Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

PELAYANAN KESEHATAN JIWA


DI PUSKESMAS ROWOSARI I
TAHUN 2022

Rowosari, 10 Januari 2022

Mengetahui,
Kepala PuskesmasRowosariI

dr. Andy Setiawan


PenataTk.I
NIP. 19721031 200604 1 004

PUSKESMAS ROWOSARI I
Jalan Taruna Desa Sendangdawuhan-Kec. Rowosari-Kendal 51354
Telp. 08112704532 Email:puskrowo01@gmail.com

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
F. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber daya manusia
B. Distribusi kketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
BAB III STANDAR FASIITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 “Sehat adalah keadaan
sejahtera dari fisik, mental dan social serta produktif secara ekonomis”. Serta
berdasarkan UU No. 18 tahun 2014 “ Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan social
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dan dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya”. Sehingga kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kesehatan secara menyeluruh. Dengan terjadinya
perubahan pesat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri beserta berbagai
dampaknya, maka keadaan ini sangat rawan untuk terjadinya masalah kesehatan
jiwa. Masyarakat dituntut untuk segera beradaptasi terhadap perubahan yang
cepat itu. Akibat perubahan tersebut meningkatnya masalah kesehatan jiwa di
masyarakat seperti meningkatnya tindak kekerasan dan criminal, kenakalan
remaja, penyalahgunaan narkoba, gangguan psikosomatik, gangguan cemas,
depresi, serta masalah kesehatan jiwa lainnya.
Gangguan kesehatan jiwa meskipun tidak langsung menyebabkan kematian,
namun akan menimbulkan penderitaan bagi individu dan keluarga, baik mental
maupun materi. Hingga saat ini masyarakat masih mengutamakan pada keluhan
fisik dan kurang memperhatikan keluhan emosional yang melatar-belakangi
keluhan fisik tersebut. Rendahnya factor pengetahuan masyarakat tentang
gangguan jiwa, yang menganggap orang dengan gangguan jiwa adalah orang
dengan perilaku aneh, memalukan atau menakutkan. Faktor lainnya masyarakat
malu jika ada keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga bila ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, tindakan yang dilakukan adalah
mengisolasi pasien dengan memasung/mengurun memasung/mengurung pasien
agar tidak diketahui orang lain.
Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan pengertian masyarakat terhadap kesehatan jiwa, sehingga
sehingga dapat melakukan melakukan upaya umtuk meningkatkan meningkatkan
derajat derajat kesehatan jiwa, mencegah, mengenali dan mengatasi masalah
kesehatan jiwa secara dini.
Kesehatan Jiwa merupakan salah satu pelayanan wajib puskesmas
termasuk di Puskesmas Rowosari I yang mempunyai peranan strategis
mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan

3
berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas. Hal ini dilakukan untuk
mewujudkan visi Puskesmas yaitu Terwjudnya Puskesmas Rowosari I sebagai
Puskesmas yang memberikan Pelayanan Bermutu, dengan misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, 2) Mengembangkan sarana dan
pra sarana untuk meningkatkan kualitas pelayanan, 3) Meningkatkan akses dan
keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Dalam melakukan
kegiatan petugas selalu membudayakan tata nilai Senyum, Ikhlas, Amanah,
Profesional.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif
dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan tersusun secara terus-
menerus .
Meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas
Rowosari I.

2. Tujuankhusus
1. Meningkatnya derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup masyarakat
2. Meningkatnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan jiwa.
3. Meningkatnya upaya untuk mencegah gangguan jiwa.
4. Terdeteksi tertanggulanginya masalah kesehatan jiwa secara dini.

C. Sasaran :
1. Pengelola program kesehatan jiwa dan tenaga kesehatan lainnya di
Puskesmas Rowosari I
2. Masyarakat Masyarakat yang peduli kesehatan kesehatan jiwa
3. Lintas sektor terkait terka

D. Ruang lingkup
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas, meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan jiwa dan kegiatan pembinaan hidup sehat
kepada masyarakat.
b. Deteksi secara dini adanya masalah kesehatan dalam masyarakat atau
pada pasien yang datang ke Puskesmas serta menegakkan diagnosis
gangguan jiwa.
c. Penemuan kasus gangguan jiwa

4
d. Diagnosis dini, pemeriksaan pemeriksaan dan pengobatan
psikofarmaka kasus maka kasus penyakit jiwa segera/dini
e. Pertolongan pertama pada kasus kedaruratan jiwa
f. Merujuk kasus ke fasiltas tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit
atau lembaga non kesehatan yang ada di masyarakat
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas, meliputi:
a. Sosialisasi dan Penyuluhan masalah KESWA
b. Sweeping/Pencarian kasus gangguan jiwa di masyarakat (terutama
kasus pasung)
c. Kunjungan Rumah
d. Merujuk kasus ke fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti rumah
sakit
E. Batasan Operasional
Batasan operasional yang digunakan dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan
Jiwa Masyarakat sebagai berikut :
1. Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental spiritual dan social sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
2. Gangguan Jiwa (Mental Disorder) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa seseorang yang menunjukkan sindrom dan atau perubahan
perilaku yang berlebihan terjadi tanpa alasan masuk akal secara klinik
bermakna dan dapat menimbulkan penderitaan atau hambatan di
dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
3. Orang dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat OMDK
adalaha orang yang mempunyai masalah fisik, mental, social,
pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
4. Orang dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya akan disingkat ODGJ
adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan
perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkanpenderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
orang sebagai manusia.
5. Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiata untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat dengan pendekatan promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

5
berkesinambungan oleh pemerintan, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
6. Anamnesis adalah upaya mengumpulkan data mengenai penderita,
mengenai keluhan-keluhannya, riwayat perjalanan penyakit, latar
belakang keluarga, kejadian sekarang dan terdahulu, yang di dapat
melalui pengamatan dan wawancara. Data yang terkumpul dijadikan
bahan untuk mendapatkan suatu diagnosis penyakit
7. Sikap mental merupakan kondisi kejiwaan, perasaan dan keinginan
seseorang, yang mempengaruhi perilaku diwujudkan dalam perbuatan
seseorang dan tumbuh sebagai hasil dari proses tumbuh kembang
individu sejak masa bayi/anak dan berkembang melalui Pendidikan dan
pengalaman hidup
8. Lintas sector terkait adalah komponen sector baik baik kelompok
masyarakat, Lembaga pemerintah atau non pemerinta, organisasi
(ORMAS/LSM)yang mempunyai perhatian atau ketertarikan terhadap
kesehatan khususnya kesehatan jiwa masyarakat
9. Masalah psikososial Masalah psikososial adalah masalah social yang
mempunyai dampak dan berpengaruh terhadap kondisi mental
seseorang yang bermanifestasi dalam gangguan kesehatan, termasuk
gangguan kesehatan jiwa
10. Psikotik Gelandangan adalah penderita penderita gangguan gangguan
jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, dapat mengganggu
ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan
11. Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat
terhadap pederita gangguan jiwa (biasanya berat) dengan cara
dikurung, dirantai kakinya, dimasukkan kedalam balok kayu sehingga
kebebasannya menjadi hilang
12. Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk
tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau
pengawasan dokter, digunakan secara berkali-kali, kadang-kadang atau
terus menerus, seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan
baik secara fisik/jasmani, maupun mental emosional sehingga
menimbulkan gangguan fisik, mental-emosional dan fungsi social
13. Stress pasca trauma adalah reaksi normal dari individu terhadap
kejadian individu kejadian yang luar biasa
14. Usia Lanjut adalah makhluk makhluk social yang akan mempengaruhi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan
masyarakat, dimana setiap perubahan psikososial baik yang datang

6
dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan masyarakat akan
membawa dampak bagi derajat kesehatan jiwa usia lanjut yang
bersangkutan
F. Landasan Hukum
1. UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika
2. UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jaminan Sosial
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
6. Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
7. KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
8. Permenkes No 54 tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan
Pada ODGJ
9. Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
10. Permenkes No 4 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Institusi Penerima
Wajib Lapor
11. Permenkes No 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
220/Menkes/SK/III/2002 tanggal 25 Maret 2002 tentang Pedoman Umum
Tim Pembina, Pembina, Tim Pengarah, Pengarah, Tim Pelaksana
Kesehatan Kesehatan Jiwa Masyarakat Masyarakat (TP-KJM)
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

7
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
406/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
20. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
868/Menkes/E/VII/2002 tentang Pedoman Umum Tim Pembina, Tim
Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM)
21. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 440.05/125/2 440.05/125/2008
tentang tentang Pembentukan Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TP-KJM) ProvinsiJawa Tengah.
22. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Penanggulangan Pasung di Provinsi Jawa Tengah.

8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yang
diijinkan berprofesi minimal berijazah Diploma Tiga ( D III )
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
KESWA Minimal Minimal D III Diampu oleh 1 orang petugas
dengan latar belakang
pendidikan D III Keperawatan

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab KESWA di puskesmas
dikoordinir oleh Penanggung jawab program sesuai de sesuai dengan
kesepakatan.
Kegiatan Petugas Petugas Unit terkait
KESWA Dwi Lestyaningsih,Amd.Kep Kepala Puskesmas
UKP
UKM
KMP
Lintas Sektor

C. JadwalKegiatan
Bulan
No Upaya Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kesehatan Deteksi dini masalah √
Jiwa KESWA dan NAPZA
Sosialisasi KESWA √
Sweeping/Pencarian √
Kasus
Kunjungan Rumah √

9
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DenahRuang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan penyelenggaraanKefarmasian dilakukan
oleh Petugas Obat yang menempati ruang Ruang Obat dari gedung Puskesmas

R. TU

R.
R. Klinik R. R. Obat R. PKPR R. Lab
Kapusk
Sanitasi Gudang
Obat

B. Standar Fasilitas
1. Kit KESWA
 Surat Tugas
 Buku
 Pulpen
2. Kit Sosialisasi Sosialisasi KESWA
 Leaflet
3. Kit Audiov Kit Audiovisual yang terdiri dari :
 Wireless system/Amplifier dan Wireless Microphone 2 Unit
 Speaker Speaker 2 buah

10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Melakukan pendeteksian pasien dengan masalah gangguan jiwa di poli
umum, poli KIA/KB, poli gigi, UGD, umum, poli KIA/KB, poli gigi, UGD,
laboratorium dan laboratorium dan unit layanan obat oleh penanggung
jawab KESWA, dokter, bidan, perawat, analis laboratorium dan petugas
obat
2. Melakukan konsultasi masalah kejiwaan, pengobatan orang dengan
gangguan jiwa dan melakukan rujukan pasien dengan gangguan jiwa
yang dilakukan oleh dokter
3. Menyelenggarakan sosialisasi dan penyuluhan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah kejiwaan
4. Melakukan sweeping orang dengan masalah gangguan jiwa sehingga
dapat segera di terapi atau dirujuk jika masalah gangguan jiwanya berat
5. Melakukan penemuan dan pencegahan kekambuhan agar masalah
kejiwaan pasien cepat mendapatkan terapi dan mengurangi angka
kekambuhan penyakit akibat pasien yang tidak melakukan control
berobat kembali
6. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit rujukan jika sulit diatasi di rumah dan
jika pasien sulit dibawa ke Puskesmas
B. Metode
1. Menyesuaikan perencanaan kesehatan jiwa dengan perencanaan
puskesmas
2. Menyesuaikan dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini
puskesmas
3. Menyesuaikan kondisi dan kebutuhan setempat
4. Mendorong peran serta masyarakat
C. Langkah Kegiatan

11
BAB V

LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program
kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan jiwa
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan saran gedung
Puskesmas dan prasarana yang meliputi :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Leaflet
4. Buku catatan catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Upaya Kesehatan Jiwa
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas.
Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh
koordinator kesehatan usi lanjut berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan
dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat
perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action).

12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pengendalian mutu Pelayanan Kesehatan Jiwa merupakan kegiatan untuk


mencegah terjadinya masalah terkait jiwa atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien
(patient safety). Dengan Identifikasi Pasien pada saat pemberian obat kepada
pasien. Memastikan bahwa pasien memahami tentang cara pakai dan dosis obat
yang diberikan.

13
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam pelaksanaan pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Rowosari I petugas


memakai alat pelindung diri yaitu menggunakan sepatu tidak ber hak tinggi dan
penggunaan masker.

14
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:


a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan
evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1) monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja); dan
2) memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1) Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
2) Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan

15
BAB IX
PENUTUP

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan


pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Untuk keberhasilan
pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ini diperlukan komitmen
dan kerja sama semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas semakin optimal dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pelayanan Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

16

Anda mungkin juga menyukai