Anda di halaman 1dari 7

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama

batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang

telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme,

yang berarti "perubahan bentuk". Batuan asal atau protolith yang dikenai panas

(lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem (1500 bar), akan mengalami

perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan

sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.

Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi

dan diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineral dan

susunan kimianya (fasies metamorfik). Batuan jenis ini dapat terbentuk secara

mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi, mengalami suhu tinggi dan tekanan

besar dari lapisan batuan di atasnya. Mereka dapat terbentuk dari proses tektonik

seperti tabrakan benua, yang menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan

distorsi. Mereka juga terbentuk ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari batuan

cair dan panas yang disebut magma dari interior bumi. Studi tentang batuan

metamorf ( yang sekarang tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan

pengangkatan) memberikan informasi tentang suhu dan tekanan yang terjadi pada

kedalaman yang besar dalam kerak bumi.


1.2 Struktur Batuan Metamorf

1. Struktur Foliasi

Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa

batuan (Bucher & Frey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya penjajaran

mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi

butiran(schistosity), permukaan belahan planar(cleavage) atau kombinasi dari

ketiga hal tersebut (Jackson, 1970).

 Claty Clevage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus

(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang

sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

 Phylitic

Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat

rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih

dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

 Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau

lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai

kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

 Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang

mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler

(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral


ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan

terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

2. Struktur Non Foliasi

Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan

umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum

dijumpai antara lain :

 Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular

dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk).

 Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan

umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi

akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

 Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa

kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan

kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-

mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

 Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi

umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap

sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut

phyllonite (filonit).

1.3 Tekstur Batuan Maetamorf


Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan

metamorf dapat dibedakan menjadi :

1. Relict/Palimset/Sisa

Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan

sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan

metamorf tersebut. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan

metamorf ini. Contohnya adalah blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang

tekstur porfiritik batuan beku asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang

mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau

metasedimen.

2. Kristaloblastik

Tekstur kristloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk

oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah

mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya

menggunakan akhiran blastik.

 Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

a. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

b. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

 Tekstur berdasarkan bentuk Kristal

a. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk

euhedral.

b. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh

kristal berbentuk anhedral.

 Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral


a. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.

b. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic..

c. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,

equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur)

dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

1.3 Fasies Metamorfisme

Gambar 1.3 Fasies metamorfisme

Fasies metamorfisme adalah sekelompok batuan yang termetamorfosa

pada kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap. Konsep

ini pertama kali diperkenalkan oleh Pennti Eskola tahun 1915. Dalam hal ini,

Pennti Eskola mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batuan metamorf

merupakan karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat hubungan

antara kelompok mineral dengan komposisi batuan pada tingkat metamorfosa

tertentu. Dalam hal ini berarti tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan
temperature tertentu serta dicirikan oleh hubungan teratur antar komposisi kimia

dan mineralogi batuan.

Menurut Turner (1960), fasies metamorfisme secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua bagian yakni fasies metamorfosa kontak dan fasies metamorfosa

regional.

1. Fasies Metamorfosa Kontak

Turner (1960) membagi fasies dari metamorfosa kontak berdasarkan

penambahan suhu (baik tekanan air konstan maupun berkurang). Metamorfosa

kontak disini berarti pengaruh suhu sangat dominan, sedangkan tekanan tidak

begitu dominan.

2. Fasies Metamorfosa Regional

Fasies ini meliputi daerah yang penyebarannya sangat luas dan selalu

dalam bentuk sabuk pegunungan (orogen).


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Sampel 3 BM 3

2.1.1 Hasil

Batuan dengan nomor peraga BM 8 adalah salah satu jenis batuan

metamorf dengan warna segar hitam kemerahan dan warna lapuk coklat,

bertekstur sisa yang artinya masih menunjukkan batuan asalnya yaitu

batulempung. dengan strukutr foliasi yang artinya adanya penjajaran mineral,

pada sampel ini struktur foliasi yang ditemukan adalah slaty cleavage yaitu

mineral-mineralnya pipih dan prismatic. Dimana komposisi mineral pada batuan

ini yaitu mineral lempung Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

batuan ini adalah slate.

2.1.2 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai