Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk.
Batuan yang terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan
temperatur. Jika mencapai suhu tertentu, batuan tersebut akan melebur jadi
magma. Namun saat belum mencapai titik peleburan kembali menjadi magma,
batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses
metamorfosis. Proses metamorfosis hanya terjadi di dalam bumi. Proses tersebut
mengubah tekstur asal batuan, susunan mineral batuan, atau mengubah keduanya
sekaligus. Proses ini terjadi dalam solid state, artinya batuan tersebut tidak
melebur. Meskipun demikian, penting diingat bahwa fluida (terutam air) memiliki
peranan yang penting dalam proses metamorfosis.
Batu gamping termetamorfosis menjadi marmer. Butiran halus kalsit pada
batu gamping terkristalisasi menjadi butiran besar. perubahan yang terjadi hanya
pada teksturnya. Batu serpih termetamorfosis menjadi mika dengan butir besar.
Mineral lempung pada serpih tidak stabil pada temperatur tinggi. Perubahan yang
terjadi selain pada teksurnya, juga mencakup pembentukan mineral baru.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan batuan metamorf?


Apa faktor yang menyebabkan terjadinya batuan metamorf?
Bagaimana Klasifikasi batuan metamorf?
Bagaimana Tekstur dari batuan metamorf?
Bagaimana Struktur dari batuan metamorf?
Macam macam batuan metamorf?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan apa itu batuan metamorf


Menjelaskan proses terbentuknya batuan metamorf
Menjelaskan susunan tekstur batuan metamorf
Menjelaskan susunan stuktur batuan metamorf

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Batuan Metamorf


Kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu metamorphism dimana
meta yang artinya berubah dan morph yang artinya bentuk. Pengertian
metamorf dalam geologi merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan
tekstur batuan. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan
tekanan.
Batuan metamorf berarti batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan
beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat
terjadi karena berbagai sebab, antara lain: temperatur tinggi, tekanan tinggi, serta
temperatur dan tekanan tinggi. Penjelasan mengenai ketiga faktor tersebut sebagai
berikut.
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf
mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur
pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos
atau blastik/idioblastik.
Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena
proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses
reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral
yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang
sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah
dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik,
contohnya yaitu dalam golongan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami
hancuran yang fragmental sifatnya.

C. Klasifikasi Batuan Sedimen


Batuan metamorf dibagi menjadi 3, yaitu: batuan metamorf kontak,
dinamo, dan pneumatolistik. Batuan-batuan metamorf tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.

1. Metamorf Termal (Kontak)


Batuan metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu yang sangat panas.
Suhu yang panas dikarenakan letaknya dekat dengan magma. Contoh dari batuan
metamorf kontak adalah marmer. Marmer termasuk batuan malihan dari
batugamping. Berkaitan dengan hal tersebut, suhu yang panas akan membakar
bahkan mencairkan batugamping. Pada tahap selanjutnya, batugamping
mengalami pendinginan dan menjadi marmer.
Dua aktivitas geologi yang berupa vulkanisme dan tektonisme berkaitan
erat dengan terdapatnya marmer di kawasan Tulungagung selatan. Hipotesis yang
pertama pembentukan marmer disebabkan oleh aktivitas vulkanisme. Panas yang
ditimbulkan oleh magma dapat mengubah batugamping menjadi marmer.
Kelemahan dari hipotesis ini, marmer yang ada di Tulungagung masih
mempunyai komposisi mineral yang sama dengan batugamping yang ada di
sekitarnya. Seharusnya, komposisi marmer mengalami perubahan jika terjadi
melalui metamorf kontak.
Aktivitas endogenik lainnya yang mempengaruhi pembentukan marmer di
Tulungagung adalah tektonisme. Tenaga tektonik menimbulkan tekanan yang
yang tinggi. Akibatnya, batugamping akan mengalami rekristalisasi dan
membentuk berbagai foliasi mapun nonfoliasi. Akibat rekristalisasi ini, struktur
asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia
diperkirakan berumur sekitar 3060 juta tahun atau berumur kuarter hingga
tersier. Peta di bawah ini akan sedikit menjawab terbentuknya Marmer di
Tulungagung.

Satuan Breksi/Formasi Arjosari (Toma). Berupa runtuhan endapan turbidit,


yang ke arah mendatar berangsur berubah menjadi batuan gunung api.
Satuan Batugamping/Formasi Campurdarat. Disusun oleh batugamping
hablur yang bersisipan dengan batulempung berkarbon.
Satuan Batu Lempung/Formasi Nampol ( Tmn). Tersusun oleh perulangan
batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan konglomerat dan breksi.
Satuan Batugamping Terumbu/Formasi Wonosari (Tmwl). Litologi
tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis, Batugamping
berkepingan, batugamping pasiran kasar, batugamping tufan dan napal.
Satuan Gunung Api Tua/Formasi Mandalika (Tomn). Batuan penyusun
berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan batulanau.
Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw). Tersusun oleh breksi
gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang umumnya tufan, bersisipan
batugamping.

2. Metamorf Dinamo (Sintektonik)


Batuan yang terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi.
Batuan metamorf dinamo pada umumnya terjadi di bagian atas kerak bumi.
Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan perubahan butir-butir
mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali.
Jenis metamorfosa ini banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan dan
lipatan. Pada jenis batuan metamorf dinamo, batuan sedimen berubah menjadi
batuan hablur, misalnya: Gneis, Sabak, Antrasit, dan Serpih.

3. Metamorfik Pneumatolitis Kontak


Batuan metamorf pneumatolitis kontak terbentuk karena pengaruh gas-gas
dari magma. Pengaruh gas panas pada mineral batuan menyebabkan perubahan
komposisi kimiawi mineral tersebut. Contoh batuan metamorf pneumatolitis
kontak adalah kuarsa dengan gas borium berubah menjadi Turmalin.
Batu Turmalin termasuk batu mineral semi mulia yang terkenal karena
kemampuannya. Batu ini dapat membantu dalam proses detoksifikasi tubuh
manusia. Turmalin termasuk salah satu mineral yang memiliki kemampuan untuk
memancarkan ion negatif dan sinar inframerah jauh. Turmalin juga memiliki
kemampuan untuk menjadi sumber muatan listrik sendiri.

Tabel Klasifikasi Batuan Metamorf (ODunn dan Sill, 1986)

D. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan
ukuran, bentuk atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf.
1. Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi:
A. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada saat
metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik. Penamaan ini
dipakai untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorphosis. Misalnya, tekstur porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betulbetul akibat rekristalisasi metamorfosis.

Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya


kristal besarnya disebut porfiroblast.
Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral
saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineralmineral prismatik yang sejajar dan terarah.
Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral
berbentuk euhedral.
Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
B. Tekstur Palimpset

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan
asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata blasto.
Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan asalnya.
Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama
tekstur sisa), misalnya: tekstur Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan
memberi awalan meta, misalnya Metasedimen, Metagraywacke, Metavulkanik,
dsb.

Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang


porfiritik.
Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen
yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran
butirnya sama dengan pasir.
Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen
yang ukuran butirnya lempung.

2. Berdasarkan Ukuran Butir


Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
3. Berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang
kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan
kristal lain disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:

Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk


euhedral.
Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh
kristal berbentuk anhedral.

4. Berdasarkan Bentuk Mineral


Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat tidak teratur dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat lebih teratur dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

E. Struktur Batuan Metamorf


Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.

1. Struktur Foliasi
Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

2. Stuktur Non Foliasi


Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus ataufibrous.

G. Macam Macam Batuan Metamorf


1. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa
atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh
gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk
berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan
berumur sekitar 3060 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier. Marmer
akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu
marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping
akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya
8

endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur


yang tinggi.
Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat
dilihat pada. Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan
kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario
biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan
sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung.
Ditemukan di gunung Jokotuwo, Bayat, Klaten.

2. Marmer Merah
Warna yang cenderung ngejreng dan terkesan vokal, membuat jeni batu
ini menjadi batu marmer favorit masyarakat. Batu ini pun sudah lama
dimanfaatkan sebagai bahan untuk mempercantik bangunan. Hingga saat ini jenis
batu marmer merah masih digunakan sebagai bahan elemen interior dan eksterior.
Ditemukan di karangsambung, Kebumen.

3. Sekismika
Batuan sekis mika memiliki warna abu-abu dan mengkilap putih, dengan
komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Pada deretan
batuan sekis mika ini terdapat aliran sungai yang merupakan arah aliran
subsekuaen karena sungainya sejajar dengan arah straight. Pada struktunya
terdapat rekahan yang telah terisi oleh mineral kuarsa yang masuk ke celah-celah
rekahan tersebut. Sekis mika berfoliasi lemah terdapat komponen mika dan
kuarsa. Terbentuk karena akibat tektonik yang merupakan fanerik lepidoblastik
skistosa. Batuan dengan mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar
matahari ini adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Ditemukan di
bayat, Klaten.

4. Sekis Hijau
Batuan Sekis hijau (metamorf) merupakan satuan batuan tertua sebagai
basement yang berumur Trias (TrS) terdapat di bagian timur daerah penyelidikan.
Luas penyebarannya cukup luas sekitar 20% menutupi daerah penelitian dengan
ketebalan diperkirakan lebih dari 300 meter (?). Batuan Sekis hijau ini tersingkap
pada penorehan struktur sesar dijumpai pada bagian tebing sungai Binangga
hingga ke bagian selatan didaerah desa Pakuli dan Simoro. Batuan ini tersingkap
sebagai Sekis hijau, berwarna hijau tua, berlapis sebagai bidang foliasi, kompak,
berbutir halus, lanau sampai lempung dan setempat-setempat rekahan terisi oleh
urat-urat kwarsa maupun kalsit. Ditemukan di sadang, Kebumen.

5. Sekis Biru
Fasies blueschist atau sekis biru yang mengandung mineral sodic biru amp
hibol, glaukopan bersama dengan mineral lawstonite. Ditemukann di sadang,
Kebumen.

10

6. Gneis
Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk
pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang
dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak
jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan
( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral
mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan
goresan yang tersusun dari mineral mineral seperti hornblende yang tidak terdapat
pada batuan batuan sediment. Ditemukan di Pulau bangka, belitung.

7. Filit
Filit berwarna hitam terdapat pada dinding sungai yang terjal. Batuan ini
terbentuk selama proses penunjaman serta merupakan batuan metamorf berderajat
rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah
aliran sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta struktur gores garis pada
batuan filit. Ditemukan di Bayat, klaten.

8. Agate
Agate adalah mikrokristalin berbagai kuarsa ( silika ), ditandai oleh
kehalusan yang gandum dan kecerahan warna. Meski agates dapat ditemukan di
berbagai jenis batu, mereka klasik terkait dengan gunung berapi batu tetapi dapat
umum di beberapa batu metamorfik dan lainnya chalcedonies diperoleh lebih dari
3.000 tahun yang lalu dari Sungai Achates, sekarang disebut Dirillo , di Sisilia .
Agate adalah salah satu yang paling bahan umum digunakan dalam seni ukir
hardstone , dan telah pulih di sejumlah situs kuno, yang menunjukkan penggunaan
meluas dalam dunia kuno, misalnya, pemulihan arkeologi di Knossos situs di
Kreta menggambarkan perannya dalam Zaman Perunggu Minoan budaya.
Ditemukan di karangsambunng, Kebumen.
11

9. Nefrit
Nefrit adalah permata , berbagai amphibole , bersama dengan giok giok
dikenal nama. (Jadeit je pyroxen.) warna giok adalah bayam hijau tua, mineral
memiliki kekerasan sekitar 7 derajat skala Mohs, seperti kuarsa, tetapi lebih sulit
karena struktur mikrokristalin. Setelah polishing sangat estetika, dengan kemilau
kaca sempurna. Ditemukan di Karang sambung Kebumen.

10. Horenfels
Horenfels ( Jerman , yang berarti "hornstone," setelah sering hubungan
dengan glasial "puncak" tanduk di Alps, menjadi batu yang sangat keras dan
dengan demikian lebih mungkin untuk menolak tindakan glasial dan tanduk
berbentuk seperti bentuk puncak Matterhorn ) adalah kelompok peruntukan untuk
serangkaian metamorf kontak batuan yang telah dipanggang dan indurated oleh
panas mengganggu massa beku dan telah diberikan besar, keras, splintery, dan
dalam beberapa kasus yang sangat tangguh dan tahan lama. Ditemukan di
watumpang, Kebumen.

12

11. Asbes
Asbes merupakan mineral yang berbentuk serat-serat yang mudah
terpisah. Ukuran sebuah serat asbes sangat kecil dan halus. Karena itulah mudah
beterbangan di udara. Apabila terhirup, asbes akan segera masuk ke dalam rongga
pernapasan, kemudian menimbulkan berbagai kerusakan. Ditemukan di
karangsambung, Kebumen.

12. Pirit
Mineral Pirit atau disebut juga besi sulfide ( FeS2 ) mempunyai kristal
isometrik yang pada umumnya terlihat atau nampak dan bentuknya seperti dadu
atau kubus dan di sebut juga striated ( garis sejajar pada permukaan kristal ),
Mineral pirit mempunyai kekerasan 6-6.5, dan mempunyai bobot jenis 4.955.10.ima). Mineral Pirit adalah yang paling umum untuk mineral sulfide. Mineral
ini pada umumnya mempunyai warna emas pucat. Pirit menyingkapkan kepada
lingkungan selama pekerjaan tambang dan penggalian bereaksi dengan oksigen
dan air untuk membentuk asam belerang, menghasilkan pengeringan tambang
asam. Cikotak, cikotek, JaBar.

13. Gipsum
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan
Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap.
Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin. Ditemukan di jatingaleh, semarang.

13

14. Kuarsa
Kuarsa adalah salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen
bumi. Mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika
trigonal terkristalisasi (silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasan Mohs 7
dan densitas 2,65 g/cm. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segienam yang
memiliki ujung piramida segienam. Ditemukan di bayat, Klaten.

15. Kalsit
Mengandung Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih
stabil, biasanya merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai
hasil dari rekristalisasi Aragonite, serta sebagai semen pengisi ruang antar butir
dan rekahan. Sangat umum dijumpai dalam batugamping. Ditemukan di ponjong,
Tepur, Gunung Kidul.

16. Belerang
Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut
dalam air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk,
baik gas, cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang
lebih dari satu atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda, akibatnya
sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk alotropnya
14

masih belum dapat dipahami. Pada tahun 1975, ahli kimia dari Universitas
Pensilvania melaporkan pembuatan polimer belerang nitrida, yang memiliki sifat
logam, meski tidak mengandung atom logam sama sekali. Zat ini memiliki sifat
elektris dan optik yang tidak biasa. Ditemukan di pegunungan Dieng, JATENG.

17. Mangan
Mangan merupakan logam yang sangat unik yang tidak dapat digantikan
oleh logam lain. Mangan adalah hampir logam agak unik yang mengganti batu
lainnya adalah logam. Memiliki banyak karakteristik yang berbeda dari unsur
lainnya. Ia memiliki sifat yang berbeda dari unsur lainnya Mati. Ini adalah logam
yang sangat keras tetapi rapuh yang sulit untuk menyalakan, tapi mudah
teroksidasi. The keras adalah rapuh tapi logam yang sangat keras yang
menyalakan, tapi mudah teroksidasi. Unsur ini memiliki sifat feromagnetik dan
banyak keadaan oksidasi yang berbeda. Unsur-unsur memiliki sifat feromagnetik
dan banyak Atas keadaan oksidasi yang berbeda. 2, 3, 4 dan 7 dan juga bertemu
secara teratur untuk satu dan enam yang kadang-kadang diamati. 2, 3, 4 dan 7 juga
diatur untuk id id 1 6 kadang-kadang diamati. Terutama di negara oksidasi 7
merupakan oksidan kuat mangan. Yaitu bilangan oksidasi diatas 7 adalah suatu
oksidator kuat mangan. Mn 2 + memainkan peran penting dalam sistem biologi.
Mn 2 + memainkan peran penting dalam sistem biologi. Ditemukan di Kritipan,
kulonprogo.

15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Batu adalah material padat dari agregat mineral yang telah padu. Batuan
metamorf merupakan batuan yang telah mengalami proses metamorfosis.
2. Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental
batuan yang sebelumnya sudah ada.
3. Struktur batuan metamorf ada 2, yaitu struktur foliasi dan struktur non
foliasi.
4. Beberapa jenis batuan metamorf antara lain Marmer, Marmer Merah,
Sekismika, Sekis Hijau, Sekis Biru, Gneis, Filit, Agate, Nefrit, Horenfels,
Asbes, Pirit, Gipsum, Kuarsa, Kalsit, Belerang, Mangan dan lain
sebagainya.

16

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9401835/batuan_metamorf_secara_umum, diakses 29
November 2015
http://dokumen.tips/documents/batuan-metamorf-55a930e564200.html,
28 November 2015.

diakses

Magetsari Noer Aziz, at al.(2006), GL-211 GEOLOGI FISIK. Bandung : ITB.

17

Anda mungkin juga menyukai