Anda di halaman 1dari 19

Winanda Nathania

BATUAN METAMORFOSA 2110115220001


BATUAN METAMORFOSA

Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamentil batuan yang


sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang
sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi
daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang
terkubur sangat dalam. Dalam kedua tipe metamorfosa, fluida dalam batuan dapat
membantu perubahan-perubahan kimiawi. Air adalah fluidautama, tetapi unsur-unsur
kimia seperti klor, flour, brom dan lain-lain dapat keluar dari batuan sekelilingnya.
BEBERAPA SIFAT BATUAN METAMORFOSA
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (320
km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat,
yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi
baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan
temperatur (T) tertentu. Batuan sedimen merupakan jenis yang
mineraloginya stabil di sekitar permukaan bumi yakni pada tekanan dan
temperatur rendah, sedangkan batuan beku tersusun oleh mineral yang
stabil pada temperatur 700° 1100°C - dengan tekanan 10.000 atmosfir, selain
itu juga jenis batuan yang terjadi disesuaikan dengan kondisi kimia.Proses
metamorfosa suatu proses yang tidak mudahuntuk difahami karena sulitnya
menyelidiki kondisi dikedalaman dan panjangnya waktu. Tabel 6.1.
memperlihat- udkan terbentuknya batuan metamorfosa dan batuan lainnya
berdasarkan temperatur dan kedalaman pembentukannya.
TEKSTUR
Mineral dalam batuan metamorfosa disebut mineral al metamorfosa yang terjadi karena kristalnya
tumbuh dalam suasana padat, dan bukan mengkristal dalam suasana cair. tile Karena itu kristal yang
terjadi disebut blastos. Idiomorf untuk mineral metamorfosa adalah idioblastik, sedangkanxenomorf
adalah xenoblastik. Kristal yang ukurannya lebih besar daripada masa dasarnya disebut profiroblastik.
Kristalisasi selama deformasi batuan, mengkibatkan mineral-mineral yang terarah secara membidang,
disebut sekistositas (halaman 170, foto 2) atau dapat juga menggaris disebut lineasi. Lepidoblastik
adalah jenis sekistositas karena membidangnya mineral pipih (mika) seperti terlihat dalam foto 2
halaman 170, sedangkan nematoblastik membidangnya mineral prismatik (aktinolit).
BESAR BUTIR
Besar butir dari batuan metamorfosa meningkat dengan meningkatnya derajat metamorfosa. Hal ini disebabkan
oleh karena energi permukaan butir yang lebih kasar menjadi lebih kecil, sehingga daya larutannya semakin rendah
(kecil) pula. Metamorfosa kontak yang umumnya lebih halus daripada metamorfosa regional, sekalipun sama
temperatur atau derajat metamorfosa. Mungkin faktor-faktor berikut berpengaruh pada ukuran butir antara lain:

1. Panjangnya waktu reaksi dan pertumbuhan kristal.


2. Kecepatan reaksi.
3. Kadar air yang berhubungan dengan tekanan selama rekristalisasi mungkin hal ini berkaitan pula dengan kecepatan
nucleation dan difusi.
4. Ukuran butir batuan asal, pada lanau, serpih, lempung yang halus akan reaktif tinggi dan dengan demikian cepat membentuk
butir katar pada metamorfoss. Butiran kuasa dan feldspar yang kasar kurang reaktif dan tetap halus ukurannya.
5. Kesamaan dan kelainan kimia dan struktur mineral metamorfosa dan mineral batuan asal.
6. Porfiroblas yang umum dalam batuan pelitik ialah, garnet, stauro- lit, kianit, andalusit, kordierit. Mineral yang jarang
sebagai porfiroblas dalam batuan pelitik adalah, kalsit, muskovit, biotit, kuarsa dan feldspar.
MINERAL DAN STUKTUR PERLAPISAN BATUAN
METAMORFOSA
Batuan metamorfosa adalah batuan yang berasal dari batuan sebelumnya, sehingga ada beberapa mineral dari batuan asalnya
terdapat pula dalam batuan metamorfosa. Mineral tersebut sebagai berikut:

1. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan beku: kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende,
piroksin, olivin dan bijih besi.
2. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan sedimen: kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung,
kalsit, dolomit.
3. Mineral-mineral petunjuk yang biasa terdapat dalam batuan metamorfosa: garnet, andalusit, kianit, silima- nit, staurolit,
kordierit, epidot, klorit.

PENAMAAN BATUAN METAMORFOSA


Berbeda dengan batuan beku yang penamaannya berasal dari nama tempat atau mineralogi, penamaan batuan metamorfosa lebih
banyak menunjukkan pada ciri struktur dan mineralogi. Di sini perlu diingat pada mulanya ialah beberapa kelompok dasar,
sedangkan pada tahap berikutnya dimana perlu dibubuhkan mineral kritisnya atau akhiran tertentu seperti meta atau ortho atau
para yang ditulis dengan tanda hubung. Akhiran meta dipakai bila tekstur batuan asal yang spesifik masih tersimpan, sehingga
nama batuan memakai nama batuan asal ditambah kata meta, sepertigabro-meta dan sebagainya. Beberapa batuan.
Beberapa batuan metamorfosa tanpa tekstur follasi, sebagai berikut:

Hornfel (batutanduk)
Batuan ini terbentuk dalam bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan
rekristalisasi batuan asalnya, tak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat.

Kuarsit
Batuan ini adalah terdiri dari kuarsa yang terpadatkan atau disementasi oleh silika kristalin, sehingga merupakan
batuan yang kompak, membelah melalui butiran kuarsa tanpa foliasi. Terjadi karena metamor- fosa regional dari
batupasir kuarsa pada semua derajat metamorfosa.

Marmer (pualam)
Marmer terdiri dari mineral kalsit, terjadi proses metamorfosa regional atau rekristalisasi dari batu gamping. Batuan
ini padat, kompak tanpa foliasi, terbentuk karena kontak, foto 1 halaman 170 memperlihatkan foto mikrograpnya.
REPRESENTASI SECARA GRAFIS PARAGENESA MINERAL
Suatu representasi secara grafik kumpulan (paraganesa) mineral metamorfosa, dalam hubungannya dengan kompo- nen kimianya
yang umum bertujuan untuk memberikan visualisasi hubungan antara:
● Kumpulan yang secara kimiawi eqivalen pada derajat yang berlainan.
● Kumpulan yang secara kimia sama pada derajat yang sama.
● Pengaruh kimia satu fasa terhadap fasa yang lain.
● Penyebaran komponen diantara fasa yang ada.
● Sebagai suatu jenis tambahan penerapan secara grafik aturan fasa terhadap sekelompok kumpulan mineral.

Suatu representasi grafik peragenesa mineral yang besar DIAGRAM ACF


hanya mungkin bila jumlah komponen yang menyu- sun
mineral-mineral tidak lebih dari empat buah. Karena dalam
suatu bangun ruang tetrahedra hanya ada empat sudutnya,
tetapi yang paling diperlukan adalah representasi dua
dimensi dalam bentuk segitiga seperti yang dikemuka- kan

oleh Eskola (1939) yang disebut diagram fasa segitiga .


DIAGRAM AFM
Diantara kumpulan mineral yang paling peka terhadap perubahan kecil P dan T ialah sekis pelitik.
Kecuali pada derajat metamorfosa tinggi, mineral muskovit yang dikan- dungnya saja sebagai satu-
satunya fasa mika putih.Dalam diagram ACF dan A'FK dan MgO (plus MnO) dianggap sebagai satu
komponen, hal ini tentunya merupa kan penyederhanaan. Karena Mg dan Fe saling mensubtitu- si
dalam kisi silikat, tetapi sesungguhnya suhtitusi tersebut berlainan sifatnya untuk kumpulan berbagai
silikat. Lebih-lebih hal tersebut tergantung pada susunan batuan, P dan T, sebagai contoh di satu
batuan, biotit bersama muskovit dan salah satu modifikasi dari Al, SiO,. Di lain batuan, biotit bersama
garnet + staurolit +kuarsa + musko- vit. Kesemuanya tersebut tidak mungkin dibubuhkan dalam
diagram A'FK.
METAMORFOSA KONTAK
Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan ke
batuan sekitarnya, mengakibatkan metamorfosa
kontak. Zona metamorfosa kontak di sekitar tubuh
batuan beku terse- but, dinamakan daerah kontak
(contact aureole), yang efeknya terutama terlihat
bila batuan sekitarnya adalah serpih dan
batugamping. Sedangkan terobosannya adalah
batuan beku dalam seperti granit, granodiorit atau
gabro yang berukuran besar. Gambar 6.4.
CIRI UMUM DAERAH KONTAK

Dari pengamatan berbagai daerah kontak ada beberapa ciri umum yang dapat
dikemukakan. Pertama lebar maksimum daerah kontak yang diketahui adalah
lebar maksimumnya diukur tegak lurus kontak. Karena umumnya kontak itu
miring pada singkapan, sedangkan konfigurasinya di kedalaman jarang
diketahui. Lebar maksimum sampai 1 kilometer atau lebih.
PENGERTIAN UMUM FASIES
Setiap fasies dalam batuan metamorfosa umumnya dinamakan menurut jenis batuan (kumpulan
mineral) yang dianggap kritis dan diagnestik untuk fasies yang bersangkutan (Turner, 1960).Penamaan
ini tentunya tidak ideal, misalnya fasies batutanduk (hornfel), salah satunya diberi nama fasies
batutanduk-piroksen, karena mineral kritisnya adalah a diopsid-hipersten-plagioklas. Tetapi
batutanduk lainnya yang mengandung juga piroksen dimana mineral kritisnya ialah plagioklas
hornblende diopsid, tergolong dalam fasies on lain yang disebut fasies batutanduk-hornblende.eat
Pada mulanya Eskola (1920) dengan berdasarkan kriteria mineralogi dan kedapatan di lapangan
membagi menjadi lima buah fasies batuan metamorfosa.
PEMBAGIAN FASIES METAMORFOSA KONTAK
Turner (1960) mengemukakan pembagian fasies dari metamorfosa kontak, berdasarkan
pertambahan temperatur (tekanan air konstan) atau tekanan air berkurang (temperatur
konstan), menjadi empat fasies yaitu: Batutanduk albitepidota.(bentuk lain fasies albit-
epidot-amfibolit; subfasies batutanduk aktinolit-epidot)b. Batutanduk hornblende(bentuk
lain fasies amfibolit; subfasies kordierit- antopillit)c. Batutanduk piroksind. Sanidinit
Sedangkan winkler (1967) membagi fasies batutandukdari metamorfosa kontak menjadi
tiga, yaitu:a. Batutanduk albit-epidotb. Batutanduk hornblendeC. Batutanduk K. Feldspar-
kordierit
FASIES BATU TANDUK FASLES BATUAN TANDUK
ALBIT- EPIDOT HORNBLENDE

Biasanya terdapat di bagian paling luar suatu


daerah alaldukontak, sehingga rekristalisasi dan Awal fasies batutanduk hornblende
reaksi metamorfosa cenderung tidak sempuma,
tercirikan Sholeh hilangnya klorit dalam
serta dicirikan oleh relik yang stabil.
hal ada kuarsa dan munculnya pertama
sekali diopsid, forsterit+kalsit,
grossularit/ andradit, kordierit,
hornblende dan ortoamfibol (anto- filit
dan gedrit) atau cumingtonit monoklin.
FASE BATUAN TANDUK
PIROKSIN Fasies batuan tanduk piroksin
Fasies ini oleh winkler (1967) disebut Fasies ini oleh winkler (1967) disebut fasies batu

fasies batuantanduk K. Faldspar- tanduk K feldspar- kordierit, karena pertama

kordierit,, karena pertama sekali sekali K. Prinsip kumpulan yang mana dapat

K.feldspar dan kordierit. mengandung kuarsa dan potash feldspar seperti

a. Pelitik dan kuarsa- feldspatik terlihat dibawah ini

b. Gampingan A. Pelitik dan kuarsa- feldspatik

c. Basa B. Gampingan

d. Magnesium C. Basa
D. Magnesium
METAMORFOSA REGIONAL
Metamorfosa regional juga dinamakan metamorfosadinamo termal atau metamorfosa dalam fasies
bertekanan menengah sampai tinggi. Berbeda dengan metamorfosa kontak yang lokal penyebarannya,
metamorfoss regional meliputi daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan, yakni
dalam daerah geosinklin. Karena itu proses orogene salah yang menyertai proses metamorfosa
regional.
Dengan ciri umum :
1. Zeolit
2. Sekis hijau
3. Sekis glaukopan
4. Almandin-amlandin
5. Granulit
6. Eklogit
FASIES ZEOLIT
Penimbunan (burial) dalam sedimen dalam suatu cekungan dan batuan volkanik akan
mengakibatkan suatu kondisi temperatur dan tekanan yang menghasilkan reaksi antara
fasa-fasa mineral. Pada umumnya kumpulan yang stabil pada lingkungan sedimen
ditandai oleh lempung, serpih, monmorilonit dan illit serta sedimen kapuran. Dalam
batupasir volkanik fase temperatur tinggi, seperti lava, piroksin, hornblende dan
sebagainya.

FASIES SEKIS HIJAU


Fasies sekis hijau merupakan fasies yang luas penye- barannya, batuan yang termasuk ke dalam sekis hijau
banyak sekali. Derivat pelitiknya seperti batusabak, filit dan sekis, tercirikan oleh sekistositas karena orientasi
terpilih atau terarah dari mineral mika atau klorit. Di zona klorit batuan umumnya berbutir halus, tetapipada
derajat yang lebih tinggi menjadi lebih besar (filitdan sekis) disertai differensiasi metamorfosa
denganlembaran tersigregasi dan deformasi yang menimbulkan lineasi dan sekistositas.
Fasies Sekis Glaukopan Sekis glaukopan berassosiasi dengan batuan yang mengandung lawsonit atau jadeit, dan terjadi di geosin klin
pada post-Paleozoikum. Termasuk ke dalam metamorfosa ini ialah basal, tuf, graywacke dan rijang. Lokasi geosin klin cenderung
berasosiasi dengan serpentin berhubungan dengan intrusi dan batuan ultrabasa, sehingga proses metamorfosa digeosinklin
mengakibatkan sekis glaukopan.

Fasies Almandin-Amfibolit sekis hijau, dimana batuan fasies almandin-amfibolit ini mendasari dari batuan fasies sekis hijau disabuk
orogenesa.Penyebaran dari fasies ini tidak seluas dari fasies Batuan yang termasuk ke dalam fasies almandin- amfibolit, ialah pelitik
(sekis mika dan gneis), batupasir- feldspatik (sekis kuarsa fedapatik dan gneis), basal, t an andesit, batuan silikat-kapur,, batupasir
kapuran dan serpih amfibolit.

Fasies Granulit Fasies ini termasuk hasil metamorfosa derajat tinggi, metamorfosa regional yang paling bawah adalah kelompok dari
batuan gneisik. Dimana ditandai oleh perbedaan febrik yang tinggi dan mineralogi yang tidak umum mudah dikenali dari batuan basa
fasies metamorfosa, disebut fasies granulit oleh Eskola. Granulit dari kuarsa-feldspatik garnet atau gneis piroksin dengan sedikit atau
tidak ada mika, dimana kuarsa berbentuk datar (oleh butiran) paralel sampai berfoliasi. Derajat tinggi dicirikan dari mineral hipersten
dan diopsid bearing dengan batuan yang mengandung pirop-almandin dan pertitik alkali feldspar.

Fasies Eklogit Fasies ini sulit atau tidak dapat dipetakan dan terdapat sebagai bands dan lenses dalam fasies granulit, almandin-
amfibolit, sekis hijau atau dalam sekis glaukopan. Batuan ini bersusunan seperti gabro-basal, yang teruta-ma terdiri dari ompasit-
piroksin klino dan garnet (pirop,almandin dan grossularit).Wyllie (1971), mencoba menghubungkan antara gabro-eklogit melalui fasa
transisi, digambarkan dalam beberapa reaksi kritis dari mineral-mineral pembentuknya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai