Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Secara geografis dan geologis Indonesia sebenarnya rawan terhadap bencana,


seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin
kencang bahkan kebakaran hutan. Bencana ini menimbulkan kerugian dan kerusakan
yang sangat parah. Bencana, utamanya bencana alam sebagai fenomena geografis,
geologis dan geofisis tidak dapat dicegah terjadinya oleh manusia.
Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya untuk meredam
dampaknya dan memperkecil korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang diakibatkan
oleh bencana. Jadi penanganan bencana bukan mencegah untuk terjadinya melainkan
mencegah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh bencana dan memperkecil korban
jiwa, kerugian secara ekonomis dan kerusakannya.
Sudah sejak lama masyarakat tradisional bisa mengantisipasi terjadinya
bencana karena mereka mampu melakukan prediksi, previsi dan preservasi secara
langsung. Masalahnya adalah pada era informasi dan teknologi seperti sekarang ini
apakah masih mengandalkan pengetahuan dan naluri tradisional dalam penanganan
bencana.
Selain bencana alam ada juga bencana non alam seperti konflik sosial, epidemi,
wabah penyakit serta kegagalan teknologi. Kegagalan teknologi adalah semua kejadian
bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian dan kelalaian serta
kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri.

A. Definisi bencana

Menurut Purnomo (2009), Bencana adalah situasi yang kedatangannya tidak


terduga oleh kita sebelumnya, dimana dalam kondisi itu bisa terjadi kerusakan,
kematian bagi manusia atau benda-benda maupun rumah serta segala perabot 10
yang kita miliki dan tidak menutup kemungkinan juga hewan dan tumbuh-tumbuhan
untuk mati. Sedangkan bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian
alam. Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau situasi tertentu
dalam waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda. Bencana sering
menimbulkan kepanikan masyarakat dan menyebabkan penderitaan dan kesedihan
yang berkepanjangan, seperti: luka, kematian, tekanan ekonomi akibat hilangnya usaha
atau pekerjaan dan kekayaan harta benda, kehilangan anggota keluarga serta
kerusakan infrastruktur dan lingkungan.

Menurut Diva (2014) Bencana alam adalah peristiwa yang terjadi di alam yang
kenyataannya dapat dampak besar bagi populasi perkembangan mahluk hidup, baik
manusia, tumbuhan, ataupun hewan.

Menurut Qoria (2014) Bencana alam adalah seraingkain peristiwa yang


berakibat mengancam populasi dan perkembangan manusia.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa


atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah


sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana
dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat.

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto (2012),
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan
kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan
lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia
guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker
(1992) dalam dikutip Wijayanto (2012), bencana adalah sebuah kejadian yang tidak
biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya
merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat,
komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat
luas.

Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (BNPB,2008).
Bencana alam atau musibah yang menimpa di suatu negara dapat saja datang
secara tiba-tiba, sehingga masyarakat yang berada di lokasi musibah bencana, tidak
sempat melakukan antisipasi pencegahan terhadap musibah tersebut. Secara geografis
wilayah Indonesia terletak di dalam jalur lingkaran bencana gempa (ring offire), dimana
jalur sepanjang 1.200 km dari Sabang sampai Papua merupakan batas-batas tiga
lempengan besar dunia yaitu; lempengan Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik akan
berpotensi memicu berbagai kejadian bencana alam yang besar. Indonesia juga berada
pada tiga sistem pegunungan (Alpine Sunda, Circum Pasifik dan Circum Australia).
Indonesia memiliki lebih 500 gunung berapi di antaranya 128 statusnya masih aktif, dan
merupakan Negara kepulauan karena 2/3 dari luas Indonesia adalah laut, memiliki
hampir 5.000 sungai besar dan kecil dan 30% diantaranya melintasi wilayah padat
penduduk (Paidi,2012).

menurut UU 24/2007 adalah


peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam
maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan
timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Sedangkan menurut ISDR
tahun 2004 (International
Strategy for Disaster
Reduction)
lembaga dibawah PBB arti
bencana adalah suatu gangguan
serius terhadap keberfungsian
suatu masyarakat sehingga
menyebabkan kerugian yang
meluas pada kehidupan manusia
dari segi materi, ekonomi
atau lingkungan dan yang
melampaui kemampuan
masyarakat
yang bersangkutan untuk
mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya
mereka sendiri.
menurut UU 24/2007 adalah
peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam
maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan
timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Sedangkan menurut ISDR
tahun 2004 (International
Strategy for Disaster
Reduction)
lembaga dibawah PBB arti
bencana adalah suatu gangguan
serius terhadap keberfungsian
suatu masyarakat sehingga
menyebabkan kerugian yang
meluas pada kehidupan manusia
dari segi materi, ekonomi
atau lingkungan dan yang
melampaui kemampuan
masyarakat
yang bersangkutan untuk
mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya
mereka sendiri.
B. Jenis bencana
Bencana dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian kejadian alami seperti
kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung
meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,
kebakaran, sabotase, ledakan, gangguan listrik, gangguan komunikasi,
gangguan transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari :

1. Bencana local
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti
kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
C. Fase- fase bencana
Ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana, yaitu fase preimpact, fase impact
dan fase postimpact.
1. Fase preimpact
Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorology cuaca. Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga
dan warga masyarakat.
2. Fase impact
Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup
(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact
Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para
korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah,
tawar menawar, depresi hingga penerimaan.
D. Evaluasi pandangan terhadap bencana
1. Pandangan konvensional
Bencana merupakan sifat alam
Terjadinya bencana seperti Kecelakaan (accident), Tidak dapat diprediksi,
Tidak menentu, Tidak terhindarkan, Tidak terkendali dan Masyarakat
dipandang sebagai “korban” dan “penerima bantuan” dari pihak luar.
2. Pandangan ilmu pengetahuan alam
Bencana merupakan unsur lingkungan fisik yang membahayakan kehidupan
manusia karena kekuatan alam yang luar biasa. Proses geofisik, geologi dan
hidrometeorologi. Tidak memperhitungkan manusia sebagai penyebab
bencana.
3. Pandangan ilmu terapan
Besaran (magnitude) bencana tergantung besarnya ketahanan atau
kerusakan akibat bencana. Pengkajian bencana ditujukan pada upaya
meningkatkan kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil
kerusakan.
4. Pandangan progresif
Menganggap bencana sebagai bagian dari pembangunan masyarakat yang
“normal”. Bencana adalah masalah yang tidak pernah berhenti. Peran sentral
dari masyarakat adalah mengenali bencana itu sendiri
5. Pandangan ilmu sosial
Fokus pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat menghadapi
bahaya. Ancaman adalah alami, tetapi bencana bukan alami. Besaran
bencana tergantung perbedaan tingkat kerawanan masyarakat.
6. Pandangan holistic
Menekankan pada ancaman (threat) dan kerentanan (vulnerability), serta
kemampuan masyarakat dalam menghadapi risiko. Gejala alam menjadi
ancaman jika mengancam hidup dan harta benda. Ancaman akan berubah
menjadi bencana jika bertemu dengan kerentanan.
E. Paradigma-paradigma penanggulangan bencana
1. Daur penanggulangan bencana
Memandang bencana sebagai rentetan kejadian dengan fokus ketika,
sebelum dan sesudah bencana.
2. Model kue-marmer.
Upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan setiap saat, masing-
masing meluas atau menyempit, tergantung pada risiko yang dihadapi.
3. Tabrakan unsur Ancaman-kerentanan.
Upaya mengatasi (melepaskan tekanan) kerentanan (tekanan) yang berakar
pada proses-proses sosial kea rah masyarakat yang aman, berdaya tahan,
dan berkesinambungan.
4. Pengurangan risiko
Upaya-upaya untuk mengatasi secara komprehensif dan terpadu untuk
mengurangi risiko bencana.
F. Definisi manajemen bencana
Manajemen bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya
termasuk berbagai macam kegiatan yang memanfaatkan kemampuan dari
kebijakan pemerintah, juga kemampuan komunitas dan individu untuk
menyesuaikan diri dalam rangka meminimalisir kerugian.
Tindakan-tindakan tersebut pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengetahuan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian yang dapat teraktualisasi dalam bentuk sekumpulan
kebijakan dan keputusan administrative maupun aktivitas-aktivitas yang bersifat
operasional.
G. Tujuan manajemen bencana
Tujuan manajemen bencana yang baik adalah :
1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui
tindakan dini.
2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa
kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan. Bila
bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat
yang terkena bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena
bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan
yang langsung dialami.
4. Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai resiko.
5. Memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi
permasalahan akibat bencana.
H. Fase pada manajemen bencana

Manajemen bencana dapat dibagi menjadi beberapa fase ( Kemenkes RI, 2006) :

1. Fase mitigasi
Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko
dan potensi kerusakan akibat keadaan darurat. Analisa demografi populasi
rentan dan kemampuan kombinasi harus dianalisa. Mitigasi mencakup
pendidikan kepada publik tindakan untuk menyiapkan bencana pada individu,
keluarga, dan komunitas. Dimulai dengan mengidentifikasi hazard potensial
yang mempengaruhi operator organisasi.
Indonesia kini tengah menuju mitigasi/tindakan preventif. Mitigasi yang
dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non struktural di
daerah rentan gempa dan bencana alam lainnya. Tindakan mitigasi structural
contohnya dengan pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami
yang bekerja setelah terjadi gempa. Mitigasi non structural adalah perataan
ulang tata ruang area rentan bencana.
2. Fase kesiapsiagaan dan pencegahan (prevention phase)
Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik
dengan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat
melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif saat terjadi
bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka :
pengkajian terhadap kerentanan, membuat perencanaann pengorganisasian,
sistem informasi, pengumpulan sumber daya, sistem alarm, mekanisme
tindakan, pendidikan dan pelatihan penduduk, gladi resik.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional Penugasan
Bencana baik tingkat Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras
mungkin contohnya penataan daerah rawan bencana gempa, regionalisasi
daerah bencana gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis
pencapaian lokasi bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi
saat dilakukan penanganan korban gempa bumi.
3. Fase tindakan (Respon phase)
Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat
yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase
tindakan adalah mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang
dilakukan intruksi pengungsian, pancaran, dan penyelamatan korban,
menjamin keamanan dilokasi bencana, pengkajian terhadap kerugian akibat
bencana, pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi
darurat, pengiriman dan penyerahan barang material dan menyediakan
tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi fase akut dan fase sub
akut. Fase akut 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut
terjadi sejak 2-3 minggu.
4. Fase pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat
dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi
sebelumnya. Pada fase ini orag-orang mulai melakukan perbaikan darurat
tempat tinggal, mulai sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tepat
tinggalnya. Fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke
kondisi tenang.
5. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat
berusaha mengembalikan fungsi-fungsi nya seperti sebelum bencana dan
merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Keadaan nya
mengalami perubahan dari sebelum bencana.
I. Manajemen Penanggulangan Bencana
Menurut Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
(2011), manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan sifat--‐
sifat manajemen lainnya secara umum. Meski demikian terdapat beberapa
perbedaan, yaitu: Nyawa dan kesehatan masyarakat merupakan masalah
utama, Waktu untuk bereaksi yang sangat singkat, Risiko dan konsekuensi
kesalahan atau penundaan keputusan dapat berakibat fatal, Situasi dan kondisi
yang tidak pasti, Petugas mengalami stres yang tinggi, Informasi yang selalu
berubah.
J. Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana
Pelayanan medis akan berubah dalam menanggulangi setiap siklus bencana.
1. Fase akut pada siklus bencana
Prioritas di lokasi bencana, pertolongan terhadap korban luka dan
evakuasi dari lokasi berbahaya ke tempat yang aman. 3 T (Triage, Treatment,
dan Transportation) penting untuk menyelamatkan korban luka sebanyak
mungkin. Pada fase ini juga dilakukan perawatan terhadap mayat.
2. Fase menengah dan panjang pada siklus bencana
Fase perubahan pada lingkungan tempat tinggal. Pada fase ini harus
memperhatikan segi keamanan, membantu terapi kejiwaan korban bencana,
membantu kegiatan untuk memulihkan kesehatan hidup dan membangung
kembali komunitas sosial.
3. Fase tenang pada siklus bencana
Fase tidak terjadi bencana, pada fase ini diperlukan pendidikan
penanggulangan bencana saat bencana terjadi, pelatihan pencegahan
bencana pada komunitas dengan melibatkan penduduk setempat,
pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan pencegahan bencana baik
di daerah maupun fasilitas medis, serta membangun sistem jaringan bantuan.
K. Peran Perawat Komunitas Dalam Manajemen Kejadian Bencana
Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki
tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik
selama tahap preimpact, impact/emergency, dan postimpact.
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple yaitu sebagai bagian dari
penyusunan rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan, dan bagian dari
tim pengkajian kejadian bencana.
1. Tujuan utama
Tujuan tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini
adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat
yang terkena bencana tersebut.
2. Peran perawat
a. Peran dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra
bencana ini, antara lain adalah mengenali instruksi ancaman bahaya,
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air,
obat-obatan, pakaian, selimut, serta tenda), melatih penanganan pertama
korban bencana, berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada usaha pertolongan diri
sendiri (pada masyarakat tersebut), pelatihan pertolongan pertama dalam
keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur
tulang, perdarahan dan pertolongan pertama luka bakar. Memberikan
beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS,
dan ambulan. Memberikan iinformasi tentang perlengkapan yang dapat
dibawa (missal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
memberikan informasi tempat-tempat alternative penampungan atau
posko-posko bencana.
b. Peran Perawat Dalam Keadaan Darurat (impact phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan
dengan cepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil
masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat
terhadap kerusakan kerudakan. Begitu juga perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana “seleksi”
pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase)
TRIASE :
 Merah : paling penting prioritas utama. Keadaan yang
mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami
hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma
kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II.
 Kuning : penting prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok
karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat
bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur
tulang multiple, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II.
 Hijau : prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah
fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio,
abrasion, dan dislokasi.
 Hitam : meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan
meninggal.
c. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana.
Peran perawat adalah memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi
medis dan cek kesehatan sehari hari, tetap menyusun rencana
prioritas asuhan keperawatan harian, merencanakan dan
memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS, mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian,
memeriksa dan mengatur obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan serta membantu penanganan dan penempatan
pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil
hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan
perawat jiwa, membantu reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikomotorik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah dan kelemahan otot), membantu
terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan missal dengan terapi bermain,
memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainya oleh para psikolog
dan psikiater, konsultasikan bersama supervise setempat mengenai
pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak
mengungsi.
d. Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
sosial, dan psikologis korban, selama proses perbaikan perawat
membantu masyarakat untuk kembali pada kahidupan normal,
beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan
dimana kecacatan terjadi.
Kesimpulan
Hakekat manajemen bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk melindungi
manusia dan lingkungannya. Manajemen bencana adalah tugas dan kewajiban bersama
pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi dan prakarsa masyarakat.
Manajemen bencana dititik beratkan pada kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan
kewaspadaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan
oleh bencana alam atau non alami.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F & Makhfudi, 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : Teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

https://www.slideshare.net/mobile/sakurabakaoru/86991834-
keperawatankomunitaspadabencana

https://www.indonesiastudents.com/pengertian-bencana-alam-menurut-para-ahli-dan-
contohnya/

Anda mungkin juga menyukai