Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN MAHASISWA DALAM UPAYA


MEMERANGI BUDAYA KORUPSI DI INDONESIA

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata kuliah Etika Keperawatan

Oleh :

1. Ayu Lestari
NIM : 17.11.4066.E.A.00
2. Ika Agustina
NIM : 17.11.4066.E.A.00
3. Kasmawati
NIM : 17.11.4066.E.A.00
4. Regita argarini
NIM : 17.11.4066.E.A.0023
5. Siti Aica
NIM : 17.11.4066.E.A.00
6. Wahyudi
NIM : 17.11.4066.E.A.00

Akademi Keperawatan Yarsi

Samarinda

1
2018

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN MAHASISWA DALAM UPAYA
MEMERANGI BUDAYA KORUPSI DI INDONESIA” dengan harapan semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehinga lebih
mengenal tentang apa itu KORUPSI dan lebih peduli untuk mencegah,mengawasi
KORUPSI baik dilingkungan Masyarakat maupun Instansi pemerintahan. Akhir kata
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi Para Mahasiswa, Pelajar, Umum dan
semua yang membaca makalah ini semoga bisa di pergunakan dengan semestinya.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………..      
i
Daftar Isi……………………………………………………………………….    
ii

BAB I   :
PENDAHULUAN………………………………………………........................................1
-          Latar
Belakang………………………………………………….................................................1
-          Maksud dan Tujuan...........
…………………………………………………..........................................2

BAB II : LANDASANTEORI…………………………………………..............................3
A.   Pengertian Korupsi secara Teoritis………………………………...................................3
B.   Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang…………………………................. 4
I.      Korupsi Aktif………………………………………………………………….......................4
II.     Korupsi Pasif……………………………………………………………….........................7
C.   Teori Budaya Korupsi……………………………………………………………................8
D.   Faktor Penyebab Korupsi………………………………………………………...............10
E.   Gerakan Anti Korupsi……………………………………………………………..............12

BAB III : PEMBAHASAN………………………………………………………………..14


A.   Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi ………………………...............14
B.   Keterlibatan Mahasiswa………………………………………………………….............16
C.   Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi……………………………………………………….............17
D.   Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di Lingkungan
Kampus……………………………………………………………………………........... 18

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..........................19


Kesimpulan………………………………………………………………………………...19
Saran-
Saran……………………………………………………………………………….............20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………....................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.
                Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan politik,
juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional,
kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di tanah air kita ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat.
Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor
internal terdiri aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor
eksternal dilacak dari aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan
organisasi, aspek hukum dan lemahnya penegakkan hukum,  serta aspek social
yaitu lingkungan atau masyarakat kurang mendukung perilaku anti korupsi.   
Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah
dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda
sekarang khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah
generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu.
Juga karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di
sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda
supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu
dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

II.        Maksud dan Tujuan


    

A.        Maksud
Maksud dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
perilaku korupsi di Indonesia yang sangat meprihatinkan, dan sebagai mahasiswa
tentu kami ingin memberikan kontribusi untuk mencegah terjadinya korupsi, karena
mahasiswa adalah lapisan masyarakat yang memepunyai ideologi tinggi dan mampu
memberikan pengawasan terhadap kinerja instansi pemerintahan.

B.        Tujuan
Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a)    Mengetahui pengertian dari korupsi.
b)    Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.
c)     Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.

4
d)    Mengetahui peran serta Mahasiswa mencegah korupsi
e)    Mengetahui dampak dari korupsi
f)      Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
g)     Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.
h)    Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington(1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan
dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi
merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan
berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim
(dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan
si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk
balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan
bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat
untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-
orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai
korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di
dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi
dengan masyarakat.
B.     Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang

5
Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi
yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif.
      I.        Korupsi Aktif

-          Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
-          Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
-          Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
-          Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana
Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau
berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor
20 Tagun 2001)
-          Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
-          Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau
keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal (1) huruf a Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
-          Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam
huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara nasional
Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal 7
ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c (pasal 7 ayat (1)
huruf d Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
-          Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yyang di tugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu,dengan sengaja
menggelapkan uang atau mebiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau

6
digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut
(Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Pegawai negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu,dengan sengaja
memalsu buku-buku atau daftar-daftar khusus pemeriksaan administrasi (Pasal 9
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
-          Pegawai negeri atau orang selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu dengan
sengaja menggelapkan menghancurkan,merusakkan,atau mebuat tidak dapat
dipakai barang,akta,surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya
atau membiarkan orang lain menghilangkan,menghancurkan,merusakkan,attau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar tersebut (Pasal 10
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Pegawai negeri atau Penyelenggara Negara yang  Dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu atau
menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya
sendiri (pasal 12 e undang-undang Nomor 20 tahun 2001) Pada waktu menjalankan
tugas meminta,menerima atau memotong pembayaran kepada pegawai Negeri atau
Penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai hutang
kepadanya.padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan hutang (huruf f)
Pada waktu menjalankan tugas meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan
barang seplah-olah merupakan hutang pada dirinya,padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan hutang (huruf g) Pada waktu menjalankan tugas telah
menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai,seolah-olah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,telah merugikan orang yang
berhak,apadahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau baik langsung maupun tidak langsung dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan,pengadaan,atau persewaan yang pada saat
dilakukan perbuatan,untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk mengurus
atau mengawasinya (huruf i)
-          Memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu (Pasal 13
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999).

II.        Korupsi Pasif
    

-          Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
-          Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk mepengaruhi
nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan
kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 20 Tahun
2001)

7
-          Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara nasional
indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang mebiarkan perbuatan
curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau c Undang-undang nomor
20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2) Undang-undang nomor 20 tahun 2001.
-          Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,atau sebaga
akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 12 huruf a dan
huruf b Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
-          Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili (pasal 12 huruf c Undang-undang nomor 20
tahun 2001)
-          Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga,bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat uang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili (pasal 12 huruf d Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
-          Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi yang
diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya (pasal 12 Undang-undang nomor 20  tahun 2001).

C.    Teori Budaya Korupsi
Di Indonesia, korupsi telah menjadi kebiasaan zaman lampau. Korupsi
menjadi budaya dalam sistem tersebut, dimana kekuasaan menjadi harga mati bagi
kalangan ningrat dan golongannya.
Korupsi merupakan tindakan penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya,
kemasyarakatan, dan kenegaraan. Perilaku korupsi sudah terjadi dimana-mana.
Antara pengusaha dan pejabat birokrat yang mempunyai kekuasaan atau antara
warga bertaraf ekonomi menengah ke bawah. Sepertinya dalam berbagai
perbincangan, kata korupsi merupakan kata yang sudah tidak aneh lagi. Seolah
telah menjadi bahasa lumrah dalam perbincangan.
Korupsi sudah tidak dianggap lagi sebagai pelanggaran etika individual
melainkan dianggap sebagai pelanggaran etika sosial sebagai kesepakatan umum.
Para anggota dewan, birokrasi, dan penegak hukum masih menganggap bahwa
korupsi merupakan tindakan pelanggaran etika individual yang harus dihindari.
Berkembangnya sikapsemacam ini justru membahayakan. Jika terjadi di kalangan
anggota dewan dan berkaitan erat dengan penegak hukum. Hal ini disebabkan
karena korupsi di DPR dilakukan dalam peraturan perundang-undangan yang sah
sebagai kebijakan negara (corruption by policy).Hal ini tentu akan merusak cita-cita
dan tujuan bangsa.
Terungkapnya berbagai kasus korupsi di lingkungan DPR, telah membuktikan
bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia. DPR adalah lembaga yang
memegang kedaulatan rakyat.  Dimana rakyat menaruh harapan banyak kepada
para DPR. Namun tidak semua DPR melakukan korupsi, tetapi dengan adanya DPR

8
yng melakukan korupsi akan mengubah persepsi masyarakat sehingga menjadi
tidak percaya lagi terhadap kinerja DPR.
Masalah lain yaitu korupsi di tingkat pegawai negeri. Dalam hal ini salah satu
pemicunya adalah gaji pegawai yang rendah. Dengan gaji pegawai yang rendah
danbanyaknya kepentingan partai politik maka semua ini akan mendorong pada
tindakan korupsi dalam birokrasi dan dalam masyarakat.
Selain itu, pada masyarakat menengah ke bawah tanpa sadar juga sering
melakukan tindakan korupsi. Misalnya saja pada pemilihan kepala desa, para calon
memberikan uang kepada para warga dengan maksud agar warga memilih calon
kepala desa tersebut. hal ini juga termasuk dalam tidakan suap. Perilaku korupsi
juga tak hanya berlaku pada siapa yang menerima uang pelicin, tetapi juga pada
siapa yang memberikan uang pelicin tersebut. (Semma, 2008:36). Jadi, terhadap
pemberi suap maupun penerima suap sama-sama telah melakukan perilaku korupsi.
Di lingkup pendidikan misalnya saja seorang guru yang membocorkan kuncijawaban
UNAS kepada murid-muridnya agar bisa lulus semua dengan nilai yang
memuaskan. Tentu hal ini juga terbilang korupsi dalam tingkat yang kecil. Murid
sudah diajarkan terlebih dahulu untuk berbuat kecurangan yaitu seperti tidak jujur
dalam mengerjakan soal UNAS. Semestinya dalam lingkup pendidikan anak sudah
mulai diajarkan sejak dini untuk selalu berperilaku jujur.
Melihat hal di atas memang sangat mengkhawatirkan. Hampir semua orang di
negeri ini sudah mulai melakukan perilaku korupsi mulai dari taraf yang rendah
hingga sampai taraf tinggi. Korupsi memang sudah menjadi budaya di negeri ini.
suatu upaya untuk menghilangkan korupsi tersebut dari masyarakat sama saja
memusnahkan kebudayaan masyarakat yang merupakan warisan. Salah satu cara
yang bisa dilakukan yaitu dengan cara mengubah budaya pada masyarakat yang
masih mengagungkan kebudayaan lama yang dianut. Seberapa kuat kebudayaan
lama, jika kita lama-lama mampu mengikis secara terus menerus akan terlihat
dampak dengan mulai berkurangnya perilaku korupsi.

D.   Faktor Penyebab Korupsi


Menurut Yamamah, ketika perilaku konsumtif dan materialistic masyarakat
serta sistem politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat “memaksa”
terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah: 2009).
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang
melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan
yang tidak mampu ditahannya. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan
menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.  Secara umum faktor
penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum, ekonomi, sebagaimana
dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW: 2000) yang
mengidentifikasikan empat factor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum,
faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.

1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika  terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan ketika
meraih dan mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto (2002) korupsi level

9
pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian
perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk kepentingan pribadi,
disebabkan suatu hal yang disebut konstelasi politik.  Sementara menurut De Asis,
korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota
legislatif atau pejabat-pejabat eksekutif, dana illegal untuk pembiayaan kampanye,
penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara illegal dan teknik lobi yang
menyimpang (De Asis: 2000). Dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari
adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar
tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban.

2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek  perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil,
rumusan yang tidak jelas-tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi
danoverlapping dengan peraturan lain, sanksi yang tidak equivalen dengan
perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran, dan sebagainya,
memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa mendatang akan
mengalami resistensi.  Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan legitimasi
bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan
mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima hal yang
dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya korupsi.
1. sistem politik;
2. intensitas moral seseorang atau kelompok;
3. remunerasi (pendapatan) yang minim;
4. pengawasan baik bersifat internal-eksternal;
5. taat aturan.  \
Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang
menyatakan bahwa lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan
peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Di samping itu, praktik penegakan
hukum juga masih dililiy berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum dari
tujuannya. 

3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal  itu
dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.
Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi
seharusnya dilakukan orang untuk memenuhi  dua kebutuhan yang paling bawah
dan hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan
hidup. Namun di saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi
(Sulistyantoro: 2004).  Pendapat lain menyatakan kurangnya gaji dan pendapatan
pegawai  negeri merupakan faktor paling menonjol menyebabkan meluasnya korupsi
di Indonesia. Dari keinginan pribadi  untuk keuntungan yang tidak adil,
ketidakpercayaan sistem peradilan, banyak faktor motivasi orang kekuasaan,
anggota parlemen termasuk warga biasa, terlibat dalam perilaku korup.

10
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi  dari
sudut pandang organisasi meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b)
tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) system akuntabilitas di instansi
pemerintah kurang memadai, (d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasinya. Melalui tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah yang
jelas tentang segala kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa yang
dikerjakan dalam kerangka organisasi.   Tujuan organisasi  dapat berfungsi
menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi anggotanya. Tujuan organisasi
menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Standar
tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur dalam menilai bobot tindakan.
Sebuah organisasi  berfungsi baik, bila  anggotanya bersedia mengintegrasikan diri
di bawah sebuah pola tingkah laku (yang normatif), sehingga dapat dikatakan
kehidupan bersama mungkin apabila anggota-anggota bersedia memenuhi aturan
yang telah ditentukan.  

E.     Gerakan Anti Korupsi


Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum dapat
menunjukkan hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya angka
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia. Berdasarkan UU No.30 Tahun 2002,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dirumuskan sebagai rangkaian tindakan
untuk mencegah dan memberanas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan,
dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga)


unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat.  Salah
satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan
Anti-Korupsi di masyarakat.  Dengan tumbuhnya budaya anti-korupsi di masyarakat
diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku koruptip. Gerakan anti-korupsi
adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat.  Pada
dasarnya korupsi yang terjadi jika ada pertemuan antara tiga factor utama, yaitu:
niat, kesempatan, dan kewenangan.  Sehingga upaya memerangi korupsi pada
dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga
faktor tersebut. Karena, gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan yang
memperbaiki perilaku individu dan sistem untuk mencegah terjadinya perilaku
koruptif, sehingga dapat memperkecil peluang berkembang luasnya korupsi di
negeri ini.
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya  perilaku anti-koruptif. Nilai-nilai
yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kerja keras, kemandirian,
kedisiplinan, tanggungjawab, kesederhanaan, keberanian dan keadilan. Penanaman
nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan

11
dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan  kepada
mahasiswa.  

BAB III
PEMBAHASAN

A.   Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak[1].
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
         perbuatan melawan hukum,
         penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
         memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
         merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah
         memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
         penggelapan dalam jabatan,
         pemerasan dalam jabatan,
         ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
         menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)

Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman


tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan pemuda. Belajar
dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas
dari peran kaum muda yang menjadi bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh
Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan semangat nasionalisme bahasa, bangsa
dan tanah air yang satu yaitu Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan
inspirasi tanpa batas terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di
Indonesia.
Peranan tokoh-tokoh pemuda lainnya adalah Proklamasi Kemerdekaan tahun
1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa  besar tersebut mahasiswa tampil di
depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki dan jalankan. Untuk konteks sekarang dan mungkin
masa-masa yang akan dating yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah
praktek bernama Korupsi.
12
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang
mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan kemampuan
intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni
terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah
terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent of change).
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia,
ide-ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan
mampu menjadi agen perubahan, mereka mampu menyuarakan kepentingan`rakyat,
mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch
dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

B.   Keterlibatan Mahasiswa

1.    Di Lingkungan Keluarga


Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.
Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota
keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul,
maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam
keluarga seringkali menjadi bias.

2.    Di Lingkungan Kampus


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan
untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan
tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan
dapat mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.

3.    Di Masyarakat Sekitar


Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.

4.    Di Tingkat Lokal dan Nasional


Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin
(leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Kegiatan-kegiatan anti korupsi  yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama
dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu

13
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu
Negara.

C.   Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam


Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal
hidup setiap orang. Disini ‘murid’ belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan
harus ditaati dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia.
Dalam mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar
aturan tersebut dan apa akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari
pendidikan anti korupsi adalah bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal
yang baik yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat
bagi dirinya sendiri serta lingkungannya.
Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab, berani, sopan, mandiri,
empati, kerja keras, dan masih banyak lagi. Pendidikan adalah salah satu penuntun
generasi muda untuk ke jalan yang benar. Jadi, sistem pendidikan sangat
memengaruhi perilaku generasi muda ke depannya. Termasuk juga pendidikan anti
korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor
sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi
koruptor atau tidak.
Pendidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi
yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi.
Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah
penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya
ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan
bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa. Pendidikan anti korupsi sesungguhnya
sangat penting guna mencegah tindak pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa
instansi anti korupsi lainnya
menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting guna
mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan moral.
Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya
pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting guna mencegah aksi korupsi.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang.
Seperti yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan
pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah akan memulai proyek percontohan
pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi
dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa depan kasus
korupsi bisa diminimalisir.

D.     Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di Lingkungan Kampus


1.    Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan
kurangnya    political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.
2.    Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
3.    Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.

14
4.    Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasiyang
cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi strukturdan kultur.
5.    Peraturan perundang-undangan  hanya sekedar menjadi huruf mati yang tidak
pernah memiliki roh sama sekali.
6.    Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas ataupengontrol, sehingga
tidak ada check and balance.
7.    Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsipada sistem
politik dan sistem administrasi Indonesia.
8.    Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga daricontoh-
contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari
tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
9.    Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang
semakin canggih.
10.   Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan
amanah yang diemban.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.    Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan


kasus  korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
2.    Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu melaksanakan
Undang-Undang Dasar ’45 demi terwujudnya good goverment.
3.    Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru terhadap
generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
4.    Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah
satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti
korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam
perjalanan sejarah bangsa.
5.    Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change).

15
Saran-Saran

1.    Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi  dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling
awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga. 
2.    Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan
anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3.    Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai  salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide
inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen
perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan. 
4.    Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan
pembelajaran lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas
sosial, masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll.
Sehingga termotivasi untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga
dan lingkungannya untuk proaktif memberantas korupsi.
5.    Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. 
6.    Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis
untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di
segala aspek kehidupan.
7.    Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Indah wahyu utami : http://library.stmikdb.ac.id/files/disk1/1/--indahwahyu-46-1--


indahw-i.pdf

http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html (24/11/2014)

http://nurulayuislam.blogspot.com/2014/01/budaya-korupsi-di-indonesia.html

Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia;


Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara.

http://tugaskuliahghofur.blogspot.co.id/2014/11/makalah-peran-mahasiswa-dalam-
upaya.html

http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-dalampemberantasan.html

Khoiri, Mishad : 2013. Pendidikan Anti Korupsi.

http://kualitaindonesia.blogspot.com/2012/03/pendidikan-antikorupsi.html

http://ridwanmuslim.wordpress.com/2013/04/03/makalah-korupsi-indonesia/

Rizani, Ahmad. 2013. Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan


Korupsi.

http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peran-sertapemuda-sebagai-agen-
pemberantasan-korupsi/

http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html
(diakses tanggal 24 November 2014 )

17

Anda mungkin juga menyukai