Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

UPAYA MENGANTISIPASI BENCANA


MELALUI KEKUATAN BERBASISKAN MASYARAKAT

Iwan Subiyantoro*

Iwan Subiyantoro (2010), Upaya Mengantisipasi Bencana Melalui Kekuatan Berbasiskan


Masyarakat, Jurnal
Masyarakat, Jurnal Dialog
Dialog Penanggulanggan Bencana,Vol.
Penanggulangan Bencana, Vol.1,
1,No.
No.2,
2,Tahun 2010, hal
Tahun2010, hal 55-62.
9-16.

Abstract
In order to comprehend how community responds and prepares for anticipating
disasters, it is necessary to understand more on how the community copes with unusual
or stressful situations. Every community has different characteristics on social structures
which assists individual or families passing through difficult periods. As disaster occurs,
the community becomes a collective instrument to organize and manage actions on
behalf of disaster victim, and the relationships of individuals and families within a system
be either formal or informal. Therefore disaster management based on the power of
community based is supposed to be able to minimize causes and effects of disasters.

Key Words : community, disaster management

1. LATAR BELAKANG Dalam khasanah ilmu manajemen,


penanggulangan bencana menjadi bagian dari
Bencana dapat disebabkan oleh fenomena manajemen pembangunan. Oleh karena itu,
alam dan ulah manusia. Bencana pada umunya dipandang dari sisi manajemen pembangunan,
terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan penanggulangan bencana tidak dapat dianggap
dampak yang merugikan. Masyarakat sebagai sebagai kegiatan rutin atau kegiatan sampingan
pihak yang mengalami dan terkena bencana yang sekadar bersifat reaktif. Penanggulangan
perlu melakukan tindakan untuk menghadapi bencana juga bukan kegiatan yang sifatnya
dan menanggulanginya. Upaya itu dikenal mendadak karena disebabkan oleh terjadinya
dengan penanggulangan bencana atau disaster bencana. Penanggulangan bencana adalah
management. Penanggulangan bencana kegiatan pembangunan yang terkordinasi,
merupakan suatu rangkaiaan kegiatan yang menyeluruh dan terpadu serta berkelanjutan.
dilaksanakan secara terus menerus meliputi Sebelum pembahasan mengenai
sebelum, pada saat dan setelah bencana terjadi. penanggulangan bencana, terlebih dahulu akan
Penanggulangan bencana pada hakikatnya dipaparkan apa yang disebut dengan fenomena
merupakan upaya kemanusiaan untuk melindungi alam yang mewujud menjadi bencana.
dan menyelamatkan manusia sebagai sumber Fenomena alam yang mengakibatkan kerugian,
daya pembangunan dari ancaman bencana. harta benda dan nyawa pernah terjadi dari waktu
Di samping itu, penanggulangan bencana ke waktu di Indonesia. Fenomena alam dapat
merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan berbentuk gempa bumi (earthquake), tanah
memulihkan kehidupan dan penghidupan longsor (landslide), badai topan (thaiphoon),
masyarakat yang terkena bencana. gunung meletus (volcanic eruption), banjir
bandang (mood flood), dan tsunami. Akibat
fenomena alam tersebut, dapat menimbulkan
* Penulis adalah Kepala Seksi Kompensasi, Deputi kerugian harta benda dan nyawa. Bencana
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BNPB. adalah kondisi yang terjadi pada saat fenomena

55
9
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

alam merenggut kerugian harta benda dan tidak jelas, persoalan ini berlangsung hingga
nyawa. Namun, pada saat fenomea alam tidak beberapa tahun ke depan.
menimbulkan dampak terhadap manusia maka Pada 3 Juni 1994 pukul 02.00 dinihari,
tidak dapat dikatakan bencana gelombang pasang menggulung sepanjang
Perlu kiranya mengingat fenomena alam dan pantai selatan Jawa Timur. Dimulai dari Pacitan
bencana yang pernah terjadi di Indonesia. Pada di bagian barat sampai Banyuwangi di bagian
12 Desember 1992, gempa bumi yang dibarengi timur. Akibat bencana ini, sedikitnya telah
dengan tsunami menghantam sebagian besar ditemukan 300 orang meninggal.
wilayah Nusa Tenggara Timur, terutama Ende, Selanjutnya, pada 26 Desember 2004
Pulau Babi dan Flores. Di tengah kerusakan Tsunami besar menghantam sebagian besar
yang ditimbulkan oleh gempa dan tsunami wilayah Nangroe Aceh Darusalam, ribuan jiwa
tersebut, serta belum tertangani dengan tuntas, telah melayang, ribuan rumah hancur luluh
justru banyak LSM dadakan yang bermunculan. dilumatnya. Rentetan kejadian bencana pun
Mereka mengatasnamakan masyarakat NTT masih berlanjut. Ditandai dengan gempa bumi
dan bergerak sendiri-sendiri turut serta dalam menghantam Nias, gempa bumi Yogyakarta dan
penanganan bencana. Satu di antaranya adalah sebagian besar Propinsi Jawa Tengah, tsunami
Panitia Nasional Penanggulangan Bencana, dan gempa bumi menghantam juga pantai
begitu pula di pihak pemerintah membentuk Pangandaran–Jawa Barat, dan terakhir adalah
Panitia Pusat Penanggulangan Bencana Flores. Gempabumi Jawa Barat 2 September 2009 dan
Seiring dengan itu, bantuan kemanusian Sumatra Barat 30 September 2009.
banyak yang berdatangan baik dari dalam
dan luar negeri. Distribusi yang kurang baik 2. PEMBAHASAN
pada akhirnya menyebabkan banyak bantuan
yang terlantar. Terjadi adu argumentasi dan Satu hal yang dapat ditarik dari kejadian
saling menjatuhkan satu sama lain di antara bencana yang terjadi ini, ialah bahwa sebagai
para pelaku dalam upaya penanggulangan manusia, kita belum siap mengantisipasi
bencana tersebut. Kondisi ini menggambarkan fenomena alam yang mengakibatkan
kepada kita, betapa sulitnya melaksanakan terjadinya bencana. Kendati pun sudah dengan
penanggulangan bencana. mengerahkan seluruh kemampuan yang
Tidak lama berselang setelah Tsunami ada, pada saat terjadi bencana, tetap saja ada
Flores, terjadi letusan Gunung Semeru. Letusan kerugian dan kerusakan sarana dan prasarana
memngakibatkan terjadi muntahan material serta korban jiwa yang banyak. Kesiapsiagaan
panas ke kawasan Lumajang Timur. Kerugian sangat diperlukan, satu di antaranya bisa dicapai
akibat bencana ini mencapai ratusan juta rupiah melalui pemberdayaan masyarakat. Harapannya
dan menewaskan beberapa penduduk. kita akan mampu meminimalisasi dampak dari
Contoh kejadian bencana selanjutnya bencana tersebut.
ialah manakala terjadi gempa bumi di Liwa– Mengingat kehancuran sarana dan prasara,
Lampung Barat. Gempa bumi ini berlangsung kerugian harta benda serta korban jiwa yang
selama lima (5) menit dengan kekuatan diakibatkan oleh bencana, maka sudah saatnya
6,5 skala richter. Akibat bencana ini adalah kita menggali totalitas diselenggarakannya
hancurnya 80% bangunan yang ada. Kerugian penanggulangan bencana. Cara yang dapat
yang terjadi puluhan milyar rupiah. Sementara ditempuh melalui upaya–upaya yang
itu korban jiwa mencapai 200 penduduk tewas berbasiskan masyarakat dalam mengantisipasi
dan 1000 penduduk luka berat. Penanganan penanggulangan bencana. Muncul pertanyaan,
gempa bumi Liwa ini menyisakan persoalan mengapa harus masyarakat mengantisipasi
tentang jumlah dan distribusi bantuan yang bencana? Jawabannya ialah: karena

56
10
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

masyarakatlah yang pertama bersinggungan pemerintah dan masyarakat.


langsung terhadap bencana dan dampak Penanggulangan bencana pada dasarnya
bencana. Selain itu, masyarakat pula yang harus bukanlah menjadi tugas tanggung jawab
bertanggungjawab terhadap penanggulangan pemerintah semata, namun menjadi tanggung
bencana, terutama masyarakat yang berada di jawab dan kewajiban masyarakat luas, (alim
sekitar lokasi bencana atau masyarakat yang ulama, dunia pendidikan, dunia usaha, para
berada di wilayah rawan bencana. ahli kebencanaan, para pemerhati bencana).
Langkah-langkah dalam penanggulangan Oleh karena penanggulangan bencana menjadi
bencana, seperti telah dikemukakan di kewajiban masyarakat, maka keikutsertaan
muka, bahwa penanggulangan bencana masyarakat dalam penanggulangan bencana
diselenggarakan melalui tahap-tahap kegiatan, menjadi wajib dan perlu lebih dikembangkan
yaitu pada tahap sebelum terjadi bencana, atau dimasyarakatkan. Keikutsertaan
pada saat terjadi bencana dan pada saat masyarakat dalam penanggulangan bencana
pasca bencana. Adapun langkah-langkah harus dilaksanakan melalui usaha: “Upaya
penanggulangan bencana pada tahap sebelum antispasi bencana melalaui kekuatan yang
terjadi bencana yaitu melalui kegiatan yang berbasiskan masyarakat”.
bersifat preventif, antara lain kesiapsiagaan, Pemberdayaan masyarakat dalam
peringatan dini, mitigasi, pelatihan, gladi penanggulangan bencana adalah upaya
bencana dan kewaspadaan. penanggulangan bencana yang berbasiskan
Pada saat tahap bencana terjadi yang umum pada masyarakat. Selain itu, juga bertumpu pada
disebut sebagai tahap tanggap darurat, kegiatan kemampuan sumberdaya manusia setempat
yang biasa dilakukan adalah pencarian, (Community Based Disaster Management).
penyelamatan (evakuasi), pengungsian, Wilayah Indonesia merupakan daerah yang
pelayanan sosial dan pelayanan medik. Pada rawan bencana dan terjadi bencana hampir di
tahap sesudah atau pasca bencana kegiatan sepanjang tahun dengan intensitas yang tinggi.
yang dilaksanakan adalah rehabilitasi fisik dan Mengingat luasnya wilayah dan besarnya
sosial, rekonstruksi, pemulihan permukiman penduduk, sudah selayaknya dibentuk atau
penduduk, dan konsolidasi. disusun sistem penanggulangan bencana yang
Namun demikian, pengalaman di lapangan berdasarkan pada kemampuan masyarakat
menunjukan bahwa pentahapan kegiatan swakarsa.
maupun langkah penanggulangan bencana tidak Penanggulangan bencana swakarsa didasarkan
dapat ditarik garis secara tegas sebagai pembatas pada keikutsertaan masyarakat pada upaya
dari satu ke tahap ke tahap berikutnya dan dari peruntukan dan kekuatan daya tangkal masyarakat
langkah satu ke langkah lainnya. Demikian pula yang diarahkan untuk meningkatkan ketahanan
langkah-langkah tersebut seringkali tidak dapat secara global di bidang penanggulangan bencana.
dilaksanakan secara berurutan. Hal ini mendasarkan pada:
Kendati begitu, fakta ini tidak mengurangi Pertama, Penanggulangan bencana
arti penanggulangan bencana sebagai kegiatan merupakan salah satu perwujudan dari upaya
atau rangkaian kegiatan yang menyeluruh, melindungi segenap masyarakat dari berbagai
terpadu dan berlanjut yang merupakan suatu ancaman, antara lain ancaman bencana.
siklus kegiatan. Agar penanggulangan bencana Kedua, Wilayah Indonesia (dari Sabang
dapat dilaksanakan secara menyeluruh terpadu sampai Merauke) merupakan daerah rawan
dan berlanjut, perlu adanya “koordinasi” bencana, karena hampir semua macam dan
yaitu koordinasi sejak tahap preventif hingga jenis bencana terdapat di Indonesia dan terjadi
rekonstruksi, serta koordinasi antar pelaksana, sepanjang tahun. Jenis bencana yang termasuk
antar instansi pemerintah dan antar instansi di antaranya ialah bencana akibat ulah manusia/

57
11
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

konflik sosial, yang saat ini merupakan kejadian penggerak partisipasi masyarakat, berikutnya
yang lazim di berbagai wilayah Indonesia adalah penyiapan piranti keras dan penyiapan
seiring perubahan environment (otonomi daerah pendukung utama.
dan reformasi) Perlu pula disadari, bahwa kegiatan
Ketiga, Wilayah Indonesia sangat luas pengembangan ini akan sangat dipengaruhi
akan tetapi kemampuan pemerintah untuk oleh kegiatan pembinaan sebelumnya.
mengantisi bencana terbatas, seperti diketahui Apabila pembinaan yang dilaksanakan kurang
bahwa Indonesia memiliki 17.506 pulau besar sistematis, maka akan menyebabkan kinerja
dan kecil yang tersebar dari Sabang sampai sistem yang statis, tetapi bila pembinaan
Merauke. dilaksanakan secara sistematis dan terarah,
Dari sekian banyak pulau-pulau dan maka kita akan mendapatkan kinerja sistem
penduduk, teridentifikasi bahwa sebanyak 6000 yang cukup dinamis. Dengan demikian, kinerja
pulau tidak berpenghuni. Faktor luas wilayah sistem dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai
dan penduduk ini, menyebabkan Pemerintah dengan sasaran yang kita harapkan.
Indonesia menghadapi kendala jarak, waktu dan Sistem perlu dikembangkan melalui
biaya guna melakukan upaya penanggulangan beberapa tahapan guna menghindari gejolak
bencana. yang dapat timbul di kalangan masyarakat. Cara
Keempat, Jumlah penduduk Indonesia secara yang ditempuh ialah melalui tahap pra kondisi,
demografi sangat banyak, disertai dengan tidak sosialisasi dan pengembangan. Pada tahap
meratanya penyebaran penduduk. Penduduk prakondisi ini (sebelu m terjadi bencana), yang
tersebut, sebagian besar terpusat di pulau Jawa, perlu diprakondisikan adalah aparat pemerintah
Bali, Sumatera dan Nusa Tenggara Barat dan di daerah, aparat di tingkat kecamatan dan desa/
sebagian lagi tersebar di bagian pulau-pulau kelurahan.
lainnya. Potensi jumlah penduduk yang besar itu Aparat di daerah harus tahu dan memahami
jika ditingkatkan kemampuannya secara dinamis berbagai ketentuan tentang penanggulangan
akan menjadi sumber daya manusia yang bencana secara baik. Di samping itu, juga
berkualitas dalam penanggulangan bencana. perlu mengetahui dan memahami ketentuan
Untuk mengubah potensi penduduk menjadi tentang lingkungan hidup, serta mengetahui
sumberdaya manusia yang berkualitas adalah dan memahami berbagai peraturan daerah
salah satu upaya peningkatan ketahanan yang (PERDA) yang sangat erat kaitannya
menyeluruh dalam penanggulangan bencana. dengan penanggulangan bencana. Tidak
Kelima, Pelaksanaan pembangunan nasional boleh dilupakan, aparat di daerah juga perlu
adalah merupakan aset yang harus dijamin memahami peraturan dan ketentuan tentang
keamanan dan kesinambungannya dari ancaman Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat yang
bencana. Pembangunan nasional yang dimaksud ada di lingkungannya.
adalah sarana, prasarana dan sumber daya Tahap berikutnya adalah tahap sosialisasi.
manusia yang telah dibangun dan dikembangkan Pada tahap ini, hal yang perlu dilakukan ialah
melalui berbagai upaya pembangunan oleh penyuluhan kepada masyarakat secara luas
bangsa Indonesia. melalui berbagai jalur, antara lain jalur RT/
Untuk pengembangan sistem penanggulangan RW, jalur lingkungan kerja, jalur sekolah, jalur
bencana swakarsa ini diperlukan berbagai keormasan, lembaga kemasyarakatan lokal,
persiapan dan perencanaan yang intensif, baik maupun jalur keagamaan. Pihak Pemerintah
piranti lunak maupun tenaga manusianya. Daerah dapat menentukan kebijakan dan
Kegiatan tersebut meliputi kegiatan untuk prioritas daerah yang perlu digarap terlebih
memprakondisikan aparat pemerintah di dahulu, misalnya daerah yang paling rawan
daerah. Harapannya akan menjadi motor bencana. Kebijakan ini perlu ditempuh

58
12
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

untuk efisiensi kegiatan, sehubungan dengan Selanjutnya adalah kegiatan mitigasi.


keterbatasan tenaga dan anggaran yang Dalam kegiatan ini, masyarakat diharapkan
diperlukan. Tahap ini harus dilaksananakan untuk tidak berbuat yang memicu terjadinya
secara terencana dan intensif dengan berbagai bencana, contohnya membuang sampah rumah
cara dan metode yang menarik. tangga/limbah ke sungai yang menjadi sumber
Bila tahap sosialisasi telah dianggap air masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan
berhasil, maka setiap ketua RT/RW dipacu misalnya dengan meyakinkan masyarakat
untuk segera menyusun dan menggerakan bahwa sungai bukan tempat membuang
sistem penanggulangan bencana swakarsa. sampah dan limbah. Selain itu, masyarakat
Pelaksanaan sistem tersebut dilakukan secara juga hendaknya bisa memelihara kelestarian
seiring dan sejalan dengan pelaksanaan sistem lingkungan dan wilayah pantai dari abrasi, tidak
keamanan lingkungan. Selanjutnya, agar merusak hutan/illegal logging, hindari hal-
dilaksanakan sesuai dengan berbagai tahapan hal yang dapat menimbulkan wabah penyakit
sistem penanggulangan bencana. (epidemic), genangan air limbah, membuang
kotoran tidak pada tempatnya, penghematan
2.1 Kegiatan pada saat Pra Bencana penggunaan air tanah, dan seterusnya.
Selanjutnya adalah kegiatan kesiapsiagaan.
Setelah melalui pengembangan sistem Pada kegiatan ini, masyarakat dihimbau agar
penanggulangan bencana, kiranya masyarakat menyiapkan peralatan yang sangat diperlukan
perlu memahami apa yang harus dilakukan untuk usaha mengatasi bencana (disesuaikan
dalam tahapan penanggulangan bencana. Pada dengan jenis bencana yang setiap saat dapat
tahap sebelum terjadi bencana terdapat kegiatan terjadi). Sebagai contoh ialah bak air, pasir,
peringatan dini, di mana dalam kegiatan karung basah untuk mengatasi kebakaran,
peringatan dini ini, masyarakat diharapkan dapat alat-alat rumah tangga dari bahan mudah
mengetahi, memahami, dan segera bertindak bila mengapung untuk mengatasi bahaya banjir,
terjadinya perubahan karakteristik/ciri-ciri alami serta mengadakan latihan-latihan ketrampilan
yang mengisyaratkan akan terjadinya bencana. penanggulangan bencana. Di samping itu,
Cara yang bisa ditempuh, yaitu dengan tidak dapat pula dengan mengoptimalkan sistem
mengesampingkan peringatan atau himbauan keamanan lingkungan sebagai Posko Siaga
pemerintah setempat dan peringatan/pertanda Penanggulangan Bencana.
dari alam. Contohnya untuk masyarakat di
pedesaan, bila terjadi perubahan perilaku 2.2 Kegiatan Pada Saat Terjadi
binatang yang ekstrim, binatang-binatang turun Bencana
dari gunung, burung-burung bertingkah tidak
seperti biasanya, dan banyak lagi perilaku aneh Tahap ke 2 (dua) adalah tahap saat terjadinya
baik yang dilakukan oleh alam dan binatang yang bencana, pada tahap ini masyarakat yang telah
mengisyaratkan bahwa akan adanya aktifitas dari memiliki sistem keamanan lingkungan dapat
fenomena alam. memanfaatkan untuk memberikan peringatan
Berikutnya ada kegiatan preventif, masyarakat dini kepada masyarakat umum tentang potensi
dalam kegiatan ini diminta untuk selalu terjadinya bencana. Hal ini dimaksudkan agar
mematuhi peraturan daerah yang erat kaitanya masyarakat dapat segera mengantisipasinya.
dengan penanggulangan bencana. Sebagai Masyarakat yang wilayahnya terkena bencana
contoh peraturan daerah yang mestinya dipatuhi segera berusaha menyelamatkan diri di bawah
ialah: Rencana Umum Tata Ruang, Rencana Tata pimpinan/koordinasi ketua RT/RW masing-
Guna Lahan/Tanah, ijin mendirikan bangunan, masing dengan membawa perlengkapan
Undang-Undang Gangguan, dan lain-lain. pakaian dan perbekalan serta surat-surat

59
13
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

penting/berharga yang telah disiapkan secara Pada tahap kegiatan rekonstruksi, dapat
terencana sebelumnya. dilaksanakan melalui mekanisme kelurahan/desa,
Masyarakat yang daerahnya bebas dari masyarakat diikutsertakan untuk melaksanakan
ancaman bencana dimobilisasikan oleh masing- perencanaan dari bawah (bottom up planning).
masing ketua RT/RWnya untuk memberikan Harus disadari, bahwa usaha rekonstruksi ini
bantuan dan pertolongan kepada warga yang hasilnya harus lebih baik daripada keadaan
tertimpa bencana. Hal-hal yang dilakukan sebelumnya (build back better), serta lebih tahan
seperti penyiapan sarana penampungan darurat, terhadap risiko bencana (ingat rumah tahan
pembuatan dapur umum, pemberian pelayanan gempa atau lingkungan yang dapat bebas dari
kesehatan, termasuk tugas pemulihan mata banjir besar dsb).
pencaharian dan pertolongan terhadap korban
bencana (bila mampu). 2.4. Kelompok Penanggulangan
Kegiatan ini harus segera disusul dengan Bencana
kegiatan mendata warga yang menjadi korban
bencana, meliputi: nama, jenis kelamin, umur, Upaya pembentukan Kelompok
alamat dan penderitaan. Setiap ketua RT/RW Penanggulangan Bencana di satuan
diharapkan segera membuat daftar kerusakan/ kewilayahan merupakan upaya pemberdayaan
kerugian yang diderita warganya, meliputi jenis masyarakat yang tidak kalah penting. Dalam
kerusakan, alamat, besaran, keterangan. Daftar penanggulangan bencana, pembentukan
tersebut di atas selanjutnya diserahkan kepada kelompok penanggulangan bencana dapat
kepala desa/kelurahan untuk bahan laporan dibentuk dalam lingkup Rukun Warga atau
kepada camatnya masing-masing. Rukun Kampung di wilayah kelurahan atau di
Pada saat yang tepat, kegiatan awal yang lingkup desa atau di wilayah desa.
telah dilaksanakan oleh masyarakat secara Tiap kelompok penangulangan bencana
swakarsa ini harus segera diambil oleh Petugas terdiri atas seksi kesehatan, seksi penyelamatan,
Penanggulangan Bencana. Hal itu dimaksudkan seksi bantuan sosial, seksi penyuluhan dan
agar dapat dapat segera ditangani secara lebih pelatihan, seksi keamanan dan kesiapsiagaan
baik dan sempurna. dan lain-lain. Tentu saja, seksi yang ada
disesuaikan dengan kemampuan serta keperluan
2.3. Kegiatan Pada Saat Pasca wilayah masing-masing.
Bencana Pengelompokan anggota masyarakat ke
dalam seksi-seksi didasarkan pada kemampuan
Sebagai tahap ketiga dari penanggulangan dan ketrampilan setiap warga. Meskipun
bencana adalah tahap pasca bencana. Pada keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok
tahap ini, masyarakat diminta mampu untuk petugas penanggulangan bencana atas dasar
merehabilitasi lingkungan. Kegiatan ini sedapat kesukarelaan, akan tetapi keikutsertaanya dalam
mungkin dilaksanakan oleh masyarakat secara upaya penanggulangan bencana di lingkup
gotong royong dengan bantuan bahan bangunan, wilayahnya juga didasarkan pada hak dan
dari donatur. Bantuan teknis dapat dikerjakan kewajiban setiap warga masyarakat secara sadar
oleh kalangan SDM atau profesi tertentu (para untuk melindungi masyarakat dan wilayahnya
alumni STM Bangunan untuk rehabilitasi tempat tinggal dari ancaman bencana.
rumah/sekolah/rumah ibadah) setempat, Keikutsertaan warga masyarakat dalam
agar sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai upaya melindungi dan mengamankan
laboratorium pendidikan. Di samping itu, dapat seluruh masyarakat dan wilayah di lingkup
juga dibantu oleh petugas penanggulangan pemukimannya juga didasarkan pada rasa
bencana dan bantuan tenaga dari masyarakat. perikemanusiaan, kepeduliaan sosial dan

60
14
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

tanggung jawab sosial. Di samping perlindungan Kelompok penanggulangan bencana (PB)


dan pengamanan di wilayah pemukiman, dalam upaya meningkatkan kapasitasnya juga
kelompok Petugas Penanggulangan Bencana dapat menjalin kerjasama dengan organisasi
seyogyanya dibentuk pula di lingkungan masyarakat. Tentu saja dipilih organisasi
pendidikan dan lingkungan kerja. masyarakat yang memiliki kegiatannya
Pembentukan kelompok penanggulangan mendasarkan pada kegiatan yang bersifat sosial
bencana diarahkan untuk mengembangkan atau kemanusaan dan berkaitan dengan upaya
kemampuan dan kekuatan masyarakat agar penanggulangan bencana. Sebagai contoh
dapat: lembaga tersebut di antaranya adalah: WALHI,
1. Mewujudkan kemampuan dan kekuatan LSM Lingkungan Hidup, Mercy, dsb. Selain itu,
nyata masyarakat untuk menangkal kerjasama juga bisa dilakukan dengan organisasi
ancaman bencana terhadap penduduk dan profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan
wilayahnya. Insinyur Indonesia dan warga masyarakat
2. Mewujudkan kemampuan dan kekuatan lainnya. Kelompok Penanggulangan Bencana
nyata masyarakat untuk melindungi dan Organisasi Masyarakat, Organisasi Profesi
penduduk dan wilayahnya dari ancaman dapat menjalin kerjasama dalam bentuk saling
bencana. memberikan bimbingan dan pembinaan baik
3. Mewujudkan kemampuan dan kekuatan kepada kelompok Penanggulangan Bencana di
nyata untuk menangkal ancaman bencana RT, RW, atau Desa dan Ormas tersebut.
dengan memanfaatkan sumber daya manusia
dan sumber daya alam setempat secara 3. KESIMPULAN
swakarsa dan swadaya.
Beberapa lingkup kewilayahan tidak terlepas 1. Pelaksanaan Sistem Penanggulangan
dari pembentukan kelompok penanggulangan Bencana Swakarsa pada intinya
bencana, mengingat kelompok penanggulangan merupakan ketahanan masyarakat dalam
bencana merupakan motor dalam mengantisipasi penanggulangan bencana dan merupakan
bencana di tingkat wilayahnya. Oleh karena pelengkap dari sistem pertahanan keamanan
itu, sangat diperlukan pembentukan kelompok rakyat yang pelaksanaannya dapat
tersebut, dalam lingkup pemukiman, lingkup disinkronkan dengan pelaksanaan sistem
pendidikan dan lingkup pekerjaan. keamanan lingkungan yang harus digalakan
Kelompok penanggulangan bencana di masyarakat
dapat dibentuk di lingkungan setiap warga, 2. Untuk dapat melaksanakan sistem ini secara
di mana masyarakat-masyarakat bertempat baik, diperlukan adanya aparat pemerintah
tinggal dan melaksanakan kehidupannya (RT, RW, Lurah, Camat) yang dapat
(keluarga, RT dan RW). Dalam lingkup dijadikan panutan dan dapat mengayomi
pendidikan, kelompok penanggulangan masyarakat secara lahir batin. Selain itu,
bencana dapat dibentuk di lingkungan setiap juga diperlukan adanya aparat pemerintah
warga masyarakat untuk menuntut ilmu atau yang jujur dan bersih dalam menerapkan
lingkungan kehidupan setiap warga masyarakat berbagai peraturan yang ada demi pelayanan
yang berkaitan erat dengan pendidikan. (di kepada masyarakat dan bukan sebaliknya.
perguruan tinggi, sekolah, pesantren). Dalam 3. Harus disadari pula, bahwa penanggulangan
lingkup pekerjaan, kelompok pananggulangan bencana sangat erat kaitannya dengan
bencana dapat dibentuk di lingkungan setiap pembangunan, sedangkan pembangunan
warga masyarakat bekerja atau lokasi tempat mutlak harus dilaksanakan secara berwawasan
mencari nafkahnya sehari-hari (di Pabrik, PT, lingkungan guna mengamankan pembangunan
Perkantoran dsb.) itu sendiri serta hasil-hasilnya.

61
15
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010

4. Secara tegas dapat dikatakan, bahwa DAFTAR PUSTAKA


terwujudnya sistem penanggulangan
bencana swakarsa akan sangat tergantung Cyralene P.Pryce, Stress Management in
pada kemampuan pemerintah daerah dalam Disaster, Pan American Health Organization,
memberikan motivasi kepada masyarakat Washinton D.C. PAHO. 2001.
serta kemampuan aparatnya untuk Frederick C.Cuny, Disaster and Development,
menerapkan berbagai peraturan perundang- Oxford University Press, New York, 1983.
undangan secara konsisten dan konsekuen. Sumadi, Mayor (Purn) AL. Penanggulangan
5. Oleh karena itu, melalui upaya yang Bencana, Jakarta, 1996.
berbasiskan masyarakat merupakan kata W. Nick Carter, Disaster Management ; Disaster
kunci dalam usaha penanggulangan bencana Manager’s Handbook, Asia Development
secara swakarsa. Masyarakat yang tingkat Bank, Manila, 1992.
pendidikanya telah maju, akan mudah
menampung, menyerap dan menghayati
berbagai sistem dan peraturan perundang-
undangan yang ada.

62
16

Anda mungkin juga menyukai