Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

PROGRAM KESEHATAN JIWA

UPT PUSKESMAS MENTIKAN


TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Pedoman Usaha Kesehatan Masyarakat Program Kesehatan Jiwa UPT Puskesmas


Mentikan telah disahkan dan disetujui
Hari :
Tanggal :

Kepala UPT Puskesmas Mentikan

Kota Mojokerto

Dr. Hesty Mustika Dewi

NIP 19841005 201101 2 005


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas karunia dan limpahan RahmatNya Pedoman Program Kesehatan Jiwa ini
dapat tersusun. Pedoman Program Kesehatan Jiwa disusun dengan mengambil
beberap referensi yang kami dapatkan baik dari dari Undang-Undang terkait Kesehatan
Jiwa, Peraturan Mentri dan Buku tentang Kesehatan Jiwa yang ada di Puskesmas.
Dalam Pedoman Program Kesehatan Jiwa ini memuat informasi tentang informasi
pelaksanaan Kegiatan Program Kesehatan Jiwa di UPT Puskesmas Mentikan, agar
dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang Kegiatan yang dilaksanakan
Puskesmas Mentikan terkait penanganan Kesehatan Jiwa.
Diharapkan Pedoman Program Kesehatan Jiwa dapat sebagai arahan
kebijakan dan arahan sehingga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam penanganan kesehatan jiwa di UPT Puskesmas Mentikan. Dalam
menyampaikan Pedoman Program Kesehatan Jiwa ini tentunya masih banyak
menyimpan kekurangan karena keterbatasan kami. Tentunya mengharapkan adanya
saran maupun masukan dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas dari
pedoman ini.
Akhirnya terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan Pedoman Program Kesehatan Jiwa UPT
Puskesmas Mentikan ini.

Pelaksana Program Jiwa

Dr. Hesty Mustika Dewi

NIP 19841005 201101 2 005


Daftar Isi

Judul Pedoman
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Masalah kesehatan jiwa masyarakat dewasa ini semakin meningkat, yaitu


ditandai semakin meningkatnya tindak kekerasan, tingginya kenakalan remaja,
meningkatnya penyalahgunaan Napza, meningkatnya tawuran dan
pengangguran merupakan indikasi keadaan masyarakat yang sakit. Untuk
penanganan masalah ini masyarakat perlu mendapatkan informasi yang luas
tentang kesehatan jiwa baik permasalahan maupun pencegahan dan dalam
penanganannya.

Kebijakan kesehatan jiwa masyarakat terdapat empat perubahan mendasar


antara lain dari berbasis rumah sakit menjadi berbasis masyarakat, ditangani
semua pelayanan kesehatan yang ada, dulu rawat inap sekarang mengandalkan
rawat jalan, dahulu gangguan jiwa disantuni sekarang diperdayakan. Hal ini
diperkuat permenkes No: 406/Menkes/SK/VI/2009 tentang pedoman Pelayanan
Kesehatan Jiwa Komunitas.

Dewasa ini Pemerintah telah menyediakan pelayanan kesehatan jiwa kepada


masyarakat melalui sistem pelayanan kesehatan jiwa mulai dari tingkat primer
sekunder dan tersier. Namun demikian jika dikaitkan dengan beban biaya yang
harus dikeluarkan maka pendekatan kepada masyarakat akan lebih efektif dan
efisien.

Pelayanan Kesehatan Jiwa di masa lalu bersifat spesialistik dan dikembangkan


untuk RSJ maupun RSU. Sedangkan yang bersifat umum dilakukan di
Puskesmas. RSJ dijadikan pusat rujukan dan pembinaan pelayanan kesehatan
jiwa agar pelayanan kesehatan jiwa dapat diselenggarakan secara
komprehensif.

Pelayanan kesehatan jiwa dewasa ini mengalami perubahan fundamental dari


pelayanan kesehatan jiwa dengan perawatan tertutup menjadi terbuka. Dalam
penanganan gangguan jiwa pendekatan klinis-individual beralih ke produktif
sosial sesuai dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas.

b. Tujuan Pedoman

1. Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup masyarakat.

2. Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan jiwa.
b) Meningkatkan upaya untuk mencegah gangguan jiwa.
c) Terdeteksi dan tertanggulanginya masalah kesehatan jiwa secara dini.
d) Meningkatkan upaya untuk menyembuhan pasien.
c. Sasaran Pedoman

Sasaran pelaksanaan pembinaan ,terbagi dua yaitu


1. Sasaran langsung :
a) Pada penderita yang datang ke puskesmas
b) Pada keluarga jiwa yang datang ke puskesmas
c) Pada saat kunjungan rumah penderita jiwa
2. Sasaran tidak langsung :
a) Keluarga di mana penderita berada berada
b) Masyarakat di lingkungan penderita jiwa
c) Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan jiwa
d) Petugas kesehatan yang melayani kesehatan jiwa
e) Petugas lain ( lintas sector ) yang menangani kasus kesehatan jiwa
f) Masyarakat luas

d. Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup kegiatan kesehatan jiwa adalah :


1. Pencarian Penderita jiwa baru secara pasif
2. Pencarian Penderita jiwa baru secara aktif
3. Perawatan atau pemantauan penderita jiwa lama
Pencarian penderita jiwa baru secara pasief adalah penderita yang datang
sendiri ke Puskesmas dan keluar pencarian penderita secara aktif adalah yang
di lakukan dengan aktif bersama dengan kader melalui swiping dan pendataan
dari rumah ke rumah.
Pelaksanaan kegiatan kesehatan jiwa dengan perawatan ada pendampingan
kader dan keluarga, dan untuk pemantauan melalui posyandu Jiwa yang
terletak di Wilayah kelurahan Miji dengan koordinator dengan penanggung
jawab wilayah sebagai berikut :
No Nama Kelurahan Nama Penanggung jawab Jabatan

1. Mentikan Diaz Pramudyawan Perawat

2. Miji Emmy Litawati Perawat

3. Kauman Juni Retnowati Perawat

4. Pulorejo Habib Perawat

e. Batasan Operasional

Batasan operasional yang digunakan dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan


Jiwa Masyarakat sebagai berikut :
1. Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
2. Gangguan Jiwa (Mental Disorder) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
seseorang yang menunjukkan sindrom dan atau perubahan perilaku yang
berlebihan terjadi tanpa alasan masuk akal secara klinik bermakna dan dapat
menimbulkan penderitaan atau hambatan di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia.
3. Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami
gangguan jiwa.
4. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
5. Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau masyarakat.
6. Anamnesis adalah upaya mengumpulkan data mengenai penderita dan
penderitaannya, mengenai keluhan-keluhannya, riwayat perjalanan penyakit,
latar belakang keluarga, kejadian sekarang dan terdahulu, yang didapat
melalui pengamatan dan wawancara.  Data yang terkumpul dijadikan bahan
untuk mendapatkan suatu diagnosis penyakit/masalah.
7. Sikap mental merupakan kondisi kejiwaan, perasaan dan keinginan
seseorang, yang mempengaruhi perilaku diwujudkan dalam perbuatan
seseorang, dan tumbuh sebagai hasil dari proses tumbuh kembang individu
sejak masa bayi/anak dan berkembang melalui pendidikan dan pengalaman
hidup.
8. Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah suatu orientasi kesehatan jiwa yang
mencakup semua kegiatan kesehatan jiwa, yang dilaksanakan di masyarakat
dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
9. Lintas Sektor Terkait adalah komponen sektor baik kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah atau non pemerintah, organisasi (Ormas/LSM) yang
mempunyai perhatian / ketertarikan terhadap kesehatan khususnya
kesehatan jiwa masyarakat.
10. Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
11. Masalah Psikososial adalah masalah sosial yang mempunyai dampak dan
berpengaruh terhadap kondisi mental seseorang yang bermanifestasi dalam
gangguan kesehatan, termasuk gangguan kesehatan jiwa.
12. Psikotik Gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran
di jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak
keindahan lingkungan.
13. Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap
penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung,
dirantai kakinya, dimasukkan ke dalam balok kayu, dan lain-lain sehingga
kebebasannya menjadi hilang.
14. Anak Jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya
untuk bekerja di jalanan kawasan urban.
15. Penganiayaan Anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang lebih tua
dengan menggunakan kekerasan/otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhannya, yang
berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian.
16. Tawuran adalah kegiatan “sampingan pelajar” yang beraninya hanya kalau
bergerombol/kelompok dan sama sekali tidak ada gunanya, bahkan dapat
dibilang merupakan tindakan pengecut.
17. Kenakalan Remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi
orang lain dan lingkungannya, yang dapat melanggar hak asasi manusia
sampai melanggar hukum.
18. Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk
tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau
pengawasan dokter, digunakan secara berkali-kali, kadang-kadang atau
terus menerus, seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik
secara fisik/jasmani, maupun mental emosional sehingga menimbulkan
gangguan fisik, mental-emosional dan fungsi sosial.
19. Kekerasan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh sekelompok
orang terhadap orang lain dalam lingkup masyarakat dengan menggunakan
anggota tubuhnya atau alat bantu lainnya/benda yang berakibat penderitaan
secara fisik, seksual atau psikologis bahkan kematian.
20. Kekerasan pada perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan
pembedaan kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan
dan penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis, termasuk
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dlam
kehidupan pribadi.
21. Stress Pasca Trauma adalah reaksi normal dari individu terhadap kejadian
yang luar biasa.
22. Pengungsi/migrasi adalah orang atau sekelompok orang warga negara
Indonesia yang meninggalkan tempat tinggal akibat tekanan berupa
kekerasan fisik dan atau mental akibat ulah manusia dan bencana alam guna
mencari perlindungan maupun kehidupan yang baru.
23. Usia Lanjut adalah makhluk sosial yang akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan masyarakat, dimana setiap
perubahan psikososial baik yang datang dari dalam dirinya, keluarga
maupun lingkungan masyarakat akan membawa dampak bagi derajat
kesehatan jiwa usia lanjut yang bersangkutan.
BAB II STANDAR KETENAGAAN

a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam mendukung kegiatan


pelayanan kesehatan jiwa mulai dari Kepala Puskesmas ,tenaga kesehatan lainnya dan
pengelolah program yang berkaitan dengan Kesehatan Jiwa. Penanggung jawab
kegiatan Kesehatan Jiwa merupakan koordinator dalam melaksanakan kegiatan
kesehatan jiwa di Puskemas Mentikan. Adapun yang menjadi kualifikasi atau standart
minimal pemegang program Upaya Kesehatan Jiwa adalah
1. Lulusan Pendidikan kesehatan ( Minimal DIII Kesehatan ) atau yang
memiliki Kompetensi di bidang Kesehatan ( Perawat, Bidan,)
2. Memiliki kemampuan dibidang kesehatan utamanya program Upaya
Kesehatan Jiwa.
3. Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun masa pengabdian di institusi
kesehatan.
4. Menguasai Wilayah dimana Kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa akan
dijalankan dan dilaksanakan.
Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM Program Upaya Kesehatan JIwa di Puskesmas
Mentikan sebagai berikut :

No Nama Kelurahan Nama Petugas jabatan pendidikan

1 Mentikan Anis Marianti Perawat D3 Kep

Emmy Litawati Perawat S1 Kep Ns

Arif Hartadi Perawat D3 Kep

Diaz Pramudyawan Perawat D3 Kep

2 Kauman Ismawati Perawat D3 Kep

Yuni Retnowati Perawat D3 Kep

Rahma Noraikha Perawat S1 Kep Ns

3 Miji Anis Setyowati Perawat D3 Kep

Izzah Perawat D3 Kep

4 Pulorejo Kholifah Perawat S1 Kep Ns

Rizkha Perawat D3 Kep


No Nama Kelurahan Lingkungan Nama Kader Pendidikan

1 Miji Sinoman gg 3 Rochmatin SMA

Sinoman gg 5 Frederika SMA

Sinoman gg 7 Kayati SMA

Kedung kwali gg 3 Kartika SMA

Kedung kwali gg 6 Suyatmi SMA

Kedung kwali 9 Lely M SMA

Miji Baru 1 Lucy SMA

Miji Baru 3 Susi Basuki SMA

Miji Lama Lilik SMA

2 Mentikan Mentikan 1 Titis SMA

Mentikan 2 Desi SMA

Cakar ayam baru Ismawati SMA

Cakar ayam 1 Nuris SMA

Cakar ayam 6 Mei SMA

swadaya Faridah SMA

Sidomulyo 2 Tarsih SMA

Sidomulyo 4 Anik SMA

Sidomulyo 6 Ariani SMA

prapanca Nurifah SMA

3 Kauman Kauman 1 Yuliati SMA

Kauman 2 Rumani SMA

Kradenan 1 Fitri SMA

Kradenan 2 Tatiek SMA

4 Pulorejo Pulowetan 1 Sri susilawati SMA


Pulowetan 2 Suudah SMA

Pulokulon 1 Sudarsih SMA

Pulokulon2 Eka SMA

BC1 Suhadi SMA

BC2 Lidiyah SMA

Balong krai Sutiyok SMA

b. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan kegiatan pelayanan Kesehatan jiwa di


Puskesmas yang dikoordinir oleh penanggung jawab program Kesehatan Jiwa
sesuai dengan kesepakatan bersama dalam menjalankan pendampingan
rujukan pasien jiwa ke RSJ dengan bekerja sama dengan lintas sector
( kelurahan , kader, Satpol PP Dinas Sosial )

c. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan jiwa di sepakati dan di susun bersama
dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap 3 bulan sekali.
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pendampingan pasien konsul √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


ke dr spesialis

2 Penyuluhan Kesehatan Jiwa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Kunjungan Rumah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Posyandu Jiwa √ √ √ √
5 Senam Bersama Penderita √
Jiwa

6 Pertemuan kader Jiwa v v

7 Rujukan ke RSJ jika di


perlukan

BAB III STANDAR FASILITAS

a. Denah Ruang / Alur Pelayanan

Alur Pelayanan Kesehatan Jiwa


1. Dalam gedung
a) Tempat pelayanan kesehatan jiwa dilakukan diruang Lansia
b) Jika memerlukan konsultasi ke dokter Spesialis di rujuk dan didampingi
oleh petugas ke Puskemas Gedongan, setiap bulan sekali
c) Jiwa masih memerlukan terapi lebih lanjut dirujuk ke RSU / RS Swasta
d) Bila perlu di Rujuk Ke RS Jiwa
2. Luar Gedung
a) Jika mendapat informasi dari masyarakat atau kader maka dilakukan
pelacakan dengan kunjungan rumah
b) Jika memerlukan konsultasi ke dokter Spesialis di rujuk dan didampingi
oleh petugas ke Puskemas Gedongan
c) Jiwa masih memerlukan terapi lebih lanjut dirujuk ke RSU / RS Swasta
b. Standar Fasilitas

Kit pelayanan kesehatan jiwa


1. Tensi meter air raksa : 1 buah
2. Stetoskop : 1 buah
3. Termometer : 1 buah
4. Timbangan berat badan : 1 buah
5. Alat suntik
6. obat obat sedatif
7. Raine straint ( Tali pengikat px amok )

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

a. Lingkup Kegiatan

Program kesehatan Jiwa merupakan upaya usaha pengembangan


Puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif, dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Program kesehatan Jiwa di
Puskesmas meliputi :
1. Aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan
a) Promotif
Pembinaan pada Kesehatan Jiwa dibagi atas komponen kegiatan pokok :
1) Sasaran langsung, pada penderita dan keluarga penderita
2) Sasaran tidak langsung : pembinaan melalui upaya
penyululuhan(KIE).
b) Preventif
Pemeriksaan dini dan pemeliharaan kesehatan.
c) Kuratif
Pengobatan terhadap Penderita Jiwa,termasuk rujukan ke rumah sakit.
d) Rehabilitatif
Merupakan upaya untuk penderita dapat mengembalikan keadaan
semaksimal mungkin kemampuan fungsional serta kemandirian dalam
bermasyarakat.
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada penderita jiwa
sebagai berikut :
1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari ( activity of daily living )
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental.pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan
4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan laborat sederhana bila perlu
6) Pelaksanaan rujukan ke RSJ jika perlu
7) Penyuluhan biasanya dilakukan di dalam maupun di luar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan
8) Kunjungan rumah oleh kader di sertai petugas , dalam rangka
kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (PublicHealth Nursing).
9) Kegiatan olahraga antara lain senam bersama dengan penderita
jiwa lainnya untuk meningkatkan kebugaran
10) Kegiatan Posyandu Jiwa setiap 3 bulan sekali

b. Metode
Mekanisme pelaksanaan kegiatan kesehatan Jiwa dibagi 2 sebagai berikut
1. Tindakan langsung
a) Penjaringan penderita baru di lakukan di Puskesmas atau di dapat dari
laporan kader atau masyarakat lainya
b) Dilakukan pemeriksaan oleh Puskesmas dan di beri pengobatan
c) Jika pengobatan dari puskesmas belum membaik , maka di lakukan
konsultasi ke dokter Spesialis di Dinas Kesehatan dengan kunjungan
dokter spesialis setiap bulan sekali, atau jika tidak bisa di tunda di lakukan
rujukan ke Rumah Sakit.
d) Di lakukan pemantauan oleh petugas dan kader, jika pasien dalam kondisi
yang membahayakan dirinya atau keluarga dan lingungan , maka di
lakukan rujukan ke RS J dengan bekerjasama lintas sector
e) Jika penderita sudah pulang dari RS J, tetap di lakukan pemantauan oleh
petugas dan kader serta penderita semua untuk pengetahui pengobatan
yang dilakukan
2. Tindakan tidak langsung
a) Penyuluhan melalui posyandu (lansia, balita,remaja)
b) Penyuluhan pada anak sekolah
c) Penyuluhan pada pertemuan kader

c. Langkah Kegiatan

1. Pendataan sasaran pada penderita ODMK dan ODGJ


Kegiatan ini dilakukan pada saat pemeriksaan di Puskesmas, dan seringkali
akan lebih efektif bila dilakukan bekerjasama dengan petugas setempat dan
di bantu oleh kader kesehatan Jiwa
2. Penyuluhan kesehatan Jiwa di lakukan pada pertemuan kader, pada anak
sekolah dan pada pertemuan keluarga penderita jiwa.
3. Deteksi dini keadaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala,
yang di lakukan setiap bulan melalui kelompok ( posyandu/posbindu dll)
4. Pengobatan penyakit yang di temukan pada semua sasaran yang dating ke
Puskesmas sampai kepada upaya rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
5. Upaya rehabilitatif ( pemulihan ) berupa upaya medik, psikososial dan
edukatif yang dimaksudkan untuk mengembalikan semaksimal mungkin
kemampuan fungsional dan kemandirian penderita
6. Melakukan/memantapkan kerjasama dengan lintas sektor terkait melalui
asas kemitraan dengan melakukan penanganan terpadu pada kegiatan
rujukan pasien yang di laksanakan
7. Melakukan fasilitas dan bimbingan dalam rangka meningkatkan peran serta
dan pemberdayaan masyarakat dalam pembinaan kesehatan jiwa
8. Melaksanakan pembinaan kesehatan jiwa secara optimal dalam
perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi secara berkala. Upaya ini dapat
dilakukan melalui pelaksanaan pra lokakarya mini di Puskesmas secara
berkala, untuk menentukan strategi, target dan langkah-langkah selanjutnya
dalam pembinaan kesehatan Jiwa.
BAB V LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di
Puskesmas dibuat dalam rencana usulan kegiatan ( RUK ) yang selanjutnya dibahas
pada pertemuan Lokakarya Mini lintas program di Puskesmas , kemudian di hasilkan
kesepakatan dalam bentuk rencana pelaksanaan kegiatan ( RPK ).
1. Pertemuan paguyupan kader jiwa
2. Pertemuan paguyuban keluarga penderita jiwa
3. Penyuluhan kesehatan jiwa
4. Melakukan pendampingan rujukan dengan kerjasama lintas sektor
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di


Puskesmas perlu di perhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan, misal :
a. Salah Pemberian Obat (Pemberian Obat yang tidak tepat atau
tidak rasional)
Salah pemberian obat yang dimaksud adalah Pemberian atau Pemakaian Obat yang
tidak rasional seperti Meresepkan Obat dengan berlebihan, meresepkan obat yang
salah, atau meresepkan obat yang lebih dari satu jenis dan meresepkan obat yang
kurang
1. Upaya Pencegahan:
a. Anamnesa Pasien dengan benar dan tegakkan diagnose dengan tepat
b. Lakukan Pemeriksaan Berat Badan dan pemeriksaan fisik secara tepat.
c. Saat obat akan diserahkan pada pasien atau keluarga pasien,beritahukan
cara meminum obat sampai pasien atau keluarga pasien benar benar
mengerti.
2. Cara Penanganan Jika Terjadi:
a. Segera datangi pasien ke rumahnya dengan membawa obat yang
b) benar, baik obat belum diminum atau sudah diminum oleh pasien,
c) segera tukar obat yang salah dengan obat yang benar.
a. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien
d) lainnya
a. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24
jam.

b. Salah Dosis Obat


1. Upaya Pencegahan:
a. Timbang berat badan
b. Tetapkan dosis obat sesuai berat badan
c. Tuliskan dosis obat yang tepat sesuai berat badan
d. Pengobatan dimulai dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang
diberikan pada dewasa muda
e. Pilih obat yang memberikan rasio paling menguntungkan.
2. Cara Penanganan Jika Terjadi :
a. Segera ganti resep obat dan obat sesuai dengan dosis
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24
jam

c. Resiko jatuh atau terjadinya cidera saat pemberian obat


1. Upaya Pencegahan:
a. Memberikan Penyuluhan dan motivasi kepada keluarga penderita jiwa untuk
b) mendukung dalam pengobatan yang benar
a. Melakukan screening atau home visit bagi penderita jiwa yang rentan atau
c) tidak mampu untuk datang ke Puskesmas.
2. Cara Penanganan Jika Terjadi:
a. Segera lakukan Pemeriksaan fisik terhadap penderita jiwa, jika terjadi
Kegawat daruratan segera Rujuk ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
Penanganan lebih Lanjut.
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien
b) lainnya
a. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24
jam.
BAB VII KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di


Puskesmas perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas dan lintas
sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Masalah keselamatan kerja yang sering
atau potensial terjadi di program kesehatan jiwa mungkin bisa terjadi jika petugas
kesehatan jiwa tidak waspada terhadap kemungkinan terjadi amok penderita
memungkinkan kejadian yang tidak diinginkan atau potensial terjadi pada petugas
kesehatan.
1. penderita mengalami gangguan hallusinasi penglihatan atau pendengaran
 Upaya Pencegahan :
a. siapkan obat obat anti sedatif
b. siapakan alat pengikat atau alat pengikat yang lunak
c. jangan di lakukan sendiri jika pasien mengalami gangguan sesaat
d. Beritahu atau berikan informasi keluarga bahwa penderita perlu pangawasan yang
lebih ketat.
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu pada Program kesehatan jiwa di Puskesmas Mentikan antara lain
dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :
1. Sudut pandang Petugas :
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
b. Kesesuain petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Tercapainya indikator kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas
d. Permasalahan di bahas pada tiap pertemuan Lokakarya mini tiap triwulan
2. Sudut pandang Sasaran :
a. Meningkatkan kesadaran pada keluarga penderita dan penderita untuk merawat
sendiri kesehatannya.
b. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya
dalam menghayati dan mengatasi kesehatan jiwa
c. Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan jiwa.
d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa
e. Meningkatkan harapan hidup dan kemandirian penderita jiwa
Untuk mencapai hal diatas maka Programer kesehatan jiwa dan puskesmas perlu
melakukan beberapa hal penting yang dapat meningkatkan mutu diatas yaitu :
1. Menggali kebutuhan sasaran program atau masyarakat sasaran Lintas
program dan Lintas sector.
2. Memberdayakan masyarakat dalam setiap kegiatan yang berkaitan
dengan program.
3. Penanggung jawab program melakukan Koordiansi, Pengarahan,
Pembinaan dan konsultasi dengan para pelaksana.
4. Menyusun rencana peningkatan Mutu bersama sama dengan lintas sector, lintas
program serta para pelaksana kegiatan.
Kepala puskesmas secara rutin dan periodic melakukan evaluasi terhadap kegiatan
Program kesehatan jiwa.
BAB IX PENUTUP

Buku Pedoman ini merupakan salah satu referensi pelaksanaan Upaya


Kesehatan Jiwa di Puskesmas Mentikan yang memuat pokok pokok penting
pelaksanaan kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas Mentikan agar mudah
digunakan oleh Petugas, Upaya Kesehatan Jiwa dan pelaksana kegiatan yang ada
diwilayah kerja Puskesmas Mentikan.Pedoman praktis merupakan penjabaran dari
buku pedoman Upaya Kesehatan Jiwa Nasional Kepmenkes Edisi 1 tahun 2003, yang
memuat pedoman praktis kegiatan pokok Upaya Kesehatan Jiwa secara
menyeluruh,dan disesuaikan dengan keadaan wilayah kerja Puskesmas Mentikan.
Disadari Buku pedoman ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan dan perlu perbaikan sehingga saran demi saran demi penyempurnaan
pedoman ini sangat kami harapkanPedoman ini di gunakan sebagai acuan bagi
pengelola kesehatan jiwa di Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Mentikan.

Anda mungkin juga menyukai