Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Batuan merupakan salah satu penyusun
daratan. Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai
batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan
tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal
dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu". Batuan karbonat sebenarnya
telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja
kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit
yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini
Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50
% yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers 1986).
Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah
batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua
batuan karbonat merupakan batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama
gamping (limestone) dan dolomit. Sedimen karbonat dihasilkan dari proses
organik biokimia pada llingkungan laut bersih, hangat, shallow water. Daerah
tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu
dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya
produksi sedimen yang tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang
organisme.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana ciri-ciri fisik batuan karbonatan


Bagaimana cara terjadinya dan formasi batuan karbonatan
Bagaimana lingkungan terbentuknya batuan karbonatan
Apa saja komposisi dan klasifikasi batuan karbonatan
Apa saja jenis batuan karbonatan

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari mempelajari batuan karbonatan ini ialah memberikan
pemahaman serta pengetahuan mengenai batuan karbonatan lebih dalam, agar
dapat menganalisa batuan-batuan untuk mengetahui ukuran butir, bentuk butir,
kompaksi, genesa batuan, jenis batuan serta mengetahui nama-nama dari batuan
karbonatan.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan ciri-ciri fisik batuan karbonatan


Menjelaskan cara terjadinya dan formasi batuan karbonatan
Menjelaskan lingkungan terbentuknya
Menjelaskan komposisi dan klasifikasi batuan karbonatan
Menjelaskan jenis batuan karbonatan

BAB II
PEMBAHASAN
2

2.1

Pengertian Batuan Karbonat


Menurut (Reijers & Hsu, 1986) Batuan karbonatan adalah batuan dengan

kandungan mineral karbonat lebih dari 50% dan tersusun atas partikel karbonat
klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung. (Bates
& Jackson, 1987) menjelaskan bahwa batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50%. Sedangkan batugamping menurut (Reijers & Hsu, 1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95%. Sehingga tidak semua batuan
karbonat adalah batugamping.
Secara umum Batuan Karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan
butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan
oleh organisme. Sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi
alami non organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material
reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik
yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.

2.2

Ciri-Ciri Fisik Batuan Karbonat

Pada umumnya yang menjadi unsur-unsur tekstur adalah:


1.
2.
3.
4.
5.

Matriks
Semen Kalsit
Butir
Kerangka organik
Kehabluran/crystalinity

Tekstur batuan karbonat dapat dibagi sebagai berikut:


1. Tekstur Primer
a. Kerangka Organik

Tekstur ini disusun oleh material-material yang berasal dari kerangka


organik atau "skeletal" dalam pengertian Nelson, atau "frame builder".
b. Klastik/Butiran
Tekstur ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Tekstur Bioklastik
Terdiri dari fragmen-fragmen ataupun cangkang-cangkang binatang, yang
berupa klast (pernah lepas-lepas): cocquina, foraminifera, keral (lepaslepas)
2. Tekstur Intraklastik/fragmen non organik
Dibentuk ditempat atau ditransport, tetapi jelas hasil fragmentasi dari
batuan atau sedimen gamping sebelumnya.
3. Tekstur Chemiklastik/non fragmental
Butir-butir yang terbentuk di tempat sedimentasi karena proses coagulasi,
akresi, penggumpalan dan lain-lain. Contoh: Oolith/ pisolite.
c. Massa Dasar
Tekstur ini disusun oleh butir-butir halus dari karbonat yang terbentuk
pada waktu sedimentasi. Dalam tekstur primer, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:

Ukuran Butir
Ukuran butir batuan karbonat sering dipergunakan dengan menggunakan

sistem tersendiri, tetapi hal ini tidak dianjurkan. Adapun klasifikasi ukuran
butir yang dipakai adalah klasifikasi ukuran butir dan tata nama dari Folk,
1961 yang didasarkan pada klasifikasi Grabau, 1912.

Bentuk Butir
Bentuk Butir juga penting dalam mempelajari batugamping terutama

memperlihatkan energi dalam lingkungan pengendapan.


Untuk bioklastik dibedakan secara extreme :

Cangkang-cangkang yang utuh atau fragmen kerangka yang utuh/bekas

pecahan jelas
Yang telah terabrasi/bulat.

Untuk Chemiklastik dibedakan atas :

Spheruidal
Ovoid

Untuk batugamping kerangka :

Kerangka pertumbuhan (grothframework)


Kerangka pergerakan (encrustation)
o Matriks (massa dasar)
Yaitu butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-ronggadan

terbentuk pada waktu sedimentasi. Matriks ini dapat dihasilkandari pengendapan


langsung sebagai jarum aragonit secarakimiawi/biokimiawi, yang kemudian
berubah menjadi kalsit (?).Juga terbentuk sebagai hasil abrasi, yaitu batugamping
yang telahdibentuk, misalnya koral dierosi dan abrasi kembali oleh pukulanpukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit.
o Hubungan Matriks dan Butiran
Lumpur gamping sangat penting untuk interpretasi lingkungan pengendapan.
Karena butiran batugamping terbentuk secara lokal,maka adanya matriks di antara
butiran adalah indikator bagilingkungan pengendapan air tenang. Berdasarkan hal
ini, Dunhammembuat klasifikasi karbonat.

2. Tekstur Sekunder atau Tekstur Diagenesa


Tekstur sekunder pada umumnya adalah tekstur hablur yang didapat
padasebagian batuan ataupun meliputi keseluruhan. Tekstur sekunder ini terbentuk
apabila batuan karbonat yang terbentuk sebelumnya mengalami prosesdiagenesa.
Proses-proses diagenesa meliputi :

Pengisian pori dengan lumpur gamping


Mikritisasi oleh ganggang
Sementasi
Pelarutan
Polimorfisme
Rekristalisasi
Pengubahan/pergantian (replacement)
Dolomitisasi
Silisifikasi
Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai

porositas

yang

memungkinkan

untuk

terkumpulnya

minyak

dan

gas

alam,terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi,


sehingga halini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi.
Disamping sebagaireservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat
berfungsi

sebagaireservoir

airtanah,

dan

dengan

adanya

porositas

dan

permeabilitasnya sertamineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk


bereaksi maka batuankarbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapanendapan bijih
Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat
menyimpanmineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi
yangmempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat
diperolehgambaran untuk kegiatan eksplorasi

2.3

Cara Terjadinya Batuan Karbonat

Pelarutan (Dissolution)
Proses pelarutan merupakan proses diagenesis yang penting yang

menyebabkan meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sedimen


terutama pada batuan yang mudah larut seperti batuan karbonat dan evaporit.
Proses ini dikontrol oleh pH, Eh, temperature, tekanan parsial CO 2, komposisi
kimia dan ion strength. Proses

pelarutan juga dikontrol oleh porositas dan


6

permiabilitas awal, mineralogy dan ukuran butir sedimen.. Material yang paling
mudah larut dalam batupasir adalah semen kalsit, sehingga efek utama dari proses
pelarutan adalah penghilangan semen. Proses ini disebut disementasi. Mineral
metastabil pada batupasir seperti feldspar, fragmen batuan dan mineral berat,
dapat juga mengalami pelarutan.

Sementasi (Cementation)
Proses Sementasi adalah

proses dimana butiran-butiran sedimen

direkatkan oleh material lain, dapat berasal dari air tanah atau hasil pelarutan
mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Material semennya dapat berupa
karbonat (CO3), silika (Si), atau oksida (Fe).
Sementasi dengan keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut
didalamnya mengendap dan merekatkan butiran-butiran sedimen. Material
semennya dapat merupakan karbonat (CaCO3), silica (SiO3), oksida (besi) atau
mineral lempung. Proses ini menyebabkan porositas sedimen menjadi lebih kecil
dari material semula. Semen merupakan komponen batuan karbonat yang mengisi
pori-pori dan merupakan hasil diagenesis atau hasil presipitasi dalam pori batuan
dari batuan yang telah ada. Semen sering disamakan dengan sparit hasil
neomorphisme,

padahal

sparit

hasil

neomorphisme

adalah

perubahan

(rekristalisasi) dari komponen karbonat yang telah ada. Beberapa jenis semen
yang dikenal dalam batuan karbonat moderen adalah fibrous, botroidal,
isophaceous, mesh of needles dll. Jenis semen tersebut tergantung pada
lingkungan pembentuk semen yang dikenal sebagai lingkungan diagenesis.
Kenampakan lapangan dari semen adalah bening seprti kaca, sedangkan dibawah
mikroskop memperlihatkan warna tranparan. Semen dapat terbentuk pada ruang
antar komponen dan dapat juga terbentuk pada ruang dalam komponen atau ruang
hasil pelarutan.

Dolomitisasi (Dolomitization)
Dolomitisasi adalah perubahan limestone secara parsial maupun

keseluruhan menjadi dolomit. Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO 3)2 dan


secara kristalografi serupa dengan kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar
7

larut dalam air, dan lebih mudah patah (brittle). Secara umum, dolomit lebih
porous dan permeable dibandingkan limestone. Saat sedimen terakumulasi,
mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau terjadi rekristalisasi, menjadi
yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batu gamping terumbu yang
porous. Mineral aragonite (bahan struktur koral hidup), lama-kelamaan
berekristalisasi menjadi bentuk polimorfnya, kalsit.

Aktivitas Mikroba (Microbial Activity)


Aktifitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis segera setelah

material

sedimen

mengalami

pengendapan.

Aktifitas

organisme

akan

mempercepat atau memacu terjadi proses diagenesis lainnya. Organisme yang


menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang sangat kecil (mikrobia)
dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses dekomposisi
material organik. Proses dekomposisi material organik akan mempengaruhi pH
dan Eh air, sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia dengan mineral
penyusun sedimen.
Aktifitas mikrobia antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat,
besi, sulfat dan pembentukan gas methana. Selain itu aktifitas organism lainnya
terjadi ketika endapan sedimen berlangsung seperti buworing

danboring .

Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit di bawah permukaan pengendapan,


setelah pengendapan material sedimen dengan kedalaan beberapa puluh
sentimeter. Proses ini akan membentuk kenampakan yang khas pada batuan
sedimen yang disebut struktur sedimen.

Kompaksi Mekanik (Mechanical Compaction)


Proses kompaksi

pada umumnya terjadi akibat terbebaninya lapisan

akibat sedimen yang berada diatasnya, sehingga menyebabkan hubungan antar


butir menjadi lebih dekat dan juga air yang terkandung dalam pori-pori lapisan
tertekan keluar. Dengan demikian volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi
lebih kecil, namun sangat kompak.

Kompaksi merupakan proses penyusunan kembali butiran sedimen


sehingga menghasilkan hubungan antara butiran yang lebih rapat. Hasil dari
proses kompaksi adalah penurunan porositas dan permeablitas sedimen,
pengualaran fluida dan pori antara butiran serta penipisan perlapisan. Menurut
Raymond (2002) kompaksi merupakan fungsi dari ukuran butiran, bentuk
butiran, sorting, porositas awal dan jumlah fluida yang berada dalam sedimen.
Butiran yang membundar dan terpilah baik tidak lebih kompak dari butiran yant
terpilah buruk dan menyuduut, karena yang menyudut akan membentuk pola
saling mengunci (interlocking) ketika kompaksi tejradi dan fraksi yang lebih kecil
akan mengisi ruang antar butiran di fraksi yang kasar.

Kompaksi Kimia (Chemical Compaction)


Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis,

replacement, inverse, dan solusi. Proses sementasi menentukan kemampuan erosi


dan pengangkatan partikel oleh fluida. Pengangkutan sedimen oleh fluida dapat
berupa bedload atau suspended load. Partikel yang berukuran lebih besar dari
pasir umumnya dapat diangkut secara bedload dan yang lebih halus akan
terangkut oleh partikel secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan,
traksi meliputi rolling, sliding, dan creeping . Sedangkan pada saltasi partikel
tidak selalu mengalami kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika
energi yang mengangkut partkel sudah tidak mampu lagi mengangkutnya.
Penggantian (replacement) merupakan proses pelarutan mineral atau sebagian
mineral

pada waktu terjadinya proses diagenesis, dan terjadinya proses

kristalisasi mineral baru yang berbeda komposisinya pada tempat mineral yang
mengalami pelarutan. Tekstur dan struktur awal pada umunya tidak mengalami
perubahan (terawetkan).
Inversi merupakan proses penggantian mineral oleh bentuknya yang lain
biasanya terjadi pada mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia
sama tetapi bentuknya berbeda. Contohnya adalah perubahan mineral aragonite
(CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3 romhedaral). Contoh lain adalah
perubahan dari opal A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang mengandung kristobalit
(SiO2 ortorombik). Proses ini biasanya bersamaan dengan proses rekristalisasi.
9

Larutan (solution) biasanya pada batuan karbonat akibat adanya larutan sehingga
terbentuk rongga-rongga di dalam

jika tekanan cukup kuat menyebabkan

terbentuknya struktur iolit. Anthigenesis merupakan proses pembentukan mineral


baru dalam lingkungan diagnetik, sehingga adanya mineral tersebut merupakan
partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui
sebagai berikut : karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain.
2.4

Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat


Sedimentasi batuan karbonat dikontrol oleh beberapa fakor yang penting

yaitu meliputi iklim, tektonik, oseanografi, suplai sedimen dan aktivitas


organisme, salinitas, kekeruhan, cahaya matahari dan kedalaman. Faktor-faktor ini
memiliki hubungan yang saling terkait.
1. Iklim
Pembentukan batuan karbonat sangat tergantung kepada iklim. Hal ini
berhubungan dengan proses erosi yang terjadi sehingga berakibat kepada jumlah
sedimen yang dihasilkan. Ketika iklim sangat tropis, dengan curah hujan yang
tinggi maka erosi yang terjadi juga intensif sehingga suplai material sedimen asal
darat akan bertambah. Manakala suplai sedimen masuk ke dalam laut dalam
jumlah yang melimpah maka akan berimbas

pada tingkat kejernihan dan

ketenangan dari air laut. Kejernihan akan berkurang dan menyebabkan batuan
karbonat sulit untuk tumbuh. Ketenangan juga terganggu karena arus asal darat
tersebut cukup kuat sehingga batuan karbonat juga akan sulit berkembang dengan
baik.
2. Tektonik
Proses tektonik juga menjadi faktor pengontrol pembentukan batuan
karbonat. Proses tektonik yang dimaksud dapat berupa penurunan dasar cekungan
maupun pengangkatan. Proses tektonik yang aktif menyebabkan deformasi juga
intensif sehingga tingkat ketenangan dari air laut menjadi terganggu. Gangguan
seperti ini dapat mengakibatkan pembentukan batuan karbonat tidak bisa berjalan

10

dengan sempuma. Selain itu, tektonik juga dapat merubah posisi platform tempat
karbonat tumbuh sehingga akan mempengaruhi pola sedimentasi yang dihasilkan.
3. Oseanografi
Oseanografi juga ikut mengontrol pembentukan batuan karbonat. Hal ini
berkaitan dengan posisi dan kedudukan dari laut tersebut. Laut yang dapat
berkembang baik batuan karbonat disana adalah laut dengan suhu yang hangat.
Ketika posisi laut berada jauh dari garis katulistiwa bisa jadi batuan karbonat tidak
dapat berkembang baik disana. Selain itu, posisi muka air laut juga sangat
mempengaruhi pola sedimentasi karbonat yang dihasilkan. Hal ini terkait dengan
faktor instensitas cahaya matahari yang dapat masuk ke laut.
4. Pasokan Sedimen
Suplai sedimen juga ikut berpengaruh terhadap sedimentasi batuan
karbonat. Suplai sedimen yang dimaksudkan adalah suplai sedimen asal darat
(terrestrial). Hal ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan

pembentukan

batuan karbonat. Suplai sedimen yang sangat melimpah dapat mengganggu


organisme untuk tumbuh dengan baik. Selain itu, suplai sedimen dengan
kecepatan yang cepat akan mengganggu ketenangan dan kejernihan air laut dan
dapat menghambat pertumbuhan batuan karbonat karena suplai oksigen dan
intensitas cahaya matahari menjadi berkurang.

5. Aktivitas Organisme
Aktivitas organisme merupakan faktor utama dalam pembentukan batuan
karbonat. Batuan karbonat dapat terbentuk ketika terjadi akumulasi dari
organisme sehingga organisme diibaratkan seperti produsen batuan karbonat.
Ketika tidak ada aktivitas organisme yang berkembang di suatu lokasi maka
batuan karbonat tidak akan pernah terbentuk.
6. Salinitas
Batuan karbonat memiliki kisaran salinitas antara 22% - 40% namun
terbentuk pada kisaran 25% - 35%. Oleh sebab itu, lingkungan laut merupakan

11

kondisi dengan salinitas yang relatif tinggi sehingga batuan karbonat dapat
terbentuk dengan baik.
7. Kedalaman
Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di perairan
dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman
air. Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air, dimana sedimen
karbonat dapat ditemukan pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate
Compensation Depth).
8. Cahaya Matahari
Terdapat variasi kedalaman laut (hingga ribuan meter) dimana mineralmineral karbonat dapat terbentuk, namun produktifitas terbentuknya mineral
karbonat hanya pada wilayah dimana cahaya matahari dapat tembus (Light
saturation zone).
9. Kekeruhan
Batuan karbonat dihasilkan dari sekresi organisme laut dan presipitasi dari
air laut secara kimiawi. Hal ini mengandung arti bahwa pembentukan batuan
karbonat

juga

tergantung

pada

organisme.

Sementara

organisme

laut

membutuhkan kondisi laut yang jernih agar sinar matahari dapat masuk tanpa
terganggu.
2.5

Komposisi Batuan Karbonat


a. Komposisi Kimia
Unsur kimia utama batugamping dikuasai oleh kalsium, magnesium,

karbondan oksigen. Kalium sebagai kation utama (Ca+2) dan magnesium (Mg+2);
Fe, Mn danZn umumnya sebagai kation yang berjumlah sedikit. Anion yang
utama adalah CO32-,namun anion seperti SO42-, OH-, F-dan Cl-dapat juga hadir
dalam jumlah yangterbatas. Unsur/elemen jejak (trace elemen) yang biasa
dijumpai pada batuankarbonat meliputi B, Ba, P, Mg, Ni, Cu, Fe, Zn, Mn, V, Na,
U, Sr, Pb, K. Konsentrasielemen jejak tersebut tidak hanya dikontrol oleh

12

minerologi batuan, tetapi jugadikontrol oleh jenis dan kelimpahan relatif butiran
cangkang

fosil

dalam

batuan.Banyak

organisme

menghimpun

dan

menggabungkan elemen jejak tersebut ke dalamstruktur cangkangnya.

b. Komposisi Mineral
Mineral penyusun batuan karbonat terbagi dalam tiga kelompok
utama:kelompok kalsit, kelompok dolomit dan kelompok aragonit (Tabel 6.1). Di
antaramineral karbonat dalam Tabel 6.1, hanya kalsit, dolomit dan aragonit
yangmerupakan mineral utama dalam batugamping dan dolomit (batudolomit).
Aragonitbahkan merupakan penyusun utama batuan karbonat yang berumur
Kenozoikum dankarbonat moderen. Siderit dan ankerit sering sebagai semen dan
konkresi dalambeberapa batuan sedimen, tetapi jarang sebagai penyusun utama
dalam batuan karbonat.

2.6

Klasifikasi Batuan Karbonat

Terdapat 4 macam klasifikasi untuk batugamping yaitu klasifikasi Dunham


(1962) yang kemudian dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Kiovan
(1971), klasifikasi Folk (1959) dan klasifikasi untuk batuan campuran
silisiklastik-karbonat yaitu Klasifikasi Mount (1985).
a) Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Kiovan (1971)
Klasifikasi Dunham (1962) dilasarkan pada tekstur deposisi dari
batugamping. Karena menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional
merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil
Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).

13

Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah
fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk
pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya
terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya Dunham berpendapat
bahwa batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada energi gelombang
kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (< 10 %) di dalam
matrikss Lumpur karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut
mengandung butiran tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya
bila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone atau grainstone;
packstone mempunyai tekstur grain-supported dan biasanya memiliki matriks
mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan fabrik
yang mengindikasikan asal-usul komponen-komponennya yang direkatkan
bersama selama proses deposisi (misalnya : pengendapan lingkungan terumbu).
Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan istilah biolithite dari Folk.
Klasifikasi Dunham (1962) memiliki kemudahan dan kesulitan.
Kemudahannya adalah tidak perjunya menentukan jenis butiran dengan detail
karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitan adalah di dalam sayatan
petrografi, fabrik yang menjadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas
karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan dua dimensi, oleh karena itu
harus dibayangkan bagaimana bentuk amensi batuannya agar tidak salalj dalam
penafsirannya.

Embry dan Klovan (1971) mengembangkan klasifikasi Dunham (1962


dengan membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu autochtonous
limestone dan allochtonous limestone berupa batugamping yang komponenkomponen penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi.
Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan
Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham (1%2) hanya saja tidak terperinci.
Dunham hanya memakainya sebagai dasar penglasifikasiannya saja antara
batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone, grainstone)
dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan Klovan (1971)
membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone, bindstone,
dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang berfungsi
sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok batuan
yang mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm > 10 %. Nama yang
mereka berikan adalah rudstone untuk component-supported dan floatstone untuk
matrix supported. Klasifikasi Embry & Klovan (1971) dapat dilihat pada Gambar

14

Tabel 2.1 Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hsu, 1986)

Kelebihan yang lain dari klasifikasi Dunham (1962) adalah dapat dipakai
untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit dideskripsi maka hal
ini bertujuan untuk menentukan tingkat diagenesis.

Tabel 2.2 Klasifikasi Dunham (1962)

b) Klasifikasi Folk (1959)


Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini
adalah bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan
batupasir, begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu :
a. Allochem
Analog dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam allochem yang
umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet
b. Microcrystalline calcite ooze

15

Analog dengan matrik pada batupasir. Disebut juga micrite (mikrit) yang tersusun
oleh butiran berukuran 1- 4 pm.
c. Sparry calcite (sparit)
Analog sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan mikrit karena
kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga antar pori.

c) Klasifikasi Mount (1985)


Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya
sedimen campuran memiliki empat komponen :
1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),
2) Mud campuran silt dan clay),
3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan intraldas yang
berukuran >20 m), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran <20 m).
Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian
delapan kelas umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas
menggambarkan baik tipe butir dominan maupun komponen antitetik yang
melimpah sebagai contoh : batuan yang mengandung material silisiklastik >50 %
berukuran pasir dengan sedikit allochem maka disebut allochemical sandstone.
Diagram klasifikasi Mount (1985) dapat dilihat pada Gambar

16

Tabel 2.3 Klasifikasi Mount (1985)

Tabel 2.4 Klasifikasi Mount untuk penamaan batuan campuran silisiklastik- karbonat (Mount,1985)

17

2.7

Jenis Batuan Karbonat

Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1.
2.
3.
4.

a.

Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
Batuan karbonat yang bersifat klastik
Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)

Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di
Indonesia. Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif tak
berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Tipe gamping terumbu ini sering disebut Boundstone oleh Dunham,
sedangkan berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau
pecahan-pecahan kerangka Embrie dan Klovan membuat klasifikasi : Framestone,
Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan Floatstone.
Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi
dalam industri minyak, klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry
dan Klovan merupakan klasifikasi yang biasa digunakan. Klasifikasi Dunham
didasarkan pada tekstur pengendapan awal. Faktor utama dalam dalam klasifikasi
ini yang perlu diamati adalah :
Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi
Dunham tidak dapat digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik
atau diagenesis
Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham
dapat digunakan dengan pembagian sebagai berikut :

butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone.
Mudstone terdapat dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan.
Calcareous mudstone berasal dari hancurnya calcareous alga hijau,
pemisahan partikel-partikel skelatal besar, dan kemungkinan penyerapan
inorganik dari air laut. Mudstone pada lingkungan cekungan dan slope
berasal dari winnowed platform muds (periplatform ooze) atau berasal dari
cangkang-cangkang nannoplankton coccoliths (nannofosil ooze).
Mudstone berakumulasi pada lingkungan energi rendah.

18

butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut
wackestone, sedangkan bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan
matriks disebut packstone. Wackestone dan packstone diendapkan pada
lingkungan energi transisi dimana arus tidak dapat memindahkan seluruh
lumpur dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya dari butiran
pasir. Area tersebut juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada
mudstone hanya saja lebih dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir
diendapkan, atau persentasi butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi
pada tempat pengendapan tersebut.
Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone. Grainstone terbentuk
dari butiran skeletal dan non skeletal; bioclast, ooids dan peloids.
Umumnya terbentuk pada lingkungan energi tinggi seperti beaches, shoals
atau nearby reefs.
Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling dan
aktivitas framebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut
boundstone.
Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk
menggambarkan terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal.
Muddy floatstone adalah butiran skeletal dalam matriks lumpur; sandy
floatstone mengandung matriks calcareous sand. Rudstone mungkin
bersih, tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara tekstur
yang didukung butiran.
Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal
robulus, seperti corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai
komponen pada reef flat. Stromatolite alga merupakan bentuk tipe dari
tekstur bindstone.

Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan


suatu susunan dari rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral,
Moluska dan Foraminifera. Ditinjau dari segi ekologinya, organisma pembentuk
terumbu dapat berkembang dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah
neritik yang dangkal dengan kedalaman maksimum 60m. Selain itu organisma
pembangun terumbu memerlukan pula syarat untuk kelancaran hidupnya, yaitu
sebagai berikut :
1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian
oksigen.
2. Air laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan
memudahkan masuknya sinar matahari untuk dapat diterima oleh
organisma.
3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.
4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-300C.

19

b.

Batuan karbonat yang bersifat klastik


Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Bioklastik
b. Interklast/fragmenter
c. Chemiklastik

Gamping Tipe Bioklastik


Tipe gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau fragmenfragmen kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa fragmen/cangkang
pernah lepas, terutama jika ditransport.

Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapannya terdiri dari :
1. Sering merupakan laut yang beragitasi shoal, bagian-bagian dangkal dekat
pantai (litoral) terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan partikelpartikel terabrasi.
2. Dapat pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef;
merupakan lembaran-lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang kebagian
air tenang, terutama jika bertektur packstone ataupun wackstone, dengan butiran
yang terabrasi. Di fore reef biasanya merupakan breksi-talus runtuhan dari reef,
terdiri dari pecahan-pecahan cangkang koral.
3. Sering pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa adanya
abrasi, misalnya gamping foraminifera besar yang membentuk bank atau
biostrome
Termasuk kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri dari
globigerina dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering membentuk
kapur/chalk.
Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk biostrome atau bank
tetapi dapat pula sebagai bioherm.

20

Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)


Jenis ini sering pula disebut dendrital limestone (Pettijohn, 1957, p. 401) namun
istilah ini tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter terdiri dari
fragmen-fragmen yang asalnya tak jelas, dan dapat merupakan campuran. Istilah
yang sering dipakai: calcarenite (<2 mm) dan calcirudite (> 2 mm) juga Grainy
Limestone, Granular Limestone.
Cara terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai
batupasir dan dengan struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan
sebagainya.

Gamping Tipe Peralihan


Peralihan ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan persoalan
klasifikasi. Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran
oolite/pellet sering terjadi. Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan dalam
diagran klasifikasi ini.
Tipe lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru
diendapkan. Biasanya berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi atau
konglomerat.

Lingkungan Pengendapan
Gamping jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone,
diendapkan secara mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk
tipe batuan ini, dan semua sturktur sedimen termasuk urutan-urutan turbidit dapat
diharapkan. Misalnya : dibagian luar suatu shelf (platform) dimana banyak arus.
Contoh : Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929)
terdiri dari klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan ini banyak
mengandung matrix (packstone), maka sering dibagian yang terlindung dari arus
gelombang (backreef), beralih pada tipe gelombang aphanitic (wackstone).

Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter


Tipe gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan
reservoir minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan Bahama
dan Great Salt Lake (USA).

21

Tipe batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik fragmenter,
malah campuran dari ketiga unsur sering terdapat bersama-sama.

Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan


Agassiz (1896), oolit adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis lain
menyatakan sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara
fisika-kimiawi (Vaughn, 1914), colloid gelatin atau atas bantuan ganggang
cyanophycea (Rothpletz, 1892 dan wethered 1895). Menurut Bradley 1929,
Bucher 1918, Eardly 1938, berdasarkan pengamatan di Great Salt Lake dan Green
River Formasi, oolite dibentuk dalan air yag diombang-ambing (diagitasi) secara
kuat/keras, dekat garis pantai, terlihat sering berasosiasi dengan struktur lapisaan
silang-siur (cross bedding).
Illings (1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang
supersaturated akan kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran marine
yang cukup kuat.
Eardly (1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air sebagai
kristal kecil (< 2 micron) yang kurang larut daripada butir-butir yang lebih besar.
Setidaknya jatuh didasar laut dan waktu yang sama sejumlah molekul yang sama
keluar dari larutan mengendap pada butir yang lebih besar. Butir ini tumbuh
secara oolitis, karena akresi dan juga corrosion menjadi bundar, sewaktu
diombang-ambing oleh arus.

c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus


Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau
kristal-kristal halus.
Cara pembentukkannya yaitu :
1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh
gelombang (micro-granuler-clastics).
2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat
jenuh akan CaC03, sebagai jarum-jarum aragonit.
3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai
jarum-jarum aragonit.

22

Lingkungan pembentukkannya yaitu :


1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.
2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis
3. Dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga
tidak memperlihatkan perlapisan.

d.

Tipe Batugamping Kristalin

Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari endapan,


tetapi biasanya dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dan gamping
klastik ataupun gamping terumbu maupun afanitik. Proses ini terjadi pada
diagenesa dapat disebut neomorphosme. Gamping kristalin kasar mungkin juga
diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan pengendapan evaporit.
Dolomit biasanya terdapat selalu secara kristalin, berbentuk anhedral, bertekstur
mosaik dan sukrosik.
Cara terbentuknya batuan ini, terbagi menjadi tiga yaitu pertama pengendapan
langsung dalam supratidal atau evaporit. Kedua pengendapan dalam pori-pori
gamping klastik di daerah supratidal, sebagai hablur kemudian partikel kalsit
terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke
daerah supratidal dengan proses seepage reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg/Ca
ratio = 5 : 1, sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat
terjadi di daerah gurun atau daerah tropis yang kering.

23

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Batuan karbonatan adalah batuan dengan kandungan mineral karbonat
lebih dari 50% dan tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung
2. Cara Terjadinya Batuan Karbonat, yaitu: Pelarutan, Sementasi,
Dolomitisasi, Aktifitas Mikroba, Kompaksi Mekanik, dan Kompaksi
Kimia.
3. Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat, yaitu: Iklim, Tektonik,
Oceanografi, Pasokan Sedimen, Aktivitas Organisme, Salinitas,
Kedalaman, Cahaya Matahari, dan Kekeruhan.
4. Komposisi Batuan Karbonat terbagi menjadi 2, yaitu: Komposisi Kimia
dan Komposisi Mineral.
5. Jenis Jenis Batuan Karbonat
Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu
(reef)
Batuan karbonat yang bersifat klastik
Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

24

Anda mungkin juga menyukai