Anda di halaman 1dari 10

A.

JUDUL
IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi batuan metamorf
2. Mahasiswa dapat mengetahui tekstur dan struktur batuan metamorf
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan pembentukan batuan metamorf
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis metamorfosa pada batuan metamorf
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komposisi pada batuan metomorf

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Batu kuarsit
2. Batu serpentinit
3. Batu marmer
4. Batu phylite
5. Batu slate
6. Batu sekis mika
7. Penggaris
8. Pensil
9. Penghapus
10. Bolpoin biru
11. Laptop

BAHAN
1. Lembar Cover
2. Lembar instrumen
3. Kertas HVS
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf berasal dari kata “meta” yang mengandung arti berubah dan
“morph” yang berarti bentuk. Inti dari batuan metamorf adalah batuan yang mengalami
perubahan bentuk. Batuan metamorf adalah sekumpulan batu yang mengalami
transformasi atau perubahan bentuk karena proses pengangkatan atau erosi tanah lalu
bermetamorfosis menjadi batuan baru. Pengertian erosi tanah yang mengangkat batuan
menjadi batuan metamorf memerlukan suhu dan tekanan yang tinggi. Oleh karena itu
batuan metamorf sering kita jumpai pada tanah vulkanik disekitar gunungapi. Batuan
yang tererosi oleh suhu yang rendah tidak menjadikan batuan tersebut sebagai batuan
metamorf, melainkan menjadi batuan sedimen.
Batuan metamorf merupakan batuan yang sudah diubah oleh panas ataupun
tekanan yang intens ketika terbentuk. Dalam kondisi yang cukup panas dan tertekan
dengan jauh di dalam kerak bumi, baik itu batuan sedimen ataupun batuan beku bisa
diubah menjadi batuan metamorf. Salah satu cara untuk berpikir mengenai proses
metamorf atau metamorfisme yaitu dengan mempertimbangkan apa yang terjadi saat
benda-benda tanah lunak dimasukkan ke dalam tungku dan kemudian dipanaskan pada
suhu yang sangat tinggi. Maka tanah tersebut akan berubah dari yang tadinya licin
menjadi keras. Benda tersebut tidak bisa diubah kembali ke bentuk aslinya, karena
materinya sendiri telah berubah. Itulah yang terjadi pada skala besar di bawah tanah yang
menghasilkan batuan metamorf. (American Geosciences Institute).
Metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat
karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana
kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk
pelapukan dan diagenesa. (H. G. F. Winkler, 1967)
Perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi
tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya. (Grovi ,1931)
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan
struktur proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase
cair. (Turner, 1954)
2. Proses Pembentukan Batuan Metamorf
a. Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient geothermal
atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut, gesekan antar massa
batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan berujung saat proses
metamorfisme berlangsung. Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu sekitar
350 sampai 1200 derajat Celcius. Suhu atau temperatur berfungsi sebagai pengontrol
saat proses pembentukan batuan berlangsung agar tidak memasuki fase cair terlebih
dahulu. Sehingga proses metamorfisme berjalan lancar dan menghasilkan
batuan yang sempurna.
b. Perubahan Tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses pembentukan
batuan ini. Perubahan tekanan akan semakin tinggi bisa juga menyebabkan
rekristalisasi (pengkristalan ulang) pada mineral dalam suatu kandungan batuan induk
sebelumnya. Tekanan yang terjadi kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson).
Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya, pengaruh
utama berasa dari aktivitas tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan endapan dari
batuan – batuan juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.
c. Aktivitas Kimiawi
Aktivitas kimia yang sangat berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan,
yaitu dengan dapat mengubah dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang
tidak perlu melewati fase cair. Temperatur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar
350 derajat Celcius sampai 1200 derajat Celcius. Sedangkan tekanan yang terbentuk
ada diantara 1 – 10000 bar (Jackson). Bentuk dari aktivitas kimia yang sering
dijumpai adalah fluida dan gas pada jaringan batuan induk. Aktivitas kimia berperan
untuk mengubah komposisi kimia dan mineral dalam batuan metamorf. Fluida yang
mudah ditemukan yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air, dan hidroflorik. Pada
umumnya zat kimia tersebut berguna sebagai katalis dalam reaksi kimia.
3. Jenis-Jenis Metamorfosa Pada Batuan Metamorf
a. Metamorfosa Regional (Dinamothermal)
Batuan jenis ini merupakan suatu batuan metamorf yang dapat terbentuk karena
mengalami perubahan akibat tekanan tinggi dari tenaga endogen dalam waktu yang
sangat lama.. Biasanya terjadi pada berbagai batuan dengan massa besar dan
permukaan yang sangat luas. Batuan yang juga bisa mengalami tipe metamorfisme ini
cenderung jauh lebih keras, berfoliasi, terdiri dari susunan planar mineral yang sejajar.
Contohnya yaitu pada perubahan batu lumpur menjadi batu tulis. Batuan ini biasanya
memiliki tekstur kasar dan bergaris-garis serta warna-warna abu-abu atau coklat.
Contoh batuan metamorf dinamotermal adalah gneis, migmatit, dan milonit.
b. Metamorfosa Lokal
Batuan jenis ini merupakan salah satu batuan metamorf yang terbentuk karena
sebuah hal terjadinya kontak (interaksi) antara batuan asal dengan magma. Tentunya
dengan magma yang sangat panas juga akan terjadi peningkatan suhu dan sebuah
peningkatan tekanan sehingga dapat membuat batu tersebut akan berubah menjadi
batuan yang baru. Biasanya batuan yang terbentuk melalui suatu metamorfisme
kontak juga memiliki ciri lebih keras, berkristal kasa, dan kompak. Contohnya ialah
sebuah perubahan batu kapur menjadi batu marmer. Batuan ini biasanya memiliki
tekstur halus dan berkilau serta warna-warna cerah. Contoh batuan metamorf kontak
adalah marmer, kuarsit, dan hornfels.
4. Struktur Batuan Metamorf
a) BerFoliasi adalah berbagai lapisan-lapisan pada batuan metamorf yang berbentuk
seperti belahan. Merupakan penjajaran dari komposisi mineralnya.
 Slaty Cleavage : Struktur yang dicirikan oleh adanya bidang - bidang belah
planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
 Phyllitic : Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi
terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral
pipih dengan mineral granular.
 Schistosic : Adanya susunan parallel mineral - mineral pipih, prismatic
atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang
sampai kasar.
 Gneissic/Gnissose : Terbentuk oleh adanya perselingan, lapisan penjajaran
mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-
mineral granuler dengan mineral-mineral tabular atau prismatic.
b) Non-Foliasi merupakan salah satu batuan metamorf yang tidak memiliki berbagai
lapisan-lapisan sehingga tidak terlihat penjajaran mineral-mineral dari penyusun
batuan tersebut.
 Hornfelsik: Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana
butirannnya tidak menunjukkan adanya pengarahan. Contoh : Hornfels
 Kataklastik: Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-
fragmen batuan maupun mineral. Contoh : breksi sesar
 Liniasi: Dicirikan adanya mineral mineral yang menjarum dan berserabut
seperti serpentin, asbestos
 Granulose: Dicirikan adanya mineral - mineral yang berbentuk
membulat/butiran. Contoh : marmer, kuarsit
5. Tekstur Batuan Metamorf
Penilaian sebuah tekstur batuan metamorf juga dapat berhubungan dengan ukuran,
bentuk, dan susunan butir mineral batuan tersebut. Tekstur umum yang paling sering
dijumpai ialah seperti berikut :
a) Kristaloblastik yaitu mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi, kemudian
terjadi lagi proses kristalisasi ketika menjadi batuan metamorf. Tekstur batuan
asalnya tidak tampak lagi
 Lepidoblastik: Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang
memperlihatkan orientasi sejajar (biotit, muskovit)
 Nematoblastik: Mineral berbentuk jarum yang memperlihatkan orientasi
sejajar (amphibol, piroksen)
 Granoblastik: Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergergi
(kuarsa, kalsit)
 Porfiroblastik: Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar
yang halus
 Idioblastik: Bentuk mineral-mineral penyusunya euhedral
 Xenoblatik: Bentuk mineral-mineral penyusunya anhedral

b) Relik (sisa) yakni tekstur batuan metamorf yang masih terlihat


tekstur batuan asalnya.
 Blastoporfiritik: Suatu tektur sisa dari batuan asal yang berstruktur
porfiritik
 Blastoopitik: Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang berstruktur opitik
6. Komposisi Batuan Metamorf
1. Mineral stress
Mineral yang terbentuk ketika tekanan yang lebih dominan sehingga membentuk
mineral yang bentuknya pipih. Contoh : Mika, termolit, aktinolit, hornblende.
2. Mineral anti stress
Mineral yang terbentuk ketika yang dominan adalah suhu. Sehingga mineral lebih
membentuk bulat - bulat atau globular. Contoh : Kuarsa, kalsit, feldspar
7. Contoh Batuan Metamorf
Foliasi
1. Batu slate, terbetuk karena proses metamorfosisme berupa metamorfosisme
thermal/kontak/suhu. Dinamakan batu slate karena strukturnya yang berupa slaty cleavage
karena berasal dari batuan asal dengan ukuran butir sangat halus sehingga
pemisahan atau penjajaran mineralnya sulit terlihat. batua Asal dari batuan ini adalah
batuan sedimen shale/mudstone atau lebih dikenal dengan batu lempung.

2. Batu phylite, terbentuk karena proses metamorfosisme berupa metamorfosisme


regional karena peran tekanan yang dominan sehingga pada batuan terbentuk
struktur yang berfoliasi. Dinamakan batu phylite karena strukturnya yang berupa phylitic
karena merupakan kelanjutan dari proses metamorfosisme slate sehingga pemisahan
atau penjajaran mineralnya mulai terlihat. Batuan asal dari batuan ini adalah batuan slate.
3. Batu schist, terbentuk karena proses metamorfisme berupa dynamothermal.
Dinamakan batu schist karena strukturnya yang berupa schistosic. Batuan asal dari
batu ini adalah batuan siltstone, shale, basalt.

4. Batu Gneiss, terbentuk karena proses metamorfisme berupa regional. Dinamakan


batu gneiss karena strukturnya berupa gneissic. Batu asal dari batu ini adalah batuan
shale, siltstone, granit.

b. Non-Foliasi
1. Batu marmer, terbentuk karena proses metamorfosisme berupa metamorfosisme
thermal/kontak/suhu karena peran suhu yang dominan sehingga pada batuan
terbentuk struktur yang tidak foliasi. Batuan asal dari batu ini adalah batu gamping
yang kaya akan akan karbonat sehingga berereksi denga HCI.

2. Batu serpentinit, terbentuk karena proses metamorfosisme berupa metamorfosisme


hidrotermal/air. Batuan asal dari batuan ini adalah batuan beku periodit jenis dunit.

3. Batuan Hornfels terbentuk ketika batu Shale dan Claystone mengalami metamorfisme
yang disebabkan oleh temperatur dan intrusi batuan beku. Metamorfisme ini kerap
dikenal sebagai metamorfisme kontak ataupun termal.
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum Geologi Dasar
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum Geologi Dasar
3. Mahasiswa memperhatikan materi penjelasan dari asisten praktikum Geologi Dasar
4. Mahasiswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh asisten praktikum Geologi
Dasar
5. Mahasiswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada asisten praktikum Geologi
Dasar
6. Mahasiswa dibagi beberapa kelompok untuk mengamati batuan metamorf
7. Mahasiswa mengidentifikasi batuan metamorf
8. Mahasiswa saling bergantian batuan metamorf
9. Mahasiswa mencari sumber referensi untuk menyusun laporan praktikum sesuai format
yang telah ditentukan
10. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum Geologi Dasar
tepat waktu
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
(Terlampir pada lembar instrumen)
G. KESIMPULAN
Batuan metamorf adalah sekumpulan batu yang mengalami transformasi atau
perubahan bentuk karena proses pengangkatan atau erosi tanah lalu bermetamorfosis
menjadi batuan baru.
Proses pembentukan batuan metamorfosis secara umum, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi proses metamorfisme batuan. Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah perubahan tekanan, perubahan temperatur, dan aktivitas kimiawi. Jenis-jenis
metamorfosa pada batuan metamorf yaitu metamorfosa regional dan metamorfosa lokal.
Struktur batuan metamorf yaitu foliasi dan nonfoliasi. Tekstur pada batuan
metamorf yaitu kristaloblastik dan relik(sisa). Komposisi batuan metamorf antara lain
mineral stress dan mineral anti stress. Contoh batuan metamorf antara lain batu marmer,
batu filit, batu sekis, batu kuarsit, batu slate, batu serpentinite.
Batu slate memiliki struktur foliasi slaty cleavage dan tersusun atas butir yang
sangat halus. Memiliki tekstur porfiroblastik, berwarna hitam, komposisi mineral stress.
Batu tulis atau slate terbentuk dari proses metamorfisme terhadap batuan sedimen
mudstone, shale, ataupun batu lempung. Proses ini terjadi pada temperatur dan tekanan
yang rendah.
Filit merupakan batuan metamorf yang tersusun dari mineral kuarsa, cericite,
mika, dan klorit. Batuan ini merupakan kelanjutan dari proses metamorfisme yang terjadi
pada batuan Slate. Merupakan jenis batuan foliasi, berwarna abu-abu, berstruktur philitic,
bertekstur lepidoblastik, dan termasuk komposisi mineral stress. Filit merupakan batuan
dengan derajat metamorfisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan Slate. Hal ini terjadi
karena filit mengalami intensitas ataupun durasi metamorfisme yang lebih tinggi.
Batauan sekis adalah batuan yang mengandung mineral mika, grafit, dan
hornblende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi lapisan-lapisan yang
bergelombang yang ditunjukkan dengan adanya krista-kristal yang mengkilap. Jenis
batuan foliasi, berwarna hijau kecoklatan, berstruktur phyllitic, bertekstur lepidoblastik,
komposisi mineral stress. Batuan sekis ini merupakan salah satu batuan yang mengalami
derajat metamorfisme cukup tinggi dan mengalami foliasi karena dipengaruhi oleh proses
metamorfisme yang cukup intens.
Batu marmer adalah adalah batuan metamorf yang terbentuk dari batuan
gamping. Memiliki struktur granulose, jenis batuan non foliasi, berwarna abu-abu putih,
bertekstur porfiroblastik, komposisi mineral anti stress. Batu gamping mendapat tekanan
dan panas yang cukup tinggi sehingga menyebabkan perubahan struktur dan rekristalisasi
kalsit pada batuan tersebut. Batu kuarsit memiliki struktur granulose, jenis batuan non
foliasi, warna putih, tekstur granoblastik, komposisi mineral anti stress. Batu serpentinite
memiliki struktur liniasi, jenis batuan non foliasi, warna hijau keabuan, tekstur
granoblastik, komposisi mineral anti stress.
DAFTAR PUSTAKA

Anis Kurniasih, I. A. (2020). Petrogenesis Batuan Metamorf di Perbukitan Jiwo Barat, Bayat,
Klaten, Jawa Tengah. Petrogenesis Batuan Metamorf, 1-21.

dkk, B. H. (2021). Peran Geologi dan Mineralogi Tanah untuk Mendukung Teknologi Tepat
Guna dalam Pengelolaan Tanah Tropika. Yogyakarta: UGM PRESS.

Hakim, I. (2020). Batuan Metamorf: Pengertian, Jenis, dan Contohnya. Diambil kembali dari
https://insanpelajar.com/batuan-metamorf/ (Diakses pada 6 November 2023, 19.08 WIB)

Harris, M. (2021). Apa Itu Batuan Metamorf, Proses Pembentukan, dan Contohnya.
https://www.gramedia.com/literasi/batuan-metamorf/ (Diakses pada 6 November 2023,
18.10 WIB)

Samadi. (2006). Geografi. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia.

Sunarminto, B. H. (2021). Peran Geologi dan Mineralogi Tanah untuk Mendukung Teknologi
Tepat Guna dalam Pengelolaan Tanah Tropika. Yogyakarta: UGM PRESS.

Utoyo, B. (2007). Geografi: Membuka Cakrawala Dunia. Kalimantan: PT Setia Purna Inves.

Anda mungkin juga menyukai