Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN KRITIS

“ASPEK PSIKOSOSIAL DALAM KEPERAWATAN KRITIS ”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI

1. GUSTINA FEBRIANI P05120319012

2. INONG REJA FADILLA P05120319018

3. SHERINA LUMBAN TORUAN P05120319044

DOSEN PEMBIMBING :

Erni Buston, SST.,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
karunia serta rezeki yang tidak pernah dapat kita hitung dengan kemampuan kita,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASPEK
PSIKOSOSIAL DALAM KEPERAWATAN KRITIS” Pada kesempatan ini kami
selaku penulis makalah ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pelaksanaan hingga penulisan makalah ini dapat selesai.

Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh
seluruh pembacanya. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,sehingga saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan
makalah berikutnya.

Bengkulu , Juli 2022

                                                                    Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................................4

1.3 Tujuan ..............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAAN

2.1 Konsep Keperawatan Kritis...............................................................................5

2.2 Aspek Psikososial..............................................................................................6

2.3 Intervensi Psikososial Pada Keperawatan Kritis.............................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi
perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan
yang dapat menimbulkan stress dan dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini
perawat harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang
dialami mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau
perawatan kritis selalu mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis,
spiritual, secara komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di ICU
membutuhkan asuhan keperawatan tidak hanya masalah patofisiologi tetapi juga
masalah psiko sosial, lingkungan dan keluarga yang secara erat terkait dengan
penyakit fisiknya. (FK Unair, RSUD Dr. Soetomo, 2001)
B. Tujuan
1. Memahami respon psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2. Meningkatkan kemampuan penulisan makalah
3. Mengetahui intervensi psikososial pada keperawatan kritis
C. Manfaat
1. Bagi ilmu keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi untuk
dijadikan bahan dalam mengembangakan program pendidikan keperawatan
terhadap psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2. Bagi perawat
Makalah in dapat menambah wawasaan perawat tentang pengetahuan tentang
respon psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis

4
BAB II
PEMBAHASAAN

A. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS


1. Definisi
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan
yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang
mengancam kehidupan. Secara keilmuan perawatan kritis fokus pada penyakit
yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk pasien yang kritis, pernyataan
penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu adalah vital”.Sedangkan
Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan evaluasi secara cermat dan
hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan
keluar (Suryani, 2012)
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang
resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan
keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal American Association of
Critical Care Nurses (AACN, elaskan secara spesifik bahwa asuhan keperawatan
kritis sis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit sial yang
mengancam kehidupan. Lingkup praktik asuhan is didefinisikan dengan interaksi
perawat kritis, pasien kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber
memberikan perawatan.
2. Prinsip Keperawatan Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang
dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah
sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk
pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk mengatasi

5
keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian pada
penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit
perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD,
ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan
patofisiologi dapat terjadi secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.
B. ASPEK PSIKOSOSIAL
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah
psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh
timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan
teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah
satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego.
Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan
informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga
percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai
teori perkembangan psikososial.
ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress,
tidak hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman yang
baik tentang stres dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada unit
keperawatan kritis. Pemahaman ini dapat memungkinkan perawat untuk mengurangi
efek destruktif stress dan meningkatkan potensi positif dari stress baik pada pasien
dan dirinya sendiri.

6
1. Stress
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan
yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam
keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu
fenomena komplek, dimana sekumpulan komponen saling berinteraksi dan
bekerja serentak. Ketika sesuatu hal mengubah satu komponen subsistem, maka
keseluruhan sistem dapat terpengaruh. Jika tuntutan untuk berubah menyebabkan
ketidakseimbangan (disequilibrium) pada sistem, maka terjadilah stress. Individu
kemudian memobilisasi sumber-sumber koping untuk mengatasi stress dan
mengembalikan keseimbangan. Idealnya, stress bergabung dengan perilaku
koping yang tepat akan mendorong suatu perubahan positif pada individu. Ketika
stress melebihi kemampuan koping seseorang, maka potensi untuk menjadi krisis
dapat terjadi.(Suryani, 2012)
2. Stressor
Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah
individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress . Sumber stressor dapat
berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau masyarakat. Stressor biofisik
antara lain organisme infeksius, proses penyakit atau nutrisi yang buruk.
Sedangkan contoh stressor psikososial adalah harga diri yang rendah, masalah
hubungan interpersonal, dan krisis perkembangan. Stressor ini berasal dari
masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi polusi dan teknologi tinggi.
Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung pada persepsinya
tentang stressor dan sumber kopingnya. Stress juga merupakan tambahan
(additive). Jika seseorang mendapat serangan stressor yang multipel, maka
respon stress akan lebih hebat.
3. Respon stres
Respon stress dapat diinduksi oleh stressor biofisik, psikososial atau stressor
social. Hans Selye dalam Emanuelsen & Rosenlicht mengemukakan temuanya

7
tentang stress kedalam suatu model stress yang disebut general adaptation
syndrome (GAS). GAS terdiri atas 3 tahap yaitu:
a. Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai oleh respon cepat,
singkat, melindungi/memelihara kehidupan dimana merupakan aktivitas
total dari system saraf simpatis. Tahap ini sering disebut dengan istilah
menyerang atau lari (fight-or-flight response).
b. Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana tubuh beradaptasi
terhadap ketidakseimbangan yang disebabkan oleh stressor. Tubuh
bertahan pada tahap ini sampai stressor yang membahayakan hilang dan
tubuh mampu kembali kekeadaan homeostasis. Jika semua energi tubuh
tubuhnya digunakan untuk koping, maka dapat terjadi tahap yang ketiga
yaitu tahap kelelahan.
c. Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk koping,
maka tubuh mengalami kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit fisik,
gangguan psikososial dan kematian.

4. Klien
Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah
menderita akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya.
Konsekuensinya, perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada unit
keperawatan kritis didesign untuk memelihara atau mengembalikan semua fungsi
fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu oleh keadaan sakitnya.
5. Respon psikososial
Respon psikososial klien terhadap pengalaman keperawatan kritis mungkin
dimediasi oleh fenomena internal seperti keadaan emosional dan mekanisme
koping atau oleh fenomena eksternal seperti kuantitas dan kualitas stimulasi
lingkungan.
a. Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat mudah dipahami jika
menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari

8
kematian. Klien dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi
emosional yang dapat diprediksi dimana mempunyai cirri-ciri yang umum,
berkaitan dengan sakitnya. Takut dan kecemasan secara umum adalah
reaksi pertama yang tampak. Klien mungkin mengalami nyeri yang
menakutkan, prosedur yang tidak nyaman, mutilasi tubuh, kehilangan
kendali, dan/atau meninggal.
b. Depresi seringkali muncul setelah takut dan kecemasan. Depresi seringkali
merupakan respon terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman
kehilangan dapat memicu memori dimasa lalu muncul kembali dengan
perasaan sedih yang lebih hebat.

6. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari
maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang berpotensi
mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan .Strategi koping
klien merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas emosional, menguasai
lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan hidup, dan memecahkan
masalah yang ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit. Beberapa contoh perilaku
koping adalah humor, distraksi, bertanya untuk suatu informasi berbicara dengan
yang lain tentang keluhan/perasaan-perasaannya, mendefinisikan kembali
masalah kedalam istilah yang lebih disukai, menghadapi masalah dengan dengan
melakukan beberapa tindakan, negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif,
menurunkan ketegangan dengan minum, makan atau menggunakan obat,
menarik diri, menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri
sendirimenghindar dan berkonsultasi dengan ahli agama.

9
C. INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA KEPERAWATAN KRITIS
Terjadinya sakit / keadaan KRISIS atau KRITIS seseorang akan menimbulkan
stress & anxietas baik path Klien, keluarga atau orang terdekat. Ok:
a. ancaman thd kehidupannya dan kesejahteraanya
b. ancaman ketidakberdayaan
c. kehilangan
d. eratnya penyakit
e. Kehilangan kendali
f. Perasaan kehilangan fungsi & harga diri
g. Kegagalan membentuk pertahanan diri
h. Perasaan terisolasi
i. Takut mati
Respon yang dialami baik pasien atau keluarga yang mengalami kegawatan atau
sakit kritis umunya akan :
a. Terkejut dan tidak percaya
b. Mengembangkan kesadaran
c. restitusi
d. Resolusi
Sebagai perawat professional apabila pasien atau keluarga mengalami hal tersebut
maka penatalaksanaan keperawatan tidak terlepas dari:
a. Proses keperawatan
b. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
c. Adaptasi
d. Advokasi
Tindakan tersebut ditujukan untuk:
a. Dukungan emosional, sosial, spiritual dan fisik di lingkungan perawatan
b. meningkatkan kenyamanan
c. meningkatkan integritas dan identitas pasien
d. koping yang adaptif dan efektif

10
1. PROSES KOPING
Proses koping path pasien yang mengalami trauma sangat dipengaruhi oleh:
a. Gejala awal ( PS menangis / ketakutan km tidak tahu kondisinya)
b. Penolakan klien terhadap kondisinya

2. WAWANCARA & INTERVENSI PSIKOSOSIAL


Bagi perawat emergensi / perawat kritis sangat diperlukan wawancara &
intervensi psikososial sebab disamping umumnya pasien dan keluarga
mengalami sakit yang tiba tiba juga terkadang disertai situasi yang buruk dan
penyakit yang berat (Suryani, 2012) . Keberhasilan tindakan ini sangat
tergantung pada:
a. Informasi & jawaban yg memuaskan atas permasalahan mereka
b. Jaminan thd kesehatannya
c. Perubahan kearah kesembuhan
d. Harapan keluarga
e. Sikap tenaga keperawatan
f. Frekwensi kontak dng pasien / kel

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pengkajian yg ditekankan pd adanya konflik-konflik nilai, tuntutan
emosional, keterlibatan emosi yg berlebih, kurangbaiknya hubungan
interpersonal., pola koping pasien & keluarga
b. Support ps & kel. Agar koping psikososial efektif dng cara dukungan
emosional, penyediaan informasi, hubungan sosial yg baik dan dukungan
fasilitas
c. Perhatian dan sentuhan
d. Keterlibatan keluarga dalam perawatan dan dukungan emosional path
pasien

11
e. Pemberian informasi yg terus menerus, terus terang ( dng cara yg sesuai )
dan terorganisir

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pasien-pasien yang dirawat di ruangan kritis(IGD,ICU,ICCU,PICU) adalah


pasien-pasien yang mengalami keadaan kritis.Keadaan kritis merupakan suatu
keadaan penyakit kritis yang mana pasien sangat beresiko untuk meninggal
dunia.Pada keadaan kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang cukup
serius dan karenanya perlu penanganan yang serius dari perawat dan tenaga kesehatan
yang merawatnya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis ini
perawat ini harus menunjukkan sikap propesional dan tulus dengan pendekatan yang
baik serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suryani. (2012). Aspek Psikososial Dalam Merawat Pasien Kritis. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran, 15.

14

Anda mungkin juga menyukai