Anda di halaman 1dari 12

MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA PADA JALUR SESAR

PALU KORO

Micha Zainal NIS : (2122101460)

Rian Mulyana NIS : (212210233)

Sakti Adhitya Nugraha NIS : (212210251)

Zahra Gita Aprillia NIS : (212210309)

KELAS XI-3

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 23 KOTA BANDUNG


PROVINSI JAWA BARAT

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia diapit oleh 3 pertemuan lempeng utama, yaitu lempeng Eurasia,
IndoAustralia, dan Pasifik. Hasil pertemuan ketiga lempeng ini menyebabkan Indonesia
memiliki banyak jalur patahan atau sesar dan rangkaian gunung api aktif sehingga Indonesia
sangat rentangdengan potensi terjadinya bencana alam salah satunya adalah gempa bumi
Menurut Pujianto, (2007) gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang dapat
disebabkan oleh buatan/akibat kegiatan manusia maupun akibat peristiwa alam. Daerah
Sulawesi Tengah merupakan salah satu bagian dari wilayah Indonesia yang rawan bencana
gempa bumi yang berada di darat dan di laut. Sumber gempa bumi di laut berasal dari
penunjaman zona subduksi di Sulawesi Utara, sedangkan sumber gempa bumi di darat
bersumber dari beberapa sesar aktif di daratan Sulawesi Tengah, salah satunya adalah Sesar
Palu Koro.
Sesar atau patahan secara geologi adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya
pergeseran relatif satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat
hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari
yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer. Sesar dengan ukuran besar
terjadi akibat gaya tektonik yang di timbulkan saat terjadinya pergerakan lempeng.
Menurut Ahli Geologi Universitas Gajah Mada (UGM) yang juga anggota Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IIAGI) Rovicky Dwi Putohari, sesar Palu Koro memang mempunyai
karakteristik yang unik dari sesar lainnya. Sesar ini membelah Pulau Sulawesi atau dari Teluk
Palu hingga Lembah Bone. Sesar yang menjadi sumber terjadinya gempa di Palu, Donggala,
dan wilayah sekitarnya itu merupakan sesar dengan liprate atau pergerakan segmen-
segmennya dengan kecepatan besar per tahunnya. Bahkan, pergerakan sesar Palu Koro
menjadi yang terbesar kedua di antara sesar yang diketahui para ahli ada di pulau-pulau
Indonesia.
Potensi Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Provinsi Sulawesi tengah sudah
sepatutnya pemerintah gencar melakukan edukasi mitigasi bencana. Pemerintah Daerah Kota
palu melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama beberapa Satuan
Kerja Perangkat Daerah lainnya di Kota palu secara berkala melakukan program kesadaran
mitigasi bencana kepada masyarakat. Peningkatan serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana bertujuan untuk meminimalisir dampak dari bencana yang terjadi, hal ini juga
diperlukan sebagai pedoman pemerintah dalam melakukan perencanaan pembangunan,
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko bencana dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam menghadapi situasi bencana yang terjadi.
Potensi gempa bumi yang bisa terjadi sewaktu-waktu di Kota Palu dan wilayah
sekitarnya, peranan pemerintah dan juga partisipasi masyarakat akan tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi resiko bencana dan meminimalisir korban jiwa dapat mengurangi dampak
yang terjadi dari bencana itu sendiri. Berdasarkan paparan di atas kami para penulis tertarik
untuk memilih sesar palu koro untuk menyelesaikan masalah mitigasi dan adaptasi untuk
menjadikan sebuah karya tulis dengan judul “Mitigasi dan Adaptasi Bencana pada Jalur Sesar
Palu Koro’’
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dirumuskan beberapa masalah
penelitian, Antara lain :
1. Bagaimana proses terjadinya gempa di palu?
2. Apa langkah mitigasi yang diambil oleh masyarakat dan pemerintah setempat
terhadap sesar palu koro?
3. Sejauh mana adaptasi pemerintah dan masyarakat terhadap bencana gempa bumi yang
berasal dari sesar palu koro?
4. Apakah anggaran yang diberikan pemerintah dalam hal mitigasi dan penanggulangan
bencana memadai?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat diperoleh
beberapa tujuan penelitian, yaitu:
1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gempa di palu
2. Mengetahui Langkah – Langkah pelaksanaan mitigasi bencana yang sudah
dilaksanakan kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu
3. Mengidentifikasi upaya - upaya adaptasi beradaptasi yang sudah dilakukan
pemerintah dan masyarakat terhadap bencana gempa bumi di Kota Palu.
4. Mengetahui sejauh mana kecukupan anggaran mitigasi dan penanggulangan bencana
yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kota Palu.

1.4 Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambahkan wawasan keilmuan dibidang geografi
tentang permasalahan mitigasi dan adaptasi terhadap bencana dan memanfaatkan teori
yang telah dipelajari di SMAN 23 Bandung.
2. Upaya pencegahan atau pengurangan risiko gempa bumi dan hubungannya dengan
sesar palu koro.
3. Menjadi salah satu sumber informasi dan khasana ilmu pengetahuan tentang bentuk-
bentuk upaya mitigasi dan adaptasi masyarakat terhadap bencana.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam menyusun
program dan perencanaan mitigasi dan adaptasi di kawasan sesar palu koro, dengan
memadukan pendekatan tata ruang dan partisipasi masyarakat.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Bencana
Pengertian bencana menurut WHO (2007), “Bencana adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat atau wilayah yang terkena dampak”.
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,
“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Bencana
merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan
yang dipicu oleh suatu kejadian. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
tiga hal penting yang merupakan unsur dari suatu bencana (Pusponegoro & Sujudi, 2016)
yaitu:
a. Fungsi normal dari masyarakat yang terkena bencana menjadi terganggu.
b. Bencana melebihi kemampuan dan mekanisme masyarakat yang terkena untuk
melaksanakan fungsi sehari-hari.
c. Gangguan akibat bencana cukup besar sehingga tidak mungkin masyarakat yang
terkena mampu mengembalikan keadaan kembali ke fungsi normal tanpa bantuan dari
luar atau eksternal.
d.
B. Sesar
Sesar atau patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu yang
kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang mendapatkangaya
sehingga timbul adanya retakan (fracture). Tekanan yang diberikan mampu memberikan
perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hinggamemberikan gerakan
sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan sampai beberapa meter. Ketika ini terjadi, maka
akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat
suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa bumi. Arah
pergerakan pada suatu sesar tergantung pada kekuatan batuan. Salah satu sesar yang terdapat
di indonesia, yaitu, sesar palu koro.
Ada 3 jenis sesar, diantaranya sesar normal, sesar naik, dan sesar mendatar. Sesar normal
atau sesar turun adalah pergeseran yang dipengaruhi gaya gravitasi. Sesar ini terjadi saat gaya
tekan mencapai gaya maksimum secara vertikal. Disebabkan gaya tekan maksimum secara
vertikal itu, salah satu bidang batuan bergerak ke bawah mengikuti bidang sesar. Sesar naik
atau thrust fault biasanya terjadi di area di mana dua lempeng tektonik bertabrakan. Pada
sesar ini, gaya maksimum yang bekerja pada batuan berarah secara horizontal. Batuan yang
ditekan gaya tersebut menyebabkan salah satu bagian batuan bergerak ke atas. Sedangkan
sesar mendatar atau strike-slip fault disebabkan oleh gaya gesekan yang membuat lempeng-
lempeng saling bergerak mendatar berlawanan arah. Sesar mendatar ditandai dengan arah
pergerakan sejajar, baik ke kiri atau ke kanan. Sesar mendatar juga ditandai dengan adanya
perpindahan tempat atau relative displacement secara berlawanan

C. Mitigasi
Menurut UU 24 Tahun 2007, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa mitigasi bencana
yaitu upaya penanggulan bencana agar dapat mengurangi resiko bencana. Mitigasi bencana
harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan
antara lain:
a) Pendekatan teknis yaitu secara teknis mitigasi bencana dilakukkan untuk mengurangi
dampak suatu bencana.
b) Pendekatan manusia yaitu pendekatan secara manusia ditujukan unttuk membentuk
manusia yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana.
c) Pendekatan administratif yaitu pendekatan yang biasa dilakukan oleh pemerintah atau
pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif dalam manajemen
bencana, khususnya di tahap mitigasi.
d) Pendekatan kultural yaitu pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bncana

D. Adaptasi
Menurut Drave dalam Wetebossy (2001) adapatasi memiliki pengertian suatu proses
kepekaan organisme terhadap kondisi atau keadaan, baik yang dikerjakan atau yang
dipelajari. Menurut Howard dalam Wetebossy (2001) adapatasi adalah proses oleh suatu
populasi atau suatu individu terhadap kondisi lingkungan yang berakibat populasi atau
individu tersebut survive (bertahan) atau tersingkir. Adaptasi terjadi pada suatu kondisi yang
dialami oleh individu atau kelompok organisme, terhadap situasi yang nampak (kelihatan)
atau merupakan hasil dari kontak terhadap suatu hal yang baru dialami.
Proses adapatasi tidak akan pernah sempurna karena lingkungan akan selalu berubah-
ubah, dan manusia harus selalu tetap mengikutinya menuju pada kondisi perubahan
lingkungan budaya. Pada dasarnya lingkungan ini selalu berubah yang kadang-kadang
perubahan terjadi dengan cepat dan kadang juga lambat. Perubahan besar yang terjadi dengan
cepat mudah terlihat dan orang berusaha mengadapatasikan dirinya terhadap perubahan
tersebut.

E. Sesar
Sesar atau patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu yang
kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang mendapatkangaya
sehingga timbul adanya retakan (fracture). Tekanan yang diberikan mampu memberikan
perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hinggamemberikan gerakan
sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan sampai beberapa meter. Ketika ini terjadi, maka
akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat
suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa bumi. Arah
pergerakan pada suatu sesar tergantung pada kekuatan batuan. Salah satu sesar yang terdapat
di indonesia, yaitu, sesar palu koro.
Ada 3 jenis sesar, diantaranya sesar normal, sesar naik, dan sesar mendatar. Sesar normal
atau sesar turun adalah pergeseran yang dipengaruhi gaya gravitasi. Sesar ini terjadi saat gaya
tekan mencapai gaya maksimum secara vertikal. Disebabkan gaya tekan maksimum secara
vertikal itu, salah satu bidang batuan bergerak ke bawah mengikuti bidang sesar. Sesar naik
atau thrust fault biasanya terjadi di area di mana dua lempeng tektonik bertabrakan. Pada
sesar ini, gaya maksimum yang bekerja pada batuan berarah secara horizontal. Batuan yang
ditekan gaya tersebut menyebabkan salah satu bagian batuan bergerak ke atas. Sedangkan
sesar mendatar atau strike-slip fault disebabkan oleh gaya gesekan yang membuat lempeng-
lempeng saling bergerak mendatar berlawanan arah. Sesar mendatar ditandai dengan arah
pergerakan sejajar, baik ke kiri atau ke kanan. Sesar mendatar juga ditandai dengan adanya
perpindahan tempat atau relative displacement secara berlawanan

2.1 Metode penelitian


Penelitian ini merupakan usaha untuk mengumpulkan seluruh data yang kemudian
data hasil penelitian ini menjadi sumber utama dalam sebuah karya tulis ilmiah. Data hasil
penelitian yang mendalam merupakan syarat utama untuk menghasilkan suatu karya tulis
yang bersifat faktual dan nyata, sebab tujuan dari sebuah karya tulis adalah merubah
paradigma berfikir penonton dan bukan hanya sebuah informasi yang dangkal (Nichols,
1976; Rengganis & Tjahjodiningrat, 2021). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Data dalam artikel ini dikumpulkan dari beberapa sumber elektronik seperti
internet, kumpulan kumpulan jurnal. Penemuan jurnal juga dilakukan dengan Google Scholar
dengan link https://scholar.google.co.id/. Kata kunci untuk pencarian jurnal ini adalah :
mitigasi bencana, penerapan mitigasi bencana, mitigasi bencana di sekolah, zona sesar palu
koro, dan lain sebagainya
Penelitian adalah suatu usaha untuk mendapatkan jawaban dari sebuah masalah. Dari
proses itulah yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid yang nantinya
menghasilkan kesimpulan yang tepat. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun
pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Dalam penelitian kualitatif, penulis adalah
instrument kunci. Karena itulah, penulis harus memiliki bekal yang luas jadi bisa bertanya,
menganalisis, dan mengkontruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas (Supiarza & Sarbeni,
2021). Metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Manzilati, 2017). Karateristik dari penelitian kualitatif adalah
1. alamiah,
2. data bersifat deskriptif bukan angka-angka,
3. analisis data dengan induktif, dan
4.makna sangat penting dalam penelitian kualitatif
Bab III
PEMBAHASAN

Sesar Palu Koro merupakan salah satu patahan aktif di Indonesia yang memotong
wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara (gambar 1). Jenis sesar utamanya mendatar
namun juga ada sesar-sesar minor yang ikut menjadi pemicu terjadinya gempa. Wilayah
Sulawesi Tengah paling tidak telah mengalami 22 kali kejadian gempa bumi merusak sejak
tahun 1910 hingga 2018 (Supartoyo, Surono, 2018). Beberapa kejadian gempa bumi tersebut
berpusat di darat di sekitar Lembah Palu Koro dan diperkirakan berkaitan dengan aktivitas
Sesar Palu.

Gambar 1. Sesar Palu Koro (_palu koro fault_)

Sesar inilah yang menyebabkan salah satu bencana gempa bumi fenomenal di
Donggala, Kota Palu pada tanggal 28 September 2018. Gempa berkekuatan 7,4 SR ini
disebabkan oleh pergerakan tiga lempeng tektonik dunia yang mendorong pergerakan sesar
geser Palu Koro. Dilaporkan bahwa pusat gempa berada di kedalaman 10 km, pada arah 27
km Timur Laut Donggala. Tak lama setelah gempa usai, Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan akan tsunami yang diperkirakan mencapai
0,5 hingga 3 meter. Terjadinya tsunami di Palu diduga karena adanya longsoran sedimen di
bawah laut yang cukup besar dan muncul akibat pergeseran lempeng. Dikarenakan lokasi
Palu berada di ujung teluk yang berbentuk menyempit ke daratan menjadikan gelombang
tsunami mengarah ke Kota Palu. Dengan bentuk teluk yang menyempit, energi gelombang
tsunami akan semakin kuat ke arah yang semakin dangkal. (Subagyo 2018)
Gempa bumi yang mengguncang Palu dan Donggala tidak hanya mengakibatkan
bencana susulan berupa tsunami, tetapi juga menyebabkan tejadinya likuifaksi atau biasa
disebut sebagai tanah bergerak. Likuifaksi banyak terjadi pada tanah berpasir. Saat terjadi
gempa, tanah yang berpasir tercampur dengan air tanah dibawahnya lalu melarut dengan air
tanah dan menerobos rekahan tanah di permukaan. Dari penelitian yang dilakukan sejak
tahun 2005, disebutkan bahwa di daerah sepanjang Teluk Palu merupakan wilayah yang
rawan terjadi likuifaksi. Dengan ketebalan sedimen mencapai 170 meter, dapat disimpulkan
bahwa daerah tersebut sebenarnya tidak aman untuk dijadikan tempat tinggal karena
berpotensi terjadi likuifaksi saat gempa.
Menurut BNPB, dampak bencana gempa bumi dan tsunami tercatat 2.256 orang
meninggal dunia. Sebarannya di Kota Palu 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 366 orang,
Parigi Moutong 15 orang dan Pasangkayu 1 orang. Dari segi infrastruktur, banyak bangunan
yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami. Kerusakan meliputi 68.451 unit rumah, 327
unit tempat ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, jalan 168 titik retak,
jembatan 7 unit dan sebagainya. Kerusakan dan kerugian dari bencana ini mencapai 13,82
triliun rupiah.(Purnama, 2019)

Gam
bar 2. Grafik kerugian yang diakibatkan sesar palu koro (sumber: BNPB, 2018)

Berdasarkan data-data tersebut (gambar 2) tingginya jumlah korban jiwa dan kerugian
harta benda menjadi indikasi bahwa masih lemahnya manajeman bencana, baik sebelum
bencana, ketika terjadi bencana maupun setelah terjadinya bencana di Indonesia. Artinya
diperlukan sosialisasi lebih banyak lagi tentang manajemen bencana berkaca dari rentetan
peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia. Terjadinya peristiwa bencana alam tsunami
dan gempa bumi yang melanda Teluk Palu pada tahun 2018 lalu merupakan sebuah
pembelajaran bagaimana pentingnya mitigasi bencana sebagai benteng alami terhadap
pencegahan bencana. Langkah-langkah mitigasi yang dilakukan diantaranya :
1. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil melakukan program kegiatan penanaman vegetasi pantai Konfigurasi
vegetasi pantai dengan ketebalan dan kerapatan dapat membentuk pelindung yang
memberikan manfaat bagi lingkungan pesisir dan masyarakat.
2. Serta BNPB mengambil langkah dengan cara penataan kembali lahan desa agar terjadinya
banjir tidak menimbulkan kerugian besar.

3. Lebih menekankan eksekusi dan teknisnya dinas terkait. Seperti dinas pekerjaan umum
(PU), dinas kebakaran (Damkar), serta Dinas Sosial dll. Juga bermitra dengan lembaga
swadaya masyarakat LSM-LSM lokal terkait kebencanaan. selalu melakukan rapat
koordinasi lintas sektoral melibatkan OPD lain OPD teknis yang terkait tentang
kebencanaan.
4. Menempatkan pegawai pada kantor BPBD kota Palu sudah sesuai dengan tupoksinya
masing-masing dan ada pembinaan sebelumnya dari BPBD baik untuk BPBD maupun
bagi relawan yang dibentuk di kelurahan tangguh bencana.
5. BMKG kota Palu dengan melakukan koordinasi dengan jejaring publik, jejaring terkait
kemanan seperti tentara dan kepolisian serta gubernur dan walikota. Koordinasi tersebut
dilakukan melaui saling menghubungi pihak terkait menggunakan media yang ada
telephon, sms, email, radio, tv, melalui jejaring media sosial.

Dengan banyaknya langkah mitigasi yang harus dilakukan, kondisi anggaran untuk
mitigasi bencana sejauh ini belum memadai dikarenakan bencana masih di anggap belum
prioritas dan jangka panjang, Sedangkan dalam NAWACITA ke Tujuh bahwa penganggaran
untuk bencana di utamakan. Namun implementasinya masih kurang. Begitu pula untuk
pendanaan peringatan dini di BMKG kota Palu masih minim dana. Padahal anggaran
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu program, selanjutnya anggaran akan
berpengaruh juga terhadap keberhasilan dari program tersebut. Sama halnya dengan program
mitigasi bencana maupun peringatan dini, anggaran yang di berikan di rasa belum mencukupi
untuk proses pengurangan resiko bencana. Hal ini terbukti dengan masih kurangnya, banyak
fasilitas seperti rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi serta perngatan dini di kota Palu masih
minim di akibatkan anggaran untuk program tersebut masih terbilang sangat kurang.
Gambar 3. Kondisi papan peringatan di kawasan palu
Sesar Palu Koro merupakan patahan dengan pergerakan terbesar kedua di indonesia,
setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat. Sesar Palu Koro teridentifikasi
sebagai penyebab gempa dangkal pada bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 SR.
Dikarenakan kota palu
Daftar pustaka

Priyobudi dan Ramdhan Mohamad (2020) Rekonstruksi model bawah permukaan sesar palu
berdasarkan hasil relokasi hiposenter. Jakarta pusat. Jurnal lingkungan dan bencana
geologi.

Nurdin, Pujiastuti Dwi, Marzuki (2018) Analisis kecepatan pergeseran seismik sesar palu
kuro akibat gempa 2018 menggunakan data global navigation satellite system. Padang
indonesia. Jurnal fisika Unand.

Juliani dini (2017) Analisis struktur patahan aktif palu-koro Sulawesi tengah dengan
menggunakan GPR (ground penetrating radar). Bandung. Departemen pendidikan fisika
fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas pendidikan
Indonesia.

Rohadi Suprianto, Pakpahan Sulianti, dkk (2015) analisis kegempaan di zona sesar palu koro
Sulawesi tengah. Jakarta pusat. Jurnal lingkungan dan bencana geologi.

Kapita leorentio nyura umbu (2018), analisis spasial dan temporal nilai b sesar palu koro
sebelum dan setelah gempa palu 2018. Surabaya. Universitas gajah Mada.

Hardnor mahsyurah aynil (2014) mitigasi bencana kota palu 2. Yogyakarta. Scribd.

Ramadani Eka Anisa, Lolo sampe cynthia, dkk. (2021) mitigasi bencana kawasan pesisir
kota palu. Makassar. Departemen Kelautan universitas Hassanudin.

Sukino Gularsih Widarti Sukino, Samad Ahsan Mohammad, Dkk. (2019) Manajemen
mitigasi bencana kota palu. Palu. Jurnal of public administration and government.

Maghfirah Fajar Fitriah, Tyas Prananing Wido. (2020) Tingkat kapasitas adaptasi
masyarakat pasca bencana gempa bumi di kota palu. Semarang Jawa tengah. Jurnal
pembangunan wilayah dan kota.

Sucahyono Hedi (2018) Menata Kembali Permukiman Penduduk di Sulawesi Tengah dengan
Rencana Terpadu. Jakarta Selatan. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW)
Kementerian PUPR

Anda mungkin juga menyukai