1. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan beku: kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende,
piroksin, olivin dan bijih besi.
2. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan sedimen: kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung,
kalsit, dolomit.
3. Mineral-mineral petunjuk yang biasa terdapat dalam batuan metamorfosa: garnet, andalusit, kianit, silima- nit, staurolit,
kordierit, epidot, klorit.
Hornfel (batutanduk)
Batuan ini terbentuk dalam bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan
rekristalisasi batuan asalnya, tak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat.
Kuarsit
Batuan ini adalah terdiri dari kuarsa yang terpadatkan atau disementasi oleh silika kristalin, sehingga merupakan
batuan yang kompak, membelah melalui butiran kuarsa tanpa foliasi. Terjadi karena metamor- fosa regional dari
batupasir kuarsa pada semua derajat metamorfosa.
Marmer (pualam)
Marmer terdiri dari mineral kalsit, terjadi proses metamorfosa regional atau rekristalisasi dari batu gamping. Batuan
ini padat, kompak tanpa foliasi, terbentuk karena kontak, foto 1 halaman 170 memperlihatkan foto mikrograpnya.
REPRESENTASI SECARA GRAFIS PARAGENESA MINERAL
Suatu representasi secara grafik kumpulan (paraganesa) mineral metamorfosa, dalam hubungannya dengan kompo- nen kimianya
yang umum bertujuan untuk memberikan visualisasi hubungan antara:
● Kumpulan yang secara kimiawi eqivalen pada derajat yang berlainan.
● Kumpulan yang secara kimia sama pada derajat yang sama.
● Pengaruh kimia satu fasa terhadap fasa yang lain.
● Penyebaran komponen diantara fasa yang ada.
● Sebagai suatu jenis tambahan penerapan secara grafik aturan fasa terhadap sekelompok kumpulan mineral.
Dari pengamatan berbagai daerah kontak ada beberapa ciri umum yang dapat
dikemukakan. Pertama lebar maksimum daerah kontak yang diketahui adalah
lebar maksimumnya diukur tegak lurus kontak. Karena umumnya kontak itu
miring pada singkapan, sedangkan konfigurasinya di kedalaman jarang
diketahui. Lebar maksimum sampai 1 kilometer atau lebih.
PENGERTIAN UMUM FASIES
Setiap fasies dalam batuan metamorfosa umumnya dinamakan menurut jenis batuan (kumpulan
mineral) yang dianggap kritis dan diagnestik untuk fasies yang bersangkutan (Turner, 1960).Penamaan
ini tentunya tidak ideal, misalnya fasies batutanduk (hornfel), salah satunya diberi nama fasies
batutanduk-piroksen, karena mineral kritisnya adalah a diopsid-hipersten-plagioklas. Tetapi
batutanduk lainnya yang mengandung juga piroksen dimana mineral kritisnya ialah plagioklas
hornblende diopsid, tergolong dalam fasies on lain yang disebut fasies batutanduk-hornblende.eat
Pada mulanya Eskola (1920) dengan berdasarkan kriteria mineralogi dan kedapatan di lapangan
membagi menjadi lima buah fasies batuan metamorfosa.
PEMBAGIAN FASIES METAMORFOSA KONTAK
Turner (1960) mengemukakan pembagian fasies dari metamorfosa kontak, berdasarkan
pertambahan temperatur (tekanan air konstan) atau tekanan air berkurang (temperatur
konstan), menjadi empat fasies yaitu: Batutanduk albitepidota.(bentuk lain fasies albit-
epidot-amfibolit; subfasies batutanduk aktinolit-epidot)b. Batutanduk hornblende(bentuk
lain fasies amfibolit; subfasies kordierit- antopillit)c. Batutanduk piroksind. Sanidinit
Sedangkan winkler (1967) membagi fasies batutandukdari metamorfosa kontak menjadi
tiga, yaitu:a. Batutanduk albit-epidotb. Batutanduk hornblendeC. Batutanduk K. Feldspar-
kordierit
FASIES BATU TANDUK FASLES BATUAN TANDUK
ALBIT- EPIDOT HORNBLENDE
kordierit,, karena pertama sekali sekali K. Prinsip kumpulan yang mana dapat
c. Basa B. Gampingan
d. Magnesium C. Basa
D. Magnesium
METAMORFOSA REGIONAL
Metamorfosa regional juga dinamakan metamorfosadinamo termal atau metamorfosa dalam fasies
bertekanan menengah sampai tinggi. Berbeda dengan metamorfosa kontak yang lokal penyebarannya,
metamorfoss regional meliputi daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan, yakni
dalam daerah geosinklin. Karena itu proses orogene salah yang menyertai proses metamorfosa
regional.
Dengan ciri umum :
1. Zeolit
2. Sekis hijau
3. Sekis glaukopan
4. Almandin-amlandin
5. Granulit
6. Eklogit
FASIES ZEOLIT
Penimbunan (burial) dalam sedimen dalam suatu cekungan dan batuan volkanik akan
mengakibatkan suatu kondisi temperatur dan tekanan yang menghasilkan reaksi antara
fasa-fasa mineral. Pada umumnya kumpulan yang stabil pada lingkungan sedimen
ditandai oleh lempung, serpih, monmorilonit dan illit serta sedimen kapuran. Dalam
batupasir volkanik fase temperatur tinggi, seperti lava, piroksin, hornblende dan
sebagainya.
Fasies Almandin-Amfibolit sekis hijau, dimana batuan fasies almandin-amfibolit ini mendasari dari batuan fasies sekis hijau disabuk
orogenesa.Penyebaran dari fasies ini tidak seluas dari fasies Batuan yang termasuk ke dalam fasies almandin- amfibolit, ialah pelitik
(sekis mika dan gneis), batupasir- feldspatik (sekis kuarsa fedapatik dan gneis), basal, t an andesit, batuan silikat-kapur,, batupasir
kapuran dan serpih amfibolit.
Fasies Granulit Fasies ini termasuk hasil metamorfosa derajat tinggi, metamorfosa regional yang paling bawah adalah kelompok dari
batuan gneisik. Dimana ditandai oleh perbedaan febrik yang tinggi dan mineralogi yang tidak umum mudah dikenali dari batuan basa
fasies metamorfosa, disebut fasies granulit oleh Eskola. Granulit dari kuarsa-feldspatik garnet atau gneis piroksin dengan sedikit atau
tidak ada mika, dimana kuarsa berbentuk datar (oleh butiran) paralel sampai berfoliasi. Derajat tinggi dicirikan dari mineral hipersten
dan diopsid bearing dengan batuan yang mengandung pirop-almandin dan pertitik alkali feldspar.
Fasies Eklogit Fasies ini sulit atau tidak dapat dipetakan dan terdapat sebagai bands dan lenses dalam fasies granulit, almandin-
amfibolit, sekis hijau atau dalam sekis glaukopan. Batuan ini bersusunan seperti gabro-basal, yang teruta-ma terdiri dari ompasit-
piroksin klino dan garnet (pirop,almandin dan grossularit).Wyllie (1971), mencoba menghubungkan antara gabro-eklogit melalui fasa
transisi, digambarkan dalam beberapa reaksi kritis dari mineral-mineral pembentuknya.
TERIMAKASIH