Anda di halaman 1dari 331

TUGAS BESAR

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN


GEDUNG TAHAN GEMPA
Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023

Dosen:
Dr.Eng. Mahmud Kori Effendi

Dikerjakan oleh:
Kelas : G/Ganjil/2022-2023
Kelompok :3

1. Nama : Defira Amaralda Rizky Nurlitasari


No. mahasiswa : 19511066
2. Nama : Trio Gati Putra Pamungkas
No. mahasiswa : 19511250
3. Nama : Muhammad Rizalud Fadhilah
No. mahasiswa : 19511254

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR
PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
TAHAN GEMPA

Disusun oleh :

KELOMPOK 3/ KELAS G/ GANJIL/ 2022-2023

Defira Amaralda Rizky N. 19511066

Trio Gati Putra Pamungkas 19511250

Muhammad Rizalud Fadhilah 19511254

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Dosen Pengampu, Asisten,

Dr.Eng. Mahmud Kori Effendi Miqdad Khosyi Akbar, S.T.


Tanggal: Tanggal:

ii
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNTUK MAHASISWA

LEMBAR KONSULTASI TUGAS BESAR

KELAS :G
KELOMPOK :3

NO NAMA MAHASISWA NO. MHS.

1 Defira Amaralda Rizky Nurlitasari 19 511 066

2 Trio Gati Putra Pamungkas 19 511 250

3 Muhammad Rizalud Fadhilah 19 511 254

JUDUL LAPORAN TUGAS BESAR

LAPORAN TUGAS BESAR PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN


GEDUNG TAHAN GEMPA
MATA KULIAH: : PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN
GEDUNG TAHAN GEMPA
DOSEN PENGAMPU : DR.ENG. MAHMUD KORI EFFENDI
TAHUN AKADEMIK : GANJIL 2022-2023

Yogyakarta, 13 Desember 2022

Dosen Pengampu

iii
CATATAN KONSULTASI LAPORAN

NO TANGGAL KONSULTASI TANDA


TANGAN

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Perancangan
Struktur Bangunan Gedung Tahan Gempa. Laporan ini merupakan salah satu syarat
mata kuliah wajib yang ditempuh di Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam
Indonesia.
Pada kesempatan kali ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan serta motivasinya dalam
penyelesaian laporan ini, diantaranya yaitu kepada :
1. Dr.Eng. Mahmud Kori Effendi selaku dosen Perancangan Struktur Bangunan
Gedung Tahan Gempa.
2. Miqdad Khosyi Akbar, S.T. selaku asisten dosen Perancangan Struktur
Bangunan Gedung Tahan Gempa.
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Laporan Tugas Besar
Perancangan Struktur Bangunan Gedung Tahan Gempa ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya
serta mahasiswa pada umumnya.

Yogyakarta, 13 Desember 2022


Penulis,

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR KONSULTASI TUGAS BESAR iii

CATATAN KONSULTASI LAPORAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xv

BAB PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Peraturan yang Digunakan 1

1.3 Filosofi Desain 2

BAB II PRELIMINARY DESIGN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR 3

2.1 Kodefikiasi Balok, Pelat, dan Kolom 3

2.1.1 Balok 3

2.1.2 Kolom 4

2.1.3 Pelat Lantai 5

2.1.4 Pelat Atap 6

2.2 Estimasi Dimensi Balok 7

2.3 Estimasi Dimensi Pelat 8

2.4 Estimasi Dimensi Kolom 12

2.4.1 Beban Mati Pelat 12

2.4.2 Beban Hidup Pelat 13

2.4.3 Beban Ultimit Pelat 14

vi
2.5 Beban Gempa 15

BAB III ANALISIS DAN KONTROL STUKTUR 19

3.1 Pemodelan Struktur Menggunakan SAP 19

3.2 Berat Total Bangunan 40

3.3 Pengecekan Gaya Gempa Dinamik 43

3.4 Pengecekan Gaya Aksial Tingkat 44

3.5 Pengecekan Simpangan Antar Lantai 46

3.5.1 Pengecekan simpangan antar lantai arah x 47

3.5.2 Pengecekan simpangan antar lantai arah y 49

3.6 Pengecekan Stabilitas Struktur 50

3.6.1 Pengecekan stabilitas struktur arah x 51

3.6.2 Pengecekan stabilitas struktur arah y 53

3.7 Pengecekan Torsi Tak Terduga 55

3.8 Pengecekan Irregularitas Struktur 59

BAB IV DESAIN PELAT LANTAI, PELAT ATAP, DAN TANGGA 69

4.1 Desain Tulangan Pelat 69

4.2 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai 69

4.2.1 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Satu Arah 69

4.3 Perhitungan Tulangan Pelat Atap 86

4.4 Desain Tulangan Tangga 104

4.4.1 Pembebanan Pelat 105

4.4.2 Perhitungan Penulangan Pelat 106

4.4.3 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan 111

BAB V REKAP GAYA DALAM BALOK DAN REDISTRIBUSI MOMEN 112

5.1 Prinsip Desain Balok Induk Tulangan Rangkap 112

vii
5.2 Redistribusi Momen 112

5.2.1 Umum 112

5.2.2 Rekapitulasi Momen Balok 113

5.2.3 Perhitungan Distribusi Momen 115

BAB VI DESAIN TULANGAN LENTUR DAN SUSUT BALOK 118

6.1 Desain Tulangan Lentur Balok 118

6.2 Desain Tulangan Susut Balok 138

BAB VII DESAIN TULANGAN GESER BALOK 140

7.1 Desain Tulangan Geser Balok 140

7.1.1 Nilai Vu 140

7.1.2 Desain daerah sendi plastis 143

7.13 Desain daerah luar sendi plastis 144

BAB VIII DIAGRAM MU-PU KOLOM 148

8.1 Konsep Desain Tulangan Kolom 148

8.2 Momen dan Gaya Aksial Hasil Analisa Struktur 149

8.3 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom 149

8.3.1 Data yang diperlukan 149

8.3.2 Perhitungan tulangan rencana 151

8.3.3 Perhitungan diagram Mu-Pu kolom 153

BAB IX TULANGAN LENTUR KOLOM 168

9.1 Menentukan Jumlah Tulangan Lentur Pakai Kolom 168

9.2 Rekapitulasi Tulangan Lentur Kolom Pakai 169

9.3 Menentukan Rasio Tulangan Total 169

9.3.1 Data yang diperlukan 170

9.3.2 Perhitungan Rasio Tulangan Total 170

viii
9.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Tulangan Total 170

9.5 Menentukan Momen Ultimate Pakai Kolom 171

9.6 Pemeriksaan Strong Coloumn Weak Beam (SCWB) 173

9.6.1 Mencari Nilai Mu Kolom Pakai 174

9.6.2 Data yang Digunakan 174

9.6.3 Perhitungan Pemeriksaan SCWB 176

9.6.4 Rekapitulasi Perhitungan Pemeriksaan SCWB 177

BAB X DESAIN TULANGAN GESER KOLOM 180

10.1 Flow Chart Desain Tulangan Geser Kolom 180

10.2 Perhitungan Tulangan Geser Kolom 181

10.2.1 Perhitungan desain tulangan geser berdasarkan hasil analisis struktur


menggunakan software SAP 2000 183

10.2.1 Rekapitulasi hasil perhitungan desain tulangan geser kolom 189

10.3 Perhitungan Beam Column Joint (BCJ) 189

10.3.1 Teori Beam Column Joint (BCJ) 189

10.3.2 Perhitungan Beam Column Joint (BCJ) 190

10.3.3 Rekapitulasi perhitungan Beam Column Joint (BCJ) 194

BAB XI DESAIN PONDASI 196

11.1 Pendahuluan 196

11.2 Langkah – Langkah Perencanaan Pondasi 196

11.3 Perhitungan Desain Pondasi 197

11.3.1 Perhitungan Desain Pondasi Terpisah 198

11.3.2 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasarkan N-SPT 198

11.3.3 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasarkan Material 200

11.3.4 Daya Dukung Ijin Tekan Pakai 201

ix
11.3.5 Daya Dukung Ijin Tarik Berdasarkan N-SPT 201

11.3.6 Daya Dukung Ijin Tarik Pakai 203

11.3.7 Daya Dukung Tiang yang Dibutuhkan 203

11.3.8 Konfigurasi Pile Cap 203

11.3.9 Efisiensi Kelompok Tiang 204

11.3.10 Daya Dukung Kelompok Tiang 206

11.3.11 Beban Maksimum Tiang 206

11.3.12 Perhitungan Penulangan Pile 209

11.4 Konsep Perhitungan Pile Cap 210

11.4.1 Perhitungan Pile Cap 211

11.4.2 Perhitungan Penulangan Pile Cap arah X 216

11.4.3 Perhitungan Penulangan Pile Cap arah Y 219

11.4.4 Perhitungan Tulangan Susut 222

11.5 Perhitungan Desain Pondasi Gabungan 223

11.5.1 Perhitungan kontrol geser satu arah 223

11.5.2 Perhitungan kontrol geser dua arah 226

11.6 Rekapitulasi Perhitungan Desain Pondasi 228

BAB XII RENCANA ANGGARAN BIAYA 230

12.1 Umum 230

12.2 Harga Satuan Per Tipe Struktur 231

12.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya 231

12.4 Rekapitulasi Perhitungan Rencana Anggaran Biaya 263

12.5 Rencana Kerja dan Syarat Pekerjaan Struktur 265

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Balok 8

Tabel 2.2 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Pelat 11

Tabel 2.3 Beban Mati pada Lantai 1-8 13

Tabel 2.4 Beban Mati pada Lantai Atap 13

Tabel 2.5 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Kolom 15

Tabel 3.1 Gaya Aksial Hasil Analisis Struktur Menggunakan SAP2000 44

Tabel 3.2 Gaya Aksial 46

Tabel 3.3 Data untuk Pengecekan Simpang Antar Lantai 47

Tabel 3.4 Data untuk Pengecekan Simpang Antar Lantai Arah X 48

Tabel 3.5 Data untuk Pengecekan Simpang Antar Lantai Arah Y 49

Tabel 3.6 Data untuk Pengecekan Stabilitas Struktur Arah X 51

Tabel 3.7 Data untuk Pengecekan Stabilitas Struktur Arah X 53

Tabel 3.8 Data untuk Pengecekan Stabilitas Struktur Arah Y 54

Tabel 3.9 Nilai Gaya Geser Tingkat Untuk Gempa Arah X 56

Tabel 3.10 Rekapitulasi Nilai Vx dan Fx 57

Tabel 3.11 Nilai Pusat Massa 57

Tabel 3.12 Rekapitulasi Perhitungan Torsi Tak Terduga Arah X dan Arah Y 58

Tabel 3.13 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4 Nilai
Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-B X 62

Tabel 3.14 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4 Nilai
Simpangan Rata-Rata Gempa Arah Y Titik A-B X 63

Tabel 3.15 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Dalam 65

Tabel 3.16 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Luar 65

xi
Tabel 3.17 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Total Seluruh Kolom 66

Tabel 3.18 Rekapitulasi Cek Ketidakberaturan Vertikal Tipe 1A dan 1B 67

Tabel 4.1 Rekapitulasi Momen Desain PL1 81

Tabel 4.2 Rekapitulasi Momen Desain PA1 97

Tabel 4.3 Rekapitulasi Desain Pelat Lantai dan Pelat Atap 103

Tabel 4.4 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan 111

Tabel 5.1 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser Balok dari SAP2000 114

Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Redistribusi Momen Balok Tumpuan 117

Tabel 5.3 Rekapitulasi Hasil Redistribusi Momen Balok Lapangan 117

Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Lentur Pada Balok Induk dan
Anak 139

Tabel 7.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Geser pada Balok Induk dan Balok
Anak 146

Tabel 8.1 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Pu Max 149

Tabel 8.2 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Mu Max 149

Tabel 8.3 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,3% 163

Tabel 8.4 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,4% 164

Tabel 8.5 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,5% 164

Tabel 8.6 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,6% 165

Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,7% 165

xii
Tabel 8.8 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,8% 166

Tabel 9.1 Rekapitulasi Hasil Desain Kolom 169

Tabel 9.2 Rekapitulasi Rasio Tulanngan Total 171

Tabel 9.3 Rekapitulasi Nilai Momen Ultimate Pakai Kolom 173

Tabel 9.4 Mu – Pu Kolom Pakai 175

Tabel 9.5 Nilai Mu- dan Mu+ Balok Pada Daerah Tumpuan 175

Tabel 9.6 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KD Arah X 177

Tabel 9.7 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KD Arah Y 178

Tabel 9.8 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KL Arah X 178

Tabel 9.9 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KL Arah Y 179

Tabel 10.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Tulangan Geser Kolom 189

Tabel 11.1 Data N-SPT Pada Tanah Keras Kohesif 198

Tabel 11.2 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasar N-SPT 200

Tabel 11.3 Daya Dukung Ijin Tarik Berdasar N-SPT 202

Tabel 11.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Pondasi dan Pile Cap 229

Tabel 12.1 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Persiapan 233

Tabel 12.2 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Pondasi 233

Tabel 12.3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 1 234

Tabel 12.4 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 2 238

Tabel 12.5 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 3 241

Tabel 12.6 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 4 244

Tabel 12.7 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 5 247

Tabel 12.8 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 6 250

Tabel 12.9 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 7 253

xiii
Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 8 256

Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap 259

Tabel 12.12 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Arsitektur 262

Tabel 12.13 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya 264

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kodefikasi Balok 3

Gambar 2.2 Kodefikasi Kolom 4

Gambar 2.3 Kodefikasi Pelat Lantai 5

Gambar 2.4 Kodefikasi Pelat Atap 7

Gambar 2.5 Pelat Lantai Tipe 1 dan Balok-Balok yang Mengelilinginya 9

Gambar 2.6 Grafik Respon Spektrum 18

Gambar 3.1 New Model 19

Gambar 3.2 Quick Grid Lines 20

Gambar 3.3 Grid Line 20

Gambar 3.4 Define Grid System Data 21

Gambar 3.5 Define Materials 21

Gambar 3.6 Add Material Property 22

Gambar 3.7 Material Property Data 22

Gambar 3.8 Material Property Data 23

Gambar 3.9 Material Property Data 23

Gambar 3.10 Material Property Data 24

Gambar 3.11 Frame Properties 24

Gambar 3.12 Add Frame Section Property 25

Gambar 3.13 Rectangular Section 26

Gambar 3.14 Reinforcement Data 26

Gambar 3.15 Area Sections 27

Gambar 3.16 Shell Section Data 28

xv
Gambar 3.17 Properties of Object 28

Gambar 3.18 Grid View 29

Gambar 3.19 Define Load Patterns 29

Gambar 3.20 Membuka Menu Area Sections 30

Gambar 3.21 Select Area Sections 30

Gambar 3.22 Membuka Menu Uniform to Frame 31

Gambar 3.23 Assign Area 32

Gambar 3.24 Membuka Menu Frame Sections 32

Gambar 3.25 Select Frame Section 33

Gambar 3.26 Membuka Menu Distributed 33

Gambar 3.27 Assign Frame Distributed Loads 33

Gambar 3.28 Assign Joint Restraints 34

Gambar 3.29 Assign Joint Restraints 35

Gambar 3.30 Define Constraints 35

Gambar 3.31 Diaphragm Constraint 35

Gambar 3.32 Mass Source Data 36

Gambar 3.33 Response Spectrum 37

Gambar 3.34 Define Load Cases 37

Gambar 3.35 Load Case Data 38

Gambar 3.36 Load Case Data 38

Gambar 3.37 Load Case Data 39

Gambar 3.38 Load Case Data 39

Gambar 3.39 Load Case Data 40

Gambar 3.40 Define Load Combinations 40

Gambar 3.41 Set Load Cases to Run 41

xvi
Gambar 3.42 Choose Tables for Display 41

Gambar 3.43 Select Output Cases 42

Gambar 3.44 Base Reactions 42

Gambar 3.45 Simpangan Antar Lantai Arah X 49

Gambar 3.46 Simpangan Antar Lantai Arah Y 50

Gambar 3.47 Membuat Load Patterns Torsi 59

Gambar 3.48 Memasukan Nilai Torsi 59

Gambar 3.49 Penempatan Titik-Titik Pada Denah Struktur Arah X 61

Gambar 7.1 Grafik Vg pada B1X Lantai 1-5 141

Gambar 7.2 Grafik Ve pada B1X Lantai 1-5 142

Gambar 7.3 Grafik Vu pada B1X Lantai 1-5 143

Gambar 7.4 Grafik Vu pada Daerah Luar Sendi Plastis 145

Gambar 8.1 Beban Aksial Desak Sentris 148

Gambar 8.2 Beban Aksial Eksentris 149

Gambar 8.3 Diagram Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X 167

Gambar 9.1 Diagram Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X 168

Gambar 9.2 Penentuan Nilai Momen Ultimate Pakai Kolom 172

Gambar 9.3 Ilustrasi SCWB 174

Gambar 10.1 Flow Chart Desain Tulangan Geser Kolom 180

Gambar 4.1 Konfigurasi Tiang Pondasi Pada Pile Cap 208

Gambar 4.2 Konfigurasi Tiang Pada pile cap 212

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar dalam
pembangunan strukturnya dan salah satunya adalah pembangunan gedung. Gedung
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bangunan tembok dan sebagainya
yang berukuran besar sebagai tempat kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan,
perniagaan, pertunjukan, olahraga, dan sebagainya. Dalam proses pembangunan
suatu konstruksi gedung, tentu harus memperhatikan beberapa faktor akan gedung
tersebut aman terhadap gangguan, seperti bencana alam gempa bumi.
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi
(lempeng bumi). Salah satu negara yang sering terjadi gempa bumi adalah Negara
Indonesia. Dilansir dari databoks.katadata.co.id, terdapat 10.519 frekuensi gempa
bumi sepanjang 2021.
Dengan dasar bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang sering
terjadi gempa bumi, maka diperlukan pengetahuan bagaimana cara merancang
suatu struktur gedung yang tahan gempa. Oleh karena itu, dalam perencanaan
gedung tahan gempa ini akan memuat tentang langkah-langkah perencanaan
struktur gedung tahan gempa yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Perancangan gedung ini juga sebagai bentuk proses pengembangan
mahasiswa Teknik sipil Universitas Islam Indonesia dalam mengasah mind set dan
pelatihan dalam dunia kerja nanti. sehingga terbentuk insan yang berilmu dan
memiliki keahlian.
1.2 Peraturan yang Digunakan
Perencanaan struktur bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua
peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya dalam peraturan-
peraturan berikut ini.

1
2

1. SNI 1726 – 2019: Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
2. SNI 1727 – 2019: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain.
3. SNI 2847 – 2019: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung

1.3 Filosofi Desain


Dalam desain kali ini terdapat beberapa ketentuan, seperti ketentuan
material yang digunakan dan ketentuan-ketentuan lainnya. Adapun ketentuan-
ketentuan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
1. F’c pelat = 25 MPa
2. F’c balok-kolom = 30 MPa
3. Fy = 385 MPa
4. Fungsi bangunan = Universitas
5. Lokasi bangunan = Bukittinggi
6. Jenis tanah = Tanah keras
7. Jumlah tingkat = 9 tingkat
8. Struktur = Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
9. Tinggi antar lantai = 3,5 m
3

BAB II
PRELIMINARY DESIGN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR

2.1 Kodefikiasi Balok, Pelat, dan Kolom


Kodefikasi balok adalah penamaan yang berfungsi untuk mempermudah
pembacaan suatu gambar kerja rancangan. Kodefikasi sangat membantu dalam
membedakan elemen struktur yang ada pada denah lantai tipikal perancangan
gedung. Berikut ini akan dibahas beberapa penamaan yang terdiri dari balok,
kolom, dan pelat.
2.1.1 Balok

Berikut merupakan gambar kodefikasi balok pada denah yang dapat dilihat di
bawah ini.

Gambar 2.1 Kodefikasi Balok

Keterangan:
B1X = Balok Induk 1 Arah X
4

B1Y = Balok Induk 1 Arah Y


B2X = Balok Induk 2 Arah X
B2Y = Balok Induk 2 Arah Y
BA1X = Balok Anak 1 Arah X
BA1Y = Balok Anak 1 Arah Y
BA2X = Balok Anak 2 Arah X
BA2Y = Balok Anak 2 Arah Y
BB = Balok Bordes
2.1.2 Kolom

Berikut merupakan gambar kodefikasi kolom pada denah yang dapat dilihat
di bawah ini.

Gambar 2.2 Kodefikasi Kolom

Keterangan:
1. Kolom Dalam Lt. 1-5 (KD Lt 1-5)
Panjang (h) : 0,65 m
5

Lebar (b) : 0,65 m


2. Kolom Luar Lt. 1-5 (KL Lt 1-5)
Panjang (h) : 0,6 m
Lebar (b) : 0,6 m
3. Kolom Dalam Lt. 6-9 (KD Lt 6-9)
Panjang (h) : 0,6 m
Lebar (b) : 0,6 m
4. Kolom Luar Lt. 6-9 (KL Lt 6-9)
Panjang (h) : 0,55 m
Lebar (b) : 0,5 m
2.1.3 Pelat Lantai

Berikut merupakan gambar denah pelat beserta kodefikasinya pada lantai 1


bangunan yang dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 2.3 Kodefikasi Pelat Lantai

Keterangan:
1. PL1 : Pelat Lantai 1
6

Tebal Pelat : 0,125 m


2. PL2 : Pelat Lantai 2
Tebal Pelat : 0,125 m
3. PL3 : Pelat Lantai 3
Tebal Pelat : 0,125 m
4. PL4 : Pelat Lantai 4
Tebal Pelat : 0,125 m
5. PL5 : Pelat Lantai 5
Tebal Pelat : 0,125 m
6. PL6 : Pelat Lantai 6
Tebal Pelat : 0,125 m
7. PL7 : Pelat Lantai 7
Tebal Pelat : 0,125 m
2.1.4 Pelat Atap

Berikut merupakan gambar denah pelat beserta kodefikasinya pada lantai atap
bangunan yang dapat dilihat di bawah ini.
7

Gambar 2.4 Kodefikasi Pelat Atap

Keterangan:
1. PA1 : Pelat Atap 1
Tebal Pelat : 0,11 m
2. PA2 : Pelat Atap 2
Tebal Pelat : 0,11 m
3. PA3 : Pelat Atap 3
Tebal Pelat : 0,11 m
4. PA4 : Pelat Atap 4
Tebal Pelat : 0,11 m
5. PA5 : Pelat Atap 5
Tebal Pelat : 0,11 m
6. PA6 : Pelat Atap 6
Tebal Pelat : 0,11 m

2.2 Estimasi Dimensi Balok


Ketika melakukan estimasi dimensi balok perancangan gedung, terdapat
perhitungan yang harus diperhatikan. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk
memperoleh estimasi dimensi balok.
1. Estimasi Balok Induk 1 Arah X (B1X)
1
Tinggi balok (h) = 12 × LB1X
1
= 12 × 7200

= 600 mm
Tinggi balok yang dipakai adalah 600 mm.
1
Lebar balok (b) = 2 × h
1
= 2 × 600

= 300 mm
Lebar balok yang dipakai adalah 300 mm.
2. Estimasi Balok Anak 1 Arah X (BA1X)
8

1
Tinggi balok (h) = 14 × LBA1X
1
= 14 × 7200

= 514,29 mm ≈ 550 mm
Tinggi balok yang dipakai adalah 550 mm.
1
Lebar balok (b) = 2 × h
1
= 2 × 550

= 275 mm
Lebar balok yang dipakai adalah 275 mm.
Adapun untuk estimasi dimensi dan dimensi yang digunakan pada balok
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Balok


No. Kode Panjang H B (mm) Hpakai Bpakai
Balok Bentang (mm) (mm) (mm)
(mm)
1 B1X 7200 600 300 600 300
2 B1Y 7200 600 300 600 300
3 B2X 3000 250 125 500 250
4 B2Y 3000 250 125 500 250
5 BA1X 7200 514,29 257,143 550 275
6 BA1Y 7200 514,29 257,143 550 275
7 BA2X 3000 214,29 107,143 500 250
8 BA2Y 3600 257,14 128,571 500 250
9 BB 3000 214,29 107,143 500 250

2.3 Estimasi Dimensi Pelat


Berikut merupakan perhitungan untuk memperoleh estimasi dimensi pelat
dan kami menggunakan pelat lantai tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Pelat Lantai (PL1)
a. Menentukkan jenis pelat
9

Lx = 3600 mm
Ly = 3600 mm
Maka, tipe pelat lantai
𝐿𝑦 3600
= 3600 = 1
𝐿𝑥

Karena hasil dari Ly/Lx yang diperoleh adalah 1, maka tipe pelat lantai
adalah tipikal pelat dua arah.
b. Menghitung panjang bentang bersih (netto)
1 1
Lny = Ly – (2 bB1Y) – (2 bB1Y)
1 1
= 3600 – ( x 300) – ( x 275)
2 2

= 3312,5 mm
1 1
Lnx = Ly – (2 bB1X) – (2 bB1X)
1 1
= 3600 – (2 x 300) – (2 x 275)

= 3312,5 mm
β = Lny/Lnx
= 3312,5/3312,5
=1
c. Momen inersia (I)
I = L x b x h3
1
= 12 x b x h3

Momen inersia per batang dimulai dari balok di kiri pelat memutar searah
jarum jam yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Pelat Lantai Tipe 1 dan Balok-Balok yang Mengelilinginya


10

1
IB1Y (ki) = 12 x 300 x 6003

= 5400000000 mm4
1
IB1X (at) = 12 x 300 x 6003

= 5400000000 mm4
1
IBA1Y (ka) = 12 x 275 x 5503

= 3812760416,667 mm4
1
IBA1X (ba) = 12 x 275 x 5503

= 3812760416,667 mm4
Momen inersia pertemuaun balok dan pelat.
1
Ip1 = x 3600 x 1253
12

= 585937500 mm4
1
Ip2 = x 3600 x 1253
12

= 585937500 mm4
d. Modulus elastisitas beton (Ec)
Ec = 4700 x √𝑓′𝑐
Semua batang mempunyai modulus elastisitas yang sama, sehingga
Ex = 4700 x √25
= 23500 MPa
e. Menghitung kekakuan (k)
𝐸𝑝 𝑥 𝐼𝑏
α = 𝐸𝑝 𝑥 𝐼𝑝
5400000000
αB1Y = 585937500

= 9,216
5400000000
αB1X = 585937500

= 9,216
3812760416,667
αBA1Y = 585937500

= 6,507
3812760416,667
αBA1X =
585937500
11

= 6,507
Maka, αrata-rata adalah
9,216+ 9,216+6,507+ 6,507
αrata-rata = 4

= 7,862
f. Menghitung tebal pelat minimum (hmin)
Dari perhitungan kekuatan didapatkan nilai kekuatan rata-rata (αrata-rata)
lebih dari 2, sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung tebal
pelat minimum lantai tipikal 1 adalah sebagai berikut.
𝑓𝑦
𝐿𝑛𝑦 ×(0,8+ )
1400
Hmin = 36 +9𝛽
385
3312,5 ×(0,8+ )
1400
= 36 +(9×1)

= 79,132 mm
Dipakai tebal pelat sebesar 125 mm.
Pelat lantai 1 merupakan Pelat tipikal (semua ukuran pelat pada denah
bangunan sama di setiap lantai), sehingga perhitungan dan tebal pelat di semua
lantai sama. Untuk pelat atap didesain dengan ukuran balok yang sama dengan
ukuran balok tiap lantai, sehingga perhitungan pelat atap sama dengan pelat lantai
1. Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi pelat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Pelat


No. Kode Keterangan Ly Lx Ly/Lx Tipe Hpakai
Pelat (mm) (mm) Pelat (mm)
1 PL1 Pelat Lantai 3600 3600 1 Dua 125
Tipe 1 Arah
2 PL2 Pelat Lantai 7200 3600 2 Dua 125
Tipe 2 Arah
3 PL3 Pelat Lantai 3600 2400 1,5 Dua 125
Tipe 3 Arah
4 PL4 Pelat Lantai 7200 5200 1,385 Dua 125
Tipe 4 Arah
12

Lanjutan Tabel 2.2 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Pelat


No. Kode Keterangan Ly Lx Ly/Lx Tipe Hpakai
Pelat (mm) (mm) Pelat (mm)
5 PL5 Pelat Lantai 7200 2000 3,6 Satu 125
Tipe 5 Arah
6 PL6 Pelat Lantai 7200 3000 2,4 Satu 125
Tipe 6 Arah
7 PL7 Pelat Lantai 3200 3000 1,067 Dua 125
Tipe 7 Arah
8 PA1 Pelat Atap 3600 3600 1 Dua 110
Tipe 1 Arah
9 PA2 Pelat Atap 7200 3600 2 Dua 110
Tipe 2 Arah
10 PA3 Pelat Atap 3600 2400 1,5 Dua 110
Tipe 3 Arah
11 PA4 Pelat Atap 7200 5200 1,385 Dua 110
Tipe 4 Arah
12 PA5 Pelat Atap 7200 2000 3,6 Satu 110
Tipe 5 Arah
13 PA6 Pelat Atap 7200 3000 2,4 Satu 110
Tipe 6 Arah

2.4 Estimasi Dimensi Kolom


Berikut merupakan contoh perhitungan untuk memperoleh estimasi dimensi
kolom dan kami menggunakan kolom dalam lantai 1-5 sebagai contoh perhitungan.
Akan tetapi, sebelum melakukan perhitungan estimasi dimensi kolom perlu
menghitung pembebanan pada pelat, baik pada pelat lantai maupun pada pelat atap.
2.4.1 Beban Mati Pelat

1. Lantai 1-8
Komponen beban mati pada lantai satu hingga lantai delapan beserta beratnya
dapat dilihat pada tabel 2.3 di berikut ini.
13

Tabel 2.3 Beban Mati pada Lantai 1-8


Berat Volume Tebal Q
No Komponen
Nilai Satuan (m) (kN/m2)
1 Pelat Beton 2400 kg/m3 0,125 2,943
2 Pasir 1800 kg/m3 0,04 0,706
3 Spesi 2000 kg/m3 0,03 0,589
4 Keramik 17,5 kg/m2 0,172
5 Ducting AC 17,5 kg/m2 0,172
6 Plafon 24 kg/m2 0,235
7 Penggantung Plafon 7 kg/m2 0,069
Mechanical
8 15 kg/m3 0,147
Electrical
Jumlah Beban Mati (Qd) 5,033

2. Lantai 9 (Atap)
Komponen beban mati pada lantai atap beserta beratnya dapat dilihat pada
tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4 Beban Mati pada Lantai Atap


Berat Volume Tebal Q
No Komponen
Nilai Satuan (m) (kN/m2)
1 Pelat Beton 2400 kg/m3 0,11 2,590
2 Spesi 2000 kg/m3 0,03 0,589
3 Ducting AC 17,5 kg/m2 0,172
4 Plafon 24 kg/m2 0,235
5 Penggantung Plafon 7 kg/m2 0,069
6 Waterproofing 1900 kg/m3 0,025 0,466
Mechanical
7 15 kg/m3 0,147
Electrical
Jumlah Beban Mati (Qd) 4,267

2.4.2 Beban Hidup Pelat

Beban hidup untuk masing-masing lantai ditentukan SNI 1727-2019


berdasarkan fungsi ruang dari tiap-tiap lantai. Berikut merupakan hasil perhitungan
beban hidup masing-masing lantai.
14

1. Lantai 1-8
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar
berdasarkan SNI 1727-2019 yaitu sebesar 1,92 kN/m2.
2. Lantai 9 (Atap)
Semua ruangan diasumsikan memiliki beban hidup yang sama besar
berdasarkan SNI 1727-2019 yaitu sebesar 0,96 kN/m2.
2.4.3 Beban Ultimit Pelat

Berikut merupakan perhitungan beban ultimit pada pelat lantai dan atap.
1. Lantai 1-8
Qd = 5,033 kN/m2
Ql = 1,92 kN/m2
Qu = 1,2 x Qd+ 1,6 x Ql
= 1,2 x 5,033 + 1,6 x 1,92
= 9,111 kN/m2
2. Lantai 9 (Atap)
Qd = 4,267 kN/m2
Ql = 0,96 kN/m2
Qu = 1,2 x Qd + 1,6 x Ql
= 1,2 x 4,267 + 1,6 x 0,96
= 6,657 kN/m2
Setelah menghitung pembebanan pada pelat lantai maupun pelat atap, maka
selanjutnya menghitung estimasi dimensi kolom sebagai berikut.
1. Kolom dalam lantai 1-5
Diketahui:
Qu = 9,111 kN/m2
Apelat = 51,702 m2
f’c kolom = 30 MPa
a. Mencari luas kolom
𝑃𝑢
Ag = 𝐹′ 𝑐 × 0,4
(51,702 × 9,111)
= 30 × 0,4
15

= 342722,348 mm2
b=h = √𝐴𝑔
= √342722,348
= 585,425 mm
bpakai = hpakai = 650 mm
Adapun untuk rekapitulasi estimasi dimensi kolom dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 2.5 Rekapitulasi Estimasi Dimensi Kolom


No. Kode Keterangan B H L
Kolom (mm) (mm) (mm)
1 KD1-5 Kolom Dalam Lantai 1-5 650 650 3500
2 KL1-5 Kolom Luar Lantai 1-5 600 600 3500
3 KD6-9 Kolom Dalam Lantai 6-9 600 600 3500
4 KL6-9 Kolom Luar Lantai 6-9 550 550 3500

2.5 Beban Gempa


Sebuah universitas akan dibangun di kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Jenis
tanah tempat pembangunan tergolong jenis tanah keras (SC). Bangunan
direncanakan dengan tingkat daktilitas penuh.
Tinggi lantai = 3,5 m
Jumlah lantai = 9 lantai
Tinggi total (H) = 3,5 x 9
= 31,5 m
1. Menentukan Ss
Nilai Ss dapat didapatkan dari tabel puskim dengan cara mengunjungi link
http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/. Kemudian klik lokasi peta dan klik
“tampilkan”. Untuk nilai Ss kota Bukittinggi yaitu sebesar 1,8707.
2. Menentukan Fa
Dari Tabel 6 pada SNI 1726-2019, didapatkan nilai koefisien situs (Fa) untuk
kelas situs SC dengan nilai Ss ≥ 1,5 yaitu sebesar 1,2.
3. Menentukan SMs
16

SMs = Fa x Ss
= 1,2 x 1,8707
= 2,245
4. Menentukan SDs
2
SDs = 3 x SMs
2
= 3 x 2,245

= 1,497
5. Menentukan S1
Menggunakan cara yang sama seperti mencari nilai Ss, diperoleh nilai S1
sebesar 0,7413.
6. Menentukan Fv
Dari Tabel 7 pada SNI 1726-2019, didapatkan nilai koefisien situs (Fv) untuk
kelas situs SC dengan nilai S1 ≥ 0,5 yaitu sebesar 1,4.
7. Menentukan nilai SM1
SM1 = Fv x S1
= 1,4 x 0,7413
= 1,038
8. Menentukan nilai SD1
2
SD1 = 3 x SM1
2
= 3 x 1,038

= 0,692
9. Menentukan nilai To
𝑆𝐷1
To = 0,2 x
𝑆𝐷𝑠
0,692
= 0,2 x 1,497

= 0,092
10. Menentukan nilai Ts
𝑆𝐷1
Ts = 𝑆𝐷𝑠
0,692
= 1,497
17

= 0,462
Setelah mendapatkan data-data di atas, maka dapat menghitung beban gempa
dari portal-portal dalam suatu bangunan melalui perhitungan-perhitungan berikut.
1. T = Ct x Hnx
= 0,0466 x 31,50,9
= 1,040 detik
2. R = 8 (SNI 1726-2019)
3. Ie = 1,5 (SNI 1726-2019)
𝑆𝐷𝑠
4. Cs1 = 𝑅
𝐼𝑒

1,497
= 8
1,5

= 0,2806
𝑆𝐷1
5. Csmax = 𝑅
𝑇×
𝐼𝑒

0,692
= 8
1,040×
1,5

= 0,125
6. Csmin = 0,044SDs x Ie
= 0,044 x 1,497 x 1,5
= 0,099
7. Cspakai = 0,125
8. Berat Bangunan Total
W = 129405,234 kN
9. V = Cspakai x Berat bangunan total
= 0,125 x 129405,234
= 16147,99 kN
Grafik Respon Spektrum dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini.
18

1,6

Respon spektra percepatan, Sa


1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 2 4 6 8 10
Periode, T

Gambar 2.6 Grafik Respon Spektrum


19

BAB III
ANALISIS DAN KONTROL STUKTUR
3.1 Pemodelan Struktur Menggunakan SAP
Berikut ini merupakan langkah-langkah pemodelan struktur menggunakan
software SAP2000.
1. Langkah paling awal adalah membuka SAP2000 kemudian membuat grid
sesuai dengan desain dalam term of reference (TOR) dengan cara klik New
Model, disesuaikan satuannya yaitu KN, m, C. Kemudian pilih template Grid
Only.

Gambar 3.1 New Model


2. Selanjutnya akan muncul menu quick grid line. Isi model dalam number of grid
lines untuk koordinat X sejumlah 23, Y sejumlah 15, dan Z sejumlah 17.
Kemudian isi dalam grid spacing sesuai panjang, lebar, dan tinggi model. Jika
sudah sesuai klik ok.
20

Gambar 3.2 Quick Grid Lines


3. Setelah itu akan muncul denah garis yang sesuai dengan nilai yang dimasukkan
dalam quick grid lines.

Gambar 3.3 Grid Line


4. Kemudian denah rancangan atau grid data disesuaikan dengan ukuran
bangunan masing-masing. Dengan cara klik kanan pada jendela lalu klik edit
grid data kemudian pilih modifiy/show system. Setelah menu define grid data
muncul maka rubah displa grid as dari ordinates menjadi spacing (jarak),
kemudian sesuaikan grid data (X, Y, dan Z) pada kolom spacing (m) sesuai
dengan jarak atau ukuran pada denah rencana sesuai ketentuan. Jika sudah
sesuai klik ok.
21

Gambar 3.4 Define Grid System Data


5. Selanjutnya adalah memasukan material beton dan baja tulangan.
Klik define pilih material lalu klik add new material.

Gambar 3.5 Define Materials


Akan muncul menu untuk mengatur ketentuan material. Rubah ketentuan
amterial untuk region pilih user, untuk material type pilih concrete untuk beton
dan pilih rebar untuk baja tulangan.
22

Gambar 3.6 Add Material Property


Kemudian isi material property data sesuai dengan ketentuan mutu yang
ditetapkan sesuai TOR masing-masing. Dengan merubah material name,
material type, wight, units, E, dan Fc’. Untuk E material beton masukan
formula 4700*mutu beton^0,5 lalu calculate. Untuk material baja tulangan
nilai Emasukan 200000 dan fu masukan formula 1,2*fy.
a. Untuk material beton pelat lantai (fc’ 25 Mpa)

Gambar 3.7 Material Property Data


b. Untuk material beton balok dan kolom (fc’ 30 Mpa)
23

Gambar 3.8 Material Property Data


c. Untuk material baja tulangan diameter kurang dari 12 mm (fy 385 Mpa)

Gambar 3.9 Material Property Data


d. Untuk material baja tulangan diameter lebih dari 12 mm (fy 420 Mpa)
24

Gambar 3.10 Material Property Data


6. Selanjutnya adalah membuat ukuran penampang balok dan kolom sesuai
dengan ukuran yang ditentukan. Klik menu define → section properties →
frame section → add new property.

Gambar 3.11 Frame Properties


7. Ganti frame section property type menjadi concrete kemudian pilih bentuknya
rectangular karena sedang membuat balok dan kolom.
25

Gambar 3.12 Add Frame Section Property


Buat untuk balok B1X, B1Y, B2X, B2Y, BA1X, BA1Y, BA2X, BA2Y, dan
BB. Buat untuk kolom KD1-5, KL1-5, KD6-9, dan KL6-9 (menyesuaikan
kebutuhan balok induk, balok anak, kolom dalam dan kolom luar masing-
masing).
8. Setelah di pilih bentuknya yaitu rectangular akan muncul menu rectangular
section, lalu rubah section name sesuai dengan balok atau kolom yang akan
dibuat misal B1X, masukkan dimensi kolom atau balok pada dimensions depth
dan width sesuai ukuran yang ditentukan misal 0,6 meter dan 0,3 meter. Rubah
material sesuai mutu beton balok atau kolom yang ditentukan (misal fc’ 30
Mpa untuk balok).
26

Gambar 3.13 Rectangular Section


a. Merubah concrete reinforcement data (klik).
Mengganti rebar material pada longitudinal bars dan confinement bars yang
sesuai, lalu rubah design type untuk kolom pilih column dan untuk balok
pilih beam. Jika sudah klik Ok.

Gambar 3.14 Reinforcement Data


9. Buat untuk balok B1X, B1Y, B2X, B2Y, BA1X, BA1Y, BA2X, BA2Y, dan
BB. Buat untuk kolom KD1-5, KL1-5, KD6-9, dan KL6-9 (menyesuaikan
kebutuhan balok induk, balok anak, kolom dalam, dan kolom luar masing-
masing) sesuai dengan langkah selanjutnya hanya dengan add copy of property
27

tetapi harus merubah dimensions depth dan width sesuai ketentuan masing-
masing.
10. Membuat penampang pelat lantai, pelat atap, dan dinding geser.
Klik menu define → section properties → area section → add new section
sesuai dengan tipe pelat yang akan digunakan. Misal tipe pelat yang digunakan
adalah pelat lantai (PL1, PL2, PL3, PL4, PL5, PL6, dan PL7) dan pelat atap
(PA1, PA2, PA3, PA4, PA5, dan PA6).

Gambar 3.15 Area Sections


11. Mengubah section name sesuai dengan pelat yang akan dibuat misal PA.
Masukan ukuran ketebalan pelat misal 110 mm pada bagian thickness
membrane dan bending. Mengganti material dengan memilih sesuai dengan
mutu pelat misal fc’ 25 Mpa pada material name. Jika sudah klik Ok.
28

Gambar 3.16 Shell Section Data

Lakukan cara yang sama untuk membuat kebutuhan pelat yang lain dengan
mengubah ketebalan serta mutu material sesuai ketentuan pelat yang
digunakan.
12. Selanjutnya adalah menggambar balok, kolom, dan pelat sesuai dengan gambar
denah rencana yang sudah ditentukan. Dengan cara klik menu draw
frame/cable untuk balok kolom atau draw rectangular area untuk pelat. Pilih
section sesuai section yang akan di gambar. Lakukan pada setiap lantai sesuai
dengan jumlah lantai masing-masing.

Gambar 3.17 Properties of Object


29

Gambar 3.18 Grid View


13. Langkah berikutnya adalah memasukkan load patterns.
Klik menu define → load patterns (dead load, live load, torsi, dan ADL).
Dengan merubah load pattern name, type, self weight multiplier, dan auto
lateral load pattern sesuai denggan ketentuan dari dead load, live load, torsi,
dan ADL yang ada. Jika sudah klik OK.

Gambar 3.19 Define Load Patterns


14. Selanjutnya adalah memasukkan beban pelat lantai dan pelat atap.
a. Pilih pelat yang akan diberi beban dengan cara pilih menu select → pilih
properties → pilih area section.
30

Gambar 3.20 Membuka Menu Area Sections


b. Pilih area section dengan cara klik salah satu pelat kemudian klik select,
misal klik PA kemudian klik select lalu close.

Gambar 3.21 Select Area Sections


c. Kemudian setelah terpilih masukkan beban dengan cara pilih menu assign
→ pilih area loads → pilih uniform to frame (shell).
31

Gambar 3.22 Membuka Menu Uniform to Frame


d. Kemudian ganti load pattern sesuai dengan beban yang akan dimasukkan
misal ADL, kemudian load direction dipilih yang gravity, untuk load
distribution pilih one way untuk pelat satu arah dan pilih two way untuk
pelat dua arah, masukkan beban dalam kotak load sesuai dengan hasil
perhitungan. Pilih add to existing loads, jika sudah klik Apply.
32

Gambar 3.23 Assign Area


e. Lakukan cara yang sama pada pelat lantai dan pelat atap setiap lantai
dengan cara yang sama sesuai dengan ketentuan load pattern (ADL atau
live load) dan load distribution (one way atau two way).
15. Selanjutnya adalah memasukkan beban dinding.
a. Pilih pelat yang akan diberi beban dengan cara pilih menu select → pilih
properties → pilih frame section.

Gambar 3.24 Membuka Menu Frame Sections


b. Pilih frame section dengan cara klik salah satu balok kemudian klik select,
misal klik B1X kemudian klik select lalu close.
33

Gambar 3.25 Select Frame Section


f. Kemudian setelah terpilih masukkan beban dengan cara pilih menu assign
→ pilih frame loads → pilih distributed.

Gambar 3.26 Membuka Menu Distributed


g. Load pattern di pilih ADL, uniform load dimasukkan nilai sesuai dengan
hasil perhitungan, lalu klik Apply kemudian klik Ok.

Gambar 3.27 Assign Frame Distributed Loads


c. Lakukan cara yang sama untuk setiap balok induk atau balok yang memikul
berat dinding.
34

16. Selanjutnya adalah memasukkan beban pelat bordes dan balok bordes. Untuk
cara memasukkannya sama dengan langkah beban dinding, tetapi pilih yang
balok atau pelat bordes pada saat select section.
17. Memasukkan pondasi jepit bangunan.
Pilih joint yang dijadikan pondasi kemudian pilih menu assign → joint →
restraints. Lalu pilih jepit, jika sudah klik apply.

Gambar 3.28 Assign Joint Restraints


18. Mengatur diaphragma dengan memilih semua joint, balok, kolom, dan pelat
untuk semua lantai atau bangunan kecuali pada bagian joint pondasi.
a. Pilih menu assign → pilih joint → pilih constraints → define joint
constraints.
35

Gambar 3.29 Assign Joint Restraints


b. Pada bagian choose constraint type pilih menjadi diaphragm → kemudian
klik add new constraint.

Gambar 3.30 Define Constraints


c. Pada constrain axis pilih Z axis, lalu centang pada assign a different
constraint. Kemudian klik ok lalu select DIAPH1 lalu klik apply.

Gambar 3.31 Diaphragm Constraint


19. Input Mass Source.
Pilih menu define → pilih Mass Source → klik modify. Centang pada element
self mass dan specified load patterns. Masukkan load pattern ADL dengan
multiplier 1 dan LIVE dengan multiplier 0,3. Jika sudah klik Ok.
36

Gambar 3.32 Mass Source Data


20. Langkah berikutnya adalah memasukkan response spectrum dari hasil
perhitungan, untuk hasil perhitungannya harus kita rubah dalam format .txt.
Pilih menu Define → pilih function → pilih respons spectrum → merubah
choose function type to add menjadi from file → klik add new function →
mengubah nama function → merubah values menjadi period vs value → upload
function file dalam format .txt → klik convert to user defined → klik ok.
37

Gambar 3.33 Response Spectrum


21. Membuat load cases.
Pilih menu define → pilih load cases → add new load cases (dead, modal,
ADL, live, EQx, dan EQy)

Gambar 3.34 Define Load Cases


a. DEAD (beban bangunan)
Adapun data load cases pada beban DEAD dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
38

Gambar 3.35 Load Case Data


b. LIVE (beban hidup)
Adapun data load cases pada beban LIVE dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.36 Load Case Data


c. MODAL
1) Type of modes pilih yang ritz vectors.
2) Memasukkan load cases applied dengan load type adalah accel, load
name adalah UX serta UY, dan target dynamic participation ratios
menjadi 100%. Kemudian klik add.
39

Gambar 3.37 Load Case Data


d. Beban gempa arah X
1) Mengganti load cases type menjadi response spectrum
2) Mengganti load cases name menjadi EQx
3) Memasukkan load cases applied dengan load type adalah accel, load
name adalah U1, function adalah RSD (sesuai nama file), dan scale
faktor menjadi 1 terlebih dahulu. Kemudian klik add.

Gambar 3.38 Load Case Data


e. Beban gempa arah Y
1) Mengganti load cases type menjadi response spectrum
2) Mengganti load cases name menjadi EQy
40

3) Memasukkan load cases applied dengan load type adalah accel, load
name adalah U2, function adalah RSD (sesuai nama file), dan scale
faktor menjadi 1 terlebih dahulu. Kemudian klik add.

Gambar 3.39 Load Case Data


22. Memasukkan kombinasi beban.
Pilih menu define → pilih load combinations yang sesuai.

Gambar 3.40 Define Load Combinations


23. Seteleh selesai semua maka bisa dilakukan run analyze.
3.2 Berat Total Bangunan
Berikut merupakan Langkah-langkah dalam pengambilan berat total
banguna menggunakan SAP2000.
1. Melakukan run analyze.
Klik run analyzer kemudian pilih run all → klik run now
41

Gambar 3.41 Set Load Cases to Run


2. Selanjutnya pilih menu displat → pilih show table.

Gambar 3.42 Choose Tables for Display


3. Pilih select load cases kemudian pilih 1D+0,3L lalu klik ok.
42

Gambar 3.43 Select Output Cases


4. Pilih hasil yang ingin ditampilkan yaitu pada analysis results → structure
output → base reaction → lalu klik ok.
5. Lalu akan muncul tabel base reactions.

Gambar 3.44 Base Reactions


6. Berat total bangunan dapat di lihat pada kolom GlobbalFZ yaitu sebesar
129405,234 KN.
Pengecekan atau verifikasi hasil analisis struktur dilakukan sebelum
pengambilan output dari SAP2000 untuk mendesain struktur, baik struktur bawah
maupun struktur atas. Dalam proses verifikasi hasil analisis struktur ini, terdapat
beberapa aspek yang harus dilakukan pengecekan, diantaranya pengecekan gaya
gempa dinamik, simpangan antar lantai, stabilitas struktur, dan torsi tak terduga.
43

3.3 Pengecekan Gaya Gempa Dinamik


Pengecekan gaya gempa dinamik dilakukan untuk memenuhi persamaan
berikut ini.
Vdinamik > Vstatik

Keterangan:
Vdinamik = gaya geser hasil analisis SAP2000
Vstatik = hasil kali antara berat bangunan dengan koefisien gempa
Maka, selanjutnya dilakukan pengecekan gaya gempa dinamik dengan
perhitungan berikut ini.
1. Vstatik
Cs = 0,125
W = 129405,234 kN
Vstatik = Cs x W
= 0,125 x 129405,234
= 16147,99 kN
2. Vdinamik
Vdinamik didapatkan dari hasil analisis struktur menggunakan software
SAP2000. Adapun nilai untuk Vdinamik adalah sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 14207,745 kN
b. Vdinamik Ey = 13982,288 kN
3. Pengecekan syarat
Berdasarkan hasil Vdinamik dan Vstatik pada bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Vdinamik masih kurang dari Vstatik sehingga belum
memenuhi syarat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyekalaan ulang pada
skala respon spektrum.
4. Skala respon spektrum
Ie
Skala respon spektrum = x 9,81
R

dengan nilai Ie sebesar 1,5 dan nilai R sebesar 8


Ie
Skala respon spektrum = x 9,81
R
44

1,5
= x 9,81
8

= 1,839
5. Skala respon spektrum baru
Vstatik
Skala respon spektrum baru =V x Skala respon spektrum
dinamik

16147,99
a. Skala respon spektrum baru Ex = 14207,745 x 1,839

= 2,091
16147,99
b. Skala respon spektrum baru Ey = x 1,839
13982,288

= 2,124
6. Pengecekan ulang syarat
Setelah mendapat skala respon spektrum baru, maka nilai tersebut dimasukkan
ke SAP2000 dan setelah itu dilakukan pengecekan ulang syarat Vdinamik >
Vstatik . Setelah dilakukan analisis struktur ulang dengan menggunakan
software SAP2000 didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 16148,263 kN
b. Vdinamik Ey = 16148,188 kN
Maka dengan Vstatik sebesar 16147,99 KN, dapat disimpulkan bahwa
Vdinamik telah memenuhi persyaratan baik arah gempa x maupun arah gempa
y.
3.4 Pengecekan Gaya Aksial Tingkat
Setelah dilakukan pengecekan gaya gempa dinamik, maka selanjutnya
adalah mengecek gaya aksial tingkat. Gaya aksial didapatkan dari hasil analisis
struktur menggunakan software SAP2000. Adapun untuk gaya aksial hasil analisis
struktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Gaya Aksial Hasil Analisis Struktur Menggunakan SAP2000


SectionCut OutputCase CaseType F3 W tingkat
Text Text Text KN kN
LT1 1D+0,3L Combination 129405,234 14647,802
LT2 1D+0,3L Combination 114757,432 14821,997
LT3 1D+0,3L Combination 99935,435 14821,997
45

Lanjutan Tabel 3.1 Gaya Aksial Hasil Analisis Struktur Menggunakan


SAP2000
SectionCut OutputCase CaseType F3 W tingkat
Text Text Text KN kN
LT4 1D+0,3L Combination 85113,438 14821,996
LT5 1D+0,3L Combination 70291,442 14821,997
LT6 1D+0,3L Combination 55469,445 14591,697
LT7 1D+0,3L Combination 40877,748 14591,696
LT8 1D+0,3L Combination 26286,052 14591,697
LT9 1D+0,3L Combination 11694,355 11694,355

Pada umumnya,selisih nilai gaya aksial antara suatu lantai dengan selisih
lantai lainnya adalah sama, kecuali pada lantai atap karena menahan beban yang
lebih kecil dibanding dengan lantai lainnya. Adapun contoh perhitungan adalah
sebagai berikut ini.
1. Selisih gaya aksial pada lantai 6 dan lantai 7
a. F3 lantai 6 = 55469,445 kN
b. F3 lantai 7 = 40877,748 kN
Maka, selisih antara gaya aksial pada lantai 6 dan lantai 7 adalah sebagai
berikut.
Δgaya aksial = F3Lantai 6 – F3Lantai 7
= 55469,445 - 40877,748
= 14591,69 kN
2. Selisih gaya aksial pada lantai 7 dan lantai 8
a. F3 lantai 7 = 40877,748 kN
b. F3 lantai 8 = 26286,052 kN
Maka, selisih antara gaya aksial pada lantai 7 dan lantai 8 adalah sebagai
berikut.
Δgaya aksial = F3Lantai 7 – F3Lantai 8
= 40877,748 – 26286,052
= 14591,69 kN
Adapun rekapitulasi gaya aksial tiap lantai lainnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
46

Tabel 3.2 Gaya Aksial


Lantai F3 (kN) ΔF3 (kN)
1 129405,234 14647,802
2 114757,432 14821,997
3 99935,435 14821,997
4 85113,438 14821,996
5 70291,442 14821,997
6 55469,445 14591,697
7 40877,748 14591,696
8 26286,052 14591,697
9 11694,355 11694,355

3.5 Pengecekan Simpangan Antar Lantai


Simpangan antar lantai merupakan selisih defleksi in-elastis struktur antara
suatu tingkat yang ditinjau dengan tingkat lain yang di bawahnya. Selain itu,
penggunaan defleksi in-elastis dalam pengecekan simpangan antar lantai
dikarenakan struktur bangunan tahan gempa dengan konsep “capacity design”
adalah struktur gempa yang mampu menyerap beban gempa. Maka ketika terjadi
gempa besar, struktur boleh rusak hingga terjadi defleksi in-elastis namun dalam
kondisi bangunan tetap stabil dan tidak roboh. Adapun untuk menghitung
pengecekan simpangan dapat digunakan rumus - rumus berikut ini.
Cd x Ux
δx =
Ie

Δ = δx(n) – δx(n-1)
0,020 x hsx
Δmax = ρ

Keterangan:
δx = Defleksi in-elastis struktur (mm)
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Ux = Defleksi pada lokasi yang disyaratkan yang ditentukan dengan analisis
elastis (mm)
Ie = Faktor keutamaan gempa
Δ = Simpangan antar lantai (mm)
δx(n) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai yang ditinjau (mm)
δx(n-1) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai di bawah yang ditinjau (mm)
47

Δmax = Simpangan antar lantai ijin (mm)


hsx = Tinggi tingkat di bawah bidang yang ditinjau (mm)
ρ = Faktor redudansi (1,3)

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengecek simpangan antar lantai.


Pengecekan simpangan antar lantai dilakukan pada gempa arah x dan gempa arah
y.
3.5.1 Pengecekan simpangan antar lantai arah x

Perhitungan pada pengecekan simpangan antar lantai arah x dapat dilakukan


dengan langkah – langkah berikut dan data – data yang digunakan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Data untuk Pengecekan Simpang Antar Lantai


hsx U1
Lantai Cd Ie
(mm) (mm)
Pondasi 5,5 1,5 3500 0
1 5,5 1,5 3500 2,237
2 5,5 1,5 3500 6,4
3 5,5 1,5 3500 11,779
4 5,5 1,5 3500 17,959
5 5,5 1,5 3500 24,566
6 5,5 1,5 3500 31,395
7 5,5 1,5 3500 38,157
8 5,5 1,5 3500 44,706
Atap 5,5 1,5 3500 50,861

Adapun contoh perhitungan cek simpangan antar latai arah x pada lantai 1
adalah sebagai berikut.
1. Menghitung δx
Cd = 5,5
U1 = 2,237 mm
Ie = 1,5
Cd x Ux
δx = Ie
5,5 x 2,237
= 1,5
48

= 8,202 mm
2. Menghitung Δ
δx(0) = 0 mm
δx(1) = 8,202 mm
Δ = δx(n) - δx(n-1)
= 8,202 - 0
= 8,202 mm
3. Menghitung Δmax
hsx = 3500 mm
ρ = 1,3
0,020 x hsx
Δmax =
ρ
0,020 x 3500
= 1,3

= 26,923 mm
4. Cek Δ < Δmax
Pengecekan Δ < Δmax adalah sebagai berikut.
Δ < Δmax
8,202 mm < 26,923 mm (OK)

Hasil rekapitulasi pengecekan simpang antar lantai arah x dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 3.4 Data untuk Pengecekan Simpang Antar Lantai Arah X


hsx U1 dx Δ Δmax
Lantai Cd Ie Δ < Δmax
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Pondasi 5,5 1,5 3500 0,000 0,000 0,000 26,923 OK
1 5,5 1,5 3500 2,237 8,202 8,202 26,923 OK
2 5,5 1,5 3500 6,400 23,467 15,264 26,923 OK
3 5,5 1,5 3500 11,779 43,190 19,723 26,923 OK
4 5,5 1,5 3500 17,959 65,850 22,660 26,923 OK
5 5,5 1,5 3500 24,566 90,075 24,226 26,923 OK
6 5,5 1,5 3500 31,395 115,115 25,040 26,923 OK
7 5,5 1,5 3500 38,157 139,909 24,794 26,923 OK
8 5,5 1,5 3500 44,706 163,922 24,013 26,923 OK
Atap 5,5 1,5 3500 50,861 186,490 22,568 26,923 OK
49

Berikut ini merupakan grafik simpangan antar lantai arah x.


9
8
7
6
Tingkat

5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30
Simpangan Antar Lantai (mm)

Simpangan Ijin Simpangan

Gambar 3.45 Simpangan Antar Lantai Arah X

Dari perhitungan pengecekan simpangan antar lantai di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa simpangan antar lantai pada struktur arah x tidak melewati
simpangan antar lantai maksimum sehingga struktur aman.
3.5.2 Pengecekan simpangan antar lantai arah y

Adapun untuk pengecekan simpangan antar lantai arah y, langkah-langkah


perhitungannya sama seperti langkah-langkah perhitungan pengecekan simpangan
antar lantai arah x dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Data untuk Pengecekan Simpang Antar Lantai Arah Y


hsx U1 Dx Δ Δmax
Lantai Cd Ie Δ < Δmax
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Pondasi 5,5 1,5 3500 0 0 0 26,923 OK
1 5,5 1,5 3500 2,187 8,019 8,019 26,923 OK
2 5,5 1,5 3500 6,259 22,950 14,931 26,923 OK
3 5,5 1,5 3500 11,518 42,233 19,283 26,923 OK
4 5,5 1,5 3500 17,563 64,398 22,165 26,923 OK
5 5,5 1,5 3500 24,029 88,106 23,709 26,923 OK
6 5,5 1,5 3500 30,717 112,629 24,523 26,923 OK
7 5,5 1,5 3500 37,348 136,943 24,314 26,923 OK
8 5,5 1,5 3500 43,777 160,516 23,573 26,923 OK
Atap 5,5 1,5 3500 49,828 182,703 22,187 26,923 OK
50

Berikut ini merupakan grafik simpangan antar lantai arah y.

9
8
7
6
Tingkat

5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30
Simpangan Antar Lantai (mm)

Simpangan Ijin Simpangan

Gambar 3.46 Simpangan Antar Lantai Arah Y

Dari perhitungan pengecekan simpangan antar lantai di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa simpangan antar lantai pada struktur arah y tidak melewati
simpangan antar lantai maksimum sehingga struktur aman.

3.6 Pengecekan Stabilitas Struktur


Pengecekan stabilitas struktur dapat dilakukan melalui perhitungan yang
menggunakan rumus berikut ini.
Px x ∆ x Ie
θ =V
x x hsx x Cd
0,5
θmax = β x C
d

dengan:
θ = Koefisien stabilitas struktur
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Px = Beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x (kN)
Ie = Faktor keutamaan gempa
∆ = Simpangan antar lantai (mm)
51

Vx = Gaya geser tingkat (kN)


hsx = Tinggi tingkat di bawah bidang yang ditinjau (mm)
3.6.1 Pengecekan stabilitas struktur arah x

Perhitungan pada pengecekan simpangan antar lantai arah x dapat dilakukan


dengan langkah–langkah berikut dan data–data yang digunakan dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.6 Data untuk Pengecekan Stabilitas Struktur Arah X


Px Vx
hsx Δ
Lantai F3 F1 Cd Ie
(mm) (mm)
(kN) (kN)
Pondasi 129405,234 16148,263 5,5 1,5 3500 0
1 129405,234 16148,263 5,5 1,5 3500 8,019
2 114757,432 15542,920 5,5 1,5 3500 14,931
3 99935,435 14370,392 5,5 1,5 3500 19,283
4 85113,438 13028,111 5,5 1,5 3500 22,165
5 70291,442 11622,167 5,5 1,5 3500 23,709
6 55469,445 10231,792 5,5 1,5 3500 24,523
7 40877,748 8762,173 5,5 1,5 3500 24,314
8 26286,052 6742,922 5,5 1,5 3500 23,573
Atap 11694,355 3518,924 5,5 1,5 3500 22,187

Adapun contoh perhitungan cek stabilitas struktur arah x pada lantai 1


adalah sebagai berikut.
1. Menghitung θ
Cd = 5,5
Px = 129405,234 kN
Ie = 1,5
∆ = 8,019
Vx = 16148,263 kN
hsx = 3500 mm
Px x ∆ x Ie
θ =V
x x hsx x Cd

129405,234 x 8,019 x 1,5


= 16148,263 x 3500 x 5,5
52

= 0,00512
2. Menghitung θmax
Cd = 5,5
β =1
0,5
θmax = βxC
d

0,5
= 1 x 5,5

= 0,0909
3. Cek syarat
Pengecekan θ < θmax adalah sebagai berikut.
θ < θmax
0,00512 < 0,0909 (OK)

Hasil rekapitulasi pengecekan koefisien struktur pada lantai arah x dapat


dilihat pada tabel berikut ini.
53

Tabel 3.7 Data untuk Pengecekan Stabilitas Struktur Arah X


Px Vx
hsx Δ
Lantai F3 F1 Cd Ie 𝛉 𝛉max 𝛉 < 𝛉max
(mm) (mm)
(kN) (kN)
Pondasi 129405,234 16148,263 5,5 1,5 3500 0 0,0000 0,0909 OK
1 129405,234 16148,263 5,5 1,5 3500 8,019 0,0051 0,0909 OK
2 114757,432 15542,920 5,5 1,5 3500 14,931 0,0088 0,0909 OK
3 99935,435 14370,392 5,5 1,5 3500 19,283 0,0107 0,0909 OK
4 85113,438 13028,111 5,5 1,5 3500 22,165 0,0115 0,0909 OK
5 70291,442 11622,167 5,5 1,5 3500 23,709 0,0114 0,0909 OK
6 55469,445 10231,792 5,5 1,5 3500 24,523 0,0106 0,0909 OK
7 40877,748 8762,173 5,5 1,5 3500 24,314 0,0090 0,0909 OK
8 26286,052 6742,922 5,5 1,5 3500 23,573 0,0073 0,0909 OK
Atap 11694,355 3518,924 5,5 1,5 3500 22,187 0,0058 0,0909 OK

Dari perhitungan pengecekan koefisien stabilitas struktur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien stabilitas struktur pada
arah x tidak melewati koefisien stabilitas struktur maksimum sehingga struktur aman.
3.6.2 Pengecekan stabilitas struktur arah y

Adapun untuk pengecekan koefisien stabilitas struktur arah y, langkah–langkah perhitungannya sama seperti langkah–langkah
perhitungan pengecekan koefisien stabilitas struktur arah x dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
54

Tabel 3.8 Data untuk Pengecekan Stabilitas Struktur Arah Y


Px Vx
hsx Δ
Lantai F3 F1 Cd Ie 𝛉 𝛉max 𝛉 < 𝛉max
(mm) (mm)
(kN) (kN)
Pondasi 129405,234 16148,263 5,5 1,5 3500 0 0,0000 0,0909 OK
1 129405,234 16148,263 5,5 1,5 3500 8,019 0,0050 0,0909 OK
2 114757,432 15542,920 5,5 1,5 3500 14,931 0,0086 0,0909 OK
3 99935,435 14370,392 5,5 1,5 3500 19,283 0,0105 0,0909 OK
4 85113,438 13028,111 5,5 1,5 3500 22,165 0,0113 0,0909 OK
5 70291,442 11622,167 5,5 1,5 3500 23,709 0,0112 0,0909 OK
6 55469,445 10231,792 5,5 1,5 3500 24,523 0,0104 0,0909 OK
7 40877,748 8762,173 5,5 1,5 3500 24,314 0,0088 0,0909 OK
8 26286,052 6742,922 5,5 1,5 3500 23,573 0,0072 0,0909 OK
Atap 11694,355 3518,924 5,5 1,5 3500 22,187 0,0058 0,0909 OK
55

3.7 Pengecekan Torsi Tak Terduga


Torsi tak terduga dari sebuah bangunan berasal dari adanya eksentrisitas
antara pusat massa lantai dengan pusat kekakuan lantai. Hal ini terjadi karena
diperkirakan jika terjadi goyangan struktur akibat gempa, maka struktur penahan
gaya seismic (penampang kolom) akan mengalami keretakan sehingga akan terjadi
perubahan pusat kekakuan lantai. Hal ini menyebabkan pusat kekakuan lantai tidak
satu titik dengan pusat massa lantai. Untuk mengakomodirnya, maka pusat gaya
gempa tiap lantai perlu digeser sejauh Δx atau Δy. Jika ditemui ketidak-reguleran
simpangan ke arah x (artinya beban gempa ke arah x), memiliki eksentrisitas ke
arah Δy, maka yang diperbesar adalah Δy, dan jika ditemui ketidak-reguleran
simpangan ke arah arah y (artinya beban gempa ke arah y), memiliki eksentrisitas
ke arah Δx, maka yang diperbesar adalah Δx. Adapun perhitungan pengecekan torsi
adalah sebagai berikut.
1. Menghitung gaya gempa per lantai
Perhitungan gaya gempa per lantai dilakukan karena output yang dihasilkan
oleh SAP2000 merupakan gaya geser tingkat (Vx). Oleh karena itu, untuk
menghitung gaya gempa per lantai (Fx), dapat digunakan rumus sebagai
berikut ini.
Fx = Vx – Vx+1
Dengan:
Fx = Gaya gempa tiap lantai yang ditinjau (KN)
Vx = Gaya geser tingkat yang ditinjau (KN)
Vx+1 = Gaya geser tingkat di atas yang ditinjau (KN)
2. Mengambil output pusat massa dari SAP2000
Output pusat massa dari SAP2000 diambil dengan cara memilih area struktur
pada SAP2000. Selanjutnya pilih “Assign” dan pilih “Joint”. Selanjutnya pilih
“Constrains” dan pilih diaphgram yang ada dan ubah dari body ke diaphgram.
Selanjutnya jalankan analisis pada SAP2000 dan nilai pusat massa dapat
dilihat pada file berbentuk “Outfile” dan dapat dibuka dengan Notepad.
3. Menghitung torsi arah x dan arah y
56

Setelah menghitung gaya gempa per lantai, maka selanjutnya adalah


menghitung nilai torsi arah x atau y dengan menggunakan rumus berikut ini.
Tx = Fx x Δx
Ty = Fy x Δy
Dengan:
Tx = Torsi arah x (KNm)
Ty = Torsi arah y (KNm)
Fx = Gaya gempa per lantai arah x (KN)
Fy = Gaya gempa per lantai arah y (KN)
Δx = 5% dari pusat massa lantai arah x (m)
Δy = 5% dari pusat massa lantai arah y (m)

Adapun untuk perhitungan pengecekan torsi tak terduga adalah sebagai berikut
ini dan kami menggunakan perhitungan pada lantai 1 arah x sebagai contoh
perhitungan.
1. Menghitung Fx
Diketahui data Vx sebagai berikut.

Tabel 3.9 Nilai Gaya Geser Tingkat Untuk Gempa Arah X


Lantai Vx (kN)
1 16148,26
2 15542,92
3 14370,39
4 13028,11
5 11622,17
6 10231,79
7 8762,173
8 6742,922
9 3518,924

Maka untuk nilai gaya gempa per lantai adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan perhitungan pada lantai 1 sebagai contoh perhitungan.
Vx1 = 16148,26 KN
Vx2 = 15542,92 KN
Fx1 = Vx1 - Vx2
57

= 16148,26 – 15542,92
= 605,343 KN
Sedangkan untuk lantai – lantai lainnya, perhitungannya sama seperti
perhitungan gaya gempa per lantai pada lantai 1 dan rekapitulasinya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Nilai Vx dan Fx


Lantai Vx (kN) Fx (kN)
1 16148,26 605,343
2 15542,92 1172,528
3 14370,39 1342,281
4 13028,11 1405,944
5 11622,17 1390,375
6 10231,79 1469,619
7 8762,173 2019,251
8 6742,922 3223,998
9 3518,924 3518,924

2. Mengambil output pusat massa dari SAP2000


Nilai pusat massa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.11 Nilai Pusat Massa


Lantai X Y
1 25,293 19,170
2 25,261 19,140
3 25,261 19,140
4 25,261 19,140
5 25,257 19,137
6 25,253 19,134
7 25,253 19,134
8 25,280 19,159
9 25,154 19,050

3. Menghitung torsi arah X


Berikut ini adalah perhitungan torsi arah x dan kami menggunakan perhitungan
pada lantai 1 sebagai contoh perhitungan.
Y = 19,170 m
Δy1 = 5% x Y
58

= 5% x 19,170
= 0,958 m
Fx1 = 605,343 KN
Tx1 = Fx x Δy
= 605,343 x 0,958
= 580,208 KNm
Sedangkan untuk lantai – lantai lainnya, perhitungannya sama seperti
perhitungan torsi pada lantai 1 dan untuk torsi arah y sama seperti perhitungan
torsi arah x dengan penyesuaian rumus yang digunakan. Adapun rekapitulasi
perhitungan pengecekan torsi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12 Rekapitulasi Perhitungan Torsi Tak Terduga Arah X dan Arah Y
Torsi X Torsi Y
Pusat Massa Δx Δy
Lantai Fx (kN) Fy (kN) (kNm) (kNm)
X Y 5%x 5%y Fx . Δy Fy . Δx
1 25,293 19,170 1,27 0,96 605,343 600,872 580,208 759,901
2 25,261 19,140 1,26 0,96 1172,528 1217,045 1122,103 1537,208
3 25,261 19,140 1,26 0,96 1342,281 1341,905 1284,556 1694,914
4 25,261 19,140 1,26 0,96 1405,944 1432,695 1345,481 1809,588
5 25,257 19,137 1,26 0,96 1390,375 1384,670 1330,366 1748,632
6 25,253 19,134 1,26 0,96 1469,619 1418,332 1405,958 1790,833
7 25,253 19,134 1,26 0,96 2019,251 2007,836 1931,781 2535,160
8 25,280 19,159 1,26 0,96 3223,998 3238,887 3088,426 4093,946
9 25,154 19,050 1,26 0,95 3518,924 3505,946 3351,749 4409,405
Jumlah 15440,63 20379,59
Maksimal 20379,59

Setelah dilakukan perhitungan torsi tak terduga arah x dan arah y pada setiap
lantai, maka selanjutnya dipilih nilai torsi terbesar. Maka berdasarkan tabel 3.11,
nilai torsi terbesar adalah torsi tak terduga arah y dan selanjutnya adalah membuat
“Load Pattern” torsi dan masukkan nilai torsi arah y sesuai tingkatan.
59

Gambar 3.47 Membuat Load Patterns Torsi

Gambar 3.48 Memasukan Nilai Torsi


Setelah memasukkan nilai torsi, maka seluruh beban yang dibutuhkan oleh
kombinasi – kombinasi pembebanan sudah lengkap dan struktur dapat dianalisis
untuk analisis selanjutnya.
3.8 Pengecekan Irregularitas Struktur
Ketidakberaturan torsi pada struktur secara horizontal terbagi menjadi dua
tipe, yaitu tipe 1a dan 1b, menurut SNI 03-1726-2012. Ketidakberaturan torsi 1a
adalah ada jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung
termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu utama
lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata – rata di kedua ujung struktur.
60

Sedangkan ketidakberaturan 1b adalah ada jika simpangan antar lantai tingkat


maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur
melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai tingkat rata –
rata di kedua ujung struktur. Adapun langkah – langkah pengecekan irregularitas
struktur adalah sebagai berikut.
1. Menentukan titik – titik pada denah struktur.
2. Memilih titik yang telah ditetapkan pada poin sebelumnya di SAP2000.
3. Ambil output dari berupa Displacemet pada Joint ouput, lalu export ouput ke
Microsoft Excel.
4. Menentukan displacement tersbear dalam nilai absolut, jika lebih besar
displacement min, maka yang digunakan sebagai acuan selanjutnya adalah
displacement min. Adapun jika lebih besar displacement max, maka yang
digunakan sebagai acuan selanjutnya adalah displacement max.
5. Menghitung nilai Δavg, Δmax, 1,2Δavg, dan 1,4Δavg.
6. Membandingkan nilai Δmax dengan 1,2Δavg dan 1,4Δavg, apabila Δmax lebih
besar dari nilai 1,2Δavg, maka terjadi torsi 1a, apabila nilai Δmax lebih besar dari
1,4Δavg maka terjadi torsi 1b, dan apabila nilai Δ max lebih kecil dari keduanya,
maka tidak terjadi torsi.
Adapun contoh perhitungan untuk pengecekan irregularitas adalah sebagai
berikut dan kami menggunakan pengecekan irregularitas lantai 1 arah x sebagai
contoh perhitungan.
1. Penetapan titik – titik yang ditinjau pada denah struktur
Titik – titik yang ditinjau pada denah struktur dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
61

Gambar 3.49 Penempatan Titik-Titik Pada Denah Struktur Arah X


2. Menghitung irregularitas horizontal
Adapun penghitungan irregularitas horizontal adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan titik A-B sebagai contoh perhitungan.
a. Perhitungan simpangan arah x
Diketahui:
U1 = 0,00218 (joint atas)
U1 = 0,00250 (joint bawah)
Δmax = nilai terbesar dari UxA dan UxB
= 0,00251 m
UxA+ UxB
Δavg =
2
0,00218 + 0,00250
Δavg = 2

= 0,00234 m
1,2Δavg = 1,2 x Δavg
= 1,2 x 0,00234
= 0,00281
1,4Δavg = 1,4 x Δavg
= 1,4 x 0,00234
= 0,003275
62

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan bahwa nilai Δ max < 1,2Δavg <
1,4Δavg. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi torsi.
b. Perhitungan simpangan arah y
U1 = 0,00267 (joint atas)
U1 = 0,00205 (joint bawah)
Δmax = nilai terbesar dari UxA dan UxB
= 0,00267 m
UxA+ UxB
Δavg =
2
0,00267 + 0,00205
Δavg = 2

= 0,00236 m
1,2Δavg = 1,2 x Δavg
= 1,2 x 0,00236
= 0,00284
1,4Δavg = 1,4 x Δavg
= 1,4 x 0,00236
= 0,00331
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan bahwa nilai Δ max < 1,2Δavg <
1,4Δavg. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi torsi.
Adapun untuk lantai – lantai lainnya baik arah x dan arah y dapat dihitung
dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini.

Tabel 3.13 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-B X

Lantai Δmax Δavg 1.2Δavg 1.4Δavg Keterangan

1 0.00250 0.00234 0.00281 0.00327 Tidak Terjadi Torsi


2 0.00718 0.00669 0.00803 0.00937 Tidak Terjadi Torsi
3 0.01327 0.01233 0.01479 0.01724 Tidak Terjadi Torsi
4 0.02029 0.01880 0.02256 0.02632 Tidak Terjadi Torsi
5 0.02782 0.02573 0.03087 0.03602 Tidak Terjadi Torsi
6 0.03562 0.03288 0.03946 0.04604 Tidak Terjadi Torsi
7 0.04336 0.03997 0.04796 0.05596 Tidak Terjadi Torsi
8 0.05088 0.04684 0.05621 0.06557 Tidak Terjadi Torsi
9 0.05795 0.05329 0.06395 0.07461 Tidak Terjadi Torsi
63

Tabel 3.14 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum Dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah Y Titik A-B X

Lantai Δmax Δavg 1.2Δavg 1.4Δavg Keterangan

1 0,00267 0,00236 0,00284 0,00331 Tidak Terjadi Torsi


2 0,00772 0,00677 0,00813 0,00948 Tidak Terjadi Torsi
3 0,01431 0,01249 0,01499 0,01749 Tidak Terjadi Torsi
4 0,02193 0,01907 0,02289 0,02670 Tidak Terjadi Torsi
5 0,03014 0,02613 0,03135 0,03658 Tidak Terjadi Torsi
6 0,03867 0,03343 0,04011 0,04680 Tidak Terjadi Torsi
7 0,04716 0,04068 0,04881 0,05695 Tidak Terjadi Torsi
8 0,05542 0,04771 0,05725 0,06680 Tidak Terjadi Torsi
9 0,06323 0,05434 0,06521 0,07608 Tidak Terjadi Torsi

3. Menghitung irregularitas vertikal


Beirkut merupakan perhitungan irregularitas vertikal dan menggunakan lantai
1 sebagai contoh perhitungan.
a. Perhitungan kekakuan kolom dalam (KD)
1) Kekakuan kolom
Diketahui :
B1 = 650 mm
H1 = 650 mm
L1 = 3500 mm
1
(12 𝑥 1 𝑥 ( ) 𝑥 𝐵 𝑥 𝐻 3 )
12
KD1 = 𝐿³
1
(12 𝑥 1 𝑥 ( ) 𝑥 650 𝑥 6503 )
12
= 3500³

= 4,1634
2) Kekakuan total (∑Ki)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 18
∑KD1 = KD1 x n1
= 4,1634 x 18
64

= 74,9414
b. Perhitungan kekakuan kolom luar (KL)
1) Kekakuan kolom
Diketahui :
B1 = 600 mm
H1 = 600 mm
L1 = 3500 mm
1
(12 𝑥 1 𝑥 ( ) 𝑥 𝐵 𝑥 𝐻 3 )
12
KL1 = 𝐿³
1
(12 𝑥 1 𝑥 ( ) 𝑥 600 𝑥 6003 )
12
= 3500³

= 3,0227
2) Kekakuan total (∑Ki)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 29
∑KL1 = KL1 x n1
= 3,0227 x 29
= 87,659
c. Kekakuan total seluruh kolom (Ki)
K1 = ∑KD1 + ∑KL1
= 74,9414 + 87,659
= 162,6009
Dengan cara peritungan yang sama diperoleh rekapitulasi kekakuan kolom
pada setiap lantai sebagai berikut.
65

Tabel 3.15 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Dalam


KOLOM DALAM
Tingkat
B (mm) H (mm) L (mm) Ki n ΣKi

1 650 650 3500 4,163411079 18 74,94139942


2 650 650 3500 4,163411079 18 74,94139942
3 650 650 3500 4,163411079 18 74,94139942
4 650 650 3500 4,163411079 18 74,94139942
5 650 650 3500 4,163411079 18 74,94139942
6 600 600 3500 3,022740525 18 54,40932945
7 600 600 3500 3,022740525 18 54,40932945
8 600 600 3500 3,022740525 18 54,40932945
9 600 600 3500 3,022740525 18 54,40932945

Tabel 3.16 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Luar


KOLOM LUAR
Tingkat
B (mm) H (mm) L (mm) Ki n ΣKi

1 600 600 3500 3,022740525 29 87,65947522


2 600 600 3500 3,022740525 29 87,65947522
3 600 600 3500 3,022740525 29 87,65947522
4 600 600 3500 3,022740525 29 87,65947522
5 600 600 3500 3,022740525 29 87,65947522
6 550 550 3500 2,13425656 29 61,89344023
7 550 550 3500 2,13425656 29 61,89344023
8 550 550 3500 2,13425656 29 61,89344023
9 550 550 3500 2,13425656 29 61,89344023
66

Tabel 3.17 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Total Seluruh Kolom


Tingkat Ki
1 162,6009
2 162,6009
3 162,6009
4 162,6009
5 162,6009
6 116,3028
7 116,3028
8 116,3028
9 116,3028

d. Cek ketidak beraturan vertikal


Setelah menghitung kekakuan kolom luar dan dalam. Selanjutnya adalah
melakukan cek ketidakberaturan vertikal sebagai berikut.
1) Cek ketidakberaturan vertikal 1A
Ketidakberaturan vertikal 1A terjadi dalam 2 syarat yaitu:
- K lt 1 < 70% x K lt 2 = tidak terjadi ketidakberaturan vertikal
- K lt 1 < 80% x rata-rata K lt 2-4 = tidak terjadi ketidakberaturan
vertikal
Adapun syarat perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.
a) Syarat 1
K lt 1 < 70% x K lt 2
162,6009 < 70% x 162,6009
162,6009 < 113,8206….(tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)
b) Syarat 2
K lt 1 < 80% x rata-rata K lt 2-4
162,6009 + 162,6009 + 162,6009
162,6009 < 80% x 3

162,6009 < 130,0807….(tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)


2) Cek ketidakberaturan verikal 1B
67

Ketidakberaturan vertikal 1A terjadi dalam 2 syarat yaitu:


- K lt 1 < 60% x K lt 2 = tidak terjadi ketidakberaturan vertikal.
- K lt 1 < 70% x rata-rata K lt 2-4 = tidak terjadi ketidakberaturan
vertikal.

Adapun syarat perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.


a) Syarat 1
K lt 1 < 60% x K lt 2
162,6009 < 60% x 162,6009
162,6009 < 97,56052….(tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)
b) Syarat 2
K lt 1 < 70% x rata-rata K lt 2-4
162,6009 + 162,6009 + 162,6009
162,6009 < 70% x 3

162,6009 < 113,8206….(tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)


Dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya, maka diperoleh
rekapitulasi cek ketidakberaturan vertikal lantai lainnya sebagai berikut,

Tabel 3.18 Rekapitulasi Cek Ketidakberaturan Vertikal Tipe 1A dan 1B


Ketidakberaturan Vertikal Tipe Ketidakberaturan Vertikal Tipe
1A 1B
Tingkat
Syarat 1 Syarat 2 Syarat 1 Syarat 2

1 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

2 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

3 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

4 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

5 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

6 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

7 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

8 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

9 - - - -
68

Dari perhitungan dan pengecekan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak


terjadi irregularitas baik tipe 1A dan 1B pada struktur yang direncanakan. Sehingga
dapat dilakukan langkah berikutnya dalam proses perancangan atau perencanaan
yaitu desain struktur atas dan struktur bawah
69

BAB IV
DESAIN PELAT LANTAI, PELAT ATAP, DAN TANGGA

4.1 Desain Tulangan Pelat


Pelat merupakan elemen horizontal struktur yang berfungsi untuk
mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka
vertikal dari sistem struktur. Pelat memiliki bentuk yang bervariasi, bisa berbentuk
panel segi empat, panel segitiga, dan panel lain yang bentuknya tidak beraturan.
Perencanaan desain pelat dapat diklasifikasikan berdasarkan beban yang harus
didukung, bahan material pelat, dan jarak antara balok-balok pendukung. Pada
perencanaan ini, pelat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan fungsi pelat, yaitu
pelat lantai dan pelat atap. Selain itu, jika berdasarkan pada jenis arah pelat, pada
perencanaan kali ini terdapat dua jenis pelat, yaitu pelat satu arah dan pelat dua
arah.

4.2 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai


Perencanaan tulangan pada pelat didasarkan pada gaya-gaya yang bekerja
sehingga dapat menahan beban sendiri dan beban hidup. Asumsi yang digunakan
pada perhitungan tulangan pelat baik pada pelat atap maupun pelat lantai adalah
bahwa setiap pelat dibatasi oleh balok. Pada perhitungan tulangan pelat lantai,
terdapat dua jenis perhitungan yaitu perhitungan tulangan pelat lantai satu arah dan
perhitungan pelat lantai dua arah.
4.2.1 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Satu Arah

Pelat satu arah merupakan pelat yang mempunyai nilai perbandingan antara
bentang panjang dengan bentang pendek lebih dari dua. Pada perencanaan kali ini,
terdapat dua pelat lantai yang berjenis pelat satu arah, yaitu pelat lantai tipe 5 dan
pelat lantai tipe 6. Adapun contoh perhitungan penulangan pada pelat lantai tipe 6
adalah sebagai berikut.
3. Data Pelat
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
70

b. Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa


c. Bentang panjang pelat (Ly) = 7,2 m
d. Bentang pendek pelat (Lx) = 3,0 m
Ly
e. Jenis arah pelat = Lx
7,2
= 3,0

= 2,4

Nilai perbandingan Ly dengan Lx lebih dari dua (2) sehingga pelat lantai
tipe 6 tersebut termasuk jenis pelat lantai satu arah.
4. Perhitungan Momen Desain
a. Qu pelat lantai = 9,111 kN/m2
1
b. Mu tumpuan = x Qu x L2
11
1
= 11 x 9,111 x 32

= 7,454 kNm
1
c. Mu lapangan = 16 x Qu x L2
1
= 16 x 9,111 x 32

= 5,125 kNm
d. Dpokok = 10D
e. Dbagi = 8P
f. Pb = 20 mm
g. Hpelat = 125 mm
Dpokok
h. ds = Pb + 2
10
= 20 + 2

= 25 mm
i. d = h – ds
= 125 – 25
= 100 mm
j. b = 1000 mm
5. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Tipe 6
71

Perhitungan penulangan pada pelat lantai dibagi menjadi 3 bagian, yaitu


penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan tulangan
bagi. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada perhitungan di
bawah ini.
a. Penulangan Daerah Tumpuan
1) Mu = 7,454 kNm
2) Ø = 0,9
Mu
3) Mn =
Ø
7,454
= 0,9

= 8,283 kNm
fy
4) m =
0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
Mn
5) Rn = bd2
8,283
= 1000 x 1002

= 0,828 MPa
1 1−(2m x Rn)
6) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,828)
= (18,118) x [1-( )]
385

= 0,002
1,4
7) ρmin1 = fy
1,4
=
385

= 0,0036
√fc
8) ρmin2 = 4fy

√25
= 4 x 385

= 0,0032
9) ρmin pakai
72

Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
10) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
11) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
12) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 363,636

= 215,984 mm
13) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
14) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4 200

= 392,699 mm2
15) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-200.
b. Penulangan Daerah Lapangan
1) Mu = 5,125 kNm
2) Ø = 0,9
Mu
3) Mn = Ø
5,125
= 0,9

= 5,694 kNm
fy
4) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25
73

= 18,118
Mn
5) Rn = bd2
5,125
= 1000 x 1002

= 0,5694 MPa
1 1−(2m x Rn)
6) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,5694)
= (18,118) x [1-( )]
385

= 0,0015
1,4
7) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
8) ρmin2 = 4fy

√25
= 4 x 385

= 0,0032
9) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
10) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
11) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
12) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 363,636

= 215,984 mm
13) Spakai = 200 mm
74

As Tulangan x b
14) As’ =
Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4
200

= 392,699 mm2
15) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-200.
c. Penulangan Susut
1) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 125
= 250 mm2
As Tulangan x b
2) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 250

= 201,062 mm
3) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
4) As’ = Spakai
1
x π x 82 x 1000
=4 200

= 251,327 mm2
Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm 2 > 250 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-200.
4.2.2 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Dua Arah
Adapun pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah ini menggunakan
pelat lantai tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Data Pelat Lantai Tipe 1
a. K uat tekan beton (f’c) = 25 MPa
b. Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
c. hpelat = 125 mm
75

d. bB1X = 300 mm
e. hb1X = 600 mm
f. bB1Y = 300 mm
g. hB1Y = 600 mm
h. bkolom = hkolom = 650 mm
i. Qu pelat lantai = 9,111 kN/m2
j. Bentang panjang pelat (Ly) = 3600 mm
k. Bentang pendek pelat (Lx) = 3600 mm
1 1
l. Bentang bersih Ly = Ly - (2 x bB1X) - (2 x bB1X)
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)

= 3300 mm
1 1
m. Bentang bersih Lx = Ly - (2 x bB1Y) - (2 x bB1Y)
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)

= 3300 mm
n. Jenis arah pelat = Ly/Lx
= 3600/3600
=1
Nilai perbandingan Ly dengan Lx kurang dari dua (2) sehingga pelat lantai
tipe 1 tersebut termasuk jenis pelat lantai dua arah.
2. Direct Design Method (DDM) Lantai Tipe 1
a. Analisis pada strip luar
1) bcolumn strip
1 1
x Ly = 4 x 3600
4

= 900 mm
1 1
x Lx = 4 x 3600
4

= 900 mm
1
Nilai bcolumn strip merupakan nilai terkecil yang diambil dari 4 x Ly atau
1
x Lx. Sehingga nilai bcolumn strip yang diambil adalah 900 mm.
4
76

2) bmiddle strip = Ly – (2 x bcolumn strip)


= 3600 – (2 x 900)
= 1800 mm
bkolom
3) bstrip = bmiddle strip + ( )
2
650
= 1800 + ( )
2

= 2125 mm
4) Momen terfaktor
bstrip Lnx 2
Qu x ( )x( )
1000 1000
M0 = 8
2125 3300 2
9,111 x ( )x( )
1000 1000
=
8

= 26,355 kNm
b. Distribusi momen statis total terfaktor
1) Panil eksterior (tepi)
a) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,16
b) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,70
c) M0,𝑣𝑒 + = 0,57
c. Momen terfaktor pada column strip
1) Modulus elastisitas balok
Ecb = 4700 x √f ′ cbalok
= 4700 x √30
= 25742,96 MPa
2) Modulus elastisitas pelat
Ecs = 4700 x √f ′ cpelat

= 4700 x √25
= 23500 MPa
3) Inersia balok
1
Ib = 12 x bB1X x hB1X 3
1
= 12 x 300 x 6003
77

= 5400000000 mm4
4) Inersia pelat
1
Is = 12 x bstrip x hpelat 3
1
= 12 x 2125 x 1253

= 345865885,417 mm4
5) kekakuan (α)
Ecb x Ib
α = Ecs x Ip
25742,96 x 5400000000
= 23500 x 345865885,417

= 17,103
6) Menghitung nilai β
a) Bagian-bagian persegi untuk C1
x1 = hpelat
= 125 mm
y1 = hB1Y - hpelat
= 600 – 125
= 475 mm
x2 = bB1Y
= 300 mm
y2 = hB1Y
= 600 mm
A1 = x1 x y1
= 125 x 475
= 59375 mm2
A2 = x2 x y2
= 300 x 600
= 180000 mm2
x x3 y
C1 =∑ (1 − 0,63 × y) 3

125 1253 x 475 300 3003 x 600


=((1 − 0,63 × ) )+((1 − 0,63 × ) )
475 3 600 3

= 3956975260,417 mm4
78

b) Bagian-bagian persegi untuk C2


x1 = hpelat
= 125 mm
y1 = (hB1Y – hpelat) + bB1Y
= (600 – 125) + 300
= 775 mm
x2 = hB1Y
= 300
y2 = (hB1Y – hpelat)
= (600 – 125)
= 475 mm
A1 = x1 x y1
= 125 x 775
= 96875 mm2
A2 = x2 x y2
= 300 x 475
= 142500 mm2
x x3 y
C2 =∑ (1 − 0,63 × y) 3

125 1253 x 775 300 3003 x 475


=((1 − 0,63 × 775
) 3
)+((1 − 0,63 × 475
) 3
)

= 3027287760,417 mm4
c) Cpakai
Cpakai merupakan nilai maksimum dari C1 dan C2 yaitu
3956975260,417 mm4.
E
d) β = 2 x Ecb x xC I
cs s

25742,96 x 3,957 x 109


= 2 x 23500 x 3,5 x 108

= 6,266
e) FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
f) FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
g) FM0 + = 0,75
79

7) Momen terfaktor pada column strip


a) Panil eksterior (tepi)
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 0,75 x 0,16
= 0,12 M0
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 0,75 x 0,70
= 0,525 M0
M0,𝑣𝑒 + = FM0 + x M0,𝑣𝑒 +
= 0,75 x 0,57
= 0,428 M0
d. Momen terfaktor pada middle strip
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 0,16 – 0,12
= 0,04 M0
2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 0,7 – 0,525
= 0,18 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 0,57 – 0,4275
= 0,143 M0
e. Distribusi momen dari column strip ke balok
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 85% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 85% x 0,12
= 0,102 M0
2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 85% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 85% x 0,525
= 0,446 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = 85% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 85% x 0,428
80

= 0,363 M0
f. Momen sisa pada column strip
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,12
= 0,018 M0
2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,525
= 0,079 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,428
= 0,064 M0
g. Momen desain PL1
1) Column strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,018
= 0,474 kNm
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,079
= 2,075 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
= 26,355 x 0,064
= 1,690 kNm
2) Middle strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,04
= 1,054 kNm
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 26,355 x 0,18
= 4,612 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
81

= 26,355 x 0,143
= 3,756 kNm
Hasil rekapitulasi momen desain pelat lantai 1 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Momen Desain PL1


Column Strip (kNm) Middle Strip (kNm)
𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒆𝒌𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 − 𝐌𝟎,𝒗𝒆 + 𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 − 𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒆𝒌𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 − 𝐌𝟎,𝒗𝒆 + 𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 −
0,474 1,690 2,075 1,054 3,756 4,612

3. Perhitungan Pelat Lantai Tipe 1


a. Data Pelat
1) Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
2) Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
3) Bentang panjang pelat (Ly) = 3,6 m
4) Bentang pendek pelat (Lx) = 3,6 m
Ly
5) Jenis arah pelat = Lx
3,6
= 3,6

=1

Nilai perbandingan Ly dengan Lx kurang dari dua (2) sehingga pelat


atap tipe 1 tersebut termasuk jenis pelat atap dua arah.
b. Perhitungan Momen Desain
1) Qu pelat atap = 9,111 kN/m2
2) Mu tumpuan = M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − Middle Strip
= 4,612 kNm
3) Mu lapangan = M0,𝑣𝑒 + Middle Strip
= 3,756 kNm
4) Dpokok = 10D
5) Dbagi = 8P
6) Pb = 20 mm
82

7) Hpelat = 125 mm
Dpokok
8) ds = Pb + 2
10
= 20 + 2

= 25 mm
9) d = h – ds
= 125 – 25
= 100 mm
10) b = 1000 mm
c. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat lantai Tipe 1
Perhitungan penulangan pada pelat lantai dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan
tulangan susut. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada
perhitungan di bawah ini.
1) Penulangan Daerah Tumpuan
a) Mu = 4,612 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
4,612
=
0,9

= 5,125 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
5,125
= 1000 x 1002

= 0,513 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,513)
= (18,118) x [1-( )]
385
83

= 0,0013
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy

√25
= 4 x 385

= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
4
= 363,636

= 215,984 mm
m) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
4
= 200

= 392,699 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
84

lantai dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai


adalah D10-200.
2) Penulangan Daerah Lapangan
a) Mu = 3,756 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
3,756
= 0,9

= 4,173 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
Mn
e) Rn =
bd2
4,173
= 1000 x 1002

= 0,417 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,417)
= (18,118) x [1-( )]
385

= 0,0011
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy

√25
= 4 x 385

= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
85

j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 100
= 363,636 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
4
= 363,636

= 215,984 mm
m) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4
200

= 392,699 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 392,699 mm2 > 363,636 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
lantai dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai
adalah D10-250.
3) Penulangan Susut
a) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 125
= 250 mm2
As Tulangan x b
b) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 250

= 201,062 mm
c) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
d) As’ =
Spakai
86

1
x π x 82 x 1000
4
= 200

= 251,327 mm2

Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm2 > 250 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai dua arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-200.
Pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah untuk arah y sama dengan
perhitungan arah x. Karena pelat lantai tipe 1 tersebut berbentuk persegi sehingga
penulangannya sama.

4.3 Perhitungan Tulangan Pelat Atap


4.3.1 Perhitungan Tulangan Pelat Atap Satu Arah
Pada perencanaan kali ini, terdapat dua pelat atap yang berjenis pelat satu
arah, yaitu pelat atap tipe 5 dan pelat atap tipe 6. Adapun contoh perhitungan
penulangan pada pelat atap tipe 6 adalah sebagai berikut.
a. Data Pelat
1) Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
2) Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
3) Bentang panjang pelat (Ly) = 7,2 m
4) Bentang pendek pelat (Lx) = 3,0 m
Ly
5) Jenis arah pelat = Lx
7,2
= 3,0

= 2,4

Nilai perbandingan Ly dengan Lx lebih dari dua (2) sehingga pelat atap
tipe 6 tersebut termasuk jenis pelat atap satu arah.
b. Perhitungan Momen Desain
1) Qu pelat atap = 6,657 kN/m2
1
2) Mu tumpuan = 11 x Qu x L2
1
= x 6,657 x 32
11

= 5,446 kNm
87

1
3) Mu lapangan = 16 x Qu x L2
1
= 16 x 6,657 x 32

= 3,744 kNm
4) Dpokok = 10D
5) Dbagi = 8P
6) Pb = 20 mm
7) Hpelat = 110 mm
Dpokok
8) ds = Pb + 2
10
= 20 + 2

= 25 mm
9) d = h – ds
= 110 – 25
= 85 mm
10) b = 1000 mm
c. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat atap Tipe 6
Perhitungan penulangan pada pelat atap dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan tulangan
susut. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada perhitungan di
bawah ini.
1) Penulangan Daerah Tumpuan
a) Mu = 5,446 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
5,446
= 0,9

= 6,052 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
88

Mn
e) Rn = bd2
6,052
= 1000 x 852

= 0,838 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,838)
= (18,118) x [1-( )]
385

= 0,0022
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
h) ρmin2 =
4fy

√25
= 4 x 385

= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 309,091

= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ =
Spakai
89

1
x π x 102 x 1000
4
= 250

= 314,159 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat atap satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-250.
2) Penulangan Daerah Lapangan
a) Mu = 3,744 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
3,744
= 0,9

= 4,161 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
4,161
= 1000 x 852

= 0,576 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,576)
= (18,118) x [1-( 385
)]

= 0,0015
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy

√25
= 4 x 385
90

= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2. Sehingga
nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ sehingga nilai
ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
4
= 309,091

= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
4
= 250

= 314,159 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat atap satu arah
tipe 6 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-250.
3) Penulangan Susut
e) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 110
= 220 mm2
As Tulangan x b
f) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 220

= 228,479 mm
91

g) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
h) As’ = Spakai
1
x π x 82 x 1000
=4 200

= 251,327 mm2

Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm 2 > 220 mm2, maka perhitungan
penulangan pada daerah lapangan pelat atap satu arah tipe 6 sudah OK dan
penulangan yang dipakai adalah P8-200.
4.3.2 Perhitungan Tulangan Pelat Atap Dua Arah
Adapun pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah ini menggunakan
pelat atap tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Data Pelat Lantai Tipe 1
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
b. Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
c. hpelat = 125 mm
d. bB1X = 300 mm
e. hb1X = 600 mm
f. bB1Y = 300 mm
g. hB1Y = 600 mm
h. bkolom = hkolom = 600 mm
i. Qu pelat lantai = 6,657 kN/m2
j. Bentang panjang pelat (Ly) = 3600 mm
k. Bentang pendek pelat (Lx) = 3600 mm
1 1
l. Bentang bersih Ly = Ly - ( x bB1X) - ( x bB1X)
2 2
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)

= 3300 mm
1 1
m. Bentang bersih Lx = Ly - (2 x bB1Y) - (2 x bB1Y)
1 1
= 3600 - (2 x 300) - (2 x 300)

= 3300 mm
92

n. Jenis arah pelat = Ly/Lx


= 3600/3600
=1
Nilai perbandingan Ly dengan Lx kurang dari dua (2) sehingga pelat atap tipe
1 tersebut termasuk jenis pelat lantai dua arah.
2. Direct Design Method (DDM) Lantai Tipe 1
a. Analisis pada strip luar
1) bcolumn strip
1 1
4
x Ly = 4 x 3600

= 900 mm
1 1
x Lx = x 3600
4 4

= 900 mm
1
Nilai bcolumn strip merupakan nilai terkecil yang diambil dari x Ly atau
4
1
x Lx. Sehingga nilai bcolumn strip yang diambil adalah 900 mm.
4

2) bmiddle strip = Ly – (2 x bcolumn strip)


= 3600 – (2 x 900)
= 1800 mm
bkolom
3) bstrip = bmiddle strip + ( 2
)
600
= 1800 + ( )
2

= 2100 mm
4) Momen terfaktor
bstrip Lnx 2
Qu x ( )x( )
1000 1000
M0 = 8
2100 3300 2
6,657 x ( )x( )
1000 1000
= 8

= 19,029 kNm
b. Distribusi momen statis total terfaktor
1) Panil eksterior (tepi)
a) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,16
93

b) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,70
c) M0,𝑣𝑒 + = 0,57
c. Momen terfaktor pada column strip
1) Modulus elastisitas balok
Ecb = 4700 x √f ′ cbalok

= 4700 x √30
= 25742,96 MPa
2) Modulus elastisitas pelat
Ecs = 4700 x √f ′ cpelat

= 4700 x √25
= 23500 MPa
3) Inersia balok
1
Ib = 12 x bB1X x hB1X 3
1
= 12 x 300 x 6003

= 5400000000 mm4
4) Inersia pelat
1
Is = 12 x bstrip x hpelat 3
1
= 12 x 2100 x 1103

= 232925000 mm4
5) kekakuan (α)
Ecb x Ib
α = Ecs x Ip
25742,96 x 5400000000
=
23500 x 232925000

= 25,4
6) Menghitung nilai β
a) Bagian-bagian persegi untuk C1
x1 = hpelat
= 110 mm
y1 = hB1Y - hpelat
94

= 600 – 110
= 490 mm
x2 = bB1Y
= 300 mm
y2 = hB1Y
= 600 mm
A1 = x1 x y1
= 110 x 490
= 53900 mm2
A2 = x2 x y2
= 300 x 600
= 180000 mm2
x x3 y
C1 =∑ (1 − 0,63 × y) 3

110 1103 x 490 300 3003 x 600


=((1 − 0,63 × ) )+((1 − 0,63 × ) )
490 3 600 3

= 3885650566,667 mm4
b) Bagian-bagian persegi untuk C2
x1 = hpelat
= 110 mm
y1 = (hB1Y – hpelat) + bB1Y
= (600 – 110) + 300
= 790 mm
x2 = hB1Y
= 300
y2 = (hB1Y – hpelat)
= (600 – 110)
= 490 mm
A1 = x1 x y1
= 110 x 790
= 86900 mm2
A2 = x2 x y2
95

= 300 x 490
= 147000 mm2
x x3 y
C2 =∑ (1 − 0,63 × y) 3

110 1103 x 790 300 3003 x 490


=((1 − 0,63 × ) )+((1 − 0,63 × ) )
790 3 490 3

= 3028750566,667 mm4
c) Cpakai
Cpakai merupakan nilai maksimum dari C1 dan C2 yaitu
3885650566,667 mm4.
E
d) β = 2 x Ecb x xC I
cs s

25742,96 x 3,886 x 109


=
2 x 23500 x 2,3 x 108

= 9,137
e) FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
f) FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 0,75
g) FM0 + = 0,75
7) Momen terfaktor pada column strip
a) Panil eksterior (tepi)
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = FM0,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 0,75 x 0,16
= 0,12 M0
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = FM0,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 0,75 x 0,70
= 0,525 M0
M0,𝑣𝑒 + = FM0 + x M0,𝑣𝑒 +
= 0,75 x 0,57
= 0,428 M0
d. Momen terfaktor pada middle strip
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 0,16 – 0,12
= 0,04 M0
96

2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝


= 0,7 – 0,525
= 0,18 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = M0,terfaktor - M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 0,57 – 0,4275
= 0,143 M0
e. Distribusi momen dari column strip ke balok
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 85% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 85% x 0,12
= 0,102 M0
2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 85% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 85% x 0,525
= 0,446 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = 85% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 85% x 0,428
= 0,363 M0
f. Momen sisa pada column strip
1) M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,12
= 0,018 M0
2) M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,525
= 0,079 M0
3) M0,𝑣𝑒 + = 15% x M0,𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
= 15% x 0,428
= 0,064 M0
g. Momen desain PL1
1) Column strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,018
97

= 0,343 kNm
M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,079
= 1,499 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
= 19,029 x 0,064
= 1,220 kNm
2) Middle strip
M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,04
= 0,761 kNm

M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = M0 x M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 −
= 19,029 x 0,18
= 3,330 kNm
M0,𝑣𝑒 + = M0 x M0,𝑣𝑒 +
= 19,029 x 0,143
= 2,712 kNm
Hasil rekapitulasi momen desain pelat atap tipe 1 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Momen Desain PA1


Column Strip (kNm) Middle Strip (kNm)
𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒆𝒌𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 − 𝐌𝟎,𝒗𝒆 + 𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 − 𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒆𝒌𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 − 𝐌𝟎,𝒗𝒆 + 𝐌𝟎,𝒗𝒆,𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒓 −
0,343 1,220 1,499 0,761 2,712 3,330

3. Perhitungan Pelat Atap Tipe 1


a. Data Pelat
1) Kuat tekan beton (f’c) = 25 MPa
2) Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
3) Bentang panjang pelat (Ly) = 3,6 m
4) Bentang pendek pelat (Lx) = 3,6 m
98

Ly
5) Jenis arah pelat = Lx
3,6
= 3,6

=1

Nilai perbandingan Ly dengan Lx kurang dari dua (2) sehingga pelat


atap tipe 1 tersebut termasuk jenis pelat atap dua arah.
b. Perhitungan Momen Desain
1) Qu pelat atap = 6,657 kN/m2
2) Mu tumpuan = M0,𝑣𝑒,𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 − Middle Strip
= 3,330 kNm
3) Mu lapangan = M0,𝑣𝑒 + Middle Strip
= 2,712 kNm
4) Dpokok = 10D
5) Dbagi = 8P
6) Pb = 20 mm
7) Hpelat = 110 mm
Dpokok
8) ds = Pb + 2
10
= 20 + 2

= 25 mm
9) d = h – ds
= 110 – 25
= 85 mm
10) b = 1000 mm
c. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat atap Tipe 1
Perhitungan penulangan pada pelat atap dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan
tulangan susut. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada
perhitungan di bawah ini.
1) Penulangan Daerah Tumpuan
a) Mu = 3,330 kNm
99

b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn = Ø
3,330
= 0,9

= 3,700 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
5,125
= 1000 x 852

= 0,512 MPa
1 1−(2m x Rn)
f) ρ = (m) x [1-( )]
fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,512)
= (18,118) x [1-( )]
385

= 0,0013
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy

√25
=
4 x 385

= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
100

= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4 309,091

= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ =
Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4 250

= 314,159 mm2
o) Cek syarat
Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
atap dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai
adalah D10-250.
2) Penulangan Daerah Lapangan
a) Mu = 2,712 kNm
b) Ø = 0,9
Mu
c) Mn =
Ø
2,712
= 0,9

= 3,013 kNm
fy
d) m = 0,85 fc
385
= 0,85 x 25

= 18,118
Mn
e) Rn = bd2
4,173
= 1000 x 852

= 0,417 MPa
101

1 1−(2m x Rn)
f) ρ = ( ) x [1-( )]
m fy
1 1−(2 x 18,118 x 0,417)
= (18,118) x [1-( )]
385

= 0,0011
1,4
g) ρmin1 = fy
1,4
= 385

= 0,0036
√fc
h) ρmin2 = 4fy

√25
= 4 x 385

= 0,0032
i) ρmin pakai
Nilai ρmin pakai merupakan nilai terbesar dari ρmin1 dan ρmin2.
Sehingga nilai ρmin pakai adalah 0,0036.
j) ρpakai
Nilai ρpakai merupakan nilai terbesar dari ρmin pakai dan ρ
sehingga nilai ρpakai adalah 0,0036.
k) As = ρpakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 85
= 309,091 mm2
As Tulangan x b
l) S = As
1
x π x 102 x 1000
=4
309,091

= 254,099 mm
m) Spakai = 250 mm
As Tulangan x b
n) As’ = Spakai
1
x π x 102 x 1000
=4 250

= 314,159 mm2
o) Cek syarat
102

Karena nilai As’ > As yaitu 314,159 mm2 > 309,091 mm2,
maka perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat
atap dua arah tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai
adalah D10-250.
3) Penulangan Susut
a) As susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 110
= 220 mm2
As Tulangan x b
b) S = As
1
x π x 82 x 1000
4
= 220

= 228,479 mm
c) Spakai = 200 mm
As Tulangan x b
d) As’ = Spakai

1
x π x 82 x 1000
=4 200

= 251,327 mm2

Karena nilai As’ > As yaitu 251,327 mm2 > 220 mm2, maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat atap dua arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-200.
Pada perhitungan penulangan pelat atap dua arah untuk arah y sama dengan
perhitungan arah x. Karena pelat atap tipe 1 tersebut berbentuk persegi sehingga
penulangannya sama.
Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi desain pelat.
103

Tabel 4.3 Rekapitulasi Desain Pelat Lantai dan Pelat Atap


Penulangan
Kode Ly Lx Tebal
Pelat (mm) (mm) (mm) Lapangan Arah Lapangan Arah Tumpuan Arah
Tumpuan Arah X Tulangan Susut
X Y Y
PL1 3600 3600 125 D10-200 D10-200 D10-200 D10-200 P8-200
PL2 7200 3600 125 D10-200 D10-200 D10-200 D10-200 P8-200
PL3 3600 2400 125 D10-200 D10-200 D10-200 D10-200 P8-200
PL4 7200 5200 125 D10-200 D10-200 D10-200 D10-200 P8-200
PL5 7200 2000 125 D10-200 D10-200 P8-200
PL6 7200 3000 125 D10-200 D10-200 P8-200
PL7 3200 3000 125 D10-200 D10-200 D10-200 D10-200 P8-200
PA1 3600 3600 110 D10-250 D10-250 D10-250 D10-250 P8-200
PA2 7200 3600 110 D10-250 D10-250 D10-250 D10-250 P8-200
PA3 3600 2400 110 D10-250 D10-250 D10-250 D10-250 P8-200
PA4 7200 5200 110 D10-250 D10-250 D10-250 D10-250 P8-200
PA5 7200 2000 110 D10-250 D10-250 P8-200
PA6 7200 3000 110 D10-250 D10-250 P8-200
104

4.4 Desain Tulangan Tangga


Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain pada konstruksi bangunan.
Tangga dapat didesain secara arsitektural dan struktural yang disesuaikan dengan
kondisi lahan, sisi estetika, kekuatan, dan biaya.
Berikut ini merupakan data untuk perhitungan tangga dan bordes.
1. Kuat tekan beton pelat (f’cpelat) = 25 MPa
2. Kuat tekan beton balok-kolom (f’cbalok-kolom) = 30 MPa
3. Kuat tarik baja (fy) = 385 MPa
4. Panjang tangga (Ltangga) = 4000 mm
5. Lebar tangga (Btangga) = 3000 mm
6. Panjang anak tangga (Lanak tangga) = 2750 mm
7. Panjang bordes (Lbordes) = Ltangga - Lanak tangga
= 4000 – 2750
= 1250 mm
8. Tinggi tingkat (H) = 3500 mm
9. Optrede = 170 mm
10. Antrede = 270 mm
Ltangga
11. hmin = 0,85 x
20
4000
= 0,85 x 20

= 170 mm
12. h = 170 mm
H/2
13. Sudut kemiringan tangga (α) = Arctan (L )
anak tangga

4000/2
= Arctan ( )
2750

= 32,471°
14. Dtul.pokok tangga = 12 mm
15. Dsusut = 8 mm
16. Pbtangga = 20 mm
17. Dtul.pokok balok = 16 mm
105

18. Dsengkang = 10 mm
19. Pbbalok = 40 mm
20. bBB = 300 mm
21. hBB = 550 mm
22. Berat jenis beton (γbeton) = 23,544 kN/m3
23. Berat jenis plester (γplester) = 21,582 kN/m3
4.4.1 Pembebanan Pelat

Berikut merupakan perhitungan pembebanan pada pelat tangga dan pelat


bordes.
1. Pembebanan pelat tangga
Optrede
a. Berat anak tangga (QD, anak tangga) = x 0,5 x γbeton
1000
170
= 1000 x 0,5 x 23,544

= 2,001 kN/m2
h
x γbeton
b. Berat pelat tangga (QD, pelat tangga) = 1000cos α
170
x 23,544
1000
= cos 32,471°

= 4,744 kN/m2
hkeramik
c. Berat keramik (QD, keramik) = 1000
x 9,81
120
= 1000 x 9,81

= 1,177 kN/m2
hplester
x γplester
1000
d. Berat plester (QD, plester) =
cos α
200
x 21,582
1000
= cos 32,471°

= 0,512 kN/m2
e. Beban mati tangga (QD) = QD, anak tangga + QD, pelat tangga
+ QD, keramik + QD, plester
= 2,001 + 4,744 + 1,177 + 0,512
= 8,434 kN/m2
f. Beban hidup tangga (QL) = 0,3 x 9,81
106

= 2,943 kN/m2
(1,2 QD + 1,6 QL )x Btangga
g. Beban Ultimate = 2
(1,2 x 8,434+ 1,6 x 2,943)x 3
= 2

= 22,245 kN/m
2. Pembebanan pelat bordes
h
a. Berat pelat tangga (QD, pelat bordes) = 1000 x γbeton
170
= x 23,544
1000

= 4,002 kN/m2
hkeramik
b. Berat keramik (QD, keramik) = x 9,81
1000
120
= 1000 x 9,81

= 1,177 kN/m2
hplester
c. Berat plester (QD, plester) = x γplester
1000
200
= 1000 x 21,582

= 0,432 kN/m2
d. Beban mati tangga (QD) = QD, pelat tangga + QD, keramik + QD, plester
= 4,002 + 1,177 + 0,432
= 5,611 kN/m2
e. Beban hidup tangga (QL) = 0,3 x 9,81
= 2,943 kN/m2
(1,2 QD + 1,6 QL )x Btangga
f. Beban Ultimate =
2
(1,2 x 5,611+ 1,6 x 2,943)x 3
=
2

= 17,164 kN/m
4.4.2 Perhitungan Penulangan Pelat

1. Perhitungan penulangan pelat tangga


Perhitungan penulangan pada pelat tangga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
penulangan lentur, penulangan geser, dan penulangan susut. Adapun langkah-
langkah perhitungan dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
107

a. Shear force
RA = (Qu tangga x L a.tangga x (0,5 x L a.tangga+ L bordes))+(Qu bordes x L bordes x (0,5 x L bordes))
(L a.tangga+L bordes)

(22,245 x 2,75 x (0,5 x 2,75+ 1,25))+( 17,164 x 1,25 x (0,5 x 1,25))


= (2,75+1,25)

= 43,497 kN
RB = (Qu tangga x L a.tangga x (0,5 x L a.tangga))+(Qu bordes x L bordes x (0,5 x L bordes+L a.tangga))
(L a.tangga+L bordes)

(22,245 x 2,75 x (0,5 x 2,75))+( 17,164 x 1,25 x (0,5 x 1,25+2,75))


= (2,75+1,25)

= 39,131 kN
Vu,max diambil nilai terbesar antara RA dan RB
Vu,max = 43,497 kN
Dtul.pokok tangga
d = h – Pbtangga – ( 2
)
12
= 170 – 20 – ( )
2

= 144 mm
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √𝑓𝑐 ′ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑥 (𝐵 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥 )𝑥𝑑
ϕVc = 6 2
1000
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √25 𝑥 (3 𝑥 ) 𝑥 144
6 2
= 1000

= 135 kN
ϕVc … Vu,max
Jika ϕVc > Vu,max , maka tidak memerlukan tulangan geser
Jika ϕVc < Vu,max , maka memerlukan tulangan geser
ϕVc … Vu,max
135 kN > 43,497 kN
(Maka tidak perlu tulangan geser)
b. Bending moment
Mmax = 41,8229 kNm (dari analisis SAP200)
c. Tulangan lentur tangga
′ 6
ρ = (0,85 𝑥 𝑓𝑦
𝑓𝑐 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
) 𝑥 (1 − √1 − (
(2 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 𝑥 10 )
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑥 0,9 𝑥 (𝐵𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥
1000
) 𝑥 𝑑2
))
2

6
= (0,85385𝑥 25) 𝑥 (1 − √1 − (0,85 𝑥 25(2 𝑥𝑥 0,9
41,8229 𝑥 10 )
𝑥 (3 𝑥
1000
) 𝑥 1442
))
2
108

= 0,0040
1000
As = ρ x ( Btangga x 2
)xd
1000
= 0,004 x ( 3 x ) x 144
2

= 869,940764 mm²
As
N = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙.𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎²
869,940764
= 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 12²

= 7,692
≈8
d. Tulangan susut tangga
As,susut = 0,002 x 1000 x h
= 0,002 x 1000 x 170
= 340 mm²
1000
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 2 𝑥 (𝐵𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥 )
2
Ssusut = 𝐴𝑠,𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡
1000
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 82 𝑥 (3 𝑥 )
2
= 340

= 221,75948 mm
≈ 200 mm
2. Perhitungan penulangan pelat bordes
Perhitungan penulangan pada pelat bordes dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penulangan lentur dan penulangan geser. Adapun langkah-langkah
perhitungan dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
Dimensi balok bordes :
B = 300 mm
H = 550 mm
a. Pembebanan
𝑅𝐵
WD,pelat bordes = 𝐵𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
⁄2

39,131
= 3⁄
2

= 26,087 kN/m
109

𝐵 𝐻
WD,balok bordes = 1,2 x 1000 𝑥 x 2,4 x 9,81
1000
300 550
= 1,2 x 1000 𝑥 x 2,4 x 9,81
1000

= 4,662 kN/m
𝐵2𝑌 𝐻 650
WD,dinding = 1,2 𝑥 (ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 − ( 1000 )) 𝑥 0,15 𝑥 (
1000
) 𝑥 9,81

500 650
= 1,2 𝑥 (3,5 − (1000)) 𝑥 0,15 𝑥 (1000) 𝑥 9,81

= 3,443 kN/m
Wu = WD,pelat bordes + WD,balok bordes + WD,dinding
= 26,087 kN/m + 4,662 kN/m + 3,443 kN/m
= 34,192 kN/m
𝐷𝑡𝑢𝑙.𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
d = H – (Pbbalok + Dsengkang + )
2
16
= 550 – (40 + 10 + )
2

= 492 mm
b. Bending Moment (tulangan lentur)
1
Mu,max = 8 x Wu x Btangga²
1
= 8 x 34,192 x 3²

= 38,466 kNm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 (2 𝑥 𝑀𝑢,𝑚𝑎𝑥 𝑥 106 )
ρ =( 𝑓𝑦
) 𝑥 (1 − √1 − (
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑥 0,9 𝑥 𝐵 𝑥 𝑑 2
))

0,85 𝑥 30 (2 𝑥 38,466 𝑥 106 )


=( ) 𝑥 (1 − √1 − ( ))
385 0,85 𝑥 39 𝑥 0,9 𝑥 300 𝑥 𝑑 2

= 0,0015
As =ρxBxd
= 0,0015 x 300 x 492
= 228,302232 mm²
As
N = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙.𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘²
228,302232
= 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 16²

= 1,135
≈2
110

c. Shear Force
Vu,max = 0,5 x Wu x Btangga
= 0,5 x 34,192 x 3
= 51,288 kN
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑥 (𝐵 𝑥 )𝑥𝑑
ϕVc = 6 2
1000
1 1000
(0,75 𝑥 𝑥 √30 𝑥 (300 𝑥 ) 𝑥 492
6 2
= 1000

= 101,055 kN
ϕVs = Vu,max – ϕVc
= 51,288 – 101,055
= - 49,767 kN
ϕVs
Vs = 0,75
− 49,767
= 0,75

= - 66,356 kN
𝑉𝑠 𝑥 1000
Av/S = 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
− 66,356 𝑥 1000
= 385 𝑥 492

= - 0,3503 mm²/mm
0,35 𝑥 𝐵
Av,min/S = 𝑓𝑦
0,35 𝑥 300
= 385

= 0,2727 mm²/mm
Av/S pakai = 0,2727 mm²/mm
2 𝑥 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔²
S = Av/S

2 𝑥 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 10²
= 0,2727

= 575,959 mm
Smax
111

Jika Vs ≤ 0,33 x √f′cbalok x bBB x d, maka diambil nilai minimum antara


d
dan 600.
2

Jika Vs > 0,33 x √f′cbalok x bBB x d, maka diambil nilai minimum antara
d
dan 300.
4

Karena nilai Vs ≤ 0,33 x √𝑓′𝑐𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 x bBB x d, maka


d 492
=
2 2

= 246 mm
Oleh karena itu nilai Smax adalah 246 mm.
S = 200 mm
4.4.3 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan

Berikut merupakan rekapitulasi kebutuhan tulangan dari hasil perhitungan


tulangan lentur tangga, tulangan geser tangga, tulangan susut tangga, tulangan
lentur balok bordes, dan tulangan geser balok bordes.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan


Tulangan Kebutuhan
Tul. Lentur Tangga 8P12
Tul. Geser Tangga -
Tul. Susut Tangga P8-200
Tul. Lentur Balok Bordes 2D16
Tul. Geser Balok Bordes P10-200
112

BAB V
REKAP GAYA DALAM BALOK DAN REDISTRIBUSI
MOMEN

5.1 Prinsip Desain Balok Induk Tulangan Rangkap


Untuk dapat melakukan proses desain secara baik, maka perlu dirumuskan
prinsip-prinsip yang dipakai. Prinsip-prinsip desain tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tulangan rangkap didekomposisi menjadi tulangan sebelah dan tulangan
kembar.
2. Dekomposisi dilakukan dengan mengatur nilai R sedemikian rupa sehingga
jumlah dan komposisi tulangan mampu mengerahkan kekuatan yang
diperlukan momen negatif dan momen positif.
3. Desain dilakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi kekuatan yang
diharapkan tetapi dicapai seekomis mungkin.

5.2 Redistribusi Momen


5.2.1 Umum

Desain balok tulangan rangkap dimaksudkan untuk menentukan ukuran


balok, jumlah, komposisi dan penempatan tulangan sedemikian rupa sehingga
mampu menyediakan kekuatan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan
kekuatan. Mengingat pada beban gempa arah beban dapat bolak-balik maka
komposisi tulangan untuk menahan momen negatif dan momen positif harus diatur
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan SKSNI-1991 Pasal 3. 14. 3. 2. (2)
yaitu:
“Kuat momen positif di sisi muka kolom tidak boleh kurang dari ½ kuat
momen negatif pada tempat yang sama.”
Ketentuan tersebut adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan daktilitas,
yang salah satunya adalah potongan akan tinggi apabila kandungan tulangan desak
cukup besar. Namun terkadang, hasil analisis struktur seperti dari software
SAP2000 menghasilkan momen positif yang tidak mencapai nilai minimal 50%
113

dari momen negatif sebagaimana yang disyaratkan oleh SNI. Misalnya nilai M-
sebesar 100 tm, sedangkan nilai M+ -nya sebesar 40 tm.
Untuk itu, redistribusi momen boleh dilakukan, karena, kebutuhan momen
negatif tumpuan sangat besar, sedangkan kebutuhan momen positif lapangan kecil,
sehingga akan tidak efisien jika menggunakan momen tersebut untuk desain, selain
itu juga untuk memuaskan kebutuhan SNI tehadap momen positif tumpuan.Untuk
membatasi penurunan kekuatan yang terlalu banyak akibat redistribusi momen,
maka (SNI 03-2847-2002, pasal 10.4.1) membatasi nilai redistribusi momen
𝜌−𝜌 ′
sebesar 1-( 𝜌𝑏
) x 20%.

dengan:
𝜌 = rasio tulangan tarik balok
𝜌′ = rasio tulangan desak balok
𝜌𝑏 = rasio tulangan pada kondisi balance
Pada kondisi ini, balok belum dan akan didesain, sehingga belum diketahui
ratio tulangan balok, maka perlu diambil asumsi awal terhadap rasio tulangan balok.
SNI mensyaratkan tulangan tarik harus bersifat under reinfored, yaitu dengan
menggunakan rasio, ρ = 0,75 ρb. Akan tetapi, umumnya didalam perencanaan
dipakai ρ = 0,50 ρb. Selain itu SNI mensyaratkan M+ ≥ 50 % M- yang mana dapat
dianggap ρ’ = 0,50 ρ yaitu ρ’ = 0,50 . (0,50 ρb) = 0,25 ρb.
5.2.2 Rekapitulasi Momen Balok

Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi momen balok dan gaya geser dari
pemodelan SAP2000 yang telah dibuat.
114

Tabel 5.1 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser Balok dari SAP2000
Kode Balok Lantai Tumpuan (kNm) Lapangan (kNm) Vg (kN)
M- M+ M- M+ Ujung Tengah
B1X 1-5 386,4374 92,7136 66,312 185,0341 124,775 68,173
6-9 467,2877 362,9415 4,1758 52,1829 98,324 98,324
B1Y 1-5 398,9018 98,1159 72,1546 185,8035 125,091 68,489
6-9 410,5222 102,8779 77,4219 192,0389 127,19 70,588
B2X 1-5 240,1048 224,802 115,2055 117,2485 16,997 7,564
6-9 241,9648 226,4736 99,4543 118,2258 17,918 8,484
B2Y 1-5 220,1635 205,0737 105,3945 107,2246 19,151 9,717
6-9 220,2273 206,2175 106,2365 106,9865 20,454 11,02
BA1X 1-9 108,7335 55,8948 47,75 4,453
BA1Y 1-9 121,4417 66,2474 59,878 2,062
BA2X 1-9 64,2227 26,7885 63,509 1,03
BA2Y 1-9 55,966 24,8089 29,99 10,876
BB 1-9 257,6366 119,0593 59,359 7,101
115

5.2.3 Perhitungan Distribusi Momen

Dalam merencanakan tulangan lentur, terdapat beberapa persyaratan yang


harus dipenuhi antara lain sebagai berikut.
1. Pada bagian joint, momen nominal positif > 50% momen nominal negatif.
2. Momen nominal sepanjang balok >25% momen nominal maksimum di ujung
balok.
Adapun contoh perhitungan redistribusi momen pada balok induk 1 arah x
(B1X) adalah sebagai berikut.
1. Daerah Tumpuan
a. M+ = 92,714 kNm
b. M- = 386,437 kNm
2. Daerah Lapangan
a. M+ = 185,034 kNm
b. M- = 66,312 kNm
3. Total Momen
∑M = M+ + M-
= 92,714 + 386,437
= 479,151 kNm
4. 50% M-
50% M- = 50% x 386,437
=185,034 kNm
Dari data di atas diperoleh M+ pada tumpuan sebesar 92,714 KNm dan 50%
M- sebesar 185,034 KNm, sehingga M+ < 50% M-, maka dapat disimpulkan
bahwa balok perlu redistribusi momen.
5. % Redis Trial = 15%
6. Momen Redistribusi = %Redis Trial x M-
= 15% x 386,437
= 57,966 kNm
7. M- Setelah Redistribusi = M- - Momen Redistribusi
= 386,437 – 57,966
= 328,472 kNm
116

8. M+ Setelah Redistribusi = M+ + Momen Redistribusi


= 92,714 + 57,966
= 150,679
9. ∑M Redistribusi = M- Redistribusi + M+ Redistribusi
= 328,472 + 150,679
= 479,151
Apabila ∑M Redistribusi = ∑M sebelum Redistribusi, maka syarat ∑M
adalah Ok.
10. 50% M- = 50% x 328,472
= 164,236 kNm
Nilai M+ Setelah Redistribusi < 50% M- sehingga cek syarat adalah Tidak
Ok.
11. M- Desain Tumpuan = M- Setelah Redistribusi
= 328,472 kNm
12. M+ Desain Tumpuan
M+ Desain Tumpuan bergantung pada hasil cek syarat, apabila hasil
menunjukkan Ok, maka M+ Desain menggunakan M+ Redistribusi, apabila
M− Desain Tumpuan
tidak memenuhi syarat, maka menggunakan rumus . Dari
2

cek syarat tersebut maka memenuhi, sehingga M+ Desain sebesar 164,236


kNm.
13. 25% Mmaks = 25% x M- Desain Tumpuan
= 25% x 328,472
= 82,118 kNm
14. Apabila M- Desain Lapangan menunjukan bahwa M+ Lapangan kurang dari
sama dengan 25% Mmaks maka digunakan M- Desain Lapangan = 25%
Mmaks, sehingga M- Desain Lapangan adalah senilai 66,312 KNm.
15. Sama halnya dengan M- Desain, maka untuk M+ Desain Tumpuan diperoleh
nilai sebesar 164,236 kNm. Sedangkan untuk M+ Desain Lapangan diperoleh
nilai sebesar 185,034 kNm.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi yang diperoleh dari perhitungan
redistribusi momen yang telah dihitung.
117

Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Redistribusi Momen Balok Tumpuan


Kode Lantai M- M+ % M- M+
Balok Trial Desain Desain
(kNm) (kNm)
B1X 1-5 386,4374 92,7136 15% 328,472 164,236
6-9 467,2877 362,9415 0% 467,288 362,942
B1Y 1-5 398,9018 98,1159 15% 339,067 169,533
6-9 410,5222 102,8779 15% 348,944 174,472
B2X 1-5 240,1048 224,802 0% 240,105 224,802
6-9 241,9648 226,4736 0% 241,965 226,474
B2Y 1-5 220,1635 205,0737 0% 220,164 205,074
6-9 220,2273 206,2175 0% 220,227 206,218

Tabel 5.3 Rekapitulasi Hasil Redistribusi Momen Balok Lapangan


Kode Lantai M- M+ % M- M+
Balok Trial Desain Desain
(kNm) (kNm)
B1X 1-5 66,312 185,0341 15% 82,118 185,034
6-9 4,1758 52,1829 0% 116,822 116,822
B1Y 1-5 72,1546 185,8035 15% 84,767 185,804
6-9 77,4219 192,0389 15% 87,236 192,039
B2X 1-5 115,2055 117,2485 0% 115,206 117,249
6-9 99,4543 118,2258 0% 99,454 118,226
B2Y 1-5 105,3945 107,2246 0% 105,395 107,225
6-9 106,2365 106,9865 0% 106,237 106,987
118

BAB VI
DESAIN TULANGAN LENTUR DAN SUSUT BALOK

6.1 Desain Tulangan Lentur Balok


Pada perhitungan kali ini, kami menggunakan B1X lantai 1-5 sebagai
contoh perhitungan. Adapun untuk perhitungan balok lainnya sama, hanya berbeda
pada nilai momen, penentuan dimensi, dan penggunaan jumlah tulangan yang
dipakai. Dan momen yang dipakai pada perhitungan desain lentur sendiri
merupakan hasil redistribusi dan desian momen.
6.1.1 Desain Tulangan Lentur Daerah Tumpuan
Diketahui data – data sebagai berikut.
Fy = 420 Mpa
F’c = 30 Mpa
Mu + = 164,236 kNm
Mu - = 328,472 kNm
Es = 200000
εc = 0,003
Φ = 0,9
∅Pokok = 19 mm
∅Sengkang = 13 mm
Penutup Beton = 40 mm
Jarak Vertikal Tulangan = 25 mm
Overstrength Factor =1,25
Karena yang akan dihitung adalah balok pada daerah tumpuan maka yang
ditinjau adalah momen negatif.
1. Estimasi Dimensi Balok
Penentuan dimensi balok dilakukan dengan perhitungan – perhitungan di
bawah ini.
119

𝑀𝑢
Mn = Φ
328,472
= 0,9

= 364,969 kNm
𝐹𝑦
εy = Es
420
= 200000

= 0,0021
𝐹𝑦
m = 0,85xF′c
420
= 0,85x30

= 16,471
𝐹′𝑐−28
𝛃1 = 0,85 – ( 𝑥 0,05)
7
30−28
= 0,85 – ( 𝑥 0,05)
7

= 0,836
β1 εc
⍴b = 𝑥 εc+εy
m
0,836 0,003
= 16,471 𝑥 0,003+0,0021

= 0,030
Rb = ⍴b x Fy x (1– (0,5 x ⍴b x m))
= 0,030 x 420 x (1– (0,5 x 0,030 x 16,471))
= 9,454 Mpa
Rm = 0,75 x Rb
= 0,75 x 9,454
= 7,091 Mpa
3 𝑀𝑛
Bperlu = √4 𝑥 𝑅𝑚

3 364,969
= √4 𝑥 7,091

= 234,333 mm
Hperlu = 2𝐵
= 2 x 234,333
120

= 468,665 mm
Adapun untuk syarat b dan h pakai adalah harus lebih besar dari B dan H
perlu. Maka diambil dimensi untuk Balok Induk Interior Lantai 1-5 adalah
sebagai berikut.
Bpakai = 300 mm
Hpakai = 550 mm
2. Komponen Tulangan Sebelah
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan tulangan sebelah.
Adapun kebutuhan tulangan sebelah dapat diketahui melalui perhitungan -
perhitungan berikut ini.
a. Cek syarat Mu +
Pada B1X Lantai 1-5 diketahui bahwasannya nilai momen negatif dan
positif sebagai berikut.
Mu - = 328,472 kNm
50%Mu- = 50% x 328,472
= 164,236 kNm
Mu + = 164,236 kNm
Maka dapat disimpulkan bahwa Mu+ ≥ 50% Mu- dan sudah memenuhi
persyaratan SPRMK pada daerah tumpuan dan diambil nilai c sebesar
0,2.
b. Kontrol Tegangan Baja
c pakai = 0,2
R1 = c x Rb
= 0,2 x 9,454
= 1,891
M1 = R1 x Bpakai x Hpakai2
= 1,891 x 300 x 550
= 171598390,6 Nmm
ds asumsi = Pb + ∅Sengkang + ∅Pokok + (0,5 x Jarak Vertikal Tul.)
= 40 + 13 + 19 + (0,5 x 25)
= 84,5 mm
121

d = H – ds
= 550 – 84,5
= 465,5 mm
Selanjutnya adalah mencari nilai a dengan persamaan dibawah ini.
Mn = Cc x (d – (0,5 x a))
Mn = 0,85 x F’c x a x B x (d – (0,5 x a))
171598390,6 = 0,85 x 30 x a x 300 x (465,5 – (0,5 x a))
171598390,6 = 3561075a + (–3825a2)
3825a2 – 3561075a + 171598390,6 =0
Maka dengan persamaan kuadrat rumus abc kita dapat menari nilai a.
−𝑏 + √𝑏 2 −4𝑎𝑐
a1 = 2𝑎

−(−3561075𝑎) + √(−3561075𝑎)2 − 4 𝑥 3825 𝑥 171598390,6


=
2 𝑥 3825

= 50,979 mm
−𝑏 − √𝑏 2 −4𝑎𝑐
a2 = 2𝑎

−(−3561075𝑎) − √(−3561075𝑎)2 − 4 𝑥 3825 𝑥 171598390,6


= 2 𝑥 3825

= 880,021 mm
Dari dua perhitungan di atas didapat nilai a pakai sebesar 52,069 mm.
a pakai = 50,979 mm
𝑎
c = β1
50,979
= 0,836

= 61 mm
Cek syarat regangan baja desak
𝑑−𝑐
εs = 𝑥 0,003
c
465,5 − 61
= 𝑥 0,003
61

= 0,0199
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Fs = εs x Es
122

= 0,0199 x 200000
= 3978,679 Mpa
Tegangan baja yang dipakai adalah 420 Mpa atau sama dengan nilai Fy
dikarenakan baja tarik sudah leleh. Selanjutnya untuk mengetahui
jumlah tulangan dapat menggunakan perhitungan di bawah ini.
Ts = cc
Ts = 0,85 x F’c x a x B
As x Fy = 0,85 x F’c x a x B
0,85 x F’c x a x B
As perlu = Fy
0,85 x 30 x 50,979 x 300
As perlu = 420

As perlu = 928,540 mm2


1
A1 Tul. = 4 × 𝜋 × ∅Pokok2
1
= 4 × 𝜋 × 192

= 283,529 mm2
Jumlah Tul. Perlu
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙.
928,540
= 283,529

= 3,275 buah ≈ 4 buah (dibulatkan ke atas)


As baru = n x A1 Tul.
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
Ts baru = As baru x Fy
= 1134,115 x 420
= 476328,278 Mpa
Ts = 0,85 x F’c x a x B
𝑇𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
a baru = 0,85 𝑥 𝐹′𝑐 𝑥 𝐵
476328,278
= 0,85 𝑥 30 𝑥 300

= 62,265 mm
123

𝑎
c baru = β1
62,265
= 0,836

= 74,505 mm
𝑑−𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑢
εs baru = 𝑥 0,003
c baru
465,5−74,505
= 𝑥 0,003
74,505

= 0,0157 > εy (OK baja tarik sudah leleh)


Mn1 = cc x (d – (0,5 x a))
= 0,85 x f’c x a x B x (d – (0,5 x a))
= 0,85 x 30 x 62,265 x 300 x (465,5 – (0,5 x 62,265))
= 206901491,3 Nmm
3. Komponen Tulangan Rangkap
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan tulangan rangkap.
Adapun kebutuhan tulangan rangkap dapat diketahui melalui perhitungan –
perhitungan berikut.
Mn2 = Mn – Mn1
= (364,969 x 106) – 206901491,3
= 158067164,2 Nmm
ds’ asumsi = Pb + ∅Sengkang + 0,5 x ∅Pokok
= 40 + 13 + 0,5 x 19
= 62,5 mm
d = h – ds’
= 550 – 62,5
= 465,5 mm
Mn2 = cc x (d – ds’)
𝑀𝑛2
As’ x Fy = 𝑑 − 𝑑𝑠′
𝑀𝑛2

As’ perlu = 𝑑 − 𝑑𝑠′


𝐹𝑦
158067164,2
465,5 − 62,5
=
420

= 933,872 mm2
124

1
A1 Tul. = 4 × 𝜋 × ∅Pokok 2
1
= 4 × 𝜋 × 192

= 283,529 mm2
𝐴𝑠′ 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah Tul. = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙.
933,872
= 283,529

= 3,293 buah ≈ 4 buah (dibulatkan ke atas)


Jadi untuk jumlah tulangan sebelah adalah 4 buah dan jumlah tulangan
rangkap adalah 4 buah.
4. Cek Momen Nominal Negatif
Untuk mengecek nilai momen negatif sendiri perlu dilakukan beberapa
langkah perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
Konfigurasi tulangan yang dipakai
a. Atas (tarik) = komponen tulangan sebelah + rangkap
=4+4
= 8 buah
b. Bawah (tekan) = Komponen tulangan rangkap
= 4 buah
Lalu selanjutnya menentukan titik berat tulangan tarik atau ds
Konfigurasi Tulangan Tarik.
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jumlah pada baris 2 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 62,5 + 44
= 106,5 mm
125

As1 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1 tulangan


1
= 4 x 4 x 𝜋 x192

= 1134,115 mm2
As2 = jumlah tulangan pada baris 2 x A1 tulangan
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192

= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As2. x2 = 1134,115 x 106,5
= 120783,242 mm3
As1.x1+ As2.x2
ds =
As1+As2
70882,184+ 120783,242
= 1134,115 + 1134,115

= 84,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S = n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1

= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Selanjutnya menentukan titik berat tulangan tekan atau ds’
Konfigurasi Tulangan Tarik
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
As1 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1 tulangan
126

1
= 4 x 4 x 𝜋 x192

= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As1.x1
ds’ = As1
70882,184
= 1134,115

= 62,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S = n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1

= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Setelah itu melakukan perhitungan untuk momen nominal negatif (Mn -)
ds = 84,5 mm
ds’ = 62,5 mm
d = h – ds
= 550 – 84,5
= 465,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 8 x 283,529
= 2268,23 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
c−ds′
As x fy = (0,85 x f’c x c x β1 x bpakai) + (As’ x (εc x x Es)
c
127

c−62,5
2268,23 x 420 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (1134,11 x (0,003 x c

x 200000)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 105,581 mm.
c = 105,581 mm
a = c x β1
= 105,581 x 0,836
= 88,235 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
105,581−62,5
= (0,003 x x 200000)
105,581

= 244,822 MPa
Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 88,235 x 300
= 675000,573 N
Cs = As’ x Fs
= 1134,115 x 244,822
= 277655,984 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 465,5 - (0,5 x 88,235)
= 421,382 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 465,5 – 62,5
= 403 mm
Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
= 675000,573 x 421,382 + 277655,984 x 403
= 396328665,674 Nmm = 39632,867 kNm
Cek syarat regangan baja desak
d−c
εs = x 0,003
c
128

465,5 − 105,581
= 𝑥 0,003
105,581

= 0,0102
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = – εc
c
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
105,581

= 0,0109
𝜀t = 0.0109 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅Mn = ∅ x Mn
= 0,9 x 396328665,674
= 356695799,106 Nmm = 356,696 KNm
∅Mn > Mu-
356,696 KNm > 328,472 KNm (OK)
5. Cek Momen Kapasitas Negatif
Untuk mengecek nilai momen kapasitas negatif sendiri perlu dilakukan
beberapa langkah perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
ds = 84,5 mm
ds’ = 62,5 mm
d = h – ds
= 550 – 84,5
= 465,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 8 x 283,529
= 2268,23 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
129

c−ds′
As x fy x Ω = (0,85 x f’c x c x β1 x bpakai) + (As’ x (εc x x Es)
c

2268,23 x 420 x 1,25 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (1134,11 x (0,003


c−62,5
x x 200000)
c

Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 130,717 mm.
c = 130,717 mm
a = c x β1
= 130,717 x 0,836
= 109,242 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
130,717−62,5
= (0,003 x x 200000)
130,717

= 313,122 MPa
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 109,242 x 300
= 835704,689 N
Cs = As’ x Fs
= 1134,115 x 313,122
= 355116,007 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 465,5 - (0,5 x 109,242)
= 410,879 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 465,5 – 62,5
= 403 mm
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
= 835704,689 x 410,879 + 355116,007 x 403
= 486485072,378 Nmm = 486,485 kNm
Cek syarat regangan baja desak
130

d−c
εs = x 0,003
c
465,5 − 130,717
= 𝑥 0,003
130,717

= 0,00768
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = – εc
c
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
130,717

= 0,00819
𝜀t = 0.00819 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅MKap = ∅ x Mkap
= 0,9 x 486485072,378
= 437836565,140 Nmm = 437,837 KNm
6. Cek Momen Nominal Positif
Untuk mengecek nilai momen negatif sendiri perlu dilakukan beberapa
langkah perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
Konfigurasi tulangan yang dipakai
a. Atas (tarik) = komponen tulangan sebelah + rangkap
=4+4
= 8 buah
b. Bawah (tekan) = Komponen tulangan rangkap
= 4 buah
Lalu selanjutnya menentukan titik berat tulangan tarik atau ds
Konfigurasi Tulangan Tarik
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
131

= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
As1 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1 tulangan
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192

= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As1.x1
ds = As1
70882,184
= 1134,115

= 62,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S =
n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1

= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Selanjutnya menentukan titik berat tulangan tekan atau ds’
Konfigurasi Tulangan Tarik.
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jumlah pada baris 2 = 4 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ØPokok
= 25 + 19
= 44 mm
x1 = Pb + ØSengkang + (0,5 x ØPokok)
= 40 + 13 + (0,5 x 19)
= 62,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 62,5 + 44
= 106,5 mm
132

As1 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1 tulangan


1
= 4 x 4 x 𝜋 x192

= 1134,115 mm2
As2 = jumlah tulangan pada baris 2 x A1 tulangan
1
= 4 x 4 x 𝜋 x192

= 1134,115 mm2
As1. x1 = 1134,1149 x 62,5
= 70882,184 mm3
As2. x2 = 1134,115 x 106,5
= 120783,242 mm3
As1.x1+ As2.x2
ds =
As1+As2
70882,184+ 120783,242
= 1134,115 + 1134,115

= 84,5 mm
Cek Jarak Tulangan Horizontal
bpakai −(2 x Pb)−(2 x ∅Sengkang )−(n x ∅Pokok )
S = n−1
300 −(2 x 40)−(2 x 40)−(4 x 19)
= 4−1

= 39,333 mm
Karena pada jarak tulangan horizontal melebihi 25 mm sehingga Sudah
OK.
Setelah itu melakukan perhitungan untuk momen nominal positif (Mn +)
ds = 62,5 mm
ds’ = 84,5 mm
d = h – ds
= 550 – 62,5
= 487,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
133

= 8 x 283,529
= 2268,23 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
c−ds′
As x fy = (0,85 x f’c x c x β1 x bpakai) + (As’ x (εc x x Es)
c
c−62,5
1134,12 x 420 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (2268,23x (0,003 x c

x 200000)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 81,727 mm.
c = 81,727 mm
a = c x β1
= 81,727 x 0,836
= 68,301 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
81,727−84,5
= (0,003 x x 200000)
81,727

= -20,356 MPa
Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x B
= 0,85 x 30 x 68,301 x 300
= 522500,0453 N
Cs = As’ x Fs
= 2268,23 x -20,356
= -46171,767 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 487,5 - (0,5 x 68,301)
= 453,350 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 487,5 – 84,5
= 403 mm
134

Mn = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)


= 522500,0453 x 453,350 + (-46171,767) x 403
= 218268001,1 Nmm = 218,268 kNm
Cek syarat regangan baja desak
d−c
εs = x 0,003
c
487,5 − 81,727
= 𝑥 0,003
81,727

= 0,0149
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = c
– εc
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
81,727

= 0,0149
𝜀t = 0.0149 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅Mn = ∅ x Mn
= 0,9 x 218268001,1
= 196441200,965 Nmm = 196,441 KNm
∅Mn > Mu-
196,441 KNm > 164,236 KNm (OK)
7. Cek Momen Kapasitas Positif
ds = 62,5 mm
ds’ = 84,5 mm
d = h – ds
= 550 – 62,5
= 487,5 mm
Aspakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 4 x 283,529
= 1134,115 mm2
As’pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
135

= 8 x 283,529
= 2268,230 mm2
Persamaan keseimbangan gaya-gaya horizontal (ΣH = 0)
Ts = cc + cs
c−ds′
As x fy x Ω = (0,85 x f’c x c x β1 x Bpakai) + (As’ x (εc x x
c

Es)
2268,23 x 420 x 1,25 = (0,85 x 30 x c x 0,836 x 300) + (2268,230 x
c−62,5
(0,003 x x 200000)
c

Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung dengan
persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 87,004 mm.
c = 87,004 mm
a = c x β1
= 87,004 x 0,836
= 72,711 mm
c−ds′
Fs = (εc x x Es)
c
87,004−84,5
= (0,003 x x 200000)
87,004

= 17,270 MPa
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 72,711 x 300
= 556237,274 N
Cs = As’ x Fs
= 2268,230 x 17,270
= 39173,074 N
Lengan 1 = d - (0,5 x a)
= 487,5 - (0,5 x 72,711)
= 451,145 mm
Lengan 2 = d-ds’
= 487,5 – 84,5
136

= 403 mm
Mkap = cc x (d-(0,5 x a)) + cs x (d - ds’)
= 556237,274 x 451,145 + 39173,074 x 403
= 266730203,8 Nmm = 266,730 kNm
Cek syarat regangan baja desak
d−c
εs = x 0,003
c
487,5 − 87,004
= 𝑥 0,003
87,004

= 0,0138
εy = 0,0021
didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat 𝜀t > 0,005
(H−Pb − ∅Sengkang −0,5 x ∅Pokok ) x εc
εt = – εc
c
(550−40 − 13−0,5 x 19) x 0,003
= – 0,003
87,004

= 0,00138
𝜀t = 0.00138 > 0.005, maka reduksi atau ɸ adalah 0,9
∅MKap = ∅ x Mkap
= 0,9 x 266730203,8
= 240057183,4 Nmm = 240,057 KNm
8. Cek Rasio Tulangan
Untuk mengecek apakah jumlah tulangan yang digunakan berlebih atau
tidak maka dapat dilakukan perhitungan cek rasio tulangan. Adapun
perhitunganya dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
a. Cek Rasio Tulangan Atas
𝑓′𝑐
⍴max = 0,364 x β1 x 𝑓𝑦
30
= 0,364 x 0,836 x 420

= 0,0217
𝐴𝑠
⍴pakai = 𝑏𝑥𝑑
8 𝑥 283,529
= 300 𝑥 465,5
137

= 0,0162
1,4
⍴min1 = 𝑓𝑦
1,4
=420

= 0,0033
√𝑓′𝑐
⍴min2 = 4 𝑥 𝑓𝑦

√30
= 4 𝑥 420

=0,00326
⍴min = 0,0033 (diambil nilai terbesar dari ⍴min1 dan ⍴min2)
Maka rasio tulangan OK karena ⍴min < ⍴ pakai < ⍴max
b. Cek Rasio Tulangan Atas
𝑓′𝑐
⍴max = 0,364 x β1 x 𝑓𝑦
30
= 0,364 x 0,836 x 420

= 0,0217
𝐴𝑠
⍴pakai = 𝑏𝑥𝑑
4 𝑥 283,529
= 300 𝑥 465,5

= 0,008
1,4
⍴min1 = 𝑓𝑦
1,4
=420

= 0,0033
√𝑓′𝑐
⍴min2 = 4 𝑥 𝑓𝑦

√30
= 4 𝑥 420

=0,00326
⍴min = 0,0033 (diambil nilai terbesar dari ⍴min1 dan ⍴min2)
Maka rasio tulangan OK karena ⍴min < ⍴ pakai < ⍴max
9. Tulangan Pakai
138

Maka dari beberapa perhitungan di atas, didapat untuk daerah atas atau
momen negatif memakai tulangan dengan jumlah 8 tulangan berdiameter 19
atau 8D19 dan daerah bawah atau momen positif memakai tulangan dengan
jumlah 4 tulangan berdiameter 19 atau 4D19.
6.1.2 Desain Tulangan Lentur Daerah Lapangan
Adapun untuk daerah lapangan sendiri perhitungannya sama seperti pada
perhitungan desain tulangan lentur daerah tumpuan. Hanya saja ketika menginput
nilai momen dari hasil redistribusi dan desain momen, nilai momen positif menjadi
nilai momen negatif dan sebaliknya. Selain itu, pada desain lentur daerah lapangan,
jumlah tulangan pada daerah bawah lebih besar daripada daerah atas. Untuk jumlah
tulangan B1X lantai 1-5 pada daerah lapangan sendiri kami dapatkan daerah bawah
8D19 dan daerah atas 2D19.
6.1.3 Desain Tulangan Lentur Balok Anak
Adapun untuk balok anak sendiri perhitungannya sama seperti pada
perhitungan desain tulangan lentur pada balok induk. Hanya saja untuk balok anak
kami menggunakan hanya tulangan sebelah dengan pertimbangan bahwa
penumpuan beban lebih dipusatkan ke balok induk. Sehingga untuk balok anak
pada BA1X digunakan jumlah tulangan sebanyak 4 buah tulangan berdiameter 16
atau 4D16 pada daerah tumpuan dan 4 buah tulangan berdiameter 16 atau 4D16
pada daerah lapangan.
6.2 Desain Tulangan Susut Balok
Adapun analisis perhitungan tulangan susut pada B1X Lantai 1-5 sebagai
berikut.
4. ρ = 0,002
5. As perlu = 0,002 x B x H
= 0,002 x 300 x 550
= 330 mm2
6. Dsusut = 13 mm
1
7. A1tul = 4 × 𝜋 × 𝐷𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 2
1
= 4 × 𝜋 × 132
139

= 132,732 mm2
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
8. Jumlah Tul. Perlu = 𝐴1𝑡𝑢𝑙
330
= 132,732

= 2,486 buah
9. Jumlah Tul. Pakai = 4 buah (dibuat genap, agar seimbang)
Sehingga Tulangan Susut pada B1X Lantai 1-5 adalah 4D13. Untuk
pemasangan tulangan susut hanya digunakan pada balok yang memiliki dimensi H
sama dengan atau lebih dari 600 mm. Penggunaan tulangan susut ini berguna untuk
menambah kekuantan pada balok.
Adapun rekapitulasi perhitungan tulangan lentur dan susut balok adalah
sebagai berikut.
Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Lentur Pada Balok Induk dan
Anak
Tul.Lentur Tul. Lentur
Kode Tul.
No. Lantai Tumpuan Lapangan
Balok Susut
Atas Bawah Atas Bawah
1 1-5 8D19 4D19 2D19 8D19 4D13
B1X
2 6-9 12D19 6D19 3D19 6D19 4D13
3 1-5 8D19 4D19 2D19 8D19 4D13
B1Y
4 6-9 8D19 4D19 2D19 8D19 4D13
5 1-5 10D19 5D19 3D19 6D19 4D13
B2X
6 6-9 10D19 5D19 3D19 8D19 4D13
7 1-5 10D19 4D19 3D19 6D19 4D13
B2Y
8 6-9 10D19 4D19 3D19 6D19 4D13
9 BA1X 1-9 4D16 2D16 2D16 4D16 -
10 BA1Y 1-9 4D16 2D16 2D16 4D16 -
11 BA2X 1-9 2D16 2D16 2D16 2D16 -
12 BA2Y 1-9 2D16 2D16 2D16 2D16 -
13 BB 1-9 8D16 2D16 2D16 4D16 -
140

BAB VII
DESAIN TULANGAN GESER BALOK

7.1 Desain Tulangan Geser Balok


Pada perhitungan tulangan geser ini menggunakan contoh perhitungan pada
balok B1X Lantai 1-5. Dari hasil desain lentur balok diketahui data sebagai berikut.
1. b = 300 mm
2. h = 550 mm
3. d = 465,5 mm
4. Lbalok = 7200 mm
5. Bkolom kanan = 650 mm
6. Bkolom kiri = 650 mm
B kolom kanan B kolom kiri
7. Lh = Lbalok – ( )-( )
2 2
650 650
= 7200 – ( )-( )
2 2

= 6550 mm
8. Dpokok = 19 mm
9. Dsengkang = 13 mm
10. f’c = 30 MPa
11. Fys = 420 MPa
12. ϕ = 0,75
13. MPr- = 437,837 kNm
14. MPr+ = 240,057 kNm
7.1.1 Nilai Vu
Diagram gaya geser hasil dari analisa struktur disuperposisikan dengan gaya
geser hasil momen kapasitas dibagi dengan bentang balok. Dari hasil analisis
struktur yang telah kami lakukan dengan menggunakan SAP2000, maka didapatkan
data berikut.
1. Data Vg
a. Vg Kiri = 124,775 kN
141

b. Vg Tengah Kiri = -124,775 kN


c. Vg Kanan = 68,173 kN
d. Vg Tengah Kanan = -68,173 kN

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7
-50

-100

-150

Gambar 7.1 Grafik Vg pada B1X Lantai 1-5

2. Menghitung Ve
a. MPr- = 437,837 kN
b. MPr+ = 240,057 kN
MPr− +MPr+
c. Ve = Lh
437,837 +240,057
= 6550

= 103,495 kN
142

120

100

80

60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 7.2 Grafik Ve pada B1X Lantai 1-5

3. Menghitung Vu
a. Vu Kiri = Vg Kiri + Ve
= 124,775 + 103,495
= 228,270 kN
b. Vu Kanan = Vg Kanan + Ve
= -124,775 + 103,495
= -21,28 kN
c. Vu Tengah Kiri = Vg Tengah Kiri + Ve
= 68,173 + 103,495
= 171,668 kN
d. Vu Tengah Kanan = Vg Tengah Kanan + Ve
= -68,173 + 103,495
= 35,322 kN
Sehingga didapatkan grafik SFD Vu adalah sebagai berikut.
143

250
228,270
200
171,668
150

100

50
35,322
0
0 2 4 6 -21,2808
-50

Gambar 7.3 Grafik Vu pada B1X Lantai 1-5

7.1.2 Desain daerah sendi plastis


Diketahui data sebagai berikut.
1. Sh = 2 x hbalok
= 2 x 550
= 1100 mm
2. Dsengkang = 13 mm
1
3. Av = 4 x π x Dsengkang 2
1
= 4 x π x 132

= 132,732 mm2
4. n =2
5. Vc = 0 kN
Maka, perhitungan desain sendi plastis adalah sebagai berikut.
Vu = 228,270 kN
Vu 228,270
=
ϕ 0,75

= 304,360 kN
𝑉𝑢
Vs = ϕ

= 304, 360 kN
n x Av x fys x d
Sperlu =
Vs x 1000
144

2 x 132,732 x 420 x 465,5


= 304,360 x 1000

= 170,525 mm
Syarat-syarat jarak sengkang (S) pada daerah sendi plastis adalah sebagai
berikut.
d
1. Syarat 1 = 4
465,5
= 4

= 116,375 mm
2. Syarat 2 = 6 x Dpokok
= 6 x 19
= 114 mm
3. Syarat 3 = 150 mm
Jarak Maksimum Pakai yang akan digunakan dapat ditentukan dari
ketiga syarat tersebut adalah dipilih syarat yang nilainya paling kecil yaitu
Syarat 2 sebesar 114 mm.
Dari perhitungan jarak sengkang perlu dan jarak sengkang maksimum,
diambil nilai yang paling terkecil dari jarak pakai maksimum dan jarak perlu, maka
diambil nilai 114 mm dan dibulatkan ke bawah menjadi 100 mm. Maka
disimpulkan bahwa tulangan menggunakan tulangan sengkang 2D13-100 mm.
7.13 Desain daerah luar sendi plastis

Pada prinsipnya, perhitungan tulangan geser daerah luar sendi plastis sama
saja dengan daerah plastis. Akan tetapi, pada daerah non-plastis, beton dianggap
tidak hancur sehingga beton masih mampu menahan gaya geser sebesar Vc. Maka
perhitungan desain tulangan geser daerah luar sendi plastis adalah sebagai berikut.
Lh-2Sh = 6550 – 2 x 1100
= 4350 mm
145

Gambar 7.4 Grafik Vu pada Daerah Luar Sendi Plastis

1100−0 Vu−228,270
= 171,6682−228,270
3275−0

Vu = 209,259 kN
Vu 209,259
=
ϕ 0,75

= 279,012 kN
1
x √f′ c x b x d
Vc =6
1000
1
x √30 x 300 x 465,5
6
= 1000

= 127,482 kN
Vu
Vs = ϕ
- Vc

= 279,012 – 127,482
= 151,529 kN
1
Av = 4 x π x Dsengkang2
1
= 4 x π x 132

=132,732 mm2
n =2
n x Av x fys x d
Sperlu = Vs x 1000
146

2 x 132,732 x 420 x 465,5


= 151,529 x 1000

= 342,514 mm
d
Smax pakai =2
465,5
= 2

= 232,75 mm
Dari perhitungan jarak sengkang perlu dan jarak sengkang maksimum,
diambil nilai yang paling terkecil dan nilai jarak sengkang perlu dibulatkan
menjadi 250 mm. Maka dapat bahwa tulangan menggunakan tulangan
sengkang 2D13-250mm.
Untuk desain tulangan geser pada balok-balok induk lainnya,
perhitungannyasama seperti perhitungan diatas. Hal yang membedakan hanya
nilai dimensi lebar dan tinggi balok, panjang bentang balok, dan nilai momen
kapasitas negatif dan momen kapasitas positif dari balok tersebut. Adapun
untuk balok anak,perhitungannya hampir sama seperti perhitungan tulangan
geser pada balok induk dan hal yang membedakan adalah syarat–syarat
perhitungan yang akan menentukan perhitungan tulangan geser pada balok
anak. Rekapitulasi hasil perhitungan tulangan geser pada balok induk dan anak
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Geser pada Balok Induk dan
Balok Anak
Kebutuhan Tulangan Geser
Kode
No. Lantai Daerah sendi Daerah luar sendi
Balok
plastis plastis
1 1-5 2D13-100mm 2D13-250mm
B1X
2 6-9 2D13-100mm 2D13-350mm
3 1-5 2D13-100mm 2D13-250mm
B1Y
4 6-9 2D13-100mm 2D13-250mm
5 1-5 2D13-100mm 2D13-200mm
B2X
6 6-9 2D13-100mm 2D13-200mm
7 1-5 2D13-100mm 2D13-200mm
B2Y
8 6-9 2D13-100mm 2D13-200mm
9 BA1X 1-9 2P10-240mm 2P10-240mm
10 BA1Y 1-9 2P10-240mm 2P10-240mm
11 BA2X 1-9 2P10-220mm 2P10-220mm
147

Lanjutan Tabel 7.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan Geser pada Balok
Induk dan Balok Anak
Kebutuhan Tulangan Geser
Kode
No. Lantai Daerah sendi Daerah luar sendi
Balok
plastis plastis
12 BA2Y 1-9 2P10-220mm 2P10-220mm
13 BB 1-9 2P10-240mm 2P10-240mm
148

BAB VIII
DIAGRAM MU-PU KOLOM

8.1 Konsep Desain Tulangan Kolom


Kolom adalah suatu komponen struktur yang menahan beban desak sentris,
beban desak eksentris atau kombinasi beban desak sentris dan momen. Pada
struktur beton, kolom merupakan bagian dari suatu struktur rangka. Dengan adanya
hubungan kaku antara balok dan kolom atau kolom dengan fondasi, maka selain
menahan gaya desak sentris pada kolom juga terdapat beban momen. Dalam hal ini
kolom menjadi penahan gaya desak eksentris.Berdasarkan posisi beban yang
bekerja pada penampang melintang dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Kolom dengan beban aksial desak sentris

Gambar 8.1 Beban Aksial Desak Sentris

Beban P bekerja di pusat kolom dan tidak ada eksentrisitas atau e = 0.


2. Kolom dengan beban aksial eksentris
Beban P tidak bekerja di pusat kolom,tetapi bekerja dengan eksentrisitas ex
dan ey. Jenis beban ini dapat diekivalensikan menjadi beban desak sentris dan
beban momen yang sesuai. Berdasarkan eksentrisitas Beban P, momen yang
bekerja dapat berupa:
a. Momen yang bekerja terhadap satu sumbu (x atau y) saja, disebut momen
lentur uniaksial.
b. Momen yang bekerja terhadap sumbu x dan sumbu y, disebut momen
lentur biaksial.
149

Gambar 8.2 Beban Aksial Eksentris

8.2 Momen dan Gaya Aksial Hasil Analisa Struktur


Berdasarkan hasil analis menggunakan aplikasi SAP2000 berikut adalah
analisa struktur momen dan gaya aksial kolom dalam satuan kNm.

Tabel 8.1 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Pu Max
Mux Muy Pux
Kolom Lantai Puy (kN)
(kNm) (kNm) (kN)
Lt. 1-5 212,346 81,809 2773,222 7232,833
KD
Lt. 6-9 185,900 61,028 419,025 3080,380
Lt. 1-5 171,009 96,673 2757,438 11678,089
KL
Lt. 6-9 42,367 143,374 437,555 2806,684

Tabel 8.2 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur pada Saat
Kondisi Mu Max
Mux Muy Pux
Kolom Lantai Puy (kN)
(kNm) (kNm) (kN)
Lt. 1-5 351,528 2773,222 356,073 2271,252
KD
Lt. 6-9 459,670 344,208 467,288 419,025
Lt. 1-5 269,442 2757,438 263,203 2258,480
KL
Lt. 6-9 369,388 437,555 356,264 259,541

8.3 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom


Adapun pembuatan diagram momen ultimit dan gaya aksial kolom ultimit
dapat dilakukan dengan perhitungan-perhitungan di bawah ini dan kami
menggunakan perhitungan pada kolom tipe KD Lantai 1-5 arah x sebagai contoh
perhitungan.
8.3.1 Data yang diperlukan

Diketahui data sebagai berikut.


150

1. Lebar penampang kolom (b) = 650 mm


2. Tinggi penampang kolom (h) = 650 mm
3. Kuat tekan beton (f’c) = 30 MPa
4. Tegangan leleh baja (fy) = 420 MPa
5. Diameter tulangan pokok kolom = 22 mm
6. Diameter sengkang kolom = 13 mm
7. Selimut beton = 40 mm
1
8. ds(x) = Sb + Øsengkang + Øpokok
2
1
= 40 + 13 + 2 x 22

= 64 mm
1
9. ds’(x) = Sb + Øsengkang + 2 Øpokok
1
= 40 + 13 + 2 x 22

= 64 mm
1
10. ds(y) = Sb + Øsengkang + 2 Øpokok
1
= 40 + 13 + 2 x 22

= 64 mm
1
11. ds’(y) = Sb + Øsengkang + Øpokok
2
1
= 40 + 13 + 2 x 22

= 64 mm
12. d(x) = b – ds(x)
= 650 - 64
= 586 mm
13. d(y) = b – ds (y)
= 650 - 64
= 586 mm
14. Ag =bxh
= 650 x 650
= 422500 mm2
151

f′ c−28
15. β1 = 0,85 – ( x 0,005)
7
30−28
= 0,85 – ( x 0,005)
7

= 0,836
8.3.2 Perhitungan tulangan rencana

Perhitungan rasio tulangan rencana dilakukan untuk menentukan jumlah


tulangan yang akan digunakan dengan ketentuan rasio minimal sebesar 1% dan
maksimal sebesar 8%. Selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut.
1. Menentukan nilai rasio tulangan
Rasio tulangan satu sisi kolom yang dipakai adalah sebesar 0,3%, 0,4%, 0,5%,
0,6%, 0,7% dan 0,8%.
2. Menghitung luasan tulangan rasio
Luasan tulangan rasio dapat diketahui dengan perhitungan berikut.
a. Luasan tulangan rasio 0,3% = nilai rasio x Ag
= 0,3% x 422500
= 1267,5 mm2
b. Luasan tulangan rasio 0,4% = nilai rasio x Ag
= 0,4% x 422500
= 1690 mm2
c. Luasan tulangan rasio 0,5% = nilai rasio x Ag
= 0,5% x 422500
= 2112,5 mm2
d. Luasan tulangan rasio 0,6% = nilai rasio x Ag
= 0,6% x 422500
= 2535 mm2
e. Luasan tulangan rasio 0,7% = nilai rasio x Ag
= 0,7% x 422500
= 2957,5 mm2
f. Luasan tulangan rasio 0,8% = nilai rasio x Ag
= 0,8% x 422500
= 3380 mm2
152

3. Menghitung jumlah tulangan perlu


Jumlah tulangan yang diperlukan dapat diketahui dengan perhitungan berikut.
ARasio
a. Jumlah tulangan rasio 0,3% = A1D
1267,5
=1
x π x 222
4

= 3,334 ≈ 4
ARasio
b. Jumlah tulangan rasio 0,4% = A1D
1690
=1
x π x 222
4

= 4,446 ≈ 5
Arasio
c. Jumlah tulangan rasio 0,5% = A1D
2112,5
=1
x π x 222
4

= 5,557 ≈ 6
ARasio
d. Jumlah tulangan rasio 0,6% = A1D
2535
=1
x π x 222
4

= 6,669 ≈ 7
ARasio
e. Jumlah tulangan rasio 0,7% = A1D
2957,5
=1
x π x 222
4

= 7,78 ≈ 8
ARasio
f. Jumlah tulangan rasio 0,8% = A1D
3380
=1
x π x 222
4

= 8,892 ≈ 9
4. Menghitung luasan tulangan yang dipakai
Luasan tulangan yang akan dipakai dapat diketahui dengan perhitungan
berikut.
a. Jumlah tulangan rasio 0,3% = n x A1D
1
=4x x π x 222
4
153

= 1520,531 mm2
b. Jumlah tulangan rasio 0,4% = n x A1D
1
= 5 x 4 x π x 222

= 1900,664 mm2
c. Jumlah tulangan rasio 0,5% = n x A1D
1
= 6 x 4 x π x 222

= 2280,796 mm2
d. Jumlah tulangan rasio 0,6% = n x A1D
1
=7x x π x 222
4

= 2660,929 mm2
e. Jumlah tulangan rasio 0,7% = n x A1D
1
= 8 x 4 x π x 222

= 3041,062 mm2
f. Jumlah tulangan rasio 0,8% = n x A1D
1
= 9 x 4 x π x 222

= 3421,194 mm2
8.3.3 Perhitungan diagram Mu-Pu kolom

Adapun untuk perhitungan diagram Mu-Pu kolom, kami menggunakan


contoh perhitungan pada kolom tipe KD Lantai 1-5 arah x dengan rasio tulangan
0,3% dan langkah perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
Diketahui:
ρ = 0,3%
As Pakai = 1520,531 mm2
As’ Pakai = 1520,531 mm2
1. Kondisi patah berimbang (balance)
600 x d
a. Cb = 600+F
600 x 586
= 600+420

= 344,706 mm
154

b. Ab = β1 x Cb
= 0,836 x 344,706
= 288,076 mm
Cb−ds′(x)
c. εs’ = x εc
Cb
344,706−64
= x 0,003
344,706

= 0,00244 > εy = 0,002, maka baja desak sudah leleh


Karena baja desak sudah leleh, maka fs’ = fy = 420 MPa.
d(x)−C
d. εs = x εc
Cb
586−344,706
= x 0,003
344,706

= 0,0021 > εy = 0,002, maka baja desak sudah leleh


Karena baja desak sudah leleh, maka fs’ = fy = 420 MPa.
e. Ccb = 0,85 x f’c x Ab x b
= 0,85 x 30 x 288,076 x 650
= 4774853,571 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’pakai – (0,85 x f’c))
= 1520,531 x (420 – (0,85 x 30))
= 599849,418 N
g. Tsb = As x Fs
= 1520,531 x 420
= 638622,955 N
1
h. X1 = y – (2 x a)
1
= 650 - (2 x 288,076)

= 180,962 mm
i. X2 = y – ds’
650
= – 64
2

= 261 mm
j. X3 =d–y
650
= 586 -
2
155

= 261 mm
k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3
= 4774853,571 x 180,962 + 599849,418 x 261 + 638622,955 x 261
= 1187309224,017 Nmm
= 1187,309 kNm
l. Pn = Ccb + Csb – Tsb
= 4774853,571 + 599849,418 - 638622,955
= 4736080,035 N
= 4736,080 kN
m. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
1) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
2) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
3) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3

Sehingga nilai ɸ adalah


250
ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3
250
= 0,65 + ((0,0021 – 0,002) x )
3

= 0,658
n. Mu = ɸ x Mn
= 0,658 x 1187,309
= 781,645 kNm
o. Pu = ɸ x Pn
= 0,658 x 4736,080
= 3117,919 kN
2. Kondisi patah desak
Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb > 1. Misal dipakai
faktor pengali = 1,1.
a. c = 1,1 x Cb
= 1,1 x 344,706
= 379,176 mm
156

b. a = β1 x C
= 0,836 x 379,176
= 316,883 mm
C−ds′(x)
c. εs’ = x εc
C
379,176−64
= x 0,003
379,176

= 0,00249 > εy = 0,002, maka baja desak sudah leleh


Karena baja desak sudah leleh, maka fs’ = fy = 420 MPa.
d(x)−C
d. εs = x εc
Cb
586−379,176
= x 0,003
379,176

= 0,00164 < εy = 0,002, maka baja desak belum leleh


Karena baja desak belum leleh, maka fs’ = εs x E
fs’ = 0,00164 x 200000
= 327,273 MPa
e. Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 316,883 x 650
= 5252338,929 N
f. Cs = As’ pakai x (Fs’pakai – (0,85 x f’c))
= 1520,531 x (420 – (0,85 x 30))
= 599849,418 N
g. Ts = As x Fs
= 1520,531 x 327,273
= 497628,276 N
1
h. X1 = y – ( x a)
2
1
= 650 - (2 x 316,883)

= 166,558 mm
i. X2 = y – ds’
650
= – 64
2

= 261 mm
157

j. X3 =d–y
650
= 586 - 2

= 261 mm
k. Mn = Cc x X1 + Cs x X2 + Ts x X3
= 5252338,929 x 166,558 + 599849,418 x 261 + 497628,276 x 261
= 1161262864,099 Nmm
= 1161,263 kNm
l. Pn = Cc + Cs – Ts
= 5252338,929 + 599849,418 - 497628,276
= 5354560,070 N
= 5354,560 kN
m. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
4) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
5) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
6) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3

Sehingga nilai ɸ adalah 0,65


n. Mu = ɸ x Mn
= 0,65 x 1161,263
= 754,821 kNm
o. Pu = ɸ x Pn
= 0,65 x 5354,560
= 3480,464 kN
3. Kondisi patah tarik
Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb < 1. Misal dipakai
faktor pengali = 0,9.
a. c = 0,9 x Cb
= 0,9 x344,706
= 310,235 mm
b. a = β1 x C
158

= 0,836 x 310,235
= 259,268 mm
C−ds′(x)
c. εs’ = x εc
C
310,235−64
= x 0,003
310,235

= 0,00238 > εy = 0,002, maka baja desak sudah leleh


Karena baja desak sudah leleh, maka fs’ = fy = 420 MPa.
d(x)−C
d. εs = x εc
Cb
586−310,235
= x 0,003
310,235

= 0,00267 > εy = 0,002, maka baja desak sudah leleh


Karena baja desak sudah leleh, maka fs’ = fy = 420 MPa.
e. Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 259,268 x 650
= 4297368,214 N
f. Cs = As’ pakai x (Fs’pakai – (0,85 x f’c))
= 1520,531 x (420 – (0,85 x 30))
= 599849,418 N
g. Ts = As x Fs
= 1520,531 x 420
= 638622,955 N
1
h. X1 = y – (2 x a)
1
= 650 - ( x 259,268)
2

= 195,366 mm
i. X2 = y – ds’
650
= – 64
2

= 261 mm
j. X3 =d–y
650
= 586 - 2

= 261 mm
159

k. Mn = Cc x X1 + Cs x X2 + Ts x X3
= 4297368,214 x 195,366 + 599849,418 x 261 + 638622,955 x 261
= 1162800783,381 Nmm
= 1162,801 kNm
l. Pn = Cc + Cs – Ts
= 4297368,214 + 599849,418 - 638622,955
= 4258594,678 N
= 4258,595 kN
m. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
7) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
8) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
9) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3

Sehingga nilai ɸ adalah


250
ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3
250
= 0,65 + ((0,00267 – 0,002) x )
3

= 0,706
n. Mu = ɸ x Mn
= 0,706 x 1162,801
= 820,421 kNm
o. Pu = ɸ x Pn
= 0,706 x 4258,595
= 3004,675 kN
4. Kondisi desak sentris
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban bekerja tepat pada titik berat potongan
kolom (beban aksial murni), sehingga tidak ada momen.
a. Pn = (0,8 x (0,85 x F’c x (Ag - (As + As’)) + ((As + As’) x Fy))
= (0,8 x (0,85 x 30 x (422500 - (1520,531 + 1520,531)) + ((1520,531
+ 1520,531) x 420))
= 9578759,069 N
160

= 9578,759 kN
b. Pu = ɸ x Pn
= 0,65 x 9578,759
= 6226,193 kN
5. Kondisi lentur murni
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban yang terjadi hanyalah momen, beban
aksial = 0, sehingga perhitungannya seperti analisis balok tulangan rangkap
dengan tulangan desak belum leleh.
a. Pn = Cc + Cs – Ts
Ts = Cc + Cs
b. Ts(B) = (As x fy) – (As’ x Es x 0,003)
= (1520,531 x 420) – (1520,531 x 200000 x 0,003)
= -273695,552
c. Cs(C) = As’ x Es x 0,003 x ds’
= 1520,531 x 200000 x 0,003 x 64
= 58388384,423
d. Cc(A) = - (0,85 x f’c x β1 x b)
= - (0,85 x 30 x 0,836 x 650)
= -13851,964
e. c
Maka nilai c dapat dicari dengan menggunakan persamaan kuadrat rumus
ABC.
−b ± √b2−4ac
c = 2a

−(−273695,552)+√−273695,5522 −4 x −13851,964 x 58388384,423


1) c = 2 x −13851,964

= -75,551 mm
−(−273695,552)−√−273695,5522 −4 x −13851,964 x 58388384,423
2) c = 2 x −13851,964

= 55,792 mm
Sehingga nilai c adalah 55,792 mm.
f. a = β1 x C
161

= 0,836 x 55,792
= 46,626 mm
C−ds′(x)
g. εs’ = x εc
C
55,792−64
= x 0,003
55,792

= -0,000441 < εy = 0,002, maka baja desak belum leleh


Karena baja desak belum leleh, maka fs’ = εs x E
fs’ = -0,000441 x 200000
= -88,266 MPa
d(x)−C
h. εs = Cb
x εc
586−55,792
= x 0,003
55,792

= 0,0285 > εy = 0,002, maka baja desak sudah leleh


Karena baja desak sudah leleh, maka fs’ = fy = 420 MPa.
i. Cc = 0,85 x f’c x a x b
= 0,85 x 30 x 46,626 x 650
= 772834,108 N
j. Cs = As’ pakai x (Fs’pakai – (0,85 x f’c))
= 1520,531 x (-88,266 – (0,85 x 30))
= -134211,153 N
k. Ts = As x Fs
= 1520,531 x 420
= 638622,955 N
1
l. X1 = y – (2 x a)
1
= 650 - (2 x 46,626)

= 301,687 mm
m. X2 = y – ds’
650
= – 64
2

= 261 mm
n. X3 =d–y
162

650
= 586 - 2

= 261 mm
o. Mn = Cc x X1 + Cs x X2 + Ts x X3
= 772834,108 x 301,687 + (-134211,153) x 261 + 638622,955 x
261
= 364805293,470 Nmm
= 364,805 kNm
p. Pn = Cc + Cs – Ts
= 772834,108 + (-134211,153) - 638622,955
=0N
= 0 kN
q. ɸ
Persyaratan untuk nilai reduksi adalah sebagai berikut.
1) Apabila nilai εs < εy, maka nilai ɸ = 0,65
2) Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
250
3) Apabila nilai εs < εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,65 + ((εs – εy) x )
3

Sehingga nilai ɸ adalah 0,9.


r. Mu = ɸ x Mn
= 0,9 x 364,805
= 328,325 kNm
s. Pu = ɸ x Pn
= 0,9 x 0
= 0 kN
6. Kondisi tarik murni
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban yang terjadi hanyalah beban aksial
tarik murni.
a. Pn = - (As + As’) x Fy
= - (1520,531 + 1520,531) x 420
= -1277245,909 N
= -1277,246 kN
163

b. Pu = ɸ x Pn
= 0,9 x (-1277,246)
= -1149,521 kN

Dalam perhitungan diagram Mu – Pu, digunakan beberapa rasio tulangan


yaitu 0,3 %, 0,4%, 0,5%, 0,6%, 0,7% dan 0,8%. Untuk perhitungan rasio lainnya
memiliki cara yang sama dengan contoh perhitungan diatas. Berikut rekapitulasi
perhitungan semua kondisi kolom di setiap rasio tulangan.

Tabel 8.3 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,3%
Mu
Kondisi Koef c ɸ Pu (kN)
(kNm)
Desak
0,65 0 6226,193
sentris
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah
1,3 0,65 705,178 4242,190
Desak
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah
0,7 0,840 901,426 2776,617
Tarik
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur
0,9 328,325 0
Murni
Tarik
0,9 0 -1149,521
Murni
164

Tabel 8.4 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,4%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6382,154
Patah Desak 1,5 0,65 660,185 5044,025
1,4 0,65 704,620 4673,653
1,3 0,65 742,525 4294,049
1,2 0,65 774,500 3902,906
1,1 0,65 801,368 3497,075
Balance 1 0,658 834,845 3111,538
Patah Tarik 0,9 0,706 877,437 2997,836
0,8 0,765 921,589 2883,562
0,7 0,840 969,345 2768,470
0,6 0,9 976,270 2525,109
0,5 0,9 888,115 2031,853
Lentur Murni 0,9 404,363 0
Tarik Murni 0,9 0 -1436,902
Patah Tarik 0,9 0,706 877,437 2997,836

Tabel 8.5 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,5%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6226,193
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah Desak 1,3 0,65 705,178 4242,190
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah Tarik 0,7 0,840 901,426 2776,617
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur Murni 0,9 328,325 0
Tarik Murni 0,9 0 -1149,521
165

Tabel 8.6 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,6%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6226,193
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah Desak 1,3 0,65 705,178 4242,190
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah Tarik 0,7 0,840 901,426 2776,617
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur Murni 0,9 328,325 0
Tarik Murni 0,9 0 -1149,521

Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,7%
Kondisi Koef c ɸ Mu (kNm) Pu (kN)
Desak sentris 0,65 0 6226,193
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah Desak 1,3 0,65 705,178 4242,190
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah Tarik 0,7 0,840 901,426 2776,617
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur Murni 0,9 328,325 0
166

Lanjutan Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X
Rasio Tulangan 0,7%
Mu
Kondisi Koef c ɸ Pu (kN)
(kNm)
Tarik
0,9 0 -1149,521
Murni

Tabel 8.8 Rekapitulasi Nilai Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X Rasio
Tulangan 0,8%
Mu
Kondisi Koef c ɸ Pu (kN)
(kNm)
Desak
0,65 0 6226,193
sentris
1,5 0,65 629,585 4966,317
1,4 0,65 670,888 4607,946
Patah
1,3 0,65 705,178 4242,190
Desak
1,2 0,65 732,936 3867,202
1,1 0,65 754,821 3480,464
Balance 1 0,658 781,645 3117,919
0,9 0,706 820,421 3004,675
0,8 0,765 859,802 2890,973
Patah
0,7 0,840 901,426 2776,617
Tarik
0,6 0,9 904,046 2535,772
0,5 0,9 819,207 2055,219
Lentur
0,9 328,325 0
Murni
Tarik
0,9 0 -1149,521
Murni

Berikut merupakan grafik Mu-Pu kolom KD Lantai 1-5 arah x yang diinput
dengan data Pu dan Mu (berupa titik) kolom KD Lantai 1-5 arah x yang didapat
dari SAP2000.
167

8000,000

6000,000

4000,000
Pu (kN)

2000,000

0,000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-2000,000

-4000,000
Mu (kNm)

Gambar 8.3 Diagram Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X


168

BAB IX
TULANGAN LENTUR KOLOM

9.1 Menentukan Jumlah Tulangan Lentur Pakai Kolom


Jumlah tulangan lentur pakai kolom ditentukan berdasarkan diagram MuPu
yang telah dibuat sebelumnya. Pada contoh ini, kami menggunakan Kolom KD
Lantai 1-5 arah x. Berikut merupakan Grafik Mu-Pu kolom KD lantai 1-5 arah x
yang diinput dengan data Pu dan Mu (berupa titik) kolom KD lantai 1-5 arah x yang
didapat dari SAP2000.
8000,000

6000,000

4000,000
Pu (kN)

2000,000

0,000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-2000,000

-4000,000
Mu (kNm)

Gambar 9.1 Diagram Mu-Pu Kolom KD Lantai 1-5 Arah X

Dari Grafik diatas, diambil tulangan arah x berdasarkan rasio 0,5% yaitu 9
buah dapat disimpulkan bahwa kolom KD lantai 1 arah x memakai konfigurasi
tulangan sebagai berikut.
Ntulangan = 10D22
Ntulangan = 10D22
Selanjutnya untuk menentukan tulangan lentur pakai pada semua tipe kolom
di setiap tingkatannya, caranya sama seperti pada penentuan tulangan lentur pakai
169

pada kolom KD lantai 1-5 arah x dan rekapitulasinya dapat dilihat pada bagian
setelah perhitungan rasio tulangan total.
9.2 Rekapitulasi Tulangan Lentur Kolom Pakai
Berikut merupakan rekapitulasi tulangan lentur kolom pakai dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 9.1 Rekapitulasi Hasil Desain Kolom


Dimensi Jumlah Tulangan Lentur Pakai (1 sisi)
Kode Kolom Lantai
H B Arah X Arah Y
1 650 650 5 5
2 650 650 5 5
3 650 650 5 5
4 650 650 5 5
KD 5 650 650 5 5
6 600 600 10 10
7 600 600 10 10
8 600 600 10 10
9 600 600 10 10
1 600 600 4 4
2 600 600 4 4
3 600 600 4 4
4 600 600 4 4
KL 5 600 600 4 4
6 550 550 10 10
7 550 550 10 10
8 550 550 10 10
9 550 550 10 10

9.3 Menentukan Rasio Tulangan Total


Perhitungan rasio tulangan total di bawah ini menggunakan kolom KD
lantai 1-5 sebagai contoh. Perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.
170

9.3.1 Data yang diperlukan

Diketahui data sebagai berikut.


1. Lebar penampang kolom = 650 mm
2. Tinggi penampang kolom = 650 mm
3. Ag =bxh
= 650 x 650
= 422500 mm²
4. Diameter tulangan pokok kolom = 22 mm
5. Jumlah tulangan pakai arah x =5
6. Jumlah tulangan pakai arah y =5

9.3.2 Perhitungan Rasio Tulangan Total

Rasio tulangan total =


1
((𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑎𝑟𝑎ℎ𝑥 ×2)+(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑎𝑟𝑎ℎ𝑦 ×2)−4)× ×𝜋×(𝐷𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)²
4
× 10
𝐴𝑔
1
((5×2)+(5×2)−4)× ×𝜋×(22)²
4
= 422500

= 1,44%
Selanjutnya untuk menentukan rasio tulangan total pada semua tipe kolom
di setiap tingkatannya, caranya sama seperti pada penentuan tulangan lentur pakai
pada kolom KD lantai 1-5 dan rekapitulasinya dapat dilihat pada bagian
selanjutnya.
9.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Tulangan Total
Berikut merupakan rekapitulasi hasil perhitungan rasio tulangan total dapat
dilihat pada tabel di bawah.
171

Tabel 9.2 Rekapitulasi Rasio Tulanngan Total


Jumlah Tulangan Lentur
Kode Dimensi Rasio Total
Lantai Pakai (1 sisi)
Kolom Tulangan
H B Arah X Arah Y
1 650 650 5 5 1,44%
2 650 650 5 5 1,44%
3 650 650 5 5 1,44%
4 650 650 5 5 1,44%
KD 5 650 650 5 5 1,44%
6 600 600 10 10 3,80%
7 600 600 10 10 3,80%
8 600 600 10 10 3,80%
9 600 600 10 10 3,80%
1 600 600 4 4 1,27%
2 600 600 4 4 1,27%
3 600 600 4 4 1,27%
4 600 600 4 4 1,27%
KL 5 600 600 4 4 1,27%
6 550 550 10 10 4,52%
7 550 550 10 10 4,52%
8 550 550 10 10 4,52%
9 550 550 10 10 4,52%

9.5 Menentukan Momen Ultimate Pakai Kolom


Momen ultimate pakai kolom didapat dari diagram MuPu kolom
berdasarkan rasio tulangan yang digunakan. Pada contoh ini menggunakan kolom
KD 1-5 arah x. Nilai momen didapat dari langkah-langkah yang dapat dilihat
sebagai berikut.
1. Menarik garis secara horizontal dari titik Pu dan Mu saat kondisi maximum
sampai memotong kurva rasio tulangan yang dipakai.
172

2. Dari kedua titik potong tersebut ditarik searah vertikal ke bawah untuk
mendapatkan nilai Mu.
3. Dari dua nilai Mu yang didapat, dipakai nilai Mu yang terkecil.
4. Untuk mendapatkan nilai yang lebih teliti, digunakan bantuan menggunakan
software AutoCAD.

Gambar 9.2 Penentuan Nilai Momen Ultimate Pakai Kolom

Berdasarkan grafik di atas, maka diambil nilai yang terkecil untuk dipakai
sebagai nilai momen ultimate pakai kolom KD lantai 1-5 arah x (Mux), yaitu
sebesar 967,374 kNm. Untuk nilai momen pakai pada setiap tipe kolom dan
tingkatannya baik arah x maupun arah y dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada contoh di atas. Rekapitulasi nilai momen ultimate pakai kolom dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
173

Tabel 9.3 Rekapitulasi Nilai Momen Ultimate Pakai Kolom

Kode Kolom Lantai Mux Pakai (kNm) Muy Pakai (kNm)

1 967,374 930,9
2 967,374 930,9
3 967,374 930,9
4 967,374 930,9
KD 5 967,374 930,9
6 780,273 796,375
7 780,273 796,375
8 780,273 796,375
9 780,273 796,375
1 629,473 737,823
2 629,473 737,823
3 629,473 737,823
4 629,473 737,823
KL 5 629,473 737,823
6 716,7 682,167
7 716,7 682,167
8 716,7 682,167
9 716,7 682,167

9.6 Pemeriksaan Strong Coloumn Weak Beam (SCWB)


Mekanisme Strong Coloumn Weak Beam (SCWB) adalah pada saat struktur
mendapat gaya lateral gempa, distribusi kerusakan sepanjang ketinggian bangunan
bergantung pada distribusi lateral story drift (simpangan antar lantai). Jika struktur
memiliki kolom yang lemah, simpangan antar lantai akan cenderung terpusat pada
satu lantai (soft story effect) seperti ditunjukan pada gambar (a). sebaliknya jika
kolom lebih kuat dibandingkan dengan balok (strong column weak beam), maka
IdriftI akan tersebar merata dan keruntuhan local di satu lantai dapat diminimalkan
174

seperti pada gambar (b) dan (c). Berikut merupakan gambar ilustrasi mekanisme
Strong Coloumn Weak Beam.

Gambar 9.3 Ilustrasi SCWB

9.6.1 Mencari Nilai Mu Kolom Pakai

Mencari nilai Mu kolom pakai diperlukan agar memenuhi persyaratan


6
SCWB yaitu ΣMu kolom ≥ × ΣMu balok. Adapun untuk langkah – langkah
5

mencari nilai Mu kolom pakai adalah sebagai berikut.


1. Gunakan nilai Mu pakai asli dari hasil perhitungan desain lentur kolom.
2. Buat diagram Mu pakai dengan menggunakan nilai Mu - Pu pada hasil
perhitungan desain lentur dan sesuai dengan rasio dan jumlah tulangannya.
Pada pengerjaan kali ini, kami membuat diagram dengan menggunakan
Aplikasi Autocad.
3. Ambil nilai Mu pakai hasil dari diagram di Aplikasi Autocad.
4. Lalu selanjutnya cek apakah memenuhi persyaratan SCWB. Apabila tidak
memenuhi, maka langkah yang dilakukan adalah menambahkan jumlah
tulangan total dan membuat ulang diagram Mu pakai lalu mengambil nilai Mu
pakai dari diagram yang dibuat pada Aplikasi Autocad hingga memenuhi
6
syarat SCWB yaitu ΣMu kolom ≥ × ΣMu balok.
5

9.6.2 Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam pemeriksaan syarat SCWB adalah data Mu –


Pu kolom pakai dan Mu balok pada daerah tumpuan yang dapat dilihat pada
beberapa tabel di bawah.
175

Tabel 9.4 Mu – Pu Kolom Pakai

Kode Kolom Lantai Mux Pakai (kNm) Muy Pakai (kNm) Pu (kN)

1 967,374 930,9 2773,222


2 967,374 930,9 2773,222
3 967,374 930,9 2773,222
4 967,374 930,9 2773,222
KD 5 967,374 930,9 2773,222
6 780,273 796,375 344,208
7 780,273 796,375 344,208
8 780,273 796,375 344,208
9 780,273 796,375 344,208
1 629,473 737,823 2757,438
2 629,473 737,823 2757,438
3 629,473 737,823 2757,438
4 629,473 737,823 2757,438
KL 5 629,473 737,823 2757,438
6 716,7 682,167 437,555
7 716,7 682,167 437,555
8 716,7 682,167 437,555
9 716,7 682,167 437,555

Tabel 9.5 Nilai Mu- dan Mu+ Balok Pada Daerah Tumpuan
φMn Tumpuan (kNm)
Kode Balok Lantai
φMn- φMn+
B1X 1-5 356,696 196,441
6-9 720,151 383,739
B1Y 1-5 356,696 196,441
6-9 356,696 196,441
176

Lanjutan Tabel 9.5 Nilai Mu- dan Mu+ Balok Pada Daerah Tumpuan
Kode Balok Lantai φMn Tumpuan (kNm)
φMn- φMn+
B2X 1-5 502,372 270,173
6-9 502,372 270,173
B2Y 1-5 500,877 220,753
6-9 500,877 220,753
BA1X 1-9 142,249
BA1Y 1-9 142,249
BA2X 1-9 65,172
BA2Y 1-9 65,172
BB 1-9 262,947

9.6.3 Perhitungan Pemeriksaan SCWB

Selanjutnya adalah melakukan pengecekan SCWB dengan perhitungan di


bawah ini. Adapun untuk contoh perhitungan, kami menggunakan contoh
perhitungan pengecekan SCWB pada Kolom KD lantai 2 arah x. Karena
mengambil contoh perhitungan Kolom KD arah x, maka momen yang mengitari
arah x adalah momen kolom ultimit arah y. Pengecekan SCWB Kolom KD Arah x
Lantai 2 adalah sebagai berikut.
1. Diketahui data sebagai berikut:
a. Muy kolom atas = 930,900 kNm
b. Muy kolom bawah = 930,900 kNm
c. Mu- balok yang merangka (B1X) = 356,696 kNm
d. Mu+ balok yang merangka (B1X) = 356,696 kNm
2. ΣMu Kolom
ΣMu Kolom = Muy Kolom atas + Muy kolom bawah
= 930,900 + 930,900
= 1861,800 kNm
3. ΣMu balok
ΣMu balok = Mu- (kanan) + Mu+ (kiri)
177

= 356,696 + 356,696
= 553,137
4. 1,2 × ΣMu balok
6
1,2 × ΣMu balok = 5 × 553,137

= 663,764 kNm
5. Cek SCWB
ΣMu balok ≥ 1,2 ×ΣMu balok
1861,800 kNm ≥ 663,764 kNm (Memenuhi)
Maka untuk Kolom KD arah x Lantai 2 sudah memenuhi syarat SCWB.
Selanjutnya untuk pemeriksaan SCWB pada setiap kolom di setiap lantai atau
tingkatannya sama seperti pada contoh perhitungan pemeriksaan SCWB di atas dan
untuk rekapitulasi hasil pemeriksaan SCWB dapat dilihat pada poin selanjutnya.
9.6.4 Rekapitulasi Perhitungan Pemeriksaan SCWB

Berikut merupakan rekapitulasi hasil perhitungan pemeriksaan SCWB


semua kolom arah x dan y dapat di lihat pada beberapa tabel di bawah.

Tabel 9.6 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KD Arah X


ƩMu Kolom ƩMu Balok 1.2 ƩMu Balok Syarat ƩMuk ≥
Lantai
(kNm) (kNm) (kNm) 1.2 ƩMub
1 1861,800 553,137 663,764 Memenuhi
2 1861,800 553,137 663,764 Memenuhi
3 1861,800 553,137 663,764 Memenuhi
4 1861,800 553,137 663,764 Memenuhi
5 1727,275 553,137 663,764 Memenuhi
6 1727,275 1103,891 1324,669 Memenuhi
7 1592,750 1103,891 1324,669 Memenuhi
8 1592,750 1103,891 1324,669 Memenuhi
9 1592,750 1103,891 1324,669 Memenuhi
178

Tabel 9.7 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KD Arah Y


ƩMu Kolom ƩMu Balok 1.2 ƩMu Syarat ƩMuk ≥
Lantai
(kNm) (kNm) Balok (kNm) 1.2 ƩMub
1 1934,748 553,137 663,764 Memenuhi
2 1934,748 553,137 663,764 Memenuhi
3 1934,748 553,137 663,764 Memenuhi
4 1934,748 553,137 663,764 Memenuhi
5 1747,647 553,137 663,764 Memenuhi
6 1747,647 553,137 663,764 Memenuhi
7 1560,546 553,137 663,764 Memenuhi
8 1560,546 553,137 663,764 Memenuhi
9 1560,546 553,137 663,764 Memenuhi

Tabel 9.8 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KL Arah X


ƩMu Kolom ƩMu Balok 1.2 ƩMu Balok Syarat ƩMuk ≥
Lantai
(kNm) (kNm) (kNm) 1.2 ƩMub
1 1475,646 553,137 663,764 Memenuhi
2 1475,646 553,137 663,764 Memenuhi
3 1475,646 553,137 663,764 Memenuhi
4 1475,646 553,137 663,764 Memenuhi
5 1419,990 553,137 663,764 Memenuhi
6 1419,990 1103,891 1324,669 Memenuhi
7 1364,334 1103,891 1324,669 Memenuhi
8 1364,334 1103,891 1324,669 Memenuhi
9 1364,334 1103,891 1324,669 Memenuhi
179

Tabel 9.9 Rekapitulasi Pengecekan SCWB Kolom KL Arah Y


ƩMu Kolom ƩMu Balok 1.2 ƩMu Syarat ƩMuk ≥
Lantai
(kNm) (kNm) Balok (kNm) 1.2 ƩMub
1 1258,946 553,137 663,764 Memenuhi
2 1258,946 553,137 663,764 Memenuhi
3 1258,946 553,137 663,764 Memenuhi
4 1258,946 553,137 663,764 Memenuhi
5 1346,173 553,137 663,764 Memenuhi
6 1346,173 553,137 663,764 Memenuhi
7 1433,400 553,137 663,764 Memenuhi
8 1433,400 553,137 663,764 Memenuhi
9 1433,400 553,137 663,764 Memenuhi
180

BAB X
DESAIN TULANGAN GESER KOLOM

10.1 Flow Chart Desain Tulangan Geser Kolom


Adapun flow chart desain tulangan geser kolom adalah sebagai berikut.

Gambar 10.1 Flow Chart Desain Tulangan Geser Kolom


181

10.2 Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Pada perhitungan desain tulangan geser kolom sendiri terdiri dari dua
perhitungan, yaitu perhitungan berdasarkan analisa struktur menggunakan software
SAP2000 dan perhitungan berdasarkan persyaratan confinement. Adapun untuk
contoh perhitungan ini digunakan perhitungan desain tulangan geser Kolom KD
Lantai 1-5 sebagai contoh perhitungan. Diketahui data sebagai berikut.
1. Lebar kolom (B) = 650 mm
2. Tinggi kolom (H) = 650 mm
3. Panjang kolom atas (LTop) = 3500 mm
4. Panjang kolom bawah (Lbottom) = 3500 mm
5. Tinggi balok atas arah x = 550 mm
6. Tinggi balok bawah arah x = 550 mm
7. Tinggi balok atas arah y = 550 mm
8. Tinggi balok bawah arah y = 550 mm
1
9. Panjang bersih kolom atas arah x = L – (2 x Tinggi balok atas arah x) -
1
(2 x Tinggi balok bawah arah x)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)

= 2950 mm
1
10. Panjang bersih kolom bawah arah x = L – (2 x Tinggi balok atas arah x) -
1
(2 x Tinggi balok bawah arah x)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)

= 2950 mm
1
11. Panjang bersih kolom atas arah y = L – (2 x Tinggi balok atas arah y) -
1
(2 x Tinggi balok bawah arah y)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)

= 2950 mm
1
12. Panjang bersih kolom bawah arah y = L – ( x Tinggi balok atas arah y) -
2
182

1
(2 x Tinggi balok bawah arah y)
1 1
= 3500 – (2 x 550) - (2 x 550)

= 2950 mm
13. ∑Mpr balok atas arah x = 437,837 kNm
14. ∑Mpr balok bawah arah x = 437,837 kNm
15. ∑Mpr balok atas arah y = 437,837 kNm
16. ∑Mpr balok bawah arah y = 437,837 kNm
17. Pux = 2773,222 kN
18. Puy = 2271,252 kN
19. Ag =BxH
= 650 x 650
= 422500 mm2
20. F’c = 30 MPa
21. Fy = 420 MPa
22. Fys = 420 MPa
23. Penenutup beton (Pb) = 40 mm
24. Diameter tulangan pokok = 22 mm
25. Diameter sengkang = 13 mm
1
26. ds arah x = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
1
= 40 + 13 + (2 x 22)

= 64 mm
1
27. ds arah y = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
1
= 40 + 13 + ( x 22)
2

= 64 mm
1
28. ds’ arah x = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
1
= 40 + 13 + (2 x 22)

= 64 mm
1
29. ds’ arah y = Pb + Dsengkang + (2 x Dpokok)
183

1
= 40 + 13 + (2 x 22)

= 64 mm
30. d arah x = b – ds’ arah x
= 650 – 64
= 586 mm
31. d arah y = b – ds’ arah y
= 650 – 64
= 586 mm
10.2.1 Perhitungan desain tulangan geser berdasarkan hasil analisis struktur
menggunakan software SAP 2000

Untuk perhitungan desain tulangan geser berdasarkan hasil analisa struktur


menggunakan Software SAP2000 sendiri dari dua jenis perhitungan, yaitu
perhitungan desain tulangan geser daerah sendi plastis dan daerah luar sendi plastis.
Namun sebelumnya, dilakukan beberapa perhitungan yang dapat dilihat di bawah
ini dan diambil contoh perhitungan pada Kolom KD Lantai 1-5 Arah X.
1. Menghitung Vu kolom
Perhitungan Vu kolom dilakukan dengan beberapa perhitungan yang dapat
dilihat di bawah ini.
a. Menghitung Dfatas
1
Latas
Dfatas = 1 1
+
Latas Lbawah
1
3500
= 1 1
+
3500 3500

= 0,5
b. Menghitung Dfbawah
1
Lbawah
Dfbawah = 1 1
+
Latas Lbawah
1
3500
= 1 1
+
3500 3500

= 0,5
c. Menghitung Vsway
184

(ΣMpr atas x Dfatas )+ (ΣMpr bawah x Dfbawah )


Vsway = Lnx
1000

(437,837 x 0,5)+ (437,837 x 0,5)


= 2950
1000

= 148,419 kN
= 148419,175 N
d. Mengambil nilai Vux dari software SAP 2000
Nilai Vux yang diambil adalah Vux dengan kombinasi pembebanan 1,2D
+ 1L. Maka diperoleh nilai Vux sebesar 32,019 KN.
e. Menentukan nilai Vux pakai
Untuk nilai Vux pakai adalah nilai Vux terbesar antara Vux perhitungan
atau Vsway dan Vux dari software SAP2000 sehingga nilai Vux pakai
adalah sebesar 148,419 kN atau 148419,175 N.
f. Menghitung nilai Vc kolom
Pu 1
Vc = (1 + 14 x Ag) x 6 x √f′c x b x d
2773,222 1
= (1 + 14 x 422500) x 6 x √30 x 650 x 64

= 55780,046 N
g. Menghitung daerah sendi plastis
Untuk menghitung nilai daerah sendi plastis, maka diambil nilai terbesar
dari 3 kondisi di bawah ini.
1) B = 650 mm
1 1
2) x Lnx = 6 x 2950
6

= 491,667 mm
3) 450 mm
Maka digunakan nilai lo sebesar 650 mm.
2. Menghitung tulangan geser daerah sendi plastis
Untuk perhitungan tulangan geser daerah sendi plastis dilakukan beberapa
perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
a. Menghitung parameter properti penampang
Dsengkang
1) hc = b – (2 x (Pb + )
2
185

13
= 650 – (2 x (40 + )
2

= 557 mm
2) Ach = (b – (2 x Pb))2
= (650 – (2 x 40))2
= 324900 mm2
b. Menghitung Ash/h minimal
Ash
1) Menghitung s1
Ash hc x F′c Ag
= 0,3 x ( ) x (Ach – 1)
s1 Fyh
557 x 30 422500
= 0,3 x ( )x( – 1)
420 324900

= 4,184 mm2/mm
Ash
2) Menghitung s2
Ash hc x F′c
= 0,9 x ( )
s2 Fyh
557 x 30
= 0,9 x ( )
420

= 4,179 mm2/mm
Ash
3) Menghitung s3

kf =1
kn = 1,143
Ash pu x 1000
s3
= 0,2 x kf x kn x (Fyh x Ach) x H
2773,222 x 1000
= 0,2 x 1 x 1,143 x ( ) x 650
420 x 324900

= 3,019 mm2/mm
c. Jarak spasi maksimum sengkang daerah SP
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.2, spasi maksimum tulangan
geser atau sengkang adalah yang terkecil di antara:
1
1) x dimensi penampang kolom terkecil
4
1
x 650 = 162,5 mm
4

2) 6 x Dpokok
6 x 22 = 132 mm
186

3) Sx yang tidak perlu lebih kecil dari 100 mm


Maka nilai spasi pakai adalah nilai terkecil dari nilai spasi perlu dan spasi
maksimum. Maka spasi pakai atau Spakai adalah 100 mm.
d. Menghitung jumlah kaki sengkang
Ash
1) Ash1 =sx s1

= 100 x 4,184
= 418,414 mm2
Ash
2) Ash2 =sx s2

= 100 x 4,179
= 417,857 mm2
Ash
3) Ash3 =sx s3

= 100 x 3,019
= 301,940 mm2
4) Ashpakai
Adapun untuk nilai Ash pakai adalah nilai terbesar dari Ash1, Ash2, dan
Ash3. Maka nilai Ashpakai adalah 418,414 mm2.
1 bxs
5) Asmin =3x Fyh
1 650 x 100
=3x 420

=51,587 mm2
6) Aspakai
Adapun untuk nilai Aspakai syarat confinement adalah nilai terbesar dari
Ashpakai dan Asmin. Maka nilai Aspakai syarat confinement adalah 418,414
mm2.
1
7) A1D = 4 x π x D2
1
= 4 x π x 222

= 132,732 mm2
Aspakai
8) nperlu = A1D
418,414
= 132,732
187

= 3,152 kaki
9) npakai
npakai = 3,152 ≈ 4 kaki
e. Cek syarat jarak kaki sengkang
H−(2 x Pb)−Dsengkang
Hx = n−1
650−(2 x 40)−13
= 4−1

= 172,667 mm
Maka dengan jumlah kaki sama dengan 4 sudah memenuhi syarat Hx ≤ 350
mm dengan nilai Hx sebesar 172,667 mm.
f. Tulangan geser pakai
Maka tulangan geser pakai pada kolom KD lantai 1-5 arah x adalah 4D13-
100mm.
3. Menghitung tulangan geser daerah luar sendi plastis
Untuk perhitungan tulangan geser daerah luar sendi plastis dilakukan beberapa
perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
a. Mengitung Vs
Diketahui:
Vu = 148419,175 N
Vc = 55780,046 N
ɸ = 0,75
Sehingga perhitungan Vs dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
Vu
Vs = - Vc
ɸ
148419,175
= - 55780,046
0,75

= 142112,187 N
b. Jarak spasi maksimum sengkang kolom
1) S1 = 6 x Dpokok
= 6 x 22
= 132 mm
2) S2 = 150 mm
188

3) Smax = 132 mm
4) Spakai = 130 mm
c. Menghitung jumlah kaki
Spakai × Vs
1) Aperlu = Fy × dx
100 × 142112,189
= 420 × 586

= 75,063 mm2
Aperlu
2) nperlu = A1D
75,063
=
132,732

= 0,566 kaki
3) nperlu = 0,566 ≈ 2 kaki
d. Tulangan geser pakai
Maka tulangan geser pakai pada Kolom Dalam Lantai 1-5 arah x adalah
2D13-130mm.

Adapun untuk perhitungan tulangan geser daerah sendi plastis dan daerah luar
sendi plastis tinjauan arah y, perhitungannya secara garis besar sama dengan
perhitungan tulangan geser daerah sendi plastis dan daerah luar sendi plastis arah
x. Untuk perhitungan tinjauan arah y, maka seperti nilai Ln, Pu, dan d menggunakan
nilai Lny, Puy, dan dy. Setelah itu, mengambil jumlah kaki terbanyak dan jarak
antar sengkang terkecil dari hasil perhitungan daerah sendi plastis dan daerah luar
sendi plastis tinjauan arah x dan arah y. Maka didapatkan hasilnya sebagai berikut.
1. Daerah sendi plastis
a. npakai = 4 kaki
b. Spakai = 100 mm
c. Tulangan geser pakai = 4D13-100mm
2. Daerah luar sendi plastis
a. npakai = 2 kaki
b. Spakai = 130 mm
c. Tulangan geser pakai = 2D13-130mm
189

10.2.1 Rekapitulasi hasil perhitungan desain tulangan geser kolom

Adapun untuk rekapitulasi hasil perhitungan desain tulangan geser kolom


dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Tulangan Geser Kolom

Kode Daerah Sendi Plastis Daerah Luar Sendi Plastis


Lantai
Kolom
Arah X Arah Y Arah X Arah Y
1-5 4D13-100mm 4D13-100mm 2D13-130mm 2D-130mm
KD
6-9 4D13-100mm 4D13-100mm 2D13-130mm 2D-130mm
1-5 4D13-100mm 4D13-100mm 2D13-130mm 2D-130mm
KL
6-9 4D13-100mm 4D13-100mm 2D13-130mm 2D-130mm

10.3 Perhitungan Beam Column Joint (BCJ)


10.3.1 Teori Beam Column Joint (BCJ)

Prinsip dasar desain yang dianjurkan pada bangunan gedung adalah Strong
Column Weak Beam. Prinsip desain tersebut membentuk perilaku goyangan
menurut beam sway mechanism. Pada pola goyangan seperti itu sendi – sendi plastis
akan diharapkan terjadi pada ujung – ujung balok khususnya pada tipe struktur
earthquake load dominated. Mekanisme goyangan seperti itu akan mampu
melakukan disipasi energi secara stabil mengingat elemen – elemen struktur
mampu berperilaku daktail, karena kebutuhan daktilitas kurvatur (required
curvature ductility) masih dapat dipenuhi secara relatif mudah oleh potongan
struktur.
Adapun Beam Column Joint sendiri mempunyai fungsi yaitu sebagai
penghubung antara kolom dan balok dan sekaligus menjaga kestabilan struktur itu
sendiri dengan bantuan kolom dan balok. Sebagaimana dipakai pada analisis
struktur, joints diperbolehkan terjadi rotasi tapi joints harus tetap utuh elastik (tidak
rusak) sehingga mampu menghubungkan kolom dan balok dalam hubungan yang
tetap siku. Dengan kata lain joints harus tetap berfungsi sebagai jepit elastik yang
sempurna buat balok maupun kolom (walaupun joints mengalami rotasi). Dengan
190

demikian “joints” harus masih tetap mampu menimbulkan pengekangan terhadap


balok atau kolom.
10.3.2 Perhitungan Beam Column Joint (BCJ)

Perhitungan desain beam column joint dilakukan pada setiap kolom dengan
dua perhitungan, yaitu perhitungan dengan tinjauan arah x dan arah y. Adapun
desain beam column joint dapat dilakukan melalui perhitungan - perhitungan di
bawah ini dan pada perhitungan ini digunakan langkah perhitungan kolom KD
lantai 1-5 arah Y sebagai contoh perhitungan.
1. Data
a. Lebar balok (Bb) = 300 mm
b. Tinggi balok (Hb) = 550 mm
c. Tulangan pokok balok = 19 mm
d. Lebar kolom (Bk) = 650 mm
e. Tinggi kolom (Hk) = 650 mm
2. Penulangan arah y
Bk−Bb
a. Kolom ke tepi balok (x) = 2
650 −300
= 2

= 175 mm
b. Bb + Hk = 300 + 650
= 950 mm
c. Bb + 2x = 300 + 2 x 175
= 650 mm
d. Lebar joint (B)
Diambil nilai minimum dari Bb + Hk dan Bb + 2x sehingga didapatkan
nilai sebesar 650 mm.
e. Tinggi joint (H) = Hk
= 650 mm
f. Luas joint (A) = Bjoint x Hjoint
= 650 x 650
= 422500 mm2
191

g. Panjang joint diukur paralel = 20 x Dpokok


Ash
h. daerah sendi plastis kolom = 4,184 mm2/mm (dari perhitungan desain
s

tulangan geser kolom)


3
i. Cek syarat Bb ≥ 4 Bk
3
Bb ≥ 4 Bk
3
300 mm … 4 x 650

300 mm < 487,5 mm


3
Sehingga, Bbalok tidak lebih besar dari 4 Bkolom.
Ash
j. perlu joint
s
3 Ash
Diketahui Bbalok tidak lebih besar dari Bkolom, maka perlu joint
4 s
Ash
bernilai sama dengan daerah sendi plastis kolom yaitu sebesar 4,184
s

mm2/mm.
k. Jarak pakai (s) = 100 mm
Ash
l. Ashperlu = xs
s

= 4,184 x 100
= 418,414 mm2
m. Dsengkang = 13 mm
1
n. A1D = 4 x π x D2
1
= 4 x π x 132

= 132,732 mm2
Ash perlu
o. nperlu = A1D
418,414
= 132,732

= 3,152 kaki
p. npakai = 4 kaki
q. Sengkang pakai = 4D13-100mm
3. Cek kekuatan geser pada joint arah y
a. F’c = 30 MPa
192

b. Bk kanan = 650 mm
= 0,65 m
c. Bk kiri = 650 mm
= 0,65 m
d. Lb kanan = 7200 mm
= 7,2 m
Bk kanan Bk kiri
e. Lb’ kanan = Lb kanan - -
2 2
0,65 0,65
= 7,2 - -
2 2

= 6,55 m
f. Lb kiri = 7200 mm
= 7,2 m
Bk kanan Bk kiri
g. Lb’ kiri = Lb kiri - -
2 2
0,65 0,65
= 7,2 - -
2 2

= 6,55 m
h. h1 = 3,5 m
i. h2 = 3,5 m
j. Mkap+ balok kanan = 240,057 kNm
k. Mkap- balok kiri = 437,837 kNm
l. ɸ =1
m. c = 1,7
n. d balok kanan = 466 mm
= 0,466 m
o. ds’ balok kanan = 63 mm
= 0,063 m
p. d balok kiri = 466 mm
= 0,466 m
q. ds’ balok kiri = 63 mm
= 0,063 m
Lb kiri Lb kanan
x Mkap− balok kiri + ′ x Mkap+ balok kanan
Lb′ kiri Lb kanan
r. Vkolom = 1
x (h1+h2)
2
193

7,2 7,2
x 437,837 + x 240,057
6,55 6,55
= 1
x (3,5+3,5)
2

= 212,904 kN
Mkap+ balok kanan
s. C = d balok kanan−ds′ balok kanan
240,057
= 0,466−0,063

= 595,675 kN
Mkap− balok kiri
t. T = d balok kiri−ds′ balok kiri
437,837
= 0,466−0,063

= 1086,443 kN
u. Vujoint = C + T – Vkolom
= 595,675 + 1086,443 - 212,904
= 1469,214 kN
v. Vcjoint = ɸ x c x √f′c x Ajoint
= 1 x 1,7 x √30 x 422500
= 3934017,269 N
= 3934,017 kN
w. Cek syarat VcJoint > VuJoint
VcJoint > VuJoint
3934,017 kN > 1469,214 kN
Maka beton sendiri sudah mampu menahan gaya geser.
4. Cek kekuatan sengkang terpasang arah y
a. A1D = 132,732 mm2
b. npakai = 4 kaki
c. Fys = 420 MPa
d. B = 650 mm
e. H = 650 mm
f. Sb = 40 mm
g. Dpokok = 22 mm
h. Dsengkang = 13 mm
194

Dpokok
i. d kolom = B – Sb – Dsengkang -
2
22
= 650 – 40 – 40 – 2

= 586 mm
j. S = 100 mm
n x Fys x A1D x d kolom
k. Vs = s
4 x 420 x 132,732 x 586
= 100

= 1306722,845 N
= 1306,723 kN
l. ɸ = 0,75
m. ɸVn = ɸ (Vcjoint + Vs)
= 0,75 (3934,017 + 1306,723)
= 3930,555 kN
n. Vujoint = 1469,214 kN
o. Cek syarat ɸVn > Vujoint
ɸVn > VuJoint
3930,555 kN > 1469,214 kN
Maka, tulangan geser yang di desain pada daerah hubungan kolom dan
balok mampu menahan gaya.
Dari perhitungan tersebut, didapatkan tulangan geser beam column joint
yang dipakai pada kolom KD lantai 1-5 arah y adalah 4D13-100mm.
10.3.3 Rekapitulasi perhitungan Beam Column Joint (BCJ)

Untuk rekapitulasi hasil perhitungan desain beam column joint dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 10.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Beam Column Joint (BCJ)
Kode
Lantai Daerah BCJ
Kolom
1-5 4D13-100mm
KD
6-9 4D13-100mm
1-5 4D13-100mm
KL
6-9 4D13-100mm
195
196

BAB XI
DESAIN PONDASI

11.1 Pendahuluan
Struktur bangunan gedung sepenuhnya terletak di atas tanah pendukung
melalui sistem pondasi. Dengan demikian sistem pondasi merupakan bagian yang
sangat penting dari bangunan gedung secara keseluruhan. Bila kita memilah, secara
garis besar bangunan gedung terdiri dari dua bagian pokok yaitu struktur atas
(Upper Structure/Superstructure) dan struktur bawah (Substructure). Struktur atas
adalah bagian bangunan yang secara langsung menahan beban, baik beban gravitasi
maupun beban angin/gempa. Selanjutnya beban – beban tersebut akan disalurkan
ke pondasi oleh kolom – kolom, selanjutnya oleh pondasi beban disalurkan ke
dalam tanah dasar. Karena tanah dasar sebagai pendukung terakhir tidak boleh
mengalami kerusakan, maka dalam mendukung beban tanah diberikan angka
keamanan (factor of safety, SF) yang besar dikarenakan beberapa hal berikut ini,
yaitu:
1. Sulitnya sistem kontrol pondasi setelah bangunan selesai dibangun.
2. Adanya ketidakpastian keseluruhan tanah di bawah bangunan.
3. Adanya ketidaksempurnaan dalam menentukan properti tanah.
4. Ketidakakuratan model matematik interaksi antara tanah dengan pondasi.
5. Adanya penyederhanaan lapisan – lapisan tanah seperti lapisan tanah dianggap
datar atau lapisan tanah dianggap sama tebal.
6. Tanah sebagai pendukung akhir beban tidak boleh terjadi kegagalan.
11.2 Langkah – Langkah Perencanaan Pondasi
Pada perencanaan pondasi kali ini, kami menggunakan pondasi tiang, karena
pondasi tiang sendiri termasuk kedalam jenis pondasi dalam. Adapun untuk
perhitungan desain pondasi sendiri dilakukan melalui beberapa langkah - langkah
perhitungan yang dapat dilihat di bawah ini.
1. Menentukan daya dukung vertikal tiang
197

Daya dukung vertikal tiang adalah beban ijin yang dapat ditanggung oleh satu
buah tiang yang ditancapkan pada suatu lokasi dan pada kedalaman tertentu.
2. Menentukan jumlah kebutuhan tiang
Setelah mengetahui daya dukung ijin tiang, dari beban struktur atas (beban
terfaktor: 1,2 D + 1E + 1L) dapat dihitung kebutuhan tiang pada satu titik
kolom.
3. Cek efisiensi dalam kelompok tiang
Daya dukung sebuah tiang yang berada pada suatu kelompok tiang akan
berkurang. Hal ini disebabkan tanah di sekitar tiang terdesak oleh tiang lainnya.
Agar daya dukung tersebut tidak berkurang, setidak - tidaknya dibutuhkan
jarak 3 (tiga) dikali diameter atau 3D antar tiang satu dengan lainnya. Hal ini
tentu saja akan mengakibatkan pemborosan tempat. Agar optimal, biasanya
diatur dengan jarak antara 2,5 - 3 dikali diameter tiang.
4. Menghitung daya dukung kelompok tiang
Perhitungan daya dukung kelompok tiang digunakan untuk mengecek apakah
kelompok tiang yang digunakan aman atau tidak terdapat beban aksial kolom.
5. Menentukan gaya tarik atau gaya tekan yang bekerja pada tiang
Akibat momen yang besar dari struktur atas, tiang dapat juga mengalami gaya
tarik ke atas. Untuk itu perlu dilakukan analisis gaya - gaya yang bekerja pada
masing - masing tiang dalam suatu kelompok tiang dan jangan sampai melebihi
daya dukung yang diijinkan.
6. Menghitung penulangan pada pile
Langkah terakhir dalam desain pondasi adalah menghitung jumlah tulangan
yang akan digunakan dalam satu tiang fondasi.

11.3 Perhitungan Desain Pondasi


Pada perhitungan kali ini, kami menggunakan perhitungan pondasi K1
sebagai contoh perhitungan. Adapun untuk perhitungan pondasi lainnya sama,
hanya berbeda pada nilai daya dukung ijin tekan, daya dukung ijin tarik, nilai Pu
max, nilai Mux, nilai Muy, penentuan dimensi, dan penggunaan jumlah tulangan
yang dipakai.
198

11.3.1 Perhitungan Desain Pondasi Terpisah

Pada perhitungan desain pondasi tiang terpisah kami melakukan


perhitungan trial pada diameter pile, setelah didapatkan diameter pile dan
kedalaman yang diinginkan lalu kita melanjutkan perhitungan hingga didapat
nilaidaya dukung yang baik serta jumlah penulangan pile yang tidak boros dan
efisien. Diketahui data sebagai berikut.
1. Jenis tanah = Tanah keras, Kohesif
2. Diameter pile = 0,45 m
3. F’c = 30 Mpa
4. Fy = 420 Mpa
11.3.2 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasarkan N-SPT

Diketahui data N-SPT pada tanah sedang yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 11.1 Data N-SPT Pada Tanah Keras Kohesif


Kedalaman (m) Segmen (li) (m) N-SPT
2 2 50
4 2 60
6 2 65
8 2 55
10 2 54
12 2 61
14 2 63
16 2 64
18 2 57
20 2 56
22 2 55
24 2 58
26 2 64
28 2 65
30 2 61

Contoh pada perhitungan daya dukung ijin tekan berdasar N-SPT kami
mengambil pada kedalaman 2 m. Diketahui data sebagai berikut.
a. Panjang segmen =2m
199

b. Diameter pile = 0,45 m


c. N-SPT = 50
1. Tahanan ujung konus sondir (qc)
qc = 20 x N-SPT
= 20 X 50
= 1000 t/m²
2. Luas Penampang tiang (Ap)
1
Ap = 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
4
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 0,45²

= 0,159043128 m²
3. Luas penampang tiang (Ast)
Ast = 𝜋𝑥𝐷
= 𝜋 𝑥 0,45
= 1,413716694 m
4. Gaya geser pada selimut segmen tiang (fi)
fi = karena nilai N-SPT di atas 12 , maka nilai fi diambil 12 t/m²
5. li fi = fi x segmen
= 12 x 2
= 24 t/m
6. Σli fi = 24 t/m
7. Faktor kemanan (FK)
Faktor keamanan yang digunakan yakni ada dua, yaitu Faktor Keamanan satu
dengan nilai 3 dan Faktor Keamanan dua dengan nilai 5.

8. Daya dukung ijin tekan tiang (Pa)


𝑞𝑐 𝑥 Σli fi x Ast
P all = +
𝐹𝐾 𝐹𝐾2
1000 𝑥 0,159043128 24 x 1,413716694
= +
3 5

= 59,80021616 ton
Adapun hasil perhitungan daya dukung ijin tekan berdasar N-SPT dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
200

Tabel 11.2 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasar N-SPT

Kedalaman Segmen N- Qc Ap Ast Fi li fi Σli fi P all


(m) (li) (m) SPT (t/ m²) (m2) (m) (ton)
(t/ m²) (t/m) (t/m)

2 2 50 1000 0,159 1,414 12 24 24 59,800


4 2 60 1200 0,159 1,414 12 24 48 77,189
6 2 65 1300 0,159 1,414 12 24 72 89,276
8 2 55 1100 0,159 1,414 12 24 96 85,459
10 2 54 1080 0,159 1,414 12 24 120 91,185
12 2 61 1220 0,159 1,414 12 24 144 105,393
14 2 63 1260 0,159 1,414 12 24 168 114,299
16 2 64 1280 0,159 1,414 12 24 192 122,145
18 2 57 1140 0,159 1,414 12 24 216 121,509
20 2 56 1120 0,159 1,414 12 24 240 127,235
22 2 55 1100 0,159 1,414 12 24 264 132,960
24 2 58 1160 0,159 1,414 12 24 288 142,927
26 2 64 1280 0,159 1,414 12 24 312 156,074
28 2 65 1300 0,159 1,414 12 24 336 163,920
30 2 61 1220 0,159 1,414 12 24 360 166,465

Pada desain pondasi kali ini kami merencanakan tiang pondasi akan ditanam
hingga kedalaman 14 meter. Maka didapatkan daya dukung ijin tekan tiang adalah
114,299 ton.
11.3.3 Daya Dukung Ijin Tekan Berdasarkan Material

Daya dukung ijin tekan berdasarkan material dapat diketahui melalui


perhitungan berikut. Diketahui data sebagai berikut.
1. F’c = 30 Mpa
2. Ap = 0,159 m²
3. Daya dukung ijin tekan tiang (Pa)
Pa = F’c x Ap
= 30 x 0,159 x 106
= 4771293,843 N
201

= 486,3704223 ton

11.3.4 Daya Dukung Ijin Tekan Pakai

Daya dukung ijin tekan pakai yang digunakan adalah nilai daya dukung ijin
tekan tiang terkecil berdasarkan data N-SPT dan material. Maka daya dukung ijin
tekan pakai adalah 114,299 ton.
11.3.5 Daya Dukung Ijin Tarik Berdasarkan N-SPT

Contoh pada perhitungan daya dukung ijin tarik berdasar N-SPT kami
mengambil pada kedalaman 2 m. Diketahui data sebagai berikut.
a. Panjang segmen =2m
b. Diameter pile = 0,45 m
c. N-SPT = 50
1. Tahanan ujung konus sondir (qc)
qc = 20 x N-SPT
= 20 X 50
= 1000 t/m²
2. Luas Penampang tiang (Ap)
1
Ap = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 0,45²

= 0,159043128 m²
3. Luas penampang tiang (Ast)
Ast = 𝜋𝑥𝐷
= 𝜋 𝑥 0,45
= 1,413716694 m
4. Gaya geser pada selimut segmen tiang (fi)
fi = karena nilai N-SPT di atas 12 , maka nilai fi diambil 12 t/m²
5. li fi = fi x segmen
= 12 x 2
= 24 t/m
6. Σli fi = 24 t/m
202

7. Faktor kemanan (FK)


Faktor keamanan yang digunakan yakni Faktor Keamanan dua dengan nilai 5.
8. Berat pondasi (Wp)

Wp = 𝛾 𝑥 𝐴𝑝 𝑥 ℎ

1
= 2,4 𝑥 𝑥 0,452 𝑥 2
4

= 0,763407015 ton
9. Daya dukung ijin tekan tiang (Pa)
( Σli fi x Ast)
P all = + 𝑊𝑝
𝐹𝐾
( 24 x 1,4137 )
= + 0,7634
5

= 5,5135 ton
Adapun hasil perhitungan daya dukung ijin tarik berdasar N-SPT dapat dilihat
pada tabel di halaman selanjutnya.

Tabel 11.3 Daya Dukung Ijin Tarik Berdasar N-SPT


Qc Fi Σli P
Kedalaman Segmen N- Ap Ast li fi Wp
(t/ (t/ fi all
(m) (li) (m) SPT (m2) (m) (t/m) (ton)
(ton)
m²) m²) (t/m)
2 2 50 1000 0,159 1,414 12 24 24 0,763 5,513
4 2 60 1200 0,159 1,414 12 24 48 1,527 11,027
6 2 65 1300 0,159 1,414 12 24 72 2,290 16,540
8 2 55 1100 0,159 1,414 12 24 96 3,054 22,054
10 2 54 1080 0,159 1,414 12 24 120 3,817 27,567
12 2 61 1220 0,159 1,414 12 24 144 4,580 33,081
14 2 63 1260 0,159 1,414 12 24 168 5,344 38,594
16 2 64 1280 0,159 1,414 12 24 192 6,107 44,108
18 2 57 1140 0,159 1,414 12 24 216 6,871 49,621
20 2 56 1120 0,159 1,414 12 24 240 7,634 55,135
22 2 55 1100 0,159 1,414 12 24 264 8,397 60,648
24 2 58 1160 0,159 1,414 12 24 288 9,161 66,162
26 2 64 1280 0,159 1,414 12 24 312 9,924 71,675
28 2 65 1300 0,159 1,414 12 24 336 10,688 77,189
30 2 61 1220 0,159 1,414 12 24 360 11,451 82,702
203

Pada desain pondasi kali ini kami merencanakan tiang pondasi akan ditanam
hingga kedalaman 14 meter. Maka didapatkan daya dukung ijin tekan tiang adalah
38,594 ton.
11.3.6 Daya Dukung Ijin Tarik Pakai

Daya dukung ijin tarik pakai yang digunakan adalah nilai daya dukung ijin
tarik terkecil berdasarkan data N-SPT. Maka daya dukung ijin tarik pakai adalah
38,594 ton.
11.3.7 Daya Dukung Tiang yang Dibutuhkan

Perhitungan jumlah tiang yang diperlukan pada suatu titik kolom


menggunakan beban aksial dengan kombinasi beban 1,2D + 1E + 1L. Jumlah tiang
yang diperlukan dihitung dengan membagi gaya aksial yang terjadi dengan daya
dukung tekan tiang karena pada kasus ini gaya aksial kolom juga merupakan tekan.
Diketahui data sebagai berikut:
1. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN atau 282,6934 ton
2. Daya dukung tekan tiang (Pall) = 114,299 ton
3. Jumlah tiang pakai (n)
Maka jumlah tiang yang diperlukan dapat dicari menggunakan perhitungan
berikut.
𝑃𝑢
n = 𝑃𝑎𝑙𝑙
282,6934
= 114,299

= 2,4733 tiang
Didapatkan jumlah tiang yang diperlukan yaitu 2,4733 tiang. Maka jumlah
tiang yang digunakan adalah 4 tiang.

11.3.8 Konfigurasi Pile Cap

Adapun untuk mengetahui konfigurasi pile cap maka dilakukan beberapa


perhitungan sebagai berikut.
1. Jarak tiang (S)
Jarak antar tiang atau S menurut ketentuan nilainya adalah 2,5 - 3 dikali
diameter tiang dan kami menggunakan ketentuan jarak antar tiang sebesar 3
204

dikali diameter tiang dan perlu diketahui bahwasanya jarak tiang sendiri
dihitung dari as ke as atau dari tengah tiang ke tengah tiang berikutnya.
Jarak tiang (S) =3xD
= 3 x 0,45
= 1,4 m
2. Jarak tepi (St)
Jarak tepi atau St menurut ketentuan nilainya adalah 1,5- 2 dikali diameter tiang
dan kami menggunakan ketentuan jarak tepi sebesar 2 dikali diameter tiang dan
perlu diketahui bahwasanya jarak tepi sendiri dihitung dari tepi ke as tiang
terdekat.
Jarak Tepi (St) =2xD
= 2 x 0,45
= 0,9 m
3. Jumlah tiang baris X =2
4. Jumlah tiang baris Y =2
5. B = ((Jumlah tiang baris X - 1) x S) + (2 x St)
= ((2 - 1) x 1,4) + (2 x 0,9)
= 3,2 m
6. H = ((Jumlah tiang baris Y - 1) x S) + (2 x St)
= ((2 - 1) x 1,4) + (2 x 0,9)
= 3,2 m

11.3.9 Efisiensi Kelompok Tiang

Perhitungan jumlah tiang yang diperlukan seperti pada perhitungan di


bagian sebelumnya masih belum sempurna karena daya dukung kelompok tiang
bukanlah berarti daya dukung satu tiang dikalikan dengan jumlah tiang. Hal ini
karena intervensi (tumpang tindihnya) garis - garis tegangan dari tiang - tiang yang
berdekatan (group action). Pengurangan daya dukung kelompok tiang yang
disebabkan oleh group action ini biasanya dinyatakan dalam suatu angka efisiensi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang berdasarkan rumus Converse-Labarre dari
Uniform Building Code AASHTO adalah:
205

(𝑛−1)𝑥𝑚+(𝑚−1)𝑥𝑛
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90 𝑥 𝑚 𝑥 𝑛

Keterangan:
Eg = efisiensi kelompok tiang
θ = arctan (D/s) (derajat)
D = diameter tiang
s = jarak antar tiang (as ke as)
m = jumlah tiang dalam 1 kolom
n = jumlah tiang dalam 1 baris
Diketahui data sebagai berikut:
1. Jarak tiang (S)
Jarak antar tiang atau S menurut ketentuan nilainya adalah 2,5 - 3 dikali
diameter tiang dan kami menggunakan ketentuan jarak antar tiang sebesar 3
dikali diameter tiang dan perlu diketahui bahwasanya jarak tiang sendiri
dihitung dari as ke as atau dari tengah tiang ke tengah tiang berikutnya.
Jarak tiang (S) =3xD
= 3 x 0,45
= 1,4 m
2. Jumlah tiang dalam 1 kolom (m)
Diketahui bahwa jumlah yang digunakan adalah 4 tiang. Maka jumlah tiang
dalam 1 kolom yang kami gunakan adalah 2 tiang.
3. Jumlah tiang dalam 1 baris (n)
Diketahui bahwa jumlah tiang yang digunakan adalah 4 tiang. Maka jumlah
tiang dalam 1 baris yang kami gunakan adalah 2 tiang.
4. Diameter tiang (D)
Diameter yang digunakan adalah 0,45 m.
5. Nilai (θ)
𝐷
𝜃 = arctan ( 𝑆 )
0,45
= arctan ( 1,4 )

= 17,81888891°
Maka nilai efisiensi kelompok tiang dapat dicari menggunakan perhitungan berikut.
206

(𝑛−1)𝑥 𝑚+(𝑚−1)𝑥 𝑛
Eg =1−𝜃 90 𝑥 𝑚 𝑥 𝑛
(2−1)𝑥 2+(2−1)𝑥 2
= 1 − 17,819
90 𝑥 2 𝑥 2

= 0,802
Didapatkan nilai efisiensi kelompok tiang yaitu sebesar 0,802.
11.3.10 Daya Dukung Kelompok Tiang

Perhitungan daya dukung vertikal kelompok tiang dilakukan untuk


mengecek apakah kelompok tiang yang digunakan mampu menahan gaya aksial
kolom dan dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

Qu = Eg x n x Pall
= 0,802 x 4 x 114,299
= 366,6768 ton
Maka kelompok tiang dengan jumlah 4 tiang aman untuk digunakan karena
nilai daya dukung kelompok tiang atau Qu lebih besar daripada gaya aksial kolom
atau Pu, yaitu 366,6768 ton > 282,69337 ton.
11.3.11 Beban Maksimum Tiang

Beban aksial dan momen yang bekerja akan didistribusikan ke pile cap dan
kelompok tiang berdasarkan rumus elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap
kaku sempurna, sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan pile cap
melengkung atau deformasi. Adapun untuk perhitungan beban maksimum tiang
dapat menggunakan rumus berikut.
𝑃𝑢 𝑀𝑦+𝑋𝑚𝑎𝑥 𝑀𝑥+𝑌𝑚𝑎𝑥
Pmaks = 𝑛𝑝 + ±
𝑛𝑦+∑𝑋² 𝑛𝑥+∑𝑦²

Keterangan:
Pmaks = beban maksimum tiang
Pu = gaya aksial yang terjadi (dengan kombinasi pembebanan 1,2D + 1E + 1L)
My = momen yang bekerja tegak lurus sumbu y
Mx = momen yang bekerja tegak lurus sumbu x
Xmax = jarak tiang arah sumbu x terjauh
Ymax = jarak tiang arah sumbu y terjauh
ƩX2 = jumlah kuadrat x
207

ƩY2 = jumlah kuadrat y


nx = banyak tiang dalam satu baris arah sumbu x
ny = banyak tiang dalam satu baris arah sumbu y
np = jumlah tiang
Diketahui data sebagai berikut:
1. Pu = 2773,222 kN
2. Mux kolom = 967,374 kNm
3. Muy kolom = 930,9 kNm
1
4. Xmax = 𝑆 – ( 2 𝑥 𝑆)
1
= 1,4 – ( 2 𝑥 1,4)

= 0,7 m
1
5. Ymax = 𝑆 – ( 2 𝑥 𝑆)
1
= 1,4 – ( 2 𝑥 1,4)

= 0,7 m
Dengan keterangan untuk nilai Xmax dan Ymax sendiri dihitung dari tengah
pile cap yang ditandai dengan garis hitam pada gambar di bawah ke tiap tiang yang
ada dengan tinjauan arah x dan arah y. Selain menggunakan perhitungan
sebelumnya, nilai Xmax dan Ymax juga dapat dihitung dengan mengurangi jarak
antar tiang (dengan catatan dihitung dari tengah tiang ke tengah tiang) atau s dengan
setengah s. Untuk Xmax ditandai dengan garis berwarna merah pada gambar di
bawah ini dan Ymax ditandai dengan garis berwarna merah pada gambar di bawah
ini.
208

Gambar 4.1 Konfigurasi Tiang Pondasi Pada Pile Cap

6. ΣX² = 2 x 2 x Xmax²
= 2 x 2 x 0,7²
= 1,96 m²
7. ΣX² = 2 x 2 x Ymax²
= 2 x 2 x 0,7²
= 1,96 m²
Dengan keterangan yaitu digunakan angka dua yang pertama dikarenakan
terdapat dua jumlah tiang pada setiap sumbu dan angka dua yang kedua
dikarenakan terdapat dua Xmax yaitu untuk sumbu x dari tengah pile cap ke tiang
sebelah kanan dan ke tiang sebelah kiri berdasarkan gambar konfigurasi tiang
fondasi pada pile cap.
8. nx = 2 buah
9. ny = 2 buah
10. np = nX x nY
=2x2
= 4 buah

Maka nilai beban maksimum tiang dapat dicari menggunakan perhitungan berikut.
𝑃𝑢 𝑀𝑦+𝑋𝑚𝑎𝑥 𝑀𝑥+𝑌𝑚𝑎𝑥
Pmaks = 𝑛𝑝 ± ±
𝑛𝑦+∑𝑋² 𝑛𝑥+∑𝑦²
2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7
Pmaks = + +
4 2+1,96² 2+1,96²

= 1032,283 kN
209

2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7


Pmaks = − −
4 2+1,962 2+1,96²

= 354,328 kN
2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7
Pmaks = + −
4 2+1,96² 2+1,96²

= 686,792 kN
2273,222 930,9+0,7 967,374+0,7
Pmaks = − +
4 2+1,96² 2+1,96²

= 699,818 kN
Dari empat perhitungan di atas, diambil nilai Pmaks yang paling besar. Maka
didapatkan nilai Pmaks adalah 1032,283 kN. Dan jika diubah dalam satuan ton,
maka:
1032,283
Pmaks = 9,81

= 105,227 ton
Didapatkan Pmaks sebesar 105,227 Ton dan angka tersebut bernilai positif
maka pile cap mendapatkan gaya tekan. Maka nilai Pmaks tersebut dibandingkan
dengan nilai daya dukung tekan tiang.
Pall>Pmaks
114,299>105,227 (OK)
Maka penggunaan pondasi dengan diameter 0,45 m, pada kedalaman 14 m,
dan jumlah tiang yang digunakan 4 buah bisa digunakan karena Pall > Pmaks.
11.3.12 Perhitungan Penulangan Pile

Langkah perhitungan dalam desain pondasi selanjutnya adalah menghitung


jumlah tulangan yang akan digunakan dalam satu tiang atau pile. Untuk menghitung
jumlah tulangan yang akan digunakan dapat dilakukan beberapa perhitungan di
bawah ini.
Diketahui data sebagai berikut:
1. Diameter pile (D) = 450 mm
2. Rasio penulangan (ρ) = 1,5%
3. Diameter tulangan pokok = 25 mm
4. Diameter Sengkang = 13 mm
5. Selimut beton = 50 mm
210

6. Jarak Sengkang = 100 mm


Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk mengetahui
jumlah tulangan yang digunakan.
1. Menghitung luas penampang tiang (Ag)\
1
Ag = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 450²

= 159043,1281 mm²
2. Menghitung luas tulangan pokok (As)
As = Ag x ρ
= 159043,1281 x 1,5%
= 2385,646921 mm²
3. Menghitung luas satu tulangan (A1D)
1
A1D = 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
4
1
=4 𝑥 𝜋 𝑥 25²

= 490,8738521 cm²
4. Menghitung jumlah tulangan perlu (nperlu)
𝐴𝑠
nperlu = 𝐴1𝐷
2385,646921
= 490,8738521

= 4,86 buah
5. Menghitung jumlah tulangan pakai (npakai)
Untuk nilai jumlah tulangan pakai adalah pembulatan ke atas dari nilai jumlah
tulangan perlu. Maka untuk jumlah tulangan pakai atau n pakai = 5 buah. Maka
untuk penulangan pada pile, digunakan tulangan lentur sebanyak 5 buah
berdiameter 25 mm atau 5D25 dan tulangan geser D13-100.

11.4 Konsep Perhitungan Pile Cap


Sebelum melakukan perhitungan desain pile cap maka perlu diketahui
fungsi dari pile cap itu sendiri. Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang - tiang
menjadi satu kesatuan dan memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap
211

biasanya terbuat dari beton bertulang. Perencanaan pile cap dilakukan dengan
anggapan sebagai berikut:
1. Pile cap sangat kaku.
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Oleh karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan dan
deformasi membentuk bidang rata.

11.4.1 Perhitungan Pile Cap

Adapun untuk perhitungan desain pile cap dapat dilakukan dengan beberapa
perhitungan di bawah ini. Diketahui data sebagai berikut:
1. Jarak tiang (s) = 1,4 m
2. Diameter tiang (D) = 0,45 m
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk
mengetahui dimensi pile cap yang digunakan.
1. Menghitung jarak tepi (st)
st =2xD
(ketentuannya adalah 1,5D - 2D, dan kami menggunakan st = 2D)
= 2 x 0,45
= 0,9 m
2. Menghitung lebar pile cap (B)
B = s + (2 x st)
= 1,4 + (2 x 0,9)
= 3,2 m
3. Menghitung panjang pile cap (H)
H = s + (2 x st)
= 1,4 + (2 x 0,9)
= 3,2 m
Penjelasan untuk lebar dan panjang pile cap: karena jumlah tiang yang
digunakan adalah 4 (empat) dan konfigurasinya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
212

Gambar 4.2 Konfigurasi Tiang Pada pile cap


Maka dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung lebar
pile cap (searah dengan sumbu x) dapat dilakukan dengan menjumlahkan jarak
antar tiang yang ditandai dengan garis berwarna hitam pada gambar dengan 2
(dua) kali jarak tepi yang ditandai dengan garis berwarna merah pada gambar.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa lebar dan panjang pile cap tidak boleh
lebih dari panjang bentang terpendek pada balok yang mengikat kolom
tersebut. Karena ini adalah perhitungan pada kolom KD dan balok yang
mengikat adalah balok tipe B2 baik arah x maupun arah y dengan bentang
sepanjang 8 m. Maka nilai panjang dan lebar pile cap boleh digunakan karena
nilainya lebih kecil dari nilai bentang balok, yaitu 3,2 m < 8 m.
4. Menentukan tebal pile cap (T)
Tebal pile cap yang digunakan sebesar 0,6 m.
5. Kontrol geser satu arah
Diketahui data sebagao berikut:
a. Lebar pile cap (B) = 3,2 m
b. Panjang pile cap (H) = 3,2 m
c. Tebal pile cap (T) = 0,6 m
d. Lebar kolom (B) = 0,65 m
e. Tinggi kolom (H) = 0,65 m
f. F’c = 30 Mpa
g. Fy = 420 Mpa
h. Selimut beton (pb) = 75 mm
213

(sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 9.7, nilai selimut beton untuk
beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan
tanah adalah 75 mm)
i. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN
j. Faktor reduksi (ɸ) = 0,75

Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk mengontrol


geser pile cap satu arah sebagai berikut ini.
a. Menghitung luas pile cap (A)
A =BxH
= 3,2 x 3,2
= 10,24 m²
b. Menghitung tegangan pile cap (σ)
𝑃𝑢
σ =
𝐴
2773,222
= 10,24

= 270,822 kN/m²
c. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 3,2 m
d. Menghitung tebal efektif pile cap (d)
d = T – pb
75
= 0,6 - 1000

= 0,525 m
e. Menghitung daerah pembebanan yang diperhitungkan
untuk geser penulangan satu arah
𝐵 𝑝𝑖𝑙𝑒𝑐𝑎𝑝 𝐵 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
G’ = 𝐵 𝑝𝑖𝑙𝑒 𝑐𝑎𝑝 − ( + + 𝑑)
2 2
3,2 3,2
= 3,2 − ( 2 + + 0,525)
2

= 0,75 m
Didapatkan nilai G’ sebesar 0,75 m, maka tebal pile cap yang digunakan
sudah memenuhi syarat karena G’ > 0.
f. Menghitung gaya geser (vu)
214

vu = σ x L x G’
= 270,822 x 3,2 x 0,75
= 649,974 kN
g. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
1
ɸvc = ɸ x 𝑥 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
6
1
=ɸx 𝑥 √30 𝑥 3200 𝑥 525
6

= 1150,217 kN
Maka didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 1150,217 kN > 649,974 kN, maka
pile cap aman terhadap geser satu arah.
6. Kontrol geser dua arah
Diketahui daya sebagai berikut:
a. Tebal efektif pile cap (d) = 0,525 m
b. Lebar kolom (B) = 0,65 m
c. Tinggi kolom (H) = 0,65 m
d. Lebar pile cap (B) = 3,2 m
e. Panjang pile cap (H) = 3,2 m
f. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN
g. Faktor reduksi (ɸ) = 0,75
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk
mengontrol geser pile cap dua arah sebagai berikut ini.
1. Menghitung luas penampang kritis (B’)
1
B’ = 𝐵𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 2 𝑥 𝑥𝑑
2
1
= 0,65 + 2 𝑥 𝑥 0,525
2

= 1,175 m
2. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 3,2 m.
3. Menghitung luas pile cap (A)
A =BxH
= 3,2 x 3,2
= 10,24 m²
215

4. Menghitung tegangan pile cap (σ)


𝑃𝑢
σ = 𝐴
2773,222
= 10,24

= 270,822 kN/m²
5. Menghitung gaya geser (yu)
Vu = σ x (L² - B’²)
= 270,822 x (3,2² - 1,175²)
= 2399,31774 kN
6. Menentukan konstanta untuk perhitungan pondasi telapak (αs)
Nilai αs yang digunakan adalah 40, dikarenakan perhitungan yang dilakukan
adalah perhitungan pada kolom dalam atau kolom interior.
7. Menghitung nilai perbandingan lebar dan tinggi kolom (βc)
𝐵 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
βc =
𝐻 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
0,65
= 0,65

=1m
8. Menghitung keliling penampang kritis pondasi telapak (bo)
bo = 4 x B’
= 4 x 1,175
= 4,7 m
9. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1, nilai kuat geser beton atau vc
adalah nilai terkecil dari
2 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
a. ɸVc1 = ɸ x (1 + )𝑥
𝛽𝑐 6

𝑎𝑠 𝑥 𝑑 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
b. ɸVc2 = ɸ x ( + 2) 𝑥
𝑏𝑜 12
1
c. ɸVc3 = ɸ x 3 𝑥√𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑

Maka selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan ketiga rumus


di atas.
2 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
1. ɸVc1 = ɸ x (1 + 𝛽𝑐) 𝑥 6
216

2 √30 𝑥 4,7 𝑥 525


= 0,75 x (1 + 1) 𝑥 6

= 5068,14529 kN
𝑎𝑠 𝑥 𝑑 √𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
2. ɸVc2 = ɸ x ( + 2) 𝑥
𝑏𝑜 12
40 𝑥 525 √30 𝑥 4,7 𝑥 525
= 0,75 x ( + 2) 𝑥
4,7 12

= 5463,532511 kN
1
3. ɸVc3 = ɸ x 3 𝑥√𝐹′𝑐 𝑥 𝑏𝑜 𝑥 𝑑
1
= 0,75 x 3 𝑥√30 𝑥 4,7 𝑥 525

= 3378,763527 kN
Maka digunakan nilai ɸVc adalah nilai terkecil dari tiga perhitungan di atas,
yaitu 3378,763527 KN. Selain itu, didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 3378,763527
KN> 2399,31774 KN, maka pile cap aman terhadap geser dua arah.
11.4.2 Perhitungan Penulangan Pile Cap arah X

Diketahui data sebagai berikut:


1. Lebar pile cap (B) = 3200 mm
2. Panjang pile cap (H) = 3200 mm
3. Tebal Pile cap (T) = 600 mm
4. Lebar kolom (B) = 650 mm
5. Tinggi kolom (H) = 650 mm
6. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN
7. Jumlah tiang (np) = 4 tiang
8. F’c = 30 Mpa
9. Fy = 420 Mpa
10. Diameter tulangan pokok = 32 mm
11. Diameter Sengkang = 19 mm
12. Selimut beton (pb) = 75 mm
13. Tebal efektif pile cap = 525 mm
14. Faktor reduksi (ɸ) = 0,9
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut
untuk mengetahui jumlah tulangan pakai arah x sebagai berikut ini.
217

1. Menghitung beban yang diderita oleh 1 tiang (P1 tiang)


𝑃𝑢
P1 = 𝑛𝑝
2773,222
= 4

= 693,3055 kN
2. Menghitung momen ultimit
Mu = ∑Pu x X
693,3055 𝑥 1,4
=2x( )
2

= 970,628 kNm
3. Menghitung momen nominal
𝑀𝑢
Mn = ɸ
970,628
= 0,9

= 1078,475222 kNm
4. Menghitung nilai m
𝐹𝑦
m = 0,85 𝑥 𝐹′𝑐
420
= 0,85 𝑥 30

= 16,47058824
5. Menghitung nilai koefisien resistance (Rn)
𝑚𝑛
Rn = b x d²
1078,475222 x 106
= 1000 x 525²

= 3,912835273 Mpa
6. Menghitung nilai rasio tulangan perlu (ρ)
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ = 𝑚 − (1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2 𝑥 16,47058824 𝑥 3,912835273
= 16,47058824 − (1 − √1 − 420

= 0,010167648
7. Menghitung nilai rasio tulangan minimum (ρmin).
218

Nilai rasio tulangan minimum adalah nilai terbesar dari hasil dua perhitungan
di bawah ini.
1,4
a. ρmin1 = 𝐹𝑦
1,4
= 420

= 0,003333333
√𝐹′𝑐
b. ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

√30
= 4 𝑥 420

= 0,003260253
Maka didapatkan nilai rasio tulangan minimum adalah 0,003333333.
8. Menghitung nilai rasio tulangan pakai (ρ pakai)
Nilai rasio tulangan pakai adalah nilai terbesar dari nilai rasio tulangan perlu
dan nilai rasio tulangan minimum. Maka didapatkan nilai rasio tulangan pakai
atau ρpakai adalah 0,010167648.
9. Menghitung luas tulangan pokok (As)
As = ρ pakai x b x d
= 0,010167648 x 1000 x 525
= 5338,015165 mm²
10. Menghitung luas satu tulangan (A1D)
1
A1D = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 32²

= 804,2477193 mm²
11. Menghitung jarak tulangan pokok (S)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
S = 𝐴𝑠
804,2477193 𝑥 1000
= 5338,015165

= 150,6641878 mm
12. Menentukan jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Nilai jarak tulangan pokok pakai didapatkan dari pembulatan ke bawah nilai
jarak tulangan pokok atau s. Maka didapatkan nilai Spakai yaitu 150 mm.
219

13. Menghitung luas tulangan pokok baru (As’)


𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
804,2477193 𝑥 1000
= 150

= 5361,651462 mm²
14. Mengontrol jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Berdasarkan perhitungan As dan As’, maka didapatkan bahwa nilai As’ > As,
oleh karena itu penggunaan jarak tulangan pokok sebesar 150 mm sudah benar.
Maka dari beberapa perhitungan di atas, tulangan pokok yang digunakan
untuk penulangan pile cap arah X adalah D32-150mm.
11.4.3 Perhitungan Penulangan Pile Cap arah Y

Diketahui data sebagai berikut:


1. Lebar pile cap (B) = 3200 mm
2. Panjang pile cap (H) = 3200 mm
3. Tebal Pile cap (T) = 600 mm
4. Lebar kolom (B) = 650 mm
5. Tinggi kolom (H) = 650 mm
6. Gaya aksial kolom (Pu) = 2773,222 kN
7. Jumlah tiang (np) = 4 tiang
8. F’c = 30 Mpa
9. Fy = 420 Mpa
10. Diameter tulangan pokok = 32 mm
11. Diameter Sengkang = 19 mm
12. Selimut beton (pb) = 75 mm
13. Tebal efektif pile cap = 525 mm
14. Faktor reduksi (ɸ) = 0,9
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut
untuk mengetahui jumlah tulangan pakai arah x sebagai berikut ini.
1. Menghitung beban yang diderita oleh 1 tiang (P1 tiang)
𝑃𝑢
P1 =
𝑛𝑝
220

2773,222
= 4

= 693,3055 kN
2. Menghitung momen ultimit
Mu = ∑Pu x X
693,3055 𝑥 1,4
=2x( )
2

= 970,628 kNm
3. Menghitung momen nominal
𝑀𝑢
Mn = ɸ
970,628
= 0,9

= 1078,475222 kNm
4. Menghitung nilai m
𝐹𝑦
m = 0,85 𝑥 𝐹′𝑐
420
= 0,85 𝑥 30

= 16,47058824
5. Menghitung nilai koefisien resistance (Rn)
𝑚𝑛
Rn = b x d²
1078,475222 x 106
= 1000 x 525²

= 3,912835273 Mpa
6. Menghitung nilai rasio tulangan perlu (ρ)
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ = 𝑚 − (1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2 𝑥 16,47058824 𝑥 3,912835273
= 16,47058824 − (1 − √1 − 420

= 0,010167648
7. Menghitung nilai rasio tulangan minimum (ρmin).
Nilai rasio tulangan minimum adalah nilai terbesar dari hasil dua perhitungan
di bawah ini.
1,4
c. ρmin1 = 𝐹𝑦
221

1,4
= 420

= 0,003333333
√𝐹′𝑐
d. ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

√30
= 4 𝑥 420

= 0,003260253
Maka didapatkan nilai rasio tulangan minimum adalah 0,003333333.
8. Menghitung nilai rasio tulangan pakai (ρ pakai)
Nilai rasio tulangan pakai adalah nilai terbesar dari nilai rasio tulangan perlu
dan nilai rasio tulangan minimum. Maka didapatkan nilai rasio tulangan pakai
atau ρpakai adalah 0,010167648.
9. Menghitung luas tulangan pokok (As)
As = ρ pakai x b x d
= 0,010167648 x 1000 x 525
= 5338,015165 mm²
10. Menghitung luas satu tulangan (A1D)
1
A1D = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 4 𝑥 𝜋 𝑥 32²

= 804,2477193 mm²
11. Menghitung jarak tulangan pokok (S)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
S = 𝐴𝑠
804,2477193 𝑥 1000
=
5338,015165

= 150,6641878 mm
12. Menentukan jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Nilai jarak tulangan pokok pakai didapatkan dari pembulatan ke bawah nilai
jarak tulangan pokok atau s. Maka didapatkan nilai Spakai yaitu 150 mm.
13. Menghitung luas tulangan pokok baru (As’)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
804,2477193 𝑥 1000
= 150
222

= 5361,651462 mm²
14. Mengontrol jarak tulangan pokok pakai (Spakai)
Berdasarkan perhitungan As dan As’, maka didapatkan bahwa nilai As’ > As,
oleh karena itu penggunaan jarak tulangan pokok sebesar 150 mm sudah benar.
Maka dari beberapa perhitungan di atas, tulangan pokok yang digunakan
untuk penulangan pile cap arah X adalah D32-150mm.
11.4.4 Perhitungan Tulangan Susut

Diketahui data sebagai berikut:


1. Rasio tulangan susut (ρsusut) = 0,002
2. Tebal efektif pile cap (d) = 525 mm
3. Lebar per 1 m (b) = 1000 mm
4. Diameter tulangan susut = 19 mm
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut
untuk mengetahui jumlah tulangan susut pakai sebagai berikut ini.
1. Menghitung luas tulangan susut (Asst)
Asst = ρsusut x b x d
= 0,002 x 1000 x 525
= 1050 mm²
2. Menghitung luas satu tulangan susut (A1D)
1
A1D = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷²
1
= 𝑥 𝜋 𝑥 19²
4

= 283,528737 mm²
3. Menghitung jarak tulangan susut (Asst)
𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
Asst = 𝐴𝑠𝑠𝑡
283,528737 𝑥 1000
= 1050

= 270,0273686 mm²
4. Menghitung jarak tulangan susut pakai (Ssst)
Nilai jarak tulangan susut pakai didapatkan dari pembulatan ke bawah nilai
jarak tulangan pokok. Maka didapatkan nilai Ssst pakai yaitu 250 mm.
223

5. Menghitung luas tulangan susut baru (Asst’)


𝐴1𝐷 𝑥 𝑏
Asst’ = 𝐴𝑠𝑠𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
283,528737 𝑥 1000
= 250

= 1134,114948 mm²
6. Mengontrol jarak tulangan susut pakai (Ssst pakai)
Berdasarkan perhitungan Asst dan Asst’, maka didapatkan bahwa nilai Asst’ >
Asst, oleh karena itu penggunaan jarak tulangan susut sebesar 250 mm sudah
benar.
Maka dari beberapa perhitungan di atas, tulangan susut yang digunakan
untuk penulangan pada pile cap adalah D19-250mm.
11.5 Perhitungan Desain Pondasi Gabungan
Adapun untuk perhitungan desain pondasi gabungan, langkah-langkahnya
sama seperti pada perhitungan desain pondasi terpisah. Hanya saja yang
membedakan yaitu pada nilai Pu kolom dan perhitungan control geser satu arah
serta dua arah. Adapun untuk contoh perhitungan kami menggunakan podnasi
gabungan tipe PC3 atau pondasi gabungan antara pondasi PC1 dengan PC2.
Penggabungan pondasi sendiri dilakukan karena sempitnya ruang antara suatu
pondasi dengan pondasi lainnya.
11.5.1 Perhitungan kontrol geser satu arah

Diketahui data sebagai berikut.


1. Tebal efektif pile cap (d) = 0,825 m
2. Lebar kolom (Bkolom) = 0,65 m
3. Tinggi kolom (Hkolom) = 0,65 m
4. Lebar pile cap (B) = 5,8 m
5. Panjang pile cap (H) =4m
6. Gaya aksial kolom (Pu) = 5530,66 kN
7. Faktor reduksi (ɸ) = 0,75
Maka, selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk
mengontrol geser pile cap satu arah sebagai berikut.
1. Arah X
224

a. Menghitung luas pile cap (A)


A =B×H
= 5,8 × 4
= 23,2 m2
b. Menghitung tegangan pile cap (σ)
Pu
σ = A
5530,66
= 23,2

= 238,391 kN/m2
c. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 5,8 m.
d. Menghitung tebal efektif pile cap (d)
d = T – pb
75
= 0,9 – ( )
1000

= 0,825 m ≈ 825 mm
e. Menghitung daerah pembebanan yang diperhitungkan untuk geser
penulangan satu arah
B pile cap B kolom
G’1 = B pile cap – ( + + d)
2 2
5,8 0,65
= 5,8 - ( 2 + + 0,825)
2

= 0,25 m
jarak antar kolom−b kolom
G’2 = 2
3−0,65
=
2

= 1,175 m
Didapatkan nilai G’2 sebesar 1,175 m, maka tebal pile cap yang digunakan
sudah memenuhi syarat karena G’ > 0.
f. Menghitung gaya geser (vu)
vu = σ × L × G’
= 238,391 × 5,8 × 1,175
= 1624,631 kN
g. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
225

1
ɸvc = ɸ × 6 × √f′c × b × d
1
0,75 × × √30 × 5,8 × 0,825⁄
= 6
1000
= 3276,066 kN
maka didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 3276,066 KN > 1624,631 KN,
maka pile cap aman terhadap geser satu arah.
2. Arah Y
a. Menghitung luas pile cap (A)
A =B×H
= 5,8 × 4
= 23,2 m2
b. Menghitung tegangan pile cap (σ)
Pu
σ = A
5530,66
= 23,2

= 238,391 kN/m2
c. Menghitung panjang pondasi (L)
Panjang pondasi sama dengan panjang pile cap yaitu sebesar 4 m.
d. Menghitung tebal efektif pile cap (d)
d = T – pb
75
= 0,9 – (1000)

= 0,825 m ≈ 825 mm
e. Menghitung daerah pembebanan yang diperhitungkan untuk geser
penulangan satu arah
B pile cap B kolom
G’ = B pile cap – ( + + d)
2 2
4 0,65
= 4 - (2 + + 0,825)
2

= 0,85 m
Didapatkan nilai G’ sebesar 0,85 m, maka tebal pile cap yang digunakan
sudah memenuhi syarat karena G’ > 0.
f. Menghitung gaya geser (vu)
226

vu = σ × L × G’
= 238,391 × 4 × 0,85
= 810,528 kN
g. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
1
ɸvc = ɸ × 6 × √f′c × b × d
1
0,75 × × √30 × 4 × 0,825⁄
= 6
1000
= 2259,356 kN
maka didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 2259,356 KN > 810,528 KN, maka
pile cap aman terhadap geser satu arah.
11.5.2 Perhitungan kontrol geser dua arah

Diketahui data sebagai berikut.


1. Tebal efektif pile cap (d) = 0,825 m
2. Lebar kolom (Bkolom) = 0,65 m
3. Tinggi kolom (Hkolom) = 0,65 m
4. Lebar pile cap (B) = 5,8 m
5. Panjang pile cap (H) =4m
6. Gaya aksial kolom (Pu) = 5530,66 kN
7. Faktor reduksi (ɸ) = 0,75
Maka selanjutnya dilakukan beberapa perhitungan berikut untuk mengontrol
geser pile cap dua arah sebagai berikut.
1. Menghitung luas penampang kritis (B’)
a. B’x = Bkolom + 2 × 0,5 × d
= 4,8 + 2 × 0,5 × 0,525
= 1,225 m
b. B’y = Hkolom + 2 × 0,5 × d
= 4,8 + 2 × 0,5 × 0,525
= 1,225 m
2. Menghitung panjang pondasi (L)
a. Lx = 5,8 m
b. Ly =4m
227

3. Menghitung luas pile cap (A)


A =BxH
= 5,8 x 4
= 23,2 m2
4. Menghitung tegangan pile cap (σ)
Pu
σ = A
5530,66
= 23,2

= 238,391 kN/m2
5. Menghitung gaya geser (Vu)
Vu = σ × (Lx × Ly – B’x × B’y - B’x × B’y)
= 238,391 × (5,8 × 4 – 1,475 × 1,475 - 1,475 × 1,475)
= 4493,363 kN
6. Menentukan konstanta untuk perhitungan pondasi telapak (αs)
Nilai αs yang digunakan adalah 40, dikarenakan perhitungan yang dilakukan
adalah perhitungan pada kolom dalam atau kolom interior.
7. Menghitung nilai perbandingan lebar dan tinggi kolom (βc)
𝐵 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
βc = 𝐻 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
0,65
=
0,65

=1
8. Menghitung keliling penampang kritis pondasi telapak (bo)
bo = (2 × B’x + 2 × B’y) × 2
= (2 × 1,475 + 2 × 1,475) × 2
= 11,8 m
9. Menghitung kuat geser beton (ɸvc)
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1, nilai geser beton atau vx adalah
nilai terkecil dari:
2 √f′ c × bo × d
a. ɸvc1 = ɸ × (1 + βc) × 6

2 √30 × 11,8 × 0,825


= 0,75 × (1 + ) ×
1 6

= 19995,297 kN
228

2 √f′c × bo × d
b. ɸvc2 = ɸ × (αs + βc) × 12

2 √30 × 11,8 ×0,825


= 0,75 × (40 + ) ×
1 12

= 15984,941 kN
1
c. ɸvc3 = ɸ × 3 × √f′c × bo × d
1
= ɸ × 3 × √30 × 11,8 × 0,825

= 13330,198 kN
Maka digunakan nilai ɸvc adalah nilai terkecil dari tiga perhitungan diatas,
yaitu 13330,198 kN. Selain itu, didapatkan bahwa ɸvc > vu yaitu 13330,198 kN >
4493,363 KN, maka pile cap aman terhadap geser dua arah.
11.6 Rekapitulasi Perhitungan Desain Pondasi
Adapun untuk rekapitulasi hasil perhitungan desain pondasi dan pile cap
baik pada pondasi terpisah maupun pondasi gabungan dapat dilihat pada tabel di
halaman selanjutnya.
229

Tabel 11.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Pondasi dan Pile Cap
Kode Pondasi
Uraian
PC1 (KD) PC2 (KL) PC3 (KD+KL) PC4 (KL+KL)
Jumlah Tiang Pondasi
Diameter Pile (m) 0,45 0,45 0,7 0,7
F'c 30 30 30 30
Fy 420 420 420 420
Kedalaman Tiang (m) 14 14 14 14
Jumlah Tiang Pakai 4 4 6 6
Penulangan Pile
Tulangan Lentur Pakai 5D25 5D25 12D25 12D25
Sengkang Pakai D13-100 D13-100 D13-100 D13-100
Desain Pile Cap
Lebar (m) 3,2 3,2 5,8 5,8
Tinggi (m) 3,2 3,2 4 4
Tebal (m) 0,6 0,6 0,9 0,9
Tulangan Pakai X D32-150mm D32-150mm D36-50mm D36-50mm
Tulangan Pakai Y D32-150mm D32-150mm D36-150mm D36-150mm
Tulangan Susut D19-250mm D19-250mm D22-200mm D22-200mm
230

BAB XII
RENCANA ANGGARAN BIAYA

12.1 Umum
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perkiraan atau perhitungan
biaya–biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi,
sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Tujuan penyusunan atau pembuatan RAB bagi kontraktor adalah sebagai
berikut ini.
1. Sebagai dasar untuk mengikuti tender dan pengajuan penawaran.
2. Sebagai dasar perkiraan modal/dana yang harus disediakan.
3. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga dan waktu untuk
pelaksanaan.
Rencana anggaran biaya dibuat sebelum proyek dilaksanakan, jadi masih
merupakan anggaran perkiraan, bukan anggaran yang sebenarnya berdasarkan
pelaksanaan (actual cost). Ada dua macam cara pembuatan RAB, yaitu sebagai
berikut.
1. Rencana Anggaran Biaya kasar
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang perhitungannya hanya didasarkan pada
luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m 2 nya. Rencana Anggaran
biaya kasar digunakan jika ingin mengetahui anggaran biaya proyek secara
cepat dengan cara pendekatan.
2. Rencana Anggaran Biaya secara rinci
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dihitung berdasarkan volume tiap jenis
pekerjaan dikalikan harga tiap jenis pekerjaan tersebut,untuk seluruh jenis
kegiatan yang ada pada proyek tersebut, sehingga diperoleh rencana anggaran
biaya total untuk seluruh proyek tersebut.
Dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) diperlukan data sebagai
berikut.
231

1. Gambar-gambar rencana arsitektur dan struktur serta gambar-gambar lain


(gambar bestek).
2. Peraturan dan syarat-syarat (bestek/RKS).
3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
4. Buku Analisa BOW dan Analisa SNI 2002.
5. Peraturan/spesifikasi bahan dari pabrik/industri.
6. Daftar harga bahan yang digunakan didaerah tersebut.
7. Daftar Upah tiap pekerjaan.
8. Daftar Volume tiap pekerjaan.
9. Peraturan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pembangunan.

12.2 Harga Satuan Per Tipe Struktur


Semua tipe struktur tiap-tiap lantai dihitung harga satuannya, dimana harga
tersebut terdiri atas:
1. Berat satuan besi (kg/m³) tiap tipe struktur didapatkan dari tabel berat besi per
meter.
2. Untuk harga beton dan bekisting didapatkan dari hasil Analisa Harga Satuan
(AHS) tiap tipe struktur per lantai.
3. Untuk harga besi (per m³) didapatkan dari hasil Analisa Harga Satuan (AHS)
pekerjaan pembesian dikali dengan berat satuan besi tiap tipe struktur.

12.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Adapun total rencana anggaran biaya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
232
233

Tabel 12.1 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Persiapan


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
A Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lahan dan Perataan m2 2488.32 Rp 21,175.000 Rp 52,690,176.000
Pemasangan Pagar Sementara Seng
2 m2 403.2 Rp 478,155.700 Rp 192,792,378.240
Gelombang
3 Pemasangan Bouwplank m' 201.6 Rp 93,063.300 Rp 18,761,561.280

Tabel 12.2 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Pondasi


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
B Pekerjaan Struktur
1 Pekerjaan Struktur Pondasi Rp 12,426,923,998.413
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Pile 0.45 m m3 276.099 Rp 1,404,176.243 Rp 387,691,474.440
- Pile 0.7 m m3 258.616 Rp 1,404,176.243 Rp 363,142,312.976
- PC1 m3 73.728 Rp 1,404,176.243 Rp 103,527,106.033
3
- PC2 m 116.736 Rp 1,404,176.243 Rp 163,917,917.886
- PC3 m3 125.280 Rp 1,404,176.243 Rp 175,915,199.705
- PC4 m3 41.760 Rp 1,404,176.243 Rp 58,638,399.902
b Pekerjaan Pembesian
- Pile 0.45 m kg 315391.364 Rp 14,624.610 Rp 4,612,475,696.631
- Pile 0.7 m kg 351133.195 Rp 14,624.610 Rp 5,135,186,031.992
- PC1 kg 14694.440 Rp 14,624.610 Rp 214,900,449.038
234

Lanjutan Tabel 12.2 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Pondasi


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PC2 kg 23266.196 Rp 14,624.610 Rp 340,259,044.310
- PC3 kg 41147.429 Rp 14,624.610 Rp 601,765,099.053
- PC4 kg 13715.810 Rp 14,624.610 Rp 200,588,366.351
c Pekerjaan Bekisting
- PC1 m2 92.160 Rp 181,742.880 Rp 16,749,423.821
2
- PC2 m 145.920 Rp 181,742.880 Rp 26,519,921.050
2
- PC3 m 105.840 Rp 181,742.880 Rp 19,235,666.419
- PC4 m2 35.280 Rp 181,742.880 Rp 6,411,888.806

Tabel 12.3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 1


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
2 Pekerjaan Struktur Lantai 1 Rp 7,391,416,641.382
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 1 m3 26.618 Rp 1,404,176.243 Rp 37,375,661.144
- Kolom KL Lt 1 m3 36.540 Rp 1,404,176.243 Rp 51,308,599.914
3
- B1X Lt 1 m 43.956 Rp 1,404,176.243 Rp 61,721,970.931
3
- B1Y Lt 1 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 1 m3 1.890 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 1 m 3.150 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
235

Lanjutan Tabel 12.3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 1


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.750 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.900 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.866 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.080 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.240 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.240 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.360 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.600 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.200 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.400 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
3
- Pelat Tangga m 2.934 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
- Pelat Bordes m3 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 1 kg 8166.71175 Rp 14,624.610 Rp 119,434,974.383
- Kolom KL Lt 1 kg 10611.3385 Rp 14,624.610 Rp 155,186,687.146
- B1X Lt 1 kg 11475.9194 Rp 14,624.610 Rp 167,830,845.074
- B1Y Lt 1 kg 10269.0642 Rp 14,624.610 Rp 150,181,059.433
- B2X Lt 1 kg 689.31897 Rp 14,624.610 Rp 10,081,021.105
- B2Y Lt 1 kg 973.672925 Rp 14,624.610 Rp 14,239,586.791
236

Lanjutan Tabel 12.3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 1


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
c Pekerjaan Bekisting
- Kolom KD Lt 1-5 m2 163.800 Rp 318,993.840 Rp 52,251,190.992
- Kolom KL Lt 1-5 m2 243.600 Rp 318,993.840 Rp 77,706,899.424
2
- B1X Lt 1 m 1531.800 Rp 325,725.840 Rp 498,946,841.712
- B1Y Lt 1 m2 1366.200 Rp 325,725.840 Rp 445,006,642.608
- B2X Lt 1 m2 58.500 Rp 325,725.840 Rp 19,054,961.640
2
- B2Y Lt 1 m 97.500 Rp 325,725.840 Rp 31,758,269.400
- BA1X m2 1568.160 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
237

Lanjutan Tabel 12.3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 1


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BA1Y m2 1639.440 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
2
- BA2X m 54.000 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
- BA2Y m2 64.800 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
- BB m2 48.300 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
2
- PL1 m 8709.120 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
- PL2 m2 207.360 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
- PL3 m2 207.360 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.040 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
2
- PL5 m 230.400 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
- PL6 m2 1036.800 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.600 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
2
- Pelat Tangga m 172.107 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
- Pelat Bordes m2 60.000 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400
238

Tabel 12.4 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 2


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
3 Pekerjaan Struktur Lantai 2 Rp 7,261,458,550.966
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 2 m3 26.6175 Rp 1,404,176.243 Rp 37,375,661.144
- Kolom KL Lt 2 m3 36.54 Rp 1,404,176.243 Rp 51,308,599.914
3
- B1X Lt 2 m 43.956 Rp 1,404,176.243 Rp 61,721,970.931
3
- B1Y Lt 2 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 2 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 2 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
239

Lanjutan Tabel 12.4 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 2


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Tangga m3 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
3
- Pelat Bordes m 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 2 kg 8166.71175 Rp 14,624.610 Rp 119,434,974.383
- Kolom KL Lt 2 kg 10611.3385 Rp 14,624.610 Rp 155,186,687.146
- B1X Lt 2 kg 11475.9194 Rp 14,624.610 Rp 167,830,845.074
- B1Y Lt 2 kg 10269.0642 Rp 14,624.610 Rp 150,181,059.433
- B2X Lt 2 kg 689.31897 Rp 14,624.610 Rp 10,081,021.105
- B2Y Lt 2 kg 973.672925 Rp 14,624.610 Rp 14,239,586.791
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
240

Lanjutan Tabel 12.4 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 2


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 2 m2 1531.8 Rp 325,725.840 Rp 498,946,841.712
2
- B1Y Lt 2 m 1366.2 Rp 325,725.840 Rp 445,006,642.608
- B2X Lt 2 m2 58.5 Rp 325,725.840 Rp 19,054,961.640
2
- B2Y Lt 2 m 97.5 Rp 325,725.840 Rp 31,758,269.400
2
- BA1X m 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
- BA1Y m2 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
2
- BA2X m 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
2
- BA2Y m 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
- BB m2 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
2
- PL1 m 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
2
- PL2 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
- PL3 m2 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
2
- PL5 m 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
- PL6 m2 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
2
- Pelat Tangga m 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
- Pelat Bordes m2 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400
241

Tabel 12.5 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 3


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
4 Pekerjaan Struktur Lantai 3 Rp 7,261,458,550.966
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 3 m3 26.6175 Rp 1,404,176.243 Rp 37,375,661.144
- Kolom KL Lt 3 m3 36.54 Rp 1,404,176.243 Rp 51,308,599.914
3
- B1X Lt 3 m 43.956 Rp 1,404,176.243 Rp 61,721,970.931
3
- B1Y Lt 3 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 3 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 3 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
Lanjutan Tabel 12.5 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 3
242

Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Tangga m3 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
- Pelat Bordes m3 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 3 kg 8166.71175 Rp 14,624.610 Rp 119,434,974.383
- Kolom KL Lt 3 kg 10611.3385 Rp 14,624.610 Rp 155,186,687.146
- B1X Lt 3 kg 11475.9194 Rp 14,624.610 Rp 167,830,845.074
- B1Y Lt 3 kg 10269.0642 Rp 14,624.610 Rp 150,181,059.433
- B2X Lt 3 kg 689.31897 Rp 14,624.610 Rp 10,081,021.105
- B2Y Lt 3 kg 973.672925 Rp 14,624.610 Rp 14,239,586.791
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
243

Lanjutan Tabel 12.5 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 3


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 3 m2 1531.8 Rp 325,725.840 Rp 498,946,841.712
- B1Y Lt 3 m2 1366.2 Rp 325,725.840 Rp 445,006,642.608
2
- B2X Lt 3 m 58.5 Rp 325,725.840 Rp 19,054,961.640
2
- B2Y Lt 3 m 97.5 Rp 325,725.840 Rp 31,758,269.400
- BA1X m2 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
2
- BA2X m 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
- BA2Y m2 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- BB m 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
2
- PL1 m 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
- PL2 m2 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL3 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
- PL5 m2 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
2
- PL6 m 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
- Pelat Tangga m2 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
2
- Pelat Bordes m 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400
244

Tabel 12.6 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 4


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
5 Pekerjaan Struktur Lantai 4 Rp 7,261,458,550.966
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 4 m3 26.6175 Rp 1,404,176.243 Rp 37,375,661.144
- Kolom KL Lt 4 m3 36.54 Rp 1,404,176.243 Rp 51,308,599.914
3
- B1X Lt 4 m 43.956 Rp 1,404,176.243 Rp 61,721,970.931
3
- B1Y Lt 4 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 4 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 4 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
245

Lanjutan Tabel 12.6 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 4


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Tangga m3 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
3
- Pelat Bordes m 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 4 kg 8166.71175 Rp 14,624.610 Rp 119,434,974.383
- Kolom KL Lt 4 kg 10611.3385 Rp 14,624.610 Rp 155,186,687.146
- B1X Lt 4 kg 11475.9194 Rp 14,624.610 Rp 167,830,845.074
- B1Y Lt 4 kg 10269.0642 Rp 14,624.610 Rp 150,181,059.433
- B2X Lt 4 kg 689.31897 Rp 14,624.610 Rp 10,081,021.105
- B2Y Lt 4 kg 973.672925 Rp 14,624.610 Rp 14,239,586.791
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
246

Lanjutan Tabel 12.6 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 4


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 4 m2 1531.8 Rp 325,725.840 Rp 498,946,841.712
- B1Y Lt 4 m2 1366.2 Rp 325,725.840 Rp 445,006,642.608
2
- B2X Lt 4 m 58.5 Rp 325,725.840 Rp 19,054,961.640
2
- B2Y Lt 4 m 97.5 Rp 325,725.840 Rp 31,758,269.400
- BA1X m2 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
2
- BA2X m 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
- BA2Y m2 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- BB m 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
2
- PL1 m 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
- PL2 m2 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL3 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
- PL5 m2 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
2
- PL6 m 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
- Pelat Tangga m2 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
2
- Pelat Bordes m 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400
247

Tabel 12.7 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 5


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
6 Pekerjaan Struktur Lantai 5 Rp 7,261,458,550.966
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 5 m3 26.6175 Rp 1,404,176.243 Rp 37,375,661.144
- Kolom KL Lt 5 m3 36.54 Rp 1,404,176.243 Rp 51,308,599.914
3
- B1X Lt 5 m 43.956 Rp 1,404,176.243 Rp 61,721,970.931
3
- B1Y Lt 5 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 5 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 5 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
248

Lanjutan Tabel 12.7 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 5


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Tangga m3 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
3
- Pelat Bordes m 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 5 kg 8166.71175 Rp 14,624.610 Rp 119,434,974.383
- Kolom KL Lt 5 kg 10611.3385 Rp 14,624.610 Rp 155,186,687.146
- B1X Lt 5 kg 11475.9194 Rp 14,624.610 Rp 167,830,845.074
- B1Y Lt 5 kg 10269.0642 Rp 14,624.610 Rp 150,181,059.433
- B2X Lt 5 kg 689.31897 Rp 14,624.610 Rp 10,081,021.105
- B2Y Lt 5 kg 973.672925 Rp 14,624.610 Rp 14,239,586.791
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
249

Lanjutan Tabel 12.7 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 5


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 5 m2 1531.8 Rp 325,725.840 Rp 498,946,841.712
- B1Y Lt 5 m2 1366.2 Rp 325,725.840 Rp 445,006,642.608
2
- B2X Lt 5 m 58.5 Rp 325,725.840 Rp 19,054,961.640
2
- B2Y Lt 5 m 97.5 Rp 325,725.840 Rp 31,758,269.400
- BA1X m2 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
2
- BA2X m 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
- BA2Y m2 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- BB m 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
2
- PL1 m 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
- PL2 m2 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL3 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
- PL5 m2 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
2
- PL6 m 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
- Pelat Tangga m2 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
2
- Pelat Bordes m 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400
250

Tabel 12.8 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 6


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
7 Pekerjaan Struktur Lantai 6 Rp 7,615,494,199.424
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 6 m3 22.68 Rp 1,404,176.243 Rp 31,846,717.188
- Kolom KL Lt 6 m3 30.70375 Rp 1,404,176.243 Rp 43,113,476.317
3
- B1X Lt 6 m 65.268 Rp 1,404,176.243 Rp 91,647,775.019
3
- B1Y Lt 6 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 6 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 6 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
251

Lanjutan Tabel 12.8 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 6


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Tangga m3 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
3
- Pelat Bordes m 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 6 kg 14977.9172 Rp 14,624.610 Rp 219,046,197.515
- Kolom KL Lt 6 kg 23838.239 Rp 14,624.610 Rp 348,624,948.110
- B1X Lt 6 kg 13825.5944 Rp 14,624.610 Rp 202,193,925.481
- B1Y Lt 6 kg 10347.1916 Rp 14,624.610 Rp 151,323,641.407
- B2X Lt 6 kg 770.297266 Rp 14,624.610 Rp 11,265,297.092
- B2Y Lt 6 kg 1029.14625 Rp 14,624.610 Rp 15,050,862.467
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
252

Lanjutan Tabel 12.8 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 6


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
c Pekerjaan Bekisting
- Kolom KD Lt 6-9 m2 151.2 Rp 318,993.840 Rp 48,231,868.608
- Kolom KL Lt 6-9 m2 223.3 Rp 318,993.840 Rp 71,231,324.472
2
- B1X Lt 6 m 1491.84 Rp 325,725.840 Rp 485,930,837.146
2
- B1Y Lt 6 m 1092.96 Rp 325,725.840 Rp 356,005,314.086
- B2X Lt 6 m2 46.8 Rp 325,725.840 Rp 15,243,969.312
2
- B2Y Lt 6 m 78 Rp 325,725.840 Rp 25,406,615.520
2
- BA1X m 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
- BA1Y m2 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
2
- BA2X m 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
2
- BA2Y m 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
- BB m2 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
2
- PL1 m 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
2
- PL2 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
- PL3 m2 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
2
- PL5 m 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
- PL6 m2 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
2
- Pelat Tangga m 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
253

Lanjutan Tabel 12.8 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 6


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- Pelat Bordes m2 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400

Tabel 12.9 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 7


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
8 Pekerjaan Struktur Lantai 7 Rp 7,496,031,006.344
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 7 m3 22.68 Rp 1,404,176.243 Rp 31,846,717.188
- Kolom KL Lt 7 m3 30.70375 Rp 1,404,176.243 Rp 43,113,476.317
3
- B1X Lt 7 m 65.268 Rp 1,404,176.243 Rp 91,647,775.019
3
- B1Y Lt 7 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 7 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 7 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
254

Lanjutan Tabel 12.9 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 7


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
4
- Pelat Tangga m 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
- Pelat Bordes m3 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 7 kg 14977.9172 Rp 14,624.610 Rp 219,046,197.515
- Kolom KL Lt 7 kg 23838.239 Rp 14,624.610 Rp 348,624,948.110
- B1X Lt 7 kg 13825.5944 Rp 14,624.610 Rp 202,193,925.481
- B1Y Lt 7 kg 10347.1916 Rp 14,624.610 Rp 151,323,641.407
- B2X Lt 7 kg 770.297266 Rp 14,624.610 Rp 11,265,297.092
- B2Y Lt 7 kg 1029.14625 Rp 14,624.610 Rp 15,050,862.467
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
255

Lanjutan Tabel 12.9 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 7


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 7 m2 1491.84 Rp 325,725.840 Rp 485,930,837.146
2
- B1Y Lt 7 m 1092.96 Rp 325,725.840 Rp 356,005,314.086
2
- B2X Lt 7 m 46.8 Rp 325,725.840 Rp 15,243,969.312
- B2Y Lt 7 m2 78 Rp 325,725.840 Rp 25,406,615.520
2
- BA1X m 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
- BA2X m2 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
2
- BA2Y m 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- BB m 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
- PL1 m2 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
2
- PL2 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL3 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
- PL4 m2 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
2
- PL5 m 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
256

Lanjutan Tabel 12.9 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 7


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PL6 m2 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
2
- Pelat Tangga m 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
- Pelat Bordes m2 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400

Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 8


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
9 Pekerjaan Struktur Lantai 8 Rp 7,496,031,006.344
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 8 m3 22.68 Rp 1,404,176.243 Rp 31,846,717.188
- Kolom KL Lt 8 m3 30.70375 Rp 1,404,176.243 Rp 43,113,476.317
3
- B1X Lt 8 m 65.268 Rp 1,404,176.243 Rp 91,647,775.019
3
- B1Y Lt 8 m 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
- B2X Lt 8 m3 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 8 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
3
- BA1X m 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
- BA1Y m3 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
3
- BA2Y m 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
257

Lanjutan Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 8


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BB m3 0.86625 Rp 1,404,176.243 Rp 1,216,367.670
3
- PL1 m 136.08 Rp 1,404,176.243 Rp 191,080,303.128
3
- PL2 m 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
- PL3 m3 3.24 Rp 1,404,176.243 Rp 4,549,531.027
3
- PL4 m 9.36 Rp 1,404,176.243 Rp 13,143,089.633
3
- PL5 m 3.6 Rp 1,404,176.243 Rp 5,055,034.474
- PL6 m3 16.2 Rp 1,404,176.243 Rp 22,747,655.134
3
- PL7 m 2.4 Rp 1,404,176.243 Rp 3,370,022.983
3
- Pelat Tangga m 2.93364108 Rp 1,404,176.243 Rp 4,119,349.113
- Pelat Bordes m3 1.125 Rp 1,404,176.243 Rp 1,579,698.273
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 8 kg 14977.9172 Rp 14,624.610 Rp 219,046,197.515
- Kolom KL Lt 8 kg 23838.239 Rp 14,624.610 Rp 348,624,948.110
- B1X Lt 8 kg 13825.5944 Rp 14,624.610 Rp 202,193,925.481
- B1Y Lt 8 kg 10347.1916 Rp 14,624.610 Rp 151,323,641.407
- B2X Lt 8 kg 770.297266 Rp 14,624.610 Rp 11,265,297.092
- B2Y Lt 8 kg 1029.14625 Rp 14,624.610 Rp 15,050,862.467
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
258

Lanjutan Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 8


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BB kg 265.243392 Rp 14,624.610 Rp 3,879,081.156
- PL1 kg 16568.4708 Rp 14,624.610 Rp 242,307,424.336
- PL2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PL3 kg 412.115947 Rp 14,624.610 Rp 6,027,035.003
- PL4 kg 1010.41845 Rp 14,624.610 Rp 14,776,975.701
- PL5 kg 394.422693 Rp 14,624.610 Rp 5,768,278.062
- PL6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
- PL7 kg 303.290381 Rp 14,624.610 Rp 4,435,503.536
- Pelat Tangga kg 678.135007 Rp 14,624.610 Rp 9,917,460.001
- Pelat Bordes kg 156.24576 Rp 14,624.610 Rp 2,285,033.304
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 8 m2 1491.84 Rp 325,725.840 Rp 485,930,837.146
2
- B1Y Lt 8 m 1092.96 Rp 325,725.840 Rp 356,005,314.086
2
- B2X Lt 8 m 46.8 Rp 325,725.840 Rp 15,243,969.312
- B2Y Lt 8 m2 78 Rp 325,725.840 Rp 25,406,615.520
2
- BA1X m 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
- BA2X m2 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
2
- BA2Y m 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- BB m 48.3 Rp 325,725.840 Rp 15,732,558.072
- PL1 m2 8709.12 Rp 318,993.840 Rp 2,778,155,631.821
259

Lanjutan Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 8


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PL2 m2 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL3 m 207.36 Rp 318,993.840 Rp 66,146,562.662
2
- PL4 m 599.04 Rp 318,993.840 Rp 191,090,069.914
- PL5 m2 230.4 Rp 318,993.840 Rp 73,496,180.736
2
- PL6 m 1036.8 Rp 318,993.840 Rp 330,732,813.312
2
- PL7 m 153.6 Rp 318,993.840 Rp 48,997,453.824
- Pelat Tangga m2 172.106943 Rp 301,536.840 Rp 51,896,583.884
2
- Pelat Bordes m 60 Rp 301,536.840 Rp 18,092,210.400

Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
10 Pekerjaan Struktur Lantai Atap Rp 4,236,672,457.178
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 9 m3 22.68 Rp 1,404,176.243 Rp 31,846,717.188
3
- Kolom KL Lt 9 m 30.70375 Rp 1,404,176.243 Rp 43,113,476.317
3
- B1X Lt 9 m 65.268 Rp 1,404,176.243 Rp 91,647,775.019
- B1Y Lt 9 m3 39.204 Rp 1,404,176.243 Rp 55,049,325.425
3
- B2X Lt 9 m 1.89 Rp 1,404,176.243 Rp 2,653,893.099
3
- B2Y Lt 9 m 3.15 Rp 1,404,176.243 Rp 4,423,155.165
260

Lanjutan Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap
Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- BA1X m3 23.958 Rp 1,404,176.243 Rp 33,641,254.426
3
- BA1Y m 25.047 Rp 1,404,176.243 Rp 35,170,402.355
3
- BA2X m 0.75 Rp 1,404,176.243 Rp 1,053,132.182
- BA2Y m3 0.9 Rp 1,404,176.243 Rp 1,263,758.619
3
- PA1 m 119.7504 Rp 1,404,176.243 Rp 168,150,666.753
3
- PA2 m 2.8512 Rp 1,404,176.243 Rp 4,003,587.304
- PA3 m3 2.8512 Rp 1,404,176.243 Rp 4,003,587.304
3
- PA4 m 8.2368 Rp 1,404,176.243 Rp 11,565,918.877
3
- PA5 m 3.168 Rp 1,404,176.243 Rp 4,448,430.337
- PA6 m3 19.008 Rp 1,404,176.243 Rp 26,690,582.024
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 9 kg 14977.9172 Rp 14,624.610 Rp 219,046,197.515
- Kolom KL Lt 9 kg 23838.239 Rp 14,624.610 Rp 348,624,948.110
- B1X Lt 9 kg 13825.5944 Rp 14,624.610 Rp 202,193,925.481
- B1Y Lt 9 kg 10347.1916 Rp 14,624.610 Rp 151,323,641.407
- B2X Lt 9 kg 770.297266 Rp 14,624.610 Rp 11,265,297.092
- B2Y Lt 9 kg 1029.14625 Rp 14,624.610 Rp 15,050,862.467
- BA1X kg 2223.8432 Rp 14,624.610 Rp 32,522,839.468
- BA1Y kg 2319.2544 Rp 14,624.610 Rp 33,918,191.124
- BA2X kg 126.947363 Rp 14,624.610 Rp 1,856,555.681
- BA2Y kg 146.141176 Rp 14,624.610 Rp 2,137,257.697
261

Lanjutan Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap
Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
- PA1 kg 15499.6078 Rp 14,624.610 Rp 226,675,719.233
- PA2 kg 467.447069 Rp 14,624.610 Rp 6,836,231.077
- PA3 kg 379.268827 Rp 14,624.610 Rp 5,546,658.683
- PA4 kg 911.285245 Rp 14,624.610 Rp 13,327,191.313
- PA5 kg 377.555253 Rp 14,624.610 Rp 5,521,598.330
- PA6 kg 1642.23171 Rp 14,624.610 Rp 24,016,998.341
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 9 m2 1491.84 Rp 325,725.840 Rp 485,930,837.146
2
- B1Y Lt 9 m 1092.96 Rp 325,725.840 Rp 356,005,314.086
2
- B2X Lt 9 m 46.8 Rp 325,725.840 Rp 15,243,969.312
- B2Y Lt 9 m2 78 Rp 325,725.840 Rp 25,406,615.520
2
- BA1X m 1568.16 Rp 325,725.840 Rp 510,790,233.254
2
- BA1Y m 1639.44 Rp 325,725.840 Rp 534,007,971.130
- BA2X m2 54 Rp 325,725.840 Rp 17,589,195.360
2
- BA2Y m 64.8 Rp 325,725.840 Rp 21,107,034.432
2
- PA1 m 1088.64 Rp 318,993.840 Rp 347,269,453.978
- PA2 m2 25.92 Rp 318,993.840 Rp 8,268,320.333
2
- PA3 m 25.92 Rp 318,993.840 Rp 8,268,320.333
2
- PA4 m 74.88 Rp 318,993.840 Rp 23,886,258.739
- PA5 m2 28.8 Rp 318,993.840 Rp 9,187,022.592
2
- PA6 m 172.8 Rp 318,993.840 Rp 55,122,135.552
262

Tabel 12.12 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Arsitektur


Harga Satuan
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan
Pekerjaan
C Pekerjaan Arsitektur
1 Pekerjaan Dinding Bata Ringan m2 5874.54 Rp 365,936.340 Rp 2,149,707,666.784
2
2 Pekerjaan Plesteran Dinding m 5874.54 Rp 90,977.234 Rp 534,449,397.873
2
3 Pekerjaan Keramik Lantai m 11143.68 Rp 146,397.880 Rp 1,631,411,127.398
263

12.4 Rekapitulasi Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Adapun rekapitulasi hasil perhitungan total rencana anggaran biaya dapat
dilihat pada tabel berikut.
264

Tabel 12.13 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


No. Item Pekerjaan Harga Sub Pekerjaan Harga Pekerjaan
A Pekerjaan Persiapan Rp 264,244,115.520
1 Pembersihan Lahan dan Perataan Rp 52,690,176.000
2 Pemasangan Pagar Sementara Seng Gelombang Rp 192,792,378.240
3 Pemasangan Bouwplank Rp 18,761,561.280
B Pekerjaan Struktur Rp 75,708,403,512.946
1 Pekerjaan Struktur Pondasi Rp 12,426,923,998.413
2 Pekerjaan Struktur Lantai 1 Rp 7,391,416,641.382
3 Pekerjaan Struktur Lantai 2 Rp 7,261,458,550.966
4 Pekerjaan Struktur Lantai 3 Rp 7,261,458,550.966
5 Pekerjaan Struktur Lantai 4 Rp 7,261,458,550.966
6 Pekerjaan Struktur Lantai 5 Rp 7,261,458,550.966
7 Pekerjaan Struktur Lantai 6 Rp 7,615,494,199.424
8 Pekerjaan Struktur Lantai 7 Rp 7,496,031,006.344
9 Pekerjaan Struktur Lantai 8 Rp 7,496,031,006.344
10 Pekerjaan Struktur Lantai Atap Rp 4,236,672,457.178
B Pekerjaan Arsitektur Rp 2,684,157,064.656
1 Pekerjaan Dinding Bata Ringan Rp 2,149,707,666.784
2 Pekerjaan Plesteran Dinding Rp 534,449,397.873
3 Pekerjaan Keramik Lantai Rp 1,631,411,127.398
TOTAL RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN Rp 78,656,805,000.000
265

12.5 Rencana Kerja dan Syarat Pekerjaan Struktur


BAB I
KETENTUAN
TEKNIS UMUM
PEKERJAAN
PASAL 01. URAIAN UMUM
1.1 UMUM
Syarat-syarat ini berisi perincian-perincian mutu kekuatan, syarat-
syarat teknik pasangan/pemasangan dari bahan-bahan atau campuran
bahan-bahan maupun alat-alat atau mesin-mesin kelengkapan
bangunan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan proyek ini.
1.2 LINGKUP PEKERJAAN
Scope Pekerjaan yang dilaksanakan Pada Kegiatan ini adalah:
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Persiapan, meliputi pembuatan pagar sementara,
pembersihan lokasi, air kerja, Listrik, pemasangan bowplank,
pembuatan barak kerja, pembuatan direksi keet dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
2. Kontraktor wajib melakukan sosialisasi dengan masyarakat
sekitar proyek untuk mencegah terjadinya dampak sosial selama
masa konstruksi. Apabila terjadi dampak sosial, maka
sepenuhnya tanggung jawab kontraktor.
3. Kontraktor wajib mempersiapkan jalan yang dipergunakan
untuk kegiatan pelaksanaan ini, dengan lebar dan kondisi jalan
kerja yang memenuhi syarat untuk lalu lintas kendaraan
konstruksi atau lalu lintas kerja dengan aman.
4. Kontraktor wajib memperbaiki bangunan sekitar yang
mengalami kerusakan akibat kegiatan konstruksi.
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
266

Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam


pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan
menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di
lingkungan proyek.
1. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
kelengkapan administrasi K3, yang bisa dilihat di pedoman
peraturan K3.
2. Penyusunan Safety Plan
Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang
bertujuan agar dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman
dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi.
3. Pelaksanaan Kegiatan K3
Penyiapan RK3K terdiri atas:
a. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja,
Dan Formulir;
b. Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP);
Sosialiasai dan Promosi K3 terdiri atas:
a. Induksi K3 (Safety Induction);
b. Pengarahan K3 (safety briefing) : Pertemuan Keselamatan
(Safety Talk dan/atau Tool Box Meeting);
c. Pelatihan K3, Simulasi K3;
d. Spanduk (banner), Poster, Papan Informasi K3.
4. Asuransi dan Perijinan
Asuransi Dan Perijinan Terdiri Atas:
a. BPJS Ketenagakerjaan Dan Kesehatan Kerja;
b. Surat Ijin Kelaikan Alat;
c. Surat Ijin Operator;
d. Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (P2K3);
267

5. Personil
Personil K3 terdiri atas:
a. Ahli K3 dan/atau Petugas K3;
b. Petugas Tanggap Darurat;
c. Petugas P3K;
d. Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman);
e. Petugas Medis.
6. Perlengkapan dan Peralatan K3 Alat Pelindung Kerja
Terdiri atas:
a. Jaring Pengaman (Safety Net);
b. Tali Keselamatan (Life Line);
c. Penahan Jatuh (Safety Deck);
d. Pagar Pengaman (Guard Railling);
e. Pembatas Area (Restricted Area);
f. Alat Pelindung Diri Terdiri Atas:
g. Topi Pelindung (Safety Helmet);
h. Pelindung Mata (Goggles, Spectacles);
i. Tameng Muka (Face Shield);
j. Masker Selam (Breathing Apparatus);
k. Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff);
l. Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker);
m. Sarung Tangan (Safety Gloves);
n. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes);
o. Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness);
p. Jaket Pelampung (Life Vest);
q. Rompi Keselamatan (Safety Vest);
r. Celemek (Apron/Coveralls);
s. Pelindung Jatuh (Fall Arrester);
t. Fasilitas sarana kesehatan;
u. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat
Luka,Perban, dll);
268

v. Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskop, Timbangan


BeratBadan,Tensi Meter, dll);
w. Peralatan Pengasapan (Fogging);
x. Obat Pengasapan.
Rambu-rambu terdiri atas:
a. Rambu Petunjuk;
b. Rambu Larangan;
c. Rambu Peringatan;
d. Rambu Kewajiban;
e. Rambu Informasi;
f. Rambu Pekerjaan Sementara;
g. Tongkat Pengatur Lalu Lintas (Warning Lights Stick);
h. Kerucut Lalu Lintas (Traffic Cone);
i. Lampu Putar (Rotary Lamp);
j. Lampu Selang Lalu Lintas.
Lain- Lain Terkait Pengendalian Risiko K3
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
b. Sirine; Bendera K3;
c. Jalur Evakuasi (Escape Route);
d. Lampu Darurat (Emergency Lamp);
e. Program Inspeksi Dan Audit Internal;
f. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden.
C. PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pekerjaan Sub Struktur Pondasi Bore Pile
a. Pekerjaan Tanah
b. Pekerjaan Pile Cap
c. Pekerjaan Ground Water Tank
d. Dan pekerjaan lain yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan
pekerjaan Pondasi
b. Pekerjaan Upper Struktur
a. Pekerjaan Sloof
269

b. Pekerjaaan Kolom
c. Pekerjaan Balok
d. Pekerjaan Plat Lantai
e. Pekerjaan Plat Atap Beton
f. Pekerjaan Plat Tangga
g. Dan pekerjaan lain yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan
PASAL 02. PERSYARATAN ALAT DAN MUTU BAHAN/MATERIAL
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar, baik
untuk pekerjaan StrukturBawah maupun Struktur Atas.
2.1 PERATURAN-PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai
dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
1. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 2847- 2019).
2. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
(SNI 1726 - 2019).
3. SNI 1727-2020 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung danStruktur lain (adopsi ASCE 7-16)

2.2 KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN


1. Pemborong harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan,
termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
2. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung
diatas tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang
setebal minimum 5 cm atau seperti tercantum pada gambar
pelaksanaan.
3. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-
tukang yang berpengalaman dan mengerti benar akan
270

pekerjaannya.
4. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mułu yang
sesuai dengan gambar dan spesifikasi struktur.
5. Apabila Direksi/Pengawas Ahli memandang perlu, untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus
Pemborong harus meminta nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk
Direksi/ Pengawas Ahli atas beban Pemborong.

2.3 PERSYARATAN BAHAN


1. SEMEN
Semua yang digunakan adalah semen portland lokal yang
memenuhi syarat- syarat dari: Mempunyai sertifikat uji (test
sertificate) dari laboratorium yang disetujui secara tertulis dari
Direksi / Pengawas Ahli.
a. Semua yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama
(tidak diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/
merk semen untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dałam
keadaan baru dan asli, dikirim dałam kantong-kantong semen
yang masih disegel dan tidak pecah.
b. Saat pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen
harus diterima dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dalam
keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan digudang yang
cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang
ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen
tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2
m atau maximum 10 sak. Setiap pengiriman baru harus ditandai
dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.
c. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan
akibat salah penyimpanan, dianggap sudah rusak, sudah mulai
membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi.
271

Bahan yang telah ditolakharus segera dikeluarkan dari


lapangan paling lambat dałam waktu 2 x 24 jam atas biaya
Pemborong.

2. AGGREGAT (AGGREGATES)
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat:
a. Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan
tanah/tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya).
b. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 38 mm, untuk penggunaanya harus mendapat
persetujuan tertulis Direksi/Pengawas Ahli. Gradasi dari
agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat dan
mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam
proporsi campuran yang akan dipakai.
c. Direksi/Pengawas Ahli harus meminta kepada Pemborong
untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut
dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas
Ahli, setiap saat di laboratorium yang disetujui Direksi/
Pengawas Ahli atas biaya Pemborong.
d. Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut
disupply, maka Pemborong diwajibkan untuk memberitahukan
secara tertulis kepada Direksi/Pengawas Ahli.
e. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran
dengan tanah dan terkotori.

3. AIR
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan
272

kimia (asam alkali), tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi


syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia. Air yang mengandung
garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.

4. BESI BETON
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/ karat dan
tidak cacat(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
b. Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam
gambar dan bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan-ketentuan Peraturan Beton Indonesia.
c. Mempunyai penampang yang sama rata.
d. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan tertulis
Perencana Struktur. Besi beton harus disupply dari satu sumber
(manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan
bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan
konstruksi.
e. Sebelum mengadakan pemesanan Pemborong harus
mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk- petunjuk dari Direksi/ Pengawas Ahli.
f. Barang percobaan diambil di bawah kesaksian
Direksi/Pengawas Ahli, berjumlah min.3 (tiga) batang untuk
tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan
panjangnya ± 100 cm.
g. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Direksi/Pengawas Ahli.
Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian
Direksi/Pengawas Ahli tidak diperkenankan sama sekali dan hasil
test yang bersangkutan tidak sah.
a. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi
273

tanggung jawab Pemborong.


b. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh
atau yang semacam iłu, harus mendapat persertujuan tertulis
Perencana Struktur.
c. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor
pengecoran dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan
sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena
kualitasnya tidak sesuai dengan spesifikasi struktur harus
segera dikeluarkan dengan site setelah menerima instruksi
tertulis dari Direksi/Pengawas Ahli, dalam waktu 2 x 24 jam
atas biaya Pemborong.
e. Untuk menjamin mułu besi beton, Direksi /Pengawas Ahli
mempunyai wewenang untuk juga meminta Pemborong
melakukan pengujian tambahan untuk setiap pengiriman 5 ton
dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing
diameter atas biaya Pemborong atau setiap saat apabila
Direksi/Pengawas Ahli mempunyai keraguan terhadap mułu
besi beton yang dikirim.

5. KUALITAS BETON
a. Borepile menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c =
30 MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai
dengan gambar detail.
b. Kolom menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30
MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan
gambar detail.
c. Balok menggunakan kuat karakteristik beton rencana dengan
f'c =30 MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai
dengan gambar detail.
d. Plat menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30
274

MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan
gambar detail
e. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
f. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data
pengalaman pelaksanaan di Iain tempat dan dengan
mengadakan trial-mix di laboraturium.
g. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa
silinder beton atau kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan
yang disebut dalam Peraturan Beton Indonesia, maka
pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan
menurut Peraturan Beton Indonesia tanpa menggunakan
penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum
1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh
20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan
periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
• Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi /
Pengawas Ahli dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan
perhitungan tekanan beton karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
• Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus
dilakukan pengujian slump (slump test), dengan syarat
minimum 8cm dan maksimum 12 cm. Cara pengujian sebagai
berikut:
- Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam
cetakan beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan
ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
275

Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan


besi diameter 16 mmpanjang 30 cm dengan ujung yang
bulat (seperti peluru).
- Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya. Setiap lapisan ditusuk- tusuk 25 kali dan
setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang
dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan
diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.
- Slump Test dilakukan dibawah pengawasan Direksi
/Pengawas Ahli dan dicatat secara tertulis.
- Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada
keadaan atau kondisi normal:

Slump dalam cm
Konstruksi Beton Maksimum Minimum
Dinding, pelat fondasi dan fondasi telapak bertulang. 12.50 10.00

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi di 9.00 7.50


bawah tanah.
Pelat, balok, kolom dan dinding 15.00 12.50
Pembetonan massal 7.50 7.50
Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan sampai
maksimum 1,5 cm.
276

BAB II
PEKERJAAN
STRUKTUR
PASAL 01. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 PEMBUATAN PAGAR SEMENTARA
Untuk menjaga ketertiban Lingkungan, keamanan material dan tidak
mengganggu aktivitas lingkungan. Perlu dibuat pagar pengaman
dengan bahan pasangan seng rangka kayu menggunakan pondasi
setempat. Agar tidak mengganggu pemandangan dan pantulan sinar
matahari pagar harus dicat, tinggi pagar kurang lebih 180 cm.

1.2 PEMBERSIHAN LOKASI


Sebelum kegiatan pelaksanaan pekerjaan lokasi harus dalam kondisi
bersih daritumbuhan dan sisa material atau bongkaran.

1.3 PENGADAAN AIR KERJA DAN LISTRIK


Penyedia jasa wajib menyediakan fasilitas air kerja dan listrik sendiri.

1.4 PEMBUATAN GUDANG DAN BARAK KERJA


Pembuatan direksi keet menggunakan bangunan semi permanen
berbahan rangka kayu dengan penutup atap asbes, atau menggunakan
material lain yang pada prinsipnya bisa berfungsi sebagaimana
mestinya. Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan kegiatan pekerjaan
direksi keet dilengkapi dengan peralatan mebeler, papan tulis, dan
penerangan. Penempatan direksi keet harus mendapat ijin dari pihak
Pemberi Tugas. Direksi keet harus dilengkapi dengan kelengkapan
sanitasi (KM/WC ).

1.5 PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK


Bahan, menggunakan Papan ukuran 2/20 sebelum dipasang papan
bagian atas harusdi serut agar betul-betul rata untuk penentuan elevasi,
277

dengan patok ukuran 5/7. Untuk penentuan titik as, elevasi, dan sudut
menggunakan alat ukur Theodolit dengan tenaga ahli dalam bidangnya.
Titik As ditulis dengan cat warna merah, titik ini harus tetap terjaga
sampai dengan pekerjaan Struktur selesai apabila
mengganggupekerjaan bisa dipindahkan ke pagar proyek atau diganti
dengan papan petunjuk. Pemasangan Bowplank mengelilingi
Bangunan/tidak dipasang hanya pada as-as saja, Elevasi dan notasi as
harus tertulis jelas dengan huruf balok warna merah pada papan
bowplank.

1.6 PERALATAN PENDUKUNG K3


Peralatan Iain-lain (seperti lift barang, alat berat Iain, dll) untuk
mendukung metode pelaksanaan kontraktor yang tidak disebutkan di
BQ merupakan tanggung jawab kontraktor. Penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di lokasi proyek tidak masuk dalam BQ
tetapi merupakan tanggung jawab kontraktor.

PASAL 02. PEKERJAAN TANAH


2.1 PEKERJAAN GALIAN TANAH
2.1.1 LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan/peralatan- peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaanini dengan baik.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk
pekerjaan sub struktur, seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuaidengan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Pembuangan sisa galian yang disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
2.1.2 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Kedalaman galian pondasi dan galian-galian lainnya harus sesuai
dengan peil-peil yang tercantum dalam gambar. Semua bekas-
278

bekas pondasi bangunan lama, batu, jaringan jalan/aspal, akar dan


pohon-pohon yang terdapat dibagian galian yang akan
dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang.
b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik,
telepon dan Iain-lain yang masih digunakan, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus secepatnya memberitahukan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas, atau kepada intansi yang berwenang
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Penyedia Jasa
Konstruksi bertanggung jawab atas segala kerusakan-kerusakan
sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut.
c. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar
setiap galianmasih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian
gembur, maka harus digali keluar sedang lubang- lubang diisi
kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga
mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
d. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air
dengan kapasitas yang memadai atau pompa lumpur yang
diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air lumpur pada dasargalian.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.

2.2 PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


2.2.1 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan
urugan dan pemadatan kembali untuk pekerjaan substruktur yang
279

ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.


2.2.2 PERSYARATAN BAHAN
Bahan untuk urugan tersebut dengan menggunakan bahan
mendatangkan dari lokasi lain serta memberikan sample terlebih dahulu
sekurang-kurangnya 5 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tanah harus tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas
bongkaran, bekas dinding bata, beton dan bahan organis lainnya.
b. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
c. Besarnya nilai plastycity Index (PI) tidak boleh melebihi dari 20 %
Direksi/Konsultan Pengawas akan menolak material yang tidak
memenuhi persyaratan tersebut di atas dan biaya pengambilan contoh
yang disetujui baik dari galian, angkutan dari dan ke arah lokasi
menjadi beban penyedia jasa.
2.2.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Terlebih dahulu lapisan atas dikupas dan dipadatkan hingga
mencapai 40% kepadatan maksimum paling sedikit sedalam 15 cm
sebelum urugan dimulai.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan
tebal maxtiap-tiap lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan
dengan stemper, baby roller minimum 5 ton atau peralatan yang
disetujui Oleh direksi dan konsultan pengawas.
c. Tanah urug yang kering harus dibasahi dengan air, tetapi apabila
tanah sudah mengandung air maka tidak perlu dibasahi kemudian
dilakukan pengilasan atau pemadatan.
d. Pemadatan sebaiknya mencapai 80% kepadatan maksimum dan
standarkepadatan tesebut bisa berubah atas persetujui direksi dan
konsultan pengawas. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup,
setelah mendapat persetujan dari Direksi / Konsultan Pengawas.
e. Apabila terdapat gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan
dan bahan tersebut harus dicampur dengan cara menggaruk atau
280

cara sejenisnya sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya


sama.
f. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan
ketempat tertentu yang disetujui secara tertulis oleh Direksi /
Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.

2.3 PEKERJAAN URUGAN PASIR URUG/SIRTU PADAT


2.3.1 LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
peralatan danalat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini untuk memperoleh hasil pekerjaan yang baik.
b. Pekerjaan urugan pasir urug /sirtu dilakukan diatas dasar galian
tanah, dibawah lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua
struktur beton yang berhubungan dengan tanah seperti pondasi,
sloof, dll.
2.3.2 PERSYARATAN BAHAN
a. Sirtu/pasir urug yang digunakan harus tediri dari butir-butir yang
bersih, tajam dan keras, bebas dari lumpur, tanah lempung, dan lain
sebagainya,.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
2.2.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Lapisan sirtu padat dilakukan lapis demi lapis maksimum tiap lapis
5 cm, hingga mencapai tebal padat yang diisyaratkan dalam
gambar.
b. Setiap lapisan sirtu harus diratakan, disiram air dan atau dipadatkan
dengan alat pemadat.
c. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang kering agar
dapat diperoleh hasil kepadatan yang baik.
d. Kondisi yang kering tersebut harus dipertahankan sampai
281

pekerjaan pemadatan yang bersangkutan selesai dilakukan.


e. Tebal lapisan minimum 10 cm padat atau sesuai yang ditnjukkan
dalam gambar. Pemadatan dengan jenis material sirtu hingga
mencapai 90% kepadatan maksimum.
f. Lapisan pekerjaan diatasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.

PASAL 03. PEKERJAAN PONDASI BORE PILE


3.1 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengeboran, pembuatan
pondasi tiang beton, beserta semua pekerjaan pendahuluan dan
seterusnya, sehingga tiang-tiang pondasi beton bor sesuai dengan
gambar dan spesifikasi. Lingkup pekerjaan juga mencakup pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut Mobilisasi dan demobilisasi alat-alat bore
pile.
a. Penyediaan jalan masuk/keluar yang bebas dari jaringan kabel
listrik, telepon, PAM dan sarana utilitas umum lainnya.
b. Pembuatan pagar dan proteksi terhadap bangunan yang ada.
c. Melaksanakan pembersihan lapangan dari bangunan/sisa
bangunan, bongkaranbangunan lama termasuk pondasi bangunan
lama.
d. Stake out titik pondasi.
e. Pembuatan direksi keet beserta isinya sesuai gambar terlampir.
f. Pengeboran, fabrikasi dan pengecoran tiang pondasi bor (cast in
place).
g. Pengelolaan lumpur berikut pembersihan setelah pelaksanaan.
h. PDA (Pile Dinamic Analyzer), adalah pelaksanaan test/uji
pembebanan secara dinamis. Untuk melakukan pekerjaan pondasi
bore pile ini harus dilaksanakan oleh perusahaan kontraktor
spesialis pondasi tiang bor (bore pile) yang memiliki pengalaman,
kemampuan serta peralatan yang memadai dengan menunjukkan
282

referensi pekerjaan selama 3 (tiga) tahun terakhir. Kontraktor harus


mempresentasikan terlebih dahulu metode pelaksanaan pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas Ahli.

3.2 PERSYARATAN BAHAN


Syarat-syarat bahan beton, besi tulangan termasuk pengetesan mutunya
harus sesuai dengan spesifikasinya seperti diatur pada pasal "Pekerjaan
Beton Bertulang", kecuali jika ditentukan lain dalam pasal ini. Untuk
keseluruhan mutu bahan tiang pondasi bor adalah sebagai berikut.
a. Beton menggunakan mutu fc' = 30 Mpa
b. Besi tulangan ulir (BJTD) menggunakan mutu fy = 420 Mpa
c. Besi tulangan polos (BJTP) menggunakan mutu fy = 385 Mpa

3.3 PERSYARATAN ALAT BOR


a. Pemborong harus menyediakan alat bor lengkap dengan pipa tremy
dengan jumlah yang cukup secara serempak sedemikian sehingga
Time Schedule yang ditentukan bisa tercapai.
b. Semua peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan pembuatan
pondasi tiang bor, seperti crane bor, pipa tremy, pompa beton dan
lain-lain, harus dalam kondisi baik serta memadai untuk pekerjaan
ini.
c. Bila ada persyaratan yang khusus dalam pekerjaan pembuatan
pondasi tiang bor ini maka harus dijelaskan pada waktu
memasukkan penawaran. Persyaratan- persyaratan harus dibuat
secara khusus/spesifik dan tidak secara umum, karena pihak
Pemborong dianggap sudah tahu mengenai cara pelaksanaan
pembuatan pondasi tiang bor.
d. Pemborong harus menyediakan peralatan-peralatan khusus yang
dibutuhkan dalam pembuatan pondasi tiang bor sesuai dengan
spesifikasi yang sudah ditentukan.
e. Semua pemeriksaan dan pengujian seperti yang telah disyaratkan
283

dalam peraturan dan syarat spesifikasi dalam dokumen teknis ini


harus benar-benar dituruti oleh pelaksana pekerjaan.
f. Kerusakan kecil pada peralatan harus diperbaiki didalam
lokasi/site bilamana mungkin. Bila terpaksa dilakukan pemindahan
paralatan guna perbaikan kerusakan, maka Pemborong harus dapat
membawa peralatan penggantinya ke lokasi/site sebelum yang
rusak dibawa pergi dan mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas Ahli.

3.4 KEADAAN TANAH/SOIL DATA


a. Informasi dan data yang diperoleh dari Penyelidikan Tanah (Soil
Investigation) dan informasi tentang tipe strata tanah (soil
properties) yangakan dijumpai dilahan dapat diminta dari pihak
Direksi/Pengawas Ahli.
b. Apabila Pemborong ingin mendapatkan tambahan data mengenai
keadaan tanah tersebut, maka Pemborong boleh mengadakan
penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri.

3.5 IZIN PELAKSANAAN DAN KEBISINGAN


Pemborong harus memastikan bahwa bangunan-bangunan sekeliling,
pekerjaan- pekerjaan yang sedang berjalan dan tetangga yang langsung
berdekatan tidak mengalami gangguan kebisingan dan getaran yang
mungkin dapat ditimbulkan oleh alat bore pile. Pemborong harus
menanyakan kepada Direksi/Pengawas Ahli dan atau Pemerintah
setempat untuk mengetahui apakah metoda kerja yang diusulkannya
dapat diterima. Pemborong juga harus meminta penjelasan dari
Pemerintah setempat danlingkungan sekitar, tentang:
a. Jam-jam kerja yang diizinkan.
b. Tingkat kebisingan maximum yang boleh ditimbulkan dari site.

3.6 PERSYARATAN PELAKSANAAN


284

a. STAKE OUT/PENENTUAN TITIK-TITIK PONDASI TIANG


BOR
• Pemborong harus bertanggung jawab terhadap pemasangan
patok- patok ukur untuk menetapkan kedudukan pondasi tiang
bor baik vertical maupun horizontal terlebih dahulu dan harus
mendapatkan persetujuan dari pihak Direksi/Pengawas Ahli
secara tertulis sebelum dimulainya pekerjaan pengeboran.
• Kedudukan/posisi dari tiap-tiap tiang bor harus ditandai
dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 450 mm
yang ditancapkan pada tanah, dan harus dijaga terhadap
kemungkinan bergesernya patok-patok tersebut sampai
dengan waktu pelaksanaan pengeboran dilaksanakan.
• Pada bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan
warna yang mudah terlihat (mencolok).
• Stake Out harus dilakukan oleh surveyor-surveyor yang
berpengalaman dengan menggunakan alat ukur/theodolite
terkalibrasi dan bukan dengan cara manual.
• Surveyor-surveyor tersebut berikut alat ukurnya harus selalu
berada dilapangan sepanjang pelaksanaan pekerjaan
khususnya untuk mendata tiang-tiang yang sudah selesai
dikerjakan dari segi deviasi dan tata letak/kedudukan
b. PELAKSANAAN PONDASI BORE PILE (DRY BORING
SYSTEM)
• Metode kerja yang akan digunakan harus dimintakan
persetujuan Direksi/Pengawas Ahli. Sebelum memulai
pekerjaan Kontraktor harus membuat shop drawing dan
meminta ijin pelaksanaan pekerjaan pengeboran kepada
Direksi/Pengawas Ahli.
• Pengeboran dilaksanakan pada titik-titik yang telah
ditentukan. Untuk mendapatkan kedudukan titik-titik tersebut
terlebih dahulu harus dilakukan uitzet dengan persetujuan
285

Direksi/Pengawas Ahli.
• Ketelitian letak dan tegak lurusnya tiang bor harus presisi
dengan toleransi ketepatan posisi letak tiang adalah 7 1/2 cm
dan toleransi tegak lurus 1/75 — 1/50.
• Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan urutan dan arah
dari belakang menuju kedepan untuk menghindari kerusakan
lahan yang ada.
• Untuk mengantisipasi terjadinya kelongsoran dipermukaan,
pelaksanaan pekerjaan pengeboran harus menggunakan
bantuan temporary casing permukaan dengan panjang yang
disesuaikan dengan kebutuhannya, dalam hal ini kontraktor
pelaksana dapat menanyakan mengenai kondisi tanah kepada
Direksi/Pengawas Ahli, tentang data tanah dari hasil
pengujian.
• Penggunaan larutan Bentonite pada kasus khusus, seperti
tanah pasir lepas harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman, dengan persetujuan Direksi/Pengawas Ahli.
• Penentuan kedalaman sesungguhnya tiang harus ditentukan
oleh site soil engineer yang ahli dan berpengalaman. Kondisi
dasar lubang harus diperiksa.
• Pengeboran dilaksanakan dengan menggunakan mata bor
auger/bucket yangdisesuaikan dengan kondisi tanah di
lapangan. Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana,
maka casing dapat dimasukkan secara perlahan.
• Cara memasukkan casing hanya menggunakan gaya gravitasi.
• Selama pelaksanaan pekerjaan pengeboran, ke dalam lubang
bor harus selalu dialirkan air.
• Pada waktu Pengeboran, posisi mata bor maupun casing harus
benar-benar dalam keadaan vertikal, dan pada akhir
pengeboran posisi mata bor harus selalu diperiksa terhadap
posisi rencana maupun kemiringannya.
286

• Pengeboran selanjutnya dilaksanakan hingga mencapai


kedalaman rencana.
• Setelah mencapai kedalaman rencana, dilakukan pembersihan
terhadap sisa-sisa material yang jatuh kedalam lubang bor
maupun sisa lumpur dengan menggunakan bucket cleaning
sampai benar-benar bersih.
• Pengecekan kedalaman lubang bor maupun kebersihannya
harus diketahui dan disetujui oleh Direksi/Pengawas Ahli.
• Secara bersamaan dengan pelaksanaan pengeboran, fabrikasi
pembesian tulangan bor dapat dilaksanakan sehingga proses
pengeboran selesai pembesian dapat segera dimasukkan ke
dalam lubang bor.
• Rangkaian besi yang telah selesai, dimasukkan ke dalam
lubang bor. Rangkaian pembesian ini harus diketahui dan
disetujui oleh Direksi/Pengawas Ahli. Rangkaian besi pada
ujung bawah maupun sambungantidak boleh dibentuk kait.
• Untuk keperluan pengecoran, digunakan pipa tremy Ø 8 inCi
yang dimasukkan ke dalam lubang hingga 50 cm di atas dasar
lubang bor.
• Pengecoran dilaksanakan segera setelah pembesian dan pipa
tremy dimasukkan ke dalam lubang. Beton yang digunakan
harus mempunyai slump minimal 16 cm yang sebelumnya
telah dilakukan slump test yang disetujui oleh
Direksi/Pengawas Ahli. Pada saat pengecoran dilaksanakan,
pipa tremy diangkat perlahan sambil dikocok dengan tujuan
untuk menghindari segregasi agregat.
• Pengecoran dilaksanakan sampai level rencana dan dilakukan
secara kontinyu (tidak boleh terputus). Casing dicabut secara
perlahan-lahan setelah pengecoran mencapai permukaan
(hampir selesai).
287

3.7 PENGELOLAAN LUMPUR AKIBAT PENGEBORAN


a. Kontraktor harus membuat alur sirkulasi/drainase yang
diperuntukkan sebagai media aliran lumpur dari hasil pengeboran
ke tempat penampungan lumpur sementara (kolam lumpur),
sehingga kondisi site benar-benar bebas dari ceceran lumpur
sampai dengan waktu tertentu,sehingga lumpur padat dapat
dibuang ke luar site.
b. Kontraktor juga harus membuat sistem pembersihan ban dari roda
truck-truck yang mengangkut lumpur untuk menghindari
tercecernya lumpur di lingkungan proyek pada saat proses
pembuangan.
c. Tempat kolam lumpur, pembersihan ban roda truck maupun lokasi
pembuangan lumpur disesuaikan kondisi lapangan atau sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas Ahli.

3.8 PDA/DLT TEST (DYNAMIC LOAD TEST)


DLT adalah salah satu metode pembebanan dinamis untuk
mengevaluasi kapasitas aktual daya dukung pondasi tiang terpasang.
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945 dengan menggunakan
beban drop hammer yang dimodifikasi dari blok beton, dimana
gelombang pantul yang diberikan olehreaksi tanah akibat daya dukung
ujung dan gesek akan memberikan kapasitas dukung yang dimobilisir.
DLT dilakukan dengan memasang dua buah sensor pada Sisi tiang
dengan posisi saling berhadapan (diametral) dekat kepala tiang. Pada
pengujian ini transducer diletakkan dengan jarak ± 1.20 m dari kepala
tiang. Kedua sensor tersebut berfungsi ganda masing-masing menerima
perubahan percepatan dan regangan. Gelombang tekan akan merambat
dari kepala tiang ke ujung tiang. Setelah itu gelombang tersebut akan
dipantulkan menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor Gelombang
yang ditangkap oleh sensor otomatis akan disimpan oleh komputer.
Signal yang terekam dianalisa dengan menggunakan program FPDS-5
288

(Foundation Pile System — 5) dari TNO Building And Construction


Research, The Netherlands. Kontraktor pelaksana harus
mempresentasikan terlebih dahulu metode kerja dari LOADING test ke
pihak Direksi/Pengawas Ahli, dan untuk peralatan yang akan
digunakan kontraktor harus menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
terakhir. Jumlah LOADING test ditetapkan 2 (dua) buah tiang pondasi
terpakai (Used Pile) untuk masing-masing diameter tiang.

3.9 PROSEDUR PENGETESAN


a. Peralatan untuk pengetesan daya dukung tiang
b. Peralatan untuk mengukur perkiraan penurunan
c. Laporan hasil testing / pengujian
d. Sedangkan Laporan mengenai hasil pengujian Loading Test harus
mencakup hal-hal sebagai berikut:
• Nomor Referensi Tiang.
• Kedalaman ujung tiang.
• Nomor referensi lubang pemboran penyelidikan tanah
terdekat.
• Tanggal pengecoran tiang.
• Mutu beton tiang.
• Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan.
• Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang.
• Grafik beban atau kecepatan rambat gelombang.
• Daya dukung selimut (dari data pengujian).
• Daya dukung ujung (dari data pengujian).
• Daya dukung termobilisir (dari data pengujian).
e. Settlement total pada ujung tiang akibat beban kerja (dari data
pengujian).
f. Settlement sisa pada ujung tiang akibat beban kerja (dari data
pengujian).
289

g. Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum (dari data


pengujian).
h. Faktor keamanan terhadap settlement sisa tertentu (dari data
pengujian).
i. Laporan teknis Loading Test berikut evaluasi dan rekomendasinya
hanya dapat diterima apabila ditandatangani oleh seorang Soil
Engineer yang berpengalaman atas biaya Pemborong (1 asli dan 3
copy).

3.10 PEKERJAAN PILE CAP


Pembuatan Pile Cap dengan mutu beton fc’ 30 MPa READYMIX
dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan gambar detail.
Sebelum membuat Pile Cap terlebih dahulu diadakan pekerjaan urugan
tanah dan dibuat lantai kerja dengan ketebalan sesuai gambar rencana.
yang termasuk pekerjaan ini ialah:
a. Pekerjaan Galian
• Urugan pasir
b. Lantai Kerja
c. Cor Beton Bertulang Footplat untuk dimensi dan detail penulangan
dapat dilihat pada gambar rencana

PASAL 04. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH


4.1 UMUM
PERSYARATAN UMUM
Kecuali ditentukain lain pada gambar atau seperti terperinci disini.
Cetakan dan perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi
persyaratan dalam PBI-1971, SNI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan
serta gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat
290

konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan


serta system rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan
untuk struktur yang aman
LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan, dan pembongkaran
dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor.
2. Pekerjaan yang berhubungan
- Pekerjaan Pembesian
- Pekerjaan Beton
REFERENSI-REFERENSI
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada
gambar atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan,
standar-standar atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. PBI-1971 SNI-2 Peraturan Beton Bertulangang 1971
2. SII Standar Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concreate Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork
PENYERAHAN
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh “Kontraktor”
sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan
segara, untuk menghindari keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri
maupun faktor lain.
1. KUALIFIKASI MANDOR CETAKAN BETON (FORMWOK
FOREMAN)
“Kontaktor” harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton
yang berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kualifikasi dari
mandor harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa
dan disetujui, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai
pekerjaan.
291

2. DATA PABRIK
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh
“Kontaktor”, kepada Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja
setelah “Kontraktor” menerima surat perintah kerja, juga harus
diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan
dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta system
cetakan dari pabrik bila dipakai.
3. GAMBAR KERJA
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan
penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua
bahanbahan cetakan, sirkulasi cetakan. Gambar kerja harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. CONTOH
Lengkapi cetakan dengan “cone” untuk mengencangkan cetakan.
4.2 BAHAN-BAHAN/PRODUK
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan
untuk cetakan dan penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis
penyelesaian permukaan beton seperti terlihat dan terperinci.
PERANCANGAN PERANCAH
1. DEFINISI PERANCAH
Perancah adalah konstruksu yang mendukung acuan dan beton yang
belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan
perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh
Direksi Lapangan. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan
perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup
dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.
2. PERANCANGAN/DESAIN
• Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan
oleh tenaga ahli resmi yang bertanggung jawab penuh kepada
kontraktor
292

• Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan


pada ketentuan ACI-347
• Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton
waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getara
dari alat penggetar. Penunjang-penunjang yang sepadan untuk
penggetar dari luar, bila digunakan harus didata Konsultan
Pengawas ke dalam acuan dan diperhitugkan baik-baik dan
menjamin bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada
cetakan tanpa konsentrasi berlebihan.
a. CETAKAN UNTUK PERMUKAAN BETON EKSPOSE
• Cetakan Plastic-faced Plywood (penyelesaian halus dan
penyelesaian dengan cat/smooth finish and painted finish).
Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola
pengingat harus seragam dan simetris. Setiap sambungan antara
bidang panel ataupun sudut maupun pertemuan-pertemuan
bidang, harus disetujui dahulu oleh Direksi Lapangan untuk
pola sambungannya.
• Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose
antara pane-panel cetakan harus dikencangkan untuk mencegah
kebocoran dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir
halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk
mempertahankan permukaan, permukaan yang berhubungan
dengan panel-panel yang bersebalahan pada bidang yang sama.
Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang
diperkeras dengan panel-panel cetakan untuk mencegah
kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton
baru ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahkan
pada cetakan tidak diijinkan.
b. PENYELESAIAN BETON DENGAN CETAKAN PAPAN
• Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan
yang kering dioven dengan lebar nominal 20 cm dan tebal min.
293

2,5 cm. Semua papan harus bebas dari mata kayu yang besar,
takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-
perlemahan lain yang serupa.
• Denah dasar dari papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom,
dinding yang akan permukaan-permukaan pada bidang yang
sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan-sambugan
ujung yang terjadi hanya pada sudut-sudut dan perubahan
bidang.
• Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan
untuk stabilitas dan untuk mencegah lepas/terurainya adukan.
Cetakan papan harus dikencangkan pada penunjang plywood
dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat. Pola
dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
c. CETAKAN UNTUK BETON TERLINDUNG (UNEXPOSED
CONCRETE)
• Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal),
plywood atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-
lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-
tidaknya pada satu Sisi dan kedua ujungnya.
• Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk
memperoleh rekatan dimana beton diindikasikan menerima
seluruh ketebalan plesteran.
d. PERANCAH
Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports) Kontraktor
harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan
penyokong adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup
dan beban pelaksanaan.
e. ALUR KAYU
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan
chamfer.
294

f. MELAPIS CETAKAN
• Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang
halus, harus tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan
meninggalkan sisa-sisa/ bekas pada permukaan beton atau efek
yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
• Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-
oil (bahan untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk
cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi
perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.
g. PENGIKAT CETAKAN
• Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik
atau jenis jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir,
dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian
sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran beton
basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan
perletakan yang memadai.
• Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut
pendapat Direksi Lapangan.
• Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang
diekspose, harus dari jenis dengan kerucut (cone snap off type).
Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada
permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang
sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar
atau seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
h. PENYISIPAN BESI
Penanaman/penyisipan besi untuk angkur dari bahan lain atau
peralatan pada pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti
diperlukan pada pekerjaan.
295

• Penanaman/penyisipan benda-benda terulir.


Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi
Lapangan
• Pemasangan langit-langit (ceiling)
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan
penggantung langit-langit, konstruksi penggantung harus di
galvani, atau tipe yang diijinkan oleh Direksi Lapangan
• Pengunci model ekor burung
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani
yanglebih baik/tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor
burung dari besi seperti dispesifikasikan. Pengunci harus diisi
dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk
mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.
4.3 PELAKSANAAN
• UMUM
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh,
dan terhindar dari bahaya kemiringan dan penurunan,
sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap
pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya
prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-
langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan
perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian rupa
hingga padaakhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk
konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk
yang seharusnya. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu
yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu
untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum
atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung
menunjukan tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga
menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan
296

kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak


akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi
konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat memerintahkan
untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan
dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah
tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan
dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancahdan sistem pondasinya atau sistem
lainnya secara detail (termasuk perhitungannya) harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui dan
pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambar tersebut disetujui. Perancah harus diperiksa secara
rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk melihat
bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun
ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan
yang berkembang dan pekerjaan perancah memperlihatkan
penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan,
diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan
perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan
atau perubahan bentuk yang lebih jauh. Pada saat pengecoran,
pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus agar
bisa dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk
kemudahan pembongkaran untuk mengeliminasi kerusakan
pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar. Aturlah
cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan
penunjang utama dimana diperlukan untuk disisakan pada
waktu pengecoran.
• PEMASANGAN
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan
dan kemiringan dari beton seperti yang ditunjukkan pada
297

gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-celah,


pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksiproyeksi seperti
diperlukan. Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan
kelembaban rendah, kedap air dan dikencangkan secukupnya
dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan
serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-
penunjang cetakan. Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan
gambar dan kontraktor bertanggung jawab untuk lokasi yang
benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi
yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan
untuk pemeriksaan. Semua sambungan/pertemuanbeton
ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah mendatar
maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi
kecuali seperti diperlihatkan lain pada gambar. Toleransi untuk
beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-
78.3.3.1, Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang
seragam pada permukaan beton yang diekspose. Pembuatan
cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor
(hanya sampai tepi bawah dari balok diatasnya) segera setelah
penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri.
Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau
dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh. Pada
waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang,
Kontraktor harus benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian
dari batang tegak yang mempunyai "plumbness"/kemiringan
lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data
dari surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.
• PENGIKAT CETAKAN
298

Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk


ketepatannya memegang/menahan cetakan selama pengecoran
beton dan untuk menahan berat serta tekanan dari beton basah.
• CHAMFERS
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada
gambar-gambar arsitek saja.
• BAHAN UNTUK MELEPAS BETON (RELEASE AGENT)
Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum
besi tulangan dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas
sehingga cukup membuat permukaan dari cetakan sekedar
berminyak bila beton maupun pada pertemuan beton yang
diperkeras dimana beton basah akan dicor/dituangkan. Jangan
memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan
untuk menerima penyelesaian khusus dan/atau pakailah
penutup dimana dimungkinkan.
• PEMBERSIHAN
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk
permukaan terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan
lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada bagian
bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain
dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan
pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama untuk
pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukan pembersihan
berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan. Untuk beton
ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa
pembersihan pada lubang- lubang tidak diijinkan pada cetakan
beton ekspose untuk permukaan ekspose tanpa persetujuan
Direksi Lapangan. Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu
potongan beton ekspose dengan permukaan ekspose pada dua
sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-bagiannya dapat
dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
299

Memasang jendela bila pemasangan jendela pada cetakan


untuk beton ekspose, lokasi harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Perancah; batang-batang perkuatan penyangga
cetakan harus memadai sesuai dengan metoda perancah.
Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama
operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan
bila penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan
terlihat nyata. Pasanglah penunjang- penunjang berturut-turut,
segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila
suatu perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan
pergerakan terus menerus melampaui yang dimungkinkan dari
peraturan. Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum
penempatan dari tulangan-tulangan, bersihkan semua cetakan
pada muka bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata
dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai
dengan instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan
dan tidak diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton
ekspose akan dicor. Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada
Direksi Lapangan setidaknya 24 jam sebelumnya dalam
pengajuan jadwal pengecoran beton.
• PENYISIPAN DAN PERLENGKAPAN
Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan
atau perlengkapan-perlengkapan, baut- baut, penggantung,
pengunci angkur dan sisipan di dalam beton. Buatlah pola atau
instruksi untuk pemasangan dari macam-macam benda.
Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.
• DINDING-DINDING
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan
dan profil seperti diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi
bukaan/lubang- lubang sementara pada bagian bawah dari
semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
300

pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang- lubang tersebut


setepatnya, segera sebelum pengecoran beton ke dalam
cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan
pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-
lantai beton.
• WATERSTOPS
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih
waktu pengecoran lebih dari 4 (empat) jam dan sambungan
tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau air di bawah
lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar- gambar,
harus dilengkapi dengan waterstop. Letak/posisi waterstop
harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang
sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari
perusahaan. Untuk tipe waterstop dapat digunakan ex.
Penetron, Vandex.
• CETAKAN UNTUK KOLOM
Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan
bentuk seperti terlihat pada gambar- gambar. Siapkan bukaan-
bukaan sementara pada bagian bawah dari semua cetakan-
cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan, dan tułup kembali dengan cermat sebelum
pengecoran beton.
• CETAKAN UNTUK PELAT DAN BALOK-BALOK
Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti
diperlukan untuk lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit
dan sebagainya. Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai
dengan gambar. Lengkapi dengan dongkrak-dongkrak yang
sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak
dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik
sebelum ataupun pada waktu pengecoran dari beton.
• PEMBONGKARAN CETAKAN DAN PENGENCANGAN
301

KEMBALI PERANCAH
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2.
Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang
sudah dapat dibongkar tanpa menambah tegangan atau tekanan
terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-bukaan (reveals).
Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi
arsitek atau permukaan beton ekspose dengan menggunakan
peralatan ataupun description ataupun tidak diijinkan.
Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara
umum pertahankan keutuhan dari desain. Bersihkan cetakan-
cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk
mencegah kerusakan pada bidang kontak. Pemasangan
kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan,
topang/tunjang kembali sepenuhnya semua pelat dan balok
sampai dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan
perancah kembali harus tetap tinggal ditempatnya sampai
beton mencapaikriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa
dengan teliti kekuatan betondengan test silinder dengan biaya
kontraktor. Penunjang- penunjang sementara, sebelum
pengecoran beton; tulangan menerus balok-balok dengan
bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopang-
penopang sementara sedemikian untuk me"minimum"kan
lendutan akibatbeban dari beton basah. Penunjang-penunjang
sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton
dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang
karena tingkatan kerja. Perancah tidak boleh dipindahkan
sampai beton mencapai kekuatan yang mencukupi ( > 80 %
f'c).
• PEMAKAIAN ULANG CETAKAN
Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul
dipertahankan dengan baik dan dalam kondisi yang
302

memuaskan bagi Direksi Lapangan. Cetakan-cetakan yang


tidak dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air,
tidak boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan
disetujui oleh Direksi Lapangan, bagian pembersihan cetakan,
dan memperbaiki kerusakan permukaan dengan memindahkan
lembaran lembaran yang rusak. Plywood sebelum pemakaian
ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara menyeluruh,dan
lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai
ulang plywood yang mempunyai tambalan, ujung yang usang,
cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada permukaan atau
kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari
penyelesaian permukaan. Cetakan-cetakan lain dari kayu,
persiapkan untuk pemakaian ulang dengan membersihkan
secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk
cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan dan
bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau rusak. Agar
supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya
yang diakibatkan oleh perubahan perubahan, cetakanuntuk
beton ekspose pada bagian yang terlihat hanya boleh dipakai
ulang hanya pada potogan-potongan yang identik. Cetakan
tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu
dan hasil pada bagian permukaan yang tampak dari beton
ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur akibat dari
plywood yang robek atau lepas seratnya. Sehubungan dengan
beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung
oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor
harus melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan
rancangan pembongkaran perancah.

PASAL 05. PEKERJAAN BETON BERTULANG UPPER STRUKTUR


303

5.1 PEKERJAAN KOLOM


Pembuatan kolom struktur dengan gaya mutu beton f’c 30 Mpa
READYMIX, untuk dimensi dan detail penulangannya bisa dilihat
pada gambar rencana.

5.2 PEKERJAAN BALOK


Pembuatan balok struktur dengan mutu beton f’c 30 Mpa
READYMIX, untuk dimensi dan detail penulangannya bisa dilihat
pada gambar rencana.

5.3 PEKERJAAN PLAT BETON


Pembuatan pelat lantai, pelat atap, pelat tangga dengan mutu beton f’c
30 Mpa READYMIX, untuk ketebalan dan detail penulangannya bisa
dilihat pada gambar rencana.

5.4 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


• SYARAT KHUSUS UNTUK BETON READY MIX
1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang
dibuat dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik
mengenai persyaratan Material Semen, Aggregat, air ataupun
Admixture, Testing Beton, Slump dan sebagainya.
2. Disyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan
pada supplier Beton Ready Mix yang sudah terkenal
mengenai stabilitas mutunya, kontinuitas penyediaannya dan
mempunyai/ mengambil material-material dari tempat tertentu
yang tetap dan bermutu baik.
3. Selain mutu beton maka harus diperhatikan betul-betul
tentang kontinuitas pengadaaan agar tidak terjadi hambatan
dalam waktu pelaksanaan.
4. Direksi / Pengawas Ahli akan menolak setiap Beton Ready
Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak
304

digunakan dalam pengecoran. Usahausaha yang


menghaluskan/ menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah
mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.
5. Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton Ready
Mix yang sudah berbentuk adukan sama sekali tidak
diperkenankan, karena akan merusak komposisi yang ada dan
bisa menurunkan mutu beton yang direncanakan.
6. Untuk mencegah terjadi pengerasan/ penggumpalan beton
sebelum dicorkan, maka Pemborong harus merencanakan
secermat mungkin mengenai kapan Beton Ready Mix harus
tiba di Lapangan dan berapa jumlah volume yang dibutuhkan,
termasuk didalamnya dengan memperhitungkan kemungkinan
macetnya transportasi dari/ ke Lapangan.
7. Pemborong harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier
Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu
dan kontinuitas pengadaan dan jumlah/ volume beton yang
digunakan.
8. Walaupun demikian, untuk mengecek mutu beton yang
dipakai maka baik Pemborong maupun Supplier Beton Ready
Mix masing-masing harus membuat silinder atau kubus beton
percobaan untuk di Test di Laboratorium yang ditunjuk/
disetujui secara tertulis oleh Direksi/ Pengawas Ahli dan
jumlah silinder atau kubus beton dibuat sesuai dengan
Peraturan Beton Indonesia.
9. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang
disyaratkan, walaupun disupply oleh Perusahaan Beton Ready
Mix, tetap merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
Pemborong.
10. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam,
yaitu terhitung sejak dituangkannya air kecampuran beton
kedalamtruk ready mix di plant/ pabrik sampai selesainya
305

beton ready mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat


digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala
akibat biaya yang ditimbulkannya menjadi beban dan resiko
Pemborong.
• ADUKAN BETON
Adukan beton yang dibuat di tempat (Site Mixing). Adukan beton
harus memenuhi syarat-syarat :
1. Semen diukur menurut berat
2. Agregat diukur menurut berat
3. Pasir diukur menurut berat
4. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk
mesin (concrete batching plant)
5. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin
pengaduk
6. Mesin pengaduk yang tidak dipakkai lebih dari 30 menit harus
dibersihkan lebih dulu, sebelum adukan beton yang baru di
mulai.
• TEST KUBUS BETON (PENGUJIAN MUTU BETON)
1. Direksi/Pengawas Ahli berhak meminta setiap saat kepada
Pemborong untuk membuat benda uji silinder atau kubus dari
adukan beton yangdibuat, dengan jumlah sesuai dengan
peraturan beton bertulang yang berlaku.
2. Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk
silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan
memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia. Untuk
bendauji berbentuk kubus, cetakan harus berbentuk bujur
sangkar dalam segala arah dengan ukuran 15x15x15 cm dan
memenuhi syaratdalam Peraturan Beton Indonesia.
3. Pengambilan adukan beton, percetakan benda uji kubus dan
curingnya harus dibawah pengawasan Direksi/ Pengawas
Ahli.
306

4. Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan


Beton Indonesia.
• PENGUJIAN
1. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan Peraturan
Beton Indonesia, termasuk juga pengujian- pengujian susut
(slump) dan pengujian tekan (Crushing test).
2. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump,
makakelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak
boleh dipakai, dan Pemborong harus menyingkirkannya dari
tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka
perbaikan-perbaikan atau langkah-langkah yang diambil harus
dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur Peraturan
Beton Indonesia atas biaya Pemborong.
3. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus
menjadi tanggung jawab Pemborong.
4. Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang
menunjukkan tanggal pengecoran, bagian struktur yag
bersangkutan dan Iain-lain data yang perlu dicatat.
5. Semua benda uji kubus harus di Test di Laboraturium yang
disetujui o leh Direksi/ Pengawas Ahli.
6. Laporan asli (bukan Photocopy) hasil Percobaan harus
diserahkan kepada Direksi/Pengawas Ahli segera sesudah
selesai percobaan, dengan mencantu Konsultan Pengawasan
besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran
adukan dan berat benda uji kubus tersebut. Percobaan/ test
kubus beton dilakukan untuk umur-umur beton 3,7 dan 14
hari dan juga untuk umur beton 28 hari.
7. Apabila dalam pelaksanaan nanti ternyata bahwa mutu beton
yang dibuat seperti yang ditunjukkan Oleh benda uji kubusnya
gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi/ Pengawas
Ahli berhak meminta Pemborong supaya mengadakan
307

percobaan- percobaan non destruktif atau bila perlu untuk


mengadakan percobaan loading (Loading Test) atas biaya
Pemborong. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-
syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
8. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus
dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk Direksi/
Pengawas Ahli.
9. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat- akibat
gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong
• PENGECORAN BETON
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada
bagian-bagian struktural dari pekerjaan beton, Pemborong
harus mengajukan permohonan izin pengecoran tertulis
kepada Direksi/ Pengawas Ahli minimum 3 (tiga) hari
sebelum tanggal/ hari pengecoran.
2. Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh
diajukan apabila bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut
sudah "siap" artinya Pemborong sudah mempersiapkan bagian
pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai dengan
gambar dan spesifikasi.
3. Atas pertimbangan khusus Direksi / Pengawas Ahli dan pada
keadaan-keadaan khusus misalnya untuk volume pekerjaan
yang akan dicor relatif sedikit/ kecil dan sederhana maka izin
pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari
tersebut.
4. Izin pengecoran tertulis Yang sudah dikeluarkan dapat
menjadi batal apabila terjadi salah satu keadaan sebagai
berikut :
5. Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari
tanggal rencana pengecoran yang disebutkan dalam izin
308

tersebut
6. Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak
memenuhi syarat lagi misalnya tulangan, pembersihan
bekisting, atau hal-hal lain yang tidak sesuai gambar-gambar
dan spesifikasi.
7. Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas
Ahli, maka Pemborong akan diperintahkan untuk
menyingkirkan/ membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli, atas biaya
Pemborong sendiri.
8. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran
dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin,
sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat
dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan Iain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkut mesin harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli, sebelum alat-
alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat
pengangkut yang digunakan, pada setiap waktu harus
dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.
9. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
pemasangan besi beton selesai diperiksa dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
10. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat- tempat yang akan
dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-
kotoran (potongan kayu,batu, tanah dan Iain-Iain) dan
dibasahi dengan air semen.
11. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari
suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan
pengendapan/pemisahan agregat.
12. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus
309

(continue/tanpa berhenti). Adukan yang tidak dicor


(ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar
dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah
selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
• PEMADATAN BETON
1. Beton yang dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan
ukuran Yang sesuai selama pengecoran berlangsung dan
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi/ rangkaian tulangan.
2. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey
comb), yaitu memperlihatkan permukaan yang halus bila
cetakan dibuka.
3. Pemborong harus menyiapkan vibrator-vibrator dalam jumlah
yang cukup untuk masing-masing ukuran yang diperlukan
untuk menjamin pemadatan yang baik.
4. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama,
cara mencampur dan mengaduk Yang baik dan cara
pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu
admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu,
Pemborong diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
tertulis dari Perencana Struktur dan Direksi /Pengawas Ahli
mengenai hal tersebut.
5. Untuk itu pemborong diharuskan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan
mengenaitujuan, data- data bahan, nama pabrik produksi jenis
bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya resiko/
efeksampingan dan keterangan-keterangan Iain yang dianggap
perlu.
6. Siar Pelaksanaan dan Urutan / Pola Pelaksanaan
7. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan
peraturan beton yang berlaku dan mendapat persetujuan
310

tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.


8. Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang
tengah dari suatu konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus
vertikal dan untuk siar pelaksanaan yang menahan gaya geser
yang besar harus diberikan besi tambahan/ dowel yang sesuai
untuk menahan gaya geser tersebut.
9. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama
supaya dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-
kotoran disingkirkan dengan air dan menyikat sampai agregat
kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih,
"Calbond" harus dilapiskan merata seluruh permukaan.
10. Untuk pengecoran dengan luasan dan atau volume besar maka
untuk menghindarkan / meminimalkan retak-retak akibat
susut, pengecoran harus dilakukan dalam pentahapan dengan
pola papan catur, urutan pekerjaan harus diusulkan oleh
Pemborong untuk mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas Ahli.
• CURING DAN PERLINDUNGAN ATAS BETON
1. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari
selama berlangsungnya proses pengerasan, pengeringan oleh
angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus
menerus selama 14 hari. Khusus untuk kolom, maka curing
beton dapat dilakukan dengan cara menutupi dengan karung
basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari pertama dengan
cara menutupi dengan karung basah, mnyemprotkan air atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
3. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas,
curing dan perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan.
Pemborong bertanggung jawab atas retaknya beton karena
311

susut akibat kelalaian ini.


4. Konstruksi beton secara natural harus diusahakan sekedap
mungkin. Beton yang keropos/ bocor harus diperbaiki.
Prosedur perbaikan beton yang keropos harus mendapat
persetujuan Direksi/ Pengawas Ahli, dan pemborong tidak
dikenakan biaya tambahan untuk perbaikan tersebut
• PEMBENGKOKAN DAN PENYETELAN BESI BETON
1. Pembengkokan besi harus dilakukan dengan hati-hati dan
teliti/tepat pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak
menyimpang dari Peraturan Beton Indonesia.
2. Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli,
dengan menggunakan alat-alat (Bar Bender) sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak, dan
sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin, dan pemotongan harus dengan "Bar
Cutter", tidak boleh dengan api.
3. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai,
Pemborong diwajibkan membuat gambar kerja (Shop
Drawing) berupa penjabaran gambar rencana Pembesian
Struktur, rencana kerja pemotongan dan pembengkokan besi
beton (bending schedule) yang diserahkan kepada Direksi/
Pengawas Ahli untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
4. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai
dengangambar dan harus sudah diperhitungkan mengenai
toleransi penurunannya.
5. Pemasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai
dengan gambar detail standard penulangan.
6. Sebelum besi beton dipasang, besi beton harus bebas dari
kulit besi karat, lemak, kotoran serta bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya lekat.
7. Pemasangan rangkaian tulangan yaitu kait-kait, panjang
312

penjangkaran, overlap, letak sambungan dan lain-lain harus


sesuai dengan gambar standar penulangan.
8. Apabila ada Keraguan tentang rangkaian tulangan maka
Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi/ Pengawas
Ahli/ Perencana Struktur untuk klarifikasi.
9. Untuk hal itu sebelumnya Pemborong harus membuat gambar
pemengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan
kepada Direksi/ Pengawas Ahli untuk mendapatkan
persetujuan tertulis.
10. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang
pada kedudukan yang teguh untuk menghindari pemindahan
tempat. Pembesian harus ditunjang dengan beton atau
penunjang besi, spacers atau besi penggantung lainnya
sedemikian rupa sehingga rangkaian tulangan terpasang
kokoh, kuat dan tidak bergerak saat dilakukan pengecoran
beton.
11. Ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampang beton,
sehingga tidak menonjol kepermukaan beton.
12. Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan
jaraknya harus sesuai dengan gambar.
13. Beton decking harus digunakan untuk menahan jarak yang
tepat pada tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan
beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
14. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul- betul
bersih dari semua kotoran-kotoran
• PENGGANTIAN BESI
1. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai denga napa yang tertera pada gambar.
2. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Pemborong
atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau
perlu penyempurnaan pembesian yang ada maka Pemborong
313

dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi


pembesian yang tertera dalam gambar. Usulan pengganti
tersebut harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Ahli.
3. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter
yang terdekat dengan catatan:
4. Harus ada persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
5. Jumlah luas besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari
yang tertera dalam gambar. Khusus untuk balok induk, jumlah
luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih
besar jauh dari pembesian aslinya.
6. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau pencapaian penggetar/
vibrator.
7. Tidak ada Pekerjaan Tambah dan tambahan
• PEMASANGAN ALAT-ALAT DIDALAM BETON
1. Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat
lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi
tanpa sepengatahuan dan ijin tertulis dari Direksi/Pengawas
Ahli.
2. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam
beton, pemasangan sparing dan sebagainya, harus sesuai
gambar atau menurut petunjuk-petunjuk Direksi/Pengawas
Ahli.
3. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding.
4. Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diberikan
penjangkaran dengan jarak antara 60 cm, panjang jangkar
minimum 60 cm di bagian dimana bagian yang tertanam
dalam bata dan kolom masing- masing 30 cm dan berdiameter
314

10 mm.
5. Tiap pertemuan dinding, dinding dengan luas yang lebih besar
dari 9 m 2 dan dinding dengan tinggi lebih besar atau sama
dengan3 m harus diberi kolom-kolom praktis dan ring-ring
balok, dengan ukuran minimal 12 cm x 12 cm.
6. Tulangan kolom praktis/ ring balok adalah 4 diameter 12mm
dengan sengkang diameter 8 mm jarak 20 cm.
7. Untuk lisplank bata dan dinding-dinding lainnya yang
tingginya > 3 m harus diberi kolom praktis setiap jarak 3m
dan bagian atasnyadiberikan ring balok.

Anda mungkin juga menyukai