas Pelat (m2)
P1 4,15 2,75 11,41 14,00 159,78
P2 4,15 2,70 11,21 7,00 78,44
P3 2,65 1,65 4,37 1,00 4,37
Total Luasan Pelat Satu Lantai 242,58

1. Perhitungan Volume Pekerjaan Pelat Lantai 2


a. Pekerjaan pelat Steeldeck
Pelat lantai 2 dibagi menjadi 3 tipe pelat, luas pelat lantai 2 dapat dilihat
pada tabel 5.1, yang didapatkan luas pelat lantai 2 seluas 242,58 m2.
Kebutuhan steeldeck sama dengan luasan pelat lantai, maka kebutuhan
volume steeldeck adalah 242,58 m2
Kebutuhan steeldeck disesuaikan dengan satuan besi karena merupakan
lembaran pelat baja, maka steeldeck diubah menjadi satuan lembar.
Steeldeck = (Luas pelat lantai / Luas Steeldeck)
= 242,58 / 6
= 40,43 lembar
b. Pekerjaan Tulangan Wiremesh
Dalam perhitungan ini digunakan wiremesh m8, dengan diameter besi 8 mm
dan jarak antar besi sebesar 15 cm. 1 lembar besi wiremesh memiliki ukuran
2,1 × 5,4 atau seluas 11,34 m2 dengan berat 61,79 kg.
Maka berat wiremesh dalam 1 m2 adalah 61,79/11,34 m2 = 5,45 kg/m2
73

Untuk menghitung kebutuhan volume tulangan wiremesh pada pekerjaan


pelat lantai 2 adalah :
Wiremesh = (Luas pelat lantai × Berat Wiremesh)
= 242,58 × 5,45
= 1321,80 kg
= 21,38 lembar
c. Pekerjaan Beton K 300
Pekerjaan Beton K 300 dihitung berdasarkan luasan tipe pelat yang terdapat
pada struktur pelat lantai 2, total luasan yang didapat pada lantai 2 sebesar
242,58 m2. Untuk menghitung kebutuhan volume beton pada pekerjaan
pelat lantai konvensional per m3 adalah dengan mengalikan luasan pelat
lantai 2 dengan tebal pelat 12 mm, yaitu 242,58 × 0,12 = 29,11 m3.
Untuk mengetahui ketebalan beton steeldeck (d), ketebalan pelat beton
konvensional (h) dikurangi dengan setengah tinggi gelombang.
d = h – (½ × tinggi gelombang)

= 120 - (½ × 50)
= 95 mm = 0,095 m
Maka kebutuhan beton pelat steeldeck adalah :
Beton = (d × Luas Pelat)
= 0,095 × 242,58
= 23,045 m3
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, volume pekerjaan pelat lantai 2, pelat lantai
3 dan pelat atap semuanya sama.

5.6.3 Analisa Kebutuhan Bahan Material Pelat Steeldeck


Dalam pelaksanaan pekerjaan struktur pelat lantai terdapat beberapa bahan
material serta upah pekerja yang harus dihitung untuk menentukan biaya yang
dibutuhkan, berikut perhitungan kebutuhan material dan upah pekerja dalam
pekerjaan pelat lantai.
74

1. Perhitungan Pelat Lantai 2


Pelat lantai 2 dibagi menjadi 3 tipe pelat yaitu tipe 1 dengan luasan 159,78 m2,
tipe 2 dengan luasan 78,44 m2, dan tipe 3 dengan luasan 4,37 m2. Untuk
menghitung kebutuhan bahan material yang dibutuhkan, dihitung berdasarkan
masing-masing tipe pelat.
a. Analisa kebutuhan material pada pelat lantai tipe 1 (Luas Total =159,78 m2,
jumlah bidang 14)
1) Perhitungan kebutuhan material pekerjaan pelat beton steeldeck
a) Perhitungan Kebutuhan Kaso 5/7 cm
Berdasarkan hitungan satuan per 1m2 membutuhkan kaso 5/7 cm
sebanyak 0,0043 m3, maka kebutuhan kaso 5/7 untuk pelat tipe 1
dengan luasan 159,78 m2 adalah sebagai berikut.
Kayu kaso = (Koefisien kaso × Luasan pelat)
= 0,0043 × 159,78
= 0,69 m3
b) Perhitungan Balok Kayu
Untuk pekerjaan bekisting pelat steeldeck dihitung per 1m3
membutuhkan balok kayu kelas II sebesar 0,0286 m3, maka untuk
pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2 dibutuhkan balok kayu
kelas II sebagai berikut.
Balok kayu kelas II = (Koef Balok kayu kelas II × Luasan pelat)
= 0,0286 × 159,78
= 2,24 m3
c) Perhitungan Paku
Berdasarkan hitungan per 1m2 membutuhkan paku sebanyak 0,23 kg,
maka untuk pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2
dibutuhkan paku sebagai berikut.
Paku = (Koefisien Paku × Luasan pelat)
= 0,23 × 159,78
= 36,75 kg
75

d) Perhitungan Kebutuhan Steeldeck


Pada pekerjaan pelat lantai digunakan steeldeck sebagai bekisting
permanen, yang difungsikan sebagai pengganti papan kayu/Plywood.
Kebutuhan steeldeck dihitung per 1 m2 dengan koefisien 1,08 per m2,
maka untuk pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 159,78 m2
dibutuhkan steeldeck sebagai berikut.
Volume Steeldeck = (Luasan pelat /6) × jumlah bidang
= (159,78/6) × 14
= 26,63 lembar
Maka kebutuhan steeldeck pelat lantai tipe 1 adalah sebagai berikut
Steeldeck = (Steeldeck × Koefisien Steeldeck)
= 26,63 × 1,08
= 28,76 lembar
2) Perhitungan kebutuhan material pekerjaan wiremesh
a) Perhitungan kebutuhan Wiremesh
Dalam perhitungan ini digunakan wiremesh M8, dengan diameter besi
8 mm dan jarak antar besi sebesar 15 cm. 1 lembar besi wiremesh
memiliki ukuran 2,1 × 5,4 m dengan berat 61,79 kg.
Maka berat wiremesh dalam 1 m2 adalah 61,79/11,34 m2 = 5,45 kg/m2
Untuk menghitung kebutuhan tulangan wiremesh pada pekerjaan pelat
tipe 1 adalah :
Volume Wiremesh = (Luas pelat tipe 1× Berat Wiremesh)
= 159,78 × 5,45
= 870,77 kg
Maka kebutuhan wiremesh pelat lantai tipe 1 adalah sebagai berikut
Wiremesh = (Koefisien wiremesh × Berat Wiremesh)
= 1,02 × 870,77
= 888,01 kg
76

b) Perhitungan kebutuhan kawat


Pada pekerjaan pembesian dibutuhkan kawat sebesar 0,005 kg untuk
pemasangan besi setiap 1 kg, maka untuk pekerjaan pelat tipe 1
dengan luasan 159,78 m2 dibutuhkan kawat sebagai berikuit.
Kawat = (Koefisien Kawat × Wiremesh)
= 0,005 × 870,77
= 4,35kg
3) Perhitungan kebutuhan beton K 300
Pekerjaan Beton K 300 dihitung berdasarkan luasan tipe pelat yang
terdapat pada struktur pelat lantai 2, total luasan yang didapat pada lantai
2 sebesar 242,58 m2. Untuk menghitung kebutuhan volume beton pada
pekerjaan pelat lantai konvensional per m3 adalah dengan mengalikan
luasan pelat lantai 2 dengan tebal pelat 12 mm, yaitu 242,58 × 0,12 =
29,11 m3.
Untuk mengetahui ketebalan beton steeldeck (d), ketebalan pelat beton
konvensional (h) dikurangi dengan setengah tinggi gelombang.
d = h – (½ × tinggi gelombang)

= 120 - (½ × 50)
= 95 mm = 0,095 m
Maka kebutuhan beton pelat steeldeck adalah :
Beton = (d × Luas Pelat)
= 0,095 × 159,78
= 15,18 m3
b. Analisa kebutuhan material pada pelat lantai tipe 2 (Luas Total = 78,44 m2,
jumlah bidang 7) sama seperti perhitungan pelat tipe 1.
1) Perhitungan kebutuhan material pekerjaan pelat beton steeldeck
a) Perhitungan Kaso 5/7cm
Berdasarkan hitungan satuan per 1m2 membutuhkan kaso 5/7 cm
sebanyak 0,0024 m3, maka kebutuhan kaso 5/7 untuk pelat tipe 2
dengan luasan 78,44 m2 adalah sebagai berikut.
77

Kayu kaso = (Koefisien kaso × Luasan pelat)


= 0,0043 × 78,44
= 0,34 m3
b) Perhitungan Balok Kayu
Untuk pekerjaan bekisting pelat steeldeck dihitung per 1m3
membutuhkan balok kayu kelas II sebesar 0,0286m3, maka untuk
pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 78,44 m2 dibutuhkan balok kayu
kelas II sebagai berikut.
Balok kayu kelas II = (Koef Balok kayu kelas II × Luasan pelat)
= 0,0286 × 78,44
= 2,24 m3
c) Perhitungan Paku
Berdasarkan hitungan per 1m2 membutuhkan paku sebanyak 0,23 kg,
maka untuk pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 78,44 m2 dibutuhkan
paku sebagai berikut.
Paku = (Koefisien Paku × Luasan pelat)
= 0,23 × 78,44
= 18,04 kg
d) Perhitungan Kebutuhan Steeldeck
Pada pekerjaan pelat lantai digunakan steeldeck sebagai bekisting
permanen, yang difungsikan sebagai pengganti papan kayu/Plywood.
Kebutuhan steeldeck dihitung per 1 m2 dengan koefisien 1,08 per m2,
maka untuk pekerjaan pelat tipe 2 dengan luasan 78,44 m2 dibutuhkan
steeldeck sebagai berikut.
Volume Steeldeck = (Luasan pelat /6) × jumlah bidang
= (78,44) × 14
= 13,07 lembar
Maka kebutuhan steeldeck pelat lantai tipe 1 adalah sebagai berikut
Steeldeck = (Steeldeck × Koefisien Steeldeck)
= 13,07 × 1,08
= 14,12 lembar
78

2) Perhitungan kebutuhan material pekerjaan wiremesh


a. Perhitungan kebutuhan Wiremesh
Dalam perhitungan ini digunakan wiremesh M8, dengan diameter besi
8 mm dan jarak antar besi sebesar 15 cm. 1 lembar besi wiremesh
memiliki ukuran 2,1 × 5,4 m dengan berat 61,79 kg.
Maka berat wiremesh dalam 1 m2 adalah 61,79/11,34 m2 = 5,45 kg/m2
Untuk menghitung kebutuhan tulangan wiremesh pada pekerjaan pelat
tipe 1 adalah :
Volume Wiremesh = (Luas pelat tipe 1× Berat Wiremesh)
= 78,44 × 5,45
= 427,47 kg
Maka kebutuhan wiremesh pelat lantai tipe 1 adalah sebagai berikut
Wiremesh = (Koefisien wiremesh × Berat Wiremesh)
= 1,02 × 427,47
= 435,93 kg
b. Perhitungan kebutuhan kawat
Pada pekerjaan pembesian dibutuhkan kawat sebesar 0,005 kg untuk
pemasangan besi setiap 1 kg, maka untuk pekerjaan pelat tipe 2
dengan luasan 78,44 m2 dibutuhkan kawat sebagai berikuit.
Kawat = (Koefisien Kawat × Wiremesh)
= 0,005 × 427,47
= 2,14 kg
3) Perhitungan kebutuhan beton K 300
Untuk menghitung kebutuhan volume beton pada pekerjaan pelat lantai
konvensional per m3 adalah dengan mengalikan luasan pelat lantai 3
dengan tebal pelat 12 mm, yaitu 242,58 × 0,12 = 29,11 m3.
Untuk mengetahui ketebalan beton steeldeck (d), ketebalan pelat beton
konvensional (h) dikurangi dengan setengah tinggi gelombang.
d = h – (½ × tinggi gelombang)

= 120 - (½ × 50)
= 95 mm = 0,095 m
79

Maka kebutuhan beton pelat steeldeck adalah :


Beton = (d × Luas Pelat)
= 0,095 × 78,44
= 7,45 m3
c. Analisa kebutuhan material pada pelat lantai tipe 3 Luas 4,37 m2
1) Perhitungan kebutuhan material pekerjaan pelat beton steeldeck
a) Perhitungan Kaso 5/7cm
Berdasarkan hitungan satuan per 1m2 membutuhkan kaso 5/7 cm
sebanyak 0,0043 m3, maka kebutuhan kaso 5/7 untuk pelat tipe 3
dengan luasan 4,37 m2 adalah sebagai berikut.
Kayu kaso = (Koefisien kaso × Luasan pelat)
= 0,0043 × 4,37
= 0,02 m3
b) Perhitungan Balok Kayu
Untuk pekerjaan bekisting pelat steeldeck dihitung per 1m3
membutuhkan balok kayu kelas II sebesar 0,0286 m3, maka untuk
pekerjaan pelat tipe 1 dengan luasan 4,37 m2 dibutuhkan balok kayu
kelas II sebagai berikut.
Balok kayu kelas II = (Koef Balok kayu kelas II × Luasan pelat)
= 0,0286× 4,37
= 0,13 m3
c) Perhitungan Kebutuhan Steeldeck
Kebutuhan steeldeck dihitung per 1 m2 dengan koefisien 1,08 per m2,
maka untuk pekerjaan pelat tipe 3 dengan luasan 4,37 m2 dibutuhkan
steeldeck sebagai berikut.
Volume Steeldeck = (Luasan pelat /6) × jumlah bidang
= (0,73) × 1
= 0,87 lembar
80

Maka kebutuhan steeldeck pelat lantai tipe 1 adalah sebagai berikut


Steeldeck = (Steeldeck × Koefisien Steeldeck)
= 0,73 × 1,08
= 0,79 lembar
2) Perhitungan kebutuhan material pekerjaan wiremesh
a. Perhitungan kebutuhan Wiremesh
Dalam perhitungan ini digunakan wiremesh m8, dengan diameter besi
8 mm dan jarak antar besi sebesar 15 cm. 1 lembar besi wiremesh
memiliki ukuran 2,1 × 5,4 m dengan berat 61,79 kg.
Maka berat wiremesh dalam 1 m2 adalah 61,79/11,34 m2 = 5,45 kg/m2
Untuk menghitung kebutuhan tulangan wiremesh pada pekerjaan pelat
tipe 1 adalah :
Volume Wiremesh = (Luas pelat tipe 1× Berat Wiremesh)
= 4,37 × 5,45
= 23,83 kg
Maka kebutuhan wiremesh pelat lantai tipe 1 adalah sebagai berikut
Wiremesh = (Koefisien wiremesh × Berat Wiremesh)
= 1,02 × 23,83
= 24,30 kg
b. Perhitungan kebutuhan kawat
Pada pekerjaan pembesian dibutuhkan kawat sebesar 0,015 kg untuk
pemasangan besi setiap 1 kg, maka untuk pekerjaan pelat tipe 3
dengan luasan 4,37 m2 dibutuhkan kawat sebagai berikuit.
Kawat = (Koefisien Kawat × Wiremesh)
= 0,005 × 23,83
= 0,12 kg
3) Perhitungan kebutuhan beton K 300
Pekerjaan Beton K 300 dihitung berdasarkan luasan tipe pelat yang
terdapat pada struktur pelat lantai 2, total luasan yang didapat pada lantai
3 sebesar 242,58 m2. Untuk menghitung kebutuhan volume beton pada
pekerjaan pelat lantai konvensional per m3 adalah dengan mengalikan
81

luasan pelat lantai 3 dengan tebal pelat 12 mm, yaitu 242,58 × 0,12 =
29,11 m3.
Untuk mengetahui ketebalan beton steeldeck (d), ketebalan pelat beton
konvensional (h) dikurangi dengan setengah tinggi gelombang.
d = h – (½ × tinggi gelombang)

= 120 - (½ × 50)
= 95 mm = 0,095 m
Maka kebutuhan beton pelat steeldeck adalah :
Beton = (d × Luas Pelat)
= 0,095 × 4,37
= 0,42 m3
Berikut rekapitulasi kebutuhan material pelat lantai 2, dapat dilihat pada tabel
5. 22
2. Perhitungan pelat lantai 3 dan pelat atap
Perhitungan kebutuhan material pelat lantai 3 dan pelat atap sama seperti
perhitungan kebutuhan material pada pelat lantai 2, rekapitulasi kebutuhan
material pelat lantai 3 dapat dilihat pada tabel 5.23 dan rekapitulasi kebutuhan
material pelat atap dapat dilihat pada tabel 5.24

Tabel 5. 22 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 2


Tipe Jenis Pekerjaan
Pelat Steeldeck Penulangan Beton
Lantai Steeldeck Kaso Balok Paku Wiremesh Kawat Beton
2 (lembar) 5/7 Kayu (kg) (kg) (kg) (m3)
cm Kelas
(m3) II (m3)

P1 28,76 0,22 1,42 36,75 888,00 4,35 15,18


P2 14,12 0,11 0,70 18,04 435,93 2,14 7,45
P3 0,79 0,01 0,04 1,01 24,30 0,12 0,42
Jumlah 28,76 0,34 2,16 55,79 1348,23 6,61 23,05
82

Tabel 5. 23 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Lantai 3


Tipe Jenis Pekerjaan
Pelat Steeldeck Penulangan Beton
Lantai Steeldeck Kaso Balok Paku Wiremesh Kawat Beton
3 (lembar) 5/7 Kayu (kg) (kg) (kg) (m3)
cm Kelas
(m3) II (m3)

P1 28,76 0,38 2,46 36,75 888,00 4,35 15,18


P2 14,12 0,19 1,21 18,04 435,93 2,14 7,45
P3 0,79 0,01 0,07 1,01 24,30 0,12 0,42
Jumlah 28,76 0,58 3,74 55,79 1348,23 6,61 23,05

Tabel 5. 24 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pelat Atap


Tipe Jenis Pekerjaan
Pelat Steeldeck Penulangan Beton
Atap Steeldeck Kaso Balok Paku Wiremesh Kawat Beton
(lembar) 5/7 Kayu (kg) (kg) (kg) (m3)
cm Kelas
(m3) II (m3)

P1 28,76 0,22 1,42 36,75 888,00 4,35 15,18


P2 14,12 0,11 0,70 18,04 435,93 2,14 7,45
P3 0,79 0,01 0,04 1,01 24,30 0,12 0,42
Jumlah 28,76 0,34 2,16 55,79 1348,23 6,61 23,05

5.6.4 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pelat Steeldeck


Setelah melakukan perhitungan volume pekerjaan dan analisa harga satuan
berdasarkan SNI, kita dapat mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan
struktur pelat lantai 2, lantai 3 dan pelat atap. Rekapitulasi perhitungan biaya
pekerjaan pelat lantai steeldeck dapat dilihat pada tabel 5.26
Tabel 5. 25 Rencana Anggaran Biaya Pelat Steeldeck
Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pelat Steeldeck
No Jenis Satuan Harga Satuan Volume Jumlah Harga Total Biaya
Pelat lanatai 2
1 Steeldeck m2 Rp 279.363,40 242,58 Rp 67.768.671,98
2 Wiremesh kg Rp 16.058,51 1321,80 Rp 21.226.077,85 Rp 111.558.459,99
3 Beton m3 Rp 1.038.750,00 23,05 Rp 23.938.344,33
Pelat lanatai 3
1 Steeldeck m2 Rp 226.847,60 242,58 Rp 55.029.257,93
2 Wiremesh kg Rp 16.058,51 1321,80 Rp 21.226.077,85 Rp 99.279.952,69
3 Beton m3 Rp 1.058.750,00 23,05 Rp 24.399.251,08
Pelat Atap
1 Steeldeck m2 Rp 200.849,10 242,58 Rp 48.722.476,80
2 Wiremesh kg Rp 16.058,51 1321,80 Rp 21.226.077,85 Rp 93.434.078,31
3 Beton m3 Rp 1.078.750,00 23,05 Rp 24.860.157,83
Total Biaya Rp 304.396.393,49
Total Luas Pekerjaan (m2) 727,74
Harga per (m2) Rp 418.106,04

83
84

5.7 Pembahasan
Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan ekstensi gedung kuliah
MAPRO FPSB Universitas Islam Indonesia, yang terletak di kampus terpadu
Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang KM.14,5 Sleman Yogyakarta. Proyek
pembangunan gedung kuliah MAPRO FPSB Universitas Islam Indonesia termasuk
proyek swakelola, dibawah pengelolaan badan wakaf Universitas Islam Indonesia
yang ditangani oleh Pengelola Fasilitas Kampus (PFK).
Pada penelitian ini penulis menjadikan pekerjaan pelat lantai sebagai topik,
membandingkan biaya pekerjaan pelat lantai konvensional dengan biaya pekerjaan
pelat lantai steeldeck. Dalam alanalisis perhitungan struktur pelat lantai dibedakan
dalam 3 tipe pelat dari setiap lantainya, dimana pelaksanaan pembangunan proyek
ini dilakukan dengan konvensional, yang semua sistem pengerjaannya dilakukan
langsung dilokasi proyek.
Sebagai pendukung penelitian ini diperlukan data yang berupa daftar harga
kebutuhan material yang digunakan sebagai data sekunder yang berupa gambar
bestek dan RAB yang didapatkan dari tim perencana proyek, sebagai acuan lain
dalam perhitungan analisa harga satuan digunakan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016, tentang analisa harga satuan
pekerjaan umum. Data lain yang dibutuhkan berupa daftar harga kebutuhan
material steeldeck dan wiremesh, yang didapat dari hasil survey pada CV.
LightGroup Indonesia.
Dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) perhitungan struktur
pelat lantai beton dibagi menjadi beberapa analisa harga satuan pekerjaan, yaitu :

1. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pelat Konvensional


a. Pekerjaan Bekisting (1 m2) = Rp. 352.900,00
b. Pekerjaan Pembesian (1 kg) = Rp. 11.100,00
c. Pekerjaan Beton Ready Mix K300 (1m3) = Rp. 1.018.750,00
d. Biaya Penambahan Biaya Pengecoran (1m3) = Rp. 20.000,00
(untuk setiap kenaikan 4 m Vertikal)
85

2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pelat Steeldeck


a. Pekerjaan Steeldeck (1 m2) = Rp. 279.300,00
b. Pekerjaan Wiremesh (1 kg) = Rp. 15.010,00
e. Pekerjaan Beton Ready Mix K300 (1m3) = Rp. 1.018.750,00
f. Biaya Penambahan Biaya Pengecoran (1m3) = Rp. 20.000,00
(untuk setiap kenaikan 4 m Vertikal)

Untuk mengetahui besaran biaya yang dibutuhkan, maka dilakukan


perhitungan kebutuhan material pekerjaan pelat konvensional dan pelat steeldeck.
Berikut rincian kebutuhan material yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 5.26

Tabel 5. 26 Rekapitulasi Kebutuhan Material


No Jenis Material Satuan Pelat Konvensional Pelat Steeldeck
1 Kayu Kelas II m3 12,83 12,83
2 Paku kg 160,10 167,38
3 Minyak Bekisting liter 145,55 -
4 Plywood lembar 165,92 -
5 Besi Ø 8 mm kg 5073,59 -
3
6 Kaso 5/7 m 6,55 1,77
7 Kawat kg 72,48 19,83
8 Wiremesh M8 kg - 4044,70
3
9 Beton K 300 m 89,07 70,52
10 Steeldeck lembar - 121,30
11 Dolken batang 3250,60 -
Perhitungan kebutuhan material dan tenaga kerja pada pekerjaan pelat lantai
konvensional dan steeldeck ada sedikit perbedaan, khususnya dalam material
ataupun alat yang digunakan. Pelat steeldeck yang digunakan memiliki dimensi 1 ×
6 m dengan tebal 0,75 mm, dan tulangan yang digunakan wiremesh M8, diameter
wiremesh 8 mm dengan dimensi 2,1 × 5,4 m. Dikarenakan permukaan steeldeck
yang bergelombang, maka kebutuhan beton pada pelat steeldeck jadi lebih sedikit
dibanding pada pelat konvensional dengan faktor sebesar reduksi.
Dari analisa perhitungan kebutuhan biaya setiap pekerjaan yang sudah
dilakukan, biaya pekerjaan pelat konvensional dan pelat steeldeck yang paling
banyak mengeluarkan biaya adalah pada pekerjaan bekisting. Berikut perbandingan
biaya setiap pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.27
86

Tabel 5. 27 Kebutuhan Biaya Persatuan Pekerjaan Pelat Konvensional dan


Pelat Steeldeck
Pelat Jenis Pekerjaan
Konvensional Bekisting Pembesian Beton
Pelat Lantai 2 Rp 85.621.531,07 Rp 19.159.090,04 Rp 30.237.908,63
Pelat Lantai 3 Rp 58.917.855,40 Rp 19.159.090,04 Rp 30.820.106,63
Pelat Atap Rp 47.110.516,09 Rp 15.343.508,55 Rp 31.402.304,63
Jumlah Rp 191.649.902,56 Rp 53.661.688,64 Rp 92.460.319,88
Jumlah Total Rp 337.771.911,07
Pelat Steeldeck Jenis Pekerjaan
Steeldeck Wiremesh Beton
Pelat Lantai 2 Rp 67.768.671,98 Rp 19.851.443,68 Rp 23.938.344,33
Pelat Lantai 3 Rp 55.029.257,93 Rp 19.851.443,68 Rp 24.399.251,08
Pelat Atap Rp 48.722.476,80 Rp 19.851.443,68 Rp 24.860.157,83
Jumlah Rp 171.520.406,71 Rp 59.554.331,04 Rp 73.197.753,23
Jumlah Total Rp 304.272.490,99

Dari Tabel 5.27 diatas, dapat dibuat histogram perbandingan biaya pekerjaan
pelat konvensional dan pelat steeldeck seperti pada gambar 5.5 untuk perbandingan
biaya bekisting dan steeldeck gambar 5.6, untuk perbandingan biaya wiremesh dan
Tulangan Konvensional dan gambar 5.7 untuk perbandingan biaya beton pelat
konvensional dan benton pelat steeldeck.

Perbandingan Biaya Bekisting dan Steeldeck


Rp195.000.000,00
Rp191.649.902,56
Rp190.000.000,00
Biaya Dalam Rupiah

Rp185.000.000,00

Rp180.000.000,00
Steeldeck
Rp175.000.000,00
Rp171.520.406,71
Bekisting
Rp170.000.000,00

Rp165.000.000,00

Rp160.000.000,00
Steeldeck Bekisting
Series1 Rp171.520.406 Rp191.649.902

Gambar 5. 5 Grafik Perbandingan Biaya Bekisting dan Steeldeck


Berdasarkan hasil analisa perbandingan biaya pekerjaan pelat diatas, bahwa
biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan bekisting pelat konvensional dengan total
87

luasan 727,74 m2 adalah sebesar Rp. 191.649.902,56, sedangkan biaya yang


dibutuhkan untuk pekerjaan steeldeck sebesar Rp. 171.520.406,7 dengan selisih
biaya sebesar Rp. 20.129.495,85. Diketahui bahwa kebutuhan biaya untuk bekisting
lebih mahal dibanding kebutuhan biaya untuk steeldeck, dikarenakan ada beberapa
item yang ada pada pekerjaan bekisting lebih banyak dibanding pada pekerjaan
steeldeck.
Dari Tabel 5.27 diatas, dapat dibuat histogram perbandingan biaya wiremesh
dan tulangan konvensional dapat dilihat pada gambar 5.6

Perbandingan Biaya Wiremesh dan Tulangan


Biaya Dalam Rupiah

Konvensional
Rp60.000.000,00 Rp59.554.331,04

Rp58.000.000,00

Rp56.000.000,00
Rp53.661.688,64 Wiremesh
Rp54.000.000,00
Tulangan
Rp52.000.000,00

Rp50.000.000,00
Wiremesh Tulangan
Series1 Rp59.554.331, Rp53.661.688,

Gambar 5. 6 Grafik Perbandingan Biaya Wiremesh dan Tulangan


Konvensional
Berdasarkan hasil analisa perbandingan biaya pekerjaan pelat diatas, bahwa
biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan biaya pekerjaan wiremesh sebesar Rp.
59.554.331,04 dan biaya tulangan konvensional sebesar Rp. 53.661.688,64 dengan
selisih biaya sebesar Rp. 5.892.642,41. Diketahui bahwa kebutuhan biaya untuk
wiremesh lebih besar dari kebutuhan biaya tulangan konvensional dikarenakan
harga satuan pekerjaan wiremesh lebih mahal dibandingkan harga satuan tulangan
konvensional, meskipun kebutuhan wiremesh lebih sedikit dibandingkan kebutuhan
tulangan konvensional yang dapat dilihat pada tabel 5.26.
Dari Tabel 5.27 diatas, dapat dibuat histogram perbandingan biaya beton
steeldeck dan beton pelat konvensional dapat dilihat pada gambar 5.7
88

Gambar 5. 7 Grafik Perbandingan Biaya Beton Steeldeck dan Beton Pelat


Konvensional
Berdasarkan hasil analisa perbandingan biaya pekerjaan pelat diatas biaya
pekerjaan beton steeldek sebesar Rp. 73.197.753,23 dan biaya pekerjaan beton pelat
konvensional sebesar Rp. 92.460.319,88 dengan selisih biaya sebesar Rp.
19.262.566,64. Diketahui bahwa kebutuhan biaya untuk beton pelat konvensional
lebih mahal dibandingkan kebutuhan biaya untuk pelat steeldeck, dikarenakan
kebutuhan beton pelat steeldeck lebih sedikit dibandingkan kebutuhan pada pelat
konvensional, dapat dilihat pada tabel 5.26
Berikut perbandingan kebutuhan biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan
pelat konvensional dan pelat lantai steeldeck berdasarkan item pekerjaannya dapat
dilihat pada tabel 5.28

Tabel 5. 28 Rekapitulasi Kebutuhan Biaya


No Komponen Pelat Konvensional Pelat Steeldeck
1 Kayu Kelas II Rp 47.082.861,68 Rp 47.082.861,68
2 Paku Rp 2.801.827,88 Rp 2.929.183,69
3 Minyak Bekisting Rp 785.967,30 -
4 Plywood Rp 20.740.803,75 -
5 Besi Ø 8 mm Rp 46.930.723,59 -
6 Kaso 5/7 Rp 14.081.914,13 Rp 4.224.574,24
7 Kawat Rp 1.159.678,11 Rp 317.231,17
8 Wiremesh M8 - Rp 56.818.212,22
9 Beton K 300 Rp 77.941.757,25 Rp 61.703.891,16
10 Steeldeck - Rp 110.035.422,00
11 Dolken Rp 48.759.082,50
12 Upah Pekerja Rp 77.137.976,08 Rp 20.884.570,78
13 Total Rp. 337.771.911,07 Rp. 304.272.490,99
89

Dari hasil perbandingan biaya diatas dapat dibuat histogram perbandingan


total biaya pekerjaan pelat konvensional dan pelat steeldeck seperti pada gambar
5.8 berikut ini

Perbandingan Biaya
Rp350.000.000,00
Biaya Dalam Rupiah

Rp340.000.000,00 Rp337.771.911,07

Rp330.000.000,00
Rp320.000.000,00
Rp310.000.000,00 Rp304.272.490,99
steeldeck
Rp300.000.000,00
konvensional
Rp290.000.000,00
Rp280.000.000,00
1
steeldeck Rp304.272.490,99
konvensional Rp337.771.911,07

Gambar 5. 8 Grafik perbandingan total biaya pelat konvensional dan pelat


steeldeck
Berdasarkan hasil analisa perhitungan diatas, biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan pelat lantai konvensional dengan luasan volume 727,74 m2
adalah sebesar Rp. 337.771.911,07 dan untuk pelaksanaan pekerjaan pelat
steeldeck dengan total luasan volume 727,74 m2 adalah sebesar Rp.
304.272.490,99. Maka perbandingan rencana Anggaran Biaya (RAB) antara pelat
konvensional dengan pelat steeldeck memiliki selisih harga sebesar Rp.
33.499.420,08.
Maka untuk menghitung berapa selisih biaya pekerjaan pelat lantai
konvensional dan pelat lantai steeldeck dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
Selisih Total RAB = Total RAB Konvensional - Total RAB Steeldeck
= Rp. 337.771.911,07 – Rp. 304.272.490,99
= Rp. 33.499.420,08
Selisih Harga/m2 = Harga/m2 Pelat Konvensional - Harga/m2 Pelat Steeldeck
= Rp 464.133,39 - Rp 418.101,73
= Rp. 46.031,65
90

% selisih harga antara pelat konvensional dengan pelat steeldeck:


𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎/𝑚²
= 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 × 100%
29.375.517,58
= 337771911,08 × 100%

= 9,92 %
Dalam perhitungannya kebutuhan material dan tenaga kerja pada pekerjaan
pelat lantai konvensional dan steeldeck ada sedikit perbedaan, khususnya dalam
material ataupun alat yang digunakan. Beberapa hal yang membuat pelat steeldeck
menjadi lebih murah dibanding pelat konvensional diantaranya adalah :
1. Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa biaya pekerjaan bekisting pelat
konvensional merupakan biaya yang paling besar nilainya, hal tersebut
dipengaruhi oleh material yang dibutuhkan dalam pekerjaan bekisting lebih
banyak dibandingkan pada pekerjaan pelat steeldeck. Seperti kebutuhan
perancah pada pekerjaan pelat steeldeck lebih sedikit dibandingkan kebutuhan
perancah pada pelat konvensional, penghematan penggunaan bekisting pelat
lantai dikarenakan digantikan dengan steeldeck, olehkarena itu pembuatan
struktur pelat steeldeck tidak memerlukan lagi plywood sebagai bahan bekisting.
2. Dalam penggunaan tulangan pelat steeldeck juga menjadi lebih hemat karena
steeldeck juga berfungsi sebagai tulangan positif, sehingga pada pelat steeldeck
penulangan hanya pada tulangan negatif yang tulanganya digantikan dengan
wiremesh. Selain menjadi bekisting steeldeck juga berfungsi tulangan positif
pada pelat, sehingga steeldeck juga bisa disebut sebagai bekisting permanen
karena fungsinya tersebut.
3. Kebutuhan beton pada pelat steeldeck juga menjadi lebih hemat dikarenakan
permukaan steeldeck yang bergelombang, sehingga kebutuhan beton menjadi
lebih sedikit. Dalam perhitungan kebutuhan beton dikali dengan faktor reduksi
atau bisa dihitung dengan mengurangi volume beton dengan volume
gelombang.
4. Pelat steeldeck tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pelat atap,
dikarenakan jika terjadi kebocoran /rembesan air pada pelat akan sulit untuk
mengetahui letak kebocoran tersebut.
91

5. Pelat steeldeck tidak direkomendasikan untuk pelat kantilever, bisa digunakan


pada pelat kantilever tetapi harus dengan dukungan balok kantilever dan
lembaran steeldeck dipasang menerus atau menjadi satu bagian dengan pelat lain
yang bukan kantilever.
6. Pelat steeldeck sebaiknya dipotong dan dipasang berdasarkan luasan persatu tipe
pelat, setiap ujung steeldeck bertemu pada balok. Sehingga antara pelat steeldeck
dengan balok terjadi ikatan yang lebih monolit karena pelat steeldeck dan balok
dicor menjadi satu.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa perhitungan biaya pekerjaan struktur pelat pada proyek
pembangunan ekstensi gedung kuliah MAPRO FPSB Universitas Islam Indonesia
yang berjumlah 3 lantai, membutuhkan biaya untuk pekerjaan pelat konvensional
sebesar Rp. 337.771.911,07 dan biaya yang dibutuhkan untuk pelat steeldeck
sebesar Rp. 304.272.490,99. Dari hasil tersebut terdapat selisih biaya sebesar Rp.
33.499.420,08 menunjukkan bahwa pekerjaan pelat pada proyek pembangunan
ekstensi gedung kuliah MAPRO FPSB Universitas Islam Indonesia dengan pelat
steeldeck terdapat penghematan biaya sebesar 9,92 %.

6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut.
1. Dari hasil analisis perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai penggunaan pelat
steeldeck lebih disarankan, karena mampu menghemat kebutuhan biaya
pekerjaan. Dimana material yang digunakan tidak sebanyak jika menggunakan
pelat lantai konvensional dan pengerjaannya lebih mudah.
2. Pada penelitian selanjutnya yang ingin membahas perbandingan biaya pelat
lantai steeldeck dengan pelat lantai konvensional disarankan untuk
memperhitungkan penggunaan peralatan dan metode pelaksaaan antara
pekerjaan antara pelat lantai steeldeck dengan pelat lantai konvensional.
3. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pelat steeldeck hampir sama
dengan proses perhitungan pelat lantai konvensional, dengan beberapa
penyesuain karena beberapa pekerjaan belum diatur dalam SNI yang berlaku.
Analisa harga satuan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil
perhitungan rencana anggaran biaya.

92
93

DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali. 2010, Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Idham, Noor Cholis. 2012, Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah,


Graha Ilmu, Yogyakarta.

Aiman, Naufal. (2014). Studi Perbandingan Penggunaan Teknologi Pelat Beton


Konvensional Dan Pelat beton Bondek Gedung Ball Room Universitas
Muhamadiyah Makasar. Makasar : Universitas Hasanudin Makasar

Nurani, Izmi. (2017). Analisa Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan


pelat Lantai Beton Bertulang Konvensional Dan Pelat Bondek Pada
Pembangunan Ruko 3 Lantai Di Balikpapan. Balikpapan : Politeknik Negri
Balikpapan

Priya, Al Akbar. (2016). Analisis Perbandingan Biaya Pekerjaan Pelat Lantai


Antara Menggunakan Steeldeck Dengan Beton Bertulang Konvensional
Proyek Hotel Sarila Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia

Nasional, B. S. (2013). Peraturan Pembebanan Indonesia. SNI 1727-2013.

Nasional, B. S. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan


Gedung. SNI 03-2847-2002.

Pemerintah, P. (2016). Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang


Pekerjaan Umum. No.28/PRT/M/2016

Nasional, B. S. (2008). Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton


Untuk Konstruksi Bangunan dan Perumahan. SNI 7394:2008.

Meiriska, C. (2016). Analisa Perbandingan Biaya Pengecoran Pelat Lantai


Menggunakan Metode Konvensional dan Metaldeck. Tugas Akhir.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Steel Deck Institute. 2011. Compositte Steel Floor Deck – Slabs. Amerika Serikat.

Putri, Diah. (2017). Analisa Kekuatan Pelat Lantai Bondek Serta Perbandingan
Biaya Konstruksinya. Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Prakoso, A.K. (2017). Analisa Perbandingan Biaya Pelat Lantai Antara Metode
Steeldeck Dan Konvensional (Studi Kasus: Rusunawa Jongke). Tugas Akhir.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Uji, Andi Tenri. (2011). Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton


Menggunakan Boundeck Dan Pelat Konvensional Pada gadung Graha
Suraco. Tugas Akhir. Universitas Hasanuddin, Makassar.
94

Siti, S. (2018). Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton Bondek dengan Pelat
Konvensional Pada Gedung Hotel Bhayangkara Yogyakarta. Tugas Akhir.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Gunawan, O.D. (2015). Perbandingan Biaya Dan Waktu Antara Pelat Lantai
Precast Dengan Steeldeck. Yogyakarta. Tugas Akhir. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.

Soeharto, I. (1997). Manajemen Proyek, Jakarta: Erlangga.

Tenriajeng, A.T. (2004). Administrasi Kontrak dan Anggaran Borongan, Depok:


Gunadarma.
LAMPIRAN

95
96

Lampiran 1. Lembar Validasi Pengambilan Data Proyek


97
98

Lampiran 2. Daftar Harga dan Upah Pekerja


Daftar Upah
no jenis upah satuan harga keterangan
1 Pekerja oh 70.000,00
2 Mandor oh 100.000,00
3 Tukang kayu oh 80.000,00
4 Kepala tukang oh 90.000,00
5 Tukang batu oh 80.000,00
6 tukang besi oh 80.000,00
7 pompa beton /50 m3 jm 90.000,00
8 koordinasi lapangan jm 55.000,00
9 tukang besi konstruksi oh 100.000,00
10 Sewa alat merakit baja jm 350.000,00
11 Sewa alat las jm 30.000,00

Daftar Bahan
no jenis upah satuan harga keterangan
1 Kayu balok 5/7 m3 2.150.000,00
2 Paku 2”-3” kg 17.500,00
3 Kayu papan 3/20 m3 2.435.000,00
4 Besi strip kg 10.200,00
5 Semen portland kg 1.350,00
6 Pasir pasang m3 208.000,00
7 Pasir beton m3 208.000,00
8 Koral beton m3 287.500,00
9 Dolken kayu diameter 8-10/400 cm btg 15.000,00
10 kayu m3 2.150.000,00
11 Bata merah bh 1.000,00
12 Seng plat lbr 52.000,00
13 Jendela naco bh 100.000,00
14 Kaca polos m2 95.000,00
15 Kunci tanam bh 275.000,00
16 Plywood 4mm lbr 95.000,00
17 kerikil m3 287.500,00
18 air ltr 100,00
19 Besi beton (polos/ulir) kg 9.250,00
20 Kawat beton kg 16.000,00
21 Kayu kelas III m3 2.150.000,00
22 Minyak bekisting ltr 5.400,00
23 Balok kayu kelas II m3 3.669.000,00
24 Plywood tebal 9 mm lbr 125.000,00
25 Penjaga jarak bekisting/spacer bh 25.000,00
26 beton curah f'c : 30 MPa m3 875.000,00
27 beton curah f'c : 25 MPa m3 845.000,00
28 Besi Baja IWF kg 12.000,00
29 meni besi ltr 21.600,00
30 Solar ltr 7.800,00
31 Minyak pelumas ltr 6.600,00
32 Kawat las listrik kg 35.000,00
33 Seng gelombang lbr 75.000,00
34 batu belah m3 250.000,00
35 buis beton 30 cm bh 157.000,00
36 buis beton 100 cm bh 297.000,00
37 ijuk bal 50.000,00
38 tanah urug m3 100.000,00

Sumber : RAB Proyek MAPRO FPSB UII


99

Rencana Anggaran Biaya


Pekerjaan : PFK BW- UII
Lokasi :

no. Jenis Pekerjaan Harga Satuan Jumlah Harga

PEKERJAAN PERSIAPAN Rp 29.261.858,83

LANTAI 1 Rp 269.846.427,98
I. Pekerjaan Tanah Rp 44.578.340,16
II. Pekerjaan Fondasi Rp 48.566.487,75
III. Pekerjaan Sloof Rp 45.490.868,93
IV. Pekerjaan Kolom s/d LT.2 Rp 131.210.731,13

LANTAI 2 Rp 263.563.512,11
I. Pekerjaan Kolom LT.2 s/d LT.3 Rp 61.179.266,34
II. Pekerjaan Balok LT.2 Rp 94.916.933,20
III. Pekerjaan Plat LT.2 Rp 107.467.312,57

LANTAI 3 Rp 260.695.963,35
I. Pekerjaan Kolom LT.3 s/d Atap Rp 58.311.717,58
II. Pekerjaan Balok LT.3 Rp 94.916.933,20
III. Pekerjaan Plat LT.3 Rp 107.467.312,57

ATAP Rp 231.760.512,85
I. Pekerjaan Balok Atap Rp 94.916.933,20
II. Pekerjaan Plat Atap Rp 136.843.579,65

Jumlah Pekerjaan Struktur Rp 1.055.128.275,11

Sumber : RAB Proyek MAPRO FPSB UII


100

Lampiran 3 Gambar Bestek Proyek Pengembangan Gedung Kuliah


(Terlampir dalam lembar beikut)

100
RUANG DOSEN
PSIKOLOGI
01.14
DEKANAT
PSIKOLOGI
01.05

RESEPSIONIS
TOILET
PUTRI
01.13

BIRO SKRIPSI DAN


PENGGANDAAN SOAL

DIVISI UMUM & KEUANGAN 01.08


TOILET
01.09 KEUANGAN
PUTRA
01.12

300
300

300
150
300

150
PARKIR MOTOR
450 450 450 450 450 450 150 150 150 KANTIN
3150

BANGUNAN BARU
R.DOSEN
RUANG DOSEN
R.DOSEN PSIKOLOGI DEKANAT PSIKOLOGI
01.14
01.05
R.DOSEN R.DOSEN

SELASAR
R.DOSEN R.DOSEN

PENGGANDAAN SOAL
R.DOSEN R.DOSEN

BIRO SKRIPSI DAN


TOILET
PUTRI RESEPSIONIS
R.DOSEN R.DOSEN 01.13 R. RAPAT
MAGISTER MAGISTER
R.DOSEN R.DOSEN 01.07 PSIKOLOGI
DIVISI UMUM & KEUANGAN 01.06
TOILET KEUANGAN
PUTRA 01.09
R.DOSEN 01.08
01.12

POS CLEANING CLEANING

193
SATPAM SERVIS SERVIS
01.11 01.10

1108
TAMAN

PARKIR MOTOR
RUANG DOSEN
PSIKOLOGI
01.14
DEKANAT
PSIKOLOGI
01.05

PANTRY

RESEPSIONIS
TOILET
PUTRI
01.13
R. KOORDINATOR R. KAPRODI
BIDANG

900
BIRO SKRIPSI DAN SELASAR
PENGGANDAAN SOAL
RESEPSIONIS
DIVISI UMUM & KEUANGAN 01.08 R. KOORDINATOR
BIDANG
TOILET
01.09 KEUANGAN R. KOORDINATOR
PUTRA BIDANG
R. PENGELOLA MAGISTER
01.12
PSIKOLOGI

LANTAI EKSISTING
LANTAI BARU
LANTAI EKSISTING
LANTAI BARU

SELASAR

300

300
300

300
GUDANG

R. KULIAH MAGISTER R.SIDANG R. RAPAT MAGISTER


600

600
PSIKOLOGI PSIKOLOGI

150
TOILET
DOSEN/
300

KARYAWAN
R. SATPAM JANITOR

150
150 300 150 150 150

450 450 450 450 450 450 450

3150

U
R.DOSEN R.DOSEN R.DOSEN R.DOSEN
R.DOSEN

02.04
02.12
R.DOSEN R.DOSEN R.DOSEN R.DOSEN

R.DOSEN
R.DOSEN R.DOSEN

TOILET
PUTRI
02.10

R.AUDIO VISUAL LAB.KOMPUTER R.SIDANG R.DISKUSI MAGISTER R.KULIAH MAGISTER


02.11
02.08 02.07 02.06 02.05
TOILET
PUTRA
02.09
LANTAI EKSISTING
LANTAI BARU

SELASAR

300
200

R. DISKUSI
MAHASISWA

300

900
350

R.KONSELING R. KULIAH MAGISTER


600

600
R.SIDANG R.SIDANG
PSIKOLOGI

150
TOILET
DOSEN/
KARYAWAN
250

JANITOR

150
150 150 150

450 450 450 450 450 450 450

3150

U
R.KULIAH R. PENDADARAN
03.12 03.04

R.PERKULIAHAN & UJIAN


03.11
TOILET
PUTRI
03.09

R.KULIAH R.KULIAH R.KULIAH


03.07 03.06 03.05
TOILET
PUTRA
R.SIM & AKADEMIK 03.08
03.10
LANTAI EKSISTING
LANTAI BARU

SELASAR

300
200

900
R.PSIKOTERAPI
R. KULIAH KECIL R.LEMBAGA
R. KULIAH MAGISTER R. DISKUSI
600

600
MAGISTER MAHASISWA
PSIKOLOGI MAHASISWA
PSIKOLOGI

450 450 450 450 450 450 450

3150

ATAP DAK
U
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA PLAT LANTAI 2


PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA PLAT LANTAI 3


PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA PLAT ATAP


PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

DETAIL PLAT
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA BALOK
LANTAI 2
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA BALOK
LANTAI 3
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA BALOK
LANTAI ATAP
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA SLOOF
LANTAI 1
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA KOLOM
LANTAI 1
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA KOLOM
LANTAI 2
PEMBANGUNAN EKSTENSI GEDUNG
MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUS TERPADU UII


JALAN KALIURANG KM 14,5

RENCANA KOLOM
LANTAI 3
119

Lampiran 4 Price List Cv.LightGroup Indonesia


120

Price List CV. LightGroup Indonesia


Telp. 088802725212, 081804135008, 081325157177

No Produk Dimensi Harga Satuan


1 Dak Keraton 21 x 24 x 9 cm Rp 11.000 Pcs
21 x 24 x 10 cm Rp 12.000 Pcs
Terpasang area Jogja Rp 600.000 m²
2 Bondek (LightDeck) 0,75mm x 1 mtr Rp 140.000 m'
(Panjang mulai dari 3mtr - 6mtr kelipatan 1mtr) Terpasang Rp 700.000 m²
3 Wire Mesh 2,1 x 5,4 x 5mm Standart Rp 346.500 Lbr
15 x 15 cm 2,1 x 5,4 x 6mm Standart Rp 511.000 Lbr
2,1 x 5,4 x 6mm Kecil Rp 455.000 Lbr
2,1 x 5,4 x 7mm Standart Rp 735.000 Lbr
2,1 x 5,4 x 7mm Kecil Rp 644.000 Lbr
2,1 x 5,4 x 8mm Standart Rp 931.000 Lbr
2,1 x 5,4 x 8mm Kecil Rp 868.000 Lbr
2,1 x 5,4 x 10mm Standart Rp 1.512.000 Lbr
Wiremesh Roll 15 x 15 cm 2,1 x 54 mtr x 6 mm Standart Rp 4.550.000 Roll
2,1 x 54 mtr x 6 mm Kecil Rp 4.095.000 Roll
Wire Mesh 3 mm Galvanis Rp 224.000 Lbr
Ukuran 120 x 240 cm 3 mm Hitam Rp 182.000 Lbr
5 x 5 cm 3.5 Galvanis Rp 252.000 Lbr
3.5 Hitam Rp 231.000 Lbr
4 mm Galvanis Rp 343.000 Lbr
4 mm Hitam Rp 287.000 Lbr
4 Baja Ringan LightTruss SNI
C75.100 6 Mtr Rp 126.600 Btg
C75.80 6 Mtr Rp 85.800 Btg
C75.75 6 Mtr Rp 85.800 Btg
C75.75E 6 Mtr Rp 76.200 Btg
C75.65 6 Mtr Rp 72.600 Btg
R32.45 6 Mtr Rp 40.800 Btg
R30.45 6 Mtr Rp 36.000 Btg
R27.45 6 Mtr Rp 35.100 Btg
R32.40 6 Mtr Rp 41.600 Btg
R27.45E 6 Mtr Rp 35.100 Btg
5 Screw Reng 10 x 16 Rp 169 Pcs
Screw Reng 10 x 19 Rp 198 Pcs
Screw Truss 12 x 20 Rp 200 Pcs
Screw Roofing + Karet 12 x 45 Rp 350 Pcs
Drywall 6x1 Rp 59 Pcs
121

6 Kingspan
Aircell Retroshield Double Side 7mm (Bubble) 1,35m x 22,250m= 35 m² Rp 172.700 m²
Rp 5.181.000 Roll
Aircell Insulbreak 80F Double Side 8mm 1,30m x 23,08m =30 m² Rp 245.300 m²
Rp 7.359.000 Roll
Aircell Insulbreak 40F Double Side 4mm 1,30m x 34,62m = 45 m² Rp 145.200 m²
Rp 6.534.000 Roll
Aircell Insulbreak 30F Single Side 3mm 1,30 x 46,16m = 60 m² Rp 76.000 m²
Rp 4.560.000 Roll
Kolltherm K10FM (Soffit Board 25mm) 2,27m x 1,20m = 2,72 m² Rp 1.372.000 Lbr
Thermofloor TR 26 (Soffit Board 50 mm) 1,20m x 2,27m = 2,724 m² Rp 450.000 m²
Rp 1.800.000 Lbr
Thermofloor TR 27 (Soffit Board 70 mm) 1,20m x 0,6m = 0,72 m² Rp 475.000 Lbr
Allumunium Tape WA 005 48mm x 50m Rp 250.000 Roll
Allumunium Tape WA 006 72mm x 50m Rp 450.000 Roll
Allumunium Tape ST050 50mm x 50m Rp 125.000 Roll
Allumunium Tape ST075 / Insuko 75mm x 50 Rp 237.600 Roll
7 Allumunium Foil Woven Single Side 1,2 x 50 m Rp 533.000 Roll
Rockwool 60 K Tebal 2,5 cm 60 x 120 x 5cm Rp 85.000 Lbr
Rockwool Density 40 Rp 48.750
Rockwool Density 60 85226122869 Rp 61.750
Rockwool Density 80 Rp 74.750
Rockwool Density 100 Rp 87.750
Glasswool 1,2 x 30 m Rp 474.500 Roll
Roofmesh Tebal 0,8mm, lubang 7,5x7,5 1,8 x 30 m Rp 755.000 Roll
Hilon Double Side 1 x 20 m Rp 1.228.500 Roll
Hilon Single Side 1 x 20 m Rp 1.066.000 Roll
8 Galvalume 0,25 mm Rp 37.700 m'
(Panjang mulai dari 2mtr-8mtr kelipatan 0,5 mtr) 0,3 mm Rp 45.500 m'
0,35 mm Rp 55.250 m'
0,4 mm Rp 61.750 m'
Galvalume warna 0,3 mm Rp 63.050 m'
9 Atap Onduline 95 cm x 2 mtr Rp 180.000 Lbr
Atap Onduvilla 45 cm x 1 mtr Rp 54.000 Lbr
Badroline 3 m² Rp 877.500 pack
Onduline Tile 85 cm x 2m Rp 180.000 Lbr
Ondu clear 95 cm x 2 mtr Rp 312.000 Lbr
Screw Onduline Rp 2.000 Pcs
Nok Onduline/Onduvilla 1 mtr Rp 95.400 Pcs
10 Genteng Metal
Sakura Colour 2 x 4 77 x 80 cm, 0,25 Rp 51.350 Lbr
Surya Roof 2 x 4 77 x 80 cm, 0,3 Rp 102.050 Lbr
Fortuna Roof 2 x 4 77 x 80 cm, 0,25 Rp 70.000 Lbr
Nok Fortuna roof 1 mtr Rp 35.100 Lbr
Multi Roof 2 x 5 100 x 80 cm, 0,4 Rp 150.800 Lbr
11 Plafon PVC (Embun) Putih polos 20 x 400 cm Rp 70.400 Lbr
Plafon PVC (Embun)Motif 20 x 400 cm Rp 85.800 Lbr
List 400 cm Rp 88.000 Btg
12 Bata Ringan / Hebel merk Citicon 60 x 20 x 10 cm Rp 860.000 m³
60 x 20 x 7,5 cm
122

13 GREASE TRAP 30 x 30 x 30 cm Rp 1.365.000 Unit


40 x 30 x 30 cm Rp 1.475.500 Unit
Rp 2.223.000 Unit
14 Membran Bakar Ukuran 1 x 10 mtr
a. Bituline Layer 1 Hitam Rp 1.320.000 Roll
Layer 2 Merah Rp 1.500.000 Roll
Terpasang Layer 1 Rp 250.000 m²
Terpasang 2 Layer Rp 525.000 m²
b. Sika BituSeal T-130 SG Material Rp 1.386.000 Roll
Terpasang Rp 175.000 m²
c. BASF MasterPren 2003 Material Rp 860.000 Roll
Terpasang Rp 260.000 m²
d. Fosroc Material Rp 728.000 Roll
Terpasang Rp 240.000 m²
e. Primer Ultra 20 Kg Rp 869.050 /Pail
15 Rubbersit (Waterproofing untuk Nok/Kerpus) 24 cm x 10 mtr x 2 mm Rp 75.000 m'
16 Semen Instan (Fort Mix)
Perekat Bata Ringan FM 101 40 Kg Rp 115.000 Sak
Plesteran FM 102 40 Kg Rp 77.000 Sak
Acian FM 103 25 kg Rp 91.000 Sak
Acian Beton FM 104 25 Kg Rp 101.400 Sak
17 Hollow 2 x 4 Panjang 6 mtr Besi Galvanis
Tebal 1.2 mm Rp 58.075 Rp 55.200 Btg
Tebal 1.4 mm Rp 70.725 Rp 66.700 Btg
Tebal 1.6 mm Rp 78.200 Rp 76.475 Btg
Tebal 1.8 mm Rp 91.425 Btg
Tebal 2 mm Rp 103.500 Btg
Hollow 4 x 4 Panjang 6 mtr Besi Galvanis
Tebal 1.2 mm Rp 70.725 Rp 74.750 Btg
Tebal 1.4 mm Rp 98.325 Rp 96.600 Btg
Tebal 1.6 mm Rp 106.950 Rp 109.825 Btg
Tebal 1.8 mm Rp 120.750 Btg
Tebal 2 mm Rp 141.450 Btg
18 Kawat Bronjong 2 x 1 x 0,5 mtr □ 8 x 10 Rp 385.000 Lbr
uk. Kawat anyam 2,7mm sisi 3,4mm 2 x 1 x 0,5 mtr □ 10 x 12 Rp 370.000 Lbr
3 x 1 x 0,5 mtr □ 10 x 12 (inden) Rp 485.000 Lbr
19 Talang Metal
Talang datar @ 4mtr Rp 99.000 m'
Penggantung talang Rp 33.000 Pcs
Penyambung talang Rp 39.600 Pcs
Penutup talang Rp 39.600 Pcs
Corong Rp 76.600 Pcs
Spacer Rp 19.500 Pcs
Sudut dalam/ Sudut luar Rp 145.200 Pcs
Pipa tegak Rp 125.400 m'
Lbo Rp 110.500 Pcs
Pengikat pipa tegak Rp 39.600 Pcs
Penahan limpahan Rp 97.500 Pcs
Ongkos pasang Rp 50.000 m'
123

Lampiran 5 Brosur PT.UNIONMETAL


(Terlampir dalam lembar beikut)

123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134

Anda mungkin juga menyukai