Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulis ikhlas kami menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada kedua orangtua kami, Bapak /Ibu guru dan teman-teman
yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun
materiil untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini berguna dan memiliki manfaat bagi para
pembaca. Amin.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan
Indonesia termasuk daerah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia,
selain termasuk wilayah Pacific ring of fire (deretan gunung berapi Pasifik), juga
terletak di pertemuan dua lempeng tektonik dunia dan dipengaruhi tiga gerakan, yaitu
gerakan sistem Sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran Asia Timur, dan
gerakan sirkum Australia. Faktor-faktor tersebut menyebabkan Indonesia rentan
terhadap letusan gunung berapi dan gempa bumi. Selama Januari 2010 saja tercatat
sekitar 100 kali gempa dengan kekuatan >5 SR dan sejak tahun 2004 telah terjadi
lebih dari 800 kali gempa yang berkekuatan >5 SR. Karena itu, Indonesia sangat
membutuhkan sistem mitigasi bencana terpadu dan terintegrasi, sehingga pemerintah
dan masyarakat memiliki adaptasi dan antisipasi yang lebih baik terhadap perilaku
alam, khususnya bencana gempa dan Tsunami.
Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar
(lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di
dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan
daerah seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki
siklus 200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa
berulangnya siklus.
Kota Padang, merupakan salah satu ibukota provinsi di Indonesia yang
sangat rentan dengan bencana gempabumi dan tsunami. Kondisi geografis kota
Padang yang landai dibagian tengahnya menyebabkan aktifitas masyarakat banyak
terpusat di daerah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwa bencana terutama
gempa bumi dan tsunami di Kota Padang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi
kembali. Dibutuhkannya kesiapan dan persiapan pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan mitigasi yang lebih efektif dan efisien sebagai tindakan sebelum
terjadinya bencana sangat perlu dilakukan.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut;
- Untuk mengetahui dampak gempa bumi yang ditimbulkan
- Untuk mengetahui penanggulangan bencana
- Untuk mengetahui kaitan pekerja social dan community based disaster
management
TINJAUAN PUSTAKA
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng bumi). Kata
gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian
gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi
terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk
dapat ditahan.
Jenis Gempa Bumi
1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api )
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan
20. 21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan
menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
21. 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5
pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
22. 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter
mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami
di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
23. 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter diAsia Selatan,
berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
24. 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB
selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United
States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang
tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
25. 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas
26. 12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
27. 3 Januari 2009 - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
28. 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya,
Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa
masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga
pengevakuasian warga terhambat.
29. 30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik
yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala
Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang
Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan
terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
ISI
Analisis Situasi
Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala
Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30
September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat
laut Kota Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di
Sumatera Barat sepertiKabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir
Selatan, Kota
Pariaman,Kota
Bukittinggi, Kota
Padangpanjang, Kabupaten
Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB,
sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten
di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang,
korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak
sedang, & 78.604 rumah rusak ringan.
Bencana terjadi sebagai akibat dua gempa yang terjadi kurang dari 24 jam
pada lokasi yang relatif berdekatan. Pada hari Rabu 30 September terjadi gempa
berkekuatan 7,6 pada Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km di barat
daya Kota Pariaman (00,84 LS 99,65 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km.
Pada hari Kamis 1 Oktober terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala
Richter, kali ini berpusat di 46 km tenggara Kota Sungaipenuh pada pukul 08.52 WIB
dengan kedalaman 24 km. Setelah kedua gempa ini terjadi rangkaian gempa susulan
yang lebih lemah. Gempa pertama terjadi pada daerah patahan Mentawai (di bawah
laut) sementara gempa kedua terjadi pada patahan Semangko di daratan. Getaran
gempa pertama dilaporkan terasa kuat di seluruh wilayah Sumatera Barat, terutama di
pesisir.
Sementara itu, bangunan rumah yang rusak berat (RB) 135.488 unit, Rusak
Sedang (RS), 5.380 unit, Rusak Ringan (RR) 78.604 unit. Sarana Pendidikan 2.164
unit RB, 1.447 unit RS, dan 1.137 unit RR. Bangunan kantor 254 unit RB, 83 unit RS,
dan 105 unit RR. Sarana Kesehatan 51 unit RB, 50 unit RS, dan 52 unit RR. Tempat
ibadah 1.003 unit RB, 1.199 unit RS, dan 649 RR. Jalan 178 ruas RB, 63 ruas RS dan
51 ruas RR. Jembatan 21 unit RB dan 30 unit RS dan 17 unit RR. Irigasi 147 unit RB,
144 unit RS, dan 27 unit RR. Jalan juga mengalami kerusakan di sejumlah titik di
Kota Padang diantaranya di Bungus Teluk Kabung, dan terjadi pula kebakaran di
sejumlah titik di Kota Padang, diantaranya di arah Pasar Raya Padang.
Kondisi Masyarakat
Orang-orang menyadari bahwa gempa bumi sekuat itu dapat menyebabkan
tsunami yang akan mencapai pantai dengan cepat. Mereka juga sadar bahwa air laut
yang surut secara tiba-tiba menandakan gelombang tsunami yang mendekat.
Banyak orang memercayai yang dapat dilihat dengan mata kepala sendiri; itulah
alasan mereka mengandalkan kondisi laut setelah gempa bumi. Dalam situasi
ketiadaan informasi (resmi) lainnya, banyak orang pergi ke pantai untuk melihat
apakah air laut menyurut. Karena hal itu tidak terjadi, sebagian besar mereka
memutuskan untuk tidak mengungsi.
Berita bahwa tidak ada ancaman tsunami dan masyarakat boleh kembali ke
rumah yang diudarakan lewat RRI oleh Wali Kota, perlahan-lahan mencapai
makin banyak orang. Tetapi, meski telah menerima informasi bahwa tidak ada
ancaman tsunami, banyak orang yang tetap mengungsi karena terlalu takut dan
tidak
mempercayai informasi itu. Sebagian masyarakat menyarankan agar
pemerintah menggunakan pelantang (masjid) untuk menyampaikan informasi dengan
cepat kepada masyarakat.Penggunaan frekuensi Radio FM untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat adalah pilihan yang tepat. Namun, informasi resmi
dalam bentuk arahan yang jelas harus tersedia secara luas dan cepat guna
memperkuat atau membatalkan proses evakuasi. Karena perkiraan waktu tiba
tsunami untuk Padang sangat pendek, informasi yang baru tersedia satu jam setelah
gempa sangat terlambat.Proses evakuasi terhambat oleh kemacetan lalu lintas
yang parah.
Masyarakat ketakutan dan kepanikan setelah gempa. Mereka umumnya
melarikan diri dengan sepeda motor dan mobil. Oleh karena itu terjadi kemacetan
lalu lintas yang parah sertakecelakaan. Jalur evakuasi yang ditetapkan tidak cukup
untuk menyalurkan massa. Bagi sebagian warga, jalan yang macet adalah alasan
untuk tidak mengungsi. Tidak satu pun responden menyebutkan kemungkinan cara
evakuasi vertikal, yakni, ke bangunan tinggi. Tampaknya, orang-orang tidak
mempertimbangkan evakuasi vertikal sebagai pilihan. Evakuasi berlangsung
hanya sebagai gerakan horisontal menjauh dari pantai dan mengarah ke daratan.
Fakta bahwa sebagian masyarakat bergerak ke arah laut, sementara sebagian lain
menuju ke daratan menciptakan kesulitan lebih besar untuk evakuasi dan
meningkatkan kekacauan. Di beberapa area, keadaan lalu lintas ini berlanjut hingga
3-4 jam setelah gempa bumi.
Ada kekurangan pemahaman mengenai sistem peringatan dini, namun
wargamemercayai pemerintah untuk menyediakan informasi yang akurat
secaralangsung setelah gempa bumi. Sebagian besar responden hanya memiliki
gambaran kabur mengenai cara kerja sistem peringatan tsunami secara menyeluruh.
Sebagian wargaberanggapan bahwa teknologi pengamatan laut seperti pelampung
(buoy) akan memperingatkan pemerintah daerah dengan segera dan langsung
jika tsunami datang (yang sebetulnya tidak benar). Orang-orang tidak menyadari
bahwa dalam beberapa menit pertama setelah gempa bumi tidak bisa
mendapatkan kepastian tentang ancaman tsunami (bahkan dari sudut pandang
peramalan dan pemantauan gempa bumibelum ada kepastian).
Dari sudut pandang masyarakat, hal terpenting adalah mendapatkan informasi
akurat dan resmi secepat-cepatnya. Ada kekurangan pengetahuan masyarakat tentang
cara kerja rantai komunikasi peringatan dini. Masyarakat percaya kepada
pemerintah daerah, khususnya Wali Kota. Mereka percaya bahwa pemerintah
akan menyediakan informasi yang akurat secara langsung setelah gempa bumi.
Mereka menyadari kesulitan penyebaran informasi di dalam situasi kacau setelah
gempa bumi. Tetapi, mereka memiliki harapan besar kepada pemerintah untuk
menyediakan informasi dalam waktu yang amat singkat. Dan mereka memiliki
saran tentang cara menyampaikan informasi kepada mereka secara langsung dan tepat
waktu, yakni lewat pelantang-pelantang masjid.
Peran Pemerintah
Usaha pemerintah Kota Padang untuk membangun proyek dan program
mitigasi bencana di Kota Padang sudah menampakkan hasil baik seperti proyek
mitigasi struktur dalam bentuk shelter dan non struktur menggunakan ahli dari
pekerja sosial dalam bentuk trauma healing dan sosialisasi terhadap masyarakat
untuk lebih waspada dan siap siaga terhadap ancaman gempa dan tsunami di Kota
Padang. Walaupun untuk langkah awal, pemerintah Kota Padang mengalami
kesulitan dana dan butuh bantuan untuk melaksanakan program-program yang
ditujukan untuk masyarakat secara serentak.
Informasi dari BMKG mencapai pemerintah di Padang dalam 5 menit
setelah gempa bumi. Pusat Pengendalian Operasi Padang menerima informasi dari
BMKG dengan cepat, kira-kira 5 menit setelah gempa bumi. Sambungan
& Murty , 1996) . Intervensi di berbagai tingkatan adalah bagian dari misi sejarah
profesi , dan itu termasuk pencegahan melalui layanan di organisasi , masyarakat ,
dan tingkat sosial untuk meningkatkan kesejahteraan individu. Penelitian pada tingkat
individu, keluarga , dan tingkat rumah tangga telah menguji efektivitas dari intervensi
untuk mengembalikan orang-orang dan kelompok-kelompok kecil untuk tingkat pra bencana fungsi sosial dan psikologis . Kelompok, organisasi , dan sistem pelayanan
telah dipelajari untuk meningkatkan koordinasi dan efektivitas jaringan
antarorganisasi bencana yang relevan ( Gillespie , Colignon , Banerjee , Murty , &
Rogge , 1993) .
Pencegahan
Sama seperti pencegahan merupakan bagian dari misi profesi pekerjaan sosial ,
pekerjaan sosial bencana yang bersangkutan dengan intervensi dalam lingkungan
sosial dan fisik individu dan kelompok sebagai sarana untuk mencegah serius jangka
panjang sosial , kesehatan , dan masalah kesehatan mental setelah bencana ( Rogge ,
2003). Lingkungan sosial langsung dari individu terdiri dari jaringan dukungan sosial
mereka , termasuk keluarga, teman , dan organisasi pelayanan sosial formal. Jaringan
ini sering terganggu oleh bencana lingkup regional. Program bantuan bencana
menggunakan sukarelawan mungkin berusaha untuk menyusun kembali jaringan
dukungan ini untuk meminimalkan gangguan fungsi sosial dan untuk memfasilitasi
pemulihan . Pekerjaan sosial bencana melibatkan tidak hanya keahlian dalam
penyediaan layanan , tetapi juga praktik interorganisasional untuk meningkatkan
koordinasi . Sebuah jaringan yang efektif dan terkoordinasi organisasi jasa bencana
membantu individu, rumah tangga , dan masyarakat pulih dan menghindari masalah
jangka panjang psikologis dan sosial ( Zakour , 1996b ) .
Selain menjaring ulang dukungan sosial , restorasi tingkat pra - bencana
fungsi tergantung pada rekonstruksi lingkungan fisik . Perumahan dan infrastruktur
lainnya membentuk bagian penting dari lingkungan fisik individu dan rumah tangga ,
dan ini dapat rusak atau hancur oleh bencana . Layanan bencana pekerjaan sosial
termasuk membantu orang memenuhi syarat untuk bantuan untuk rekonstruksi rumah
dan untuk penggantian kerugian material lainnya . Program relawan yang dikelola
oleh pekerja sosial juga memberikan keterampilan dan tenaga untuk membangun
kembali dan untuk pengelolaan tempat penampungan sementara . Intervensi dalam
lingkungan fisik merupakan jenis pencegahan sekunder membatasi gangguan dalam
sistem setelah bencana .
manajemen pengaturan bantuan logistik yang diterima oleh pengungsi dan menyusun
skala kebutuhan di pengungsian. Dari kegiatan ini, berdasar pengakuan pengungsi,
mereka mendapatkan banyak manfaat yang didapat sehingga dapat meminimalisasi
benturan atau konflik antara pengungsi itu sendiri.
Pendampingan rehabilitasi trauma korban
Pelaksanaan kegiatan ini difokuskan pada anak-anak, karena mereka adalah salah satu
komunitas yang rentan akan dampak dalam situasi darurat kebencanaan, seperti
kehilangan hak pendidikan, memunculkan rasa trauma, jauh dari hak kesehatan
maupun hak bermain.
Materi trauma healing yang dilaksanakan dalam kegiatan ini, antara lain:
Mewarnai;
Bernyanyi bersama;
Permainan kelompok, yang bertujuan untuk membangun solidaritas, motivasi
diri, dan pendidikan kedaruratan;
Mendongeng dan bercerita.
3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian. Barang-barang yang sangat
diperlukan dalam keadaan darurat misalnya:
a. Lampu senter berikut baterai cadangannya
b. Air minum
c. Kotak P3K berisi obat penghilang rasa sakit, plester, pembalut
dan sebagainya
d. Makanan yang tahan lama seperti biscuit
e. Sejumlah uang tunai
f. Buku tabungan
g. Korek api
h. Lilin
i. Helm
j. Pakaian dalam
4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh (seperti lemari pakaian) dengan
langit-langit atau dinding dengan menggunakan logam berbentuk siku atau
sekrup agar tidak mudah rubuh di saat terjadi gempa bumi.
5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan
di saat gempa bumi dengan memilih kaca yang kalau pecah tidak berserakan
dan melukai orang (Safety Glass) atau dengan menempelkan kaca film
6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit yang terdekat. Jika
pemerintah setempat tidak mempunyai tempat evakuasi, pastikan anda tidak
pergi ke tempat yang lebih rendah atau tempat yang dekat dengan pinggir
laut/sungai untuk menghindari Tsunami.
Ketika Terjadi Gempa Bumi
1. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat
elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di
dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika
tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
2. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
3. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio
4. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat
Anda berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat
5. Tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu
sampai gempa mereda, dan sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi
barang-barang keperluan darurat dan keluar dari rumah/gedung menuju ke
tanah kosong sambil melindungi kepala dengan helm atau barang-barang yang
dapat digunakan untuk melindungi kepala
6. Jika anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan
reklame yang jatuh, tiang listrik yang tibatiba rubuh, kabel listrik, pecahan
kaca, dan benda-benda yang berjatuhan dari atas gedung
7. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat
evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama
8. Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan
sekali-kali mengerem dengan mendadak atau menggunakan rem darurat.
Kurangilah kecepatan secara bertahap dan hentikankendaraan Anda di bahu
jalan. Jangan berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel tegangan tinggi,
atau di bawah jembatan penyeberangan.
Setelah terjadi Gempa
1. Jika anda masih berada dalam gedung, maka yu keluar dengan tertib, jangan
gunakan Lift, gunakanlah tangga.
2. Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam,
kebocoran gas, dinding retak. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya,
lakukanlah pertolongan pertama.
3. Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk
roboh
4. Carilah informasi tentang gempa tersebut dan bala bantuan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Tipe gempa bumi
adalah gempa tektonik dan gempa vulkanik. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan
energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan
dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itu lah gempa bumi akan terjadi.
B. Saran
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
-
DAFTAR PUSTAKA