Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Terapan Geomorfologi Terhadap Kebencanaan Di Indonesia”


Di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Indonesia

Dosen pengampu:
Dr. Sidharta Adyatma, M.Si

Disusun oleh:
Winanda Nathania
2110115220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................3

1.2 Tujuan.............................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................4
2.1 Definisi Bencana.............................................................................4

2.2 Penyebab Terjadinya Bencana.......................................................5

2.3 Studi Geomorfologi dan Geomorfologi Kebencanaan....................6

2.4 Hubungan Geomorfologi terhadap Sistem pembangunan


berkelanjutan di Indonesia........................................................................8

2.5 Geomorfologi Bencana Bantu Pengelolaan Wilayah Kepesisiran


Secara Terpadu........................................................................................9

BAB III
PENUTUP..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki berbagai
karakteristik geografis, baik lingkungan tektonik maupun meteorologi dan
dinamika iklim, serta rawan terhadap bencana alam (Murdiyanto dan Tri
Gutomo 2015). Dalam satu abad terakhir (1907-2007), kajian CRED
(Center for Research on the Epidemiology of Disasters) menyimpulkan
bahwa terjadi 343 bencana alam besar di Indonesia. Secara total,
bencana tersebut menewaskan 236.543 orang dan berdampak pada
2.639.025 orang. Wilayah Indonesia terancam bencana alam dan ini
sudah menjadi bagian sejarah dan masalah nyata. Salah satu
penyebabnya adalah dua gunung berapi dunia, Cincin Api Pasifik dan
Laut Mediterania, melintasi wilayah Indonesia, melalui pulau Sumatera,
Jawa, dan Nusa Tenggara hingga Sulawesi Utara. (Alam, 2020).
Karakteristik geologi, geomorfologi dan iklim kepulauan Indonesia terletak
pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yang aktif dan bertabrakan
karena perbedaan relief, dan iklim tropis yang lembab memiliki potensi
bencana alam yang tinggi. Berbagai peristiwa bencana telah
mengakibatkan kerusakan harta benda dan kematian yang signifikan.
Situasi ini menunjukkan bahwa risiko bencana alam di Indonesia masih
cukup tinggi. Risiko bencana tidak hanya disebabkan oleh beberapa
bahaya yang akan terjadi, tetapi juga oleh semakin banyaknya orang yang
terpapar risiko bencana dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk
bertahan dari bencana. (Matematika, 2016)

1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas mingguan dari Mata kuliah Geomorfologi
Indonesia serta menambah wawasan mengenai terapan-terapan
geomorfologi terhadap kebencanaan yang terjadi di Indonesia hingga
dampak yang ditimbulkan oleh gerakan tersebut

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana


Menurut definisi, bencana disebabkan oleh faktor alam, tidak alami
dan manusia. (Peraturan Tangga BNPB, 2012).

 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh suatu


peristiwa atau rangkaian peristiwa alam, antara lain gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor (Ii, 2007).
 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa tidak wajar, antara lain kegagalan teknis,
kegagalan modernisasi, wabah penyakit, dan wabah penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa buatan manusia yang melibatkan konflik
sosial dan teror antar kelompok atau komunitas.

Kejadian katastropik
Kejadian katastropik adalah kejadian katastropik yang dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, kerugian dan/atau
kerusakan. Apabila bencana yang melanda lebih dari satu wilayah terjadi
pada hari yang sama, maka dihitung sebagai satu kejadian.
 Gempa bumi adalah getaran atau getaran di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan lempeng tektonik, patahan aktif,
aktivitas vulkanik atau pecahan batuan.
 Letusan gunung berapi adalah bagian dari aktivitas gunung berapi
yang disebut "letusan". Bahaya letusan gunung berapi dapat
berupa awan panas, material yang terlontar (bohlam), hujan lebat,
lahar, gas beracun, tsunami dan aliran lahar.
 Tsunami adalah bahasa Jepang untuk gelombang laut ("tsu" artinya
laut, "nami" artinya ombak). Tsunami adalah rangkaian gelombang

4
laut raksasa yang disebabkan oleh pergerakan dasar laut yang
disebabkan oleh gempa bumi.
 Longsor adalah suatu jenis gerakan massa tanah atau batuan, atau
kombinasinya, menuruni atau menjauhi suatu lereng yang
disebabkan oleh terganggunya kestabilan tanah atau batuan
pembentuk lereng tersebut.
 Banjir adalah suatu peristiwa atau keadaan dimana suatu daerah
atau lahan menjadi tergenang air akibat bertambahnya volume air.
Banjir bandang adalah banjir yang terjadi secara tiba-tiba dengan
hembusan angin yang besar yang disebabkan oleh stagnasi arus
sungai di dasar sungai.
 Kekeringan didefinisikan sebagai ketersediaan air jauh di bawah
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Di
bidang pertanian, kekeringan mengacu pada kekeringan yang
terjadi pada lahan pertanian tempat ditanami tanaman pangan
(padi, jagung, kedelai, dan lain-lain).
 Kebakaran adalah suatu keadaan dimana terjadi kebakaran pada
suatu bangunan pada suatu tempat seperti rumah/permukiman,
pabrik, pasar, gedung dan lain-lain yang mengakibatkan hilangnya
nyawa dan/atau hilangnya nyawa.

2.2 Penyebab Terjadinya Bencana


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia.
Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori: bencana alam, bencana non alam dan bencana buatan manusia.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh suatu peristiwa atau
rangkaian fenomena alam, antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UURI No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Pasal 1 Ayat 2). Menurut

5
BNPB, letusan gunung berapi merupakan bencana yang paling banyak
menimbulkan korban jiwa dan kerugian material, namun banjir dan tanah
longsor juga menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda yang cukup
besar. Kemungkinan terjadinya bencana alam merupakan salah satu
wilayah yang rawan terhadap bencana (Suwarno, 2013). Salah satu
bentuk bencana alam yang menimbulkan banyak korban jiwa bahkan
kematian adalah tanah longsor. Sebuah studi oleh Havenitha et al. (2015)
menjelaskan pergerakan bumi atau batuan menuruni lereng pada bidang
geser lurus atau melengkung di bawah pengaruh gravitasi. Kejadian dan
frekuensi longsor dapat dipengaruhi oleh kondisi morfologi dan geologi.  

2.3 Studi Geomorfologi dan Geomorfologi Kebencanaan


Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari dan menafsirkan
bentuk permukaan bumi, serta bentuk dan proses pembentukan tanah
(Panizza, 1996; Huggett, 2011). Studi bentuk lahan dalam geomorfologi
tidak hanya terbatas pada daratan tetapi juga di bawah permukaan laut
(Verstappen, 1983). Bahkan Goudie (2004) dan Huggett (2011)
menyatakan bahwa studi geomorfologi telah berkembang menjadi studi
tentang planet, bulan, dan sistem. tata surya kita. Cooke dan Doornkamp
(1974) menjelaskan bahwa permasalahan yang dipelajari dalam
geomorfologi bentuklahan adalah sifat bentuklahan, asal mula
bentuklahan, proses evolusi bentuklahan, dan komposisi material
penyusun bentuklahan tersebut. Verstappen (1983) menyatakan bahwa
kajian geomorfologi mencakup empat aspek, yaitu: pertama, aspek
penelitian geomorfologi yang menekankan dan memfokuskan pada
bentang alam sebenarnya (geomorfologi statis); kedua, aspek penelitian
geomorfologi lebih difokuskan pada pengamatan dan analisis jangka
pendek terhadap proses dan perkembangan bentuklahan (geomorfologi
dinamis); ketiga, aspek kajian geomorfologi yang mengkaji evolusi
bentang alam dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala waktu

6
geologis (geomorfologi asal proses/geomorfologi genetik); dan keempat,
aspek kajian geomorfologi yang menekankan hubungan antara
geomorfologi dan ekologi bentang alam serta unsur lingkungan lainnya
(geomorfologi lingkungan). Survei geomorfologi dapat digunakan untuk
menganalisis kerentanan wilayah terhadap bencana tertentu. 
Verstappen (1995) menyatakan bahwa studi geomorfologi dapat
diterapkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: pertama, studi geomorfologi
yang diterapkan pada studi lingkungan (environmental study), yaitu
terapan yang mencakup kajian tentang hubungan antara bentuk lahan
dengan aspek-aspek batuan, tanah, dan air, atau unsur penyusun
lingkungan in secara menyeluruh; kedua, studi geomorfologi yang
diterapkan untuk melihat dan mengkaji dampak kegiatan manusia
terhadap lingkungan (study of human impact on environment), yaitu
terapan yang mengkaji dampak serta keterkaitan dari aktivitas manusia
terhadap lingkungan atau bentuk lahan; serta ketiga, studi geomorfologi
yang diterapkan dalam studi bahaya lingkungan terhadap masyarakat
(study on environmental hazards for society). Studi tentang bahaya
lingkungan merupakan terapan geomorfologi yang mengkaji tentang
bahaya pada masa yang akan datang ataupun terkait dengan bencana
pada masa lampau yang pernah terjadi (Gorum dkk. 2008). Selain itu,
Panizza (1996) dan Goudie (2004) juga meng- ungkapkan bahwa kajian
tentang geomorfologi lingkungan dapat dibagi menjadi dua subpokok
kajian, yaitu kajian geomorfologi untuk analisis sumber daya dan kajian
geomorfologi untuk kebencanaan.(Mada, 1973)
Indonesia berada dalam posisi labil karena terjadinya subduksi
beberapa lempeng tektonik. Di bagian barat terdapat subduksi lempeng
Hindia dan Eurasia, di bagian timur lempeng Australia dan Pasifik, dan di
bagian timur-laut terdapat lempeng kecil yang bertumbukan yaitu lempeng
Caroline dan lempeng Laut Filipina. Tumbukan antar lempeng tektonik
juga menyebabkan terbentuknya zona vulkanisme, magmatisme, endapan
hidrokarbon, dan gerakan tanah (Zulfiadi Zakaria, 2007). Kondisi geografi

7
marin yang terdiri dari aspek: lokasi, luas wilayah, bentuk, kandungan
sumber daya alam, tingkat pemanfaatan, dan potensi kebencanaan
memberikan tantangan dan sekaligus peluang untuk pembangunan Poros
Maritim Dunia. Kondisi Geografi Marin Indonesia selain menjanjikan
peluang ekonomi yang besar juga memberikan dampak geostrategi,
geopolitik dan geoekonomi bagi Indonesia (Society, 2018).

Kajian bentuk lahan dalam geomorfologi tidak terbatas pada


daratan, tetapi juga di bawah permukaan laut (Verstappen, 1983), bahkan
Goudie (2004) dan Huggett (2011) menjelaskan bahwa kajian
geomorfologi telah berkembang sampai dengan kajian tentang planet-
planet, bulan, dan sistem tata surya kita. Cooke dan Doornkamp (1974)
menjelaskan bahwa hal yang dikaji geomorfologi dari bentuk lahan
meliputi sifat alami bentuk lahan, genesis bentuk lahan, proses
perkembangan bentuk lahan dan komposisi material yang menyusun
bentuk lahan (Mada, n.d.).

2.4 Hubungan Geomorfologi terhadap Sistem pembangunan


berkelanjutan di Indonesia
Sistem pembangunan berkelanjutan Indonesia harus didasarkan
pada pengurangan risiko bencana. Dalam rangka menganalisis aspek
geomorfologi secara regional sebagai langkah pencegahan bencana,
perlu dilakukan identifikasi peluang dan kerentanan bencana. Aspek
geomorfologi yang akan dipelajari di lokasi dapat digunakan dengan
perangkat lunak Global Mapper v12 dan ArcGIS v10.3 Geographic
Information System (GIS). Morfostruktur yang aktif merupakan aktivitas
tektonik yang relatif kontinu sejak Eosen hingga Miosen Awal hingga
Kuarter, sehingga kawasan ini rawan gempa kuat yang dapat memicu
longsor. Pengaruh tersebut mengakibatkan terbentuknya struktur geologi,
termasuk satuan sesar Diorit Bone (Tmb) dan Pinogu Volcano Rock
(TQpv), yang memiliki sistem engsel yang menyebabkan proses
pelapukan batuan dasar terjadi secara intensif. Pelapukan batuan adalah

8
kondisi morfostruktural lanskap yang dapat mempengaruhi kekompakan
batuan sedemikian rupa sehingga beberapa jenis batuan mengakibatkan
longsoran runtuhan. 

2.5 Geomorfologi Bencana Bantu Pengelolaan Wilayah Kepesisiran


Secara Terpadu
Pendekatan geomorfologi bencana dapat memberikan kontribusi
dalam rangka pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu sebagai
negara kepulauan Indonesia mempunyai wilayah kepesisiran yang sangat
luas dan strategis. Selain memiliki sumber daya beragam, ancaman
bencana di kawasan kepesisiran juga sangat besar sehingga
perencanaan pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu, termasuk
di dalamnya mempertimbangkan aspek kebencanaan, Bencana alam yang
mungkin terjadi di wilayah kepesisiran antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, banjir, banjir genangan air laut (rob), badai, penurunan muka
tanah, dan erosi pantai beberapa kota besar yang ada di sekitar pesisir,
seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar. Kawasan kota-kota
ini memiliki ancaman kejadian bencana alam berupa penurunan muka
tanah. Hal ini bisa disebabkan pengambilan air tanah yang berlebihan
untuk industri, proses alami dari kompaksi material sedimen wilayah
kepesisiran yang masih berlangsung maupun beban bangunan yang main
berat di atas permukaan tanah tersebut.

Seiring dengan kemajuan teknologi Sistem Informasi Geografis


(SIG) dan penginderaan jauh (PJ), memudahkan analisis bidang
geomorfologi kebencanaan. Integrasi teknologi SIG dan data PJ dapat
digunakan untuk melakukan pemetaan dan pemodelan dalam studi
geomorfologi kebencanaan. Pemodelan dalam geomorfologi kebencanaan
salah satunya dapat dibangun dengan menggunakan teknologi SIG.
geomorfologi kebencanaan dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam melakukan kajian pengelolaan wilayah kepesisiran
secara terpadu. Kontribusi geomorfologi kebencanaan dalam pengelolaan

9
wilayah kepesisiran tersebut dilakukan melalui analisis, pemetaan, dan
pemodelan dari bentuk lahan serta proses geomorfologi. Analisis,
pemetaan, dan pemodelan dapat berupa perhitungan kerentanan, analisis
bahaya, penilaian risiko, distribusi spasial tingkat potensi bencana dan
pemantauan proses geomorfik. https://www.ugm.ac.id/id/berita/8995-geomorfologi-
bencana-bantu-pengelolaan-wilayah-kepesisiran-secara-terpadu

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh suatu
peristiwa atau rangkaian peristiwa alam, antara lain gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Indonesia berada dalam posisi labil karena terjadinya subduksi beberapa
lempeng tektonik. Di bagian barat terdapat subduksi lempeng Hindia dan
Eurasia, di bagian timur lempeng Australia dan Pasifik, dan di bagian
timur-laut terdapat lempeng kecil yang bertumbukan yaitu lempeng
Caroline dan lempeng Laut Filipina. Tumbukan antar lempeng tektonik
juga menyebabkan terbentuknya zona vulkanisme, magmatisme, endapan
hidrokarbon, dan gerakan tanah.
Kajian geomorfologi mencakup empat aspek, yaitu:
1. aspek penelitian geomorfologi yang menekankan dan
memfokuskan pada bentang alam sebenarnya (geomorfologi
statis);
2. aspek penelitian geomorfologi lebih difokuskan pada pengamatan
dan analisis jangka pendek terhadap proses dan perkembangan
bentuklahan (geomorfologi dinamis);
3. aspek kajian geomorfologi yang mengkaji evolusi bentang alam
dalam kurun waktu yang lama (geomorfologi asal
proses/geomorfologi genetik);
4. aspek kajian geomorfologi yang menekankan hubungan antara
geomorfologi dan ekologi bentang alam serta unsur lingkungan
lainnya (geomorfologi lingkungan).
geomorfologi dapat diterapkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
 Studi geomorfologi yang diterapkan pada studi lingkungan
(environmental study),

11
 Studi geomorfologi yang diterapkan untuk melihat dan mengkaji
dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan (study of human
impact on environment),
 Studi geomorfologi yang diterapkan dalam studi bahaya lingkungan
terhadap masyarakat (study on environmental hazards for society).

DAFTAR PUSTAKA

Alam, B. (2020). Analisis potensi bencana alam longsorlahan.

Ii, B. A. B. (2007). Bab ii. tinjauan pustaka 2.1. 7–31.

Mada, U. G. (n.d.). DALAM PENGELOLAAN WILAYAH KEPESISIRAN.

Mada, U. G. (1973). Universitas Gadjah Mada.

Mathematics, A. (2016). 済無 No Title No Title No Title. 1–23.

Society, I. G. (2018). Ikatan geograf indonesia (igi) indonesian


geographical society. In Ikatan Geograf Indonesia(IGI) (Issue 0274).

12

Anda mungkin juga menyukai