Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulis ikhlas kami menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada kedua orangtua kami, Bapak /Ibu guru dan teman-teman
yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun
materiil untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini berguna dan memiliki manfaat bagi para
pembaca. Amin.

Jatinangor , 12 November 2013

Penulis

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan
Indonesia termasuk daerah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia,
selain termasuk wilayah Pacific ring of fire (deretan gunung berapi Pasifik), juga
terletak di pertemuan dua lempeng tektonik dunia dan dipengaruhi tiga gerakan, yaitu
gerakan sistem Sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran Asia Timur, dan
gerakan sirkum Australia. Faktor-faktor tersebut menyebabkan Indonesia rentan
terhadap letusan gunung berapi dan gempa bumi. Selama Januari 2010 saja tercatat
sekitar 100 kali gempa dengan kekuatan >5 SR dan sejak tahun 2004 telah terjadi
lebih dari 800 kali gempa yang berkekuatan >5 SR. Karena itu, Indonesia sangat
membutuhkan sistem mitigasi bencana terpadu dan terintegrasi, sehingga pemerintah
dan masyarakat memiliki adaptasi dan antisipasi yang lebih baik terhadap perilaku
alam, khususnya bencana gempa dan Tsunami.
Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar
(lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di
dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan
daerah seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki
siklus 200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa
berulangnya siklus.
Kota Padang, merupakan salah satu ibukota provinsi di Indonesia yang
sangat rentan dengan bencana gempabumi dan tsunami. Kondisi geografis kota
Padang yang landai dibagian tengahnya menyebabkan aktifitas masyarakat banyak
terpusat di daerah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwa bencana terutama
gempa bumi dan tsunami di Kota Padang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi
kembali. Dibutuhkannya kesiapan dan persiapan pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan mitigasi yang lebih efektif dan efisien sebagai tindakan sebelum
terjadinya bencana sangat perlu dilakukan.

Bagaimana Pengelolaan penanggulan bencana gempa bumi di kota


Padang?
Bagaimana peran pekerja social dalam pemulihan bencana
Bagaimana peran pekerja social dalam community based disaster
management?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut;
- Untuk mengetahui dampak gempa bumi yang ditimbulkan
- Untuk mengetahui penanggulangan bencana
- Untuk mengetahui kaitan pekerja social dan community based disaster
management

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pekerja social


Pengertian pekerjaan sosial yang dikemukakan oleh Charles Zastrow (1982),
yang dikutip oleh Dwi Heru Sukoco (1995:7) sebagai berikut:
"Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individuindividu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau
memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi
masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan".
Dari pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus bisa menciptakan
kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga setiap keberfungsian
elemennya yang menjadi para pemeran berbagai peran yang ada di dalam masyarakat.
menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif dengan relasi-relasi yang ada
didalamnya untuk bisa memberikan keterikatan di antara para pemegang peran
tersebut.
Bencana
Pendefinisian bencana adalah proses, dan bisa disefinisikan sebagai gangguan
serius (disruption) terhadap orang dan sistem penghidupan dari sebuah komunitas
sosial yang dihasilkan dari kerentanan terhadap satu atau kombinasi beberapa
ancaman (hazards) yang melibatkan hilangnya kehidupan dan atau harta benda pada
skala yang melampaui kapasitas untuk mengatasinya. (Lassa dakam Seifulloh, 2004:
331).
Manajemen Bencana
Menurut A.B. Susanto (2009:74) , Manajemen bencana adalah sebuah siklus
aktivitas yang berkelanjutan, tanpa tergantung dari terjadi tidaknya suatu bencana.
Justru saat tidak terjadi bencana merupakan kesempatan untuk menyusun aktivitas
manajemen bencana. yang lebih baik. Ditambahkan manajemen bencana adalah suatu
proses yang terus menerus di mana pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil
merencanakan dan mengurangi pengaruh bencana, mengambil tindakan segera
setelah bencana terjadi, dan mengambil langkah-langkah pemulihan.

Menurut Warfield (tanpa tahun), manajemen bencana mempunyai tujuan: (1)


mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana, (2) menjamin terlaksananya
bantuan yang segera dan memadai terhadap korban bencana, dan (3) mencapai
pemulihan yang cepat dan efektif. Dengan demikian, siklus manajemen bencana
memberikan gambaran bagaimana rencana dibuat untuk mengurangi atau mencegah
kerugian karena bencana, bagaimana reaksi dilakukan selama dan segera setelah
bencana berlangsung, dan bagaimana langkah-langkah diambil untuk pemulihan
setelah bencana terjadi.
Secara garis besar terdapat empat fase manajemen bencana, yaitu:
1) Fase Mitigasi: upaya memperkecil dampak negatif bencana. Contoh: zonasi dan
pengaturan bangunan (building codes), analisis kerentanan; pembelajaran publik.
2) Fase Preparadness: merencanakan bagaimana menanggapi bencana. Contoh:
merencanakan kesiagaan; latihan keadaan darurat, sistem peringatan.
3) Fase Respon: upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana.
Contoh: pencarian dan pertolongan; tindakan darurat.
4) Fase Recovery: mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Contoh:
perumahan sementara, bantuan keuangan; perawatan kesehatan.
Ke-empat fase manajemen bencana tersebut tidak harus selalu ada, atau tidak
terjadi secara terpisah, atau tidak harus dilaksanakan dengan urutan seperti tersebut di
atas. Fase-fase sering saling overlap dan lama berlangsungnya setiap fase tergantung
pada kehebatan atau besarnya kerusakan yang disebabkan oleh bencana itu.
Kebijakan Kewaspadaan dan Kebijakan Tata Kelola bencana
Dalam tahap kewaspadaan bisa dilakukan oleh pemimpin organisasi, baik
pemerintah, pemilik preusan atau swasta. Mereka menyusun rencana aksi yang harus
dilakukan apabila bencana terjadi. Bentuk kebijakan kewaspadaan menurut A.B.
Susanto adalah melakukan antisipasi terjadinya bencana dengan mengadakan
pelatihan terhadap petugas medis dalam memberikan pertolongan pertama.
Pembangunan dan pelatihan sistem peringatan akan terjadinya bencana dan
dikombinasikan dengan tempat tinggal darurat dan rencana evakuasi, penyediaan
perlengkapan dan peralatan.

Termasuk juga pendidikan dan pelatihan. Pendidikan ini bisa dilakukan


kepada anak-anak dan remaja di sekolah-sekolah, kepada dewasa dengan pelatihan
khusus, juga kepada masyarakat dan pekerja yang bisa terlibat dalam penanganan
bencan melalui program ekstensi. Sedang ke masyarakat umum dalam bentuk
informasi publik melalui media massa, televisi dan radio. (Susanto, 2009 : 79-80)
Sedangkan kebijakan publik pada tata kelola bencana (disaster governance)
meliputi:
1. Kematian ratusan ribu korban bencana.
2. Jutaan orang rakyat Indonesia terkena dampak bencana serta kehilangan
rumah dan sumber penghidupan, keterjebakan rakyat pada kemiskinan,
putusnya pendidikan anak-anak dan lain-lain.
3. Aliran bantuan luar negeri yang masuk dalam bentuk utang maupun hiba,
dalam konteks tata pemerintahan, baik secara nasional maupun daerah yang
penuh ketimpangan dan bermuara pada korupsi hingga menimbulkan
ketakutan para donor untuk bantuan pada bencana berikutnya.
Di Indonesia melalui Kepres Nomor 111/2001, penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dikoordinasikan oleh Bakornas PBP di tingkat Nasional,
Satkorlak PBP di tingkat Provinsi dan Satlak PBP di tingkat Kabupaten/Kota. Melalui
keberadaan institusi ini dapat dibuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan
Sistem Peringatan Dini terutama hal-hal yang bersangkut paut dengan kerangka kerja
Sistem Peringatan Dini, misalnya Protap, Juklak, dan Mekanisme Kerja [DKS].

Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng bumi). Kata
gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian
gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi
terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk
dapat ditahan.
Jenis Gempa Bumi
1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api )
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan

menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa


bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik ;
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu
menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan
[tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya
gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh
tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik.
Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan
mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga
berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik.[1] Gempa bumi tektonik memang unik. Peta
penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni
mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik 2 yang menyusun kerak
bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng
merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda
hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik.
Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada
Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,[2]
3. Gempa bumi runtuhan ;
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
4. Gempa bumi buatan ;
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan
bumi.

Penyebab Gempa Bumi


Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan
itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan
terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut.
Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi
karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada
kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena
pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi
gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun)
juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti
Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena
injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. Pada beberapa pembangkit
listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga
dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Sejarah Gempa Bumi abad 20 dan 21
1. 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan
merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.
2. 31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan
50.000 orang.
3. 24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000
kematian.
4. 26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan
33.000 orang tewas.
5. 29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran
5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh
kota Agadir.

6. 4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan


menyebabkan 22.778 terbunuh.
7. 28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan
240.000 orang terbunuh.
8. 4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar
1.570 korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga
menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania, Bukares (Bucureti).
9. 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
10. 19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter,
meragut lebih dari 9.500 nyawa.
11. 7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
12. 21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut
50.000
nyawa.
13. 12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan
menewaskan 2.500 orang.
14. 30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan
menewaskan 1.000 orang.
15. 17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan
merenggut 6.000 nyawa.
16. 25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
17. 17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut
17.000 nyawa
18. 1 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan
2.400 korban tewas.
19. 26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500
ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.

20. 21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan
menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
21. 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5
pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
22. 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter
mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami
di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
23. 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter diAsia Selatan,
berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
24. 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB
selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United
States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang
tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
25. 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas
26. 12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
27. 3 Januari 2009 - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
28. 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya,
Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa
masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga
pengevakuasian warga terhambat.
29. 30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik
yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala
Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang
Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan
terperangkap dalam reruntuhan bangunan.

ISI

Analisis Situasi
Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala
Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30
September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat
laut Kota Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di
Sumatera Barat sepertiKabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir
Selatan, Kota
Pariaman,Kota
Bukittinggi, Kota
Padangpanjang, Kabupaten
Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB,
sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten
di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang,
korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak
sedang, & 78.604 rumah rusak ringan.
Bencana terjadi sebagai akibat dua gempa yang terjadi kurang dari 24 jam
pada lokasi yang relatif berdekatan. Pada hari Rabu 30 September terjadi gempa
berkekuatan 7,6 pada Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km di barat
daya Kota Pariaman (00,84 LS 99,65 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km.
Pada hari Kamis 1 Oktober terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala
Richter, kali ini berpusat di 46 km tenggara Kota Sungaipenuh pada pukul 08.52 WIB
dengan kedalaman 24 km. Setelah kedua gempa ini terjadi rangkaian gempa susulan
yang lebih lemah. Gempa pertama terjadi pada daerah patahan Mentawai (di bawah
laut) sementara gempa kedua terjadi pada patahan Semangko di daratan. Getaran
gempa pertama dilaporkan terasa kuat di seluruh wilayah Sumatera Barat, terutama di
pesisir.
Sementara itu, bangunan rumah yang rusak berat (RB) 135.488 unit, Rusak
Sedang (RS), 5.380 unit, Rusak Ringan (RR) 78.604 unit. Sarana Pendidikan 2.164
unit RB, 1.447 unit RS, dan 1.137 unit RR. Bangunan kantor 254 unit RB, 83 unit RS,
dan 105 unit RR. Sarana Kesehatan 51 unit RB, 50 unit RS, dan 52 unit RR. Tempat
ibadah 1.003 unit RB, 1.199 unit RS, dan 649 RR. Jalan 178 ruas RB, 63 ruas RS dan
51 ruas RR. Jembatan 21 unit RB dan 30 unit RS dan 17 unit RR. Irigasi 147 unit RB,
144 unit RS, dan 27 unit RR. Jalan juga mengalami kerusakan di sejumlah titik di

Kota Padang diantaranya di Bungus Teluk Kabung, dan terjadi pula kebakaran di
sejumlah titik di Kota Padang, diantaranya di arah Pasar Raya Padang.
Kondisi Masyarakat
Orang-orang menyadari bahwa gempa bumi sekuat itu dapat menyebabkan
tsunami yang akan mencapai pantai dengan cepat. Mereka juga sadar bahwa air laut
yang surut secara tiba-tiba menandakan gelombang tsunami yang mendekat.
Banyak orang memercayai yang dapat dilihat dengan mata kepala sendiri; itulah
alasan mereka mengandalkan kondisi laut setelah gempa bumi. Dalam situasi
ketiadaan informasi (resmi) lainnya, banyak orang pergi ke pantai untuk melihat
apakah air laut menyurut. Karena hal itu tidak terjadi, sebagian besar mereka
memutuskan untuk tidak mengungsi.
Berita bahwa tidak ada ancaman tsunami dan masyarakat boleh kembali ke
rumah yang diudarakan lewat RRI oleh Wali Kota, perlahan-lahan mencapai
makin banyak orang. Tetapi, meski telah menerima informasi bahwa tidak ada
ancaman tsunami, banyak orang yang tetap mengungsi karena terlalu takut dan
tidak
mempercayai informasi itu. Sebagian masyarakat menyarankan agar
pemerintah menggunakan pelantang (masjid) untuk menyampaikan informasi dengan
cepat kepada masyarakat.Penggunaan frekuensi Radio FM untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat adalah pilihan yang tepat. Namun, informasi resmi
dalam bentuk arahan yang jelas harus tersedia secara luas dan cepat guna
memperkuat atau membatalkan proses evakuasi. Karena perkiraan waktu tiba
tsunami untuk Padang sangat pendek, informasi yang baru tersedia satu jam setelah
gempa sangat terlambat.Proses evakuasi terhambat oleh kemacetan lalu lintas
yang parah.
Masyarakat ketakutan dan kepanikan setelah gempa. Mereka umumnya
melarikan diri dengan sepeda motor dan mobil. Oleh karena itu terjadi kemacetan
lalu lintas yang parah sertakecelakaan. Jalur evakuasi yang ditetapkan tidak cukup
untuk menyalurkan massa. Bagi sebagian warga, jalan yang macet adalah alasan
untuk tidak mengungsi. Tidak satu pun responden menyebutkan kemungkinan cara
evakuasi vertikal, yakni, ke bangunan tinggi. Tampaknya, orang-orang tidak
mempertimbangkan evakuasi vertikal sebagai pilihan. Evakuasi berlangsung
hanya sebagai gerakan horisontal menjauh dari pantai dan mengarah ke daratan.
Fakta bahwa sebagian masyarakat bergerak ke arah laut, sementara sebagian lain
menuju ke daratan menciptakan kesulitan lebih besar untuk evakuasi dan

meningkatkan kekacauan. Di beberapa area, keadaan lalu lintas ini berlanjut hingga
3-4 jam setelah gempa bumi.
Ada kekurangan pemahaman mengenai sistem peringatan dini, namun
wargamemercayai pemerintah untuk menyediakan informasi yang akurat
secaralangsung setelah gempa bumi. Sebagian besar responden hanya memiliki
gambaran kabur mengenai cara kerja sistem peringatan tsunami secara menyeluruh.
Sebagian wargaberanggapan bahwa teknologi pengamatan laut seperti pelampung
(buoy) akan memperingatkan pemerintah daerah dengan segera dan langsung
jika tsunami datang (yang sebetulnya tidak benar). Orang-orang tidak menyadari
bahwa dalam beberapa menit pertama setelah gempa bumi tidak bisa
mendapatkan kepastian tentang ancaman tsunami (bahkan dari sudut pandang
peramalan dan pemantauan gempa bumibelum ada kepastian).
Dari sudut pandang masyarakat, hal terpenting adalah mendapatkan informasi
akurat dan resmi secepat-cepatnya. Ada kekurangan pengetahuan masyarakat tentang
cara kerja rantai komunikasi peringatan dini. Masyarakat percaya kepada
pemerintah daerah, khususnya Wali Kota. Mereka percaya bahwa pemerintah
akan menyediakan informasi yang akurat secara langsung setelah gempa bumi.
Mereka menyadari kesulitan penyebaran informasi di dalam situasi kacau setelah
gempa bumi. Tetapi, mereka memiliki harapan besar kepada pemerintah untuk
menyediakan informasi dalam waktu yang amat singkat. Dan mereka memiliki
saran tentang cara menyampaikan informasi kepada mereka secara langsung dan tepat
waktu, yakni lewat pelantang-pelantang masjid.
Peran Pemerintah
Usaha pemerintah Kota Padang untuk membangun proyek dan program
mitigasi bencana di Kota Padang sudah menampakkan hasil baik seperti proyek
mitigasi struktur dalam bentuk shelter dan non struktur menggunakan ahli dari
pekerja sosial dalam bentuk trauma healing dan sosialisasi terhadap masyarakat
untuk lebih waspada dan siap siaga terhadap ancaman gempa dan tsunami di Kota
Padang. Walaupun untuk langkah awal, pemerintah Kota Padang mengalami
kesulitan dana dan butuh bantuan untuk melaksanakan program-program yang
ditujukan untuk masyarakat secara serentak.
Informasi dari BMKG mencapai pemerintah di Padang dalam 5 menit
setelah gempa bumi. Pusat Pengendalian Operasi Padang menerima informasi dari
BMKG dengan cepat, kira-kira 5 menit setelah gempa bumi. Sambungan

internet adalah satu-satunya sambungan ke BMKG yang masih berfungsi di kantor.


Informasi dari BMKG juga diterima lewat SMS. Pemerintah baru menyebarkan
informasi dan arahan kepada masyarakat umum sekitar 30 menit setelah gempa
bumi. Pengalaman gempa bumi 30 September 2009 menunjukkan bahwa tidak
ada komunikasi langsung antara Wali Kota dan Pusat Pengendalian Operasi
sebagai lembaga pemerintah kota yang bertanggung jawab atas penanggulangan
bencana.
Walaupun pihak militer dan polisi telah menerima informasi melalui rantai
komunikasi mereka dengan cukup cepat, tampaknya tidak ada perintah untuk
menyampaikan informasi bahwa tidak ada ancaman tsunami ini kepada masyarakat.
Radio RM setempat menyampaikan informasi kepada publik. RRI Padang
mampu mengudara kira-kira 15 menit setelah gempa bumi. Namun, mereka tidak
dapat menerima informasi dari BMKG. Tampaknya, tidak ada siaran informasi
sebelum Wali Kota tiba di stasiun RRI Padang. Dua stasiun radio lain yang
dikunjungi dalam penelitian mengalami masalah padamnya listrik atau pemancar
radio yang bergeser akibat getaran gempa. Akan tetapi, keduanya, Pro News FM
dan Classy FM, menerima informasi dari BMKG via VHF atau mengambilnya
dari situs web BMKG secara cepat.

Peran Pekerja Sosial dalam Community Based Disaster Management pada


bencana Gempa Bumi di Kota Padang
Pekerjaan sosial dalam bencana konsisten dengan keprihatinan profesi dengan
pencegahan , pendekatan generalis terhadap masalah sosial , dan pemerataan sumber
daya . Penelitian tentang pencegahan berfokus pada intervensi pemahaman dalam
lingkungan sosial dan fisik individu dalam rangka untuk mengurangi atau
memperbaiki masalah psikososial yang serius . Pendekatan generalis dalam penelitian
pekerjaan sosial dan praktek dalam bencana meneliti intervensi dalam sistem pada
berbagai tingkat abstraksi , untuk menanggapi dampak bencana pada sejumlah besar
sistem sosial . Penelitian tentang akses ke sumber daya dengan populasi rentan
berusaha untuk meningkatkan kesetaraan layanan pengiriman ke masyarakat yang
rentan.
Konsisten dengan sifat multidimensi bencana , riset bencana pekerja sosial
berpusat pada masalah-masalah sosial di berbagai tingkat analisis . Ini termasuk
individu , keluarga, kelompok , organisasi , masyarakat , dan tingkat sosial ( Streeter

& Murty , 1996) . Intervensi di berbagai tingkatan adalah bagian dari misi sejarah
profesi , dan itu termasuk pencegahan melalui layanan di organisasi , masyarakat ,
dan tingkat sosial untuk meningkatkan kesejahteraan individu. Penelitian pada tingkat
individu, keluarga , dan tingkat rumah tangga telah menguji efektivitas dari intervensi
untuk mengembalikan orang-orang dan kelompok-kelompok kecil untuk tingkat pra bencana fungsi sosial dan psikologis . Kelompok, organisasi , dan sistem pelayanan
telah dipelajari untuk meningkatkan koordinasi dan efektivitas jaringan
antarorganisasi bencana yang relevan ( Gillespie , Colignon , Banerjee , Murty , &
Rogge , 1993) .
Pencegahan
Sama seperti pencegahan merupakan bagian dari misi profesi pekerjaan sosial ,
pekerjaan sosial bencana yang bersangkutan dengan intervensi dalam lingkungan
sosial dan fisik individu dan kelompok sebagai sarana untuk mencegah serius jangka
panjang sosial , kesehatan , dan masalah kesehatan mental setelah bencana ( Rogge ,
2003). Lingkungan sosial langsung dari individu terdiri dari jaringan dukungan sosial
mereka , termasuk keluarga, teman , dan organisasi pelayanan sosial formal. Jaringan
ini sering terganggu oleh bencana lingkup regional. Program bantuan bencana
menggunakan sukarelawan mungkin berusaha untuk menyusun kembali jaringan
dukungan ini untuk meminimalkan gangguan fungsi sosial dan untuk memfasilitasi
pemulihan . Pekerjaan sosial bencana melibatkan tidak hanya keahlian dalam
penyediaan layanan , tetapi juga praktik interorganisasional untuk meningkatkan
koordinasi . Sebuah jaringan yang efektif dan terkoordinasi organisasi jasa bencana
membantu individu, rumah tangga , dan masyarakat pulih dan menghindari masalah
jangka panjang psikologis dan sosial ( Zakour , 1996b ) .
Selain menjaring ulang dukungan sosial , restorasi tingkat pra - bencana
fungsi tergantung pada rekonstruksi lingkungan fisik . Perumahan dan infrastruktur
lainnya membentuk bagian penting dari lingkungan fisik individu dan rumah tangga ,
dan ini dapat rusak atau hancur oleh bencana . Layanan bencana pekerjaan sosial
termasuk membantu orang memenuhi syarat untuk bantuan untuk rekonstruksi rumah
dan untuk penggantian kerugian material lainnya . Program relawan yang dikelola
oleh pekerja sosial juga memberikan keterampilan dan tenaga untuk membangun
kembali dan untuk pengelolaan tempat penampungan sementara . Intervensi dalam
lingkungan fisik merupakan jenis pencegahan sekunder membatasi gangguan dalam
sistem setelah bencana .

Pencegahan paling diwujudkan dalam mitigasi bencana masyarakat . Ini


mungkin melibatkan penyebaran informasi yang cepat dalam format pendidikan
publik untuk mendorong masyarakat yang rentan untuk mengevakuasi dalam
menghadapi peringatan bencana . Hal ini juga melibatkan kelompok-kelompok
masyarakat memobilisasi untuk mendukung proyek-proyek mitigasi seperti kode
bangunan untuk meningkatkan ketahanan lingkungan binaan untuk gempa bumi,
banjir , atau angin kencang yang terkait dengan tornado atau sistem tropis .
Pencegahan primer dipandang sebagai cara yang paling efektif untuk mengurangi
peristiwa traumatis di kamp-kamp pengungsi ( Drumm , Pittman , & Perry , 2003).
Dengan populasi yang sangat rentan seperti anak-anak , pencegahan dapat dilakukan
dengan memastikan bahwa anak-anak tidak terkena bahan kimia dan zat-zat lain yang
dihasilkan selama bencana lingkungan dan teknologi . Dengan menghindari paparan
dari orang-orang di usia dini untuk zat-zat berbahaya , adalah mungkin untuk
membatasi atau mencegah kerusakan jangka panjang untuk anak-anak kesehatan dan
fungsi kognitif ( Rogge , 2003).
Layanan Kesehatan
Bantuan kesehatan yang dilaksanakanini merupakan kegiatan yang pertama
ada di Kamp pengungsian tersebut. Indikator ini bisa dicermati, ketika Tim Kesehatan
dan Pekerja Social Medis membuka klinik darurat, begitu antuasias sambutan dari
para pengungsi serta dari pengakuan beberapa pengungsi bahwa pasca gempa belum
ada relawan kesehatan yang melaksanakan pengobatan di wilayah bencana. selama
pelaksanaan bantuan kesehatan, menerima pasien mulai dari lanjut usia sampai anakanak, karena keterbatasan ketersediaan obat-obatan, masih banyak pengungsi yang
belum dapat ditangani oleh tim kesehatan dan pekerja social medis secara
komperhensif dan hanya bersifat tindakan darurat pengobatan.
Selain pelaksanaan kegiatan pengobatan, kegiatan layanan kesehatan juga
memfokuskan pada kesehatan lingkungan dengan menjadi fasilitator/pendamping
dalam pembuatan MCK darurat mengingat sejak terbangunnya kamp pengungsian
hasil swadaya para warga korban ini belum ada MCK maupun sanitasi yang
mendukung terpeliharanya kesehatan warga.
Pendampingan manajemen penanganan bencana
Kegiatan ini memfokuskan diri untuk memberikan pelatihan bagi pemuda yang
bertujuan untuk mampu menolong dirinya dan masyarakat sekitar dalam menghadapi
bencana dan pasca bencana seperti sekarang ini, memberikan penyuluhan atas

manajemen pengaturan bantuan logistik yang diterima oleh pengungsi dan menyusun
skala kebutuhan di pengungsian. Dari kegiatan ini, berdasar pengakuan pengungsi,
mereka mendapatkan banyak manfaat yang didapat sehingga dapat meminimalisasi
benturan atau konflik antara pengungsi itu sendiri.
Pendampingan rehabilitasi trauma korban
Pelaksanaan kegiatan ini difokuskan pada anak-anak, karena mereka adalah salah satu
komunitas yang rentan akan dampak dalam situasi darurat kebencanaan, seperti
kehilangan hak pendidikan, memunculkan rasa trauma, jauh dari hak kesehatan
maupun hak bermain.
Materi trauma healing yang dilaksanakan dalam kegiatan ini, antara lain:

Mewarnai;
Bernyanyi bersama;
Permainan kelompok, yang bertujuan untuk membangun solidaritas, motivasi
diri, dan pendidikan kedaruratan;
Mendongeng dan bercerita.

Advokasi Penanganan Korban


Advokasi melibatkan menggunakan kontak profesional dalam organisasi
untuk membujuk para pekerja asupan program yang klien tertentu memenuhi syarat
untuk layanan. Percaloan melibatkan pertukaran klien antara program atau organisasi
untuk memenuhi kebutuhan klien untuk berbagai layanan , dan untuk memastikan
gerakan klien melalui berbagai program dalam sistem layanan ( Harrell & Zakour ,
2000; Zakour & Harrell , 2003).
Pelaksanaan advokasi selama menjalankan misi kemanusiaan tahap darurat
pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai menemukan beberapa
fakta dilapangan, antara lain:
Birokrasi koordinasi penanganan yangberbelit-belit, bahkan cenderung
memunculkan dugaan Proyekisasi bantuan tahap tanggap darurat.
Pendistribusian logistik pada kamp pengungsian belum memperhatikan
kebutuhan bagi anak dan perempuan
Tidak adanya posko/klinik kesehatan darurat yang dapat diakses oleh
pengungsi di kamp pengungsian, ini didasarkan dengan ditemukannya bayi
penderita gizi buruk yang sudah masuk pada fase kritis sehingga diperlukan

tindakan evakuasi cepat ke puskesmas kecamatan juga jauhnya akses layanan


kesehatan bagi korban bencana, bahkan atas pengakuan warga pengungsian di
lokasi KM 44 bahwa belum ada tim kesehatan yang masuk ke lokasi tersebut
tidak displin,/mangkirnya dokter di puskesmas yang menangani korban
dampak bencana; tidak adanya maupun jauhnya akses kebutuhan MCK bagi
para pengungsi;tidak adanya sanitasi di lokasi pengungsian;
Tidak tersedianya akses pendidikan kedaruratanbagi anak-anak korban
dampak bencana di lokasi pengungsian;
Tidak adanya pendampingan trauma healing bagi korban bencana, khususnya
anak-anak yang mengakibatkan anak-anak kehilangan motivasi diri;
Tidak adanya kegiatan yang melibatkan peran serta pengungsi dalam
pengelolaan pengungsian, sehingga para pengungsi tidak mampu untuk
beraktivitas sebagai bagian membangkitkan potensi diri para pengungsi;
Menjadikan pengungsi sebagai obyek yang dipersalahkan ketika terjadi
konflik di lokasi pengungsian, seperti kasus pencurian logistik di lokasi
pengungsian maupun proses pendistribusian logistik;
Tidak adanya rencana kerja penanganan pengungsi yang terukur dan
terencana, hal ini didasar atas tidak adanyaperubahan kondisi dan situasi di
lokasi pengungsiaan meski tahap tanggap darurat kedua berakhir.

Perencana sosial atau social planner


Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang
dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan
menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang
ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat.

Langkah Mitigasi Bencana Gempa Bumi


Persiapan untuk Keadaan Darurat
1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi.
Tempat berlindung yang aman adalah tempat yang dapat melindungi anda
dari benda-benda yang jatuh atau mebel yang ambruk, misalnya di kolong
meja
2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral
dapat digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum
biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang

3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian. Barang-barang yang sangat
diperlukan dalam keadaan darurat misalnya:
a. Lampu senter berikut baterai cadangannya
b. Air minum
c. Kotak P3K berisi obat penghilang rasa sakit, plester, pembalut
dan sebagainya
d. Makanan yang tahan lama seperti biscuit
e. Sejumlah uang tunai
f. Buku tabungan
g. Korek api
h. Lilin
i. Helm
j. Pakaian dalam
4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh (seperti lemari pakaian) dengan
langit-langit atau dinding dengan menggunakan logam berbentuk siku atau
sekrup agar tidak mudah rubuh di saat terjadi gempa bumi.
5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan
di saat gempa bumi dengan memilih kaca yang kalau pecah tidak berserakan
dan melukai orang (Safety Glass) atau dengan menempelkan kaca film
6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit yang terdekat. Jika
pemerintah setempat tidak mempunyai tempat evakuasi, pastikan anda tidak
pergi ke tempat yang lebih rendah atau tempat yang dekat dengan pinggir
laut/sungai untuk menghindari Tsunami.
Ketika Terjadi Gempa Bumi
1. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat
elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di
dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika
tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
2. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
3. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio
4. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat
Anda berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat
5. Tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu
sampai gempa mereda, dan sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi
barang-barang keperluan darurat dan keluar dari rumah/gedung menuju ke

tanah kosong sambil melindungi kepala dengan helm atau barang-barang yang
dapat digunakan untuk melindungi kepala
6. Jika anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan
reklame yang jatuh, tiang listrik yang tibatiba rubuh, kabel listrik, pecahan
kaca, dan benda-benda yang berjatuhan dari atas gedung
7. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat
evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama
8. Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan
sekali-kali mengerem dengan mendadak atau menggunakan rem darurat.
Kurangilah kecepatan secara bertahap dan hentikankendaraan Anda di bahu
jalan. Jangan berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel tegangan tinggi,
atau di bawah jembatan penyeberangan.
Setelah terjadi Gempa
1. Jika anda masih berada dalam gedung, maka yu keluar dengan tertib, jangan
gunakan Lift, gunakanlah tangga.
2. Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam,
kebocoran gas, dinding retak. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya,
lakukanlah pertolongan pertama.
3. Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk
roboh
4. Carilah informasi tentang gempa tersebut dan bala bantuan.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Tipe gempa bumi
adalah gempa tektonik dan gempa vulkanik. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan
energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan
dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itu lah gempa bumi akan terjadi.
B. Saran
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
-

Mengenal Bencana itu sendiri


Mengkaji potensi resiko
Pembuatan rencana
Simulasi
Latihan evakuasi

Sebagai program pengurangan resiko korban jiwa dan harta benda.


Diharapkan program dan proyek mitigasi bencana yang direncanakan dan telah
terlaksana benar-benar tepat pada sasarannya, bukan untuk kepentingan tertentu.
Kedepannya masyarakat Kota Padang dapat menikmati apakah shelter dan
sosialisasi, simulasi gempa diseluruh wilayah Kota Padang. Kesadaran akan
kesiapsiagaan bencana yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan NGO-NGO
tersebut dapat memberi manfaat untuk kehidupan sehari-hari masyarakat untuk
tetap menjalankan kegiatannya dengan pengetahuan yang cukup tentang bencana
gempa dan tsunami dengan kewaspadaan terhadap ancaman bencana tersebut.

Saran untuk pemerintah yaitu :


1. Keinginan pemerintah untuk terus melaksanakan mitigasi bencana
pengurangan resiko bencana yang diterjemahkan baik dalam program pemerintah
sendiri dan kerjasama dengan NGO atau LSM agar dapat tersosialisasi dan
transparan terhadap masyarakat. Sehingga spekulasispekulasi negatif yang
berkembang tentang dana dan program-program yang fiktif tidak menjadi
penghalang dalam implementasi kebijakan mitigasi bencana.
2. Kebijakan mitigasi bencana ini dapat disorot dengan berbagai macam rumusan
politik terhadap kebijakan, diantaranya rumusan kebijakan, analisis kebijakan.
Untuk lebih memperbanyak pengetahuan tentang bencana ini, akan lebih baik
apabila peneliti dapat ikut bergabung pada satu LSM atau NGO yang bergerak
di bidang kebencanaan. Sehingga akan mengurangi kesulitan mencari data dan
pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA

Nagakawa, Yuko., Rajib Shaw, 2004. Social Capital, A Missing Link To


Disaster Recovery. International Journal of Mass Emergencies and Disaster,
UNCRD
Coburn, 1994, Disaster Mitigation, Cambridge, UNDP
BNP, National Disaster Management Plant 2010 2014, Jakarta
Jevrizal, Revanche, Serangan Si Bencana : Penyusunan Strategi Pengurangan Resiko
Bencana Kabupaten / Kota, ISDR, Padang
Purnomo, Hadi, 2010, Manajemen Bencana, Yogyakarta, Media Pressindo
Ramli, Soehatman, 2010, Manajemen Bencana, Jakarta, Dian Rakyat
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi
(diakses tanggal 4 November 2013,18.33 WIB)
http://www.google.com/search?client=safari&rls=en&q=gempa%20bumi&ie=UTF8&oe=UTF-8
(diakses tanggal 4 November 2013 , 19.12 WIB)
Bahan Mata Kuliah Community Based Disaster Management, 2013.

Anda mungkin juga menyukai