Dosen:
Dr.Eng. Mahmud Kori Effendi
Dikerjakan oleh:
Kelas : G/Ganjil/2022-2023
Kelompok :3
i
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR
PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
TAHAN GEMPA
Disusun oleh :
ii
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNTUK MAHASISWA
KELAS :G
KELOMPOK :3
Dosen Pengampu
iii
CATATAN KONSULTASI LAPORAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Perancangan
Struktur Bangunan Gedung Tahan Gempa. Laporan ini merupakan salah satu syarat
mata kuliah wajib yang ditempuh di Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam
Indonesia.
Pada kesempatan kali ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan serta motivasinya dalam
penyelesaian laporan ini, diantaranya yaitu kepada :
1. Dr.Eng. Mahmud Kori Effendi selaku dosen Perancangan Struktur Bangunan
Gedung Tahan Gempa.
2. Miqdad Khosyi Akbar, S.T. selaku asisten dosen Perancangan Struktur
Bangunan Gedung Tahan Gempa.
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Laporan Tugas Besar
Perancangan Struktur Bangunan Gedung Tahan Gempa ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya
serta mahasiswa pada umumnya.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xv
BAB PENDAHULUAN 1
2.1.1 Balok 3
2.1.2 Kolom 4
vi
2.5 Beban Gempa 15
vii
5.2 Redistribusi Momen 112
viii
9.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Tulangan Total 170
ix
11.3.5 Daya Dukung Ijin Tarik Berdasarkan N-SPT 201
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.12 Rekapitulasi Perhitungan Torsi Tak Terduga Arah X dan Arah Y 58
Tabel 3.13 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4 Nilai
Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-B X 62
Tabel 3.14 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4 Nilai
Simpangan Rata-Rata Gempa Arah Y Titik A-B X 63
xi
Tabel 3.17 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Total Seluruh Kolom 66
Tabel 4.3 Rekapitulasi Desain Pelat Lantai dan Pelat Atap 103
Tabel 5.1 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser Balok dari SAP2000 114
Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Lentur Pada Balok Induk dan
Anak 139
Tabel 7.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Geser pada Balok Induk dan Balok
Anak 146
Tabel 8.1 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Pu Max 149
Tabel 8.2 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Mu Max 149
Tabel 8.3 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,3% 163
Tabel 8.4 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,4% 164
Tabel 8.5 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,5% 164
Tabel 8.6 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,6% 165
Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,7% 165
xii
Tabel 8.8 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,8% 166
Tabel 9.5 Nilai Mu- dan Mu+ Balok Pada Daerah Tumpuan 175
Tabel 10.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Tulangan Geser Kolom 189
Tabel 11.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Pondasi dan Pile Cap 229
xiii
Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 8 256
Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap 259
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 3.17 Properties of Object 28
xvi
Gambar 3.42 Choose Tables for Display 41
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1. SNI 1726 – 2019: Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
2. SNI 1727 – 2019: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain.
3. SNI 2847 – 2019: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
BAB II
PRELIMINARY DESIGN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR
Berikut merupakan gambar kodefikasi balok pada denah yang dapat dilihat di
bawah ini.
Keterangan:
B1X = Balok Induk 1 Arah X
4
Berikut merupakan gambar kodefikasi kolom pada denah yang dapat dilihat
di bawah ini.
Keterangan:
1. Kolom Dalam Lt. 1-5 (KD Lt 1-5)
Panjang (h) : 0,65 m
5
Keterangan:
1. PL1 : Pelat Lantai 1
6
Berikut merupakan gambar denah pelat beserta kodefikasinya pada lantai atap
bangunan yang dapat dilihat di bawah ini.
7
Keterangan:
1. PA1 : Pelat Atap 1
Tebal Pelat : 0,11 m
2. PA2 : Pelat Atap 2
Tebal Pelat : 0,11 m
3. PA3 : Pelat Atap 3
Tebal Pelat : 0,11 m
4. PA4 : Pelat Atap 4
Tebal Pelat : 0,11 m
5. PA5 : Pelat Atap 5
Tebal Pelat : 0,11 m
6. PA6 : Pelat Atap 6
Tebal Pelat : 0,11 m
= 600 mm
Tinggi balok yang dipakai adalah 600 mm.
1
Lebar balok (b) = 2 × h
1
= 2 × 600
= 300 mm
Lebar balok yang dipakai adalah 300 mm.
2. Estimasi Balok Anak 1 Arah X (BA1X)
8
1
Tinggi balok (h) = 14 × LBA1X
1
= 14 × 7200
= 514,29 mm ≈ 550 mm
Tinggi balok yang dipakai adalah 550 mm.
1
Lebar balok (b) = 2 × h
1
= 2 × 550
= 275 mm
Lebar balok yang dipakai adalah 275 mm.
Adapun untuk estimasi dimensi dan dimensi yang digunakan pada balok
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Lx = 3600 mm
Ly = 3600 mm
Maka, tipe pelat lantai
𝐿𝑦 3600
= 3600 = 1
𝐿𝑥
Karena hasil dari Ly/Lx yang diperoleh adalah 1, maka tipe pelat lantai
adalah tipikal pelat dua arah.
b. Menghitung panjang bentang bersih (netto)
1 1
Lny = Ly – (2 bB1Y) – (2 bB1Y)
1 1
= 3600 – ( x 300) – ( x 275)
2 2
= 3312,5 mm
1 1
Lnx = Ly – (2 bB1X) – (2 bB1X)
1 1
= 3600 – (2 x 300) – (2 x 275)
= 3312,5 mm
β = Lny/Lnx
= 3312,5/3312,5
=1
c. Momen inersia (I)
I = L x b x h3
1
= 12 x b x h3
Momen inersia per batang dimulai dari balok di kiri pelat memutar searah
jarum jam yang dapat dilihat pada gambar berikut.
1
IB1Y (ki) = 12 x 300 x 6003
= 5400000000 mm4
1
IB1X (at) = 12 x 300 x 6003
= 5400000000 mm4
1
IBA1Y (ka) = 12 x 275 x 5503
= 3812760416,667 mm4
1
IBA1X (ba) = 12 x 275 x 5503
= 3812760416,667 mm4
Momen inersia pertemuaun balok dan pelat.
1
Ip1 = x 3600 x 1253
12
= 585937500 mm4
1
Ip2 = x 3600 x 1253
12
= 585937500 mm4
d. Modulus elastisitas beton (Ec)
Ec = 4700 x √𝑓′𝑐
Semua batang mempunyai modulus elastisitas yang sama, sehingga
Ex = 4700 x √25
= 23500 MPa
e. Menghitung kekakuan (k)
𝐸𝑝 𝑥 𝐼𝑏
α = 𝐸𝑝 𝑥 𝐼𝑝
5400000000
αB1Y = 585937500
= 9,216
5400000000
αB1X = 585937500
= 9,216
3812760416,667
αBA1Y = 585937500
= 6,507
3812760416,667
αBA1X =
585937500
11
= 6,507
Maka, αrata-rata adalah
9,216+ 9,216+6,507+ 6,507
αrata-rata = 4
= 7,862
f. Menghitung tebal pelat minimum (hmin)
Dari perhitungan kekuatan didapatkan nilai kekuatan rata-rata (αrata-rata)
lebih dari 2, sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung tebal
pelat minimum lantai tipikal 1 adalah sebagai berikut.
𝑓𝑦
𝐿𝑛𝑦 ×(0,8+ )
1400
Hmin = 36 +9𝛽
385
3312,5 ×(0,8+ )
1400
= 36 +(9×1)
= 79,132 mm
Dipakai tebal pelat sebesar 125 mm.
Pelat lantai 1 merupakan Pelat tipikal (semua ukuran pelat pada denah
bangunan sama di setiap lantai), sehingga perhitungan dan tebal pelat di semua
lantai sama. Untuk pelat atap didesain dengan ukuran balok yang sama dengan
ukuran balok tiap lantai, sehingga perhitungan pelat atap sama dengan pelat lantai
1. Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi pelat dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Lantai 1-8
Komponen beban mati pada lantai satu hingga lantai delapan beserta beratnya
dapat dilihat pada tabel 2.3 di berikut ini.
13
2. Lantai 9 (Atap)
Komponen beban mati pada lantai atap beserta beratnya dapat dilihat pada
tabel 2.4 di bawah ini.
1. Lantai 1-8
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar
berdasarkan SNI 1727-2019 yaitu sebesar 1,92 kN/m2.
2. Lantai 9 (Atap)
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar
berdasarkan SNI 1727-2019 yaitu sebesar 0,96 kN/m2.
2.4.3 Beban Ultimit Pelat
Berikut merupakan perhitungan beban ultimit pada pelat lantai dan atap.
1. Lantai 1-8
Qd = 5,033 kN/m2
Ql = 1,92 kN/m2
Qu = 1,2 x Qd+ 1,6 x Ql
= 1,2 x 5,033 + 1,6 x 1,92
= 9,111 kN/m2
2. Lantai 9 (Atap)
Qd = 4,267 kN/m2
Ql = 0,96 kN/m2
Qu = 1,2 x Qd + 1,6 x Ql
= 1,2 x 4,267 + 1,6 x 0,96
= 6,657 kN/m2
Setelah menghitung pembebanan pada pelat lantai maupun pelat atap, maka
selanjutnya menghitung estimasi dimensi kolom sebagai berikut.
1. Kolom dalam lantai 1-5
Diketahui:
Qu = 9,111 kN/m2
Apelat = 51,702 m2
f’c kolom = 30 MPa
a. Mencari luas kolom
𝑃𝑢
Ag = 𝐹′ 𝑐 × 0,4
(51,702 × 9,111)
= 30 × 0,4
15
= 342722,348 mm2
b=h = √𝐴𝑔
= √342722,348
= 585,425 mm
bpakai = hpakai = 650 mm
Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi kolom dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
SMs = Fa x Ss
= 1,2 x 1,8707
= 2,245
4. Menentukan SDs
2
SDs = 3 x SMs
2
= 3 x 2,245
= 1,497
5. Menentukan S1
Menggunakan cara yang sama seperti mencari nilai Ss, diperoleh nilai S1
sebesar 0,7413.
6. Menentukan Fv
Dari Tabel 7 pada SNI 1726-2019, didapatkan nilai koefisien situs (Fv) untuk
kelas situs SC dengan nilai S1 ≥ 0,5 yaitu sebesar 1,4.
7. Menentukan nilai SM1
SM1 = Fv x S1
= 1,4 x 0,7413
= 1,038
8. Menentukan nilai SD1
2
SD1 = 3 x SM1
2
= 3 x 1,038
= 0,692
9. Menentukan nilai To
𝑆𝐷1
To = 0,2 x
𝑆𝐷𝑠
0,692
= 0,2 x 1,497
= 0,092
10. Menentukan nilai Ts
𝑆𝐷1
Ts = 𝑆𝐷𝑠
0,692
= 1,497
17
= 0,462
Setelah mendapatkan data-data di atas, maka dapat menghitung beban gempa
dari portal-portal dalam suatu bangunan melalui perhitungan-perhitungan berikut.
1. T = Ct x Hnx
= 0,0466 x 31,50,9
= 1,040 detik
2. R = 8 (SNI 1726-2019)
3. Ie = 1,5 (SNI 1726-2019)
𝑆𝐷𝑠
4. Cs1 = 𝑅
𝐼𝑒
1,497
= 8
1,5
= 0,2806
𝑆𝐷1
5. Csmax = 𝑅
𝑇×
𝐼𝑒
0,692
= 8
1,040×
1,5
= 0,125
6. Csmin = 0,044SDs x Ie
= 0,044 x 1,497 x 1,5
= 0,099
7. Cspakai = 0,125
8. Berat Bangunan Total
W = 129405,234 kN
9. V = Cspakai x Berat bangunan total
= 0,125 x 129405,234
= 16147,99 kN
Grafik Respon Spektrum dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini.
18
1,6
BAB III
ANALISIS DAN KONTROL STUKTUR
3.1 Pemodelan Struktur Menggunakan SAP
Berikut ini merupakan langkah-langkah pemodelan struktur menggunakan
software SAP2000.
1. Langkah paling awal adalah membuka SAP2000 kemudian membuat grid
sesuai dengan desain dalam term of reference (TOR) dengan cara klik New
Model, disesuaikan satuannya yaitu KN, m, C. Kemudian pilih template Grid
Only.
tetapi harus merubah dimensions depth dan width sesuai ketentuan masing-
masing.
10. Membuat penampang pelat lantai, pelat atap, dan dinding geser.
Klik menu define → section properties → area section → add new section
sesuai dengan tipe pelat yang akan digunakan. Misal tipe pelat yang digunakan
adalah pelat lantai (PL1, PL2, PL3, PL4, PL5, PL6, dan PL7) dan pelat atap
(PA1, PA2, PA3, PA4, PA5, dan PA6).
Lakukan cara yang sama untuk membuat kebutuhan pelat yang lain dengan
mengubah ketebalan serta mutu material sesuai ketentuan pelat yang
digunakan.
12. Selanjutnya adalah menggambar balok, kolom, dan pelat sesuai dengan gambar
denah rencana yang sudah ditentukan. Dengan cara klik menu draw
frame/cable untuk balok kolom atau draw rectangular area untuk pelat. Pilih
section sesuai section yang akan di gambar. Lakukan pada setiap lantai sesuai
dengan jumlah lantai masing-masing.
16. Selanjutnya adalah memasukkan beban pelat bordes dan balok bordes. Untuk
cara memasukkannya sama dengan langkah beban dinding, tetapi pilih yang
balok atau pelat bordes pada saat select section.
17. Memasukkan pondasi jepit bangunan.
Pilih joint yang dijadikan pondasi kemudian pilih menu assign → joint →
restraints. Lalu pilih jepit, jika sudah klik apply.
3) Memasukkan load cases applied dengan load type adalah accel, load
name adalah U2, function adalah RSD (sesuai nama file), dan scale
faktor menjadi 1 terlebih dahulu. Kemudian klik add.
Keterangan:
Vdinamik = gaya geser hasil analisis SAP2000
Vstatik = hasil kali antara berat bangunan dengan koefisien gempa
Maka, selanjutnya dilakukan pengecekan gaya gempa dinamik dengan
perhitungan berikut ini.
1. Vstatik
Cs = 0,125
W = 129405,234 kN
Vstatik = Cs x W
= 0,125 x 129405,234
= 16147,99 kN
2. Vdinamik
Vdinamik didapatkan dari hasil analisis struktur menggunakan software
SAP2000. Adapun nilai untuk Vdinamik adalah sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 14207,745 kN
b. Vdinamik Ey = 13982,288 kN
3. Pengecekan syarat
Berdasarkan hasil Vdinamik dan Vstatik pada bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Vdinamik masih kurang dari Vstatik sehingga belum
memenuhi syarat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyekalaan ulang pada
skala respon spektrum.
4. Skala respon spektrum
Ie
Skala respon spektrum = x 9,81
R
1,5
= x 9,81
8
= 1,839
5. Skala respon spektrum baru
Vstatik
Skala respon spektrum baru =V x Skala respon spektrum
dinamik
16147,99
a. Skala respon spektrum baru Ex = 14207,745 x 1,839
= 2,091
16147,99
b. Skala respon spektrum baru Ey = x 1,839
13982,288
= 2,124
6. Pengecekan ulang syarat
Setelah mendapat skala respon spektrum baru, maka nilai tersebut dimasukkan
ke SAP2000 dan setelah itu dilakukan pengecekan ulang syarat Vdinamik >
Vstatik . Setelah dilakukan analisis struktur ulang dengan menggunakan
software SAP2000 didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 16148,263 kN
b. Vdinamik Ey = 16148,188 kN
Maka dengan Vstatik sebesar 16147,99 KN, dapat disimpulkan bahwa
Vdinamik telah memenuhi persyaratan baik arah gempa x maupun arah gempa
y.
3.4 Pengecekan Gaya Aksial Tingkat
Setelah dilakukan pengecekan gaya gempa dinamik, maka selanjutnya
adalah mengecek gaya aksial tingkat. Gaya aksial didapatkan dari hasil analisis
struktur menggunakan software SAP2000. Adapun untuk gaya aksial hasil analisis
struktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pada umumnya,selisih nilai gaya aksial antara suatu lantai dengan selisih
lantai lainnya adalah sama, kecuali pada lantai atap karena menahan beban yang
lebih kecil dibanding dengan lantai lainnya. Adapun contoh perhitungan adalah
sebagai berikut ini.
1. Selisih gaya aksial pada lantai 6 dan lantai 7
a. F3 lantai 6 = 55469,445 kN
b. F3 lantai 7 = 40877,748 kN
Maka, selisih antara gaya aksial pada lantai 6 dan lantai 7 adalah sebagai
berikut.
Δgaya aksial = F3Lantai 6 – F3Lantai 7
= 55469,445 - 40877,748
= 14591,69 kN
2. Selisih gaya aksial pada lantai 7 dan lantai 8
a. F3 lantai 7 = 40877,748 kN
b. F3 lantai 8 = 26286,052 kN
Maka, selisih antara gaya aksial pada lantai 7 dan lantai 8 adalah sebagai
berikut.
Δgaya aksial = F3Lantai 7 – F3Lantai 8
= 40877,748 – 26286,052
= 14591,69 kN
Adapun rekapitulasi gaya aksial tiap lantai lainnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
46
Δ = δx(n) – δx(n-1)
0,020 x hsx
Δmax = ρ
Keterangan:
δx = Defleksi in-elastis struktur (mm)
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Ux = Defleksi pada lokasi yang disyaratkan yang ditentukan dengan analisis
elastis (mm)
Ie = Faktor keutamaan gempa
Δ = Simpangan antar lantai (mm)
δx(n) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai yang ditinjau (mm)
δx(n-1) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai di bawah yang ditinjau (mm)
47
Adapun contoh perhitungan cek simpangan antar latai arah x pada lantai 1
adalah sebagai berikut.
1. Menghitung δx
Cd = 5,5
U1 = 2,237 mm
Ie = 1,5
Cd x Ux
δx = Ie
5,5 x 2,237
= 1,5
48
= 8,202 mm
2. Menghitung Δ
δx(0) = 0 mm
δx(1) = 8,202 mm
Δ = δx(n) - δx(n-1)
= 8,202 - 0
= 8,202 mm
3. Menghitung Δmax
hsx = 3500 mm
ρ = 1,3
0,020 x hsx
Δmax =
ρ
0,020 x 3500
= 1,3
= 26,923 mm
4. Cek Δ < Δmax
Pengecekan Δ < Δmax adalah sebagai berikut.
Δ < Δmax
8,202 mm < 26,923 mm (OK)
Hasil rekapitulasi pengecekan simpang antar lantai arah x dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30
Simpangan Antar Lantai (mm)
9
8
7
6
Tingkat
5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30
Simpangan Antar Lantai (mm)
dengan:
θ = Koefisien stabilitas struktur
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Px = Beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x (kN)
Ie = Faktor keutamaan gempa
∆ = Simpangan antar lantai (mm)
51
= 0,00512
2. Menghitung θmax
Cd = 5,5
β =1
0,5
θmax = βxC
d
0,5
= 1 x 5,5
= 0,0909
3. Cek syarat
Pengecekan θ < θmax adalah sebagai berikut.
θ < θmax
0,00512 < 0,0909 (OK)
Dari perhitungan pengecekan koefisien stabilitas struktur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien stabilitas struktur pada
arah x tidak melewati koefisien stabilitas struktur maksimum sehingga struktur aman.
3.6.2 Pengecekan stabilitas struktur arah y
Adapun untuk pengecekan koefisien stabilitas struktur arah y, langkah–langkah perhitungannya sama seperti langkah–langkah
perhitungan pengecekan koefisien stabilitas struktur arah x dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
54
Adapun untuk perhitungan pengecekan torsi tak terduga adalah sebagai berikut
ini dan kami menggunakan perhitungan pada lantai 1 arah x sebagai contoh
perhitungan.
1. Menghitung Fx
Diketahui data Vx sebagai berikut.
Maka untuk nilai gaya gempa per lantai adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan perhitungan pada lantai 1 sebagai contoh perhitungan.
Vx1 = 16148,26 KN
Vx2 = 15542,92 KN
Fx1 = Vx1 - Vx2
57
= 16148,26 – 15542,92
= 605,343 KN
Sedangkan untuk lantai – lantai lainnya, perhitungannya sama seperti
perhitungan gaya gempa per lantai pada lantai 1 dan rekapitulasinya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
= 5% x 19,170
= 0,958 m
Fx1 = 605,343 KN
Tx1 = Fx x Δy
= 605,343 x 0,958
= 580,208 KNm
Sedangkan untuk lantai – lantai lainnya, perhitungannya sama seperti
perhitungan torsi pada lantai 1 dan untuk torsi arah y sama seperti perhitungan
torsi arah x dengan penyesuaian rumus yang digunakan. Adapun rekapitulasi
perhitungan pengecekan torsi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.12 Rekapitulasi Perhitungan Torsi Tak Terduga Arah X dan Arah Y
Torsi X Torsi Y
Pusat Massa Δx Δy
Lantai Fx (kN) Fy (kN) (kNm) (kNm)
X Y 5%x 5%y Fx . Δy Fy . Δx
1 25,293 19,170 1,27 0,96 605,343 600,872 580,208 759,901
2 25,261 19,140 1,26 0,96 1172,528 1217,045 1122,103 1537,208
3 25,261 19,140 1,26 0,96 1342,281 1341,905 1284,556 1694,914
4 25,261 19,140 1,26 0,96 1405,944 1432,695 1345,481 1809,588
5 25,257 19,137 1,26 0,96 1390,375 1384,670 1330,366 1748,632
6 25,253 19,134 1,26 0,96 1469,619 1418,332 1405,958 1790,833
7 25,253 19,134 1,26 0,96 2019,251 2007,836 1931,781 2535,160
8 25,280 19,159 1,26 0,96 3223,998 3238,887 3088,426 4093,946
9 25,154 19,050 1,26 0,95 3518,924 3505,946 3351,749 4409,405
Jumlah 15440,63 20379,59
Maksimal 20379,59
Setelah dilakukan perhitungan torsi tak terduga arah x dan arah y pada setiap
lantai, maka selanjutnya dipilih nilai torsi terbesar. Maka berdasarkan tabel 3.11,
nilai torsi terbesar adalah torsi tak terduga arah y dan selanjutnya adalah membuat
“Load Pattern” torsi dan masukkan nilai torsi arah y sesuai tingkatan.
59
= 0,00234 m
1,2Δavg = 1,2 x Δavg
= 1,2 x 0,00234
= 0,00281
1,4Δavg = 1,4 x Δavg
= 1,4 x 0,00234
= 0,003275
62
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan bahwa nilai Δ max < 1,2Δavg <
1,4Δavg. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi torsi.
b. Perhitungan simpangan arah y
U1 = 0,00267 (joint atas)
U1 = 0,00205 (joint bawah)
Δmax = nilai terbesar dari UxA dan UxB
= 0,00267 m
UxA+ UxB
Δavg =
2
0,00267 + 0,00205
Δavg = 2
= 0,00236 m
1,2Δavg = 1,2 x Δavg
= 1,2 x 0,00236
= 0,00284
1,4Δavg = 1,4 x Δavg
= 1,4 x 0,00236
= 0,00331
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan bahwa nilai Δ max < 1,2Δavg <
1,4Δavg. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi torsi.
Adapun untuk lantai – lantai lainnya baik arah x dan arah y dapat dihitung
dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini.
Tabel 3.13 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-B X
Tabel 3.14 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah Y Titik A-B X
= 4,1634
2) Kekakuan total (∑Ki)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 18
∑KD1 = KD1 x n1
= 4,1634 x 18
64
= 74,9414
b. Perhitungan kekakuan kolom luar (KL)
1) Kekakuan kolom
Diketahui :
B1 = 600 mm
H1 = 600 mm
L1 = 3500 mm
1
(12 𝑥 1 𝑥 ( ) 𝑥 𝐵 𝑥 𝐻 3 )
12
KL1 = 𝐿³
1
(12 𝑥 1 𝑥 ( ) 𝑥 600 𝑥 6003 )
12
= 3500³
= 3,0227
2) Kekakuan total (∑Ki)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 29
∑KL1 = KL1 x n1
= 3,0227 x 29
= 87,659
c. Kekakuan total seluruh kolom (Ki)
K1 = ∑KD1 + ∑KL1
= 74,9414 + 87,659
= 162,6009
Dengan cara peritungan yang sama diperoleh rekapitulasi kekakuan kolom
pada setiap lantai sebagai berikut.
65
9 - - - -
68
BAB IV
DESAIN PELAT LANTAI, PELAT ATAP, DAN TANGGA
Pelat satu arah merupakan pelat yang mempunyai nilai perbandingan antara
bentang panjang dengan bentang pendek lebih dari dua. Pada perencanaan kali ini,
terdapat dua pelat lantai yang berjenis pelat satu arah, yaitu pelat lantai tipe 5 dan
pelat lantai tipe 6. Adapun contoh perhitungan penulangan pada pelat lantai tipe 6
adalah sebagai berikut.
3. Data Pelat
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
70
= 2,4
Nilai perbandingan Ly dengan Lx lebih dari dua (2) sehingga pelat lantai
tipe 6 tersebut termasuk jenis pelat lantai satu arah.
4. Perhitungan Momen Desain
a. Qu pelat lantai = 9,111 kN/m2
1
b. Mu tumpuan = x Qu x L2
11
1
= 11 x 9,111 x 32
= 7,454 kNm
1
c. Mu lapangan = 16 x Qu x L2
1
= 16 x 9,111 x 32
= 5,125 kNm
d. Dpokok = 10D
e. Dbagi = 8P
f. Pb = 20 mm
g. Hpelat = 125 mm
Dpokok
h. ds = Pb + 2
10
= 20 + 2
= 25 mm
i. d = h – ds
= 125 – 25
= 100 mm
j. b = 1000 mm
5. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Tipe 6
71
= 8,283 kNm
fy
4) m =
0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
Mn
5) Rn = bd2
8,283
= 1000 x 1002
= 0,828 MPa
1 1−(2m x Rn)
6) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,828)
= (18,118) x [1-( )]
385
= 0,002
1,4
7) ρmin1 = fy
1,4
=
385
= 0,0036
√fc
8) ρmin2 = 4fy
√25
= 4 x 385
= 0,0032
9) ρmin pakai
72
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
10) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
11) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
12) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 363,636
= 215,984 mm
13) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
14) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4 200
= 392,699 mm2
15) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-200.
b. Penulangan Daerah Lapangan
1) Mu = 5,125 kNm
2) Ø = 0,9
Mu
3) Mn = Ø
5,125
= 0,9
= 5,694 kNm
fy
4) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
73
= 18,118
Mn
5) Rn = bd2
5,125
= 1000 x 1002
= 0,5694 MPa
1 1−(2m x Rn)
6) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,5694)
= (18,118) x [1-( )]
385
= 0,0015
1,4
7) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
8) ρmin2 = 4fy
√25
= 4 x 385
= 0,0032
9) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
10) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
11) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
12) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 363,636
= 215,984 mm
13) Spakai = 200 mm
74
As Tulangan x b
14) As’ =
Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4
200
= 392,699 mm2
15) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-200.
c. Penulangan Susut
1) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 125
= 250 mm2
As Tulangan x b
2) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 250
= 201,062 mm
3) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
4) As’ = Spakai
1
x π x 82 x 1000
=4 200
= 251,327 mm2
Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm 2 > 250 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-200.
4.2.2 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Dua Arah
Adapun pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah ini menggunakan
pelat lantai tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Data Pelat Lantai Tipe 1
a. K uat tekan beton (f’c) = 25 MPa
b. Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
c. hpelat = 125 mm
75
d. bB1X = 300 mm
e. hb1X = 600 mm
f. bB1Y = 300 mm
g. hB1Y = 600 mm
h. bkolom = hkolom = 650 mm
i. Qu pelat lantai = 9,111 kN/m2
j. Bentang panjang pelat (Ly) = 3600 mm
k. Bentang pendek pelat (Lx) = 3600 mm
1 1
l. Bentang bersih Ly = Ly - (2 x bB1X) - (2 x bB1X)
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)
= 3300 mm
1 1
m. Bentang bersih Lx = Ly - (2 x bB1Y) - (2 x bB1Y)
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)
= 3300 mm
n. Jenis arah pelat = Ly/Lx
= 3600/3600
=1
Nilai perbandingan Ly dengan Lx kurang dari dua (2) sehingga pelat lantai
tipe 1 tersebut termasuk jenis pelat lantai dua arah.
2. Direct Design Method (DDM) Lantai Tipe 1
a. Analisis pada strip luar
1) bcolumn strip
1 1
x Ly = 4 x 3600
4
= 900 mm
1 1
x Lx = 4 x 3600
4
= 900 mm
1
Nilai bcolumn strip merupakan nilai terkecil yang diambil dari 4 x Ly atau
1
x Lx. Sehingga nilai bcolumn strip yang diambil adalah 900 mm.
4
76
= 2125 mm
4) Momen terfaktor
bstrip Lnx 2
Qu x ( )x( )
1000 1000
M0 = 8
2125 3300 2
9,111 x ( )x( )
1000 1000
=
8
= 26,355 kNm
b. Distribusi momen statis total terfaktor
1) Panil eksterior (tepi)
a) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,16
b) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,70
c) M0,𝑣𝑒 + = 0,57
c. Momen terfaktor pada column strip
1) Modulus elastisitas balok
Ecb = 4700 x √f ′ cbalok
= 4700 x √30
= 25742,96 MPa
2) Modulus elastisitas pelat
Ecs = 4700 x √f ′ cpelat
= 4700 x √25
= 23500 MPa
3) Inersia balok
1
Ib = 12 x bB1X x hB1X 3
1
= 12 x 300 x 6003
77
= 5400000000 mm4
4) Inersia pelat
1
Is = 12 x bstrip x hpelat 3
1
= 12 x 2125 x 1253
= 345865885,417 mm4
5) kekakuan (α)
Ecb x Ib
α = Ecs x Ip
25742,96 x 5400000000
= 23500 x 345865885,417
= 17,103
6) Menghitung nilai β
a) Bagian-bagian persegi untuk C1
x1 = hpelat
= 125 mm
y1 = hB1Y - hpelat
= 600 – 125
= 475 mm
x2 = bB1Y
= 300 mm
y2 = hB1Y
= 600 mm
A1 = x1 x y1
= 125 x 475
= 59375 mm2
A2 = x2 x y2
= 300 x 600
= 180000 mm2
x x3 y
C1 =∑ (1 − 0,63 × y) 3
= 3956975260,417 mm4
78
= 3027287760,417 mm4
c) Cpakai
Cpakai merupakan nilai maksimum dari C1 dan C2 yaitu
3956975260,417 mm4.
E
d) β = 2 x Ecb x xC I
cs s
= 6,266
e) FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
f) FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
g) FM0 + = 0,75
79
= 0,363 M0
f. Momen sisa pada column strip
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,12
= 0,018 M0
2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,525
= 0,079 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,428
= 0,064 M0
g. Momen desain PL1
1) Column strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,018
= 0,474 kNm
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,079
= 2,075 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
= 26,355 x 0,064
= 1,690 kNm
2) Middle strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,04
= 1,054 kNm
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,18
= 4,612 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
81
= 26,355 x 0,143
= 3,756 kNm
Hasil rekapitulasi momen desain pelat lantai 1 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
=1
7) Hpelat = 125 mm
Dpokok
8) ds = Pb + 2
10
= 20 + 2
= 25 mm
9) d = h – ds
= 125 – 25
= 100 mm
10) b = 1000 mm
c. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat lantai Tipe 1
Perhitungan penulangan pada pelat lantai dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan
tulangan susut. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada
perhitungan di bawah ini.
1) Penulangan Daerah Tumpuan
a) Mu = 4,612 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
4,612
=
0,9
= 5,125 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
5,125
= 1000 x 1002
= 0,513 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,513)
= (18,118) x [1-( )]
385
83
= 0,0013
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy
√25
= 4 x 385
= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
4
= 363,636
= 215,984 mm
m) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
4
= 200
= 392,699 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
84
= 4,173 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
Mn
e) Rn =
bd2
4,173
= 1000 x 1002
= 0,417 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,417)
= (18,118) x [1-( )]
385
= 0,0011
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy
√25
= 4 x 385
= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
85
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
4
= 363,636
= 215,984 mm
m) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4
200
= 392,699 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
lantai dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai
adalah D10-250.
3) Penulangan Susut
a) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 125
= 250 mm2
As Tulangan x b
b) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 250
= 201,062 mm
c) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
d) As’ =
Spakai
86
1
x π x 82 x 1000
4
= 200
= 251,327 mm2
Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm2 > 250 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai dua arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-200.
Pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah untuk arah y sama dengan
perhitungan arah x. Karena pelat lantai tipe 1 tersebut berbentuk persegi sehingga
penulangannya sama.
= 2,4
Nilai perbandingan Ly dengan Lx lebih dari dua (2) sehingga pelat atap
tipe 6 tersebut termasuk jenis pelat atap satu arah.
b. Perhitungan Momen Desain
1) Qu pelat atap = 6,657 kN/m2
1
2) Mu tumpuan = 11 x Qu x L2
1
= x 6,657 x 32
11
= 5,446 kNm
87
1
3) Mu lapangan = 16 x Qu x L2
1
= 16 x 6,657 x 32
= 3,744 kNm
4) Dpokok = 10D
5) Dbagi = 8P
6) Pb = 20 mm
7) Hpelat = 110 mm
Dpokok
8) ds = Pb + 2
10
= 20 + 2
= 25 mm
9) d = h – ds
= 110 – 25
= 85 mm
10) b = 1000 mm
c. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat atap Tipe 6
Perhitungan penulangan pada pelat atap dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan tulangan
susut. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada perhitungan di
bawah ini.
1) Penulangan Daerah Tumpuan
a) Mu = 5,446 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
5,446
= 0,9
= 6,052 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
88
Mn
e) Rn = bd2
6,052
= 1000 x 852
= 0,838 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,838)
= (18,118) x [1-( )]
385
= 0,0022
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
h) ρmin2 =
4fy
√25
= 4 x 385
= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 309,091
= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ =
Spakai
89
1
x π x 102 x 1000
4
= 250
= 314,159 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat atap satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-250.
2) Penulangan Daerah Lapangan
a) Mu = 3,744 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
3,744
= 0,9
= 4,161 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
4,161
= 1000 x 852
= 0,576 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,576)
= (18,118) x [1-( 385
)]
= 0,0015
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy
√25
= 4 x 385
90
= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
4
= 309,091
= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
4
= 250
= 314,159 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat atap satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-250.
3) Penulangan Susut
e) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 110
= 220 mm2
As Tulangan x b
f) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 220
= 228,479 mm
91
g) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
h) As’ = Spakai
1
x π x 82 x 1000
=4 200
= 251,327 mm2
Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm 2 > 220 mm2, maka perhitungan
penulangan pada daerah lapangan pelat atap satu arah tipe 6 sudah OK dan
penulangan yang dipakai adalah P8-200.
4.3.2 Perhitungan Tulangan Pelat Atap Dua Arah
Adapun pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah ini menggunakan
pelat atap tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Data Pelat Lantai Tipe 1
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
b. Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
c. hpelat = 125 mm
d. bB1X = 300 mm
e. hb1X = 600 mm
f. bB1Y = 300 mm
g. hB1Y = 600 mm
h. bkolom = hkolom = 600 mm
i. Qu pelat lantai = 6,657 kN/m2
j. Bentang panjang pelat (Ly) = 3600 mm
k. Bentang pendek pelat (Lx) = 3600 mm
1 1
l. Bentang bersih Ly = Ly - ( x bB1X) - ( x bB1X)
2 2
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)
= 3300 mm
1 1
m. Bentang bersih Lx = Ly - (2 x bB1Y) - (2 x bB1Y)
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)
= 3300 mm
92
= 900 mm
1 1
x Lx = x 3600
4 4
= 900 mm
1
Nilai bcolumn strip merupakan nilai terkecil yang diambil dari x Ly atau
4
1
x Lx. Sehingga nilai bcolumn strip yang diambil adalah 900 mm.
4
= 2100 mm
4) Momen terfaktor
bstrip Lnx 2
Qu x ( )x( )
1000 1000
M0 = 8
2100 3300 2
6,657 x ( )x( )
1000 1000
= 8
= 19,029 kNm
b. Distribusi momen statis total terfaktor
1) Panil eksterior (tepi)
a) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,16
93
b) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,70
c) M0,𝑣𝑒 + = 0,57
c. Momen terfaktor pada column strip
1) Modulus elastisitas balok
Ecb = 4700 x √f ′ cbalok
= 4700 x √30
= 25742,96 MPa
2) Modulus elastisitas pelat
Ecs = 4700 x √f ′ cpelat
= 4700 x √25
= 23500 MPa
3) Inersia balok
1
Ib = 12 x bB1X x hB1X 3
1
= 12 x 300 x 6003
= 5400000000 mm4
4) Inersia pelat
1
Is = 12 x bstrip x hpelat 3
1
= 12 x 2100 x 1103
= 232925000 mm4
5) kekakuan (α)
Ecb x Ib
α = Ecs x Ip
25742,96 x 5400000000
=
23500 x 232925000
= 25,4
6) Menghitung nilai β
a) Bagian-bagian persegi untuk C1
x1 = hpelat
= 110 mm
y1 = hB1Y - hpelat
94
= 600 – 110
= 490 mm
x2 = bB1Y
= 300 mm
y2 = hB1Y
= 600 mm
A1 = x1 x y1
= 110 x 490
= 53900 mm2
A2 = x2 x y2
= 300 x 600
= 180000 mm2
x x3 y
C1 =∑ (1 − 0,63 × y) 3
= 3885650566,667 mm4
b) Bagian-bagian persegi untuk C2
x1 = hpelat
= 110 mm
y1 = (hB1Y – hpelat) + bB1Y
= (600 – 110) + 300
= 790 mm
x2 = hB1Y
= 300
y2 = (hB1Y – hpelat)
= (600 – 110)
= 490 mm
A1 = x1 x y1
= 110 x 790
= 86900 mm2
A2 = x2 x y2
95
= 300 x 490
= 147000 mm2
x x3 y
C2 =∑ (1 − 0,63 × y) 3
= 3028750566,667 mm4
c) Cpakai
Cpakai merupakan nilai maksimum dari C1 dan C2 yaitu
3885650566,667 mm4.
E
d) β = 2 x Ecb x xC I
cs s
= 9,137
e) FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
f) FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
g) FM0 + = 0,75
7) Momen terfaktor pada column strip
a) Panil eksterior (tepi)
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 0,75 x 0,16
= 0,12 M0
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 0,75 x 0,70
= 0,525 M0
M0,𝑣𝑒 + = FM0 + x M0,𝑣𝑒 +
= 0,75 x 0,57
= 0,428 M0
d. Momen terfaktor pada middle strip
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 0,16 – 0,12
= 0,04 M0
96
= 0,343 kNm
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,079
= 1,499 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
= 19,029 x 0,064
= 1,220 kNm
2) Middle strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,04
= 0,761 kNm
−
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,18
= 3,330 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
= 19,029 x 0,143
= 2,712 kNm
Hasil rekapitulasi momen desain pelat atap tipe 1 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Ly
5) Jenis arah pelat = Lx
3,6
= 3,6
=1
= 25 mm
9) d = h – ds
= 110 – 25
= 85 mm
10) b = 1000 mm
c. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat atap Tipe 1
Perhitungan penulangan pada pelat atap dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan
tulangan susut. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada
perhitungan di bawah ini.
1) Penulangan Daerah Tumpuan
a) Mu = 3,330 kNm
99
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
3,330
= 0,9
= 3,700 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
5,125
= 1000 x 852
= 0,512 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,512)
= (18,118) x [1-( )]
385
= 0,0013
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy
√25
=
4 x 385
= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
100
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 309,091
= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ =
Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4 250
= 314,159 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
atap dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai
adalah D10-250.
2) Penulangan Daerah Lapangan
a) Mu = 2,712 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn =
Ø
2,712
= 0,9
= 3,013 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
4,173
= 1000 x 852
= 0,417 MPa
101
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = ( ) x [1-( )]
m fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,417)
= (18,118) x [1-( )]
385
= 0,0011
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385
= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy
√25
= 4 x 385
= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4
309,091
= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4 250
= 314,159 mm2
o) Cek syarat
102
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
atap dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai
adalah D10-250.
3) Penulangan Susut
a) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 110
= 220 mm2
As Tulangan x b
b) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 220
= 228,479 mm
c) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
d) As’ = Spakai
1
x π x 82 x 1000
=4 200
= 251,327 mm2
Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm2 > 220 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat atap dua arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-200.
Pada perhitungan penulangan pelat atap dua arah untuk arah y sama dengan
perhitungan arah x. Karena pelat atap tipe 1 tersebut berbentuk persegi sehingga
penulangannya sama.
Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi desain pelat.
103
= 170 mm
12. h = 170 mm
H/2
13. Sudut kemiringan tangga (α) = Arctan (L )
anak tangga
4000/2
= Arctan ( )
2750
= 32,471°
14. Dtul.pokok tangga = 12 mm
15. Dsusut = 8 mm
16. Pbtangga = 20 mm
17. Dtul.pokok balok = 16 mm
105
18. Dsengkang = 10 mm
19. Pbbalok = 40 mm
20. bBB = 300 mm
21. hBB = 550 mm
22. Berat jenis beton (γbeton) = 23,544 kN/m3
23. Berat jenis plester (γplester) = 21,582 kN/m3
4.4.1 Pembebanan Pelat
= 2,001 kN/m2
h
x γbeton
b. Berat pelat tangga (QD, pelat tangga) = 1000cos α
170
x 23,544
1000
= cos 32,471°
= 4,744 kN/m2
hkeramik
c. Berat keramik (QD, keramik) = 1000
x 9,81
120
= 1000 x 9,81
= 1,177 kN/m2
hplester
x γplester
1000
d. Berat plester (QD, plester) =
cos α
200
x 21,582
1000
= cos 32,471°
= 0,512 kN/m2
e. Beban mati tangga (QD) = QD, anak tangga + QD, pelat tangga
+ QD, keramik + QD, plester
= 2,001 + 4,744 + 1,177 + 0,512
= 8,434 kN/m2
f. Beban hidup tangga (QL) = 0,3 x 9,81
106
= 2,943 kN/m2
(1,2 QD + 1,6 QL )x Btangga
g. Beban Ultimate = 2
(1,2 x 8,434+ 1,6 x 2,943)x 3
= 2
= 22,245 kN/m
2. Pembebanan pelat bordes
h
a. Berat pelat tangga (QD, pelat bordes) = 1000 x γbeton
170
= x 23,544
1000
= 4,002 kN/m2
hkeramik
b. Berat keramik (QD, keramik) = x 9,81
1000
120
= 1000 x 9,81
= 1,177 kN/m2
hplester
c. Berat plester (QD, plester) = x γplester
1000
200
= 1000 x 21,582
= 0,432 kN/m2
d. Beban mati tangga (QD) = QD, pelat tangga + QD, keramik + QD, plester
= 4,002 + 1,177 + 0,432
= 5,611 kN/m2
e. Beban hidup tangga (QL) = 0,3 x 9,81
= 2,943 kN/m2
(1,2 QD + 1,6 QL )x Btangga
f. Beban Ultimate =
2
(1,2 x 5,611+ 1,6 x 2,943)x 3
=
2
= 17,164 kN/m
4.4.2 Perhitungan Penulangan Pelat
a. Shear force
RA = (Qu tangga x L a.tangga x (0,5 x L a.tangga+ L bordes))+(Qu bordes x L bordes x (0,5 x L bordes))
(L a.tangga+L bordes)
= 43,497 kN
RB = (Qu tangga x L a.tangga x (0,5 x L a.tangga))+(Qu bordes x L bordes x (0,5 x L bordes+L a.tangga))
(L a.tangga+L bordes)
= 39,131 kN
Vu,max diambil nilai terbesar antara RA dan RB
Vu,max = 43,497 kN
Dtul.pokok tangga
d = h – Pbtangga – ( 2
)
12
= 170 – 20 – ( )
2
= 144 mm
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √𝑓𝑐 ′ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑥 (𝐵 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥 )𝑥𝑑
ϕVc = 6 2
1000
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √25 𝑥 (3 𝑥 ) 𝑥 144
6 2
= 1000
= 135 kN
ϕVc … Vu,max
Jika ϕVc > Vu,max , maka tidak memerlukan tulangan geser
Jika ϕVc < Vu,max , maka memerlukan tulangan geser
ϕVc … Vu,max
135 kN > 43,497 kN
(Maka tidak perlu tulangan geser)
b. Bending moment
Mmax = 41,8229 kNm (dari analisis SAP200)
c. Tulangan lentur tangga
′ 6
ρ = (0,85 𝑥 𝑓𝑦
𝑓𝑐 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
) 𝑥 (1 − √1 − (
(2 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 𝑥 10 )
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑥 0,9 𝑥 (𝐵𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥
1000
) 𝑥 𝑑2
))
2
6
= (0,85385𝑥 25) 𝑥 (1 − √1 − (0,85 𝑥 25(2 𝑥𝑥 0,9
41,8229 𝑥 10 )
𝑥 (3 𝑥
1000
) 𝑥 1442
))
2
108
= 0,0040
1000
As = ρ x ( Btangga x 2
)xd
1000
= 0,004 x ( 3 x ) x 144
2
= 869,940764 mm²
As
N = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙.𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎²
869,940764
= 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 12²
= 7,692
≈8
d. Tulangan susut tangga
As,susut = 0,002 x 1000 x h
= 0,002 x 1000 x 170
= 340 mm²
1000
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 2 𝑥 (𝐵𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥 )
2
Ssusut = 𝐴𝑠,𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡
1000
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 82 𝑥 (3 𝑥 )
2
= 340
= 221,75948 mm
≈ 200 mm
2. Perhitungan penulangan pelat bordes
Perhitungan penulangan pada pelat bordes dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penulangan lentur dan penulangan geser. Adapun langkah-langkah
perhitungan dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
Dimensi balok bordes :
B = 300 mm
H = 550 mm
a. Pembebanan
𝑅𝐵
WD,pelat bordes = 𝐵𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
⁄2
39,131
= 3⁄
2
= 26,087 kN/m
109
𝐵 𝐻
WD,balok bordes = 1,2 x 1000 𝑥 x 2,4 x 9,81
1000
300 550
= 1,2 x 1000 𝑥 x 2,4 x 9,81
1000
= 4,662 kN/m
𝐵2𝑌 𝐻 650
WD,dinding = 1,2 𝑥 (ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 − ( 1000 )) 𝑥 0,15 𝑥 (
1000
) 𝑥 9,81
500 650
= 1,2 𝑥 (3,5 − (1000)) 𝑥 0,15 𝑥 (1000) 𝑥 9,81
= 3,443 kN/m
Wu = WD,pelat bordes + WD,balok bordes + WD,dinding
= 26,087 kN/m + 4,662 kN/m + 3,443 kN/m
= 34,192 kN/m
𝐷𝑡𝑢𝑙.𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
d = H – (Pbbalok + Dsengkang + )
2
16
= 550 – (40 + 10 + )
2
= 492 mm
b. Bending Moment (tulangan lentur)
1
Mu,max = 8 x Wu x Btangga²
1
= 8 x 34,192 x 3²
= 38,466 kNm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 (2 𝑥 𝑀𝑢,𝑚𝑎𝑥 𝑥 106 )
ρ =( 𝑓𝑦
) 𝑥 (1 − √1 − (
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑥 0,9 𝑥 𝐵 𝑥 𝑑 2
))
= 0,0015
As =ρxBxd
= 0,0015 x 300 x 492
= 228,302232 mm²
As
N = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙.𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘²
228,302232
= 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 16²
= 1,135
≈2
110
c. Shear Force
Vu,max = 0,5 x Wu x Btangga
= 0,5 x 34,192 x 3
= 51,288 kN
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑥 (𝐵 𝑥 )𝑥𝑑
ϕVc = 6 2
1000
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √30 𝑥 (300 𝑥 ) 𝑥 492
6 2
= 1000
= 101,055 kN
ϕVs = Vu,max – ϕVc
= 51,288 – 101,055
= - 49,767 kN
ϕVs
Vs = 0,75
− 49,767
= 0,75
= - 66,356 kN
𝑉𝑠 𝑥 1000
Av/S = 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
− 66,356 𝑥 1000
= 385 𝑥 492
= - 0,3503 mm²/mm
0,35 𝑥 𝐵
Av,min/S = 𝑓𝑦
0,35 𝑥 300
= 385
= 0,2727 mm²/mm
Av/S pakai = 0,2727 mm²/mm
2 𝑥 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔²
S = Av/S
2 𝑥 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 10²
= 0,2727
= 575,959 mm
Smax
111
Jika Vs > 0,33 x √f′cbalok x bBB x d, maka diambil nilai minimum antara
d
dan 300.
4
= 246 mm
Oleh karena itu nilai Smax adalah 246 mm.
S = 200 mm
4.4.3 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan
BAB V
REKAP GAYA DALAM BALOK DAN REDISTRIBUSI
MOMEN
dari momen negatif sebagaimana yang disyaratkan oleh SNI. Misalnya nilai M-
sebesar 100 tm, sedangkan nilai M+ -nya sebesar 40 tm.
Untuk itu, redistribusi momen boleh dilakukan, karena, kebutuhan momen
negatif tumpuan sangat besar, sedangkan kebutuhan momen positif lapangan kecil,
sehingga akan tidak efisien jika menggunakan momen tersebut untuk desain, selain
itu juga untuk memuaskan kebutuhan SNI tehadap momen positif tumpuan.Untuk
membatasi penurunan kekuatan yang terlalu banyak akibat redistribusi momen,
maka (SNI 03-2847-2002, pasal 10.4.1) membatasi nilai redistribusi momen
𝜌−𝜌 ′
sebesar 1-( 𝜌𝑏
) x 20%.
dengan:
𝜌 = rasio tulangan tarik balok
𝜌′ = rasio tulangan desak balok
𝜌𝑏 = rasio tulangan pada kondisi balance
Pada kondisi ini, balok belum dan akan didesain, sehingga belum diketahui
ratio tulangan balok, maka perlu diambil asumsi awal terhadap rasio tulangan balok.
SNI mensyaratkan tulangan tarik harus bersifat under reinfored, yaitu dengan
menggunakan rasio, ρ = 0,75 ρb. Akan tetapi, umumnya didalam perencanaan
dipakai ρ = 0,50 ρb. Selain itu SNI mensyaratkan M+ ≥ 50 % M- yang mana dapat
dianggap ρ’ = 0,50 ρ yaitu ρ’ = 0,50 . (0,50 ρb) = 0,25 ρb.
5.2.2 Rekapitulasi Momen Balok
Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi momen balok dan gaya geser dari
pemodelan SAP2000 yang telah dibuat.
114
Tabel 5.1 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser Balok dari SAP2000
Kode Balok Lantai Tumpuan (kNm) Lapangan (kNm) Vg (kN)
M- M+ M- M+ Ujung Tengah
B1X 1-5 386,4374 92,7136 66,312 185,0341 124,775 68,173
6-9 467,2877 362,9415 4,1758 52,1829 98,324 98,324
B1Y 1-5 398,9018 98,1159 72,1546 185,8035 125,091 68,489
6-9 410,5222 102,8779 77,4219 192,0389 127,19 70,588
B2X 1-5 240,1048 224,802 115,2055 117,2485 16,997 7,564
6-9 241,9648 226,4736 99,4543 118,2258 17,918 8,484
B2Y 1-5 220,1635 205,0737 105,3945 107,2246 19,151 9,717
6-9 220,2273 206,2175 106,2365 106,9865 20,454 11,02
BA1X 1-9 108,7335 55,8948 47,75 4,453
BA1Y 1-9 121,4417 66,2474 59,878 2,062
BA2X 1-9 64,2227 26,7885 63,509 1,03
BA2Y 1-9 55,966 24,8089 29,99 10,876
BB 1-9 257,6366 119,0593 59,359 7,101
115
BAB VI
DESAIN TULANGAN LENTUR DAN SUSUT BALOK
𝑀𝑢
Mn = Φ
328,472
= 0,9
= 364,969 kNm
𝐹𝑦
εy = Es
420
= 200000
= 0,0021
𝐹𝑦
m = 0,85xF′c
420
= 0,85x30
= 16,471
𝐹′𝑐−28
𝛃1 = 0,85 – ( 𝑥 0,05)
7
30−28
= 0,85 – ( 𝑥 0,05)
7
= 0,836
β1 εc
⍴b = 𝑥 εc+εy
m
0,836 0,003
= 16,471 𝑥 0,003+0,0021
= 0,030
Rb = ⍴b x Fy x (1– (0,5 x ⍴b x m))
= 0,030 x 420 x (1– (0,5 x 0,030 x 16,471))
= 9,454 Mpa
Rm = 0,75 x Rb
= 0,75 x 9,454
= 7,091 Mpa
3 𝑀𝑛
Bperlu = √4 𝑥 𝑅𝑚
3 364,969
= √4 𝑥 7,091
= 234,333 mm
Hperlu = 2𝐵
= 2 x 234,333
120
= 468,665 mm
Adapun untuk syarat b dan h pakai adalah harus lebih besar dari B dan H
perlu. Maka diambil dimensi untuk Balok Induk Interior Lantai 1-5 adalah
sebagai berikut.
Bpakai = 300 mm
Hpakai = 550 mm
2. Komponen Tulangan Sebelah
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan tulangan sebelah.
Adapun kebutuhan tulangan sebelah dapat diketahui melalui perhitungan -
perhitungan berikut ini.
a. Cek syarat Mu +
Pada B1X Lantai 1-5 diketahui bahwasannya nilai momen negatif dan
positif sebagai berikut.
Mu - = 328,472 kNm
50%Mu- = 50% x 328,472
= 164,236 kNm
Mu + = 164,236 kNm
Maka dapat disimpulkan bahwa Mu+ ≥ 50% Mu- dan sudah memenuhi
persyaratan SPRMK pada daerah tumpuan dan diambil nilai c sebesar
0,2.
b. Kontrol Tegangan Baja
c pakai = 0,2
R1 = c x Rb
= 0,2 x 9,454
= 1,891
M1 = R1 x Bpakai x Hpakai2
= 1,891 x 300 x 550
= 171598390,6 Nmm
ds asumsi = Pb + ∅Sengkang + ∅Pokok + (0,5 x Jarak Vertikal Tul.)
= 40 + 13 + 19 + (0,5 x 25)
= 84,5 mm
121
d = H – ds
= 550 – 84,5
= 465,5 mm
Selanjutnya adalah mencari nilai a dengan persamaan dibawah ini.
Mn = Cc x (d – (0,5 x a))
Mn = 0,85 x F’c x a x B x (d – (0,5 x a))
171598390,6 = 0,85 x 30 x a x 300 x (465,5 – (0,5 x a))
171598390,6 = 3561075a + (–3825a2)
3825a2 – 3561075a + 171598390,6 =0
Maka dengan persamaan kuadrat rumus abc kita dapat menari nilai a.
−𝑏 + √𝑏 2 −4𝑎𝑐
a1 = 2𝑎
= 50,979 mm
−𝑏 − √𝑏 2 −4𝑎𝑐
a2 = 2𝑎
= 880,021 mm
Dari dua perhitungan di atas didapat nilai a pakai sebesar 52,069 mm.
a pakai = 50,979 mm
𝑎
c = β1
50,979
= 0,836
= 61 mm
Cek syarat regangan baja desak
𝑑−𝑐
εs = 𝑥 0,003
c
465,5 − 61
= 𝑥 0,003
61
= 0,0199
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Fs = εs x Es
122
= 0,0199 x 200000
= 3978,679 Mpa
Tegangan baja yang dipakai adalah 420 Mpa atau sama dengan nilai Fy
dikarenakan baja tarik sudah leleh. Selanjutnya untuk mengetahui
jumlah tulangan dapat menggunakan perhitungan di bawah ini.
Ts = cc
Ts = 0,85 x F’c x a x B
As x Fy = 0,85 x F’c x a x B
0,85 x F’c x a x B
As perlu = Fy
0,85 x 30 x 50,979 x 300
As perlu = 420
= 283,529 mm2
Jumlah Tul. Perlu
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙.
928,540
= 283,529
= 62,265 mm
123
𝑎
c baru = β1
62,265
= 0,836
= 74,505 mm
𝑑−𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑢
εs baru = 𝑥 0,003
c baru
465,5−74,505
= 𝑥 0,003
74,505
= 933,872 mm2
124
1
A1 Tul. = 4 × 𝜋 × ∅Pokok 2
1
= 4 × 𝜋 × 192
= 283,529 mm2
𝐴𝑠′ 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah Tul. = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙.
933,872
= 283,529
= 1134,115 mm2
As2 = jumlah tulangan pada baris 2 x A1 tulangan
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192
= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As2. x2 = 1134,115 x 106,5
= 120783,242 mm3
As1.x1+ As2.x2
ds =
As1+As2
70882,184+ 120783,242
= 1134,115 + 1134,115
= 84,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S = n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1
= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Selanjutnya menentukan titik berat tulangan tekan atau ds’
Konfigurasi Tulangan Tarik
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
As1 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1 tulangan
126
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192
= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As1.x1
ds’ = As1
70882,184
= 1134,115
= 62,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S = n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1
= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Setelah itu melakukan perhitungan untuk momen nominal negatif (Mn -)
ds = 84,5 mm
ds’ = 62,5 mm
d = h – ds
= 550 – 84,5
= 465,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 8 x 283,529
= 2268,23 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
c−ds′
As x fy = (0,85 x f’c x c x β1 x bpakai) + (As’ x (εc x x Es)
c
127
c−62,5
2268,23 x 420 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (1134,11 x (0,003 x c
x 200000)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 105,581 mm.
c = 105,581 mm
a = c x β1
= 105,581 x 0,836
= 88,235 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
105,581−62,5
= (0,003 x x 200000)
105,581
= 244,822 MPa
Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 88,235 x 300
= 675000,573 N
Cs = As’ x Fs
= 1134,115 x 244,822
= 277655,984 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 465,5 - (0,5 x 88,235)
= 421,382 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 465,5 – 62,5
= 403 mm
Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
= 675000,573 x 421,382 + 277655,984 x 403
= 396328665,674 Nmm = 39632,867 kNm
Cek syarat regangan baja desak
d−c
εs = x 0,003
c
128
465,5 − 105,581
= 𝑥 0,003
105,581
= 0,0102
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = – εc
c
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
105,581
= 0,0109
𝜀t = 0.0109 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅Mn = ∅ x Mn
= 0,9 x 396328665,674
= 356695799,106 Nmm = 356,696 KNm
∅Mn > Mu-
356,696 KNm > 328,472 KNm (OK)
5. Cek Momen Kapasitas Negatif
Untuk mengecek nilai momen kapasitas negatif sendiri perlu dilakukan
beberapa langkah perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
ds = 84,5 mm
ds’ = 62,5 mm
d = h – ds
= 550 – 84,5
= 465,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 8 x 283,529
= 2268,23 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
129
c−ds′
As x fy x Ω = (0,85 x f’c x c x β1 x bpakai) + (As’ x (εc x x Es)
c
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 130,717 mm.
c = 130,717 mm
a = c x β1
= 130,717 x 0,836
= 109,242 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
130,717−62,5
= (0,003 x x 200000)
130,717
= 313,122 MPa
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 109,242 x 300
= 835704,689 N
Cs = As’ x Fs
= 1134,115 x 313,122
= 355116,007 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 465,5 - (0,5 x 109,242)
= 410,879 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 465,5 – 62,5
= 403 mm
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
= 835704,689 x 410,879 + 355116,007 x 403
= 486485072,378 Nmm = 486,485 kNm
Cek syarat regangan baja desak
130
d−c
εs = x 0,003
c
465,5 − 130,717
= 𝑥 0,003
130,717
= 0,00768
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = – εc
c
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
130,717
= 0,00819
𝜀t = 0.00819 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅MKap = ∅ x Mkap
= 0,9 x 486485072,378
= 437836565,140 Nmm = 437,837 KNm
6. Cek Momen Nominal Positif
Untuk mengecek nilai momen negatif sendiri perlu dilakukan beberapa
langkah perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
Konfigurasi tulangan yang dipakai
a. Atas (tarik) = komponen tulangan sebelah + rangkap
=4+4
= 8 buah
b. Bawah (tekan) = Komponen tulangan rangkap
= 4 buah
Lalu selanjutnya menentukan titik berat tulangan tarik atau ds
Konfigurasi Tulangan Tarik
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
131
= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
As1 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1 tulangan
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192
= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As1.x1
ds = As1
70882,184
= 1134,115
= 62,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S =
n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1
= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Selanjutnya menentukan titik berat tulangan tekan atau ds’
Konfigurasi Tulangan Tarik.
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jumlah pada baris 2 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 62,5 + 44
= 106,5 mm
132
= 1134,115 mm2
As2 = jumlah tulangan pada baris 2 x A1 tulangan
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192
= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As2. x2 = 1134,115 x 106,5
= 120783,242 mm3
As1.x1+ As2.x2
ds =
As1+As2
70882,184+ 120783,242
= 1134,115 + 1134,115
= 84,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S = n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1
= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Setelah itu melakukan perhitungan untuk momen nominal positif (Mn +)
ds = 62,5 mm
ds’ = 84,5 mm
d = h – ds
= 550 – 62,5
= 487,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
133
= 8 x 283,529
= 2268,23 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
c−ds′
As x fy = (0,85 x f’c x c x β1 x bpakai) + (As’ x (εc x x Es)
c
c−62,5
1134,12 x 420 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (2268,23x (0,003 x c
x 200000)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 81,727 mm.
c = 81,727 mm
a = c x β1
= 81,727 x 0,836
= 68,301 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
81,727−84,5
= (0,003 x x 200000)
81,727
= -20,356 MPa
Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x B
= 0,85 x 30 x 68,301 x 300
= 522500,0453 N
Cs = As’ x Fs
= 2268,23 x -20,356
= -46171,767 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 487,5 - (0,5 x 68,301)
= 453,350 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 487,5 – 84,5
= 403 mm
134
= 0,0149
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = c
– εc
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
81,727
= 0,0149
𝜀t = 0.0149 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅Mn = ∅ x Mn
= 0,9 x 218268001,1
= 196441200,965 Nmm = 196,441 KNm
∅Mn > Mu-
196,441 KNm > 164,236 KNm (OK)
7. Cek Momen Kapasitas Positif
ds = 62,5 mm
ds’ = 84,5 mm
d = h – ds
= 550 – 62,5
= 487,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
135
= 8 x 283,529
= 2268,230 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
c−ds′
As x fy x Ω = (0,85 x f’c x c x β1 x Bpakai) + (As’ x (εc x x
c
Es)
2268,23 x 420 x 1,25 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (2268,230 x
c−62,5
(0,003 x x 200000)
c
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 87,004 mm.
c = 87,004 mm
a = c x β1
= 87,004 x 0,836
= 72,711 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
87,004−84,5
= (0,003 x x 200000)
87,004
= 17,270 MPa
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 72,711 x 300
= 556237,274 N
Cs = As’ x Fs
= 2268,230 x 17,270
= 39173,074 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 487,5 - (0,5 x 72,711)
= 451,145 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 487,5 – 84,5
136
= 403 mm
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
= 556237,274 x 451,145 + 39173,074 x 403
= 266730203,8 Nmm = 266,730 kNm
Cek syarat regangan baja desak
d−c
εs = x 0,003
c
487,5 − 87,004
= 𝑥 0,003
87,004
= 0,0138
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = – εc
c
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
87,004
= 0,00138
𝜀t = 0.00138 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅MKap = ∅ x Mkap
= 0,9 x 266730203,8
= 240057183,4 Nmm = 240,057 KNm
8. Cek Rasio Tulangan
Untuk mengecek apakah jumlah tulangan yang digunakan berlebih atau
tidak maka dapat dilakukan perhitungan cek rasio tulangan. Adapun
perhitunganya dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
a. Cek Rasio Tulangan Atas
𝑓′𝑐
⍴max = 0,364 x β1 x 𝑓𝑦
30
= 0,364 x 0,836 x 420
= 0,0217
𝐴𝑠
⍴pakai = 𝑏𝑥𝑑
8 𝑥 283,529
= 300 𝑥 465,5
137
= 0,0162
1,4
⍴min1 = 𝑓𝑦
1,4
=420
= 0,0033
√𝑓′𝑐
⍴min2 = 4 𝑥 𝑓𝑦
√30
= 4 𝑥 420
=0,00326
⍴min = 0,0033 (diambil nilai terbesar dari ⍴min1 dan ⍴min2)
Maka rasio tulangan OK karena ⍴min < ⍴ pakai < ⍴max
b. Cek Rasio Tulangan Atas
𝑓′𝑐
⍴max = 0,364 x β1 x 𝑓𝑦
30
= 0,364 x 0,836 x 420
= 0,0217
𝐴𝑠
⍴pakai = 𝑏𝑥𝑑
4 𝑥 283,529
= 300 𝑥 465,5
= 0,008
1,4
⍴min1 = 𝑓𝑦
1,4
=420
= 0,0033
√𝑓′𝑐
⍴min2 = 4 𝑥 𝑓𝑦
√30
= 4 𝑥 420
=0,00326
⍴min = 0,0033 (diambil nilai terbesar dari ⍴min1 dan ⍴min2)
Maka rasio tulangan OK karena ⍴min < ⍴ pakai < ⍴max
9. Tulangan Pakai
138
Maka dari beberapa perhitungan di atas, didapat untuk daerah atas atau
momen negatif memakai tulangan dengan jumlah 8 tulangan berdiameter 19
atau 8D19 dan daerah bawah atau momen positif memakai tulangan dengan
jumlah 4 tulangan berdiameter 19 atau 4D19.
6.1.2 Desain Tulangan Lentur Daerah Lapangan
Adapun untuk daerah lapangan sendiri perhitungannya sama seperti pada
perhitungan desain tulangan lentur daerah tumpuan. Hanya saja ketika menginput
nilai momen dari hasil redistribusi dan desain momen, nilai momen positif menjadi
nilai momen negatif dan sebaliknya. Selain itu, pada desain lentur daerah lapangan,
jumlah tulangan pada daerah bawah lebih besar daripada daerah atas. Untuk jumlah
tulangan B1X lantai 1-5 pada daerah lapangan sendiri kami dapatkan daerah bawah
8D19 dan daerah atas 2D19.
6.1.3 Desain Tulangan Lentur Balok Anak
Adapun untuk balok anak sendiri perhitungannya sama seperti pada
perhitungan desain tulangan lentur pada balok induk. Hanya saja untuk balok anak
kami menggunakan hanya tulangan sebelah dengan pertimbangan bahwa
penumpuan beban lebih dipusatkan ke balok induk. Sehingga untuk balok anak
pada BA1X digunakan jumlah tulangan sebanyak 4 buah tulangan berdiameter 16
atau 4D16 pada daerah tumpuan dan 4 buah tulangan berdiameter 16 atau 4D16
pada daerah lapangan.
6.2 Desain Tulangan Susut Balok
Adapun analisis perhitungan tulangan susut pada B1X Lantai 1-5 sebagai
berikut.
4. ρ = 0,002
5. As perlu = 0,002 x B x H
= 0,002 x 300 x 550
= 330 mm2
6. Dsusut = 13 mm
1
7. A1tul = 4 × 𝜋 × 𝐷𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 2
1
= 4 × 𝜋 × 132
139
= 132,732 mm2
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
8. Jumlah Tul. Perlu = 𝐴1𝑡𝑢𝑙
330
= 132,732
= 2,486 buah
9. Jumlah Tul. Pakai = 4 buah (dibuat genap, agar seimbang)
Sehingga Tulangan Susut pada B1X Lantai 1-5 adalah 4D13. Untuk
pemasangan tulangan susut hanya digunakan pada balok yang memiliki dimensi H
sama dengan atau lebih dari 600 mm. Penggunaan tulangan susut ini berguna untuk
menambah kekuantan pada balok.
Adapun rekapitulasi perhitungan tulangan lentur dan susut balok adalah
sebagai berikut.
Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Lentur Pada Balok Induk dan
Anak
Tul.Lentur Tul. Lentur
Kode Tul.
No. Lantai Tumpuan Lapangan
Balok Susut
Atas Bawah Atas Bawah
1 1-5 8D19 4D19 2D19 8D19 4D13
B1X
2 6-9 12D19 6D19 3D19 6D19 4D13
3 1-5 8D19 4D19 2D19 8D19 4D13
B1Y
4 6-9 8D19 4D19 2D19 8D19 4D13
5 1-5 10D19 5D19 3D19 6D19 4D13
B2X
6 6-9 10D19 5D19 3D19 8D19 4D13
7 1-5 10D19 4D19 3D19 6D19 4D13
B2Y
8 6-9 10D19 4D19 3D19 6D19 4D13
9 BA1X 1-9 4D16 2D16 2D16 4D16 -
10 BA1Y 1-9 4D16 2D16 2D16 4D16 -
11 BA2X 1-9 2D16 2D16 2D16 2D16 -
12 BA2Y 1-9 2D16 2D16 2D16 2D16 -
13 BB 1-9 8D16 2D16 2D16 4D16 -
140
BAB VII
DESAIN TULANGAN GESER BALOK
= 6550 mm
8. Dpokok = 19 mm
9. Dsengkang = 13 mm
10. f’c = 30 MPa
11. Fys = 420 MPa
12. ϕ = 0,75
13. MPr- = 437,837 kNm
14. MPr+ = 240,057 kNm
7.1.1 Nilai Vu
Diagram gaya geser hasil dari analisa struktur disuperposisikan dengan gaya
geser hasil momen kapasitas dibagi dengan bentang balok. Dari hasil analisis
struktur yang telah kami lakukan dengan menggunakan SAP2000, maka didapatkan
data berikut.
1. Data Vg
a. Vg Kiri = 124,775 kN
141
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7
-50
-100
-150
2. Menghitung Ve
a. MPr- = 437,837 kN
b. MPr+ = 240,057 kN
MPr− +MPr+
c. Ve = Lh
437,837 +240,057
= 6550
= 103,495 kN
142
120
100
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
3. Menghitung Vu
a. Vu Kiri = Vg Kiri + Ve
= 124,775 + 103,495
= 228,270 kN
b. Vu Kanan = Vg Kanan + Ve
= -124,775 + 103,495
= -21,28 kN
c. Vu Tengah Kiri = Vg Tengah Kiri + Ve
= 68,173 + 103,495
= 171,668 kN
d. Vu Tengah Kanan = Vg Tengah Kanan + Ve
= -68,173 + 103,495
= 35,322 kN
Sehingga didapatkan grafik SFD Vu adalah sebagai berikut.
143
250
228,270
200
171,668
150
100
50
35,322
0
0 2 4 6 -21,2808
-50
= 132,732 mm2
4. n =2
5. Vc = 0 kN
Maka, perhitungan desain sendi plastis adalah sebagai berikut.
Vu = 228,270 kN
Vu 228,270
=
ϕ 0,75
= 304,360 kN
𝑉𝑢
Vs = ϕ
= 304, 360 kN
n x Av x fys x d
Sperlu =
Vs x 1000
144
= 170,525 mm
Syarat-syarat jarak sengkang (S) pada daerah sendi plastis adalah sebagai
berikut.
d
1. Syarat 1 = 4
465,5
= 4
= 116,375 mm
2. Syarat 2 = 6 x Dpokok
= 6 x 19
= 114 mm
3. Syarat 3 = 150 mm
Jarak Maksimum Pakai yang akan digunakan dapat ditentukan dari
ketiga syarat tersebut adalah dipilih syarat yang nilainya paling kecil yaitu
Syarat 2 sebesar 114 mm.
Dari perhitungan jarak sengkang perlu dan jarak sengkang maksimum,
diambil nilai yang paling terkecil dari jarak pakai maksimum dan jarak perlu, maka
diambil nilai 114 mm dan dibulatkan ke bawah menjadi 100 mm. Maka
disimpulkan bahwa tulangan menggunakan tulangan sengkang 2D13-100 mm.
7.13 Desain daerah luar sendi plastis
Pada prinsipnya, perhitungan tulangan geser daerah luar sendi plastis sama
saja dengan daerah plastis. Akan tetapi, pada daerah non-plastis, beton dianggap
tidak hancur sehingga beton masih mampu menahan gaya geser sebesar Vc. Maka
perhitungan desain tulangan geser daerah luar sendi plastis adalah sebagai berikut.
Lh-2Sh = 6550 – 2 x 1100
= 4350 mm
145
1100−0 Vu−228,270
= 171,6682−228,270
3275−0
Vu = 209,259 kN
Vu 209,259
=
ϕ 0,75
= 279,012 kN
1
x √f′ c x b x d
Vc =6
1000
1
x √30 x 300 x 465,5
6
= 1000
= 127,482 kN
Vu
Vs = ϕ
- Vc
= 279,012 – 127,482
= 151,529 kN
1
Av = 4 x π x Dsengkang2
1
= 4 x π x 132
=132,732 mm2
n =2
n x Av x fys x d
Sperlu = Vs x 1000
146
= 342,514 mm
d
Smax pakai =2
465,5
= 2
= 232,75 mm
Dari perhitungan jarak sengkang perlu dan jarak sengkang maksimum,
diambil nilai yang paling terkecil dan nilai jarak sengkang perlu dibulatkan
menjadi 250 mm. Maka dapat bahwa tulangan menggunakan tulangan
sengkang 2D13-250mm.
Untuk desain tulangan geser pada balok-balok induk lainnya,
perhitungannyasama seperti perhitungan diatas. Hal yang membedakan hanya
nilai dimensi lebar dan tinggi balok, panjang bentang balok, dan nilai momen
kapasitas negatif dan momen kapasitas positif dari balok tersebut. Adapun
untuk balok anak,perhitungannya hampir sama seperti perhitungan tulangan
geser pada balok induk dan hal yang membedakan adalah syarat–syarat
perhitungan yang akan menentukan perhitungan tulangan geser pada balok
anak. Rekapitulasi hasil perhitungan tulangan geser pada balok induk dan anak
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Geser pada Balok Induk dan
Balok Anak
Kebutuhan Tulangan Geser
Kode
No. Lantai Daerah sendi Daerah luar sendi
Balok
plastis plastis
1 1-5 2D13-100mm 2D13-250mm
B1X
2 6-9 2D13-100mm 2D13-350mm
3 1-5 2D13-100mm 2D13-250mm
B1Y
4 6-9 2D13-100mm 2D13-250mm
5 1-5 2D13-100mm 2D13-200mm
B2X
6 6-9 2D13-100mm 2D13-200mm
7 1-5 2D13-100mm 2D13-200mm
B2Y
8 6-9 2D13-100mm 2D13-200mm
9 BA1X 1-9 2P10-240mm 2P10-240mm
10 BA1Y 1-9 2P10-240mm 2P10-240mm
11 BA2X 1-9 2P10-220mm 2P10-220mm
147
Lanjutan Tabel 7.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Geser pada Balok
Induk dan Balok Anak
Kebutuhan Tulangan Geser
Kode
No. Lantai Daerah sendi Daerah luar sendi
Balok
plastis plastis
12 BA2Y 1-9 2P10-220mm 2P10-220mm
13 BB 1-9 2P10-240mm 2P10-240mm
148
BAB VIII
DIAGRAM MU-PU KOLOM
Tabel 8.1 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Pu Max
Mux Muy Pux
Kolom Lantai Puy (kN)
(kNm) (kNm) (kN)
Lt. 1-5 212,346 81,809 2773,222 7232,833
KD
Lt. 6-9 185,900 61,028 419,025 3080,380
Lt. 1-5 171,009 96,673 2757,438 11678,089
KL
Lt. 6-9 42,367 143,374 437,555 2806,684
Tabel 8.2 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Mu Max
Mux Muy Pux
Kolom Lantai Puy (kN)
(kNm) (kNm) (kN)
Lt. 1-5 351,528 2773,222 356,073 2271,252
KD
Lt. 6-9 459,670 344,208 467,288 419,025
Lt. 1-5 269,442 2757,438 263,203 2258,480
KL
Lt. 6-9 369,388 437,555 356,264 259,541
= 64 mm
1
9. ds’(x) = Sb + Øsengkang + 2 Øpokok
1
= 40 + 13 + 2 x 22
= 64 mm
1
10. ds(y) = Sb + Øsengkang + 2 Øpokok
1
= 40 + 13 + 2 x 22
= 64 mm
1
11. ds’(y) = Sb + Øsengkang + Øpokok
2
1
= 40 + 13 + 2 x 22
= 64 mm
12. d(x) = b – ds(x)
= 650 - 64
= 586 mm
13. d(y) = b – ds (y)
= 650 - 64
= 586 mm
14. Ag =bxh
= 650 x 650
= 422500 mm2
151
f′ c−28
15. β1 = 0,85 – ( x 0,005)
7
30−28
= 0,85 – ( x 0,005)
7
= 0,836
8.3.2 Perhitungan tulangan rencana
= 3,334 ≈ 4
ARasio
b. Jumlah tulangan rasio 0,4% = A1D
1690
=1
x π x 222
4
= 4,446 ≈ 5
Arasio
c. Jumlah tulangan rasio 0,5% = A1D
2112,5
=1
x π x 222
4
= 5,557 ≈ 6
ARasio
d. Jumlah tulangan rasio 0,6% = A1D
2535
=1
x π x 222
4
= 6,669 ≈ 7
ARasio
e. Jumlah tulangan rasio 0,7% = A1D
2957,5
=1
x π x 222
4
= 7,78 ≈ 8
ARasio
f. Jumlah tulangan rasio 0,8% = A1D
3380
=1
x π x 222
4
= 8,892 ≈ 9
4. Menghitung luasan tulangan yang dipakai
Luasan tulangan yang akan dipakai dapat diketahui dengan perhitungan
berikut.
a. Jumlah tulangan rasio 0,3% = n x A1D
1
=4x x π x 222
4
153
= 1520,531 mm2
b. Jumlah tulangan rasio 0,4% = n x A1D
1
= 5 x 4 x π x 222
= 1900,664 mm2
c. Jumlah tulangan rasio 0,5% = n x A1D
1
= 6 x 4 x π x 222
= 2280,796 mm2
d. Jumlah tulangan rasio 0,6% = n x A1D
1
=7x x π x 222
4
= 2660,929 mm2
e. Jumlah tulangan rasio 0,7% = n x A1D
1
= 8 x 4 x π x 222
= 3041,062 mm2
f. Jumlah tulangan rasio 0,8% = n x A1D
1
= 9 x 4 x π x 222
= 3421,194 mm2
8.3.3 Perhitungan diagram Mu-Pu kolom
= 344,706 mm
154
b. Ab = β1 x Cb
= 0,836 x 344,706
= 288,076 mm
Cb−ds′(x)
c. εs’ = x εc
Cb
344,706−64
= x 0,003
344,706
= 180,962 mm
i. X2 = y – ds’
650
= – 64
2
= 261 mm
j. X3 =d–y
650
= 586 -
2
155
= 261 mm
k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3
= 4774853,571 x 180,962 + 599849,418 x 261 + 638622,955 x 261
= 1187309224,017 Nmm
= 1187,309 kNm
l. Pn = Ccb + Csb – Tsb
= 4774853,571 + 599849,418 - 638622,955
= 4736080,035 N
= 4736,080 kN
m. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
1) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
2) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
3) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3
= 0,658
n. Mu = ɸ x Mn
= 0,658 x 1187,309
= 781,645 kNm
o. Pu = ɸ x Pn
= 0,658 x 4736,080
= 3117,919 kN
2. Kondisi patah desak
Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb > 1. Misal dipakai
faktor pengali = 1,1.
a. c = 1,1 x Cb
= 1,1 x 344,706
= 379,176 mm
156
b. a = β1 x C
= 0,836 x 379,176
= 316,883 mm
C−ds′(x)
c. εs’ = x εc
C
379,176−64
= x 0,003
379,176
= 166,558 mm
i. X2 = y – ds’
650
= – 64
2
= 261 mm
157
j. X3 =d–y
650
= 586 - 2
= 261 mm
k. Mn = Cc x X1 + Cs x X2 + Ts x X3
= 5252338,929 x 166,558 + 599849,418 x 261 + 497628,276 x 261
= 1161262864,099 Nmm
= 1161,263 kNm
l. Pn = Cc + Cs – Ts
= 5252338,929 + 599849,418 - 497628,276
= 5354560,070 N
= 5354,560 kN
m. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
4) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
5) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
6) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3
= 0,836 x 310,235
= 259,268 mm
C−ds′(x)
c. εs’ = x εc
C
310,235−64
= x 0,003
310,235
= 195,366 mm
i. X2 = y – ds’
650
= – 64
2
= 261 mm
j. X3 =d–y
650
= 586 - 2
= 261 mm
159
k. Mn = Cc x X1 + Cs x X2 + Ts x X3
= 4297368,214 x 195,366 + 599849,418 x 261 + 638622,955 x 261
= 1162800783,381 Nmm
= 1162,801 kNm
l. Pn = Cc + Cs – Ts
= 4297368,214 + 599849,418 - 638622,955
= 4258594,678 N
= 4258,595 kN
m. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
7) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
8) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
9) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3
= 0,706
n. Mu = ɸ x Mn
= 0,706 x 1162,801
= 820,421 kNm
o. Pu = ɸ x Pn
= 0,706 x 4258,595
= 3004,675 kN
4. Kondisi desak sentris
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban bekerja tepat pada titik berat potongan
kolom (beban aksial murni), sehingga tidak ada momen.
a. Pn = (0,8 x (0,85 x F’c x (Ag - (As + As’)) + ((As + As’) x Fy))
= (0,8 x (0,85 x 30 x (422500 - (1520,531 + 1520,531)) + ((1520,531
+ 1520,531) x 420))
= 9578759,069 N
160
= 9578,759 kN
b. Pu = ɸ x Pn
= 0,65 x 9578,759
= 6226,193 kN
5. Kondisi lentur murni
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban yang terjadi hanyalah momen, beban
aksial = 0, sehingga perhitungannya seperti analisis balok tulangan rangkap
dengan tulangan desak belum leleh.
a. Pn = Cc + Cs – Ts
Ts = Cc + Cs
b. Ts(B) = (As x fy) – (As’ x Es x 0,003)
= (1520,531 x 420) – (1520,531 x 200000 x 0,003)
= -273695,552
c. Cs(C) = As’ x Es x 0,003 x ds’
= 1520,531 x 200000 x 0,003 x 64
= 58388384,423
d. Cc(A) = - (0,85 x f’c x β1 x b)
= - (0,85 x 30 x 0,836 x 650)
= -13851,964
e. c
Maka nilai c dapat dicari dengan menggunakan persamaan kuadrat rumus
ABC.
−b ± √b2−4ac
c = 2a
= -75,551 mm
−(−273695,552)−√−273695,5522 −4 x −13851,964 x 58388384,423
2) c = 2 x −13851,964
= 55,792 mm
Sehingga nilai c adalah 55,792 mm.
f. a = β1 x C
161
= 0,836 x 55,792
= 46,626 mm
C−ds′(x)
g. εs’ = x εc
C
55,792−64
= x 0,003
55,792
= 301,687 mm
m. X2 = y – ds’
650
= – 64
2
= 261 mm
n. X3 =d–y
162
650
= 586 - 2
= 261 mm
o. Mn = Cc x X1 + Cs x X2 + Ts x X3
= 772834,108 x 301,687 + (-134211,153) x 261 + 638622,955 x
261
= 364805293,470 Nmm
= 364,805 kNm
p. Pn = Cc + Cs – Ts
= 772834,108 + (-134211,153) - 638622,955
=0N
= 0 kN
q. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
1) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
2) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
3) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3
b. Pu = ɸ x Pn
= 0,9 x (-1277,246)
= -1149,521 kN
Tabel 8.3 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,3%
Mu
Kondisi Koef c ɸ Pu (kN)
(kNm)
Desak
0,65 0 6226,193
sentris
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah
1,3 0,65 705,178 4242,190
Desak
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah
0,7 0,840 901,426 2776,617
Tarik
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur
0,9 328,325 0
Murni
Tarik
0,9 0 -1149,521
Murni
164
Tabel 8.4 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,4%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6382,154
Patah Desak 1,5 0,65 660,185 5044,025
1,4 0,65 704,620 4673,653
1,3 0,65 742,525 4294,049
1,2 0,65 774,500 3902,906
1,1 0,65 801,368 3497,075
Balance 1 0,658 834,845 3111,538
Patah Tarik 0,9 0,706 877,437 2997,836
0,8 0,765 921,589 2883,562
0,7 0,840 969,345 2768,470
0,6 0,9 976,270 2525,109
0,5 0,9 888,115 2031,853
Lentur Murni 0,9 404,363 0
Tarik Murni 0,9 0 -1436,902
Patah Tarik 0,9 0,706 877,437 2997,836
Tabel 8.5 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,5%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6226,193
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah Desak 1,3 0,65 705,178 4242,190
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah Tarik 0,7 0,840 901,426 2776,617
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur Murni 0,9 328,325 0
Tarik Murni 0,9 0 -1149,521
165
Tabel 8.6 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,6%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6226,193
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah Desak 1,3 0,65 705,178 4242,190
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah Tarik 0,7 0,840 901,426 2776,617
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur Murni 0,9 328,325 0
Tarik Murni 0,9 0 -1149,521
Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,7%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6226,193
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah Desak 1,3 0,65 705,178 4242,190
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah Tarik 0,7 0,840 901,426 2776,617
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur Murni 0,9 328,325 0
166
Lanjutan Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X
Rasio Tulangan 0,7%
Mu
Kondisi Koef c ɸ Pu (kN)
(kNm)
Tarik
0,9 0 -1149,521
Murni
Tabel 8.8 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,8%
Mu
Kondisi Koef c ɸ Pu (kN)
(kNm)
Desak
0,65 0 6226,193
sentris
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah
1,3 0,65 705,178 4242,190
Desak
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah
0,7 0,840 901,426 2776,617
Tarik
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur
0,9 328,325 0
Murni
Tarik
0,9 0 -1149,521
Murni
Berikut merupakan grafik Mu-Pu kolom KD Lantai 1-5 arah x yang diinput
dengan data Pu dan Mu (berupa titik) kolom KD Lantai 1-5 arah x yang didapat
dari SAP2000.
167
8000,000
6000,000
4000,000
Pu (kN)
2000,000
0,000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-2000,000
-4000,000
Mu (kNm)
BAB IX
TULANGAN LENTUR KOLOM
6000,000
4000,000
Pu (kN)
2000,000
0,000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-2000,000
-4000,000
Mu (kNm)
Dari Grafik diatas, diambil tulangan arah x berdasarkan rasio 0,5% yaitu 9
buah dapat disimpulkan bahwa kolom KD lantai 1 arah x memakai konfigurasi
tulangan sebagai berikut.
Ntulangan = 10D22
Ntulangan = 10D22
Selanjutnya untuk menentukan tulangan lentur pakai pada semua tipe kolom
di setiap tingkatannya, caranya sama seperti pada penentuan tulangan lentur pakai
169
pada kolom KD lantai 1-5 arah x dan rekapitulasinya dapat dilihat pada bagian
setelah perhitungan rasio tulangan total.
9.2 Rekapitulasi Tulangan Lentur Kolom Pakai
Berikut merupakan rekapitulasi tulangan lentur kolom pakai dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
= 1,44%
Selanjutnya untuk menentukan rasio tulangan total pada semua tipe kolom
di setiap tingkatannya, caranya sama seperti pada penentuan tulangan lentur pakai
pada kolom KD lantai 1-5 dan rekapitulasinya dapat dilihat pada bagian
selanjutnya.
9.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Tulangan Total
Berikut merupakan rekapitulasi hasil perhitungan rasio tulangan total dapat
dilihat pada tabel di bawah.
171
2. Dari kedua titik potong tersebut ditarik searah vertikal ke bawah untuk
mendapatkan nilai Mu.
3. Dari dua nilai Mu yang didapat, dipakai nilai Mu yang terkecil.
4. Untuk mendapatkan nilai yang lebih teliti, digunakan bantuan menggunakan
software AutoCAD.
Berdasarkan grafik di atas, maka diambil nilai yang terkecil untuk dipakai
sebagai nilai momen ultimate pakai kolom KD lantai 1-5 arah x (Mux), yaitu
sebesar 967,374 kNm. Untuk nilai momen pakai pada setiap tipe kolom dan
tingkatannya baik arah x maupun arah y dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada contoh di atas. Rekapitulasi nilai momen ultimate pakai kolom dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
173
1 967,374 930,9
2 967,374 930,9
3 967,374 930,9
4 967,374 930,9
KD 5 967,374 930,9
6 780,273 796,375
7 780,273 796,375
8 780,273 796,375
9 780,273 796,375
1 629,473 737,823
2 629,473 737,823
3 629,473 737,823
4 629,473 737,823
KL 5 629,473 737,823
6 716,7 682,167
7 716,7 682,167
8 716,7 682,167
9 716,7 682,167
seperti pada gambar (b) dan (c). Berikut merupakan gambar ilustrasi mekanisme
Strong Coloumn Weak Beam.
Kode Kolom Lantai Mux Pakai (kNm) Muy Pakai (kNm) Pu (kN)
Tabel 9.5 Nilai Mu- dan Mu+ Balok Pada Daerah Tumpuan
φMn Tumpuan (kNm)
Kode Balok Lantai
φMn- φMn+
B1X 1-5 356,696 196,441
6-9 720,151 383,739
B1Y 1-5 356,696 196,441
6-9 356,696 196,441
176
Lanjutan Tabel 9.5 Nilai Mu- dan Mu+ Balok Pada Daerah Tumpuan
Kode Balok Lantai φMn Tumpuan (kNm)
φMn- φMn+
B2X 1-5 502,372 270,173
6-9 502,372 270,173
B2Y 1-5 500,877 220,753
6-9 500,877 220,753
BA1X 1-9 142,249
BA1Y 1-9 142,249
BA2X 1-9 65,172
BA2Y 1-9 65,172
BB 1-9 262,947
= 356,696 + 356,696
= 553,137
4. 1,2 × ΣMu balok
6
1,2 × ΣMu balok = 5 × 553,137
= 663,764 kNm
5. Cek SCWB
ΣMu balok ≥ 1,2 ×ΣMu balok
1861,800 kNm ≥ 663,764 kNm (Memenuhi)
Maka untuk Kolom KD arah x Lantai 2 sudah memenuhi syarat SCWB.
Selanjutnya untuk pemeriksaan SCWB pada setiap kolom di setiap lantai atau
tingkatannya sama seperti pada contoh perhitungan pemeriksaan SCWB di atas dan
untuk rekapitulasi hasil pemeriksaan SCWB dapat dilihat pada poin selanjutnya.
9.6.4 Rekapitulasi Perhitungan Pemeriksaan SCWB
BAB X
DESAIN TULANGAN GESER KOLOM
= 2950 mm
1
10. Panjang bersih kolom bawah arah x = L – (2 x Tinggi balok atas arah x) -
1
(2 x Tinggi balok bawah arah x)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)
= 2950 mm
1
11. Panjang bersih kolom atas arah y = L – (2 x Tinggi balok atas arah y) -
1
(2 x Tinggi balok bawah arah y)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)
= 2950 mm
1
12. Panjang bersih kolom bawah arah y = L – ( x Tinggi balok atas arah y) -
2
182
1
(2 x Tinggi balok bawah arah y)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)
= 2950 mm
13. ∑Mpr balok atas arah x = 437,837 kNm
14. ∑Mpr balok bawah arah x = 437,837 kNm
15. ∑Mpr balok atas arah y = 437,837 kNm
16. ∑Mpr balok bawah arah y = 437,837 kNm
17. Pux = 2773,222 kN
18. Puy = 2271,252 kN
19. Ag =BxH
= 650 x 650
= 422500 mm2
20. F’c = 30 MPa
21. Fy = 420 MPa
22. Fys = 420 MPa
23. Penenutup beton (Pb) = 40 mm
24. Diameter tulangan pokok = 22 mm
25. Diameter sengkang = 13 mm
1
26. ds arah x = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
1
= 40 + 13 + (2 x 22)
= 64 mm
1
27. ds arah y = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
1
= 40 + 13 + ( x 22)
2
= 64 mm
1
28. ds’ arah x = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
1
= 40 + 13 + (2 x 22)
= 64 mm
1
29. ds’ arah y = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
183
1
= 40 + 13 + (2 x 22)
= 64 mm
30. d arah x = b – ds’ arah x
= 650 – 64
= 586 mm
31. d arah y = b – ds’ arah y
= 650 – 64
= 586 mm
10.2.1 Perhitungan desain tulangan geser berdasarkan hasil analisis struktur
menggunakan software SAP 2000
= 0,5
b. Menghitung Dfbawah
1
Lbawah
Dfbawah = 1 1
+
Latas Lbawah
1
3500
= 1 1
+
3500 3500
= 0,5
c. Menghitung Vsway
184
= 148,419 kN
= 148419,175 N
d. Mengambil nilai Vux dari software SAP 2000
Nilai Vux yang diambil adalah Vux dengan kombinasi pembebanan 1,2D
+ 1L. Maka diperoleh nilai Vux sebesar 32,019 KN.
e. Menentukan nilai Vux pakai
Untuk nilai Vux pakai adalah nilai Vux terbesar antara Vux perhitungan
atau Vsway dan Vux dari software SAP2000 sehingga nilai Vux pakai
adalah sebesar 148,419 kN atau 148419,175 N.
f. Menghitung nilai Vc kolom
Pu 1
Vc = (1 + 14 x Ag) x 6 x √f′c x b x d
2773,222 1
= (1 + 14 x 422500) x 6 x √30 x 650 x 64
= 55780,046 N
g. Menghitung daerah sendi plastis
Untuk menghitung nilai daerah sendi plastis, maka diambil nilai terbesar
dari 3 kondisi di bawah ini.
1) B = 650 mm
1 1
2) x Lnx = 6 x 2950
6
= 491,667 mm
3) 450 mm
Maka digunakan nilai lo sebesar 650 mm.
2. Menghitung tulangan geser daerah sendi plastis
Untuk perhitungan tulangan geser daerah sendi plastis dilakukan beberapa
perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
a. Menghitung parameter properti penampang
Dsengkang
1) hc = b – (2 x (Pb + )
2
185
13
= 650 – (2 x (40 + )
2
= 557 mm
2) Ach = (b – (2 x Pb))2
= (650 – (2 x 40))2
= 324900 mm2
b. Menghitung Ash/h minimal
Ash
1) Menghitung s1
Ash hc x F′c Ag
= 0,3 x ( ) x (Ach – 1)
s1 Fyh
557 x 30 422500
= 0,3 x ( )x( – 1)
420 324900
= 4,184 mm2/mm
Ash
2) Menghitung s2
Ash hc x F′c
= 0,9 x ( )
s2 Fyh
557 x 30
= 0,9 x ( )
420
= 4,179 mm2/mm
Ash
3) Menghitung s3
kf =1
kn = 1,143
Ash pu x 1000
s3
= 0,2 x kf x kn x (Fyh x Ach) x H
2773,222 x 1000
= 0,2 x 1 x 1,143 x ( ) x 650
420 x 324900
= 3,019 mm2/mm
c. Jarak spasi maksimum sengkang daerah SP
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.2, spasi maksimum tulangan
geser atau sengkang adalah yang terkecil di antara:
1
1) x dimensi penampang kolom terkecil
4
1
x 650 = 162,5 mm
4
2) 6 x Dpokok
6 x 22 = 132 mm
186
= 100 x 4,184
= 418,414 mm2
Ash
2) Ash2 =sx s2
= 100 x 4,179
= 417,857 mm2
Ash
3) Ash3 =sx s3
= 100 x 3,019
= 301,940 mm2
4) Ashpakai
Adapun untuk nilai Ash pakai adalah nilai terbesar dari Ash1, Ash2, dan
Ash3. Maka nilai Ashpakai adalah 418,414 mm2.
1 bxs
5) Asmin =3x Fyh
1 650 x 100
=3x 420
=51,587 mm2
6) Aspakai
Adapun untuk nilai Aspakai syarat confinement adalah nilai terbesar dari
Ashpakai dan Asmin. Maka nilai Aspakai syarat confinement adalah 418,414
mm2.
1
7) A1D = 4 x π x D2
1
= 4 x π x 222
= 132,732 mm2
Aspakai
8) nperlu = A1D
418,414
= 132,732
187
= 3,152 kaki
9) npakai
npakai = 3,152 ≈ 4 kaki
e. Cek syarat jarak kaki sengkang
H−(2 x Pb)−Dsengkang
Hx = n−1
650−(2 x 40)−13
= 4−1
= 172,667 mm
Maka dengan jumlah kaki sama dengan 4 sudah memenuhi syarat Hx ≤ 350
mm dengan nilai Hx sebesar 172,667 mm.
f. Tulangan geser pakai
Maka tulangan geser pakai pada kolom KD lantai 1-5 arah x adalah 4D13-
100mm.
3. Menghitung tulangan geser daerah luar sendi plastis
Untuk perhitungan tulangan geser daerah luar sendi plastis dilakukan beberapa
perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
a. Mengitung Vs
Diketahui:
Vu = 148419,175 N
Vc = 55780,046 N
ɸ = 0,75
Sehingga perhitungan Vs dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
Vu
Vs = - Vc
ɸ
148419,175
= - 55780,046
0,75
= 142112,187 N
b. Jarak spasi maksimum sengkang kolom
1) S1 = 6 x Dpokok
= 6 x 22
= 132 mm
2) S2 = 150 mm
188
3) Smax = 132 mm
4) Spakai = 130 mm
c. Menghitung jumlah kaki
Spakai × Vs
1) Aperlu = Fy × dx
100 × 142112,189
= 420 × 586
= 75,063 mm2
Aperlu
2) nperlu = A1D
75,063
=
132,732
= 0,566 kaki
3) nperlu = 0,566 ≈ 2 kaki
d. Tulangan geser pakai
Maka tulangan geser pakai pada Kolom Dalam Lantai 1-5 arah x adalah
2D13-130mm.
Adapun untuk perhitungan tulangan geser daerah sendi plastis dan daerah luar
sendi plastis tinjauan arah y, perhitungannya secara garis besar sama dengan
perhitungan tulangan geser daerah sendi plastis dan daerah luar sendi plastis arah
x. Untuk perhitungan tinjauan arah y, maka seperti nilai Ln, Pu, dan d menggunakan
nilai Lny, Puy, dan dy. Setelah itu, mengambil jumlah kaki terbanyak dan jarak
antar sengkang terkecil dari hasil perhitungan daerah sendi plastis dan daerah luar
sendi plastis tinjauan arah x dan arah y. Maka didapatkan hasilnya sebagai berikut.
1. Daerah sendi plastis
a. npakai = 4 kaki
b. Spakai = 100 mm
c. Tulangan geser pakai = 4D13-100mm
2. Daerah luar sendi plastis
a. npakai = 2 kaki
b. Spakai = 130 mm
c. Tulangan geser pakai = 2D13-130mm
189
Prinsip dasar desain yang dianjurkan pada bangunan gedung adalah Strong
Column Weak Beam. Prinsip desain tersebut membentuk perilaku goyangan
menurut beam sway mechanism. Pada pola goyangan seperti itu sendi – sendi plastis
akan diharapkan terjadi pada ujung – ujung balok khususnya pada tipe struktur
earthquake load dominated. Mekanisme goyangan seperti itu akan mampu
melakukan disipasi energi secara stabil mengingat elemen – elemen struktur
mampu berperilaku daktail, karena kebutuhan daktilitas kurvatur (required
curvature ductility) masih dapat dipenuhi secara relatif mudah oleh potongan
struktur.
Adapun Beam Column Joint sendiri mempunyai fungsi yaitu sebagai
penghubung antara kolom dan balok dan sekaligus menjaga kestabilan struktur itu
sendiri dengan bantuan kolom dan balok. Sebagaimana dipakai pada analisis
struktur, joints diperbolehkan terjadi rotasi tapi joints harus tetap utuh elastik (tidak
rusak) sehingga mampu menghubungkan kolom dan balok dalam hubungan yang
tetap siku. Dengan kata lain joints harus tetap berfungsi sebagai jepit elastik yang
sempurna buat balok maupun kolom (walaupun joints mengalami rotasi). Dengan
190
Perhitungan desain beam column joint dilakukan pada setiap kolom dengan
dua perhitungan, yaitu perhitungan dengan tinjauan arah x dan arah y. Adapun
desain beam column joint dapat dilakukan melalui perhitungan - perhitungan di
bawah ini dan pada perhitungan ini digunakan langkah perhitungan kolom KD
lantai 1-5 arah Y sebagai contoh perhitungan.
1. Data
a. Lebar balok (Bb) = 300 mm
b. Tinggi balok (Hb) = 550 mm
c. Tulangan pokok balok = 19 mm
d. Lebar kolom (Bk) = 650 mm
e. Tinggi kolom (Hk) = 650 mm
2. Penulangan arah y
Bk−Bb
a. Kolom ke tepi balok (x) = 2
650 −300
= 2
= 175 mm
b. Bb + Hk = 300 + 650
= 950 mm
c. Bb + 2x = 300 + 2 x 175
= 650 mm
d. Lebar joint (B)
Diambil nilai minimum dari Bb + Hk dan Bb + 2x sehingga didapatkan
nilai sebesar 650 mm.
e. Tinggi joint (H) = Hk
= 650 mm
f. Luas joint (A) = Bjoint x Hjoint
= 650 x 650
= 422500 mm2
191
mm2/mm.
k. Jarak pakai (s) = 100 mm
Ash
l. Ashperlu = xs
s
= 4,184 x 100
= 418,414 mm2
m. Dsengkang = 13 mm
1
n. A1D = 4 x π x D2
1
= 4 x π x 132
= 132,732 mm2
Ash perlu
o. nperlu = A1D
418,414
= 132,732
= 3,152 kaki
p. npakai = 4 kaki
q. Sengkang pakai = 4D13-100mm
3. Cek kekuatan geser pada joint arah y
a. F’c = 30 MPa
192
b. Bk kanan = 650 mm
= 0,65 m
c. Bk kiri = 650 mm
= 0,65 m
d. Lb kanan = 7200 mm
= 7,2 m
Bk kanan Bk kiri
e. Lb’ kanan = Lb kanan - -
2 2
0,65 0,65
= 7,2 - -
2 2
= 6,55 m
f. Lb kiri = 7200 mm
= 7,2 m
Bk kanan Bk kiri
g. Lb’ kiri = Lb kiri - -
2 2
0,65 0,65
= 7,2 - -
2 2
= 6,55 m
h. h1 = 3,5 m
i. h2 = 3,5 m
j. Mkap+ balok kanan = 240,057 kNm
k. Mkap- balok kiri = 437,837 kNm
l. ɸ =1
m. c = 1,7
n. d balok kanan = 466 mm
= 0,466 m
o. ds’ balok kanan = 63 mm
= 0,063 m
p. d balok kiri = 466 mm
= 0,466 m
q. ds’ balok kiri = 63 mm
= 0,063 m
Lb kiri Lb kanan
x Mkap− balok kiri + ′ x Mkap+ balok kanan
Lb′ kiri Lb kanan
r. Vkolom = 1
x (h1+h2)
2
193
7,2 7,2
x 437,837 + x 240,057
6,55 6,55
= 1
x (3,5+3,5)
2
= 212,904 kN
Mkap+ balok kanan
s. C = d balok kanan−ds′ balok kanan
240,057
= 0,466−0,063
= 595,675 kN
Mkap− balok kiri
t. T = d balok kiri−ds′ balok kiri
437,837
= 0,466−0,063
= 1086,443 kN
u. Vujoint = C + T – Vkolom
= 595,675 + 1086,443 - 212,904
= 1469,214 kN
v. Vcjoint = ɸ x c x √f′c x Ajoint
= 1 x 1,7 x √30 x 422500
= 3934017,269 N
= 3934,017 kN
w. Cek syarat VcJoint > VuJoint
VcJoint > VuJoint
3934,017 kN > 1469,214 kN
Maka beton sendiri sudah mampu menahan gaya geser.
4. Cek kekuatan sengkang terpasang arah y
a. A1D = 132,732 mm2
b. npakai = 4 kaki
c. Fys = 420 MPa
d. B = 650 mm
e. H = 650 mm
f. Sb = 40 mm
g. Dpokok = 22 mm
h. Dsengkang = 13 mm
194
Dpokok
i. d kolom = B – Sb – Dsengkang -
2
22
= 650 – 40 – 40 – 2
= 586 mm
j. S = 100 mm
n x Fys x A1D x d kolom
k. Vs = s
4 x 420 x 132,732 x 586
= 100
= 1306722,845 N
= 1306,723 kN
l. ɸ = 0,75
m. ɸVn = ɸ (Vcjoint + Vs)
= 0,75 (3934,017 + 1306,723)
= 3930,555 kN
n. Vujoint = 1469,214 kN
o. Cek syarat ɸVn > Vujoint
ɸVn > VuJoint
3930,555 kN > 1469,214 kN
Maka, tulangan geser yang di desain pada daerah hubungan kolom dan
balok mampu menahan gaya.
Dari perhitungan tersebut, didapatkan tulangan geser beam column joint
yang dipakai pada kolom KD lantai 1-5 arah y adalah 4D13-100mm.
10.3.3 Rekapitulasi perhitungan Beam Column Joint (BCJ)
Untuk rekapitulasi hasil perhitungan desain beam column joint dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 10.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Beam Column Joint (BCJ)
Kode
Lantai Daerah BCJ
Kolom
1-5 4D13-100mm
KD
6-9 4D13-100mm
1-5 4D13-100mm
KL
6-9 4D13-100mm
195
196
BAB XI
DESAIN PONDASI
11.1 Pendahuluan
Struktur bangunan gedung sepenuhnya terletak di atas tanah pendukung
melalui sistem pondasi. Dengan demikian sistem pondasi merupakan bagian yang
sangat penting dari bangunan gedung secara keseluruhan. Bila kita memilah, secara
garis besar bangunan gedung terdiri dari dua bagian pokok yaitu struktur atas
(Upper Structure/Superstructure) dan struktur bawah (Substructure). Struktur atas
adalah bagian bangunan yang secara langsung menahan beban, baik beban gravitasi
maupun beban angin/gempa. Selanjutnya beban – beban tersebut akan disalurkan
ke pondasi oleh kolom – kolom, selanjutnya oleh pondasi beban disalurkan ke
dalam tanah dasar. Karena tanah dasar sebagai pendukung terakhir tidak boleh
mengalami kerusakan, maka dalam mendukung beban tanah diberikan angka
keamanan (factor of safety, SF) yang besar dikarenakan beberapa hal berikut ini,
yaitu:
1. Sulitnya sistem kontrol pondasi setelah bangunan selesai dibangun.
2. Adanya ketidakpastian keseluruhan tanah di bawah bangunan.
3. Adanya ketidaksempurnaan dalam menentukan properti tanah.
4. Ketidakakuratan model matematik interaksi antara tanah dengan pondasi.
5. Adanya penyederhanaan lapisan – lapisan tanah seperti lapisan tanah dianggap
datar atau lapisan tanah dianggap sama tebal.
6. Tanah sebagai pendukung akhir beban tidak boleh terjadi kegagalan.
11.2 Langkah – Langkah Perencanaan Pondasi
Pada perencanaan pondasi kali ini, kami menggunakan pondasi tiang, karena
pondasi tiang sendiri termasuk kedalam jenis pondasi dalam. Adapun untuk
perhitungan desain pondasi sendiri dilakukan melalui beberapa langkah - langkah
perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
1. Menentukan daya dukung vertikal tiang
197
Daya dukung vertikal tiang adalah beban ijin yang dapat ditanggung oleh satu
buah tiang yang ditancapkan pada suatu lokasi dan pada kedalaman tertentu.
2. Menentukan jumlah kebutuhan tiang
Setelah mengetahui daya dukung ijin tiang, dari beban struktur atas (beban
terfaktor: 1,2 D + 1E + 1L) dapat dihitung kebutuhan tiang pada satu titik
kolom.
3. Cek efisiensi dalam kelompok tiang
Daya dukung sebuah tiang yang berada pada suatu kelompok tiang akan
berkurang. Hal ini disebabkan tanah di sekitar tiang terdesak oleh tiang lainnya.
Agar daya dukung tersebut tidak berkurang, setidak - tidaknya dibutuhkan
jarak 3 (tiga) dikali diameter atau 3D antar tiang satu dengan lainnya. Hal ini
tentu saja akan mengakibatkan pemborosan tempat. Agar optimal, biasanya
diatur dengan jarak antara 2,5 - 3 dikali diameter tiang.
4. Menghitung daya dukung kelompok tiang
Perhitungan daya dukung kelompok tiang digunakan untuk mengecek apakah
kelompok tiang yang digunakan aman atau tidak terdapat beban aksial kolom.
5. Menentukan gaya tarik atau gaya tekan yang bekerja pada tiang
Akibat momen yang besar dari struktur atas, tiang dapat juga mengalami gaya
tarik ke atas. Untuk itu perlu dilakukan analisis gaya - gaya yang bekerja pada
masing - masing tiang dalam suatu kelompok tiang dan jangan sampai melebihi
daya dukung yang diijinkan.
6. Menghitung penulangan pada pile
Langkah terakhir dalam desain pondasi adalah menghitung jumlah tulangan
yang akan digunakan dalam satu tiang fondasi.
Diketahui data N-SPT pada tanah sedang yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Contoh pada perhitungan daya dukung ijin tekan berdasar N-SPT kami
mengambil pada kedalaman 2 m. Diketahui data sebagai berikut.
a. Panjang segmen =2m
199
= 0,159043128 m²
3. Luas penampang tiang (Ast)
Ast = 𝜋𝑥𝐷
= 𝜋 𝑥 0,45
= 1,413716694 m
4. Gaya geser pada selimut segmen tiang (fi)
fi = karena nilai N-SPT di atas 12 , maka nilai fi diambil 12 t/m²
5. li fi = fi x segmen
= 12 x 2
= 24 t/m
6. Σli fi = 24 t/m
7. Faktor kemanan (FK)
Faktor keamanan yang digunakan yakni ada dua, yaitu Faktor Keamanan satu
dengan nilai 3 dan Faktor Keamanan dua dengan nilai 5.
= 59,80021616 ton
Adapun hasil perhitungan daya dukung ijin tekan berdasar N-SPT dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
200
Pada desain pondasi kali ini kami merencanakan tiang pondasi akan ditanam
hingga kedalaman 14 meter. Maka didapatkan daya dukung ijin tekan tiang adalah
114,299 ton.
11.3.3 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasarkan Material
= 486,3704223 ton
Daya dukung ijin tekan pakai yang digunakan adalah nilai daya dukung ijin
tekan tiang terkecil berdasarkan data N-SPT dan material. Maka daya dukung ijin
tekan pakai adalah 114,299 ton.
11.3.5 Daya Dukung Ijin Tarik Berdasarkan N-SPT
Contoh pada perhitungan daya dukung ijin tarik berdasar N-SPT kami
mengambil pada kedalaman 2 m. Diketahui data sebagai berikut.
a. Panjang segmen =2m
b. Diameter pile = 0,45 m
c. N-SPT = 50
1. Tahanan ujung konus sondir (qc)
qc = 20 x N-SPT
= 20 X 50
= 1000 t/m²
2. Luas Penampang tiang (Ap)
1
Ap = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 0,45²
= 0,159043128 m²
3. Luas penampang tiang (Ast)
Ast = 𝜋𝑥𝐷
= 𝜋 𝑥 0,45
= 1,413716694 m
4. Gaya geser pada selimut segmen tiang (fi)
fi = karena nilai N-SPT di atas 12 , maka nilai fi diambil 12 t/m²
5. li fi = fi x segmen
= 12 x 2
= 24 t/m
6. Σli fi = 24 t/m
202
Wp = 𝛾 𝑥 𝐴𝑝 𝑥 ℎ
1
= 2,4 𝑥 𝑥 0,452 𝑥 2
4
= 0,763407015 ton
9. Daya dukung ijin tekan tiang (Pa)
( Σli fi x Ast)
P all = + 𝑊𝑝
𝐹𝐾
( 24 x 1,4137 )
= + 0,7634
5
= 5,5135 ton
Adapun hasil perhitungan daya dukung ijin tarik berdasar N-SPT dapat dilihat
pada tabel di halaman selanjutnya.
Pada desain pondasi kali ini kami merencanakan tiang pondasi akan ditanam
hingga kedalaman 14 meter. Maka didapatkan daya dukung ijin tekan tiang adalah
38,594 ton.
11.3.6 Daya Dukung Ijin Tarik Pakai
Daya dukung ijin tarik pakai yang digunakan adalah nilai daya dukung ijin
tarik terkecil berdasarkan data N-SPT. Maka daya dukung ijin tarik pakai adalah
38,594 ton.
11.3.7 Daya Dukung Tiang yang Dibutuhkan
= 2,4733 tiang
Didapatkan jumlah tiang yang diperlukan yaitu 2,4733 tiang. Maka jumlah
tiang yang digunakan adalah 4 tiang.
dikali diameter tiang dan perlu diketahui bahwasanya jarak tiang sendiri
dihitung dari as ke as atau dari tengah tiang ke tengah tiang berikutnya.
Jarak tiang (S) =3xD
= 3 x 0,45
= 1,4 m
2. Jarak tepi (St)
Jarak tepi atau St menurut ketentuan nilainya adalah 1,5- 2 dikali diameter tiang
dan kami menggunakan ketentuan jarak tepi sebesar 2 dikali diameter tiang dan
perlu diketahui bahwasanya jarak tepi sendiri dihitung dari tepi ke as tiang
terdekat.
Jarak Tepi (St) =2xD
= 2 x 0,45
= 0,9 m
3. Jumlah tiang baris X =2
4. Jumlah tiang baris Y =2
5. B = ((Jumlah tiang baris X - 1) x S) + (2 x St)
= ((2 - 1) x 1,4) + (2 x 0,9)
= 3,2 m
6. H = ((Jumlah tiang baris Y - 1) x S) + (2 x St)
= ((2 - 1) x 1,4) + (2 x 0,9)
= 3,2 m
(𝑛−1)𝑥𝑚+(𝑚−1)𝑥𝑛
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90 𝑥 𝑚 𝑥 𝑛
Keterangan:
Eg = efisiensi kelompok tiang
θ = arctan (D/s) (derajat)
D = diameter tiang
s = jarak antar tiang (as ke as)
m = jumlah tiang dalam 1 kolom
n = jumlah tiang dalam 1 baris
Diketahui data sebagai berikut:
1. Jarak tiang (S)
Jarak antar tiang atau S menurut ketentuan nilainya adalah 2,5 - 3 dikali
diameter tiang dan kami menggunakan ketentuan jarak antar tiang sebesar 3
dikali diameter tiang dan perlu diketahui bahwasanya jarak tiang sendiri
dihitung dari as ke as atau dari tengah tiang ke tengah tiang berikutnya.
Jarak tiang (S) =3xD
= 3 x 0,45
= 1,4 m
2. Jumlah tiang dalam 1 kolom (m)
Diketahui bahwa jumlah yang digunakan adalah 4 tiang. Maka jumlah tiang
dalam 1 kolom yang kami gunakan adalah 2 tiang.
3. Jumlah tiang dalam 1 baris (n)
Diketahui bahwa jumlah tiang yang digunakan adalah 4 tiang. Maka jumlah
tiang dalam 1 baris yang kami gunakan adalah 2 tiang.
4. Diameter tiang (D)
Diameter yang digunakan adalah 0,45 m.
5. Nilai (θ)
𝐷
𝜃 = arctan ( 𝑆 )
0,45
= arctan ( 1,4 )
= 17,81888891°
Maka nilai efisiensi kelompok tiang dapat dicari menggunakan perhitungan berikut.
206
(𝑛−1)𝑥 𝑚+(𝑚−1)𝑥 𝑛
Eg =1−𝜃 90 𝑥 𝑚 𝑥 𝑛
(2−1)𝑥 2+(2−1)𝑥 2
= 1 − 17,819
90 𝑥 2 𝑥 2
= 0,802
Didapatkan nilai efisiensi kelompok tiang yaitu sebesar 0,802.
11.3.10 Daya Dukung Kelompok Tiang
Qu = Eg x n x Pall
= 0,802 x 4 x 114,299
= 366,6768 ton
Maka kelompok tiang dengan jumlah 4 tiang aman untuk digunakan karena
nilai daya dukung kelompok tiang atau Qu lebih besar daripada gaya aksial kolom
atau Pu, yaitu 366,6768 ton > 282,69337 ton.
11.3.11 Beban Maksimum Tiang
Beban aksial dan momen yang bekerja akan didistribusikan ke pile cap dan
kelompok tiang berdasarkan rumus elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap
kaku sempurna, sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan pile cap
melengkung atau deformasi. Adapun untuk perhitungan beban maksimum tiang
dapat menggunakan rumus berikut.
𝑃𝑢 𝑀𝑦+𝑋𝑚𝑎𝑥 𝑀𝑥+𝑌𝑚𝑎𝑥
Pmaks = 𝑛𝑝 + ±
𝑛𝑦+∑𝑋² 𝑛𝑥+∑𝑦²
Keterangan:
Pmaks = beban maksimum tiang
Pu = gaya aksial yang terjadi (dengan kombinasi pembebanan 1,2D + 1E + 1L)
My = momen yang bekerja tegak lurus sumbu y
Mx = momen yang bekerja tegak lurus sumbu x
Xmax = jarak tiang arah sumbu x terjauh
Ymax = jarak tiang arah sumbu y terjauh
ƩX2 = jumlah kuadrat x
207
= 0,7 m
1
5. Ymax = 𝑆 – ( 2 𝑥 𝑆)
1
= 1,4 – ( 2 𝑥 1,4)
= 0,7 m
Dengan keterangan untuk nilai Xmax dan Ymax sendiri dihitung dari tengah
pile cap yang ditandai dengan garis hitam pada gambar di bawah ke tiap tiang yang
ada dengan tinjauan arah x dan arah y. Selain menggunakan perhitungan
sebelumnya, nilai Xmax dan Ymax juga dapat dihitung dengan mengurangi jarak
antar tiang (dengan catatan dihitung dari tengah tiang ke tengah tiang) atau s dengan
setengah s. Untuk Xmax ditandai dengan garis berwarna merah pada gambar di
bawah ini dan Ymax ditandai dengan garis berwarna merah pada gambar di bawah
ini.
208
6. ΣX² = 2 x 2 x Xmax²
= 2 x 2 x 0,7²
= 1,96 m²
7. ΣX² = 2 x 2 x Ymax²
= 2 x 2 x 0,7²
= 1,96 m²
Dengan keterangan yaitu digunakan angka dua yang pertama dikarenakan
terdapat dua jumlah tiang pada setiap sumbu dan angka dua yang kedua
dikarenakan terdapat dua Xmax yaitu untuk sumbu x dari tengah pile cap ke tiang
sebelah kanan dan ke tiang sebelah kiri berdasarkan gambar konfigurasi tiang
fondasi pada pile cap.
8. nx = 2 buah
9. ny = 2 buah
10. np = nX x nY
=2x2
= 4 buah
Maka nilai beban maksimum tiang dapat dicari menggunakan perhitungan berikut.
𝑃𝑢 𝑀𝑦+𝑋𝑚𝑎𝑥 𝑀𝑥+𝑌𝑚𝑎𝑥
Pmaks = 𝑛𝑝 ± ±
𝑛𝑦+∑𝑋² 𝑛𝑥+∑𝑦²
2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7
Pmaks = + +
4 2+1,96² 2+1,96²
= 1032,283 kN
209
= 354,328 kN
2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7
Pmaks = + −
4 2+1,96² 2+1,96²
= 686,792 kN
2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7
Pmaks = − +
4 2+1,96² 2+1,96²
= 699,818 kN
Dari empat perhitungan di atas, diambil nilai Pmaks yang paling besar. Maka
didapatkan nilai Pmaks adalah 1032,283 kN. Dan jika diubah dalam satuan ton,
maka:
1032,283
Pmaks = 9,81
= 105,227 ton
Didapatkan Pmaks sebesar 105,227 Ton dan angka tersebut bernilai positif
maka pile cap mendapatkan gaya tekan. Maka nilai Pmaks tersebut dibandingkan
dengan nilai daya dukung tekan tiang.
Pall>Pmaks
114,299>105,227 (OK)
Maka penggunaan pondasi dengan diameter 0,45 m, pada kedalaman 14 m,
dan jumlah tiang yang digunakan 4 buah bisa digunakan karena Pall > Pmaks.
11.3.12 Perhitungan Penulangan Pile
= 159043,1281 mm²
2. Menghitung luas tulangan pokok (As)
As = Ag x ρ
= 159043,1281 x 1,5%
= 2385,646921 mm²
3. Menghitung luas satu tulangan (A1D)
1
A1D = 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
4
1
=4 𝑥 𝜋 𝑥 25²
= 490,8738521 cm²
4. Menghitung jumlah tulangan perlu (nperlu)
𝐴𝑠
nperlu = 𝐴1𝐷
2385,646921
= 490,8738521
= 4,86 buah
5. Menghitung jumlah tulangan pakai (npakai)
Untuk nilai jumlah tulangan pakai adalah pembulatan ke atas dari nilai jumlah
tulangan perlu. Maka untuk jumlah tulangan pakai atau n pakai = 5 buah. Maka
untuk penulangan pada pile, digunakan tulangan lentur sebanyak 5 buah
berdiameter 25 mm atau 5D25 dan tulangan geser D13-100.
biasanya terbuat dari beton bertulang. Perencanaan pile cap dilakukan dengan
anggapan sebagai berikut:
1. Pile cap sangat kaku.
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Oleh karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan dan
deformasi membentuk bidang rata.
Adapun untuk perhitungan desain pile cap dapat dilakukan dengan beberapa
perhitungan di bawah ini. Diketahui data sebagai berikut:
1. Jarak tiang (s) = 1,4 m
2. Diameter tiang (D) = 0,45 m
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk
mengetahui dimensi pile cap yang digunakan.
1. Menghitung jarak tepi (st)
st =2xD
(ketentuannya adalah 1,5D - 2D, dan kami menggunakan st = 2D)
= 2 x 0,45
= 0,9 m
2. Menghitung lebar pile cap (B)
B = s + (2 x st)
= 1,4 + (2 x 0,9)
= 3,2 m
3. Menghitung panjang pile cap (H)
H = s + (2 x st)
= 1,4 + (2 x 0,9)
= 3,2 m
Penjelasan untuk lebar dan panjang pile cap: karena jumlah tiang yang
digunakan adalah 4 (empat) dan konfigurasinya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
212
(sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 9.7, nilai selimut beton untuk
beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan
tanah adalah 75 mm)
i. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN
j. Faktor reduksi (ɸ) = 0,75
= 270,822 kN/m²
c. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 3,2 m
d. Menghitung tebal efektif pile cap (d)
d = T – pb
75
= 0,6 - 1000
= 0,525 m
e. Menghitung daerah pembebanan yang diperhitungkan
untuk geser penulangan satu arah
𝐵 𝑝𝑖𝑙𝑒𝑐𝑎𝑝 𝐵 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
G’ = 𝐵 𝑝𝑖𝑙𝑒 𝑐𝑎𝑝 − ( + + 𝑑)
2 2
3,2 3,2
= 3,2 − ( 2 + + 0,525)
2
= 0,75 m
Didapatkan nilai G’ sebesar 0,75 m, maka tebal pile cap yang digunakan
sudah memenuhi syarat karena G’ > 0.
f. Menghitung gaya geser (vu)
214
vu = σ x L x G’
= 270,822 x 3,2 x 0,75
= 649,974 kN
g. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
1
ɸvc = ɸ x 𝑥 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
6
1
=ɸx 𝑥 √30 𝑥 3200 𝑥 525
6
= 1150,217 kN
Maka didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 1150,217 kN > 649,974 kN, maka
pile cap aman terhadap geser satu arah.
6. Kontrol geser dua arah
Diketahui daya sebagai berikut:
a. Tebal efektif pile cap (d) = 0,525 m
b. Lebar kolom (B) = 0,65 m
c. Tinggi kolom (H) = 0,65 m
d. Lebar pile cap (B) = 3,2 m
e. Panjang pile cap (H) = 3,2 m
f. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN
g. Faktor reduksi (ɸ) = 0,75
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk
mengontrol geser pile cap dua arah sebagai berikut ini.
1. Menghitung luas penampang kritis (B’)
1
B’ = 𝐵𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 2 𝑥 𝑥𝑑
2
1
= 0,65 + 2 𝑥 𝑥 0,525
2
= 1,175 m
2. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 3,2 m.
3. Menghitung luas pile cap (A)
A =BxH
= 3,2 x 3,2
= 10,24 m²
215
= 270,822 kN/m²
5. Menghitung gaya geser (yu)
Vu = σ x (L² - B’²)
= 270,822 x (3,2² - 1,175²)
= 2399,31774 kN
6. Menentukan konstanta untuk perhitungan pondasi telapak (αs)
Nilai αs yang digunakan adalah 40, dikarenakan perhitungan yang dilakukan
adalah perhitungan pada kolom dalam atau kolom interior.
7. Menghitung nilai perbandingan lebar dan tinggi kolom (βc)
𝐵 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
βc =
𝐻 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
0,65
= 0,65
=1m
8. Menghitung keliling penampang kritis pondasi telapak (bo)
bo = 4 x B’
= 4 x 1,175
= 4,7 m
9. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1, nilai kuat geser beton atau vc
adalah nilai terkecil dari
2 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
a. ɸVc1 = ɸ x (1 + )𝑥
𝛽𝑐 6
𝑎𝑠 𝑥 𝑑 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
b. ɸVc2 = ɸ x ( + 2) 𝑥
𝑏𝑜 12
1
c. ɸVc3 = ɸ x 3 𝑥√𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
= 5068,14529 kN
𝑎𝑠 𝑥 𝑑 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
2. ɸVc2 = ɸ x ( + 2) 𝑥
𝑏𝑜 12
40 𝑥 525 √30 𝑥 4,7 𝑥 525
= 0,75 x ( + 2) 𝑥
4,7 12
= 5463,532511 kN
1
3. ɸVc3 = ɸ x 3 𝑥√𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
1
= 0,75 x 3 𝑥√30 𝑥 4,7 𝑥 525
= 3378,763527 kN
Maka digunakan nilai ɸVc adalah nilai terkecil dari tiga perhitungan di atas,
yaitu 3378,763527 KN. Selain itu, didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 3378,763527
KN> 2399,31774 KN, maka pile cap aman terhadap geser dua arah.
11.4.2 Perhitungan Penulangan Pile Cap arah X
= 693,3055 kN
2. Menghitung momen ultimit
Mu = ∑Pu x X
693,3055 𝑥 1,4
=2x( )
2
= 970,628 kNm
3. Menghitung momen nominal
𝑀𝑢
Mn = ɸ
970,628
= 0,9
= 1078,475222 kNm
4. Menghitung nilai m
𝐹𝑦
m = 0,85 𝑥 𝐹′𝑐
420
= 0,85 𝑥 30
= 16,47058824
5. Menghitung nilai koefisien resistance (Rn)
𝑚𝑛
Rn = b x d²
1078,475222 x 106
= 1000 x 525²
= 3,912835273 Mpa
6. Menghitung nilai rasio tulangan perlu (ρ)
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ = 𝑚 − (1 − √1 − 𝐹𝑦
1 2 𝑥 16,47058824 𝑥 3,912835273
= 16,47058824 − (1 − √1 − 420
= 0,010167648
7. Menghitung nilai rasio tulangan minimum (ρmin).
218
Nilai rasio tulangan minimum adalah nilai terbesar dari hasil dua perhitungan
di bawah ini.
1,4
a. ρmin1 = 𝐹𝑦
1,4
= 420
= 0,003333333
√𝐹′𝑐
b. ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
√30
= 4 𝑥 420
= 0,003260253
Maka didapatkan nilai rasio tulangan minimum adalah 0,003333333.
8. Menghitung nilai rasio tulangan pakai (ρ pakai)
Nilai rasio tulangan pakai adalah nilai terbesar dari nilai rasio tulangan perlu
dan nilai rasio tulangan minimum. Maka didapatkan nilai rasio tulangan pakai
atau ρpakai adalah 0,010167648.
9. Menghitung luas tulangan pokok (As)
As = ρ pakai x b x d
= 0,010167648 x 1000 x 525
= 5338,015165 mm²
10. Menghitung luas satu tulangan (A1D)
1
A1D = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 32²
= 804,2477193 mm²
11. Menghitung jarak tulangan pokok (S)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
S = 𝐴𝑠
804,2477193 𝑥 1000
= 5338,015165
= 150,6641878 mm
12. Menentukan jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Nilai jarak tulangan pokok pakai didapatkan dari pembulatan ke bawah nilai
jarak tulangan pokok atau s. Maka didapatkan nilai Spakai yaitu 150 mm.
219
= 5361,651462 mm²
14. Mengontrol jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Berdasarkan perhitungan As dan As’, maka didapatkan bahwa nilai As’ > As,
oleh karena itu penggunaan jarak tulangan pokok sebesar 150 mm sudah benar.
Maka dari beberapa perhitungan di atas, tulangan pokok yang digunakan
untuk penulangan pile cap arah X adalah D32-150mm.
11.4.3 Perhitungan Penulangan Pile Cap arah Y
2773,222
= 4
= 693,3055 kN
2. Menghitung momen ultimit
Mu = ∑Pu x X
693,3055 𝑥 1,4
=2x( )
2
= 970,628 kNm
3. Menghitung momen nominal
𝑀𝑢
Mn = ɸ
970,628
= 0,9
= 1078,475222 kNm
4. Menghitung nilai m
𝐹𝑦
m = 0,85 𝑥 𝐹′𝑐
420
= 0,85 𝑥 30
= 16,47058824
5. Menghitung nilai koefisien resistance (Rn)
𝑚𝑛
Rn = b x d²
1078,475222 x 106
= 1000 x 525²
= 3,912835273 Mpa
6. Menghitung nilai rasio tulangan perlu (ρ)
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ = 𝑚 − (1 − √1 − 𝐹𝑦
1 2 𝑥 16,47058824 𝑥 3,912835273
= 16,47058824 − (1 − √1 − 420
= 0,010167648
7. Menghitung nilai rasio tulangan minimum (ρmin).
Nilai rasio tulangan minimum adalah nilai terbesar dari hasil dua perhitungan
di bawah ini.
1,4
c. ρmin1 = 𝐹𝑦
221
1,4
= 420
= 0,003333333
√𝐹′𝑐
d. ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
√30
= 4 𝑥 420
= 0,003260253
Maka didapatkan nilai rasio tulangan minimum adalah 0,003333333.
8. Menghitung nilai rasio tulangan pakai (ρ pakai)
Nilai rasio tulangan pakai adalah nilai terbesar dari nilai rasio tulangan perlu
dan nilai rasio tulangan minimum. Maka didapatkan nilai rasio tulangan pakai
atau ρpakai adalah 0,010167648.
9. Menghitung luas tulangan pokok (As)
As = ρ pakai x b x d
= 0,010167648 x 1000 x 525
= 5338,015165 mm²
10. Menghitung luas satu tulangan (A1D)
1
A1D = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 32²
= 804,2477193 mm²
11. Menghitung jarak tulangan pokok (S)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
S = 𝐴𝑠
804,2477193 𝑥 1000
=
5338,015165
= 150,6641878 mm
12. Menentukan jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Nilai jarak tulangan pokok pakai didapatkan dari pembulatan ke bawah nilai
jarak tulangan pokok atau s. Maka didapatkan nilai Spakai yaitu 150 mm.
13. Menghitung luas tulangan pokok baru (As’)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
804,2477193 𝑥 1000
= 150
222
= 5361,651462 mm²
14. Mengontrol jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Berdasarkan perhitungan As dan As’, maka didapatkan bahwa nilai As’ > As,
oleh karena itu penggunaan jarak tulangan pokok sebesar 150 mm sudah benar.
Maka dari beberapa perhitungan di atas, tulangan pokok yang digunakan
untuk penulangan pile cap arah X adalah D32-150mm.
11.4.4 Perhitungan Tulangan Susut
= 283,528737 mm²
3. Menghitung jarak tulangan susut (Asst)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
Asst = 𝐴𝑠𝑠𝑡
283,528737 𝑥 1000
= 1050
= 270,0273686 mm²
4. Menghitung jarak tulangan susut pakai (Ssst)
Nilai jarak tulangan susut pakai didapatkan dari pembulatan ke bawah nilai
jarak tulangan pokok. Maka didapatkan nilai Ssst pakai yaitu 250 mm.
223
= 1134,114948 mm²
6. Mengontrol jarak tulangan susut pakai (Ssst pakai)
Berdasarkan perhitungan Asst dan Asst’, maka didapatkan bahwa nilai Asst’ >
Asst, oleh karena itu penggunaan jarak tulangan susut sebesar 250 mm sudah
benar.
Maka dari beberapa perhitungan di atas, tulangan susut yang digunakan
untuk penulangan pada pile cap adalah D19-250mm.
11.5 Perhitungan Desain Pondasi Gabungan
Adapun untuk perhitungan desain pondasi gabungan, langkah-langkahnya
sama seperti pada perhitungan desain pondasi terpisah. Hanya saja yang
membedakan yaitu pada nilai Pu kolom dan perhitungan control geser satu arah
serta dua arah. Adapun untuk contoh perhitungan kami menggunakan podnasi
gabungan tipe PC3 atau pondasi gabungan antara pondasi PC1 dengan PC2.
Penggabungan pondasi sendiri dilakukan karena sempitnya ruang antara suatu
pondasi dengan pondasi lainnya.
11.5.1 Perhitungan kontrol geser satu arah
= 238,391 kN/m2
c. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 5,8 m.
d. Menghitung tebal efektif pile cap (d)
d = T – pb
75
= 0,9 – ( )
1000
= 0,825 m ≈ 825 mm
e. Menghitung daerah pembebanan yang diperhitungkan untuk geser
penulangan satu arah
B pile cap B kolom
G’1 = B pile cap – ( + + d)
2 2
5,8 0,65
= 5,8 - ( 2 + + 0,825)
2
= 0,25 m
jarak antar kolom−b kolom
G’2 = 2
3−0,65
=
2
= 1,175 m
Didapatkan nilai G’2 sebesar 1,175 m, maka tebal pile cap yang digunakan
sudah memenuhi syarat karena G’ > 0.
f. Menghitung gaya geser (vu)
vu = σ × L × G’
= 238,391 × 5,8 × 1,175
= 1624,631 kN
g. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
225
1
ɸvc = ɸ × 6 × √f′c × b × d
1
0,75 × × √30 × 5,8 × 0,825⁄
= 6
1000
= 3276,066 kN
maka didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 3276,066 KN > 1624,631 KN,
maka pile cap aman terhadap geser satu arah.
2. Arah Y
a. Menghitung luas pile cap (A)
A =B×H
= 5,8 × 4
= 23,2 m2
b. Menghitung tegangan pile cap (σ)
Pu
σ = A
5530,66
= 23,2
= 238,391 kN/m2
c. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 4 m.
d. Menghitung tebal efektif pile cap (d)
d = T – pb
75
= 0,9 – (1000)
= 0,825 m ≈ 825 mm
e. Menghitung daerah pembebanan yang diperhitungkan untuk geser
penulangan satu arah
B pile cap B kolom
G’ = B pile cap – ( + + d)
2 2
4 0,65
= 4 - (2 + + 0,825)
2
= 0,85 m
Didapatkan nilai G’ sebesar 0,85 m, maka tebal pile cap yang digunakan
sudah memenuhi syarat karena G’ > 0.
f. Menghitung gaya geser (vu)
226
vu = σ × L × G’
= 238,391 × 4 × 0,85
= 810,528 kN
g. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
1
ɸvc = ɸ × 6 × √f′c × b × d
1
0,75 × × √30 × 4 × 0,825⁄
= 6
1000
= 2259,356 kN
maka didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 2259,356 KN > 810,528 KN, maka
pile cap aman terhadap geser satu arah.
11.5.2 Perhitungan kontrol geser dua arah
= 238,391 kN/m2
5. Menghitung gaya geser (Vu)
Vu = σ × (Lx × Ly – B’x × B’y - B’x × B’y)
= 238,391 × (5,8 × 4 – 1,475 × 1,475 - 1,475 × 1,475)
= 4493,363 kN
6. Menentukan konstanta untuk perhitungan pondasi telapak (αs)
Nilai αs yang digunakan adalah 40, dikarenakan perhitungan yang dilakukan
adalah perhitungan pada kolom dalam atau kolom interior.
7. Menghitung nilai perbandingan lebar dan tinggi kolom (βc)
𝐵 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
βc = 𝐻 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
0,65
=
0,65
=1
8. Menghitung keliling penampang kritis pondasi telapak (bo)
bo = (2 × B’x + 2 × B’y) × 2
= (2 × 1,475 + 2 × 1,475) × 2
= 11,8 m
9. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1, nilai geser beton atau vx adalah
nilai terkecil dari:
2 √f′ c × bo × d
a. ɸvc1 = ɸ × (1 + βc) × 6
= 19995,297 kN
228
2 √f′c × bo × d
b. ɸvc2 = ɸ × (αs + βc) × 12
= 15984,941 kN
1
c. ɸvc3 = ɸ × 3 × √f′c × bo × d
1
= ɸ × 3 × √30 × 11,8 × 0,825
= 13330,198 kN
Maka digunakan nilai ɸvc adalah nilai terkecil dari tiga perhitungan diatas,
yaitu 13330,198 kN. Selain itu, didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 13330,198 kN >
4493,363 KN, maka pile cap aman terhadap geser dua arah.
11.6 Rekapitulasi Perhitungan Desain Pondasi
Adapun untuk rekapitulasi hasil perhitungan desain pondasi dan pile cap
baik pada pondasi terpisah maupun pondasi gabungan dapat dilihat pada tabel di
halaman selanjutnya.
229
Tabel 11.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Pondasi dan Pile Cap
Kode Pondasi
Uraian
PC1 (KD) PC2 (KL) PC3 (KD+KL) PC4 (KL+KL)
Jumlah Tiang Pondasi
Diameter Pile (m) 0,45 0,45 0,7 0,7
F'c 30 30 30 30
Fy 420 420 420 420
Kedalaman Tiang (m) 14 14 14 14
Jumlah Tiang Pakai 4 4 6 6
Penulangan Pile
Tulangan Lentur Pakai 5D25 5D25 12D25 12D25
Sengkang Pakai D13-100 D13-100 D13-100 D13-100
Desain Pile Cap
Lebar (m) 3,2 3,2 5,8 5,8
Tinggi (m) 3,2 3,2 4 4
Tebal (m) 0,6 0,6 0,9 0,9
Tulangan Pakai X D32-150mm D32-150mm D36-50mm D36-50mm
Tulangan Pakai Y D32-150mm D32-150mm D36-150mm D36-150mm
Tulangan Susut D19-250mm D19-250mm D22-200mm D22-200mm
230
BAB XII
RENCANA ANGGARAN BIAYA
12.1 Umum
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perkiraan atau perhitungan
biaya–biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi,
sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Tujuan penyusunan atau pembuatan RAB bagi kontraktor adalah sebagai
berikut ini.
1. Sebagai dasar untuk mengikuti tender dan pengajuan penawaran.
2. Sebagai dasar perkiraan modal/dana yang harus disediakan.
3. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga dan waktu untuk
pelaksanaan.
Rencana anggaran biaya dibuat sebelum proyek dilaksanakan, jadi masih
merupakan anggaran perkiraan, bukan anggaran yang sebenarnya berdasarkan
pelaksanaan (actual cost). Ada dua macam cara pembuatan RAB, yaitu sebagai
berikut.
1. Rencana Anggaran Biaya kasar
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang perhitungannya hanya didasarkan pada
luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m 2 nya. Rencana Anggaran
biaya kasar digunakan jika ingin mengetahui anggaran biaya proyek secara
cepat dengan cara pendekatan.
2. Rencana Anggaran Biaya secara rinci
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dihitung berdasarkan volume tiap jenis
pekerjaan dikalikan harga tiap jenis pekerjaan tersebut,untuk seluruh jenis
kegiatan yang ada pada proyek tersebut, sehingga diperoleh rencana anggaran
biaya total untuk seluruh proyek tersebut.
Dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) diperlukan data sebagai
berikut.
231
Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Tangga m3 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
- Pelat Bordes m3 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 3 kg 8166.71175 Rp 14,624.610 Rp 119,434,974.383
- Kolom KL Lt 3 kg 10611.3385 Rp 14,624.610 Rp 155,186,687.146
- B1X Lt 3 kg 11475.9194 Rp 14,624.610 Rp 167,830,845.074
- B1Y Lt 3 kg 10269.0642 Rp 14,624.610 Rp 150,181,059.433
- B2X Lt 3 kg 689.31897 Rp 14,624.610 Rp 10,081,021.105
- B2Y Lt 3 kg 973.672925 Rp 14,624.610 Rp 14,239,586.791
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
243
Lanjutan Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap
Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BA1X m3 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
3
- BA1Y m 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
- BA2Y m3 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
3
- PA1 m 119.7504 Rp 1,404,176.243 Rp 168,150,666.753
3
- PA2 m 2.8512 Rp 1,404,176.243 Rp 4,003,587.304
- PA3 m3 2.8512 Rp 1,404,176.243 Rp 4,003,587.304
3
- PA4 m 8.2368 Rp 1,404,176.243 Rp 11,565,918.877
3
- PA5 m 3.168 Rp 1,404,176.243 Rp 4,448,430.337
- PA6 m3 19.008 Rp 1,404,176.243 Rp 26,690,582.024
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 9 kg 14977.9172 Rp 14,624.610 Rp 219,046,197.515
- Kolom KL Lt 9 kg 23838.239 Rp 14,624.610 Rp 348,624,948.110
- B1X Lt 9 kg 13825.5944 Rp 14,624.610 Rp 202,193,925.481
- B1Y Lt 9 kg 10347.1916 Rp 14,624.610 Rp 151,323,641.407
- B2X Lt 9 kg 770.297266 Rp 14,624.610 Rp 11,265,297.092
- B2Y Lt 9 kg 1029.14625 Rp 14,624.610 Rp 15,050,862.467
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
261
Lanjutan Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap
Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PA1 kg 15499.6078 Rp 14,624.610 Rp 226,675,719.233
- PA2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PA3 kg 379.268827 Rp 14,624.610 Rp 5,546,658.683
- PA4 kg 911.285245 Rp 14,624.610 Rp 13,327,191.313
- PA5 kg 377.555253 Rp 14,624.610 Rp 5,521,598.330
- PA6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 9 m2 1491.84 Rp 325,725.840 Rp 485,930,837.146
2
- B1Y Lt 9 m 1092.96 Rp 325,725.840 Rp 356,005,314.086
2
- B2X Lt 9 m 46.8 Rp 325,725.840 Rp 15,243,969.312
- B2Y Lt 9 m2 78 Rp 325,725.840 Rp 25,406,615.520
2
- BA1X m 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
- BA2X m2 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
2
- BA2Y m 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- PA1 m 1088.64 Rp 318,993.840 Rp 347,269,453.978
- PA2 m2 25.92 Rp 318,993.840 Rp 8,268,320.333
2
- PA3 m 25.92 Rp 318,993.840 Rp 8,268,320.333
2
- PA4 m 74.88 Rp 318,993.840 Rp 23,886,258.739
- PA5 m2 28.8 Rp 318,993.840 Rp 9,187,022.592
2
- PA6 m 172.8 Rp 318,993.840 Rp 55,122,135.552
262
5. Personil
Personil K3 terdiri atas:
a. Ahli K3 dan/atau Petugas K3;
b. Petugas Tanggap Darurat;
c. Petugas P3K;
d. Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman);
e. Petugas Medis.
6. Perlengkapan dan Peralatan K3 Alat Pelindung Kerja
Terdiri atas:
a. Jaring Pengaman (Safety Net);
b. Tali Keselamatan (Life Line);
c. Penahan Jatuh (Safety Deck);
d. Pagar Pengaman (Guard Railling);
e. Pembatas Area (Restricted Area);
f. Alat Pelindung Diri Terdiri Atas:
g. Topi Pelindung (Safety Helmet);
h. Pelindung Mata (Goggles, Spectacles);
i. Tameng Muka (Face Shield);
j. Masker Selam (Breathing Apparatus);
k. Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff);
l. Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker);
m. Sarung Tangan (Safety Gloves);
n. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes);
o. Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness);
p. Jaket Pelampung (Life Vest);
q. Rompi Keselamatan (Safety Vest);
r. Celemek (Apron/Coveralls);
s. Pelindung Jatuh (Fall Arrester);
t. Fasilitas sarana kesehatan;
u. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat
Luka,Perban, dll);
268
b. Pekerjaaan Kolom
c. Pekerjaan Balok
d. Pekerjaan Plat Lantai
e. Pekerjaan Plat Atap Beton
f. Pekerjaan Plat Tangga
g. Dan pekerjaan lain yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan
PASAL 02. PERSYARATAN ALAT DAN MUTU BAHAN/MATERIAL
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar, baik
untuk pekerjaan StrukturBawah maupun Struktur Atas.
2.1 PERATURAN-PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai
dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
1. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 2847- 2019).
2. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
(SNI 1726 - 2019).
3. SNI 1727-2020 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung danStruktur lain (adopsi ASCE 7-16)
pekerjaannya.
4. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mułu yang
sesuai dengan gambar dan spesifikasi struktur.
5. Apabila Direksi/Pengawas Ahli memandang perlu, untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus
Pemborong harus meminta nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk
Direksi/ Pengawas Ahli atas beban Pemborong.
2. AGGREGAT (AGGREGATES)
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat:
a. Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan
tanah/tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya).
b. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 38 mm, untuk penggunaanya harus mendapat
persetujuan tertulis Direksi/Pengawas Ahli. Gradasi dari
agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat dan
mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam
proporsi campuran yang akan dipakai.
c. Direksi/Pengawas Ahli harus meminta kepada Pemborong
untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut
dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas
Ahli, setiap saat di laboratorium yang disetujui Direksi/
Pengawas Ahli atas biaya Pemborong.
d. Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut
disupply, maka Pemborong diwajibkan untuk memberitahukan
secara tertulis kepada Direksi/Pengawas Ahli.
e. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran
dengan tanah dan terkotori.
3. AIR
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan
272
4. BESI BETON
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/ karat dan
tidak cacat(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
b. Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam
gambar dan bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan-ketentuan Peraturan Beton Indonesia.
c. Mempunyai penampang yang sama rata.
d. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan tertulis
Perencana Struktur. Besi beton harus disupply dari satu sumber
(manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan
bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan
konstruksi.
e. Sebelum mengadakan pemesanan Pemborong harus
mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk- petunjuk dari Direksi/ Pengawas Ahli.
f. Barang percobaan diambil di bawah kesaksian
Direksi/Pengawas Ahli, berjumlah min.3 (tiga) batang untuk
tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan
panjangnya ± 100 cm.
g. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Direksi/Pengawas Ahli.
Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian
Direksi/Pengawas Ahli tidak diperkenankan sama sekali dan hasil
test yang bersangkutan tidak sah.
a. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi
273
5. KUALITAS BETON
a. Borepile menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c =
30 MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai
dengan gambar detail.
b. Kolom menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30
MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan
gambar detail.
c. Balok menggunakan kuat karakteristik beton rencana dengan
f'c =30 MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai
dengan gambar detail.
d. Plat menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30
274
MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan
gambar detail
e. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
f. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data
pengalaman pelaksanaan di Iain tempat dan dengan
mengadakan trial-mix di laboraturium.
g. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa
silinder beton atau kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan
yang disebut dalam Peraturan Beton Indonesia, maka
pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan
menurut Peraturan Beton Indonesia tanpa menggunakan
penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum
1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh
20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan
periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
• Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi /
Pengawas Ahli dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan
perhitungan tekanan beton karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
• Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus
dilakukan pengujian slump (slump test), dengan syarat
minimum 8cm dan maksimum 12 cm. Cara pengujian sebagai
berikut:
- Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam
cetakan beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan
ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
275
Slump dalam cm
Konstruksi Beton Maksimum Minimum
Dinding, pelat fondasi dan fondasi telapak bertulang. 12.50 10.00
BAB II
PEKERJAAN
STRUKTUR
PASAL 01. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 PEMBUATAN PAGAR SEMENTARA
Untuk menjaga ketertiban Lingkungan, keamanan material dan tidak
mengganggu aktivitas lingkungan. Perlu dibuat pagar pengaman
dengan bahan pasangan seng rangka kayu menggunakan pondasi
setempat. Agar tidak mengganggu pemandangan dan pantulan sinar
matahari pagar harus dicat, tinggi pagar kurang lebih 180 cm.
dengan patok ukuran 5/7. Untuk penentuan titik as, elevasi, dan sudut
menggunakan alat ukur Theodolit dengan tenaga ahli dalam bidangnya.
Titik As ditulis dengan cat warna merah, titik ini harus tetap terjaga
sampai dengan pekerjaan Struktur selesai apabila
mengganggupekerjaan bisa dipindahkan ke pagar proyek atau diganti
dengan papan petunjuk. Pemasangan Bowplank mengelilingi
Bangunan/tidak dipasang hanya pada as-as saja, Elevasi dan notasi as
harus tertulis jelas dengan huruf balok warna merah pada papan
bowplank.
Direksi/Pengawas Ahli.
• Ketelitian letak dan tegak lurusnya tiang bor harus presisi
dengan toleransi ketepatan posisi letak tiang adalah 7 1/2 cm
dan toleransi tegak lurus 1/75 — 1/50.
• Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan urutan dan arah
dari belakang menuju kedepan untuk menghindari kerusakan
lahan yang ada.
• Untuk mengantisipasi terjadinya kelongsoran dipermukaan,
pelaksanaan pekerjaan pengeboran harus menggunakan
bantuan temporary casing permukaan dengan panjang yang
disesuaikan dengan kebutuhannya, dalam hal ini kontraktor
pelaksana dapat menanyakan mengenai kondisi tanah kepada
Direksi/Pengawas Ahli, tentang data tanah dari hasil
pengujian.
• Penggunaan larutan Bentonite pada kasus khusus, seperti
tanah pasir lepas harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman, dengan persetujuan Direksi/Pengawas Ahli.
• Penentuan kedalaman sesungguhnya tiang harus ditentukan
oleh site soil engineer yang ahli dan berpengalaman. Kondisi
dasar lubang harus diperiksa.
• Pengeboran dilaksanakan dengan menggunakan mata bor
auger/bucket yangdisesuaikan dengan kondisi tanah di
lapangan. Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana,
maka casing dapat dimasukkan secara perlahan.
• Cara memasukkan casing hanya menggunakan gaya gravitasi.
• Selama pelaksanaan pekerjaan pengeboran, ke dalam lubang
bor harus selalu dialirkan air.
• Pada waktu Pengeboran, posisi mata bor maupun casing harus
benar-benar dalam keadaan vertikal, dan pada akhir
pengeboran posisi mata bor harus selalu diperiksa terhadap
posisi rencana maupun kemiringannya.
286
2. DATA PABRIK
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh
“Kontaktor”, kepada Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja
setelah “Kontraktor” menerima surat perintah kerja, juga harus
diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan
dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta system
cetakan dari pabrik bila dipakai.
3. GAMBAR KERJA
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan
penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua
bahanbahan cetakan, sirkulasi cetakan. Gambar kerja harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. CONTOH
Lengkapi cetakan dengan “cone” untuk mengencangkan cetakan.
4.2 BAHAN-BAHAN/PRODUK
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan
untuk cetakan dan penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis
penyelesaian permukaan beton seperti terlihat dan terperinci.
PERANCANGAN PERANCAH
1. DEFINISI PERANCAH
Perancah adalah konstruksu yang mendukung acuan dan beton yang
belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan
perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh
Direksi Lapangan. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan
perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup
dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.
2. PERANCANGAN/DESAIN
• Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan
oleh tenaga ahli resmi yang bertanggung jawab penuh kepada
kontraktor
292
2,5 cm. Semua papan harus bebas dari mata kayu yang besar,
takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-
perlemahan lain yang serupa.
• Denah dasar dari papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom,
dinding yang akan permukaan-permukaan pada bidang yang
sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan-sambugan
ujung yang terjadi hanya pada sudut-sudut dan perubahan
bidang.
• Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan
untuk stabilitas dan untuk mencegah lepas/terurainya adukan.
Cetakan papan harus dikencangkan pada penunjang plywood
dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat. Pola
dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
c. CETAKAN UNTUK BETON TERLINDUNG (UNEXPOSED
CONCRETE)
• Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal),
plywood atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-
lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-
tidaknya pada satu Sisi dan kedua ujungnya.
• Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk
memperoleh rekatan dimana beton diindikasikan menerima
seluruh ketebalan plesteran.
d. PERANCAH
Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports) Kontraktor
harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan
penyokong adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup
dan beban pelaksanaan.
e. ALUR KAYU
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan
chamfer.
294
f. MELAPIS CETAKAN
• Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang
halus, harus tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan
meninggalkan sisa-sisa/ bekas pada permukaan beton atau efek
yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
• Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-
oil (bahan untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk
cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi
perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.
g. PENGIKAT CETAKAN
• Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik
atau jenis jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir,
dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian
sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran beton
basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan
perletakan yang memadai.
• Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut
pendapat Direksi Lapangan.
• Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang
diekspose, harus dari jenis dengan kerucut (cone snap off type).
Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada
permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang
sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar
atau seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
h. PENYISIPAN BESI
Penanaman/penyisipan besi untuk angkur dari bahan lain atau
peralatan pada pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti
diperlukan pada pekerjaan.
295
KEMBALI PERANCAH
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2.
Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang
sudah dapat dibongkar tanpa menambah tegangan atau tekanan
terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-bukaan (reveals).
Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi
arsitek atau permukaan beton ekspose dengan menggunakan
peralatan ataupun description ataupun tidak diijinkan.
Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara
umum pertahankan keutuhan dari desain. Bersihkan cetakan-
cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk
mencegah kerusakan pada bidang kontak. Pemasangan
kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan,
topang/tunjang kembali sepenuhnya semua pelat dan balok
sampai dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan
perancah kembali harus tetap tinggal ditempatnya sampai
beton mencapaikriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa
dengan teliti kekuatan betondengan test silinder dengan biaya
kontraktor. Penunjang- penunjang sementara, sebelum
pengecoran beton; tulangan menerus balok-balok dengan
bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopang-
penopang sementara sedemikian untuk me"minimum"kan
lendutan akibatbeban dari beton basah. Penunjang-penunjang
sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton
dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang
karena tingkatan kerja. Perancah tidak boleh dipindahkan
sampai beton mencapai kekuatan yang mencukupi ( > 80 %
f'c).
• PEMAKAIAN ULANG CETAKAN
Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul
dipertahankan dengan baik dan dalam kondisi yang
302
tersebut
6. Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak
memenuhi syarat lagi misalnya tulangan, pembersihan
bekisting, atau hal-hal lain yang tidak sesuai gambar-gambar
dan spesifikasi.
7. Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas
Ahli, maka Pemborong akan diperintahkan untuk
menyingkirkan/ membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli, atas biaya
Pemborong sendiri.
8. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran
dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin,
sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat
dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan Iain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkut mesin harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli, sebelum alat-
alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat
pengangkut yang digunakan, pada setiap waktu harus
dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.
9. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
pemasangan besi beton selesai diperiksa dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
10. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat- tempat yang akan
dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-
kotoran (potongan kayu,batu, tanah dan Iain-Iain) dan
dibasahi dengan air semen.
11. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari
suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan
pengendapan/pemisahan agregat.
12. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus
309
10 mm.
5. Tiap pertemuan dinding, dinding dengan luas yang lebih besar
dari 9 m 2 dan dinding dengan tinggi lebih besar atau sama
dengan3 m harus diberi kolom-kolom praktis dan ring-ring
balok, dengan ukuran minimal 12 cm x 12 cm.
6. Tulangan kolom praktis/ ring balok adalah 4 diameter 12mm
dengan sengkang diameter 8 mm jarak 20 cm.
7. Untuk lisplank bata dan dinding-dinding lainnya yang
tingginya > 3 m harus diberi kolom praktis setiap jarak 3m
dan bagian atasnyadiberikan ring balok.