Anda di halaman 1dari 25

BAB I

DASAR TEORI

1.1. Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh perubahan fisik atau
kimia pada batuan yang sudah ada padasebelumnya (batu ataupun sedimen )
akibat panas dan tekanan ,temperatur yang tinggi. Karena aksi lempeng
tektonik,kompresi,tekanan,maupun gaya geser selama periode yang lama, batuan
pada dasarnya dapat dilengkungkan ataupun terubah,menyebabkannya dapat padat
volume ruang yang kecil.
Sebagai konsekwensinya, batuan ini akan selalu lebih padat dari pada batuan
asalnya ( beku maupun sedimen ) dan juga lebih rentan terhadap erosi. Batuan ini
juga dapat di artikan sebagai batuan yang termodifikasi oleh proses panas,tekanan,
ataupun kimiawi. Paparan terhadap kondisi ekstrim tersebut telah mengubah
mineralogi, tekstur, dan komposisi kimianya.
Kita ketahui bahwa lempeng bumi terus bergerak sepanjang waktu geologi.
Lempeng bumi tersusun atas batuan beku ataupun sedimen dapat men-subduksi di
bawah lempeng lainnya. Bobot material di bagian atas lempeng dapat
menyebabkan bahan di bawahnya mengalami metamofosis.
Dalam beberapa kasus, panas yang berasal dari dalam bumi bisa sedikit
melelahkan batuan dalam sebuah proses yang di sebut “metamorfosis kontak”.
Ada dua jenis metamorf apabila ditinjau dari teksturnya, yaitu :
a. Batuan metamorf foliasi
Batuan metamorf foliasi pada umumnya menunjukkan kesan perlapisan
(banded) maupun penjajaran mineral , bentuk banded ataupun penjajaran
mineral ii terbentuk akibat paparan panas dan tekanan terarah. Contoh
batuan metamorf jenis foliasi adalah genes, filit, sekis, batu sabak.
b. Batuan metamorf non-foliasi
Tidak menunjukkan kesan penjajaran mineral maupun banded. Contoh
batuan metamorf jenis non foliasi adalah hornfels, kuarsit, novaculite,
amfibolit.
1.2. Analisis Batuan Metamorf
Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur
serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses
diagenesa dan di bawah titik lebur; 200-350oC < T < 650-800oC) dan tekanan
yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses
metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km –
20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu
mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaru h atau
respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda
dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.

1.3. Pembentukan Batuan Metamorf


Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-
batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas
diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses
metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi
ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat
reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan
metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini
dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme
shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk
menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah
menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi
terjadi antara 200°C – 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium
dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan
terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit
atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah
kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau
dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C
disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi
pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur
pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.
Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas
atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut
migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa
darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Berdasarkan tingkat malihannya,batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu :
a. Metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism)
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal
masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta
(sedimen, -beku),
b. Metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphisme
Sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak
nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur
malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).
Gambar 1.3. Batuan Basal ( Sumber :www.winganarrows.wordpress.com )
Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya
juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf
dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Metamorfisme kontak/ termal,
Pengaruh T dominan Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak
atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar
antara 2 – 3 km.

Gambar 1.3. kontak aureole intrusi (www.winganarrows.wordpress.com )


b. Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik
Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu
pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan.
Dan metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.
Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian dalam
dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa
Gambar 1.3 lokasi batuan metamorf (www.winganarrows.wordpress.com )

1.4. Struktur Batuan Metamorf


Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
1. Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral
butiran.
b. Struktur Gneisik
Struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah
mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage
Sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya
sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic
Sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2. Struktur Non Foliasi
a. Struktur Hornfelsik
Struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif
seragam.
b. Struktur Kataklastik
Struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan
asal.
c. Struktur Milonitik
Struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral
yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik
Struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding
struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser
Sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk
lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen
Sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir
felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose
Sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
beragam.
h. Struktur Liniasi
Struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus
atau fibrous.

1.5. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut
dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari
matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran
dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya
dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-
sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan
cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral
matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan
(karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula
dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast
atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan
metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau
elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk
“mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan
rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk
agregat adalah porphyroklast.
a. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal
sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama
sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.
Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf.

Gambar 1.5 tekstur batuan metamorf (www.winganarrows.wordpress.com )


1. Tekstur Porfiroblastik
Sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal besarnya
disebut porfiroblast.
2. Tekstur Granoblastik
Tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
3. Tekstur Lepidoblasti
Tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan
berarah dengan bentuk mineral pipih.
4. Tekstur Nematoblastik
Tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik
yang sejajar dan terarah.
5. Tekstur Idioblastik
Tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral.
6. Tekstur Xenoblastik
Sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk
anhedral.
b. Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan
asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata
–blasto.
1. Tekstur Blastoporfiritik
Tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
2. Tekstur Blastopsefit
Tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya lebih besar dari pasir.
3. Tekstur Blastopsamit
Sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya sama
dengan pasir.
4. Tekstur Blastopellit
Tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya lempung.
Tabel 1.5 Ciri-ciri fisik mineral-mineral penyusun batuan metamorf (Gillen, 1982)
Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan
batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik
seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama
didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur. Nama yang umum sering
dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek
penting dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada
(contoh skis klorit), atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama
(contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi
mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan dengan facies metamorfik yang
dipunyai batuan (contoh granulit).
Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan perubahan keduanya
baik tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan rekristalisasi dan
modifikasi dari mineral lempung yang ada. Ukuran butiran secara mikroskopik
tetap, tetapi arah yang baru dari orientasi mungkin dapat berkembang sebagai
hasil dari gaya stres. Resultan batuan berbutir halus yang mempunyai belahan
batuan yang baik sekali dinamakan slate. Bilamana metamorfisme berlanjut sering
menghasilkan orientasi dari mineral-mineral pipih pada batuan dan penambahan
ukuran butir dari klorit dan mika. Hasil dari batuan yang berbutir halus ini
dinamakan phylit, sama seperti slate tetapi mempunyai kilap sutera pada belahan
permukaannya. Pengujian dengan menggunakan lensa tangan secara teliti
kadangkala memperlihatkan pecahan porpiroblast yang kecil licin mencerminkan
permukaan belahannya. Pada tingkat metamorfisme yang lebih tinggi, kristal
tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita menjumpai mineral-mineral yang pipih
dan memanjang yang terorientasi kuat membentuk skistosity yang menyolok.
Batuan ini dinamakan skis, masih bisa dibelah menjadi lembaran-lembaran.
Umumnya berkembang porpiroblast; hal ini sering dapat diidentikkan dengan sifat
khas mineral metamorfik seperti garnet, staurolit, atau kordierit. Masih pada
metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi kurang jelas; batuan terdiri
dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur dan mineralogi yang
berbeda menunjukkan tekstur gnessik dan batuannya dinamakan gneis. Kumpulan
yang terdiri dari lapisan yang relatif kaya kuarsa dan feldspar, kemungkinan
kumpulan tersebut terdiri dari mineral yang mengandung feromagnesium (mika,
piroksin, dan ampibol). Komposisi mineralogi sering sama dengan batuan beku,
tetapi tekstur gnessik biasanya menunjukkan asal metamorfisme; dalam kumpulan
yang cukup orientasi sering ada. Penambahan metamorfisme dapat mengubah
gneis menjadi migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan berwarna terang menyerupai
batuan beku tertentu, dan perlapisan kaya feromagnesium mempunyai aspek
metamorfik tertentu.
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit;
secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik
bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh
rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan
metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
a. Amphibolit
Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
b. Eclogit
Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan
garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal,
tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari
batuan beku.
c. Granulit
Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,
felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik.
Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-
lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
d. Hornfels
Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran
yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau
sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama
disebut granofels.
e. Milonit
Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah
dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity
dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya
disebut philonit.
f. Serpentinit
Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan
karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat
feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
g. Skarn
Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral
kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena
perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan
beku.
Tabel 1.5. Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Mineral Kuarsit

Gambar 2.1 Mineral Kuarsit ( Foto Pribadi,2019)


Batu Kuarsit adalah batuan pasir yang berubah karena terkena suhu tinggi.
Batu ini berwarna coklat, merah, abu-abu, dan kekuningan pada umumnya. Batu
kuarsit bermanfaat untuk bahan kerajinan dan material konstruksi jalan raya.
Salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir
(sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir
bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan
biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses
metamorfosis .
Asal dari metamorfisme sandstone (batupasir),Komposisi berupa mineral
Kuarsa,Mineral ini memiliki Struktur Non foliasi, derajat metamorfisme
Intermediate sampai dengan tinggi, yang memiliki ukuran butir medium coarse,
memiliki tektstur warna Abu-abu, kekuningan, cokelat dan juga merah,mineral ini
memiliki ciri khas yang lebih keras dibanding glass.
Manfaat mineral kuarsit dalam kehidupan sehari hari :
a. Sebagai material kontruksi jalan raya
b. Untuk bahan kerajinan
c. Kontruksi bangunan rumah
2.2. Mineral Serpentinit

Gambar 2.2 Mineral Serpentinit ( Foto Pribadi,2019)

Serpentinit adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral kelompok
serpentine. Mineral dalam kelompok ini dibentuk oleh serpentinisasi, hidrasi dan
transformasi metamorfik dari batuan ultrabasa yang berasal dari mantel bumi.
Alterasi mineral sangat penting di dasar laut pada batas lempeng tektonik.
Serpentinisasi adalah proses metamorfik geologi suhu rendah yang
melibatkan panas dan air di mana batuan ultramafik dan mafik dengan kandungan
silika yang rendah teroksidasi (oksidasi anaerobik dari Fe2 + oleh proton-proton
air yang mengarah ke pembentukan H2) dan dihidrolisis dengan air menjadi
serpentinit. Peridotit, termasuk dunit, yang berada di dan dekat dasar laut dan di
sabuk pegunungan diubah menjadi serpentin, brusit, magnetit, dan mineral lainnya
- beberapa mineral langka seperti awaruit (Ni3Fe), dan bahkan besi murni. Dalam
proses tersebut sejumlah besar air diserap ke dalam batuan sehingga
meningkatkan volume dan menghancurkan struktur
Batuan Serpentinit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari mineral
serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi pada
temperatur rendah. Mineral serpentin tergolong dalam kelas mineral Silikat yaitu
Phyllosilicates. Batuan Serpentinit sering digunakan untuk batu hias dan dipakai
untuk industri mineral. Batuan ini banyak ditemukan di negara Swedia, Italia,
Rusia, di wilayah California, dan pertambangan Norberg.
Mineral Serpentin mengandung chrysotile yaitu mineral serpentin yang
mengkristal membentuk serat tipis yang panjang. Mineral serpentin memiliki
beberapa senyawa kimia antara lain :
a. Antigorite; (Mg, Fe)3 Si2 O5 (OH)4
b. Clinochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4
c. Lizardite; Mg3 Si2 O5 (OH)4
d. Orthochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4
e. Parachrysotile; (Mg,Fe)3 Si2 O5 (OH)

2.3. Mineral Sekis Mika

Gambar 2.3 Mineral Sekis Mika (Foto Pribadi,2019)


Batuan sekis mika memiliki warna abu-abu dan mengkilap putih, dengan
komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Pada deretan
batuan sekis mika ini terdapat aliran sungai yang merupakan arah aliran
subsekuaen karena sungainya sejajar dengan arah straight. Pada struktunya
terdapat rekahan yang telah terisi oleh mineral kuarsa yang masuk ke celah-celah
rekahan tersebut. Sekis mika berfoliasi lemah terdapat komponen mika dan
kuarsa. Terbentuk karena akibat tektonik yang merupakan fanerik lepidoblastik
skistosa. Batuan dengan mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar
matahari ini adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Ditemukan di
bayat, Klaten. Batuan metamorphic yang berbutir sedang kasar dengan
memperlihakan penjajaran mineral yang lebih kasar, serperti mika yang di
bariskan pada satu arah, memperlihatkan struktur foliasi yang tidak teratur.
Ciri-ciri batu sekis ini adalah berwarna hitam, hijau dan ungu, mineral pada
batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang
diperlihatkan dengan kristal yang mengkilapdan terkadang ditemukan kristal
garnet.
Kegunaan mineral sekis mika dalam kehidupan sehari hari :
1. Di gunakan dalam industri mesin
2. Komponen pada rangkaian listrik
3. Pembuatan kondensator

2.4. Mineral Filit

Gambar 2.4 Mineral Filit ( Foto Pribadi,2019)


Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas metamorfik yaitu baliknya
temperatur atau bertambah besarnya rekristalisasi maka slate berubah menjadi
filit. Filit secara dominan tersusun dari mineral-mineral kelompok mika seperti:
mika, maricite, dan chlorite. Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas
yang tegas antara keduanya baik dalam hal ukuran butir maupun kandungan
mineralnya. Mineral-mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat
dalam jumlah yang besar. Mineral-mineral asesore dalam jumlah yang sedikit
antara lain megnetit, hematit, graphite, dan tourmaline. Filit disebut pula sericite
phllite, chlorite phyllite atau sericite phyllite. Warna dari putih perak, merah
sampai kehijau-hijauan. Sifat dalam (tenacery) : brittle dan sering mempunyai
pegangan halus hingga agak kasar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional
tingkat rendah terutama dari mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous
sedimen.
Seperti yang sudah dijelaskan pada tulisan litosfer, dapat di jelaskan bahawa
batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan sebelumnya dan
mengalami perubahan karena kenaikan temperature dan tekanan. Perubahan ini
menghasilkan sifat yang berbeda dengan batuan asalnya. Ciri umum yang dimiliki
batuan ini adalah keras, padat, dan berfoliasi.
Terdapat beberapa batuan metamorf berdasarkan sifat fisisnya, diataranya
adalah jenis bataun metamorf filit (phyllite).
Kegunaan mineral filit dalam kehidupan sehari hari :
a. Untuk dinding, mebel, lantai
b. Bahan dasar kontruksi dinding rumah

2.5. Mineral Marmer

Gambar 2.5 Mineral Marmer (Foto Pribadi,2019)


Salah satu jenis batuan yang ada di Bumi adalah batu marmer. Batuan
marmer ini merupakan salah satu jenis batuan metamorf atau malihan, dimana
proses terbentuknya batu marmer ini karena diakibatkan oleh proses metamorfosis
batu kapur atau batu gamping. Batu marmer seringkali kita temukan sebagai batu
yang menghiasi rumah, sebagai batu yang digunakan untuk lantai, dinding,
bahkan furniture seperti meja, bangku, dan lain sebagainya.
Alasan mengapa batu marmer ini seringkali dipilih sebagai batu penghias
rumah adalah karena batu ini mempunyai tampilan yang sangat indah. Marmer
mempunyai corak atau pola tertenu dan mempunyai beragam warna yang
mengombinasinya, hal inilah yang membuat marmer indah dan cocok digunakan
sebagai bahan untuk dekorasi bagunan. Selain itu juga karena batu marmer
mempunyai sifat yang tanah lama dan juga mudah dipahat. Pada kesempatan kali
ini kita akan membahas lebih banyak mengenai batu marmer. Artikel ini akan
menjelaskan mengenai berbagai macam informasi mengenai batu marmer.
Sebagai salah satu jenis batu alam, dan salah satu jenis batuan metamorf
atau malihan, batu marmer ini mempunyai ciri khusus yang membedakannya
dengan jenis batu lain. Beberapa jenis dari batu marmer adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai struktur batu yang kompak.
b. Gugusan kristal yang ada di batu marmer relatif sama dengan tekstur halur
sampai yang agak kasar.
c. Pada umumnya marmer tersusun atas mineral kalsit dengan mineral minor
lainnya seperti mika, klhorit, kuarsa, dan jenis silikat lainnya seperti
graphit, hematit, dan juga limorit.
d. Mempunyai nilai komersil atau ekonomi yang bergantung pada warna dan
tekstur batu tersebut.
e. Terpengaruh oleh porositas, kekuatan regangan, dan kekuatan terhadap
cuaca.

2.6. Mineral Gneis

Gambar 2.6 Mineral Gneis (Foto Pribadi,2019)


Batuan gneiss atau batu genes adalah salah satu batuan metamorf berjenis
foliated (foliasi) yang mempunyai kesan penjajaran atau garis-garis yang disebut
bands dan lensa yang tersusun dari berbagai macam mineral. Garis-garis yang ada
pada batuan genes biasanya terdiri dari mineral yang mempunyai tekstur granular
dan garis-garis pada batuan ini biasanya mempunyai orientasi memanjang. Batuan
jenis ini merupakan batuan hasil proses metamorfosisme dari jenis batuan beku.
Proses terbentuknya batuan gneiss biasanya sama seperti proses
terbentuknya batuan metamorf lainnya. Batuan gneiss atau genes terbentuk dari
proses metamorfisme regional atau metamorfisme dinamik yang terjadi di batas
lempeng konvergen. Mineral penyusun dalam batuan gneiss direkristalisasi
dengan suhu atau temperatur dan tekanan yang tinggi, oleh karena itu batuan
gneiss dikategorikan sebagai batuan metamorf berkualitas tinggi dan sulit pecah.
Proses rekristalisasi dari mineral penyusun ini menyebabkan ukuran mineral
meningkat dan memisah sehingga memberi kesan garis-garis (bands).
Batu genes merupakan salah satu batuan matemorf yang memiliki kristal-
kristal kasar, biasanya berbentuk seperti lapisan yang diakibatkan oleh pemisahan
mineral-mineral yang berbeda, sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar
pula. Batu genes biasanya terbentuk di tempat yang dalam dan pada tingkat proses
metamorfise yang tinggi dengan struktur pegunungan lipatan.
Batuan gneiss mempunyai beberapa cara dalam proses terbentuknya, seperti
yang paling umum batuan ini dimulai dari bentuk batu serpih atau batuan
sedimen. Proses metamorfosis regional ini mengubah batu serpih menjadi batu
genes. Partikel lempung yang terdapat dalam batu serpih berubah menjadi mika
dan tumbuh dalam proses transformasi ini. Lalu lembaran mika tersebut
mengkristal menjadi mineral yang mempunyai tekstur granular. Proses transisi
menjadi batu genes ditandai dengan munculnya mineral bertekstur granular
tersebut. Mineral-mineral penyusun pada batuan jenis ini yang berjumlah kurang
dari 50 persen dapat bertransformasi ke dalam bentuk bentuk penjajaran yang
bertekstur tipis dan terlipat pada lapisan-lapisannya.
Suhu dan tekanan yang tinggi dalam proses pembentukan ini dapat membuat
batu granit berjenis granit genes yaitu batu granit yang termetamorfosa menjadi
batuan bertekstur garis-garis (banded). Perubahan yang terjadi pada batu granit
tersebut lebih dominan mengalami perubahan struktural dibandingkan perubahan
mineralogi. Selain itu, batu granit genes juga bisa terbentuk melalui proses
metamorfosis batuan sedimen dan menghasilkan batuan banded yang mempunyai
komposisi mineralogi seperti granit.
Batu genes dapat mengekalkan bukti terjadinya proses geokimia di dalam
sejarah pembentukannya meskipun batuan ini terubah secara alamiah. Proses
geokimia ditandai dengan mineral-mineral yang bertolak belakang dengan proses
metamorfosa itu sendiri zircon. Isotop atom karbon dari batuan genes yang tua
dan keras menunjukkan adanya kehidupan pada masa batuan genes terbentuk,
yaitu sekitar 4 millyar tahun yang lalu. Batuan genes keras dan berumur tua
tersebut berasal dari bagian barat Greenland.
Batu genes pada sebagian spesimennya memiliki bands butiran kuarsa dan
feldspar dalam tekstur yang saling mengisi (interlocking). Garis-garis ini
mempunyai ciri selang-seling perbedaan dan perubahan warna gelap dan terang
dalam mineral penyusunnya. Perubahan warna mineral ini berbentuk orientasi
memanjang. Orientasi dari mineral gelap tersebut kadang menunjukkan aksen dari
proses metamorfosis yang terjadi. Perubahan warna pada batuan ini bervariasi
tergantung pada warna mineral dominan yang ada.
Proses pelapisan dalam batuan ini dihasilkan dari pergantian warna-warna
mineral yang terang dan gelap. Selain itu, proses pelapisan terbentuk oleh
perbedaan ukuran butir dengan pelapisan yang tebal dan kasar ataupun tipis.
Beberapa jenis dari batu genes biasanya terdiri dari mineral khas yang mempunyai
karakteristik lingkungan metamorf, seperti cordierite, biotit, sillimanite,
andalusite, kyanite, garnet dan staurolite. Penamaan batu genes kadang didasarkan
pada komposisi mineral-mineral tersebut, contohnya cordierite genes, biotit genes,
korundum genes, dan sebagainya.
Kegunaan mineral gneis dalam kehidupan sehari hari :
a. Pondasi bangunan, proyek-proyek, dan pecahan batu pada kontruksi
jalan.
b. Dibuat menjadi blok dan bentuk lempengan yang digunakan sebagai
paving, pagar, dan bangunan.
c. Batuan ini juga bisa dipoles menjadi batuan arsitektur tinggi seperti ubin
lantai, kusen pintu atau jendela, tangga dan batu nisan.
d. Sebagai barang kerajinan dalam kehidupan sehari-hari, seperti asbak,
jambangan bunga dan patung.

2.7. Mineral Sabak

Gambar 2.7 Mineral Sabak (future20.wordpress.comjenis-jenis-batuan-ciri)


Sabak merupakan batuan berbutir halus dan homogen, mempunyai
achistosity planar, tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu biasanya
mempunyai beberapa sudut untuk masing-masing perlapisan sehingga batuan
menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang tipis. Sabak merupakan salah satu
istilah struktur dan tidak ada kaitannya dengan komposisinya. Perlapisan asli dari
slate masihg dapat terlihat, apabila berasal dari abtuan beku basalt seperti struktur
amigdoloidal. Sabak berbutir sangat halus dan hanya dapat dideterminasi dengan
mikroskop. Hanya sedikit mineral sabak yang berbutir kasar seperti: kwarsa,
feldspar, cholorite, biotite, magnetite, hematite, kalsit, dan ineral-mineral yang
terdapat pada batuan shale. Warna yang ditimbulakan dari warna merah, hijau,
abu-abu, hingga hitam. Warna merah karena ada mineral yang hemalit, hijau
karena ada mineral cholorite. Warna abu-abu karena adanya mineral-mineral dari
karbon dan bahan-bahan organik seperti grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir
“ graywacke” disebut “ graywacke slate”.
Batu sabak adalah batuan metamorf berbutir halus yang berasal dari
perubahan serpih atau batu lumpur dengan metamorfisme regional tingkat rendah.
Batuan ini biasa disebut “slate” dan sering digunakan atau dimanfaatkan sebagai
atap rumah serta interior lantai (ubin) karena daya tahan dan tampilannya yang
menarik.
Batu sabak utamanya tersusun atas mineral-mineral lempung ataupun mika,
tergantung pada tingkat metamorfismenya. Biasanya mineral lempung dalam
serpih akan berubah menjadi mineral mika akibat kenaikan suhu maupun tekanan.
Batuan ini juga bisa mengandung kuarsa yang berlimpah dengan sejumlah kecil
feldspar, kalsit, pirit, hematit, dan mineral lainnya.
Kebanyakan batu sabak berwarna abu-abu muda hingga abu-abu tua. Ada
juga beberapa berwarna hijau, merah, hitam, ungu, serta coklat. Warna batu sabak
sering ditentukan oleh jumlah dan jenis zat besi serta bahan organik di dalam
batuan tersebut.
Gambar 2.7 Batu sabak serta pemanfaatannya sebagai atap maupun lantai
ubin.
Lingkungan tektonik yang menghasilkan batu sabak biasanya merupakan
bekas cekungan sedimen yang terlibat dalam aktivitas lempeng konvergen. Serpih
maupun batu lumpur di dalam cekungan akan tertekan oleh gaya horizontal
sehingga mengalami sedikit kenaikan panas (proses metamorfisme).
Kekuatan tekanan mapun panas inilah kemudian merubah mineral-mineral
lempung pada serpih dan batu lumpur tersebut. Selanjutnya akibat tekanan terus
menerus, tekstur foliasi akan berkembang membentuk sudut siku-siku sehingga
menghasilkan foliasi vertikal, biasanya memotong lapisan serpih ataupun batu
lumpur.
Kegunaan mineral sabak dalam kehidupan sehari hari :
Sebagian besar batu sabak yang ditambang di seluruh dunia digunakan
untuk memproduksi atap. Dalam hal ini, batu sabak berkualitas baik dapat
dipotong tipis-tipis, mempunyai kelembaban minimal, serta tahan terhadap cuaca
dingin. Kerugiannya adalah biaya pemasangan atap dari bahan ini lebih mahal
dibandingkan dengan bahan atap lainnya. Biaya yang mahal ini membuatnya
terbatas hanya digunakan pada proyek-proyek konstruksi mewah karena nilai
prestisenya tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, bisa berasal
batuan beku, batuan sedimen maupun berasal dari batuan metamorf itu sendiri
yang mengalami metamrfosa. Pengertian batuan metamorf sering dikaitkan
sebagai batuan malihan. Batuan metamorf sekumpulan batu yang mengalami
transformasi atau perubahan bentukkarena proses pengangkatan atau erosi tanah
lalu bermetamorfosis menjadi batuan baru.batuan metamorf membentuk bagian
yang cukup besar dari kerak bumi dan diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain
juga oleh susunan mineral dan susunan kimianya ( fasies metamorfik ) batuan
jenis ini dapat terbentuk secara mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi,
mengalami suhu tinggi dan tekanan besar dari lapisan batuan diatasnya.

3.2 Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar, yaitu Foliasi dan
Struktur Non Foliasi .Struktur foliasi ialah stuktur yang ditunjukkan oleh adanya
penjajaran dari mineral mineral penyusun batuan metamorf.

3.3 Tekstur Batuan metamorf


Tekstur pada batuan metamorf dibagi dalam dua golongan, yaitu tekstur
kristaloblalistik dan tekstur palimprest. Tekstur yang berkembang selama proses
metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai
akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal
berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih
mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar
tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas,
mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya
mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum
dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-
butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast
biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar
disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat
diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat
daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya.

3.4 Komposisi Mineral Batuan Metamorf

Pada hakekatnya komposisi mineral yang terdapat dalam batuan metamorf


itu dibagi menjadi dua golongan, yaitu: Mineral Stress dan Mineral Anti Stress.

3.5 Kuarsit
Kuarsit adalah batuan metamorf tidak berfoliasi (non foliated ) yang hamper
tersusun seluruhnya oleh mineral kuarsa batuan ini dapat terbentuk ketika
batupasir yang kaya kuarsa diubah oleh panas, tekanan, dan aktivitas kimia akibat
proses metamorf. Kuarsit memiliki jenis batuan batuan metmorf non foliasis ,dan
memiliki warna putih ,strukturnya non foliasis dan teksturnya kristaloblastik-
granablatik,dan komposisi mineralnya yaitu kuarsa, kuarsa ini juga terbentuk
ketika batupasir mendapat tekanan dan temperature yang tinggi.

3.6 Serpentinite
Serpentinite adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral
kelompok Serpentinite . mineral dalam kelompok inidibentuk oleh
Serpentinisasi,hidrasi dan transformasi metamorfik dari batuan ultrabasa yang
berasal dari mantel bumi. Alterasi mineral sangat penting di dasar laut pada batas
lempeng tektonik.

3.7 Sekis mika


Sekis Mika memilikiwarna hitam dan mingkilap putih dengan komponen
mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Pada deretan batuan sekis
mika ini terdapat aliran sungai yang merupakan arah alairan subsekuaen karena
sungainya sejajar dengan arah straight.
3.8 Filit
Filit adal tipe batuan metamorf berfoliasi yang terbentuk dari batusabak
yang termetemorfosis lebihjauh dan menyebab mika putihterbentuk sangat halus
menjadi memilki orientasi tertentu .filit memilki komposisi utama berupa kuarsa
serisit mika dan klorit.filit terdiri dari lapisan lapisan mika berbutir halus yang
memilki orientasi tertentu , sedangkan batusabak terdiri dari lapisan lapisan
lempung yang sangat halus dengan orientasi tertentu. Filit berwarna hitam
terdapat pada adinding sungai yang terjal. Batuan ini terbentuk selama proses
penunjaman serta merupakan batuan metamorf berderajat rendah . proses tektonik
dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliaran sungai, membentuk
lipatan lipatan kecil serta struktur gores garis pada batuan filit.

3.9 Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batu gamping .pengaruh suhu dan tekanan dan dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi reklistalisasi pada batuan tersebut membentuk
berbagai foliasi maupun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir.

3.10 Gneiss
Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf batuan ini terbentuk pada
saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam
mengalami tekanan dan temperature yang tinggi. Sabak merupakan batuan
berbutir halus dan homogen, mempunyai achistosity planar, tergantung pada
pelapisannya. Oleh karena itu biasanya mempunyai beberapa sudut untuk masing-
masing perlapisan sehingga batuan menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang
tipis. Sabak merupakan salah satu istilah struktur dan tidak ada kaitannya dengan
komposisinya.

Anda mungkin juga menyukai