Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN EVIDENCED-BASIC PRACTICE

KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. P DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS

Disusun oleh :

TRI HASTUTI

NIM. SN 161152

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
0
LAPORAN EVIDENCED-BASIC PRACTICE
KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. P DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS

Nama Mahasiswa : TRI HASTUTI


NIM : SN 161152

1. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan masa usia di mana terjadi perubahan-perubahan
yang menyebabkan terjadinya kemunduran fungsional pada tubuh. Salah
satunya adalah terjadinya penurunan produksi dan pengeluaran hormon yang
diatur oleh enzim-enzim yang juga mengalami penurunan pada usia lanjut.
Salah satu hormon yang menurun sekresinya pada usia lanjut adalah insulin.
Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit diabetes
mellitus pada usia lanjut. Namun demikian, beberapa faktor resiko seperti
resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan terjadinya perubahan
vaskular, kegemukan akibat kurangnya aktivitas fisik yang tidak diimbangi
dengan asupan makanan yang adekuat, sering mengkonsumsi obat-obatan,
faktor genetik, dan keberadaan penyakit lain yang memperberat diabetes
mellitus, juga memegang peran penting.
Penyakit diabetes melitus yang terdapat pada usia lanjut mempunyai
gambaran klinis yang bervariasi luas, dari tanpa gejala sampai dengan
komplikasi nyata dan kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan
yang biasa ditemui pada usia lanjut. Keluhan umum pasien DM seperti
poliuria, polidipsia dan polifagia, pada DM usia lanjut tidak ada. Umumnya
pasien datang dengan keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada usia
lanjut, respon tubuh terhadap berbagai perubahan/gejala penyakit mengalami
penurunan. Biasanya yang menyebabkan pasien usia lanjut datang berobat
adalah karena gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada

1
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang
sukar sembuh dengan pengobatan biasa (Sona, 2015).

2. PICO
a. Patient and problem :
Pasien Ny. P, dengan diagnosa medis diabetes melitus, klien mengeluh
sendinya terasa kaku, kekuatan otot menurun dan pergerakan sendi tampak
terbatas.
b. Intervention :
Melakukan kompres panas pada sendi yang kaku.
c. Comparison :
Melakukan kompres dingin pada sendi yang kaku.
d. Outcome :
Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi sebagian
dengan kriteria:
1) Klien dapat beraktifitas.
2) Kekakuan sendi menurun

3. Tinjauan Kasus
a. Deskripsi
Pasien Ny. P, umur : 65 tahun, dengan diagnosa medis diabetes melitus, Ny.
P mengeluh pusing, kadang gliyeng, badan pegel semua, kaki likaten dan
leher cengeng. Kesadaran : kompos mentis, TD : 140/90 mmHg,
Pernapasan : 20X/menit, Nadi : 80 X/ menit.
b. Data Fokus
Data Subjektif : Klien mengeluh sendinya terasa kaku
Data Objektif : Kekuatan otot menurun, Pergerakan sendi tampak terbatas.
c. Analisa Data
Problem : Gangguan mobilitas fisik.
Etiologi : Kekakuan sendi.

2
d. Diagnosa Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai
dengan klien mengeluh sendinya terasa kaku, kekuatan otot menurun,
pergerakan sendi terbatas.

4. Dasar Pembanding
Dasar pembanding dari masalah keperawatan kurang pengetahuan yaitu
dengan melakukan kompres panas pada sendi dengan melakukan kompres
dingin pada sendi.

5. Implementasi
Melakukan kompres panas pada sendi.

6. Hasil
S: Klien mengatakan kekakuan sendi berkurang.
Keadaan umum klien baik.
O : - Klien tampak pergerakan sendi terbatas.
A -: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.

7. Diskusi
Laporan Evidenced-Basic Practice pada klien Ny. P dengan diagnosa medis
diabetes melitus, dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan klien mengeluh sendinya
terasa kaku, kekuatan otot menurun, pergerakan sendi terbatas, hal ini
dikarenakan, setelah mengadakan pengkajian hasil dari analisa data, perawat
menganjurkan untuk melakukan kompres panas pada klien diabetes melitus.
Kompres panas yaitu :
Saat otot terasa kaku, nyeri atau cedera yang berkepanjangan, kompres panas
adalah pertolongan pertama yang ideal. Panas cukup efektif meredakan rasa
sakit akibat pergerakan otot yang berlebihan. Kompres dengan menggunakan
3
kantung atau handuk panas meningkatkan elastisitas jaringan sendi dan
menstimulasi peredaran darah (Hestianingsih, 2013).
Kompres dingin :
Kompres dingin menggunakan es dapat menyebabkan vasokonstriksi
(penyempitan pembuluh darah) sehingga saat terjadi radang atau cedera, proses
vasokonstriksi yang terjadi akan menyebabkan pengurangan bengkak. Selain
itu, peredaran zat-zat dalam darah yang berperan dalam menimbulkan rasa
nyeri ke sendi lutut tersebut juga akan terhenti sehingga rasa nyeri dapat
berkurang (Yani, 2016).
Efek fisiologis Kompres Panas dan Dingin :
Kompres panas Kompres dingin
Vasodilatasi Vasokontriksi
Meningkatkan permeabilitas kapiler Menurunkan permeabilitas kapiler
Meningkatkan metabolisme selulas Menurunkan metabolisme selular
Merelaksasi otot Merelaksasi otot
Menigkatkan inflamasi, meningkatkan Memperlambat pertumbuhan
aliran darah ke suatu area bakteri, mengurangi inflamasi
Meredakan nyeri dengan merelaksasi otot Meredakan nyeri dengan membuat
area menjadi mati rasa,
memperlambat aliran impuls nyeri,
dan menigkatkan ambang nyeri
Efek sedatif Efek anastesi lokal
Mengurangi kekakuan sendi dengan Meredakan perdara
menurunkan viskositas cairan senovial

Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin :


Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan
Sangat dingin Di bawah 15 C Kantong es
Dingin 15- 18 C Kemasan pendingin
Sejuk 18- 27 C Kompres dingin

4
Hangat kuku 27- 37 C Mandi spons- alkohol
Hangat 37- 40 C Mandi dengan air hangat
Panas 40- 60 C Berendam dalam air panas,
irigasi, kompres panas
Sangat panas Di atas 60 C Kantong air untuk orang dewasa

8. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1) P : Diabetes melitus, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kekakuan sendi, I : Kompres panas, C : Kompres dingin, O :
Gangguan mobilitas fisik kekakuan sendi teratasi sebagian.
2) Hasil intervensi kompres panas : masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik kekakuan sendi teratasi sebagian.
b. Saran
1) Perawat
Perlu dilakukan metode intervensi masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik kekakuan sendi dengan metode lain seperti kompres
dingin.
2) Pasien
Sebelum memberikan intervensi keperawatan perlu dilakukan
pengkajian terhadap pasien untuk menentukan tindakan yang tepat
dalam implementasi keperawatan.

5
9. Daftar Pustaka
Hestianingsih. 2013. Perbedaan Manfaat Kompres Panas & Dingin untuk
Atasi Cedera Saat Fitnes.
http://wolipop.detik.com/read/2013/05/08/120337/2240931/849/perbedaa
n-manfaat-kompres-panas--dingin-untuk-atasi-cedera-saat-fitnes.

Sona. 2015. Penyakit Diabetes Pada Lansia.


http://caramengobatidiabetes.org/penyakit-diabetes-pada-lansia-1/.

Yani. 2016. Nyeri Sendi? Kompres dengan Cara Ini.


http://www.riauonline.co.id/mobile/2016/02/12/nyeri-sendi-kompres-
dengan-cara-ini

Sragen, 12-06-2017
Mengetahui

(Tri Hastuti)
NIM. SN 161152

Anda mungkin juga menyukai