Iwan Subiyantoro*
Abstract
In order to comprehend how community responds and prepares for anticipating
disasters, it is necessary to understand more on how the community copes with unusual
or stressful situations. Every community has different characteristics on social structures
which assists individual or families passing through difficult periods. As disaster occurs,
the community becomes a collective instrument to organize and manage actions on
behalf of disaster victim, and the relationships of individuals and families within a system
be either formal or informal. Therefore disaster management based on the power of
community based is supposed to be able to minimize causes and effects of disasters.
55
9
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
alam merenggut kerugian harta benda dan tidak jelas, persoalan ini berlangsung hingga
nyawa. Namun, pada saat fenomea alam tidak beberapa tahun ke depan.
menimbulkan dampak terhadap manusia maka Pada 3 Juni 1994 pukul 02.00 dinihari,
tidak dapat dikatakan bencana gelombang pasang menggulung sepanjang
Perlu kiranya mengingat fenomena alam dan pantai selatan Jawa Timur. Dimulai dari Pacitan
bencana yang pernah terjadi di Indonesia. Pada di bagian barat sampai Banyuwangi di bagian
12 Desember 1992, gempa bumi yang dibarengi timur. Akibat bencana ini, sedikitnya telah
dengan tsunami menghantam sebagian besar ditemukan 300 orang meninggal.
wilayah Nusa Tenggara Timur, terutama Ende, Selanjutnya, pada 26 Desember 2004
Pulau Babi dan Flores. Di tengah kerusakan Tsunami besar menghantam sebagian besar
yang ditimbulkan oleh gempa dan tsunami wilayah Nangroe Aceh Darusalam, ribuan jiwa
tersebut, serta belum tertangani dengan tuntas, telah melayang, ribuan rumah hancur luluh
justru banyak LSM dadakan yang bermunculan. dilumatnya. Rentetan kejadian bencana pun
Mereka mengatasnamakan masyarakat NTT masih berlanjut. Ditandai dengan gempa bumi
dan bergerak sendiri-sendiri turut serta dalam menghantam Nias, gempa bumi Yogyakarta dan
penanganan bencana. Satu di antaranya adalah sebagian besar Propinsi Jawa Tengah, tsunami
Panitia Nasional Penanggulangan Bencana, dan gempa bumi menghantam juga pantai
begitu pula di pihak pemerintah membentuk Pangandaran–Jawa Barat, dan terakhir adalah
Panitia Pusat Penanggulangan Bencana Flores. Gempabumi Jawa Barat 2 September 2009 dan
Seiring dengan itu, bantuan kemanusian Sumatra Barat 30 September 2009.
banyak yang berdatangan baik dari dalam
dan luar negeri. Distribusi yang kurang baik 2. PEMBAHASAN
pada akhirnya menyebabkan banyak bantuan
yang terlantar. Terjadi adu argumentasi dan Satu hal yang dapat ditarik dari kejadian
saling menjatuhkan satu sama lain di antara bencana yang terjadi ini, ialah bahwa sebagai
para pelaku dalam upaya penanggulangan manusia, kita belum siap mengantisipasi
bencana tersebut. Kondisi ini menggambarkan fenomena alam yang mengakibatkan
kepada kita, betapa sulitnya melaksanakan terjadinya bencana. Kendati pun sudah dengan
penanggulangan bencana. mengerahkan seluruh kemampuan yang
Tidak lama berselang setelah Tsunami ada, pada saat terjadi bencana, tetap saja ada
Flores, terjadi letusan Gunung Semeru. Letusan kerugian dan kerusakan sarana dan prasarana
memngakibatkan terjadi muntahan material serta korban jiwa yang banyak. Kesiapsiagaan
panas ke kawasan Lumajang Timur. Kerugian sangat diperlukan, satu di antaranya bisa dicapai
akibat bencana ini mencapai ratusan juta rupiah melalui pemberdayaan masyarakat. Harapannya
dan menewaskan beberapa penduduk. kita akan mampu meminimalisasi dampak dari
Contoh kejadian bencana selanjutnya bencana tersebut.
ialah manakala terjadi gempa bumi di Liwa– Mengingat kehancuran sarana dan prasara,
Lampung Barat. Gempa bumi ini berlangsung kerugian harta benda serta korban jiwa yang
selama lima (5) menit dengan kekuatan diakibatkan oleh bencana, maka sudah saatnya
6,5 skala richter. Akibat bencana ini adalah kita menggali totalitas diselenggarakannya
hancurnya 80% bangunan yang ada. Kerugian penanggulangan bencana. Cara yang dapat
yang terjadi puluhan milyar rupiah. Sementara ditempuh melalui upaya–upaya yang
itu korban jiwa mencapai 200 penduduk tewas berbasiskan masyarakat dalam mengantisipasi
dan 1000 penduduk luka berat. Penanganan penanggulangan bencana. Muncul pertanyaan,
gempa bumi Liwa ini menyisakan persoalan mengapa harus masyarakat mengantisipasi
tentang jumlah dan distribusi bantuan yang bencana? Jawabannya ialah: karena
56
10
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
57
11
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
konflik sosial, yang saat ini merupakan kejadian penggerak partisipasi masyarakat, berikutnya
yang lazim di berbagai wilayah Indonesia adalah penyiapan piranti keras dan penyiapan
seiring perubahan environment (otonomi daerah pendukung utama.
dan reformasi) Perlu pula disadari, bahwa kegiatan
Ketiga, Wilayah Indonesia sangat luas pengembangan ini akan sangat dipengaruhi
akan tetapi kemampuan pemerintah untuk oleh kegiatan pembinaan sebelumnya.
mengantisi bencana terbatas, seperti diketahui Apabila pembinaan yang dilaksanakan kurang
bahwa Indonesia memiliki 17.506 pulau besar sistematis, maka akan menyebabkan kinerja
dan kecil yang tersebar dari Sabang sampai sistem yang statis, tetapi bila pembinaan
Merauke. dilaksanakan secara sistematis dan terarah,
Dari sekian banyak pulau-pulau dan maka kita akan mendapatkan kinerja sistem
penduduk, teridentifikasi bahwa sebanyak 6000 yang cukup dinamis. Dengan demikian, kinerja
pulau tidak berpenghuni. Faktor luas wilayah sistem dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai
dan penduduk ini, menyebabkan Pemerintah dengan sasaran yang kita harapkan.
Indonesia menghadapi kendala jarak, waktu dan Sistem perlu dikembangkan melalui
biaya guna melakukan upaya penanggulangan beberapa tahapan guna menghindari gejolak
bencana. yang dapat timbul di kalangan masyarakat. Cara
Keempat, Jumlah penduduk Indonesia secara yang ditempuh ialah melalui tahap pra kondisi,
demografi sangat banyak, disertai dengan tidak sosialisasi dan pengembangan. Pada tahap
meratanya penyebaran penduduk. Penduduk prakondisi ini (sebelu m terjadi bencana), yang
tersebut, sebagian besar terpusat di pulau Jawa, perlu diprakondisikan adalah aparat pemerintah
Bali, Sumatera dan Nusa Tenggara Barat dan di daerah, aparat di tingkat kecamatan dan desa/
sebagian lagi tersebar di bagian pulau-pulau kelurahan.
lainnya. Potensi jumlah penduduk yang besar itu Aparat di daerah harus tahu dan memahami
jika ditingkatkan kemampuannya secara dinamis berbagai ketentuan tentang penanggulangan
akan menjadi sumber daya manusia yang bencana secara baik. Di samping itu, juga
berkualitas dalam penanggulangan bencana. perlu mengetahui dan memahami ketentuan
Untuk mengubah potensi penduduk menjadi tentang lingkungan hidup, serta mengetahui
sumberdaya manusia yang berkualitas adalah dan memahami berbagai peraturan daerah
salah satu upaya peningkatan ketahanan yang (PERDA) yang sangat erat kaitannya
menyeluruh dalam penanggulangan bencana. dengan penanggulangan bencana. Tidak
Kelima, Pelaksanaan pembangunan nasional boleh dilupakan, aparat di daerah juga perlu
adalah merupakan aset yang harus dijamin memahami peraturan dan ketentuan tentang
keamanan dan kesinambungannya dari ancaman Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat yang
bencana. Pembangunan nasional yang dimaksud ada di lingkungannya.
adalah sarana, prasarana dan sumber daya Tahap berikutnya adalah tahap sosialisasi.
manusia yang telah dibangun dan dikembangkan Pada tahap ini, hal yang perlu dilakukan ialah
melalui berbagai upaya pembangunan oleh penyuluhan kepada masyarakat secara luas
bangsa Indonesia. melalui berbagai jalur, antara lain jalur RT/
Untuk pengembangan sistem penanggulangan RW, jalur lingkungan kerja, jalur sekolah, jalur
bencana swakarsa ini diperlukan berbagai keormasan, lembaga kemasyarakatan lokal,
persiapan dan perencanaan yang intensif, baik maupun jalur keagamaan. Pihak Pemerintah
piranti lunak maupun tenaga manusianya. Daerah dapat menentukan kebijakan dan
Kegiatan tersebut meliputi kegiatan untuk prioritas daerah yang perlu digarap terlebih
memprakondisikan aparat pemerintah di dahulu, misalnya daerah yang paling rawan
daerah. Harapannya akan menjadi motor bencana. Kebijakan ini perlu ditempuh
58
12
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
59
13
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
penting/berharga yang telah disiapkan secara Pada tahap kegiatan rekonstruksi, dapat
terencana sebelumnya. dilaksanakan melalui mekanisme kelurahan/desa,
Masyarakat yang daerahnya bebas dari masyarakat diikutsertakan untuk melaksanakan
ancaman bencana dimobilisasikan oleh masing- perencanaan dari bawah (bottom up planning).
masing ketua RT/RWnya untuk memberikan Harus disadari, bahwa usaha rekonstruksi ini
bantuan dan pertolongan kepada warga yang hasilnya harus lebih baik daripada keadaan
tertimpa bencana. Hal-hal yang dilakukan sebelumnya (build back better), serta lebih tahan
seperti penyiapan sarana penampungan darurat, terhadap risiko bencana (ingat rumah tahan
pembuatan dapur umum, pemberian pelayanan gempa atau lingkungan yang dapat bebas dari
kesehatan, termasuk tugas pemulihan mata banjir besar dsb).
pencaharian dan pertolongan terhadap korban
bencana (bila mampu). 2.4. Kelompok Penanggulangan
Kegiatan ini harus segera disusul dengan Bencana
kegiatan mendata warga yang menjadi korban
bencana, meliputi: nama, jenis kelamin, umur, Upaya pembentukan Kelompok
alamat dan penderitaan. Setiap ketua RT/RW Penanggulangan Bencana di satuan
diharapkan segera membuat daftar kerusakan/ kewilayahan merupakan upaya pemberdayaan
kerugian yang diderita warganya, meliputi jenis masyarakat yang tidak kalah penting. Dalam
kerusakan, alamat, besaran, keterangan. Daftar penanggulangan bencana, pembentukan
tersebut di atas selanjutnya diserahkan kepada kelompok penanggulangan bencana dapat
kepala desa/kelurahan untuk bahan laporan dibentuk dalam lingkup Rukun Warga atau
kepada camatnya masing-masing. Rukun Kampung di wilayah kelurahan atau di
Pada saat yang tepat, kegiatan awal yang lingkup desa atau di wilayah desa.
telah dilaksanakan oleh masyarakat secara Tiap kelompok penangulangan bencana
swakarsa ini harus segera diambil oleh Petugas terdiri atas seksi kesehatan, seksi penyelamatan,
Penanggulangan Bencana. Hal itu dimaksudkan seksi bantuan sosial, seksi penyuluhan dan
agar dapat dapat segera ditangani secara lebih pelatihan, seksi keamanan dan kesiapsiagaan
baik dan sempurna. dan lain-lain. Tentu saja, seksi yang ada
disesuaikan dengan kemampuan serta keperluan
2.3. Kegiatan Pada Saat Pasca wilayah masing-masing.
Bencana Pengelompokan anggota masyarakat ke
dalam seksi-seksi didasarkan pada kemampuan
Sebagai tahap ketiga dari penanggulangan dan ketrampilan setiap warga. Meskipun
bencana adalah tahap pasca bencana. Pada keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok
tahap ini, masyarakat diminta mampu untuk petugas penanggulangan bencana atas dasar
merehabilitasi lingkungan. Kegiatan ini sedapat kesukarelaan, akan tetapi keikutsertaanya dalam
mungkin dilaksanakan oleh masyarakat secara upaya penanggulangan bencana di lingkup
gotong royong dengan bantuan bahan bangunan, wilayahnya juga didasarkan pada hak dan
dari donatur. Bantuan teknis dapat dikerjakan kewajiban setiap warga masyarakat secara sadar
oleh kalangan SDM atau profesi tertentu (para untuk melindungi masyarakat dan wilayahnya
alumni STM Bangunan untuk rehabilitasi tempat tinggal dari ancaman bencana.
rumah/sekolah/rumah ibadah) setempat, Keikutsertaan warga masyarakat dalam
agar sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai upaya melindungi dan mengamankan
laboratorium pendidikan. Di samping itu, dapat seluruh masyarakat dan wilayah di lingkup
juga dibantu oleh petugas penanggulangan pemukimannya juga didasarkan pada rasa
bencana dan bantuan tenaga dari masyarakat. perikemanusiaan, kepeduliaan sosial dan
60
14
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
61
15
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 2, Tahun 2010
62
16