Anda di halaman 1dari 152

TUGAS AKHIR

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN


PERKUATAN DINDING PENAHAN TANAH
BERJENJANG TIPE CONCRETE CANTILEVER
MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS 8.6
(Studi Kasus di Pasaman, Padang, Sumatera Barat)

(SLOPE STABILITY ANALYSIS WITH TIERED


CONCRETE CANTILEVER RETAINING WALL USING
PLAXIS 8.6 PROGRAM)
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

Rio Rizky Pratama


15511035

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021
TUGAS AKHIR

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN


PERKUATAN DINDING PENAHAN TANAH
BERJENJANG TIPE CONCRETE CANTILEVER
MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS 8.6
(Studi Kasus di Pasaman, Padang, Sumatera Barat)

(SLOPE STABILITY ANALYSIS WITH TIERED


CONCRETE CANTILEVER RETAINING WALL USING
PLAXIS 8.6 PROGRAM)
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

Rio Rizky Pratama


15511035

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021

i
TUGAS AKHIR
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN DINDING
PENAHAN TANAH BERJENJANG TIPE CONCRETE CANTILEVER
MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS 8.6

(Studi Kasus di Pasaman, Padang, Sumatera Barat)

(SLOPE STABILITY ANALYSIS WITH TIERED CONCRETE CANTILEVER


RETAINING WALL USING PLAXIS 8.6 PROGRAM)

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi


Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang


saya susun sebagai syarat untuk penyelesaian program Sarjana di Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun beberapa bagian dalam penulisan
laporan Tugas Akhir yang saya kutip dari berbagai karya milik orang lain telah
dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah sebagai pedoman dan acuan literasi yang jelas dalam Tugas
Akhir ini. Apabila di kemudian hari ditemukan plagiasi pada seluruh atau sebagian
laporan tugas akhir ini, maka saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 3 Maret 2021

Yang membuat pernyataan,

Rio Rizky Pratama


(15511035)

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT yang senantiasa menghaturkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sungguh-sungguh.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan studi tingkat sarjana di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Seiring dengan
penyusunan Tugas Akhir ini terdapat banyak hambatan yang dihadapi oleh penulis,
namun berkat saran, kritik serta dorongan semangat dari berbagai pihak,
Alhamdulillah Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Berkaitan dengan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur yang sedalam-dalamnya
kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Edy Purwanto, CES., DEA. selaku dosen pembimbing
sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak
saran dan bimbingan serta bantuan selama mengerjakan Tugas Akhir
ini.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Amini Yuni A, M.T. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia.
3. Seluruh civitas akademika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia yang telah membantu penulis selama masa
perkuliahan.
4. Keluarga tercinta, Papi dan Mami penulis, Bapak Ilham Wahyudi dan
Ibu Siti Mayasari yang telah memberikan banyak dukungan secara moril
dan materiil serta selalu memberikan doa hingga Tugas Akhir ini dapat
diselesaikan.

iv
5. Adik penulis, Reza dan Rayhan yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi agar penulis segera menyelesaikan masa studi.
6. Ina Masruroh, karena selalu mendampingi penulis dengan memberikan
dukungan yang tiada henti, motivasi serta menjadi penyemangat bagi
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Para sahabat penulis, yang telah membantu penulis berkembang
menjadi manusia yang baik. Faishol Jamil, Farah Mawaddah, Farkhan
Ramadhan, Nizar Surya Isadono serta pihak-pihak lain yang penulis tak
dapat sebutkan satu-persatu namanya.
8. Seluruh pihak yang telah membantu sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 3 Maret 2021

Penulis,

Rio Rizky Pratama


(15511035)

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xv

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvi

ABSTRAK xviii

ABSTRACT xix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

1.5 Batasan Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Pendahuluan 7

2.1.1 Penelitian Sebelumnya 7

2.1.2 Perbedaan Penelitian yang Dilakukan 15

BAB III LANDASAN TEORI 19

3.1 Tanah 19

vi
3.1.1 Klasifikasi Tanah 19

3.1.2 Sifat Mekanis Tanah yang digunakan pada Analisis Plaxis 24

3.1.3 Properti Tanah 28

3.2 Stabilitas Lereng 31

3.3 Metode Yang Digunakan 32

3.4 Konsep Angka Keamanan Lereng 34

3.5 Perkuatan Tanah 36

3.6 Dinding Penahan Tanah 37

3.7 Dinding Penahan Tanah Kantilever 37

3.8 Dimensi Dinding Kantilever 39

3.9 Stabilitas Dinding Penahan Tanah 39

3.9.1 Stabilitas Terhadap Guling 40

3.9.2 Stabilitas Terhadap Geser 41

3.9.3 Stabilitas Terhadap Kapasitas Daya Dukung Tanah 43

3.10 Program PLAXIS 8.6 45

BAB IV METODE PENELITIAN 47

4.1 Pendahuluan 47

4.2 Bahan dan Alat 47

4.3 Persiapan Penelitian 47

4.4 Pengumpulan data 48

4.5 Tahap Pelaksanaan Penelitian 53

4.6 Tahapan Analisis Stabilitas Lereng dan Input Data pada Plaxis 8.6 54

4.6.1 Input Data Geometri 54

4.6.2 Tahap Analisis 55

4.6.3 Plaxis Calculations 55

vii
4.6.4 Plaxis Output 57

4.7 Bagan Alir Penelitian 58

BAB V Analisis dan pembahasan 60

5.1 Analisis Stabilitas Eksisting Menggunakan Program Plaxis 8.6. 60

5.2 Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Fellenius 65

5.3 Analisis Stabilitas Eksternal Dinding Penahan Tanah 69

5.3.1 Perhitungan Manual Dinding Penahan Tanah Berjenjang 70

5.3.2 Rekapitulasi Keseluruhan Perhitungan Stabilitas Eksternal DPT 79

5.4 Perhitungan Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah 79

5.4.1 Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah Tingkat Atas 79

5.4.2 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah 88

5.4.3 Sketsa Penulangan Dinding Penahan Tanah 88

5.5 Analisis Stabilitas Lereng Asli Tanpa Perkuatan Menggunakan


Program PLAXIS 8.6 89

5.5.1 Analisis Stabilitas Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 90

5.5.2Analisis Stabilitas Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Ekstrem atau


Muka Air Tanah Rendah 96

5.5.3 Rekapitulasi Hasil Analisis menggunakan Program Plaxis 8.6 pada


Lereng tanpa Perkuatan dengan Kondisi Normal 101

5.6 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Menggunakan Program


PLAXIS 8.6 101

5.6.1 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal 102

5.6.2 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem atau


Muka Air Tanah Rendah 110

5.6.3 Rekapitulasi Hasil Analisis menggunakan Program Plaxis 8.6 pada


Lereng tanpa Perkuatan dengan Kondisi Normal dan Ekstrem 116

viii
5.7 Pembahasan 116

5.7.1 Kondisi Umum 116

5.7.2 Analisis Stabilitas Lereng Eksisting menggunakan Plaxis 8.6 dan


Metode Fellenius 117

5.7.3 Analisis Stabilitas Eksternal Dinding Penahan Tanah Kantilever


117

5.7.4 Analisis Stabilitas Lereng Asli tanpa Perkuatan Menggunakan


Plaxis 8.6 118

5.7.5 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Menggunakan Plaxis


8.6 118

5.7.6 Analisis Faktor Gempa pada Lereng dengan Perkutan Menggunakan


Plaxis 8.6 119

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 120

6.1 Kesimpulan 120

6.2 Saran 122

DAFTAR PUSTAKA 123

LAMPIRAN 126

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang 15

Tabel 3.1 Sistem Klasifikasi Tanah Unified 22

Table 3.2 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO 24

Tabel 3.3 Nilai Koefisien Permeabilitas Tanah 25

Tabel 3.4 Hubungan Angka Poisson dengan Jenis Tanah dan Konsistensi 26

Tabel 3.5 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas 26

Tabel 3.6 Hubungan Antara Sudut Geser Dalam dengan Jenis Tanah 27

Tabel 3.7 Hubungan Antara Angka Pori, Kelembaban Dan Berat Volume Tanah
Kering 28

Tabel 3.8 Nilai Faktor Keamanan Persyaratan Departemen Pekerjaan Umum 35

Tabel 3.9 Faktor Keamanan Lereng 36

Tabel 3.10 Koefisien Gesek (f) Antara Dasar Fondasi Dan Tanah Dasar 43

Tabel 4.1 Parameter Tanah Pada BT.01 – BT.02 48

Tabel 4.2 Beban Lalu Lintas 51

Tabel 4.3 Parameter Desain Dinding Penahan Tanah Kantilever 52

Tabel 5.2 Data Parameter Tanah Dinding Penahan Tanah Berjenjang 73

Tabel 5.3 Rekapitulasi Perhitungan Gaya dan Momen Vertikal 74

Tabel 5.4 Tekanan Tanah Aktif 75

Tabel 5.5 Tekanan Tanah Pasif 76

Tabel 5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Stabilitas Eksternal DPT 79

Tabel 5.7 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah 88

Tabel 5.8 Data Parameter Tanah Setiap Lapisan 90

x
Tabel 5.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Lereng tanpa Perkuatan 101

Tabel 5.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Lereng dengan Perkuatan 116

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Saluran Irigasi BT.01-BT.02 Panti Rao 5

Gambar 1.2 Cross Section Pada P.34 6

Gambar 3.1 (a) Elemen Tanah dalam Kondisi Natural; (b) Tiga Fase Elemen Tanah
29

Gambar 3.2 Gaya Yang Bekerja Pada Irisan 34

Gambar 3.3 Contoh Sederhana Dinding Penahan Tanah Kantilever 38

Gambar 3.4 Dimensi Pendahuluan Dinding Penahan Tanah Kantilever 39

Gambar 4.1 Cross Section Pada STA P.34 50

Gambar 4.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia PGA-SNI 1726:2012 52

Gambar 4.3 Tampilan General Settings 54

Gambar 4.4 Tampilan Menu Plaxis Calculations 56

Gambar 4.5 Tampilan Plaxis Output Program 57

Gambar 4.6 Bentuk Bagan Alir Penelitian 59

Gambar 5.1 Permodelan Lereng Eksisting 60

Gambar 5.2 General Meshing pada Lereng Eksisting 61

Gambar 5.3 Tekanan Air Pori pada Lereng Eksisting 62

Gambar 5.4 Tahapan Kalkulasi pada Lereng Eksisting 62

Gambar 5.5 Bidang Longsor pada Lereng Eksisting 63

Gambar 5.6 Perpindahan Total pada Lereng Eksisting 64

Gambar 5.7 Konsolidasi dan Arah Penurunan Tanah pada Lereng Eksisting 64

Gambar 5.8 Grafik SF vs Perpindahan Lereng Eksisting 65

Gambar 5.9 Permodelan Lereng Analisis Metode Fellenius 66

xii
Gambar 5.10 Diagram Distribusi Tekanan Tanah Lateral Dinding Penahan Tanah
Berjenjang 71

Gambar 5.11 Dimensi Dinding Penahan Tanah Berjenjang 72

Gambar 5.12 Kodefikasi Dimensi Dinding Penahan Tanah Kantilever Atas 80

Gambar 5.13 Sketsa Penulangan Dinding Penahan Tanah Kantilever Berjenjang89

Gambar 5.14 Permodelan Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 91

Gambar 5.15 General Meshing pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 91

Gambar 5.16 Tekanan Air Pori pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 92

Gambar 5.17 Tahapan Kalkulasi pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 93

Gambar 5.18 Bidang Longsor pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 94

Gambar 5.19 Perpindahan Total pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal 95

Gambar 5.20 Konsolidasi dan Arah Penurunan Tanah pada Lereng Tanpa
Perkuatan Kondisi Normal 95

Gambar 5.21 Grafik SF vs Perpindahan Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal


96

Gambar 5.22 Tekanan Air Pori pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Ekstrem 97

Gambar 5.23 Tahapan Kalkulasi pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Ekstrem
98

Gambar 5.24 Bidang Longsor pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Ekstrem 99

Gambar 5.25 Perpindahan Total pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Ekstrem
100

Gambar 5.26 Konsolidasi dan Arah Pergerakan Tanah pada Lereng Tanpa
Perkuatan Kondisi Ekstrem 100

Gambar 5.27 Grafik SF vs Perpindahan pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Ekstrem 101

Gambar 5.28 Permodelan Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal 102

xiii
Gambar 5.29 General Meshing pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal
103

Gambar 5.30 Tekanan Air Pori pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal
104

Gambar 5.31 Tahapan Kalkulasi pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal
105

Gambar 5.32 Bidang Longsor Pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal 106

Gambar 5.33 Perpindahan Total pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal
107

Gambar 5.34 Konsolidasi dan Arah Pergerakan Tanah pada Lereng dengan
Perkuatan Kondisi Normal 108

Gambar 5.35 Grafik SF vs Perpindahan pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Normal 109

Gambar 5.36 Grafik SF Gempa vs Perpindahan pada Lereng dengan Perkuatan


Kondisi Normal 110

Gambar 5.37 Tekanan Air Pori pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem
111

Gambar 5.38 Tahapan Kalkulasi pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem
112

Gambar 5.39 Bidang Longsor pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem113

Gambar 5.40 Perpindahan Total pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem
114

Gambar 5.41 Konsolidasi dan Arah Pergerakan Tanah pada Lereng dengan
Perkuatan Kondisi Ekstrem 114

Gambar 5.42 Grafik SF vs Perpindahan pada Lereng dengan Kondisi Ekstrem 115

Gambar 5.43 Grafik SF Gempa vs Perpindahan pada Lereng dengan Perkuatan


Kondisi Ekstrem 116

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Tugas Akhir 126

Lampiran 2 Borlog Panti Rao 127

Lampiran 3 Hasil Pengujian N-SPT Panti Rao 128

Lampiran 4 Resume Pengujian Lab 5,55 – 6,00 m 129

Lampiran 5 Resume Pengujian Lab 13,55 – 14,00 m 130

Lampiran 6 Potongan Melintang P.34 Proyek Saluran Irigasi Panti Rao 131

xv
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

cm = Centimeter
m = Meter
mm = Milimeter
fy = Kuat Tarik Baja
Cu = Undrained shear strength
γd = Berat Volume Tanah Kering
γ = Berat Volume Tanah Basah
γ sat = Berat Volume Tanah Jenuh
γ unsat = Berat volume tanah tak jenuh
γ’ = Berat Volume Tanah Efektif
e = Angka Pori
l = Residua
FK = Faktor Keamanan
N = Newton
kN = Kilo Newton
Mpa = Mega Pascal
% = Persen
D = Diameter
Co = Faktor Reduksi Geser
S = Jarak
L = Panjang
SF = Safety Factor
τf = Kuat geser tanah
τd = Tegangan geser yang terjadi sepanjang bidang runtuh

xvi
m2 = Meter persegi

𝑉𝑐 = kuat geser beton


∑ = Total/Jumlah

𝑓 ′𝑐 = Kuat tekan beton

W = Berat irisan tanah ke-i


R = Jari-jari lingkaran bidang longsor
As = Luas tulangan Sengkang

∅ = diameter
(c) = Kohesi

(𝜙) = Sudut Geser Dalam


(v) = Poissons Ratio

(E) = Modulus Young/Modulus Elastisitas

(𝜓) = Sudut Dilatasi

(K) = Koefisien Permeabilitas


(G) = Modulus Geser
Psi = Pounds per Square Inch
(Dr) = Kepadatan Relat

xvii
ABSTRAK

Proyek irigasi Panti Rao pada daerah Pasaman terletak di Kota Padang, Provinsi Sumatera
Barat. Kondisi lereng pada proyek ini cukup beragam, terutama pada lokasi tinjauan dimana terdapat
cukup banyak lereng curam dan telah terjadi kelongsoran sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa
stabilitas lereng diperkirakan berada pada keadaan yang cukup kritis dan dapat berpotensi
mengalami kelongsoran berikutnya. Analisis stabilitas lereng bertujuan untuk mengetahui angka
keamanan lereng terhadap longsor serta angka penurunan tanah yang terjadi guna merencanakan
perkuatan tanah yang tepat.
Analisis stabilitas lereng dilaksanakan dengan melakukan serangkaian perhitungan manual
kemudian dilengkapi oleh analisis menggunakan bantuan program PLAXIS 8.6. PLAXIS adalah
program komputer berbasis metode elemen hingga dua dimensi yang digunakan secara spesifik
dalam melakukan analisis stabilitas dan deformasi dan dapat diaplikasikan dalam membuat berbagai
macam permodelan geometri dan perkuatan dalam bidang geoteknik. Pada penelitian ini digunakan
perkuatan tanah berupa dinding penahan tanah tipe kantilever berjenjang, kemudian dilakukan
analisis pada dua kondisi lereng yaitu, kondisi normal dan kondisi ekstrem.
Berdasarkan hasil analisis stabilitas lereng eksisting dengan menggunakan PLAXIS 8.6
didapatkan hasil SF sebesar 1,2282 pada keadaan tanpa perkerasan dan perhitungan manual metode
Fellenius didapatkan hasil SF sebesar 1,20787, hal ini menunjukan bahwa lereng dalam kondisi
kritis dan pernah terjadi longsor sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan perhitungan manual
stabilitas eksternal dinding penahan tanah didapatkan hasil pada dinding penahan tanah berjenjang
didapatkan hasil dengan SF guling sebesar 3,5109 > 2 (aman), SF geser sebesar 3,3074 > 2 (aman),
SF kapasitas daya dukung tanah sebesar 12,9753 > 3 (aman). Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan program PLAXIS 8.6 didapatkan hasil dalam 2 kondisi permodelan, yaitu kondisi
normal dan kondisi ekstrem. Pada kondisi normal didapatkan hasil pada lereng tanpa perkuatan
dengan SF sebesar 1,2191 serta penurunan tanah 0,0399 meter dan pada lereng dengan perkuatan
dengan SF sebesar 1,7823, SF gempa sebesar 1,1163 serta penurunan tanah 0,0276 meter. Pada
kondisi ekstrem didapatkan hasil pada lereng tanpa perkuatan dengan SF sebesar 1,1449 serta
penurunan tanah 0,0502 meter dan pada lereng dengan perkuatan dengan SF sebesar 1,7556, SF
gempa sebesar 1,0452 serta penurunan tanah 0,0507 meter.

kata kunci: stabilitas lereng, faktor keamanan, konsolidasi tanah, Plaxis, dinding penahan tanah
kantilever berjenjang

xviii
ABSTRACT

The Panti Rao irrigation Project in the Pasaman area were located at Padang City, West
Sumatera Province. Slope conditions in this project are quite diverse, especially at the review
location where there are quite a lot of steep slopes and previous landslides have occurred. This
indicates that the slope stability is estimated to be in fairly critical state and could potentially
experience further avalanches. Slope stability analysis aims to determine the number of slope safety
factor against landslides and the soil settlement that occurs in order to design proper soil
reinforcement.
Slope stability analysis is conducted by performing a series of manual calculations then
completed by analysis using the PLAXIS 8.6 program. PLAXIS is a computer program based on the
two dimensional finite element method that is used specifically for stability and deformation
analysisand can be applied in designing various type of geometry and reinforcement modeling in
the geotechnical field. This study, used tiered concrete cantilever retaining wall as soil
reinforcement, then the analysis was conducted on two slope conditions, which are normal
conditions and extreme conditions.
Based on the results of the existing slope stability analysis using the PLAXIS 8.6 program,
the SF result is 1,2282 on slope condition without any pavement and manual calculation using
Fellenius on the existing slope, the SF result is 1,20787, this shows the slope is in a critical condition
and had occurs previous landslides. Furthermore, based on the manual calculation of the external
stability of the retaining wall, the results are obtained with SF against overturning of 3,5109 > 2
(safe), SF against sliding of 3,3074 > 2 and SF against soil bearing capacity of 12,9753 > 3 (safe).
Based on the results of the analysis using the PLAXIS 8.6 program, the results were observed in 2
modelling conditions, normal condition and extreme condition. In normal condition ther results
obtained on slope without reinforcement with SF of 1,2191 and soil settlement of 0,0399 meter and
on slope with reinforcement with SF of 1,7823, SF against earthquake of 1,1163 and soil settlement
of 0,0276 meter. In extreme condition, the results obtained on slope without reinforcement with SF
of 1,1449 and soil settlement of 0,502 meter and on slope with reinforcement with SF of 1,7556, SF
against earthquake of 1,0452 and soil settlement of 0,0507 meter.

Keywords: slope stability, safety factors, soil consolidation, Plaxis, tiered concrete cantilever
retaining walls

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala macam pekerjaan bangunan konstruksi sebagian besar
pelaksanaannya dilakukan diatas tanah. Pada pengerjaan bangunan konstruksi
diperlukan pondasi dan tanah yang baik dalam rangka keamanan dan stabilitas
bangunan tersebut. Seringkali masalah ataupun failure dapat terjadi apabila tidak
dilakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu dalam pekerjaan konstruksi, karena
tanah dasar merupakan aspek yang sangat penting dan harus selalu diperhatikan
terkait dengan pelaksanaan bangunan konstruksi dalam rangka mendistribusikan
beban hidup maupun beban mati yang diterima oleh bangunan itu sendiri. Pada
beberapa kasus di berbagai daerah Indonesia, pondasi dan tanah tidak selalu cocok
dalam pengerjaannya, diperlukan adanya beberapa modifikasi dan rekayasa sipil
agar pekerjaan konstruksi tetap dapat dilakukan. Beberapa modifikasi tersebut
diantaranya adalah perkuatan ataupun stabilisasi dari tanah/subgrade.

Secara spesifik pada proyek pembangunan saluran irigasi Batang Tambangan


Panti Rao, Padang, Sumatera barat memiliki daya dukung tanah dan stabilitas yang
kurang baik. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka kebutuhan untuk tanah dasar
yang baik pada segala macam pembangunan konstruksi harus senantiasa
diperhatikan sehingga bangunan dapat berfungsi dengan baik sesuai umur rencana
dan spesifikasi teknis guna memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
masyarakat.

Dalam pembangunan saluran irigasi Batang Tambangan Panti Rao, Padang,


Sumatera barat, ditemukan beberapa kendala dalam pengerjaan konstruksi jalannya
dengan masalah yang disebabkan oleh tanah dasar/subgrade yang merupakan
daerah lereng yang sangat curam sehingga ditemukan adanya kelongsoran tanah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dilakukan rekayasa sipil berupa
perkuatan tanah dasar menggunakan dinding penahan tanah berjenjang dengan tipe

1
2

kantilever guna mengamankan struktur jalan diatasnya dan menstabilkan tanah


dibawahnya.

Dinding Penahan Tanah tipe Kantilever adalah salah satu jenis dinding penahan
tanah yang seringkali digunakan untuk menahan pergerakan tanah yang cukup
ekstrim pada daerah lereng curam yang cukup tinggi. Dinding penahan tanah tipe
kantilever terbuat dari beton bertulang yang terdiri dari dinding vertikal dan pelat
dasar atau footing dengan tulangan yang berbentuk huruf T, ketebalan pada kedua
bagian struktur biasanya realitf tipis dan diberi tulangan secara menyeluruh dengan
jarak yang ditentukan berdasarkan perhitungan penulangan untuk menahan momen
dan gaya lintang yang bekerja pada dinding tersebut. Untuk melakukan pengerjaan
dinding penahan tanah tersebut, sebelumnya dasar lereng digali sebagai dasar dari
dinding penahan tanah kemudian dengan menggunakan bekisting atau cetakan yang
telah disusun tulangan kemudian dicor dengan beton.

Berdasarkan persoalan tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian


analisis pengaruh penggunaan dinding penahan tanah bertingkat tipe kantilever
terhadap lereng pada proyek pembangunan saluran irigasi Batang Tambangan Panti
Rao, Padang, Sumatera barat menggunakan program analisa geoteknik Plaxis 8.6.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun dalam tugas akhir ini, permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana stabilitas pada lereng dengan keadaan eksisting sebelum diberi
perkuatan dinding penahan tanah berjenjang tipe kantilever?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan dinding penahan tanah berjenjang tipe
kantilever pada lereng lokasi penelitian terhadap Safety Factor-nya?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan dinding penahan tanah berjenjang tipe
kantilever pada lereng lokasi penelitian terhadap konsolidasi yang terjadi?
3

4. Bagaimana menentukan desain perkuatan yang efektif dan efisien untuk dinding
penahan tanah berjenjang tipe kantilever dalam mengatasi masalah kelongsoran
lereng pada lokasi penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui stabilitas lereng eksisting dengan menggunakan program Plaxis
8.6. dan metode Fellenius.
2. Mengetahui angka aman (SF) pada lereng proyek saluran irigasi Panti Rao yang
telah diperkuat dengan perkuatan dinding penahan tanah berjenjang tipe
kantilever.
3. Mencari angka penurunan akibat konsolidasi pada tanah setelah diperkuat
dengan perkuatan dinding penahan tanah berjenjang tipe kantilever.
4. Merencanakan dimensi yang efektif dan efisien untuk untuk dinding penahan
tanah berjenjang tipe kantilever dalam mengatasi masalah kelongsoran lereng
pada lokasi penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat daerah Pasaman, Sumatera Barat dan hasil analisis yang didapat
dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak instansi yang berkaitan dapat
mengetahui hasil komprehensif terkait permasalahan pengerjaan konstruksi pada
saluran irigasi dengan lereng yang curam khususnya di daerah Pasaman, sehingga
seluruh elemen yang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi dapat bekerja
lebih optimal.

1.5 Batasan Penelitian


Batasan penelitian diperlukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan
dari penelitian ini. Berikut Batasan-batasan yang ditetapkan untuk penelitian ini.
4

1. Penelitian ini meliputi pembatasan ruang lingkup wilayah studi ruas saluran
irigasi Panti Rao, Pasaman, Sumatera Barat.
2. Ruang lingkup pembahasan materi studi di antaranya adalah analisis safety
factor dan konsolidasi yang terjadi.
3. Data parameter tanah yang digunakan berasal dari hasil uji lapangan dan uji lab
oleh PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia pada tahun
2020.
4. Penelitian ini merupakan analisis safety factor dan konsolidasi yang terjadi pada
saluran irigasi Panti Rao, Pasaman, Sumatera Barat yang menggunakan
perkuatan dinding penahan tanah berjenjang tipe kantilever.
5. Tidak menganalisis faktor lain selain safety factor dan konsolidasi yang terjadi.
6. Mengetahui angka safety factor dengan memperhitungkan koefisien gempa
dengan nilai 1,2 g dalam melakukan simulasi dinamis, nilai koefisien gempa
yang diambil merupakan nilai koefisien gempa yang sesuai dengan lokasi studi
kasus.
7. Mutu beton yang digunakan adalah 25 Mpa, mutu baja yang digunakan adalah
420 mpa.

1.6 Lokasi Penelitian


Lokasi yang ditinjau pada penelitian ini adalah saluran irigasi Panti Rao,
Pasaman, tepatnya pada titik longsor 2 yang terletak diantara bangunan sadap
BT.01 – BT.02 pada kros P.34 yang terletak di Sumatera Barat. Pada saat ini
Saluran Irigasi Panti Rao tengah mengalami rehabilitasi ataupun perawatan pada
beberapa saluran dan pembangunan saluran-saluran baru. Berdasarkan informasi
dari data yang didapatkan , lokasi lereng tinjauan telah dikonfirmasi mengalami
longsor sebelumnya dan juga daerah di sekitar lereng terdapat sedikit sekali
vegetasi untuk mehanan pergerakan tanah akibat air. Peta lokasi saluran irigasi
BT.01 – BT.02 Panti Rao dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.
5

Gambar 1.1 Peta Lokasi Saluran Irigasi BT.01-BT.02 Panti Rao


(sumber: PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, 2020)

Berdasarkan informasi denah lokasi tersebut, section BT.01-BT.02 saluran


irigasi Panti Rao memiliki total keseluruhan jarak sepanjang 2,23 km. Pada
penelitian ini secara spesifik lokasi ditinjau adalah pada bagian P.34 dengan cross
section pada Gambar 1.2 berikut ini.
6

Gambar 1.2 Cross Section Pada P.34


(sumber: PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, 2020)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Pada BAB I, telah dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
batasan, serta manfaat dari penelitian ini. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai
beberapa hasil penelitian sejenis dari yang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya
sebagai pustaka, bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian, sekaligus
menghindari duplikasi pada penelitian.

2.1.1 Penelitian Sebelumnya


Tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk memahami kerangka atau latar
belakang teoritis dari permasalahan yang diteliti dengan menyertakan penelitian-
penelitian terdahulu yang sejenis dan memiliki hubungan dengan topik yang sedang
diteliti pada penilitian ini.

Winanda (2017) menyatakan bahwa longsor di Taman Nasional Bukit


Barisan Selatan (TNBBS) biasanya terjadi saat musim hujan, karena intensitas
hujan yang lebih dari biasanya akan menyebabkan tanah menjadi jenuh air yang
mana tanah sudah tidak mampu lagi menampung air kedalam porinya sehingga air
pori akan naik yang mengakibatkan kuat geser tanah menjadi kecil sehingga tanah
menjadi labil dan rawan terjadi longsor. Teknologi di bidang konstruksi bangunan
mengalami perkembangan pesat, termasuk teknologi dalam bidang geoteknik.
Sudah banyak diketahui bersama bahwa untuk mempercepat dalam perhitungan dan
meminimalisir kesalahan pada saat menghitung ketabilan dinding penahan tanah
dengan menggunakan program bantu Plaxis. Plaxis merupakan program komputer
berdasarkan metode elemen hingga dua dimensi yang digunakan secara khusus
melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang
geoteknik dengan membuat model geometri dan jaring elemen berdasarkan
penampang melintang. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dimensi dan

7
8

stabilitas dinding penahan tanah terhadap bahaya pergeseran, penggulingan dan


amblas pada dinding penahan tanah di jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui
KM. 264+600 (39-19) dengan metode manual dan mengevaluasi nilai faktor aman
(Safety Factor) pada jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui KM. 264+600
(39-19) berdasarkan analisis menggunakan program komputer Plaxis versi 8.2.

Metode penelitian yang dilakukan adalah mengumpulkan data sekunder


berupa data fisik tanah dan gambar penampang melintang yang didapat dari
laboratorium mekanika tanah Universitas Lampung, kemudian analisis dilakukan
dengan tiga permodelan perletakan dinding penahan tanah kantilever menggunakan
program Plaxis untuk mencari nilai faktor aman dan menggunakan metode manual
untuk memeriksa stabilitas dinding penahan tanah kantilever. Hasil penelitian yang
didapatkan adalah berdasarkan analisis program Plaxis sebelum dilakukan
penanganan dengan dinding penahan tanah kantilever, kondisi lereng KM. 264+600
secara umum mengalami kelongsoran disebabkan karena kondisi tanah yang
tergolong memiliki sifat mekanis tanah yang rendah. Pada kondisi A diperoleh nilai
faktor keamanan (Fs) sebesar 2,0503 dengan nilai displacement sebesar 79,95 x 10-
3
meter. Pada kondisi B diperoleh nilai faktor keamanan (Fs) sebesar 1,4953 dengan
nilai displacement sebesar 56,25 x 10-3 meter. Pada kondisi C diperoleh nilai faktor
keamanan (Fs) sebesar 1,4380 dengan nilai displacement sebesar 86,73 x 10-3
meter. Lereng dengan perkuatan dinding kantilever kondisi B dianggap lebih aman
karena memiliki nilai displacement dan settlement yang terkecil serta memenuhi
semua syarat stabilitas lereng dengan struktur bagian badan menggunakan tulangan
D19-100, bagian telapak menggunakan tulangan D19-150 dan bagian tumit
menggunakan tulangan D19-150.

Nurtanti (2019) menyatakan bahwa Tanah sebagai materi dalam dunia


konstruksi juga sebagai fondasi suatu konstruksi bangunan harus memiliki dan
memenuhi persyaratan tertentu baik dari segi kualitas, kekuatan dan segi ekonomis.
Kelongsoran suatu tanah sebagai akibat dari peningkatan tegangan geser tanah atau
menurunnya kekuataan geser suatu massa tanah. Dalam menjaga kestabilan suatu
tanah dari suatu kelongsoran maka harus dilakukan suatu sistem perkuatan tanah.
9

Longsornya dinding penahan tanah di sungai pabelan mengakibatkan terputusnya


akses pemerintahan maupun perdagangan dari daerah muntilan ke mungkid
sehingga dinding penahan tanah dan jembatan runtuh. Dinding penahan tanah dan
dinding turap adalah bangunan yang berfungsi untuk menstabilkan tanah pada
kondisi tanah di area lereng alam, lereng buatan maupun lereng akibat urugan tanah.
Dalam mengetahui faktor keamanan sisi sungai tersebut digunakan program
komputer Plaxis 8.6. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas struktur
dengan mencari angka keamanan lereng menggunakan Plaxis 8.6 dan perhitungan
manual pada Sta +100 di Sungai Pabelan, kemudian hasil analisis stabilitas lereng
asli akan diperkuat dengan menggunakan dinding penahan tanah beton bertulang
dan turap baja.

Metode penelitian yang dilakukan adalah terlebih dahulu melakukan


persiapan, meliputi observasi lapangan dan pengumpulan data sekunder yang
didapatkan dari Bina Marga Kabupaten Magelang. Selanjutnya melakukan analisis
stabilitas lereng sebelum terjadi keruntuhan dan perhitungan manual dengan
metode Fellenius, kemudian melakukan analisis stabilitas dinding penahan tanah
beton bertulang tipe kantilever dengan program Plaxis kemudian dibuktikan dengan
perhitungan manual. Terakhir, melakukan analisis steel sheet pile dengan
menggunakan program Plaxis dan perhitungan manual menggunakan teori pada
metode Fellenius lalu membuat kesimpulan dan saran. Hasil penelitian yang
didapatkan adalah pada perhitungan lereng tanah asli didapatkan SF tanpa gempa
sebesar 1,1049 dan SF dengan gempa sebesar 1,0932, sedangkan hasil dengan
Fellenius didaptkan SF sebesar 0,8613. Hasil perhitungan dinding penahan tanah
kantilever beton bertulang dengan Plaxis 8.6 didapatkan SF tanpa gempa = 1,8716
dan SF dengan gempa sebesar 1,2730, sedangkan dengan perhitungan manual
didapatkan SF geser sebesar 3,1527, SF guling sebesar 3,7738, SF daya dukung
sebesar 3,2651, qmaks sebesar 299,281250 kN/m2, qmin sebesar 132,498531
kN/m2. Hasil perhitungan steel sheet pile didapatkan SF dengan gempa sebesar
1,3067, sedangkan hasil dengan Fellenius didapatkan SF sebesar 1,6953.
10

Annisa (2018) menyatakan bahwa dinding penahan tanah merupakan struktur


yang banyak digunakan sebagai perkuatan tanah. Dinding penahan tanah juga
digunakan pada konstruksi jalan, sungai dan konstruksi waduk atau bendungan.
Peran dinding penahan tanah sebagai perkuatan tanah sangatlah penting, sehingga
dinding penahan tersebut harus mampu menahan gaya-gaya yang terjadi, baik gaya-
gaya internal maupun gaya eksternal. Salah satu penerapan dinding penahan tanah
sebagai perkuatan tanah yaitu pada lereng bantaran sungai Gajah Putih. Sungai
Gajah Putih merupakan anak sungai dari sungai bengawan solo. Pada bagian atau
daerah-daerah tertentu bantaran sungai Gajah Putih sudah beberapa kali terjadi
keruntuhan bahkan pada lereng bantaran sungai yang telah diperkuat dengan
menggunakan dinding penahan dari pasangan batu, sehingga penanganan yang
dilakukan adalah memberikan perkuatan baru dengan dinding penahan tanah
kantilever. Karena banyaknya kasus longsor dan runtuhnya tanggul sungai Gajah
Putih maka perlu dilakukan analisis stabilitas pada dinding penahan tanah
kantilever tersebut. Dinding penahan tanah yang dirancang harus stabil dan mampu
menahan tanah timbunan serta tekanan air sungai saat muka air normal maupun saat
banjir. Perencanaan dinding penahan tanah yang dilakukan harus benar-benar
diperhatikan agar dinding tersebut tidak mengalami keruntuhan di kemudian hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai angka aman (SF) lereng bantaran
sungai Gajah Putih dengan perkuatan dinding pasangan batu yang mengalami
keruntuhan dan nilai angka aman (SF) lereng bantaran sungai Gajah Putih yang
dilakukan perkuatan dengan menggunakan dinding penahan tanah kantilever serta
lereng yang dilakukan perkuatan dengan menggunakan geotekstil.

Metode penelitian yang dilakukan adalah terdiri dari persiapan dan empat
tahap analisis. Dalam tahap persiapan meliputi pengumpulan data parameter tanah
dan bahan, kemudian pada tahap pertama analisis adalah analisis stabilitas dinding
pasangan batu yang telah terjadi keruntuhan menggunakan program Plaxis untuk
mendapatkan nilai angka aman (SF). Tahap kedua merupakan tahap analisis
stabilitas dinding penahan tanah eksisting dengan perhitungan manual untuk
mendapatkan nilai angka aman terhadap penggeseran, penggulingan, dan
keruntuhan kapasitas dukung tanah. Tahap ketiga menganalisis stabilitas lereng
11

dengan perkuatan dinding penahan tanah menggunakan program Plaxis untuk


mendapatkan nilai angka aman (SF) stabilitas lereng dengan perkuatan dinding
penahan tanah terhadap kelongsoran global. Tahap terakhir yaitu merencanakan
alternatif perkuatan lereng sungai dengan menggunakan geotekstil. Perencanaan
alternatif tersebut dilakukan dengan variasi lereng, yaitu perencanaan dengan
lereng satu jenjang dan lereng dua jenjang. Hasil penelitian yang didapatkan adalah
nilai angka aman dinding pasangan batu pada kondisi muka air normal dengna
beban pejalan dan beban gempa sebesar 1,232 dan 1,016, pada kondisi muka air
banjir sebesar 1,235 dan 1,015. Nilai angka aman tersebut menunjukan bahwa
lereng sungai dengan dinding pasangan batu tersebut kritis dan tidak stabil sehingga
terjadi keruntuhan. Hasil analisis stabilitas dinding penahan tanah pada kondisi
muka air normal dengan perhitungan manual memiliki angka aman stabilitas
terhadap penggeseran, penggulingan dan kapasitas dukung tanah berturut-turut
sebesar 4,346; 7,520; dan 4,288. Sedangkan pada kondisi muka air banjir sebesar
3,885; 6,923; dan 3,590. Angka aman stabilitas dinding penahan tanah dengan
program Plaxis dengan beban pejalan dan beban gempa pada kondisi muka air
normal sebesar 2,949 dan 1,563, pada kondisi muka air banjir sebesar 3,027 dan
1,564. Hasil tersebut menunjukan bahwa dinding penahan tanah aman dan stabil.
Dalam perencanaan perkuatan lereng dengan geotekstil untuk lereng variasi 1
didapatkan nilai angka aman pada muka air normal 2,433 dan 1,579 dan pada muka
air banjir 2,494 dan 1,574. Sedangkan angka aman untuk lereng variasi 2 pada
kondisi muka air normal sebesar 2,665 dan 1,569 dan pada kondisi muka air banjir
2,733 1,567. Hasil tersebut menunjukan bahwa perencanaan perkuatan lereng
dengan geotekstil aman dan stabil. Perbandingan stabilitas lereng dengan perkuatan
dinding penahan tanah dan geotekstil tidak jauh berbeda. Lereng dengan perkuatan
geotekstil memiliki angka aman lebih kecil dibandingkan dengan dinding penahan
tanah namun pergerakan yang terjadi pada dinding penahan tanah lebih besar
dibandingakan dengan perkuatan geotekstil. Angka aman lereng dengan perkuatan
geotekstil telah memenuhi syarat keamanan yang menunjukan bahwa lereng stabil
dan aman, sehingga perkuatan lereng dengan geotekstil dapat digunakan sebagai
alternatif perkuatan pada lereng bantaran sungai Gajah Putih.
12

Kurniawan (2019) menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan salah


satu negara yang saat ini sedang disibukan dalam melakukan pembangunan
infrakstruktur. Salah satu pembangunan infrastruktur tersebut adalah proyek
pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda. Pembangunan jalan tol Balikpapan-
Samarinda seksi V sta. 2+850 – 3+050 merupakan ruas jalan tol yang melalui
daerah perbukitan dan daerah lembah atau cekungan, sehingga untuk mencapai
elevasi rencana diperlukan pekerjaan timbunan tanah yang cukup tinggi.
Permasalahan yang muncul di lapangan adalah terjadinya longsoran pada timbunan
tanah untuk badan jalan saat pengerjaannya telah dilakukan hingga mendekati
elevasi rencana. Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya longsor digunakan
dinding penahan tanah jenis kantilever dan sheet pile baja. Pemilihan perkuatan
tersebut didasarkan pada kondisi di lapangan yang curam. Oleh karena itu,
diharapkan perkuatan tersebut mampu menahan gaya lateral yang terjadi dan dapat
meningkatkan nilai angka aman pada lereng tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui angka aman pada lereng timbunan tanah asli, mengetahui nilai angka
aman pada lereng timbunan menggunakan perkuatan dinding penahan tanah jenis
kantilever dan mengetahui nilai angka aman pada lereng timbunan menggunakan
perkuatan sheet pile baja.

Metode penelitian yang dilakukan adalah dimulai dari melakukan studi


literatur, kemudian melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa data uji
tanah di lapangan dan data gambar rencana lereng. Selanjutnya memasuki tahap
analisis stabilitas lereng menggunakan program Plaxis 8.6 yang meliputi analisis
stabilitas lereng timbunan asli, analisis stabilitas perkuatan lereng menggunakan
dinding penahan tanah dan analisis stabilitas perkuatan lereng menggunakan sheet
pile baja. kemudian menyusun pembahasan serta kesimpulan dan saran. Hasil
penelitian yang didapatkan adalah hasil perhitungan nilai angka aman pada lereng
dengan timbunan asli menggunakan program Plaxis 8.6 baik pada masa konstruksi
maupun paska konstruksi dan baik pada kondisi tanpa beban gempa maupun dengan
beban gempa terjadi collapse. Sedangkan perhitungan manual pada lereng tersebut
didapatkan hasil angka aman sebesar 0,351. Dengan nilai angka aman < 1,25 maka
lereng labil atau tidak aman terhadap keruntuhan. Hasil perhitungan nilai angka
13

aman pada lereng dengan perkuatan dinding penahan tanah tipe kantilever
menggunakan program Plaxis 8.6 pada kondisi masa konstruksi tanpa beban gempa
sebesar 1,9255 dan dengan beban gempa sebesar 1,9022. Sedangkan nilai angka
aman pada kondisi pasca konstruksi tanpa beban gempa sebesar 1,5927 dan dengan
beban gempa sebesar 1,5862. Dengan nilai angka aman > 1,25, maka lereng aman
terhadap keruntuhan. Hasil perhitungan nilai angka aman pada lereng dengan
perkuatan sheet pile baja menggunakan program Plaxis 8.6 pada kondisi masa
konstruksi tanpa beban gempa sebesar 2,469 dan dengan beban gempa sebesar
2,363. Sedangkan nilai angka aman pada kondisi pasca konstruksi tanpa beban
gempa sebesar 1,8022 dan dengan beban gempa sebesar 1,7964. Dengan nilai angka
aman > 1,25, maka lereng aman terhadap keruntuhan.

Setiawan (2019) menyatakan bahwa geoteknik merupakan bidang ilmu


tersendiri dan menitikberatkan pada aplikasi teknik sipil dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan sifat mekanis tanah dan bebatuan. Di Indonesia sendiri
masih banyak dijumpai permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
bidang geoteknik. Salah satunya adalah kerusakan atau kelongsoran pada tebing
atau lereng sungai. Kerusakan-kerusakan ini biasanya disebabkan oleh derasnya
aliran arus sungai yang perlahan-lahan mengikis tebing di kiri dan kanan sungai
sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi pada awalnya dan apabila dibiarkan
begitu saja akan menyebabkan terjadinya keruntuhan tebing sungai tersebut. Hal ini
juga diperparah dengan perilaku masyarakat di Indonesia yang masih sering
membangun rumah atau prasarana pemukiman di bantaran sungai, sehingga apabila
banjir terjadi akan menyebabkan rumah-rumah tersebut kekuatan dan
kestabilannya. Untuk mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka
digunakan dinding penahan tanah ataupun geosintetik sebagai solusinya. Dinding
penahan tanah dan geosintetik dapat difungsikan untuk menjaga kestabilan tanah di
suatu lereng agar tidak terjadi kelongsoran, atau sebagai sarana penanggulangan
bencana. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perlu
dilakukan penelitian terhadap perkuatan tanah tebing Kali Code dengan mendesain
ulang dengan tipe yang berbeda dari sebelumnya dengan menggunakan 2 tipe
perkuatan yaitu dengan dinding penahan tanah kantilever dan geotekstil supaya
14

tidak terjadi lagi keruntuhan dan kelongsoran pada tebing atau lereng di Kali Code.
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain perkuatan tanah menggunakan dinding
penahan tanah tipe kantilever dan mendapatkan nilai kekuatan lereng sebelum dan
sesudah redesign dengan dinding penahan tanah tipe kantilever.

Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data yang


dibutuhkan baik data primer maupun sekunder. Selanjutnya adalah analisis faktor
keamanan lereng alami menggunakan aplikasi Geoslope. Tahap ketiga adalah
analisis stabilitas eksternal dan internal dari dinding penahan tanah kantilever dan
geotekstil. Tahap keempat adalah analisis faktor keamanan lereng yang telah
diperkuat dinding penahan tanah kantilever dan geotekstil menggunakan geoslope.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah desain untuk dinding penahan tanah
digunakan tinggi dinding vertical sebesar 4 m dan lebar sebesar 0,8 m, untuk tinggi
pelat kaki pondasi digunakan 1,3 m dan lebar pelat kaki pondasi sebesar 3,5 m. pada
dinding vertikal digunakan tulangan pokok D20-125 mm, tulangan sengkang D10-
550 mm dan tulangan susut 20-D10. Pada pelat kaki pondasi digunakan tulangan
pokok D20-125 mm, tulangan sengkang D10-600 mm dan tulangan susut 17-D10.
Desain untuk geotekstil digunakan panjang geotekstil (L) sebesar 3 m, panjang
lipatan diatas geotekstil (Lo) sebesar 1 m dan jarak vertikal antar geotekstil sebesar
0,4 m. Didapatkan nilai faktor keamanan lereng (SF) alami sebesar 0,687. Untuk
lereng dengan perkuatan dinding penahan tanah kantilever didapatkan nilai faktor
keamanan (SF) sebesar 1,804 dan lereng dengan perkuatan geotekstil didapatkan
nilai faktor keamanan (SF) sebesar 1,906.
15

2.1.2 Perbedaan Penelitian yang Dilakukan


Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka didapatkan rincian pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang


Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
PERENCANAAN Bertujuan untuk Mengumpulkan data sekunder - Berdasarkan analisis program Plaxis pada
DINDING PENAHAN merencanakan dimensi dan berupa data fisik tanah dan gambar kondisi tanah asli, kondisi lereng tinjauan
TANAH CONCRETE stabilitas dinding penahan penampang melintang dari lokasi secara umum mengalami kelongsoran
CANTILEVER tanah terhadap stabilitas penelitian. Kemudian melakukan disebabkan karena kondisi tanah yang
DENGAN geser, guling dan daya dukung analisis permodelan pada program tergolong memiliki sifat mekanis tanah yang
MENGGUNAKAN tanah pada lokasi penelitian Plaxis 8.6 untuk mencari nilai rendah
PROGRAM PLAXIS dengan metode manual dan faktor aman dan menggunakan - Didapatkan pada kondisi A, (Fs) sebesar
(Studi Kasus : Jalan mengevaluasi nilai faktor perhitungan manual untuk 2,0503 dan nilai displacement sebesar 79,95 x
Liwa – Simpang keamanan menggunakan menganalisa stabilitas dinding 10-3 meter
Gunung Kemala Krui Plaxis 8.2. penahan tanah kantilever. - Didapatkan pada kondisi B, (Fs) sebesar
Restu Arga
KM.264+600) 1,4953 dan nilai displacement sebesar 56,25 x
Winanda
10-3 meter
(2017)
- Didapatkan pada kondisi C, (Fs) sebesar
1,4380 dan nilai displacement sebesar 86,73 x
10-3 meter
- Lereng dengan perkuatan kondisi B dianggap
lebih aman
- Struktur dinding penahan tanah kantilever
kondisi B, bagian badan menggunakan
tulangan D19-100, bagian telapak
menggunakan tulangan D19-150 dan bagian
tumit menggunakan tulangan D19-150
(Sumber: Winanda (2017, Nurtanti (2019), Annisa (2018), Kurniawan (2019), Setiawan (2019))

15
16

Lanjutan Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang


ANALISIS Bertujuan untuk menganalisis Metode yang digunakan adalah - Pada perhitungan lereng tanah asli
PERKUATAN TANAH stabilitas struktur dengan melakukan persiapan yang didapatkan SF tanpa gempa 1,1049 dan SF
DENGAN mencari angka keamanan didalamnya terdapat observasi gempa 1,0932, sedangkan hasil dengan
MENGGUNAKAN lereng menggunakan program lapangan dan mengumpulkan data metode Fellenius didapatkan SF 0,8613
DINDING PENAHAN Plaxis 8.6 dan perhitungan sekunder yang didapatkan dari Bina - Pada analisis Plaxis dengan perkuatan
TANAH BETON manual dengan menggunakan Marga Kabupaten Magelang. dinding penahan tanah kantilever beton
Eva Zanuar BERTULANG DAN perkuatan dinding penahan Kemudian melakukan analisis bertulang didapatkan SF tanpa gempa 1,8716
Nurtanti DINDING TURAP tanah beton bertulang dan turap menggunakan program Plaxis pada dan SF gempa 1,2730
(2019) BAJA DENGAN baja dinding penahan tanah beton - Pada perhitungan manual dinding penahan
PROGRAM PLAXIS bertulang tipe kantilever dan steel tanah didapatkan SF geser 3,1527, SF guling
8.6 PADA SUNGAI sheet pile 3,7738, SF daya dukung 3,2651, qmaks
PABELAN 299,281250 kN/m2, qmin 132,498531 kN/m2
- Hasil perhitungan steel sheet pile didapatkan
SF gempa 1,3067, hasil dengan metode
Fellenius didapatkan SF 1,6953
ANALISIS Mengetahui nilai angka Metode yang digunakan adalah - Nilai angka aman dinding pasangan batu
STABILITAS keamanan lereng sungai Gajah mengumpulkan data parameter tanah pada kondisi muka air normal sebesar 1,232
DINDING PENAHAN Putih dengan perkuatan dinding dan bahan. Selanjutnya melakukan dan beban gempa 1,016, pada kondisi muka
TANAH DAN pasangan batu yang mengalami analisis stabilitas dengan Plaxis pada air banjir sebesar 1,235 dan beban gempa
PERENCANAAN keruntuhan dan mengetahui perkuatan yang mengalami 1,015
PERKUATAN nilai angka keamanan pada keruntuhan. Kemudian melakukan - Hasil yang didapatkan dari perbandingan
LERENG lokasi yang mengalami perhitungan manual tanah eksisting stabilitas lereng dengan perkuatan dinding
Nurul Annisa MENGGUNAKAN keruntuhan dengan untuk mendapatkan angka aman penahan tanah dan geotesktil tidak jauh
(2018) GEOTEKSTIL PADA menggunakan perkuatan terhadap, geser, guling dan daya berbeda, perkuatan geotekstil memiliki angka
BANTARAN SUNGAI dinding penahan tanah dukung tanah. Mencari angka aman lebih kecil dibandingkan dengan
GAJAH PUTIH kantilever dan geotekstil kemanan stabilitas lereng dengan dinding penahan tanah dengan pergerakan
perkuatan dinding penahan tanah tanah yang terjadi lebih besar.
terhadap kelongsoran global. - Angka aman lereng dengan perkuatan
Terakhir, merencanakan alternatif geotekstil memenuhi syarat keamanan,
perkuatan lereng sungai dengan lereng stabil dan aman sehingga digunakan
menggunakan geotesktil. perkuatan geotekstil sebagai alternatif.
(Sumber: Winanda (2017, Nurtanti (2019), Annisa (2018), Kurniawan (2019), Setiawan (2019))

16
17

Lanjutan Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang


ANALISIS Bertujuan untuk mengetahui Metode yang digunakan adalah - Hasil analisis lereng timbunan asli
STABILITAS nilai angka kemanan pada dengan mengumpulkan data menggunakan program Plaxis pada kondisi
DINDING PENAHAN lereng tinjauan pada kondisi sekunder yang berupa data uji tanah gempa maupun tanpa gempa menunjukan
TANAH DAN SHEET timbunan tanah asli, di lapangan dan data gambar terjadi collapse/keruntuhan.
PILE BAJA PADA mengetahui nilai angka rencana pada lokasi tinjauan, - Perhitungan manual pada lereng asli
LERENG JALAN keamanan dengan lereng selanjutnya melakukan analisis didaptkan SF 0,3521 atau kurang dari 1,25
TOL BALIKPAPAN- timbunan mengguanakan stabilitas lereng dengan - Hasil analisis lereng dengan perkuatan
SAMARINDA STA perkuatan dinding penahan menggunakan program Plaxis 8.6 dinding penahan tanah tipe kantilever
2+850 – 3+050 tanah tipe kantilever dan nilai yang meliputi analisis stabilitas menggunakan program Plaxis, pada masa
angka keamanan dengan lereng timbunan asli, analisis konstruksi tanpa beban gempa didapatkan SF
menggunakan perkuatan sheet stabilitas lereng menggunakan 1,9225 dan dengan beban gempa didapatkan
Danang pile baja. perkuatan dinding penahan tanah SF 1,9022. Sedangkan, pada masa pasca
Kurniawan dan analisis stabilitas lereng konstruksi tanpa beban gempa didapatkan SF
(2019) menggunakan sheet pile baja. 1,5927 dan dengan beban gempa didapatkan
SF 1,5862
- Hasil analisis lereng dengan perkuatan sheet
pile baja menggunakan program plaxis, pada
masa konstruksi tanpa beban gempa
didapatkan SF 2,469 dan dengan beban gempa
didapatkan SF sebesar 2,363. Sedangkan,
pada masa pasca konstruksi tanpa beban
gempa didapatkan SF 1,8022 dan dengan
beban gempa didapatkan SF 1,7964
- Dengan nilai angka aman > 1,25 maka lereng
aman dari keruntuhan
(Sumber: Winanda (2017, Nurtanti (2019), Annisa (2018), Kurniawan (2019), Setiawan (2019))

17
18

Lanjutan Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang


PERENCANAAN Penelitian ini bertujuan untuk Metode yang digunakan adalah - Desain untuk dinding penahan tanah
ULANG mendesain perkuatan tanah pengumpulan data primer dan digunakan tinggi vertikal 4 m dan lebar 0,8 m,
PERKUATAN menggunakan dinding sekunder yang akan digunakan untuk tinggi pelat kaki pondasi digunakan 1,3
TANAH TEBING penahan tanah tipe kantilever untuk menganalisis faktor kemanan m dan lebar pelat kaki pondasi sebesar 3,5 m.
KALI CODE dan mendapatkan nilai lereng asli menggunakan aplikasi - Pada dinding vertikal digunakan tulangan
MENGGUNAKAN kekuatan lereng sebelum dan geoslope. Selanjutnya melakukan pokok D20-125 mm, tulangan sengkang D10-
DINDING PENAHAN sesudah redesign dengan analisis stabilitas eksternal dan 550 mm dan tulangan susut 20-D10
TANAH TIPE menggunakan perkuatan internal dari dinding penahan tanah - Pada pelat kaki pondasi digunakan tulangan
Wahyu Hadi KANTILEVER DAN dinding penahan tanah tipe dan geotekstil. Kemudian pokok D20-125 mm, tulangan sengkang D10-
Setiawan GEOTEKSTIL kantilever. melakukan analisis faktor 600 mm dan tulangan susut 17-D10
(2019) keamanan lereng yang diperkuat - Desain geotekstil yang digunakan panjang
dinding penahan tanah kantiler dan sebesar 3 m, lipatan diatas (Lo) sebesar 1 m
geotekstil mnggunakan Geoslope. dan jarak vertikal antar geotekstil sebesar 0,4
m
- Pada lereng asli didapatkan SF 0,687, pada
lereng dengan perkuatan dinding penahan
tanah kantilever didapatkan SF 1,804 dan
dengan perkuatan geotekstil didapatkan SF
1,906
(Sumber: Winanda (2017, Nurtanti (2019), Annisa (2018), Kurniawan (2019), Setiawan (2019))

18
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Tanah
Tanah didefinisikan sebagai agregat butiran mineral dan partikel-partikel
padat dengan cairan dan gas pada ruang-ruang kosong didalamnya. Tanah
digunakan sebagai bahan konstruksi pada berbagai proyek teknik sipil serta sebagai
pendukung fondasi struktural. Maka dari itu, insinyur sipil harus belajar sifat-sifat
tanah, seperti asalnya, distribusi ukuran butir, kemampuan mengalirkan air,
kompresibilitas, kekuatan geser, dan kapasitas dukung beban. Mekanika tanah
adalah cabang ilmu yang berurusan dengan studi tentang sifat-sifat fisik tanah dan
perilaku tanah Massa mengalami berbagai jenis kekuatan. Rekayasa tanah adalah
penerapan prinsip-prinsip mekanika tanah dalam penyelesaian masalah praktis.
Rekayasa geoteknik adalah subdisiplin teknik sipil yang melibatkan bahan alami
yang ditemukan dekat dengan permukaan bumi. Ini termasuk penerapan prinsip-
prinsip mekanika tanah dan mekanika batuan desain pondasi, struktur penahan, dan
struktur bumi.

Hardiyatmo (2002) menyatakan bahwa istilah pasir, lempung lanau atau


lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas ukuran butiran
yang telah ditentukan. Akan tetapi, istilah yang serupa juga digunakan untuk
menggambarkan sifat tanah yang khusus. Sebagai contoh, lempung adalah jenis
tanah yang bersifat kohesif dan plastis, sedangkan pasir digambarkan sebagai tanah
yang tidak kohesif dan tidak plastis.

3.1.1 Klasifikasi Tanah


Terdapat banyak masalah teknis yang berhubungan dengan tanah, misalnya
penentuan penurunan bangunan, evaluasi stabilitas tanah, dan masalah teknis
lainnya yang akan sangat terbantu jika terdapat sebuah sistem atau pedoman
terhadap pemilihan tanah yang dapat dikelompokan untuk menunjukan sifat atau

19
20

kelakuan pada berbagai jenis tanah. Pemilihan tanah atau pengelompokan tanah ini
disebut klasifikasi tanah.

Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang sering digunakan, yaitu Unified
Soil Classification System dan AASHTO (American Association of State Highway
and Transportation Officials). Sistem-sistem ini menggunakan sifat indeks tanah
yang sederhana seperti disribusi ukuran butiran, batas cair dan indeks plastisitas.
Klasifikasi tanah dari System Unified pertama diusulkan oleh Casagrande (1942),
kemudian direvisi oleh kelompok teknisi dari USBR (United State Bureau of
Reclamation).

1. Sistem Klasifikasi Unified


Pada sistem Unified, tanah diklasifikasikan ke dalam tanah berbutir kasar
(kerikil dan pasir) jika kurang dari 50% lolos saringan nomor 200 dan sebagai
tanah berbutir halus (lanau/lempung) jika lebih dari 50% lolos saringan nomor
200. Selanjutnya, tanah diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan
subkelompok yang dapat dilihat pada tabel 3.1. simbol-simbol yang digunakan
tersebut adalah:
G = kerikil (gravel)
S = pasir (sand)
C = lempung (clay)
M = Lanau (silt)
O = lanau atau lempung organic (organic silt or clay)
Pt = tanah gambut dan tanah organic tinggi (peat and highly organic soil)
W = gradasi baik (well-graded)
P = gradasi buruk (poorly-graded)
H = Plastisitas tinggi (high-plasticity)
L = plastisitas rendah (low-plasticity)
Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah sistem unified adalah sebagai
berikut.
a. Secara visual ditentukan apakah tanah berupa butiran halus atau butiran
kasar atau dengan cara disaring dengan saringan nomor 200.
21

b. Jika tanah berupa butiran kasar, maka:


1) Tanah tersebut disaring dan digambarkan grafik distribusi,
2) Ditentukan persen butiran lolos saringan no. 4, jika persentase yang
lolos kurang dari 50% maka klasifikasi tanah tersebut adalah kerikil,
jika persen butiran yang lolos lebih dari 50% maka diklasifikasikan
sebagai pasir,
3) Ditentukan jumlah butiran yang lolos saringan no. 200, jika persentase
butiran yang lolos kurang dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik
distribusi butiran dengan menghitung Cu dan CC. jika termasuk
bergradasi baik, maka klasifikasikan sebagai GW (bila kerikil) atau SW
(bila pasir). Jika termasuk bergradasi buruk, klasifikasikan sebagai GP
(bila kerikil) atau SP (bila pasir),
4) Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan no. 200 di antara 5
sampai 12%, tanah akan mempunyai simbol dobel dan mempunyai
sifat keplastisan (GW – GM, SW – SM, dan sebagainya), dan
5) Jika persentase butiran yang lolos saringan no. 200 lebih besar dari
12%, maka harus dilakukan uji batas-batas Atterberg dengan
menyingkirkan butiran tanah yang tinggal dalam saringan no. 40
kemudian, dengan menggunakan diagram plastisitas, ditentukan
klasifikasinya (GM, GC, SM, SC, GM – GC, atau SM – SC).

Sistem klasifikasi Unified dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
22

Tabel 3.1 Sistem Klasifikasi Tanah Unified

(Sumber: Hardiyatmo, 2002)


23

2. Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and


Transportation Officials) berguna untuk menentukan kualitas tanah untuk
perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem ini terutama ditujukan
untuk maksud-maksud dalam lingkup tersebut. Sistem klasifikasi AASHTO
membagi tanah ke dalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok.
Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap indeks kelompoknya
yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan adalah
analisis saringan dan batas-batas Atterberg. Indeks kelompok (group index) (GI)
digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya.
Indeks kelompok dihitung dengan Persamaan 3.1 berikut ini.

GI = (F-35)[0,2+0,005 (LL-40)]+0,01 (F-15)(PI-10) (3.1)

Dengan,

GI = indeks kelompok (group index)


F = persen butiran lolos saringan no. 200 (0,075 mm)
LL = batas cair
Pl = indeks plastisitas
Sistem klasifikasi AASHTO dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
24

Table 3.2 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO

(Sumber: Hardiyatmo, 2002)

3.1.2 Sifat Mekanis Tanah yang digunakan pada Analisis Plaxis


Menurut Setiawan (2019) parameter-parameter yang digunakan pada
permodelan Mohr Coulomb atau input data sifat mekanis tanah pada PLAXIS
adalah sebagai berikut.
25

1. Berat Volume (𝛾)


Pada program PLAXIS, berat volume tanah yang dibutuhkan dalam
perhitungan terbagi ke dalam dua jenis yaitu berat volume tanah jenuh dan
berat volume kering. Parameter ini akan dipergunakan untuk mendapatkan
tegangan confining pada kedalaman tertentu pada kondisi jenuh maupun
kondisi Kering. Berat volume tanah merupakan perbandingan berat tanah
terhadap volume dari tanah tersebut.

2. Koefisien Permeabilitas (K)


Koefisien permeabilitas dari tanah akan dipergunakan untuk menghitung
kecepatan pengurangan tegangan air pori ekses selama proses pengeluaran air
dari pori-pori tanah. Parameter ini pada Analisa undrained akan mengontrol
besarnya penurunan terhadap waktu. Harga koefisien rembesan (k) untuk tiap-
tiap tanah adalah berbeda. Menurut Craig (1989) dalam Satindra (2018)
menyatakan bahwa nilai koefisien permeabilitas tanah dapat ditentukan
berdasarkan jenis tanahnya seperti ditunjukan pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Nilai Koefisien Permeabilitas Tanah


K
Jenis Tanah
m/detik m/hari
Kerikil bersih 1 -10-1 86400-8640

Pasir bersih dan campuran pasir 10-1 – 10-4 8640-8,64


kerikil
Pasir sangat halus, lanau dan 10-4 – 10-7 8,64-0,00864
lempung-lanau berlapis
Lempung tah bercelah dan lempung- 10-7 – 10-10 0,00864 – 0,00000864
lanau (>20% lempung)
Lempung yang mengalami 10-1 – 10-7 8640 - 0,00000864
pengawetan dan bercelah
(Sumber: Meyerhof dalam Barimbing, 2017)
26

3. Angka Poisson
Angka Poisson merupakan harga perbandingan antara regangan lateral dengan
tegangan aksial yang digunakan untuk menghubungkan besar Modulus
Elastisitas (E) dengan Modulus Geser (G). Menurut Das (1995), hubungan
antara angka Poisson dengan jenis tanah dari konsistensi tanahnya dapat dilihat
pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Hubungan Angka Poisson dengan Jenis Tanah dan Konsistensi
Jenis Tanah Angka Poisson
Pasir Lepas 0,20 – 0,40
Pasir agak padat 0,25 – 0,40
Pasir padat 0,30 – 0,45
Pasir berlanau 0,20 – 0,40
Lempung lembek 0,15 – 0,25
Lempung agak kaku 0,20 – 0,50
(Sumber: Das, 2010)

4. Modulus Elastisitas (E)


Modulus Elastisitas (E) atau bisa disebut Modulus Young merupakan
perbandingan antara teganan yang terjadi terhadap regangan pada pengujian
Triaxial Test. Menurut Das (1995), nilai modulus elastisitas tanah juga dapat
ditentukan berdasarkan jenis tanahnya yang ditunjukkan pada Tabel 3.5
berikut ini.

Tabel 3.5 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas


E
Jenis Tanah
psi KN/m2
Lempung lembek 250-500 1380 -3450
Lempung keras 850 -2000 586 – 13800
Pasir lepas 1500 - 4000 10350 – 27600
Pasir padat 5000-10000 34500 -69000

(Sumber: Das, 2010)


27

5. Kohesi (c)
Parameter ini di dalam program Plaxis bersama dengan sudut geser dalam
tanah akan menjadi masukan untuk menghitung kekuatan tanah. Ketika
dilakukan perhitungan konstruksi akan memunculkan peringatan (warning)
kepada pengguna apabila tanah telah mengalami keruntuhan (failure) ketika
dilaksanakan perhitungan. Kohesi memiliki dimensi yang sama dengan
tegangan, kohesi akan cenderung meningkat sesuai dengan kedalaman yang
ditinjau. Nilai kohesi dapat diperoleh dari beberapa jenis pengujian antara lain
adalah pengujian triaxial dan unconfined compression test.

6. Sudut Geser Dalam (Փ)


Sudut geser dalam adalah sudut yang dibentuk bersamaan dengan kohesi untuk
menentukan daya tahan tanah akibat tekanan lateral tanah. Nilai sudut geser
dalam didapatkan dari pengujian triaxial test dan direct sheer test. Perkiraan
nilai sudut geser dalam dapat ditentukan tergantung pada jenis tanah yang
dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6 Hubungan Antara Sudut Geser Dalam dengan Jenis Tanah
Jenis Tanah Sudut Geser Dalam
Kerikil Kepasiran 35-40
Kerikil Kerakal 35-40
Pasir Padat 35-40
Pasir Lepas 30
Lempung 25-30
Lanau 20-25
(sumber: Das, 2010)

7. Void Ratio (e)


Void Ratio atau angka pori adalah rasio atau perbandingan antara volume pori
yang terdapat diantara butir butir tanah dan volume dari tanah itu sendiri.
28

hubungan antara angka pori, kelembaban dan berat volume tanah kering dapat
dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Hubungan Antara Angka Pori, Kelembaban Dan Berat Volume
Tanah Kering
Natural moisture
Dry unit
Void content in a
Type of soil weight (γd)
Ratio (e) saturated state
kN/m3
(%)
Loose uniform sand 0,8 30 14,5
Dense uniform sand 0,45 16 18
Loose angular-grained silty sand 0,65 25 16
Dense angular-grained silty sand 0,4 15 19
Stiff clay 0,6 21 17
Soft clay 0,9 – 1,4 30 – 50 11,5 – 14,5
Loess 0,9 25 13,5
Soft organic clay 2.5 – 3,2 90 – 120 6–8
Glacial till 0,3 10 21
(sumber: Das, 2010)

3.1.3 Properti Tanah


Pada kondisi natural atau undisturbed, tanah terdiri dari partikel solid dan
rongga-rongga diantara butiran partikel tersebut. Rongga tersebut sangat mungkin
akan dipenuhi oleh air ataupun udara, maka dengan begitu tanah memiliki sistem
tiga fase. Jika tidak terdapat air pada rongga tanah, maka tanah tersebut adalah tanah
kering (γd). Jika seluruh rongga dipenuhi oleh air, maka tanah tersebut adalah tanah
basah (γ). Dalam semua perencanaan geoteknik sangat penting untuk memiliki
pengetahuan terkait hubungan antara berat dan volume dalam suatu massa tanah.
Hubungan antara bagian-bagian tanah dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
29

Gambar 3.1 (a) Elemen Tanah dalam Kondisi Natural; (b) Tiga Fase Elemen
Tanah
(sumber: Das, 2010)

Berdasarkan tiga fase elemen tanah dapat diketahui bahwa suatu massa tanah
memiliki tiga elemen sebagai satu kesatuan yaitu, udara, air dan bagian tanah yang
solid. Setiap elemen tersebut memiliki volume dan berat tersendiri. Diketahui
terdapat beberapa persamaan terkait elemen tanah, hal tersebut dapat dilihat pada
Persamaan 3.2-3.4 berikut ini.

W = Ws + Ww (3.2)
dan
V = Vs + Vw + Va (3.3)
Vv = Vw + Va (3.4)
dengan
W = berat total
Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
30

V = volume total
Vs = volume butiran padat
Vw = volume air
Va = volumu udara
Vv = volume rongga

1. Berat Volume Basah (γ)


Berat volume tanah basah atau berat volume tanah normal yang biasa ditemui
pada kondisi alaminya, berat volume tanah basah juga dapat disebut sebagai
berat volume tanah unsaturated. Berat volume tanah basah adalah perbandingan
antara berat tanah basah dengan volume tanah basah. Rumus berat volume tanah
basah dapat dinyatakan pada Persamaan 3.5 dan 3.6 berikut ini.

γ = w
(3.5)
v
γ = Gs γw (1+w)
(3.6)
1+e
2. Berat Volume Kering (γd)
Berat volume tanah kering adalah berat volume tanah tanpa kadar air atau
memiliki kadar air yang sangat kecil didalamnya, berat volume tanah kering
biasanya didapatkan ketika tanah cukup banyak terpapar sinar matahari ataupun
dengan menggunakan oven pada uji laboratorium. Berat tanah kering adalah
perbandingan antara berat tanah kering dengan volume total tanah. Rumus berat
volume tanah kering dapat dinyatakan pada Persamaan 3.7 dan 3.8 berikut ini.
γ = ws
(3.7)
v
γ = 𝛾
(3.8)
1+𝑤
Dengan,

w = kadar air

γ = berat volume tanaha basah


31

3. Berat Volume Jenuh (γsat)


Berat volume tanah jenuh atau berat volume tanah saturated adalah kondisi
dimana bagian rongga-rongga tanah seluruhnya telah terisi oleh air. Berat
volume tanah jenuh dapat dinyatakan dengan Persamaan 3.9 berikut ini.

γsat = (𝐺𝑠+𝑒)𝛾𝑤 (3.9)


1+𝑒
Dengan,

Gs = Specific Gravity

e = angka pori atau void ratio

3.2 Stabilitas Lereng


Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut
tertentu terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi (Das 1985). secara
umum, lereng terbagi menjadi 2 kategori, yaitu lereng alami dan lereng buatan.
Lereng alami terbentuk secara alamiah dan biasanya terdapat di daerah perbukitan,
sedangkan lereng buatan terbentuk oleh manusia dan biasanya digunakan dalam
keperluan konstruksi, seperti bendungan tanah, tanggul untuk sungai, tanggul untuk
badan jalan kereta api dan lain sebagainya.

Pada beberapa kasus ditemukan kondisi tanah dasar yang tidak ideal dan
memerlukan beberapa penanganan, salah satunya adalah dengan stabilisasi tanah.
Stabilisasi tanah/lereng adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah dengan cara memberikan perlakuan
khusus terhadap lapisan tanah tersebut. Tujuan dari stabilisasi tanah adalah sebagai
berikut:

1. untuk memperbaiki atau meningkatkan daya dukung tanah,


2. untuk memperbaiki atau memperkeil penurunan lapisan tanah,
3. untuk memperbaiki atau menurunkan permeabilitas dan potensi swelling
tanah, dan
32

4. untuk menjaga atau mempertahankan potensi tanah yang ada.

3.3 Metode Yang Digunakan


Terdapat beberapa metode yang pada umumnya sering digunakan dalam
melakukan analisis stabilitas lereng, diantaranya yaitu metode analisis stabilitas
lereng tanah kohesif dan analisis stabilitas lereng lempung dengan menggunakan
diagram Taylor (1948). Akan tetapi, bila jenis tanah tidak homogen dan aliran
rembesan terjadi di dalam tanah tidak menentu, maka digunakan metode yang lebih
cocok yaitu metode Irisan (method of slice).

Dalam metode irisan terdapat pula beberapa metode yang diantaranya


adalah metode Fellinius (1927), Simplified Bishop Method (1955), Diagram Bishop
dan Morgenstern (1960), Diagram Morgenstern (1963) dan Diagram Spenser
(1967). Pada penelitian kali ini, metode analisis manual yang secara spesifik
digunakan adalah metode Fellenius. Menurut Hardiyatmo (2003) analisis stabilitas
lereng cara Fellinius (1927) menganggap gaya-gaya yang bekerja pada sisi kanan-
kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang
longsor. Dengan anggapan ini, keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya yang
bekerja dengan memperhatikan tekanan air pori dapat dilihat pada Persamaan 3.10
berikut ini.

Ni + Ui = Wi cos ϴi (3.10)

Secara ringkas bila terdapat air pada lereng, tekanan air pori pada bidang
longsor tidak menambah momen akibat tanah yang akan longsor (Md), karena
resultan gaya akibat tekanan air pori lewat titik pusat lingkaran. Pernyataan tersebut
dapat dinyatakan dalam Persamaan 3.11 di bawah ini.

∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑐𝑎1 +(𝑊𝑖 cos𝜃𝑖 −𝑢𝑖 𝑎𝑖 )tg 𝜑
𝑆𝐹 = ∑𝑖=𝑛
(3.11)
𝑖=1 𝑊𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑖

Dengan:

𝐹 = faktor aman
33

𝑐 = kohesi tanah (kN/m2)

𝜑 = sudut gesek dalam (derajat)

𝑎𝑖 = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)

𝑊𝑖 = berat irisan tanah ke-i (kN/m2)

𝑢𝑖 = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)

𝜃𝑖 = sudut yang didefinisikan dalam gambar (derajat)

Menurut Hardiyatmo (2003) Faktor keamanan lereng juga dapat


didenifinisikan sebagai berikut pada Persamaan 3.12-3.15 ini beserta penjabaran
rumusnya.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟


𝐹= (3.12)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟

∑𝑖=𝑛 𝑀𝑟
𝑖=1
𝐹 = ∑𝑖=𝑛 (3.13)
𝑖=1 𝑀𝑑

∑𝑖=𝑛 𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑀𝑟 = 𝑅 ∑𝑖=1 (𝑐𝑎𝑖 + (𝑊𝑖 cos𝜃𝑖 − 𝑢𝑖 𝑎𝑖 )tg 𝜑 (3.14)

∑𝑖=𝑛 𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑀𝑑 = 𝑅 ∑𝑖=1 𝑊𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑖 (3.15)

Secara umum gaya-gaya yang bekerja pada irisan dapat dilihat pada Gambar
3.2 berikut ini.
34

Gambar 3.2 Gaya Yang Bekerja Pada Irisan


(Sumber: Hardiyatmo, 2002)

3.4 Konsep Angka Keamanan Lereng


Menurut Duncan (2014) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menganalisis stabilitas lereng yaitu grafik, persamaan sederhana, program
excel dan aplikasi permodelan komputer stabilitas lereng. Pada beberapa kasus
dapat digunakan beberapa metode untuk mengevaluasi stabilitas lereng. Metode
perhitungan tersebut digunakan untuk menghitung faktor keamanan sebagai
indikator stabilitas lereng.

Menurut Das (2010) faktor keamanan secara umum dapat didefinisikan


dalam Persamaan 3.16 berikut ini.

𝜏𝑓
𝐹𝑠 = (3.16)
𝜏𝑑

Dengan :

Fs = Safety Factor

τf = Kuat geser tanah


35

τd = Tegangan geser yang terjadi sepanjang bidang runtuh.

Angka 1 pada faktor keamanan adalah angka kritis terjadinya keruntuhan


lereng dan pada umumnya angka aman yang digunakan adalah 1,5 untuk mendesain
lereng yang stabil. Nilai faktor keamanan pada lereng yang dijadikan persyaratan
oleh Departemen Pekerjaan Umum dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Nilai Faktor Keamanan Persyaratan Departemen Pekerjaan


Umum
Resiko terhadap Rekomendasi nilai faktor keamanan terhadap
nyawa resiko kehilangan nyawa manusia
manusia Tak Rendah Tinggi
Resiko Ekonomis diperhatikan
Diabaikan 1,1 1,2 1,5
Rekomendasi faktor
keamanan terhadap
resiko kehlangan
secara ekonomis

Rendah 1,2 1,2 1,5

Tinggi 1,4 1,4 1,5

Catatan :
1. Meskipun nilai faktor keamanan lerengnya 1,4, jika beresiko tinggi terhadap
keselamatan orang-orang disekitarnya maka harus diubah menjadi 1,1 berdasarkan
hasil prediksi kondisi tanah air terburuk
2. Faktor keamanan yang tercantum di dalam tabel ini adalah nilai-nilai yang
direkomendasikan. Faktor keamanan yang lebih tinggi atau lebih rendah mungkin
saja terjamin keamanannya pada situasi-situasi khusus dalam hubungannya dengan
resiko kehilangan secara ekonomis.

(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2005)


36

Hardiyatmo (2002) yang bersumber pada Bowles (1989) menyatakan keadaan


lereng berdasarkan nilai angka keamanannya (SF) dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut
ini.

Tabel 3.9 Faktor Keamanan Lereng


Faktor Keamanan Status Lereng Intensitas Longsor
SF < 1,07 Lereng stabil Longsor sering terjadi
1,07 ≥ SF ≥ 1,25 Lereng kritis Longsor pernah terjadi
1,25 ≥ SF Lereng relatif stabil Longsor jarang terjadi
(Sumber: Bowles, 1989)

3.5 Perkuatan Tanah


Pada beberapa proyek konstruksi tidak jarang ditemui tanah dasar yang
kurang ideal sebagai dasar pengerjaan proyek konstruksi, hal ini dapat berakibat
fatal jika tidak disolusikan dengan baik oleh pelaku pekerja konstruksi. maka dari
itu, pada beberapa kasus diperlukan adanya perkuatan tanah.
Menurut pedoman konstruksi dan bangunan departemen pekerjaan umum no.
003/BM/2009 tentang perencanaan dan pelaksanaan perkuatan tanah dengan
geosintetik, tanah lunak didefinisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan
kuat geser kurang dari 25 kN/m2, jika menggunakan korelasi dengan AASHTO
M288-06 maka nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR di lapangan kurang dari
1.
Timbunan yang dibangun diatas tanah lunak sangat berpotensi untuk
menyebar secara lateral akibat tekanan tanah horizontal yang bekerja pada
timbunan. Tekanan tanah ini menyebabkan tegangan geser horizontal pada dasar
timbunan yang harus ditahan oleh tanah pondasi. Tanah pondasi yang tidak
memiliki tahanan geser yang cukup, maka akan terjadi keruntuhan tanah.
Fungsi perkuatan tanah pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut:
1. meningkatkan faktor keamanan rencana,
2. menambah tinggi timbunan,
37

3. mencegeh pergeseran timbunan selama pelaksanaan, dan


4. memperbaiki kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang
seragam.

3.6 Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah adalah sebuah bangunan sebagai salah satu bentuk
perkuatan tanah yang berfungsi untuk mencegah terjadinya keruntuhan pada tanah
yang memiliki kemiringan yang curam ataupun lereng yang tidak stabil. Secara
umum, dinding penahan tanah terbagi menjadi 2 kategori umum yaitu dinding
penahan tanah konvensional dan dinding Mechanically Stabilized Earth (MSE).

Dinding penahan tanah konvensional selanjutnya dapat dibagi menjadi


beberapa jenis:

1. dinding penahan tanah gravitasi,


2. dinding penahan tanah semi-gravitasi,
3. dinding penahan tanah kantilever,
4. dinding penahan tanah Counterfort,
5. dinding krib, dan
6. dinding tanah bertulang (reinforced earth wall).

3.7 Dinding Penahan Tanah Kantilever


Dinding penahan tanah kantilever secara umum terbuat dari beton yang
diperkuat dengan menggunakan tulangan dan tersusun oleh dinding vertikal (stem)
dan tapak lantai (base slab). Tulangan disematkan pada strukur dinding penahan
tanah kantilever berfungsi untuk menahan gaya horizontal dan momen yang bekerja
pada dinding struktur.

Penulangan lentur pada dinding penahan tanah kantilever dapat direncanakan


apabila telah ditetapkan tebal pelat (h), mutu beton (f’c), mutu baja (fy) dan momen
38

rencana (MR). prosedur perhitungan rencana penulangan dinding penahan tanah


kantilever dapat disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Tinggi efektif (d) ditentukan dari tebal pelat yang telah direncanakan.
2. Lebar tinjauan pelat (b) ditentukan dengan ditinjau tiap satu meter lebar.
3. Nilai Mu/bd2 dihitung dalam satuan kN/m2, dimana harga Mu= MR/ Փ.
4. Rasio tulangan (ρ) ditentukan berdasarkan mutu beton (f’c), mutu baja (fy) dan
nilai Mu/bd2.
5. Perhitungan diperiksa apakah ρmin < ρ < ρmaks.
6. Tulangan dan jarak antar tulangan ditentukan berdasarkan persyaratan jarak
antar tulangan dan tulangan beton.

Dinding penahan tanah tipe kantilever secara keseluruhan tampak terlihat


berbuntuk huruf T, seluruh bagian strukur dari dinding ini relatif memiliki dimensi
yang tipis sehingga menjadi ekonomis dengan tinggi hingga 8 meter dan mudah
dalam pelaksanaannya. Contoh sederhana dinding penahan tanah kantilever dapat
dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.

Gambar 3.3 Contoh Sederhana Dinding Penahan Tanah Kantilever


(Sumber: Das, 2011)
39

3.8 Dimensi Dinding Kantilever


Pada tahap perencanaan struktur dinding penahan tanah kantilever
diperlukan dimensi pendahuluan sebagai asumsi awal dari bagian-bagian dinding
penahanan tanah yang disebut juga sebagai proportioning. Dimensi pendahuluan
ini digunakan sebagai arahan pada awal mula perhitungan, macam-macam variasi
ukuran dapat dipergunakan selama memenuhi persyaratan stabilitas, kelayakan dan
kekuatan menurut syarat-syarat ketentuan yang telah ditetapkan.

Perlu diketahui bahwa dimensi untuk bagian atas dinding vertikal tidak
dapat kurang dari 0,3 meter dan ketebalan telapak minimal 0,6 meter (Braja, 2011).
Dimensi pendahuluan yang dapat digunakan sebagai acuan dapat dilihat pada
Gambar 3.4 berikut ini.

Gambar 3.4 Dimensi Pendahuluan Dinding Penahan Tanah Kantilever


(Sumber: Das, 2011)

3.9 Stabilitas Dinding Penahan Tanah


Dalam merencanakan dinding penahan tanah salah satu faktor utama yang
harus diperhitungkan adalah tekanan tanah lateral maka dibutuhkan pengetahuan
mengenai tekanan tanah lateral. Tekanan tanah lateral adalah gaya yang diakibatkan
oleh dorongan tanah di belakang struktur dinding penahan tanah. Hal ini
40

mempengaruhi stabilitas internal dinding penahan tanah, maka beberapa hal yang
perlu diperhitungkan dalam perencanaan dinding penahan tanah antara lain
stabilitas terhadap guling, stabilitas terhadap geser serta kapasitas daya dukung
tanah. Ketiga variabel tersebut harus memenuhi syarat aman dari masing-masing
variabel sehingga konstruksi dinding penahan tanah menjadi aman dan tidak terjadi
keruntuhan.

Stabilitas dinding penahan tanah juga dipengaruhi oleh konsolidasi tanah


yang terjadi. Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan
pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian
air pori. Dengan kata lain, akibat konsolidasi yang terjadi maka tanah mengalami
penurunan oleh beban yang diterima. Umumnya, pada analisis konsolidasi dengan
menggunakan program, konsolidasi ditinjau dalam kurun waktu 1 tahun atau 365
hari. Besarnya penurunan yang terjadi dapat diketahui melalui analisis dengan
menggunakan beberapa program analisis geoteknik yang salah satunya adalah
Plaxis.

3.9.1 Stabilitas Terhadap Guling


Hardiyatmo (2002) menyatakan bahwa stabilitas terhadap guling adalah
stabilitas yang ditinjau berdasarkan tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh
tanah urug di belakang dinding penahan tanah. Momen yang terjadi akibat gaya
yang bekerja ini memiliki kecenderungan untuk menggulingkan dinding dengan
pusat rotasi pada ujung kaki di depan pelat fondasi. Berdasarkan momen
penggulingan yang terjadi maka bangunan harus dapat menahan dengan momen
akibat berat sendiri dinding penahan tanah dan momen akibat berat tanah diatas
pelat fondasi.

Faktor aman terhadap stabilitas guling (Fgl) dapat didefinisikan pada


Persamaan 3.17 sebagai berikut:

∑Mw
𝐹𝑔𝑙 = (3.17)
∑Mgl
41

Dimana:

∑Mw = W b1
∑Mgl = ∑Pahh1+∑PavB
∑Mw = momen yang melawan penggulingan (kN.m)
∑Mgl = momen yang mengakibatkan penggulingan (kN.m)
W = berat tanah di atas pelat pondasi + berat sendiri dinding
penahan (kN)
B = Lebar kaki dinding penahan (m)
∑Pah = Jumlah gaya-gaya horizontal (kN)
∑Pav = Jumlah gaya-gaya vertikal (kN)
Syarat faktor aman minimum terhadap stabilitas guling (Fgl) bergantung
pada jenis tanah, nilai angka aman untuk bagi masing-masing jenis tanah adalah
sebagai berikut:

Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular

Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Hardiyatmo (2002) menyatakan, umumnya tekanan tanah pasif yang


disebabkan oleh tanah yang berada di depan kaki dinding sering diabaikan dalam
perhitungan stabilitas terhadap guling, akan tetapi jika tahanan tanah pasif tetap
diperhitungkan maka nilainya harus direduksi untuk mengantisipasi pengaruh erosi,
iklim dan retakan akibat tegangan tarik tanah dasar yang kohesif.

3.9.2 Stabilitas Terhadap Geser


Hardiyatmo (2002) menyatakan bahwa gaya-gaya yang menggeser dinding
penahan tanah akan ditahan oleh tekanan tanah pasif di depan dinding penahan
tanah jika terdapat tanah timbunan dan gesekan antara tanah dengan dasar fondasi.
Stabilitas terhadap geser secara umum adalah perbandingan antara tahanan dinding
penahan tanah terhadap pergeseran dan jumlah gaya-gaya horizontal yang bekerja
pada dinding penahan tanah.
42

Faktor aman terhadap stabilitas geser (Fgs) dapat didefinisikan pada


Persamaan 3.18-3.21 sebagai berikut.

∑Rh
𝐹𝑔𝑠 = ∑Pah (3.18)

Untuk tanah granuler (c = 0) adalah sebagai berikut:

∑Rh = W f (3.19)
= W tg 𝛿 b; dengan 𝛿 b ≤ 𝜑
Untuk tanah kohesif (𝜑 = 0) adalah sebagai berikut:

∑Rh = caB (3.20)


Untuk tanah c- 𝜑 (𝜑 > 0 dan c > 0) adalah sebagai berikut:

∑Rh = caB + W tg 𝛿 b (3.21)


Dengan,

∑Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran


W = berat total dinding penahan dan tanah di atas pelat fondasi (kN)
𝛿b = sudut gesek antara tanah dan dasar fondasi, biasanya diambil
1/3 – (2/3) 𝜑
ca = ad x c = adhesi antara tanah dan dasar dinding (kN/m2)
c = kohesi tanah dasar (kN/m2)
ad = faktor adhesi
B = lebar fondasi (m)
∑Ph = jumlah gaya-gaya horizontal (kN)
F = tg 𝛿 b = koefisian gesek antara tanah dasar dan dasar fondasi
Syarat faktor aman minimum terhadap stabilitas geser (Fgs) pada dasar
fondasi ditentukan minimum 1,5. Bowless (1997) menyarankan:

Fgs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular

Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Nilai koefisien gesek (f) pada berbagai jenis tanah dapat dilihat pada Tabel
3.10 berikut ini:
43

Tabel 3.10 Koefisien Gesek (f) Antara Dasar Fondasi Dan Tanah Dasar
Jenis tanah dasar fondasi f = tg 𝛿
Tanah granuler kasar tak mengandung lanau atau lempung 0,55
Tanah granuler kasar mengandung lanau 0,45
Tanah lanau tak berkohesi 0,35
Batu keras permukaan kasar 0,60
(Sumber: Hardiyatmo, 2002)

3.9.3 Stabilitas Terhadap Kapasitas Daya Dukung Tanah


Hardiyatmo (2002) menyatakan, digunakan beberapa persamaan dalam
menghitung stabilitas terhadap kapasitas daya dukung tanah antara lain adalah
persamaan persamaan kapasitas dukung Terzhagi (1943), Meyerhof (1951), Hansen
(1970) dan Vesic (1975). Dalam menghitung stabilitas terhadap kapasitas daya
dukung tanah umumnya digunakan persamaan Hansen (1970) dan Vesic (1975)
untuk mengetahui tegangan ultimit, kemudian metode terzhagi untuk mengetahui
tegangan maksimal dan tegangan minimal.

Braja (2011) menjabarkan urutan dalam perhitungan yang dapat dilihat pada
Persamaan 3.22-3.33 sebagai berikut.

1. Eksentrisitas (e)
∑𝑀𝑤− ∑𝑀𝑔𝑙
𝑒 = 𝐵/2 (3.22)
∑𝑊

Dimana:
∑𝑀𝑤 = momen yang melawan guling (kN.m)
∑𝑀𝑔𝑙 = momen yang mengakibatkan guling (kN.m)
∑𝑊 = total berat tanah diatas pelat pondasi + berat sendiri
dinding penahan (kN)
𝑒 = eksentrisitas
𝐵 = lebar kaki dinding penahan (m)

2. Tekanan akibat beban struktur (q)


44

Hardiyatmo (2002) menyatakan bahwa dalam perancangan, lebar


fondasi dinding penahan dirancang sedemikian sehingga e < (B/6). Hal
ini bertujuan agar efisiensi fondasi maksimum dan perbedaan tekanan
fondasi pada ujung-ujung kaki dinding tidak besar sehingga mengurangi
resiko keruntuhan dinding akibat penggulingan.
∑𝑉 6𝑒
𝑞𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑞𝑡𝑜𝑒 = (1 + ) (3.23)
𝐵 𝐵

∑𝑉 6𝑒
𝑞𝑚𝑖𝑛 = 𝑞ℎ𝑒𝑒𝑙 = (1 − ) (3.24)
𝐵 𝐵

3. Kapasits daya dukung ultimit (qu)

qu = cNcFcdFci + qNqFqdFqi + 0,5𝛾BN𝛾F𝛾dF𝛾I (3.25)

q = 𝛾D (3.26)
B` = B – 2e (3.27)
Fcd 1 − 𝐹𝑞𝑑 (3.28)
= 𝐹𝑞𝑑 −
𝑁𝑐 tan 𝜃
Fqd 𝐷 (3.29)
= 1 + 2 tan 𝜃 (1 − sin 𝜃)2
𝐵′
F𝛾d = 1 (3.30)
Fci 2 (3.31)
= Fqi = (1 − Ψo)
90°

F𝛾i Ψo 2 (3.32)
= (1 − )
𝜃°
Ψo 𝑃𝑎 𝑐𝑜𝑠𝛼 (3.33)
= 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
∑𝑉

Dimana:

Fcd, Fqd, F𝛾d = faktor kedalaman


Fci, Fqi,, F𝛾i = faktor kemiringan beban
45

B = lebar kaki dinding penahan (m)


e = eksentrisitas beban (m)
𝛾 = berat volume tanah (kN/m3)
Nc, Nq, N𝛾 faktor-faktor kapasitas dukung Hansen dan
=
Vesic

Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas daya dukung tanah dapat


didefinisikan pada Persamaan 3.34 sebagai berikut.

𝑞𝑢
FS(kapasitas daya dukung) = ≥3 (3.34)
𝑞𝑚𝑎𝑘𝑠

Dimana:
qu = tekanan tanah ultimit (kN/m2)
qmaks = tekanan maksimal akibat beban strukur (kN/m2)

3.10 Program PLAXIS 8.6


Plaxis adalah sebuah paket program yang disusun berdasarkan metode
elemen hingga yang telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan analisis
deformasi dan stabilitas dalam bidang rekayasa geoteknik. Prosedur pembuatan
model secara grafis yang mudah memungkinkan pembuatan suatu model elemen
hingga yang rumit dapat dilakukan dengan cepat, sedangkan berbagai fasilitas yang
tersedia dapat digunakan untuk menampilkan hasil komputasi secara mendetail.
Proses perhitungannya sendiri sepenuhnya berjalan secara otomatis dan didasarkan
pada prosedur numerik yang handal.

Permodelan Mohr Coulomb adalah permodelan tanah yang paling umum


digunakan pada program PLAXIS. Permodelan Mohr Coulomb memiliki beberapa
parameter yaitu kohesi (c), sudut geser dalam (𝜙), Poissons ratio (v), Modulus
Young (E) dan sudut dilatasi (𝜓). Kelebihan dari permodelan tanah menggunakan
Mohr Coulomb berupa perhitungan yang masih relatif sederhana.
46

Menurut Setiawan (2019) pada saat memodelkan elemen tanah pada program
Plaxis dapat dilakukan dalam dua kondisi yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi Drained
Kondisi Drained merupakan kondisi untuk tanah yang memiliki permeabilitas
besar seperti tanah pasir, tanah yang mengalami pembebanan sangat lambat,
serta untuk menstimulasikan perilaku tanah dalam jangka Panjang. Kondisi
Drained pada program PLAXIS 2D digunakan untuk mengatur tidak ada
kenaikan tekanan air pori (Porewater Pressure) pada material tanah.

2. Kondisi Undrained
Kondisi Undrained merupakan kondisi untuk tanah yang memiliki
permeabilitas kecil seperti tanah lempung sehingga ketika diberikan excess
pore water pressure tidak langsung terdispasi atau teralirkan. Kondisi
Undrained pada program PLAXIS 2D digunakan untuk mengatur timbulnya
kenaikan tekanan air pori (excess pore water pressure) pada material tanah.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Pendahuluan
Metode penelitian dilakukan oleh peneliti untuk memberikan informasi
berupa proses atau tahapan yang dilakukan dalam suatu penelitian mulai dari
pengumpulan data, analisis data, sampai memperoleh hasil dari penelitian tersebut.
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah berupa analisis,
penelitian ini menggunakan data-data primer maupun sekunder, selanjutnya data-
data tersebut dianalisis guna memperoleh hasil akhir dari penelitian yang berupa
pembahasan dan pengambilan kesimpulan.

4.2 Bahan dan Alat


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perangkat keras berupa laptop ASUS ROG seri G550J maupun komputer pada
lab komputasi Teknik Sipil UII.
2. Perangkat lunak berupa aplikasi PLAXIS 8.2
3. Alat tulis.

4.3 Persiapan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa persiapan sebelum dapat dilakukannya
penelitian, yang terdiri dari penetapan lokasi, penentuan metode penelitian dan
melakukan pengumpulan data primer maupun sekunder. Lokasi yang ditinjau pada
penelitian ini adalah lokasi yang akan dipergunakan dinding penahan tanah
kantilever sebagai perkuatan lereng saluran irigasi. Metode yang akan digunakan
adalah pengumpulan data primer maupun sekunder dan melakukan analisa dari data
yang telah diperoleh tersebut.

47
48

4.4 Pengumpulan Data


Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
didapatkan dengan mengajukan data kepada pemangku kepentingan pada proyek
yang dilakukan penelitian. Data yang sekunder berupa data parameter tanah baik
data uji lapangan maupun uji laboratorium, beban dan data gambar desain dari
proyek tersebut. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya dilakukan
analisis pada penelitian tugas akhir.
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh
dari PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia yang berupa data
parameter tanah yang telah dirangkum sesuai dengan kebutuhan penelitian dan data
potongan melintang. Pada data parameter tanah, berbagai jenis tanah pada setiap
lapisan dapat diketahui dengan melakukan uji lab yang mengacu kepada sistem
klasifikasi tanah Unified. Data parameter tanah yang telah diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Parameter Tanah Pada BT.01 – BT.02


BT.01-BT.02
Parameter Short Term
Jenis Tanah
Kedalaman

Tekanan Air

Cu (KN/m2)

Sudut Geser
N-SPT

Warna

(KN/m3)

(KN/m3)

(KN/m3)
Kondisi

Pori (u)
(m)

γ sat


γ

0-2 0 11,8 13 3000 0,35 19,32 29,312


Kekuningan

Undrained
Lempung
Berbatu

Cokelat

2-4 60 18,6 20 21000 0,35 19,32 29,312


Kekuningan

Undrained
Lempung
Berpasir

Cokelat

(sumber: PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, 2020)


49

Lanjutan Tabel 4.1 Parameter Tanah Asli Pada BT.01 – BT.02


4-6 60 18,6 20 21000 0,35 19,32 29,312

Kekuningan

Undrained
Lempung
Berpasir

Cokelat
6-8 49 16,7 18 7000 0,35 19,32 36,40

Kekuningan
Undrained
Lempung
Berpasir

Cokelat

8 - 10 60 16,7 18 9000 0,35 19,32 38,150


Kekuningan
Undrained
Lempung
Berpasir

Cokelat

10 - 12 60 16,7 18 8000 0,35 19,32 36,80


Kekuningan
Undrained
Lempung
Berpasir

Cokelat

12 - 14 34 18,6 20 13000 0,30 19,32 38,80


Kehitaman

Drained
Pasir

14 - 32 18,6 20 12000 0,30 19,32 42,0


Kehitaman

Drained

seterusnya
Pasir

- 16 18 30000 0,3 40 36
kekuningan
Undrained
Timbunan
Pilihan

Coklat

(sumber: PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, 2020)

Data bor log dan pengujian lab yang dilakukan oleh PT PT. Intimulya
Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, selanjutnya menjadi acuan untuk
rangkuman data parameter tanah yang diperlukan dan dapat dilihat dengan lebih
lengkap pada halaman lampiran. Berikutnya adalah cross section pada STA P.34
yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.
50

Gambar 4.1 Cross Section Pada STA P.34


(sumber: PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, 2020)

Berikutnya adalah data beban, data beban yang dimaksud adalah berupa data
beban lalu lintas, perkerasan dan beban gempa. Beban lalu lintas yang akan
melewati jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi ditetapkan adalah berupa truk
pengangkut dan motor yang mungkin digunakan oleh petani atau warga sekitar.
Beban lalu lintas beserta perkerasannya ditetapkan 10 KN/m2 beradasarkan
ketentuan beban lalu lintas Departemen Pekerjaan Umum tahun 2009. ketentuan
beban lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
51

Tabel 4.2 Beban Lalu Lintas


Lalu Lintas
Sistem Beban Lalu
Fungsi Harian rata-rata
Jaringan Lintas (kN/m2)
(LHR)
Arteri Semua 15
Primer Kolektor >10.000 15
<10.000 12
Arteri >20.000 15
<20.000 12
Kolektor >6.000 12
Sekunder
<6.000 10
Lokal >500 10
>500 10
(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2009)

data beban gempa diperhitungkan karena pada lokasi penelitian yang


termasuk daerah rawan gempa, yaitu daerah Padang Sumatera Barat. Faktor beban
akibat gempa akan diperhitungkan dalam melakukan analisis menggunakan
program Plaxis dan dikategorikan sebagai analisis dinamis karena beban akibat
gempa memiliki percepatan, interval waktu dan bersifat dinamis. Data beban gempa
yang dibutuhkan bersumber dari SNI 1726:2012 dan diperoleh angka percepatan
gempa pada daerah Padang yaitu sebesar 1,0 – 1,2 g. Peta zonasi gempa Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
52

Gambar 4.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia PGA-SNI 1726:2012


(Sumber: SNI 1726:2012)

Data parameter desain dinding penahan tanah kantilever yang digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Parameter Desain Dinding Penahan Tanah Kantilever


Properties Notasi Nilai Satuan
Model Material Model Elastic Linier -
Tipe Material Type Non-Porous kN/m
Modulus Elastisitas g 2,3452 kN/m3
Berat Volume Beton E 24 kN/m2
Angka Poisson v 0,15 -
Kuat Tekan Beton Fc’ 25 Mpa
Kuat Tarik Beton Fy 420 Mpa
53

4.5 Tahap Pelaksanaan Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini perlu dilakukan beberapa tahapan yang
jelas dan teratur, sehingga nantinya diperoleh hasil sesuai dengan harapan. Adapun
tahan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut.
1. Tahap pengumpulan data yang meliputi tahap pengambilan data parameter
tanah dan lereng timbunan baik yang berasal dari uji lapangan maupun uji
laboratorium, data beban lalu lintas dan data potongan melintang jalan atau
gambar desain yang selanjutnya digunakan untuk analisis menggunakan
aplikasi PLAXIS 8.6.
2. Melakukan analisis manual stabilitas tanah asli dan tanah yang telah diperkuat
dengan perkuatan dinding penahan tanah tipe kantilever, menggunakan metode
perhitungan Fellinius.
3. Tahap pengolahan data menggunakan aplikasi PLAXIS 8.6 dan analisis
menggunakan data parameter tanah yang telah didapatkan pada tahap
sebelumnya. Kemudian, data diolah menggunakan analisis stabilitas lereng dan
perkuatan dinding penahan tanah kantilever yang digunakan.
4. Tahap pembahasan dan penarikan kesimpulan dengan melakukan penulisan
pada laporan penelitian berupa hasil-hasil yang didapatkan mulai dari tahapan
pengambilan data lalu melakukan analisis yang menghasilkan output berupa
kesimpulan dan saran berdasarkan teori-teori yang digunakan.

4.6 Variasi Model


Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan dua variasi model
yaitu, lereng tanpa perkuatan dan lereng yang telah diberi perkuatan. Kemudian,
analisis dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi normal dan kondisi ekstrem.
Kondisi normal adalah kondisi dimana muka air tanah atau muka air sungai berada
pada elevasi normal, sedangkan kondisi ekstrem adalah kondisi dimana muka air
tanah atau muka air sungai berada pada elevasi yang sangat rendah atau sungai
kering. Hal ini dilakukan agar didapatkan data dari kondisi ideal dan kondisi dengan
kemungkinan terburuk yang dapat terjadi guna memaksimalkan perencanaan
perkuatan dinding penahan tanah.
54

4.7 Tahapan Analisis Stabilitas Lereng dan Input Data pada Plaxis 8.6
Analisis adalah tahapan awal dalam proses perencanaan, metode analisis
adalah sebuah cara yang digunakan dalam mengolah data dengan menguraikan
suatu pokok permasalahan menjadi komponen-komponen untuk mendapatkan
sebuah pengertian yang tepat dan pemahaman yang menyeluruh.

4.7.1 Input Data Geometri


Dalam melakukan pekerjaan analisis menggunakan program Plaxis, tahap
paling awal adalah input data umum melalui jendela General Settings yang
dibutuhkan untuk mengisi parameter-parameter permodelan umum yang
dibutuhkan oleh program Plaxis. Tahapan input data umum pada program Plaxis
dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Tampilan General Settings


55

4.7.2 Tahap Analisis


Secara umum dalam melakukan analisis perancangan dinding penahan tanah
tipe kantilever, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. mendesain bentuk geometri dua dimensi penampang melintang lereng yang


dianalisis,
2. menentukan kondisi batas (Standard Fixities) untuk menentukan batas luasan
penampang yang dianalisis,
3. melakukan Input data material pada menu Material Sets,
4. mengaktifkan penyusunan jaring elemen (Generate Mesh),
5. mengaktifkan Initial Conditions dan Initial Pore Pressure untuk menentukan
elevasi letak muka air tanah pada penampang,
6. mengaktifkan akibat dari tekanan muka air tanah dengan opsi Generate Water
Pressure pada kondisi Phreatic Level,
7. mengaktifkan Closed Consolidation Boundary untuk menentukan batas
luasan konsolidasi yang akan ditinjau pada penampang, dan
8. terakhir, memilih opsi Calculate untuk masuk kepada tahapan Plaxis
Calculation.

4.7.3 Plaxis Calculations


Setelah proses input pada pekerjaan lereng yang dilakukan melalui tahap
Plaxis Input telah selesai maka selanjutnya program Plaxis masuk kepada tahapan
Plaxis Calculations atau tahapan kalkulasi. Tampilan jendela yang muncul setelah
memilih opsi Calculate pada tahap akhir Plaxis Input dapat dilihat pada Gambar
4.4 berikut ini.
56

Gambar 4.4 Tampilan Menu Plaxis Calculations

Dalam tahapan kalkulasi terdapat beberapa tujuan yang harus diperoleh dalam
melakukan analisis terhadap lereng diantaranya adalah menentukan Safety Factor
atau angka keamanan dan penurunan tanah yang terjadi akibat konsolidasi pada
lereng sebelum dan setelah diperkuat menggunakan dinding penahan tanah
kantilever.

Dalam mencari angka keamanan pada fase kalkulasi dipilih opsi Phi/c
Reduction pada kolom Calculation Type, kemudian pada panel control parameters
centang opsi reset displacement to zero dan delete intermediate steps, terakhir
dipilih Incremental Multipliers pada loading input.

Dalam mencari angka penurunan yang terjadi pada strukur perkuatan pada
fase kalkulasi dipilih opsi Consolidation Analysis pada kolom Calculation Type,
kemudian pada panel control parameters centang opsi delete intermediate steps,
terakhir dipilih Staged Construction pada loading input dan diisi time interval 365
hari untuk mengetahui konsolidasi yang terjadi selama satu tahun.
57

Setelah semua fase dan parameter kalkulasi telah selesai dirancang maka
selanjutnya adalah klik point of curves untuk menentukan titik-titik batasan yang
ditinjau potensi kelongsorannya dan digambarkan pada tampilan berbentuk kurva.
Kemudian klik output untuk menampilkan hasil akhir dari analisis.

4.7.4 Plaxis Output


Jendela Plaxis Output dapat diakses setelah segala parameter input dan
kalkulasi telah terpenuhi, Plaxis Output juga dapat dibuka kembali dengan klik
toolbar Plaxis output atau membuka secara manual melalui start menu. Plaxis
output digunakan untuk melihat tegangan yang terjadi pada tanah secara spesifik
dan juga dapat digunakan untuk melihat gaya yang bekerja pada objek struktural.
Contoh tampilan jendela Plaxis output dan hasil analisis dapat dilihat pada Gambar
4.5 berikut ini.

Gambar 4.5 Tampilan Plaxis Output Program


58

4.8 Bagan Alir Penelitian


Bagan alir adalah sebuah flowchart yang menunjukan aliran atau tahapan
sebuah penelitian yang memberikan gambaran singkat dan jelas setiap tahapan
penelitian. Bagan alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut ini.
59

Mulai

Studi literatur perkuatan lereng

Pengumpulan Data:
-Data uji lapangan
-Data hasil laboratorium
-Gambar penampang jalan

Perancangan dimensi dinding penahan


tanah kantilever melalui trial dan error

1. Analisis DPT Analisis stabilitas tanah asli dan


menggunakan Plaxis timbunan dengan perkuatan dinding
2. Analisis manual stabilitas penahan tanah kantilever
eksternal DPT menggunakan program Plaxis
3. Analisis Penulangan DPT

Perhitungan manual
Perhitungan manual
menggunakan metode
konfigurasi tulangan lentur
Fellenius
dinding penahan tanah

Tidak SF sesuai Tidak


syarat

Hasil dan Pembahasan

Selesai

Gambar 4.6 Bentuk Bagan Alir Penelitian


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Stabilitas Eksisting Menggunakan Program Plaxis 8.6.


Untuk mengetahui stabilitas dari lereng eksisting maka perlu diketahui angka
keamanan (SF) lereng dan juga konsolidasi yang terjadi. Analisis terlebih dahulu
dilakukan dengan menggunakan program Plaxis 8.6, apabila ditemukan kondisi
tanah kritis atau bahkan collapse maka diperlukan analisis manual lanjutan dengan
menggunakan metode Fellenius untuk mencari SF lereng eksisting.

1. Tahapan Input pada analisis lereng eksisting


Pada tahapan input hal pertama yang dilakukan adalah melakukan permodelan
awal atau tahapan input geometry pada lereng eksisting. Hasil penggambaran
geometri dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.

Gambar 5.1 Permodelan Lereng Eksisting

60
61

Selanjutnya adalah melakukan penggambaran meshing dengan tingkat


ketelitian meshing yang digunakan adalah pada tingkat medium. Hasil
penggambaran general meshing dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut ini.

Gambar 5.2 General Meshing pada Lereng Eksisting

Selanjutnya adalah melakukan input tekanan air pori dengan sebelumnya


menentukan tinggi muka air tanah yang dimodelkan dengan kondisi jenuh air.
Hasil dari input initial stresses atau tekanan air pori dapat dilihat pada Gambar
5.3 berikut ini.
62

Gambar 5.3 Tekanan Air Pori pada Lereng Eksisting

2. Tahapan kalkulasi pada lereng eksisting


Pada hasil kalkulasi dari analisis pada lereng eksisting didapatkan hasil lereng
tidak collapse namun didapatkan SF yang cukup kecil pada keadaan eksisting
dan pada keadaan diberi beban perkerasan. hal ini menandakan bahwa lereng
dalam kondisi kritis dan diperlukan adanya perkuatan tanah. Hasil keseluruhan
dari tahapan kalkulasi dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut ini.

Gambar 5.4 Tahapan Kalkulasi pada Lereng Eksisting

3. Tahapan Output dan Curves pada lereng eksisting


Angka faktor keamanan yang didapatkan pada analisis lereng eksisting pada
adalah sebesar 1,2282 < 1,5 pada keadaan lereng tanpa beban perkerasan dan
angka faktor keamanan sebesar 1,1434 < 1,5 pada keadaan lereng diberi beban
63

perkerasan. hal ini menunjukan bahwa lereng dalam kondisi kritis dan
dibutuhkan adanya perkuatan tanah. Hasil output faktor keamanan dan bidang
longsor yang dikeluarkan melalui program Plaxis 8.6 dapat dilihat pada Gambar
5.5 berikut ini.

Gambar 5.5 Bidang Longsor pada Lereng Eksisting

Perpindahan total yang terjadi pada lereng tanpa perkuatan dengan kondisi
normal dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut ini.
64

Gambar 5.6 Perpindahan Total pada Lereng Eksisting

Penurunan tanah yang terjadi akibat konsolidasi pada lereng eksisting adalah
sebesar 0,0503 meter yang terjadi dalam waktu 1 tahun. Konsolidasi tanah yang
terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut ini.

Gambar 5.7 Konsolidasi dan Arah Penurunan Tanah pada Lereng


Eksisting

Didapatkan grafik antara faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi melalui
program Plaxis Curves setelah analisis output selesai dilakukan. Grafik antara
faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi pada lereng eksisting dapat
dilihat pada gambar 5.8 berikut ini.
65

Gambar 5.8 Grafik SF vs Perpindahan Lereng Eksisting

5.2 Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Fellenius


Untuk mengetahui angka keamanan dalam stabilitas sebuah lereng dilakukan
perhitungan manual. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu
pengetahuan, terdapat banyak metode yang telah dikembangkan dan
disempurnakan untuk melakukan pendekatan dalam mengetahui angka kemanan
sebuah lereng atau timbunan salah satunya adalah metode Fellenius. Metode
Fellenius digunakan pada penelitian ini dikarenakan kondisi lereng yang jenuh air
akan lebih cocok jika dianalisis secara manual menggunakan metode fellenius.
Dalam perhitungan menggunakan metode fellenius, akan dibuat sebuah
permodelan lereng dan lereng akan dibagi menjadi 8 pias yang akan menjadi dasar
dalam melakukan analisis. Permodelan lereng yang diperlukan dalam melakukan
analisis dapat dilihat pada Gambar 5.9 berikut ini.
66

Gambar 5.9 Permodelan Lereng Analisis Metode Fellenius

Perhitungan dalam tahap analisis stabilitas lereng menggunakan metode


Fellenius adalah sebagai berikut.

1. Perhitungan berat irisan tanah


Dalam perhitungan berat irisan perlu diketahui luasan setiap pias per lapisan
dan dikali dengan berat volume tanah per lapisan. Luasan setiap pias didapatkan
dengan bantuan program Autocad 2015.

Berikut ini adalah perhitungan keseluruhan untuk berat irisan 1-8 untuk lereng
sebelum dibangun perkuatan.

W1 = 𝛾 × 𝐴1 = (18,6 × 3,69) = 68,634 kN

W2 = 𝛾 × 𝐴2 = (18.6 × 8,23) + (18.6 × 1.18) = 175,026 kN


W3 = 𝛾 × 𝐴3 = (18.6 × 7,87) + (18.6 × 6,42) + (16,7 × 1,04)
67

= 283,162 kN
W4 = 𝛾 × 𝐴4 = (18.6 × 5) + (18.6 × 8) + (16,7 × 7,5) + (16,7 × 3,31)
= 422,327 kN
W5 = 𝛾 × 𝐴5 = (18.6 × 0,61) + (18.6 × 6,85) + (16,7 × 8) + (16,7 ×
7,05) + (18,6 × 3,3)
= 585,071 kN
W6 = 𝛾 × 𝐴6 = (18.6 × 0,76) + (16,7 × 6) + (16,7 × 8) + (16,7 × 8) +
(18,6 × 8) + (18.6 × 6.98) + (11,8 × 0,73)
= 668,778 kN
W7 = 𝛾 × 𝐴7 = (16,7 × 3,06) + (16,7 × 6,86) + (18,6 × 8) + (18.6 ×
8) + (11,8 × 4,98)
= 522,028 kN
W8 = 𝛾 × 𝐴8 = (18,6 × 2,19) + (18.6 × 4,76) + (11,8 × 6,29)
= 203,492 kN

2. Perhitungan 𝑊𝑖 × cos 𝛼
Diambil contoh perhitungan pada pias 1 sebagai berikut.
𝑊1 = 68,634 × cos(−11o ) = 67,373 kN

3. Perhitungan 𝑊𝑖 × sin 𝛼
Diambil contoh perhitungan pada pias 1 sebagai berikut.
𝑊1 = 68,634 × sin(−11o ) = −13,096 kN

4. Perhitungan tekanan air pori (ui)


Diambil contoh perhitungan pada pias 1 sebagai berikut.
𝑢1 = 0,95 × 9,81 = 9,320 kN/m2

5. Perhitungan gaya akibat tekanan air pori (Ui)


Panjang lengkung irisan pada pias 1 adalah 4,08 m yang didapat dengan bantuan
software Autocad 2015. Diambil contoh perhitungan pada pias 1 sebagai
berikut.
68

𝑈1 = 9,320 × 4,08 = 93,391 kN

6. Perhitungan tahanan terhadap longsoran akibat kohesi (ciai)


Tahanan terhadap longsoran adalah jumlah semua panajang busur setiap lapis
tanah dengan kohesi yang berbeda-beda. Perhitungan tahanan terhadap
longsoran akibat kohesi adalah sebagai berikut.
𝑐𝑖 𝑎𝑖 = (18.6 × 18,1) + (18,6 × 4,32) + (16,7 × 3,42) + (16,7 ×
2,96) + (16,7 × 2,67) + (18.6 × 2,47) + (18,6 × 2,33) +
(11,8 × 2,33)
= 683,741 kN

Hasil dari analisis manual menggunakan metode Fellenius secara lebih


lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
69

Tabel 5.1 Analisis Manual Menggunakan Metode Fellenius


Tekanan air pori, panjang lengkung gaya akibat
Lebar Wi cosӨ
Pias Berat, W Ө Wi cos Өi Wi sin Өi ui = kedalaman lingkaran irisan tekanan air pori,
pias - uiai
pias x ɣ air ke-I, ai Ui = uiai
(kN) m (kN) (kN) (kN/m2) (m) (kN) (kN)
1 68,634 4 -11 67,373 -13,096 9,320 4,08 38,024 29,349
2 175,026 4 -3 174,786 -9,160 23,348 4 93,391 81,395
3 283,162 4 6 281,611 29,598 37,769 4,02 151,829 129,781
4 422, 327 4 14 409,782 102,170 58,173 4,13 240,256 169,526
5 585,071 4 23 538,561 228,605 83,483 4,36 363,986 174,574
6 668,778 4 33 560,884 364,243 97,610 4,79 467,550 93,335
7 522,028 4 44 375,516 362,631 76,518 5,6 428,501 -52,985
8 203,492 4 58 107,834 172,571 33,845 7,51 254,172 -146,338
JUMLAH 1237,563 478,638
70

Angka faktor keamanan dari keseleruhan perhitungan manual pada tabel


diatas adalah:

∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑐𝑎1 +(𝑊𝑖 cos𝜃𝑖 −𝑢𝑖 𝑎𝑖 )tg 𝜑
SF =
∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑊𝑖 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑖

683,741+(478,638)tg(29,312)
SF = 1237,563

SF = 1,20787 < 1,5

Angka faktor keamanan yang didapatkan melalui analisis manual


menggunakan metode Fellenius didapatkan sebesar 1,20787 pada lereng asli
dengan kondisi normal sebelum direncanakan perkuatan. Hal ini menandakan
lereng tersebut dalam keadaan kritis dan pernah terjadi longsor.

5.3 Analisis Stabilitas Eksternal Dinding Penahan Tanah


Analisis stabilitas eksternal dinding penahan tanah merupakan analisis
stabilitas antara dinding penahan dengan tanah dasar. Stabilitas eksternal sebuah
dinding penahan tanah meliputi stabilitas terhadap guling, geser dan kapasitas daya
dukung tanah. Analisis dengan perhitungan manual dilakukan dengan
memperhitungkan kondisi tanah normal dan kondisi ekstrem. Selanjutnya,
dilakukan perhitungan manual untuk mengetahui dinding penahan tanah telah
memenuhi syarat keamanan terhadap geser, guling dan kapasitas dukung tanah
sebagai berikut.

5.3.1 Perhitungan Manual Dinding Penahan Tanah Berjenjang


Distribusi tekanan aktif dan pasif yang terjadi pada tanah dinding penahan
tanah kantilever berjenjang digambarkan dalam diagram pada Gambar 5.10 berikut
ini.
71

Gambar 5.10 Diagram Distribusi Tekanan Tanah Lateral Dinding Penahan


Tanah Berjenjang

Penentuan Dimensi dinding penahan tanah mengacu kepada desain minimum


dinding penahan tanah kantilever dan Trial Error secara manual. Dimensi dinding
penahan tanah bagian atas yang ditentukan dapat dilihat pada Gambar 5.11 berikut
ini.
72

Gambar 5.11 Dimensi Dinding Penahan Tanah Berjenjang

1. Data parameter tanah dan beban


Terdapat dua data parameter tanah yang terdiri atas data parameter tanah lapis
1 dan tanah lapis 2. kedua lapisan tanah ini merupakan lapisan tanah lempung
berpasir yang memiliki perbedaan berat volume tanah dan sudut geser dalam.
Data parameter tanah dan beban pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel
5.2 berikut ini.
73

Tabel 5.2 Data Parameter Tanah Dinding Penahan Tanah Berjenjang


No. Parameter Nilai Satuan
1. Tanah Lapis 1
Berat volume tanah basah (g) 20 kN/m3
Berat volume tanah jenuh (gsat) 20,172 kN/m3
Berat volume tanah kering (gd) 15,159 kN/m3
o
Sudut geser (Փ) 29,312
Kohesi (c) 19,32 kN/m2
Kadar air (w) 22,7 %
Gs 2,69
Angka pori (e) 0,6
2. Tanah Lapis 2
Berat volume tanah basah (g) 16,7 kN/m3
Berat volume tanah jenuh (gsat) 19,528 kN/m3
Berat volume tanah kering (gd) 13,191 kN/m3
o
Sudut geser (Փ) 36,4
Kohesi (c) 19,32 kN/m2
Kadar air (w) 26,6 %
Gs 2,585
Angka pori (e) 0,6
3. Berat jenis beton bertulang (gc) 24 kN/m
4. Beban merata (q) 10 kN/m2

2. Gaya vertikal dan momen yang bekerja


Gaya vertikal merupakan gaya akibat berat dinding penahan tanah dan akibat
tanah yang berada di belakang dinding penahan tanah. Perhitungan gaya
vertikal merupakan pengalian antara volume dengan berat volume, dalam hal
ini yang diperhitungkan adalah gaya vertikal akibat tanah dan akibat berat
74

dinding penahan tanah. Perhitungan dilakukan berdasarkan pias-pias yang telah


ditentukan untuk mempermudah perhitungan. Berikut ini merupakan contoh
perhitungan gaya vertikal yang bekerja pada dinding penahan tanah.
Volume = Luas x 1 m
= ((0,3+0,5)/2) x 2 x 1
= 0,75 m3
Gaya Vertikal = Volume x 𝛾c
= 0,75 x 24
= 18 kN

Perhitungan lebih lengkap pada gaya vertikal dan momen yang bekerja dapat
dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Rekapitulasi Perhitungan Gaya dan Momen Vertikal


Jarak pusat
Berat =
Vol 𝛾 berat terhadap Momen
Bagian Luas x 𝛾
titik O
(m3) (kN/ m3) (kN) (m) (kNm)
W1 0.75 24 18 2.35 42.3
W2 0.32 24 7.68 2.25 17.28
W3 2.08 24 49.92 1.8 89.856
W4 2.4 24 57.6 2 115.2
Wa 6 18.6 111.6 3.25 362.7
Wb 0.6 18.6 11.16 2.25 25.11
Wc 4.6 16.7 76.82 3 230.46
Wd 1.4 16.7 23.38 0.7 16.366
∑V = 356.16 ∑MR = 899.272

3. Koefisien tekanan tanah


Koefisien tekanan tanah aktif
Ka = tan2 (45o - (Փ/2))
75

= tan2 (45o - (29,312o /2))


= 0,3427
Koefisien tekanan tanah pasif
Kp = tan2 (45o + (Փ/2))
= tan2 (45o + (29,312o /2))
= 2,9182

4. Menghitung tekanan tanah lateral


Tekanan Tanah Aktif
Perhitungan tekanan lateral tanah aktif pada dinding penahan tanah dapat dilihat
pada Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4 Tekanan Tanah Aktif


Diagram Rumus Gaya (kN) Keterangan
Pa1 HqKa 73.84962841 akibat beban merata dan
tanah yang
mempengaruhi
Pa2 - 2cH√Ka - akibat kohesi aktif
156.0725953
Pa3 0,5 x γb1 x h1² x Ka 50.9898599 akibat tekanan tanah
lapis 1
Pa4 γ1 x h1 x h2 x Ka 76.48478985 akibat berat tanah lapis
1 yang mempengaruhi
lapis 2
Pa5 0,5 x γ2 x h2² x Ka 30.11285013 akibat tekanan tanah
lapis 2
Pa6 0,5 x γbeton x h3 36 akibat berat dpt atas
Total Pa = 111.364533

Tekanan Tanah Pasif


76

Perhitungan tekanan lateral tanah pasif pada dinding penahan tanah dapat
dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5 Tekanan Tanah Pasif


Diagram Rumus Gaya (kN) Keterangan
Pp1 0,5 x γ2 x D² x Kp 83.77398998 akibat beban merata
dan tanah yang
mempengaruhi
Pp2 2 x c x D x √Kp 122.3907173 akibat kohesi aktif
Total Pp = 206.1647073

5. Stabilitas terhadap guling


Ph = Pa (karena tidak ada kemiringan pada tanah di puncak DPT)
= 111,3645 kN/m
Mo = Ph × H/3
= 111,3645 × 4/3
= 256,1384 kN/m
SF Guling = ∑MR
∑Mo

= 899,272
256,1384

= 3,5109 > 2 (AMAN)

6. Stabilitas terhadap geser


SF Geser = (∑V) × Tg(2/3×Փ) + (B × 2/3 × c) + Pp
Pa
= (356.16) × Tg(2 × 29,312) + (2 × 2 × 19,32) + 206.164
3 3
111.3654
= 3,3074 > 2 (AMAN)

7. Stabilitas terhadap kapasitas dukung tanah


77

Eksentrisitas (e)
e = B⁄2 - ∑MR - Mo < B⁄6
∑V

= 899,272 - 258,4586
4⁄2 - < 4⁄6
356,16

= 0,1942 < 0,3333 (OK)


qmax = qkaki = ∑V
× (1 + ( 6e⁄B )
B
= 356,16
× (1 + ( 6e⁄2 )
4
= 115,8550 kN/m2
qmin = qtumit = ∑V
× (1 - ( 6e⁄B )
B
= 356,16
× (1 - ( 6e⁄2 )
4
= 62,2250 kN/m2

q ultimit (qu) = (c × Nc × Fcd + q × Nq × Fqd × Fqi + 0,5 × γ ×


B' × Nγ × Fγd × Fγi)
Berdasarkan tabel nilai faktor kapasitas dukung tanah Terzaghi (1943), dengan
sudut geser (Փ) sebesar 29,312o maka diperoleh nilai-nilai sebagai berikut.
Nc = 26,765
Nq = 14,048
Nγ = 11,076

q = γ2 × D
= 16,7 × 1,6
= 26,72 kN/m2
B’ = B - 2e
= 4 - 2e
= 3,5985 m
Fqd = 1+ (2TgՓ ×(1 - SinՓ)2 × D/B'
78

= 1+ (2Tg(29,312)) ×(1 - Sin(29,312))2 × 0/3,5985


= 1,1084
Fcd = Fqd - ( 1 - Fqd )
Nc × TanՓ
= 1- ( 1-1
)
50,59 × Tan(29,312)
= 1,1113
Fγd = 1
𝜓𝑜 = tg−1 × ( Pa )
ΣV
= tg−1 × (112,3733 )
356,16
= 0,305627939
= 17,5112°
Fci = Fqi = (1 - ψo /90o )2

= (1 - 17,5112o /90o )2

= 0,6487
Fγi = (1 - ψo /Փo )2

= (1 - 17,5112o /29,312o )2

= 0,2693

q ultimit (qu) = (c × Nc × Fcd + q × Nq × Fqd × Fqi + 0,5 × γ2 ×


B' × Nγ × Fγd × Fγi)
= (19,32 × 50,59 × 1,1113 + 26,72 × 37,75 × 1,1084 × 0,6487 +
0,5 × 16,7 × 3,5985 × 40,05 × 1 × 0,2693)
= 1485,7631 kN/m2

SF daya = qu/qmaks
dukung = 1485,7631/115,85507
= 12,9753 > 3 (OK)
79

5.3.2 Rekapitulasi Keseluruhan Perhitungan Stabilitas Eksternal DPT


Rekapitulasi keseluruhan perhitungan stabilitas eksternal dinding penahan
tanah tipe kantilever bertingkat terhadap stabilitas guling, stabilitas geser dan
kapasitas daya dukung tanah dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Stabilitas Eksternal DPT


Stabilitas Stabilitas Eksentrisitas Kapasitas Daya
Cek
Guling Geser (e) Dukung Tanah
3,5109 > 2 3,3074 > 2 0,1942 < B/6 12,9753 > 3 OK

5.4 Perhitungan Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah


Penulangan dinding penahan tanah kantilever meliputi tulangan bagian tumit,
tulangan bagian telapak dan tulangan bagian badan dinding penahan tanah.
Perhitungan manual terhadap kebutuhan tulangan dinding penahan tanah adalah
sebagai berikut ini.

5.4.1 Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah Tingkat Atas


Dinding penahan tanah tingkat atas yang direncanakan menggunakan dimensi
dan spesifikasi mutu yang telah ditentukan. Kodefikasi dimensi dinding penahan
tanah yang akan digunakan dalam perhitungan dapat dilihat pada Gambar 5.12
berikut ini.
80

Gambar 5.12 Kodefikasi Dimensi Dinding Penahan Tanah Kantilever Atas

Dimensi dinding penahan tanah tingkat atas dan spesifikasi mutu adalah
sebagai berikut.

H = 6,9 m
h1 = 5,3 m
h2 = 1 m
h3 = 0,6 m
ba = 0,3 m
b1 = 1,4 m
b2 = 2 m
bb = 0,6 m
B = 4 m
q = 10 kN/m2
Mutu Baja (fy) = 420 Mpa
Mutu Beton (f’c) = 25 Mpa
81

1. Perhitungan kebutuhan tulangan utama dinding vertikal


Diameter baja (∅) = 22 mm
Tebal dinding (Bb) = 600 mm
= 0,6 m
Selimut beton (Ts) = 75 mm
Tebal efektif (d) = 600 – 75 (1/2∅)
= 514 mm
= 0,514 m
Lebar ditinjau (b) = 1000 mm
= 1m

Momen Ultimit (Mu)


Mu = Pah ×(H-d)
( 3
)
= 235,9839348 kNm
= 235983934,8 Nmm
Փ = 0,8
Mn = Mu/Փ
= (235,9839348/0,8)
= 294,9799185
= Mn/100 x 108
= 294979918,5 Mpa

Tulangan yang diperlukan (As)


Rn = Mn
b × d2
= 294979918,5
1000 × 5142
= 1,116519245 Mpa
82

m = fy
0,85 × F'c
= 420
0,85 × 25
= 19,7647
𝜌𝑏 = 0,85 × β × fc' 600
×
fy 600 + fy

= 0,85 × 0,85 × 25 600


×
420 600 + 420
= 0,0253
ρmax = 0,75 × 𝜌𝑏
= 0,75 × 0,253
= 0,0189
ρmin = 1,4
fy

= 1,4
420
= 0,0033
ρ perlu = 1 2 × m × Rn
× (1 - √1 - )
m fy

= 1 2 × 19,7647 × 1,1165
× (1 - √1 - )
19,7647 420

= 0,0027
Cek Kondisi
ρmin < ρ perlu < ρmax
Maka ρ pakai adalah 0,0033.

Luas tulangan lentur yang dibutuhkan untuk setiap meter panjang


n = b/s + 1
= 1000/300 +1
= 5 buah tulangan
83

As perlu = ρ pakai × b × d
= 0,0033 × 1000 × 514
= 1713,3333 mm2
Tulangan yang digunakan adalah D22-300 dengan jumlah tulangan per
meter panjang sebanyak 5 buah tulangan sehingga,
As terpasang = 1
× π × ∅2 × n
4

= 1
× π × 222 × 5
4

= 1901,4286 mm2 > As perlu = 1713,3333 mm2, maka


tulangan terpasang cukup.

2. Perhitungan tulangan horizontal atau tulangan bagi dinding vertikal


Tulangan horizontal pada dasar dinding disesuaikan dengan SNI 2847-2013
pasal 14.3.3 adalah sebagai berikut.
As min = 0,002 × b × Bb
= 0,002 × 1000 × 600
= 1200 mm2
Sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 14.3.4, maka luas tulangan dibagi merata
menjadi dua sisi.
As = 0,05 × As min
= 0,05 ×1200
= 600 mm2
Tulangan yang digunakan adalah P13-300 dengan jumlah tulangan susut per
meter panjang sebanyak 5 buah tulangan sehingga,
n = b/s + 1
= 1000/300 +1
= 5 buah tulangan
As terpasang = 1
× π × ∅2 × n
4

= 1
× π × 132 × 5
4
84

= 664 mm2 > As perlu = 600 mm2, maka tulangan


terpasang cukup.

3. Desain terhadap geser


Digunakan diameter tulangan 13 mm.
Av = 2 × 1
× π × 𝑟2
4

= 2 × 1
× π × 132
4

= 265,5714 mm
= 2,66 m
d = t – selimut beton – 0,5 x ∅
= 518,5 mm
dg = (tinggi total – tinggi telapak)-(d/1000)
= 5,7815 mm
Vu = 83,9975 kN, jumlah Pah dengan h menggunakan dg
Vc = (1/6 × √fc' ) × 𝑏 × 𝑑

= 432,0833 kN
Փ𝑉 = Փ ×Vc
= 0,75 × 432,0833
= 324,0625 kN > Vu, maka aman terhadap geser.
Karena Փ𝑉 = Vc > Vu, maka dinding vertikal memakai tulangan geser
minimum
Smin = 3×Av×Fy
bw
= 557,7 mm
Maka, tulangan geser yang digunakan adalah D13-300

4. Desain tulangan bagian heel atau tumit


Diambil tebal pelat kaki (t) = 600 mm
Digunakan selimut beton = 75 mm
Digunakan diameter tulangan = 22 mm
85

qmax = qkaki = ∑V
× (1 + ( 6e⁄B ) < qult
B
= 115,8550 kN/m2 < 1486 kN/m2
qmin = qtumit = ∑V
× (1 - ( 6e⁄B ) > 0
B
= 62,2250 kN/m2 > 0
q = qmin + qmax - qmin
B
= 75,6325 kN/m2
Mu = 1/8 x q x B2
= 1/8 x 75,6325 x 42
= 151,2650268 kNm
= 151265026,8 Nmm

Tulangan yang diperlukan (As)


Փ = 0,8
Mn = Mu/Փ
= (151,2650268/0,8)
= 189,0812835
= Mn/100 x 108
= 189081283,5 Mpa
Rn = Mn
b × d2
= 189081283,5
1000 × 5142
= 0,715685641 Mpa
m = fy
0,85 × F'c
= 420
0,85 × 25
= 189,7647
86

𝜌𝑏 = 0,85 × β × fc' 600


×
fy 600 + fy
= 0,85 × 0,85 × 25 600
×
420 600 + 420
= 0,0253
ρmax = 0,75 × 𝜌𝑏
= 0,75 × 0,253
= 0,0189
ρmin = 1,4
fy
= 1,4
420
= 0,0033
ρ perlu = 1 2 × m × Rn
× (1 - √1 - )
m fy

= 1 2 × 19,7647 × 1,1165
× (1 - √1 - )
19,7647 420

= 0,0017
Cek Kondisi
ρmin < ρ perlu < ρmax
Maka ρ pakai adalah 0,0033.

Luas tulangan lentur yang dibutuhkan untuk setiap meter panjang


As perlu = ρ pakai × b × d
= 0,0033 × 1000 × 514
= 1713,3333 mm2
Tulangan yang digunakan adalah D22-300 dengan jumlah tulangan per meter
panjang sebanyak 5 buah tulangan sehingga,
n = b/s + 1
= 1000/300 +1
= 5 buah tulangan
87

As terpasang = 1
× π × ∅2 × n
4

= 1
× π × 222 × 5
4

= 1901,4286 mm2 > As perlu = 1713,3333 mm2, maka


tulangan yang terpasang cukup

5. Perhitungan kebutuhan tulangan geser pada pelat kaki atau telapak

Digunakan diameter tulangan 13 mm

Av = 2 × 1
× π × 𝑟2
4

= 2 × 1
× π × 132
4

= 265,5714 mm
= 2,66 m
d = t – selimut beton – 0,5 x ∅
= 518,5 mm
dg = (tinggi total – tinggi telapak)-(d/1000)
= 5,7815 mm
Vu = 83,9975 kN, jumlah Pah dengan h menggunakan dg
Vc = (1/6 × √fc' ) × 𝑏 × 𝑑

= 432,0833 kN
Փ𝑉 = Փ ×Vc
= 0,75 × 432,0833
= 324,0625 kN > Vu, maka aman terhadap geser.
Karena Փ𝑉 = Vc > Vu, maka dinding vertikal memakai tulangan geser
minimum
Smin = 3×Av×Fy
bw
= 557,7 mm
Maka, tulangan geser yang digunakan adalah D13-300
88

6. Desain tulangan horizontal telapak


Tulangan horizontal telapak tidak perlu diperhitungkan, namun tetap
direncanakan tulangan horizontal dan digunakan tulangan P13 – 300.

5.4.2 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah


Rekapitulasi keseluruhan perhitungan kebutuhan tulangan dinding penahan
tanah tipe kantilever bertingkat dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan Dinding Penahan Tanah


Tulangan Tulangan Tulangan
Tulangan Tulangan Tulangan
Pokok horizontal/bagi geser
Pokok geser horizontal/bagi
dinding dinding dinding
telapak telapak telapak
vertikal vertikal vertikal
D22-300 P13-300 D13-300 D22-300 D13-300 P13-300

5.4.3 Sketsa Penulangan Dinding Penahan Tanah


Berdasarkan keseluruhan perhitungan manual kebutuhan tulangan dinding
penahan tanah yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat didesain sketsa
penulangan dinding penahan tanah yang dapat dilihat pada Gambar 5.13 berikut ini.
89

Gambar 5.13 Sketsa Penulangan Dinding Penahan Tanah Kantilever


Berjenjang

5.5 Analisis Stabilitas Lereng Asli Tanpa Perkuatan Menggunakan Program


PLAXIS 8.6
Analisis yang dilakukan pada lereng asli pada lokasi tinjauan sebelum diberi
perkuatan bertujuan untuk mendapatkan nilai faktor keamanan dari lereng tersebut
sehingga dapat diketahui apakah lereng memerlukan perkuatan atau tidak. Analisis
dilakukan dengan bantuan program Plaxis 8.6 dengan membuat permodelan
menggunakan data potongan melintang lereng pada lokasi tinjauan dan data
parameter tanah yang didapatkan setelah melakukan investigasi tanah. Permodelan
lereng meliputi geometri lereng, input parameter tanah, dan input beban lalu lintas
dan perkerasan yang digambarkan sebagai beban merata sebesar 10 kN/m2.
90

Analisis stabilitas lereng asli pada lokasi tinjauan akan dilakukan dengan
membuat 2 permodelan, yaitu permodelan kondisi normal dan permodelan kondisi
ekstrem atau muka air tanah sangat rendah. Hal ini dilakukan agar didapatkan data
dari kondisi ideal dan kondisi dengan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi
guna memaksimalkan perencanaan perkuatan dinding penahan tanah. Data
parameter tanah setiap lapisan dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8 Data Parameter Tanah Setiap Lapisan


Material γ γ V 𝜙
Lapisan Material Model Eref cref
Type sat unsat (nu) (phi)
1 = (0-2 m) Mohr-Coulomb UnDrained 13 11,8 3000 0,35 19,32 29,312
2 = (2-4 m) Mohr-Coulomb UnDrained 20 18,6 21000 0,35 19,32 29,312
3 = (4-6 m) Mohr-Coulomb UnDrained 20 18,6 21000 0,35 19,32 29,312
4 = (6-8 m) Mohr-Coulomb UnDrained 18 16,7 7000 0,35 19,32 36,400
5 = (8-10 m) Mohr-Coulomb UnDrained 18 16,7 9000 0,35 19,32 38,150
6 = (10-12 m) Mohr-Coulomb UnDrained 18 16,7 8000 0,35 19,32 36,800
7 = (12-14 m) Mohr-Coulomb Drained 20 18,6 13000 0,30 19,32 38,800
8 = (14 m) Mohr-Coulomb Drained 20 18,6 13000 0,30 19,32 42,000
(sumber: PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia, 2020)

5.5.1 Analisis Stabilitas Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal


Analisis dengan menggunakan program Plaxis 8.6 terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu tahapan Input atau memasukan data-data yang diperlukan, selanjutnya adalah
tahapan Calculation atau kalkulasi yang berarti Plaxis akan mulai mengolah data-
data yang telah dimasukkan pada tahapan sebelumnya dan terakhir adalah tahapan
Output dimana hasil akhir dari analisis telah dapat dicermati.

1. Tahapan Input pada analisis lereng asli tanpa perkuatan kondisi normal
Pada tahapan input hal pertama yang dilakukan adalah melakukan permodelan
awal atau tahapan input geometry pada lereng asli tanpa perkuatan kondisi
normal. Hasil penggambaran geometri dapat dilihat pada Gambar 5.14 berikut
ini.
91

Gambar 5.14 Permodelan Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Normal

Selanjutnya adalah melakukan penggambaran meshing dengan tingkat


ketelitian meshing yang digunakan adalah pada tingkat medium. Hasil
penggambaran general meshing dapat dilihat pada Gambar 5.15 berikut ini.

Gambar 5.15 General Meshing pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Normal
92

Selanjutnya adalah melakukan input tekanan air pori dengan sebelumnya


menentukan tinggi muka air tanah yang berada sesuai dengan elevasi muka air
normal pada sungai. Hasil dari input initial stresses atau tekanan air pori dapat
dilihat pada Gambar 5.16 berikut ini.

Gambar 5.16 Tekanan Air Pori pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi
Normal

2. Tahapan kalkulasi pada lereng asli tanpa perkuatan kondisi normal


Setelah semua data telah dimasukan dan semua permodelan telah digambar
pada tahapan Input, maka selanjutnya dilakukan tahap kalkulasi dengan
merencanakan beberapa fase analisis. Fase pertama adalah gravity load atau
beban gravitasi, kedua adalah beban akibat tanah, ketiga adalah beban
perkerasan dan lalu lintas, keempat adalah konsolidasi dan terakhir adalah
faktor keamanan. Hasil keseluruhan dari tahapan kalkulasi dapat dilihat pada
Gambar berikut 5.17 berikut ini.
93

Gambar 5.17 Tahapan Kalkulasi pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Normal

3. Tahapan Output dan Curves pada lereng asli tanpa perkuatan kondisi normal
Angka faktor keamanan yang didapatkan pada analisis lereng asli tanpa
perkuatan kondisi normal adalah sebesar 1,2191 < 1,5 hal ini menunjukan
bahwa lereng dalam kondisi kritis namun tidak langsung collapse. Hasil output
faktor keamanan dan bidang longsor yang dikeluarkan melalui program Plaxis
8.6 dapat dilihat pada Gambar 5.18 berikut ini.
94

Gambar 5.18 Bidang Longsor pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Normal

Perpindahan total yang terjadi pada lereng tanpa perkuatan dengan kondisi
normal dapat dilihat pada Gambar 5.19 berikut ini.
95

Gambar 5.19 Perpindahan Total pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Normal

Penurunan tanah yang terjadi akibat konsolidasi pada lereng tanpa perkuatan
adalah sebesar 0,0399 m yang terjadi dalam waktu 1 tahun. Konsolidasi tanah
yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.20 berikut ini.

Gambar 5.20 Konsolidasi dan Arah Penurunan Tanah pada Lereng Tanpa
Perkuatan Kondisi Normal

Didapatkan grafik antara faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi melalui
program Plaxis Curves setelah analisis output selesai dilakukan. Grafik antara
faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi pada lereng asli tanpa perkuatan
dapat dilihat pada Gambar 5.21 berikut ini.
96

Gambar 5.21 Grafik SF vs Perpindahan Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Normal

5.5.2 Analisis Stabilitas Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi Ekstrem atau Muka
Air Tanah Rendah
Pada analisis lereng tanpa perkuatan juga dipertimbangkan kemungkinan
lereng berada dalam kondisi paling ekstrim. Kondisi ekstrem yang dimaksud adalah
ketika muka air tanah berada pada elevasi yang sangat rendah dan mengakibatkan
tanah memiliki tekanan air pori yang sangat kecil atau juga dapat disebut kondisi
ketika sungai kering. Secara umum, tahapan analisis yang dilakukan melalui
program Plaxis 8.6 relatif serupa dengan tahapan analisis yang dilakukan pada
lereng tanpa perkuatan dengan kondisi normal. Perbedaan yang dapat menjadi poin
perhatian adalah pada tahapan input muka air tanah.

1. Tahapan Input pada analisis lereng asli tanpa perkuatan kondisi ekstrem

Permodelan tekanan air pori yang dilakukan pada lereng tanpa perkuatan
kondisi ekstrim dapat dilihat pada Gambar 5.22 berikut ini.
97

Gambar 5.22 Tekanan Air Pori pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi
Ekstrem

2. Tahapan kalkulasi pada lereng asli tanpa perkuatan kondisi Jenuh


Pada hasil kalkulasi dari analisis pada lereng tanpa perkuatan kondisi ekstrem
juga didapatkan hasil lebih tidak stabil jika dibandingkan dengan lereng dengan
kondisi normal, hal ini disebabkan oleh tanah yang tidak stabil akibat tekanan
air pori yang sangat kecil. Hasil keseluruhan dari tahapan kalkulasi dapat dilihat
pada Gambar berikut 5.23 berikut ini.
98

Gambar 5.23 Tahapan Kalkulasi pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Ekstrem

3. Tahapan Output dan Curves pada lereng asli tanpa perkuatan kondisi Ekstrim
Angka faktor keamanan yang didapatkan pada analisis lereng asli tanpa
perkuatan kondisi ekstrem adalah sebesar 1,1449 < 1,5 hal ini menunjukan
bahwa lereng dalam kondisi kritis dan dibutuhkan adanya perkuatan tanah.
Hasil output faktor keamanan dan bidang longsor yang dikeluarkan melalui
program Plaxis 8.6 dapat dilihat pada Gambar 5.24 berikut ini.
99

Gambar 5.24 Bidang Longsor pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Ekstrem

Perpindahan total yang terjadi pada lereng tanpa perkuatan dengan kondisi
normal dapat dilihat pada Gambar 5.25 berikut ini.
100

Gambar 5.25 Perpindahan Total pada Lereng Tanpa Perkuatan Kondisi


Ekstrem

Konsolidasi tanah yang terjadi pada lereng tanpa perkuatan adalah sebesar
0,0502 m yang terjadi dalam waktu 1 tahun. Angka konsolidasi tanah yang
didapatkan lebih besar jika dibandingkan dengan lereng kondisi normal yang
memiliki angka konsolidasi tanah sebesar 0,0399 m per tahun. Konsolidasi
tanah yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.26 berikut ini.

Gambar 5.26 Konsolidasi dan Arah Pergerakan Tanah pada Lereng Tanpa
Perkuatan Kondisi Ekstrem

Selanjutnya, Didapatkan grafik antara faktor keamanan dan perpindahan yang


terjadi melalui program Plaxis Curves setelah analisis output selesai dilakukan.
Grafik antara faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi pada lereng asli
tanpa perkuatan kondisi ekstrim dapat dilihat pada Gambar 5.27 berikut ini.
101

Gambar 5.27 Grafik SF vs Perpindahan pada Lereng Tanpa Perkuatan


Kondisi Ekstrem

5.5.3 Rekapitulasi Hasil Analisis menggunakan Program Plaxis 8.6 pada


Lereng tanpa Perkuatan dengan Kondisi Normal
Rekapitulasi hasil keseluruhan analisis menggunakan program Plaxis 8.6 pada
lereng tanpa perkuatan dengan kondisi normal dan ekstrem dapat dilihat pada Tabel
5.9 berikut ini.

Tabel 5.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Lereng tanpa Perkuatan


Kondisi Safety Factor Global Konsolidasi
Normal 1,2191 0,0399 m
Ekstrem 1,1449 0,0502 m

5.6 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Menggunakan Program


PLAXIS 8.6
Setelah dilakukan berbagai analisis mulai dari analisis stabilitas lereng asli
secara manual menggunakan metode Fellenius dan analisis menggunakan program
Plaxis 8.6 terkait nilai faktor kemanan, angka konsolidasi tanah dan telah diketahui
102

bahwa lereng dalam keadaan kritis maka selanjutnya dilakukan analisis stabilitas
lereng yang telah diberi perkuatan untuk dapat melihat apakah perkuatan tanah yang
digunakan yaitu dinding penahan tanah tipe kantilever dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi atau tidak. Analisis stabilitas lereng dengan perkuatan
tanah juga akan dilakukan dalam 2 kondisi yaitu kondisi normal dan kondisi ekstrim
atau jenuh air.

5.6.1 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal


Analisis dengan menggunakan program Plaxis 8.6 terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu tahapan Input, tahapan Kalkulasi dan tahapan Output.

1. Tahapan Input pada analisis lereng dengan perkuatan kondisi normal


Pada tahapan input hal pertama yang dilakukan adalah melakukan permodelan
awal atau tahapan input geometry pada lereng dengan perkuatan kondisi normal.
Hasil penggamabaran geometri dapat dilihat pada Gambar 5.28 berikut ini.

Gambar 5.28 Permodelan Lereng dengan Perkuatan Kondisi Normal


103

Selanjutnya adalah melakukan penggambaran meshing dengan tingkat


ketelitian meshing yang digunakan adalah pada tingkat medium. Hasil
penggambaran general meshing dapat dilihat pada Gambar 5.29 berikut ini.

Gambar 5.29 General Meshing pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Normal

Selanjutnya adalah melakukan input tekanan air pori dengan sebelumnya


menentukan tinggi muka air tanah yang berada sesuai dengan elevasi muka air
normal pada sungai. Hasil dari input initial stresses atau tekanan air pori dapat
dilihat pada Gambar 5.30 berikut ini.
104

Gambar 5.30 Tekanan Air Pori pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi
Normal

2. Tahapan kalkulasi pada lereng dengan perkuatan kondisi normal


Setelah semua data telah dimasukan dan semua permodelan telah digambar
pada tahapan Input, maka selanjutnya dilakukan tahap kalkulasi dengan
merencanakan beberapa fase analisis. Fase pertama adalah gravity load atau
beban gravitasi, kedua adalah beban DPT dan berat tanah, ketiga adalah beban
perkerasan dan lalu lintas, keempat adalah konsolidasi, Kelima adalah faktor
keamanan dan yang terakhir adalah faktor gempa. Hasil keseluruhan dari
tahapan kalkulasi dapat dilihat pada Gambar berikut 5.31 berikut ini.
105

Gambar 5.31 Tahapan Kalkulasi pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Normal

3. Tahapan Output dan Curves pada lereng dengan perkuatan kondisi normal
Angka faktor keamanan yang didapatkan pada analisis lereng dengan perkuatan
pada kondisi normal adalah sebesar 1,7823 > 1,5. Hasil output faktor keamanan
dan bidang longsor yang dikeluarkan melalui program Plaxis 8.6 dapat dilihat
pada Gambar 5.32 berikut ini.
106

Gambar 5.32 Bidang Longsor Pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Normal

Perpindahan total yang terjadi pada lereng dengan perkuatan dengan kondisi
normal dapat dilihat pada Gambar 5.33 berikut ini.
107

Gambar 5.33 Perpindahan Total pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Normal

Konsolidasi tanah yang terjadi pada lereng dengan perkuatan kondisi normal
adalah sebesar 0,0276 m yang terjadi dalam waktu 1 tahun. Konsolidasi tanah
yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.34 berikut ini.
108

Gambar 5.34 Konsolidasi dan Arah Pergerakan Tanah pada Lereng


dengan Perkuatan Kondisi Normal

Didapatkan grafik antara faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi melalui
program Plaxis Curves setelah analisis output selesai dilakukan. Grafik antara
faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi pada lereng dengan perkuatan
kondisi normal dapat dilihat pada Gambar 5.35 berikut ini.
109

Gambar 5.35 Grafik SF vs Perpindahan pada Lereng dengan Perkuatan


Kondisi Normal

Angka keamanan yang didapatkan dengan memperhitungkan koefisien gempa


dalam melakukan analisis dengan program Plaxis 8.6 adalah sebesar 1,1163.
Analisis gempa yang dilakukan menggunakan metode input file dengan tipe
smc agar program Plaxis 8.6 dapat menerjemahkan respons spektrum yang
terjadi berdasarkan koefisien gempa pada daerah tinjauan. Grafik antara angka
kemanan gempa dan perpindahan yang terjadi pada lereng dengan perkuatan
kondisi normal dapat dilihat pada Gambar 5.36 berikut ini.
110

Gambar 5.36 Grafik SF Gempa vs Perpindahan pada Lereng dengan


Perkuatan Kondisi Normal

5.6.2 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem atau


Muka Air Tanah Rendah
Analisis stabilitas lereng dengan perkuatan kondisi ekstrem menggunakan
program Plaxis 8.6 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu tahapan Input, tahapan Kalkulasi
dan tahapan Output.

1. Tahapan Input pada analisis lereng dengan perkuatan kondisi ekstrem


Pada tahapan input permodelan geometri hingga generating mesh pada analisis
lereng dengan perkuatan kondisi ekstrem serupa dengan permodelan geometri
pada lereng dengan perkuatan kondisi normal, perbedaan pada kondisi ekstrim
terletak pada input muka air tanah yang diletakan pada elevasi yang sangat
rendah dan tekanan air pori menjadi sangat kecil. Hal ini bertujuan untuk
memodelkan agar lereng menjadi sangat kering dan kurang stabil. Permodelan
tekanan air pori yang dilakukan pada lereng tanpa perkuatan kondisi ekstrem
dapat dilihat pada Gambar 5.37 berikut ini.
111

Gambar 5.37 Tekanan Air Pori pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi
Ekstrem

2. Tahapan kalkulasi pada lereng dengan perkuatan kondisi ekstrem


Setelah semua data telah dimasukan dan semua permodelan telah digambar
pada tahapan Input, maka selanjutnya dilakukan tahap kalkulasi dengan
merencanakan beberapa fase analisis. Fase pertama adalah gravity load atau
beban gravitasi, kedua adalah beban DPT dan berat tanah, ketiga adalah beban
perkerasan dan lalu lintas, keempat adalah konsolidasi, Kelima adalah faktor
keamanan dan yang terakhir adalah faktor gempa. Hasil keseluruhan dari
tahapan kalkulasi dapat dilihat pada Gambar berikut 5.38 berikut ini.
112

Gambar 5.38 Tahapan Kalkulasi pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Ekstrem

3. Tahapan Output dan Curves pada lereng dengan perkuatan kondisi Ekstrem
Angka faktor keamanan yang didapatkan pada analisis lereng dengan perkuatan
pada kondisi normal adalah sebesar 1,7556 > 1,5. Hasil output faktor keamanan
dan bidang longsor yang dikeluarkan melalui program Plaxis 8.6 dapat dilihat
pada Gambar 5.39 berikut ini.
113

Gambar 5.39 Bidang Longsor pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Ekstrem

Perpindahan total yang terjadi pada lereng dengan perkuatan dengan kondisi
ekstrem dapat dilihat pada Gambar 5.40 berikut ini.
114

Gambar 5.40 Perpindahan Total pada Lereng dengan Perkuatan Kondisi


Ekstrem

Konsolidasi tanah yang terjadi pada lereng dengan perkuatan kondisi ekstrem
adalah sebesar 0,0507 m yang terjadi dalam waktu 1 tahun. Konsolidasi tanah
yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.41 berikut ini.

Gambar 5.41 Konsolidasi dan Arah Pergerakan Tanah pada Lereng


dengan Perkuatan Kondisi Ekstrem

Didapatkan grafik antara faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi melalui
program Plaxis Curves setelah analisis output selesai dilakukan. Grafik antara
faktor keamanan dan perpindahan yang terjadi pada lereng dengan perkuatan
kondisi ekstrim dapat dilihat pada Gambar 5.42 berikut ini.
115

Gambar 5.42 Grafik SF vs Perpindahan pada Lereng dengan Kondisi


Ekstrem

Angka keamanan yang didapatkan dengan memperhitungkan koefisien gempa


dalam melakukan analisis dengan program Plaxis 8.6 adalah sebesar 1,0452.
Analisis gempa yang dilakukan menggunakan metode input file dengan tipe
smc agar program Plaxis 8.6 dapat menerjemahkan respon spectrum yang
terjadi berdasarkan koefisien gempa pada daerah tinjauan. Grafik antara angka
kemanan gempa dan perpindahan yang terjadi pada lereng dengan perkuatan
kondisi ekstrem dapat dilihat pada Gambar 5.43 berikut ini.
116

Gambar 5.43 Grafik SF Gempa vs Perpindahan pada Lereng dengan


Perkuatan Kondisi Ekstrem

5.6.3 Rekapitulasi Hasil Analisis menggunakan Program Plaxis 8.6 pada


Lereng tanpa Perkuatan dengan Kondisi Normal dan Ekstrem
Rekapitulasi hasil keseluruhan analisis menggunakan program Plaxis 8.6 pada
lereng tanpa perkuatan dengan kondisi normal dan ekstrem dapat dilihat pada Tabel
5.10 berikut ini.

Tabel 5.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Lereng dengan Perkuatan


Kondisi Safety Factor Global Safety Factor Gempa Konsolidasi
Normal 1,7823 1,1163 0,0276 m
Ekstrem 1,7556 1,0452 0,0507 m

5.7 Pembahasan
5.7.1 Kondisi Umum
Analisis stabilitas terhadap lereng yang dilakukan bertujuan untuk
memperoleh nilai angka keamanan terhadap longsor dan juga angka konsolidasi
tanah. Analisis dilakukan dengan memperhitungkan 2 kondisi, yaitu kondisi tanah
normal dan kondisi elevasi muka air tanah sangat rendah atau ekstrem. Pada kondisi
normal yang dimaksudkan adalah kondisi dimana tekanan air pori berada dalam
keadaan normal yaitu sesuai dengan elevasi muka air sungai normal, artinya pada
kondisi normal juga sebenarnya lereng berada dalam keadaan jenuh air hanya saja
masih dalam kondisi yang wajar. Sedangkan, pada kondisi lereng dengan muka air
tanah sangat rendah atau kondisi ekstrem kondisi tekanan air pori berada pada
tingkat yang diasumsikan sangat kecil dengan penentuan elevasi muka air tanah
hingga mencapai elevasi terendah dari dinding penahan tanah.

Analisis dilakukan dengan metode manual dan bantuan program Plaxis 8.6.
Analisis manual yang dilakukan yaitu, Perhitungan stabilitas lereng asli dengan
menggunakan metode Fellenius untuk mengetahui angka kemanan lereng asli,
117

perhitungan stabilitas eksternal DPT untuk mengetahui keamanan terhadap geser,


guling, kapasitas daya dukung tanah dan perhitungan kebutuhan tulangan pada
DPT. Analisis dengan bantuan program Plaxis 8.6 digunakan untuk mengetahui
angka keamanan global, konsolidasi yang terjadi serta angka kemanan terhadap
faktor gempa. Secara umum program Plaxis 8.6 digunakan untuk membantu proses
analisis yang membutuhkan sangat banyak iterasi dan sangat sulit jika dilakukan
dengan perhitungan manual. Terakhir, parameter beban merata yang digunakan
didapatkan dari akumulasi dari beban lalu lintas dan beban perkerasan dengan total
10 kN/m2.

5.7.2 Analisis Stabilitas Lereng Eksisting menggunakan Plaxis 8.6 dan Metode
Fellenius
Hasil analisis lereng eksisting dengan mengguanakan program Plaxis 8.6
didapatkan SF sebesar 1,2282 < 1,5 pada keadaan tanpa perkerasan dan SF sebesar
1,1434 < 1,5 pada keadaan diberi beban perkerasan. Berdasarkan hasil analisis yang
diperoleh telah sesuai dengan keadaan lereng eksisting yang sebelumnya telah
mengalami kelongsoran dan memiliki potensi yang cukup besar untuk kembali
mengalami kelongsoran, maka dari itu diperlukan adanya perkuatan tanah.

Hasil analisis lereng asli dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi
bidang longsor lereng menjadi 8 bagian pias dan didapatkan SF sebesar 1,20787 <
1,5 secara global. Berdasarkan hasil yang didapatkan jika mengacu kepada tabel 3.2
tentang faktor keamanan lereng menurut Bowles (1989), Hal ini menunjukan lereng
dalam keadaan kritis dan pernah terjadi longsor sebelumnya. Maka dari itu,
diperlukan adanya perencanaan perkuatan tanah pada lereng tersebut.

5.7.3 Analisis Stabilitas Eksternal Dinding Penahan Tanah Kantilever


Hasil stabilitas eksternal menggunakan perhitungan manual pada dinding
penahan tanah kantilever digunakan untuk mengetahui angka faktor kemanan
terhadap guling, geser dan kapasitas daya dukung tanah.

Hasil perhitungan yang diperoleh pada dinding penahan tanah berjenjang


terhadap stabilitas guling sebesar 3,5109, hasil tersebut telah memenuhi syarat
118

angka aman sebesar 2. Hasil terhadap stabilitas geser sebesar 3,3074, hasil tersebut
juga telah memenuhi angka aman sebesar 2. Hasil terhadap kapasitas daya dukung
tanah sebesar 12,9753, hasil tersebut juga telah memenuhi angka aman sebesar 3.
Dengan begitu, maka secara keseluruhan bangunan dinding penahan tanah
berjenjang telah memenuhi syarat-syarat stabilitas eksternal.

5.7.4 Analisis Stabilitas Lereng Asli tanpa Perkuatan Menggunakan Plaxis 8.6
Hasil analisis pada lereng asli tanpa perkuatan dengan kondisi normal
didapatkan SF global sebesar 1,2191 dengan konsolidasi sebesar 0,0399 meter.
Hasil tersebut menunjukan lereng pada keadaan relatif kurang aman karena angka
SF global masih kurang dari 1,5. Sedangkan, hasil analisis pada lereng asli tanpa
perkuatan dengan kondisi ekstrem didapatkan SF global sebesar 1,1449 dengan
konsolidasi sebesar 0,0502 meter. Hasil tersebut menunjukan lereng pada keadaan
relatif kurang aman karena angka SF global masih kurang dari 1,5. Pada program
Plaxis, pembacaan angka kemanan yang disyaratkan harus lebih dari 1 agar lereng
dapat disimpulkan tidak collapse atau runtuh. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, lereng pada 2 kondisi diatas menunjukan perilaku lereng tidak collapse
atau runtuh, karena SF yang didapatkan tergolong lebih dari 1, hanya saja memiliki
SF global yang relatif kecil.

5.7.5 Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Menggunakan Plaxis 8.6


Permodelan geometri pada analisis dengan perkuatan telah menggunakan
struktur tanah yang berbeda dibandingkan dengan permodelan geometri lereng asli.
Hasil analisis pada lereng dengan perkuatan pada kondisi normal didapatkan SF
global sebesar 1,7823 dengan konsolidasi sebesar 0,0276 meter. Hasil tersebut
menunjukan lereng pada keadaan aman karena angka SF global lebih dari 1,5.
Sedangkan, hasil analisis pada lereng dengan perkuatan pada kondisi ekstrim
didapatkan SF global sebesar 1,7556 dengan konsolidasi sebesar 0,0507 meter.
Hasil tersebut menunjukan lereng pada keadaan relatif aman karena angka SF
global masih lebih dari 1,5. Akan tetapi memiliki angka penurunan tanah akibat
konsolidasi yang lebih besar.
119

Mengacu pada tabel 3.1 terkait persyaratan faktor keamanan oleh Dinas
Pekerjaan Umum, angka tersebut telah relatif aman karena telah lebih dari 1,2. Pada
program Plaxis, pembacaan angka kemanan yang disyaratkan harus lebih dari 1
agar lereng dapat disimpulkan tidak collapse atau runtuh. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan, lereng pada 2 kondisi diatas menunjukan perilaku lereng tidak
collapse atau runtuh.

5.7.6 Analisis Faktor Gempa pada Lereng dengan Perkutan Menggunakan


Plaxis 8.6
Analisis faktor kemanan terhadap gempa diperlukan karena lokasi tinjauan
berada pada daerah rawan bencana yang termasuk pada deretan ring of fire atau
cincin api pasifik dengan koefisien gempa sebesar 1,0 – 1,2 g berdasarkan peta
zonasi gempa Indonesia PGA SNI 1726:2012, mengacu pada SNI tersebut maka
diambil koefisien gempa range terbesar yaitu 1,2 g. Analisis pada program Plaxis
8.6 dilakukan dengan melakukan input file smc yang bersumber dari gempa
Whittier Narrows, California (1987) sehingga Plaxis dapat menerjemahkan respons
spektrum yang terjadi berdasarkan koefisien gempa daerah tinjauan penelitian.
Hasil analisis pada lereng dengan perkuatan pada kondisi normal didapatkan SF
gempa global sebesar 1,1163 dan pada lereng dengan perkuatan pada kondisi
ekstrem didapatkan SF gempa global sebesar 1,0452. Angka SF global yang
didapatkan pada kedua kondisi tersebut tergolong rendah akan tetapi masih lebih
dari 1, maka dapat disimpulkan lereng tidak runtuh/collapse.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis stabilitas lereng dengan
perkuatan dinding penahan tanah berjenjang yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut.
1. Hasil analisis lereng eksisting dengan menggunakan program Plaxis 8.6
didapatkan SF sebesar 1,2282 < 1,5 pada keadaan tanpa perkerasan dan SF
sebesar 1,1434 < 1,5 pada keadaan diberi beban perkerasan. Selanjutnya,
Berdasarkan analisis lereng eksisting dengan perhitungan manual metode
Fellenius dengan SF sebesar 1,20787. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa
lereng berada pada kondisi kritis atau rawan longsor dan telah mengalami
kelongsoran sebelumnya.
2. Angka faktor keamanan pada lereng tinjauan adalah sebagai berikut:
a. kondisi normal memiliki SF sebesar 1,2191 sebelum diperkuat,
b. kondisi ekstrem memiliki SF sebesar 1,1449 sebelum diperkuat,
c. kondisi normal memiliki SF sebesar 1,7823 setelah diperkuat,
d. kondisi ekstrem memiliki SF sebesar 1,7556 setelah diperkuat,
e. kondisi normal memiliki SF gempa sebesar 1,1163 setelah diperkuat, dan
f. kondisi ekstrem memiliki SF gempa sebesar 1,0452 setelah diperkuat.
3. Angka penurunan tanah akibat konsolidasi pada pada lereng tinjauan adalah
sebagai berikut:
a. kondisi normal memiliki angka sebesar 0,0399 meter sebelum diperkuat,
b. kondisi ekstrem memiliki angka sebesar 0,0502 meter sebelum diperkuat,
c. kondisi normal memiliki angka sebesar 0,0276 meter setelah diperkuat, dan
d. kondisi ekstrem memiliki angka sebesar 0,0507 meter setelah diperkuat.

120
121

4. Berdasarkan analisis dengan perhitungan manual terhadap stabilitas eksternal


dinding penahan tanah tipe kantilever didapatkan hasil sebagai berikut:
a. cek terhadap stabilitas guling memiliki SF sebesar 3,5109 > 2,
b. cek terhadap stabilitas geser memiliki SF sebesar 3,3074 > 2, dan
c. cek terhadap kapasitas daya dukung tanah memiliki SF sebesar 12,9753 > 3
5. Berdasarkan perhitungan manual kebutuhan penulangan standar diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. tulangan pokok dinding vertikal digunakan D22-300,
b. tulangan geser dinding vertikal digunakan D13-300,
c. tulangan horizontal/bagi dinding vertikal digunakan P13-300,
d. tulangan pokok telapak digunakan D22-300,
e. tulangan geser telapak digunakan D13-300, dan
f. tulangan horizontal/bagi telapak digunakan P13-300.
122

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan analisis stabilitas lereng dengan
dinding penahan tanah berjenjang yang telah dilakukan dengan perhitungan manual
dan bantuan program Plaxis 8.6 adalah sebagai berikut.

1. Dalam merencanakan sebuah perkuatan tanah sebaiknya dilakukan perhitungan


dengan lengkap, mulai dari perhitungan manual dan analisis menggunakan
bantuan program metode elemen hingga seperti Plaxis 8.6 yang dapat
melakukan analisa dengan tingkat kompleksitas yang tinggi dan dapat
melakukan iterasi dalam jumlah yang tinggi untuk mendukung hasil dari
perhitungan manual agar hasil yang didapat akan dapat dipertanggungjawabkan
dengan lebih baik.
2. Penelitian ini masih memiliki kemungkinan untuk dapat dikembangkan dengan
memodifikasi jenis perkuatan tanah yang digunakan maupun memodifikasi
parameter tanah dan berbagai variasi metode analisis yang lain.
3. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan software atau program
geoteknik yang lain seperti SLOPE/W dan lain-lain. Selanjutnya diharapkan
agar dapat memahami pengoperasian software dengan mendalam dan
menggunakan standar perhitungan yang layak agar didapatkan hasil
perencanaan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, N. 2018. ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH DAN


PERENCANAAN PERKUATAN LERENG MENGGUNAKAN
GEOTEKSTIL PADA BANTARAN SUNGAI GAJAH PUTIH. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. SNI 1726:2012.
Jakarta. Indonesia.

Bowles, J. E. 1989. Sifat-Sifat Fisik dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.


Indonesia.

Das, B. M. 2010. Principles of Geotechnical Engineering. Stamford: Global


Engineering.

Das, B. M. 2011. Principles of Foundation Engineering. Stamford: Global


Engineering.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Rekayasa Penanganan Keruntuhan Lereng


pada Tanah Residual dan Batuan. Jakarta. Indonesia.

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Modul Pelatihan Geosintetik Volume 3:


Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan Tanah dengan Geosintetik.
Jakarta. Indonesia.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Analisis dan Perancangan Fondasi 1. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

123
124

Hardiyatmo, H. C. 2003. Analisis dan Perancangan Fondasi 2. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Hardiyatmo, H. C. 2003. Mekanika Tanah 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Kurniawan, D. 2019. ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH DAN


SHEET PILE BAJA PADA LERENG JALAN TOL BALIKPAPAN-
SAMARINDA STA 2+850 – 3+050. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.

MARGA, D. P., & TEKNIK, D. B. 2009. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perkuatan Tanah dengan Geosintetik. Jakarta Selatan: Badan Standar
Nasional.

Mochtar, N. E., & Mochtar, I. B. 1994. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa


Geoteknis) Jilid 2. Jakarta: ERLANGGA.

Mochtar, N. E., & Mochtar, I. B. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa


Geoteknis) Jilid 1. Jakarta: ERLANGGA.

Nurtanti, E. Z. 2019. ANALISIS PERKUATAN TANAH DENGAN


MENGGUNAKAN DINDING PENAHAN TANAH BETON BERTULANG
DAN DINDING TURAP BAJA DENGAN PROGRAM PLAXIS 8.6 PADA
SUNGAI PABELAN. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Panguriseng, D. 2001. Stabilisasi Tanah. Makassar: Universitas "45" Makassar.

PT. Intimulya Multikencana KSO Maxitech Utama Indonesia. 2020. Laporan


Penyelidikan Tanah dengan Bor Mesin Sondir dan Bor Tangan. Padang.
Indonesia.

Setiawan, W. H. 2019. PERENCANAAN ULANG PERKUATAN TANAH TEBING


KALI CODE MENGGUNAKAN DINDING PENAHAN TANAH TIPE
KANTILEVER DAN GEOTEKSTIL. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
125

Winanda, R. A. 2017. PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH


CONCRETE CANTILEVER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM
PLAXIS (Studi Kasus : Jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala Krui
KM.264+600). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
LAMPIRAN

126
Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Tugas Akhir

126
127
Lampiran 2 Borlog Panti Rao

127
128
Lampiran 3 Hasil Pengujian N-SPT Panti Rao

128
129
Lampiran 4 Resume Pengujian Lab 5,55 – 6,00 m

129
130
Lampiran 5 Resume Pengujian Lab 13,55 – 14,00 m

130
131
Lampiran 6 Potongan Melintang P.34 Saluran Irigasi Panti Rao Setelah Diberi Perkuatan

131
132

Anda mungkin juga menyukai